Anda di halaman 1dari 33

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH KEPERAWATAN

UTAMA GANGGUAN ELIMINASI URINE PADA TN S DENGAN


RETENSI URINE DI RS PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Asuhan Keperawatan Praktik


Keperawatan Medikal Bedah di RS PKU Muhammadiyah Gombong

Disusun oleh :
DITA

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG
2021

1
LEMBAR PENGESAHAN

Dengan ini Laporan Asuhan Keperawatan Dengan Masalah Keperawatan Utama


Gangguan Eliminasi Urine Pada Tn S Dengan Retensi Urine Di RS PKU
Muhammadiyah Gombong

Disusun Oleh : Dita


Telah disahkan pada
Hari/ Tanggal :

Pembimbing Akademik Pembina Klinik

Irmawan Andri, M.Kep , S.Kep. Ns

2
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER.............................................................1
LEMBAR PENGESAHAN....................................................2
DAFTAR ISI..........................................................................3
BAB I TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian......................................................................4
B. Etiologi..........................................................................4
C. Batasan Karakteristik....................................................5
D. Patofisiologi dan Pathway.............................................7
E. Intervensi Keperawatan.................................................9
BAB II TINJAUAN KASUS
A. Asuhan Keperawatan.....................................................11
BAB III PEMBAHASAN
A. Kajian Kasus Berdasarkan Tinjauan Pustaka...................26
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................28
B. Saran.................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA
Daftar Putaka.......................................................................29

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Pengertian
Gangguan eliminasi urin adalah disfungsi eliminasi urin (Tim Pokja SDKI
DPP PPNI, 2017).
Gangguan eliminasi urin adalah disfungsi eliminasi urin (Herdman 2018)
Kesimpulan Gangguan eliminasi urin adalah ketidak mampuan tubuh dalam
proses eliminasi urine.
B. Etiologi
Etiologi dalam SDKI (2018)
1. Penurunan kapasitas kandung kemih
2. Iritasi kandung kemih
3. Penurunan kemampuan menyadari tanda-tanda gangguan kandung kemih
4. Efek tindakan medis dan diagnostic, misalnya operasi ginjal, operasi saluran
kemih, anestesi, dan obat-obatan.
5. Ketidak mampuan mengakses toilet, misalnya imobilisasi
6. Hambatan lingkungan
7. Ketidakmampuan mengkonsumsi kebutuhan eliminasi
8. Outlet kandung kemih tidak lengkap, misalnya anomaly saluran kemih
kongenital
9. Imaturitas, pada anak usia lebih dari 3 tahun
C. Batasan Karakteristik
Batasan Karakteristik dalam SDKI (2017)
No Gejala Mayor Gejala Minor
1 Subjektif a. Desekan berkemih Tidak tersedia
b. Urine menetes
c. Sering buang air kecil
d. Noktria

4
e. Mengompol
f. Enuries
2 Objektif a. Distensi kandung kemih Tidak tersedia
b. Berkemih tidak tuntas
c. Volume residu urine

D. Kondisi Klinis Terkait


1. Infeksi ginjal dan saluran kemih
2. Hiperglikemi
3. Trauma
4. Kanker
5. Cedera/tumor
6. Neuropati diabetikum
7. Stroke
8. Parkinson
9. Sklerosis
10. Obat alpha
E. Fokus Pengkajian
Pengkajian yang dapat dilakukan pada klien dengan Retensi Urine meliputi
beberapa hal, yaitu:
1. Biodata
Tanyakan identitas klien meliputi nama lengkap, tanggal lahir, alamat dan
sebagainya lalu cocokkan dengan label nama untuk memastikan bahwa
setiap rekam medis, catatan, hasil tes dan sebagainya memang milik klien
(Gleadle, 2007). Menurut Prabowo & Pranata (2014) pekerjaan dan pola
hidup tidak sehat juga memiliki keterkaitan dengan penyakit Retensi
Urine.
2. Keluhan utama
Klien mengeluh pusing, nyeri pada kepala, nyeri bila akan buang air kecil

5
3. Riwayat kesehatan sekarang
Klien akan mengeluhkan mengalami ketidaknyamanan, nyeri pada
saluran kencing.
4. Riwayat penyakit dahulu
Klien mengalami pola hidup yang tidak sehat, pola makan yang tidak
sehat, sering mengangkat benda berat.
5. Kebutuhan dasar manusia meliputi:
a. Neurosensori
Gejala: Pusing, sakit kepala, kelemahan, hilangnya rangsangan
sensorik kontralateral, gangguan rasa pengecapan, penciuman dan
penglihatan, penurunan kesadaran sampai dengan koma.
b. Sirkulasi
Gejala: Nyeri dada (angina)
Tanda: Distritmia (Vibrilasi Atrium), irama gallop, mur-mur,
peningkatan darah dengan tekanan nada yang kuat, takikardimsaat
istirahat, sirkulasi kolaps (krisis tirotoksikosi)
c. Pernafasan
Gejala: Frekuensi pernafasan meningkat, takipnea, dispnea, edema
paru (pada krisis tirotoksikosis).
d. Nyeri/Ketidaknyamanan.
Gejala: Adanya nyeri derajat bervariasi, misalnya ketidaknyamanan
ringan sampai nyeri hebat (dihubungkan dengan proses penyakit).
e. Makanan/cairan
Gejala: Kesulitan menelan (gangguan pada refleks palatum dan
Faringeal), nafsu makan hilang, kehilangan sensasi pada lidah, pipi
dan tenggorokan, kehilangan berat badan yang mendadak, kehausan,
mual, muntah, kebiasaan diet buruk (misalnya rendah serat, tinggi
lemak, adiktif, bahan pengawet rasa).
f. Eliminasi

6
Gejala: Perubahan pola berkemih dan buang air besar (Inkontinensia)
misalnya nyeri, bising usus negatif.
g. Seksualitas
Gejala: Adanya gangguan seksualitas dan penyimpangan seksualitas,
Pengaruh/hubungan penyakit terhadap seksualitas.
Tanda: Perubahan pola respons seksual.
h. Aktivitas / Istirahat
Gejala: Perubahan pola istirahat dan kebiasaan tidur pada malam
hari, adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur seperti nyeri,
ansietas, dan keringat malam.
i. Integritas Ego
Gejala: Faktor stress, merokok, minum alcohol, menunda mencari
pengobatan, keyakinan religious, atau spiritual, masalah tentang lesi
cacat, pembedahan, menyangkal diagnosa, dan perasaan putus asal.
j. Interaksi Sosial
Gejala : Menarik diri, tidak percaya diri, menyendiri.
k. Penyuluhan/Pembelajaran
l. Gejala: Riwayat tumor pada keluarga, sisi prime, penyakit primer
riwayat pengobatan sebelumnya.
m. Keamanan
Gejala: Tidak toleransi terhadap aktifitas, keringat berlebihan, alergi,
(mungkin digunakan pada pemeriksaan).
Tanda: Suhu meningkat 37,4 0C, diaphoresis kulit halus, hangat dan
kemerahan.
n. Perencanaan Pulang
Gejala: Mungkin membutuhkan bantuan untuk perawatan diri dan
aktivitas.
F. Patofisiologi dan Pathway Keperawatan Patofisiologi Retensi Urine
Perubahan mikroskopik pada prostat telah terjadi pada pria usia 30-40 tahun.

7
Bila perubahan mikroskopik ini berkembang, akan terjadi perubahan patologi,
anatomi yang ada pada pria usia 50 tahunan. Perubahan hormonal menyebabkan
hiperplasia jaringan penyangga stromal dan elemen glandular pada prostat.
Proses pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan sehingga perubahan
pada saluran kemih juga terjadi secara perlahan-lahan. Pada tahap awal setelah
9 terjadi pembesaran prostat, resistensi urin pada leher buli-buli dan daerah
prostat meningkat, serta otot detrusor menebal dan merenggang sehingga timbul
sakulasi atau divertikel. Fase penebalan detrusor ini disebut fase kompensasi.
Apabila keadaan berlanjut, maka detrusor menjadi lelah dan akhirnya
mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk berkontraksi sehingga
terjadi retensi urin yang selanjutnya dapat menyebabkan hidronefrosis dan
disfungsi saluran kemih atas (Purnomo, 2003)
Pathway Retensi Urine

8
G. Masalah Keperawatan Lain yang Muncul
1. Nyeri Akut
2. Gangguan Eliminasi Urine ; Retensi Urin
3. Risiko infeksi
H. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri Akut
a. Kriteria hasil yang di inginkan : Tingkat Nyeri L.08066
1) Keluhan nyeri cukup menurun
2) Sikap protrktif cukup menurun
3) Kesulitan tidur cukup menurun
4) Berfokus pada diri sendiri cukup menurun
5) Frekuensi nadi cukup membaik Kontrol Nyeri L.08063
6) Kemampuan mengunakan teknik non-farmakologi cukup mengingkat.
Intervensi
Manajemen Nyeri I.08238 Observasi
1) Identifikasi skala nyeri
2) Identifikasi yang memperberat nyeri Terapeutik
3) Berikan terapi nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri
4) Fasilitasi istirahat dan tidur. Edukasi
5) Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri. Terapi
relaksasi I.09326
Observasi
1) Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif digunakan
Edukasi
1) Anjurkan mengambil posisi nyaman
2) Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
3) Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi Pemberian analgesic
I.08243
Observasi

9
1) Identifikasi riwayat alergi
2) Identifikasi kesesuaian jeis analgesic.
Edukasi
3) Jelaskan efek terapi dan efeksamping obat.
2. Gangguan Eliminasi Urine Retensi Urin
a. Kriteria Hasil Eliminasi Urin L.04034
1) Disuria cukup menurun
2) Sensasi berkemih (tidakmerasakan sakit) cukup meningkat. Status
kenyamanan L.08064
3) Pola eliminasi cukup membaik
4) Rileks cukup meningkat
b. Intervensi
Kateterisasi urine I.04148
1) Pemasangan kateterisasi urin (prosedur)
2) Menjelaskan tujuan dari prosedur pemasangan kateterisasi urin.
Perawatan Katerisasi Urine I.04164
1) Monitor kepatenan kateter urin
2) Monitor kebocoran kateter, selang dan kantung urine
3) Lakukan perawatan perineal (minimal 1 kali sehari).
4) Jelaskan tujuan, manfaat dan risiko jika tidak dibersihkan.
3. Risiko Infeksi
a. Kriteria hasil
Tingkat infeksiL.14137)
1) Kadar sel darah putih cukup membaik
2) Nyeri cukup menurun
3) Kultur darah cukup membaik
b. Intervensi
Perawatan area insisi I.14558
1) Monitor tanda gejala infeksi

10
2) Bershkan area insisi dengan pembersih yang tepat
3) Ganti balutanluka sesuai jadwal. Pemberian obat intravensi
DAFTAR PUSTAKA

Wilantika, Ida. 2018. Gangguan Pola Nafas Tidak Efektif Pada Pasien Congestive
Heart Failure. Poltekes Kemenkes Surakarta. Jurusan
Keperawatan. Vol 3, No 2

Bulechek, Gloria. Butcher, Howard K dkk. (2017). Nursing Interventions


Clasification (NIC). Measurement of Healt Outcomes.
Elsevier.

Nuralif, A. H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjkarta : MediAction.
Moorhead, Sue. Jhonson, Marion dkk. (2017). Nursing
Outcomes Clasification (NOC) : Measurement of Healt
Outcomes. Elsevier.

Herdman, T.Heather. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi.


Jakarta : Buku Kedekteran EGC.

PPNI. 2018. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia ; Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1. Jakarta ; DPD PPNI

PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonsia ; Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta ; DPD PPNI

PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonsia ; Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta ; DPD PPNI

11
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

FORMAT PENGKAJIAN KMB


Tanggal Masuk : 27 Juli 2021
Tanggal Pengkajian : 27 Juli 2021 11.15 wib
Ruang : RS PKU Muhammadiyah Gombong
Pengkaji : Dita

1. DATA SUBYEKTIF
a. Identitas Pasien
Nama : Sdr. S
No RM : 004209xx
Umur : 66 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Patemon 4/4 Gombong, Kebumen
Diagnosa Medis : Retensi Urine
b. Keluhan Utama
Tidak bisa bak, Nyeri
c. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Saat Ini
Dilakukan pengkajian terhadap Sdr S pada hari selasa 27 Juli 2021.
Klien Ruukan dari PKM. mengeluh belum bisa BAK sejak kemarin
sore. Klien terdiagnosa suspect BPH. Kesadaran Somnolen
E4V5M6. Klien mengeluh nyeri saat bergerak. Hasil TTV
didapatkan TD 160/80 mmHG, nadi 78 x/menit, Respirasi
20x/menit, suhu 36 °C. HB 12,2 gr/dl
2. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien rujukan dari PKM. Klien sebelumnya menjalani pengobatan
BPH. Klien sudah pernah dirawat di Rumah Sakit dengan keluhan
yang sama.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat penyakit keluarga Hipertensi
d. Pola Pemenuhan Kebutuhan Dasar Virginia Henderson
1. Pola Oksigenasi
Sebelum sakit : Klien bernafas spontan tanpa alat bantu
pernafasan, pola nafas vesikuler
Saat dikaji : Frekuensi nafas normal . tidak terdapat retraksi
dada. Terpasang nasal kanul 3 liter/menit. Selang tampak terdapat
bekas darah.
2. Pola Nutrisi
Sebelum sakit : Klien makan dengan normal dan tidak ada
gangguan.
Saat dikaji : Klien hanya makan melalui sonde. Dan terbatas
asupannya namun tidak ada penurunan BB.
3. Pola eliminasi
Sebelum sakit : Klien BAB belum dapat bak. Dan mengalmi nyeri
saat berkemih
Saat dikaji : Klien terpasang kateter ukuran 16. Terpasang
pempers. Proses pembersihan dibantu keluarga.
4. Pola Aktifitas
Sebelum Sakit : Klien mampu beraktifitas normal tanpa bantuan
orang lain.
Saat dikaji : Klien lemas dan susah utuk beraktifitas. Aktifitas
klien sangat terbatas dan dibantu anggota keluarga. Perawat
menyarankan untuk klien sering melakukan gerakan, minimal miring
kanan, kiri.
5. Pola Istirahat
Sebelum sakit : Klien mengatakan sudah sering mengalami
gangguan istirahat. Klien tidak tidur disiang hari
Saat dikaji : Klien mengalami ganguan istirahat dan tidak dapat
tidur dengan nyenyak. Perawat menyarankan untuk lebih rileks dan
sedikit memaksakan untuk tidur dimalam hari.
6. Pola Pertahanan Suhu
Sebelum sakit : Klien tidak mengalami hipertermi atau hipotermi,
suhu biasa normal. Saat dingin klien biasanya menggunakan selimut.
Saat dikaji : klien mengatakan merasakan normal, sedikit panas
namun masih terkontrol. Dan ada terapi pct.
7. Pola Berpakaian
Sebelum sakit : Klien dapat berpakaian dengan mandiri tanpa
bantuan keluarga
Saat dikaji : klien tidak dapat berpakaian secara pribadi dan
mememerlukan bantuan keluarga. Perawat menyarankan keluarga
untuk membantu klien dalam berpakaian.
8. Pola Hygine
Sebelum sakit : Klien mandi 2x sehari mandiri tanpa bantuan
ornag laian atau keluarga. Klien mandi mengunakan sabun dan
menggosok gii dengan pasta gigi
Saat dikaji : klien mengatakan belum dapat mandi selama
dirumah sakit. Dan belum ada keingian untuk mandi. Perawat
menyarankan keluarga untuk melakukan seka secara rutin.
9. Pola Komunikasi
Sebelum sakit : Keluarga klien mengatakan klien dapat
bekomunikasi dengan baik tanpa gangguan komunikasi. Klien sering
berkomunikasi dengan keluarga.
Saat dikaji :Klien berkomunikasi dengan sangat pelan,
pemahaman terhadap apa yang disampaikan lawan bicara akan
lambat. Namun perawat masih memehami yang disampaikan klien
10. Pola Spiritual
Sebelum sakit :Klien beragama Islam dan rajin mengerjakan sholat
5 waktu. Klien juga ikut dalam kegiatan mengai di mushola.
Saat dikaji :Klien selama sakit klien belum melakukan ibadah
sholat. Untuk mengurangi rasa sakit klien sering beristighfar. Klien
sudah sadar bahwa datangnya sakit adalah bentuk ujian dari Alloh
swt. Perawat menyarankan keluarga untuk membimbing sholat.
11. Pola Aman dan Nyaman
Sebelum akit : Klien mengatakan merasa aman dan nyaman hidup
dalam sebuah keluarga dan mersa telindungi oleh orangtuanya.
Saat dikaji : Klien tidak nyaman dengan kondisi fisik yang
sedang sakit. Klien juga merasa tidak nyaman berada dilingkungan
Rumah Sakit.
12. Pola Rekreasi
Sebelum sakit : Klien mengatakan jarang belibur dengan keluarga
ke tempt wisata. Klien lebih sering berada dirumah.
Saat dikaji : Klien tidak dapat berekreasi secara normal karena
kondisi tubuh yang masih dirawat dirumah sakit.
13. Pola Belajar
Sebelum sakit : Klien mendapatkan informasi dari TV dan youtube
Saat dikaji : Klien dapat memahami apa yang disampaikan
perawat tentang penyakitnya dan menjalankan semua yang
disarankan oleh perawat atau dokter. Pasien cenderung patuh dan
menjalankan instruksi.
14. Pola Bekerja
Sebelum sakit : Klien bukan seorang tulang punggung ekluarga
karena masih ada sang ayah.
Saat dikaji : Klien mengatakan tidak dapat melakukan
pekerjaan dirumah dan sekolah karena terkendala kondisi tubuh yang
belum sembuh dan stabil.
2 DATA OBYEKTIF
a. Pemeriksaan Umum
1. Keadaan Umum : Cukup
2. Kesadaran : Compos Mentis E4 V6 M5
3. Tekanan Darah : 160/80 mm/hg
4. Nadi : 78 x/menit
5. Suhu : 36,0 C
6. RR : 20 x/menit
b. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala
Inspeksi:
Tidak ada luka dan jejas. Kepala simetris tidak ada kelainan. Tidak
ada benjolan. Rambut hitam tidak rontok.
2. Telinga
Inspeksi:
Klien mampu mendengarkan dengan baik, produksi serumen tidak
menumpuk, telinga tampak bersih.
Palpasi:
Tidak ada nyeri tekan pada telinga
3. Mata
Konjungtiva tidak anemis, isokor, tidak ada masalah penglihatan.
4. Hidung
Inspreksi:
Tidak terdapat pernafasan cuping hidung pada klien, lubang hidung
simetris, terpasang nasal kanul terapi 3 l/menit. Terdapat bekas
darah. Terpasang NGT untuk asupan nutrisi.
Palpasi:
Tidak ada nyeri tekan, tidak terdapat krepitasi dan penumpukan
serumen.
5. Mulut
Inspeksi:
Mulut tampak kotor, lidah terlihat kotor, tidak ada sariawan, bibir
tampak kering.
6. Leher
Inspeksi:
Tidak terdapat edema.
Palpasi:
Tidak ada pembesaran kelenjar limfe. Tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid. Tidak ada nyeri tekan.
7. Dada
Paru
a. Inspeksi:
Pergerakan dada normal, pola napas normal. Pasien belum dapat
batuk secara efektif. Sputum terasa
b. Palpasi:
Pergerakan dinding dada teraba sama, tidak terdapat nyeri dan
edema. Dari hasil rontgen didapatkan Corakan bronkovaskuler
kesan baik.
c. Perkusi:
Normal bunyi sonor
d. Auskultasi:
Tidak ada suara nafas tambahan ronchi, wheezing.
8. Jantung
a. Inspeksi:
Tidak ada pembengkakan, tidak terdapat luka luar.
b. Palpasi:
Teraba pulsasi pada ICS 5 midkalvikula kiri.
c. Perkusi:
Terdengar pekak pada ICS 3-5 di sebelah kiri sternum.
d. Auskultasi:
Normal. Tidak terdengar bunyi jantung murmur.
9. Abdomen
a. Inspeksi:
Kulit kering, pucat, bersisik, warna cokelat kekuningan
b. Auskultasi:
Bising usus normal. 12 kali.
c. Perkusi:
Hasil normal, timpani.
d. Palpasi:
Tidak ada nyeri tekan.
10. Kulit dan kuku
g. Inspeksi:
Kuku tipis, warna putih, kulit pucat, tidak mengelupas, tidak
terdapat luka
1) Palpasi:
CRT 2 detik, kulit teraba kasar dan tidak rata. Terdapat luka
dekubitus pada punggung kiri klien.
11. Genetalia
Inspeksi:
Tidak ada lesi dan luka. Terpasang kateter ukuran 16. Terpasang
pempers. Klien belum dapat bak. Urine menetes, berkemih tidak
tuntas, volume residu urin meningkat.
12. Ekstermitas
a. Post kll dan terdapat fraktur femur dextra
b. Kekuatan otot

5 5

5 5
h. Laboratorium
No Jenis Nilai Hasil Kesimpulan
Pemeriksaan Normal
1. Hemoglobin 13,2 - 17 12,3 gr/dl L
2. Hematokrit 40-52 44 L
3. Eritrosit 4.4-5.9 4,2 L

Terapi
No Nama Obat Dosis/hari Indikasi
1 Riger Lactat 1 Plabot Mengganti cairan tubuh yang
hilang saat mengalami luka,
cedera atau menjalani operasi
yang menyebabkan kehilangan
darah dengan jumlah banyak
1 Ranitidine 2x 50 mg Menangani asam lambung
2 Ceftriaxone 2x 1 gr Sebagai antibiotik
3 Ketorolac 3x 30 mg Untuk mengurangi rasa nyeri pada
klien
ANALISA DATA
No Data Fokus Etiologi Mecanism Problem
1 Tanggal 14/01/2021 Pencedera Hormon Nyeri
Data Subjektif : Biologis estrogen dan Akut
a. Klien mengatakan dirinya testosteron (D.0077)
merasa nyeri pada saluran tisak seimbang
kencing
P : nyeri akibat gerakan tidak
teratur. prostat

Q : nyeri seperti tertusuk. membesar

R : nyeri di bagian saluran


kencing. TURP

S : nyeri skala 5
Trauma insisi
T : nyeri terus terusan ketika
bergerak dan ada sentuhan
Rangsangan
kecil.
syaraf kecil
b. Klien mengatakan nyeri ``
sudah ada 1 mingguan.
Gate kontrol
Data Objektif :
terbuka
a. TD : 160/80mmhg
b. Nadi 80x/menit
Nyeri Akut
c. S : 36,00C
d. RR : 20x/menit
2 Tanggal 14/01/2021 Tekanan Hormon Gangguan
Data Subjektif uretra estrogen dan Eliminasi
Pasien mengatakan 1 minggu testosteron Urine
yang lalu kencing tidak bisa tisak seimbang Urine
tuntas dan terasa sedikit panas. (D.0050)
Klien kencing hanya menetes prostat
saja. membesar
Data Obektif : Penyempitan
a. TD : 160/80mmhg lumen ureter
b. Nadi 80x/menit
c. S : 36,00C Aliran urin
d. RR : 20x/menit terhambat

Retensi Urin

PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Gangguan Eliminasi Urie
2. Nyeri Akut
INTERVENSI
Tanggal No Dx SLKI Itervensi Rasional
27/07/21 D.007 Setelah dilakukan intervensi Manajemen Nyeri I.08238 Manajemen Nyeri
7 3x24 jam maka Tingkat Nyeri Observasi Observasi
L.08066 dapat 1. Identifikasi skala nyeri 1. Mengetahui skala nyeri klien.
terkendali : 2. Identifikasi yang 2. Mencari tau sumber
1. Keluhan nyeri cukup memperberat nyeri pemberat yang
menurun Terapeutik mengakibatkan nyeri
2. Sikap protrktif cukup 1. Berikan terapi meingkat
menurun nonfarmakologi untuk Terapeutik
3. Kesulitan tidur cukup mengurangi nyeri 1. Untuk fungsi kolaboasi
menurun 2. Fasilitasi istirahat dan tidur. pemberian obat
4. Berfokus pada diri sendiri Edukasi 2. Untuk memberikan
cukup menurun 1. Ajarkan teknik non farmakologi kenyamanan dan perbaikan
5. Frekuensi nadi cukup untuk mengurangi nyeri. kondisi
membaik Terapi relaksasi I.09326
Terapi relaksasi I.09326 Observasi
Kontrol Nyeri L.08063 Observasi 1. Untuk mengukur
terkendali : 1. Identifikasi teknik relaksasi pengalaman nyeri
1. Kemampuan mengunakan yang pernah Edukasi
teknik non-farmakologi efektif digunakan 1. Untuk memberikan
cukup mengingkat. Edukasi posisinyaman dan
1. Anjurkan mengambil posisi mengurangi kecemasan
nyaman 2. Untuk relaksasi dan
2. Anjurkan rileks dan merasakan penenang kondisi
sensasi relaksasi.

27/07/21 D.0050 Setelah dilakukan intervensi Kateterisasi urine I.04148 Kateterisasi urine I.04148
3x24 jam maka Eliminasi Urin 1. Pemasangan kateterisasi urin 1. Untuk memperlancar
L.04034 (prosedur) aliran urine klin,
1. Disuria cukup menurun 2. Menjelaskan memberikan terapi irigasi
2. Sensasi berkemih tujuan dari prosedur untuk cairan nacl sehingga
(tidakmerasakan sakit) pemasangan kateterisasi urin. urin tidak beku dan
cukup meningkat. menymbat
Perawatan Katerisasi Urine I.04164 2. Fungsi edukasi kepada
Status kenyamanan L.08064 1. Monitor kepatenan klien untuk penjelasan
bisa terkontrol : kateter urin prosedur
1. Pola eliminasi cukup 2. Monitor kebocoran kateter, Perawatan Katerisasi Urine
membaik selang dan kantung urine I.04164
Rileks cukup meningkat 3. Lakukan perawatan perineal 1. Untuk monitoring aliran
(minimal 1 kali sehari). irigasi dan haluaran urine
4. Jelaskan tujuan, manfaat dan 2. Fungsi monitoring adanya
risiko jika tidak kelancara atau hambatan
dibersihkan pada kateter
3. Untuk mengurangi adanya
risiko infeki pada kateter
4. Fungsi edukasi klien
IMPLEMENTASI

Tgl/Jam Tindakan Respon Ttd


Selasa, 27 Juli 2021
27/07/21 Melakukan pengkajian terhadap klien. Respon Subjektif
12.30 Menanyakan keluhan klien dan membina - Klien mengeluh nyeri dan tidak bisa BAK
hubungan salin percaya. - Klien kooperatif saat dilakukan pengkajian.
- Klien bersedia dikasih masukan bahkan diberikan
Berkomunikasi efektif dan meminta kesediaan informasi mengenai sakitnya.
untuk dikelola selama 3x24 jam Respon Objektif
27/07/21 Monitor kepatenan kateter urin Respon Subjektif
12.30 Klien bersedia dilakukan tindakan
Respon Objektif
Katater terpasang dan tampak bersih
Melakukan injeksi pemberian obat kolaborasi Respon Subjektif
farmakologi Klien makan dengan baik dan habis.
Klien bersedia dilakuakn injeksi
Menyarankan klien untuk makan sesuai nutrisi Respon Objektif
yang disediakan tim medis Injeksi Ceftriaxone dan Keto
27/07/21 1. Mengidentifikasi skala nyeri. Respon Subjektif
12.30 2. Mengidentifikasi yang memperberat - Klien mengatakan dirinya merasa nyeri pada
nyeri. saluran kencing
3. mengidentifikasi teknik relaksasi yang - P : nyeri ketika urin keluar.
pernah efektif digunakan. - Q : nyeri seperti terbakar.
- R : nyeri di bagian saluran kencing
- S : nyeri skala 5
- T : nyeri terus terusan ketika urine keluar.
- Klien mengatakan nyeri hebat sudah ada 2
mingguan.
Respon Objektif
- Klien menunjukan area nyerinya.
27/07/21 1. mengajarkan teknik relaksasi napas dalam Respon Subjektif
12.30 2. menganjurkan untuk selalu rileks - Klien mengatakan sulit untuk merasa rileks
- Klien mengatakan beberapa hari ini jika buang air
kecil terasa nyeri seperti terbakar.
Respon Objektif
27/07/21 1. Memberikan informasi mengenai Respon Subjektif
12.30 penyakitnya. - Klien bersedia diberikan informasi.
2. Memberikan informasi mengenai O : -Klien tampak paham dan memberikan eed back
perawatan kateter . berupa pertanyaan ke perawat
27/07/21 Melakukan TTV pada klien Respon Subjektif
12.30 Respon Objektif
TTD klien terpantau normal
TD 150/70 Nadi 80x/menit RR 20x/menit
Rabu, 28 Juli 2021
28/08/20 1. Mengidentifikasi skala nyeri. Respon Subjektif
15.05 2. mengidentifikasi teknik relaksasi yang - Klien mengatakan dirinya merasa nyeri pada
pernah efektif digunakan. saluran kencing
dan skrotum.
- P : nyeri ketika urin keluar.
- Q : nyeri seperti terbakar.
- R : nyeri di bagian supra pubis, saluran kencing,
skrotum.
- S : nyeri skala 5
- T : nyeri terus terusan ketika urine keluar.
- Klien mengatakan nyeri hebat sudah ada 2
mingguan.
Respon Objektif
Klien menunjukan area nyerinya.
28/12/20 1. Menanyakan kembali untuk terapi non- Respon Subjektif
15.05 farmakologi benar diaplikasikan atau tidak. - Klien mengatakan tindakan yang sudah diajarkan
diaplikasikan ketika nyeri.
- Klien mengatakan nyerinya masih terasa.
Hanyansaja memberikan efek rileks.
Respon Objektif
28/07/21 Melakukan TTV pada klien Respon Subjektif
12.30 Respon Objektif
TTD klien terpantau normal
TD 130/70 Nadi 80x/menit RR 20x/menit
28/07/21 Melanjutkan manajemen Nutrisi dengan Respon Subjektif
12.30 menyarakankan klien banyak mengkonsumsi Respon Objektif
protein
EVALUASI
DX Jam Evaluasi SOAP Paraf
Nyeri Akut 11.00 wib Subjektif
Klien mengatakan nyeri yang dirasakan
sudah berkurang, Skala nyeri menjadi 4.
Klien sudah mampu mengurangi nyeri
dengan tarik nafas dalam. Nyeri hilang
timbul namun terkontrol
Objektif
Klien tidak meringis kesakitan, klien
tampak tidak gelisah
TD 120/70 mmhg. Nadi 80x/menit
Skala nyeri 4
Assesment
Masalah keperawatan nyeri akut teratasi
Planing
Menganjurkan kepada klien untuk rutin
mekanan tingi protein untuk
mempercepat penyembuhan luka.
Menaplikasikan teknik yang sudah
diajarkan apabila nyei timbul kembali.
Rutin mengkonsumsi obat. Menyarankan
klien untuk kontorl sesuai jadwal kontrol
Gangguan 11.05 wib Subjektif
Eliminasi Klien mengatakan BAK klien sudah
Urine dengan kateter dan mampu melakukan
perawatan dengan baik. Klien memahami
konsep buang air dengan kateter
Objektif
Klien berkemih masih sedikit dan belum
mampu secara tuntas, urin klien masih
menetes
Assesment
Masalah keperawatan Gangguan
Eliminasi Urine teratasi
Planning
Memberikan edukasi kepada klien untuk
rutin menimum air putih.
BAB III
PEMBAHASAN

A. Pengkajian
Nyeri Akut adalah Nyeri Akut pengalaman sensorik atau emosional
yang berkaitan dengan kerusakan jaringan actual atau fungsional dengan
onset mendadak atau lambat dn berintensitas ringan hingga berat dan
constant yang berlangsung kurang dari 3 bulan (TIM Pokja SDKI DPP
PPNI, 2018)
Didalam tinjauan pustaka, pada pengkajian pasien bph dengan
masalah keperawatan utama nyeri akut didapatkan tanda Nyeri, Tampak
meringis, Bersikap protektif misal waspada dan posisi menghindar nyeri,
Gelisah, Frekuensi nadi meningkat, Sulit tidur.
Dan didalam kasus muncul tanda gejala terdapat nyeri. Dengan ini
sudah spesifik dan mengarah kebagian permasalahan nyeri akut.

B. Diagnosa keperawatan yang muncul dan intervensi yang diberikan


Nyeri Akut
Permasalahan keperawatan pertama adalah nyeri akut. Proses akan
dimulai dengan Keluhan dari BPH diakibatkan oleh adanya obstruksi dan
sekunder akibat dari respon kandung kemih. Komponen obstruksi dapat
dibagi menjadi obstruksi mekanik dan dinamik. Pada hiperplasi prostat,
obstruksi mekanik terjadi akibat penekanan terhadap lumen uretra atau
leher buli, yang mengakibatkan resistensi bladder outlet. Komponen
obstruksi dinamik menjelaskan berbagai jenis keluhan penderita. Stroma
prostat terdiri dari otot polos dan kolagen, yang dipersyarafi oleh saraf
adrenergik. Tonus uretra pars prostatika diatur secara autonom, sehingga
penggunaan α- blocker menurunkan tonus ini dan menimbulkan
disobstruksi. (Purnomo, 2012).
Gejala BPH terbagi menjadi gejala obstruktif dan iritatif. Gejala
obstruksi berupa hesistansi, penurunan pancaran urin, rasa tidak tuntas saat
berkemih, double voiding, mengejan saat berkemih dan urin menetes
setelah berkemih. Gejala iritatif berupa urgensi, frekuensi dan nokturia.
Gejala-gejala tersebut disebut sebagai gejala saluran kemih bagian
bawah atau Lower Urinary Tract Symtomps (LUTS) (Cooperberg, 2013).

C. Tindakan Keperawatan.
Tindakan keperawatan yang diberikan menurut AUA dan Ikatan Ahli
Urologi Indonesia dan Roehrnorn CG pada permasalahan nyeri akut adalah
terapi intervensi. Terapi ini dabagi menjadi 2 golongan yakni teknik ablasi
jaringan prostat atau pembedahan dan teknik instrumentasi alternatif.
Termasuk ablasi jaringan prostat adalah pembedahan terbuka, TURP, TUIP,
TUVP, laser prostatetomi. Sedangkan teknik instrumental alternatif adalah
intersitial laser coagulation, TUNA, TUMT, dilatasi balon, dan stent uretra.
Penelitian kedua dari harmawati (2019) gangguan rasa nyaman: nyeri pada
pasien pre op BPH dilakukan intervensi teknik relaksasi napas dalam untuk
mengirangi rasa nyeri pada saat pasien akan berkemih. Hasil penelitian nyeri belum
teratasi dikarenakan sensai panas pada saat berkemih terus dirasakan. Nyeri akan
mereda setelah beberapa menit bahkan jam setelah pasien selesai berkemih.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Nyeri Akut adalah pengalaman sensorik atau emosional yang
berkaitan dengan kerusakan jaringan actual atau fungsional dengan onset
mendadak atau lambat dn berintensitas ringan hingga berat dan constant yang
berlangsung kurang dari 3 bulan (TIM Pokja SDKI DPP PPNI, 2018). Tanda
tanda adanya nyeri adalah tampak meringis kesakitan. Tindakan Keperawatan
prioritas yang diberikan adalah pemberian pembedahan karena klien sudah
pada derajat 2.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
permasalahan keperawatan Gangguan Pola Nafas pada Tn S teratasi dengan
indikator yang dicapai. Disuria cukup menurun. Sensasi berkemih (tidak
merasakan sakit) cukup meningkat. Status kenyamanan bisa terkontrol : Pola
eliminasi cukup membaik. Rileks cukup meningkat.

B. Saran
Perlunya sebuah pengakajian lebih komprehensif pada klien BPH
dengan masalah keperawatan nyeri akut. Pemberian terapi non farmakologi
dan farmakologi harus dinilai seberapa tingkat efektifitasnya dalam
menangani masalah keperawatan nyeri akut.
DAFTAR PUSTAKA

Harmawati. (2019). Penerapan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Tn.M Dengan


Pre Operasi Benigna Prostate Hiperpalsia ( Bph )
Dalam Pemenuhan Kebutuhan Rasa Aman Dan
Nyaman Di Ruang Tulip Di Rs Tk Ii Pelamonia
Makassar. Jurnal Media Keperawatan: Politeknik
Kesehatan Makassar Vol. 10 No. 02 2019 e-issn : 2622-
0148, p-issn : 2087-0035

Herdman, H., Kamitsuru, S. (2015)Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis, & NANDA, NIC, NOC.

Herdman, H., Kamitsuru, S. (2018). Nanda-1 Diagnosis Keperawatan Definisi


dan Klasifikasi 2018-2020. Jakarta : Buku Kedokteran.

TIM Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Dewan
PengurusnPusat PersatuannPerawat Nasional Indonesia.
Edisi 1 Cetakan III Revisi.

TIM Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Dewan
PengurusnPusat PersatuannPerawat Nasional Indonesia.
Edisi 1 Cetakan II.

TIM Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Definisimdan Tindakan Keperawatan. Dewan
PengurusnPusat PersatuannPerawat Nasional Indonesia.
Edisi 1 Cetakan II.

Anda mungkin juga menyukai