Anda di halaman 1dari 47

Pengkajian keperawatan dilakukan dengan menggunakan berbagai metode yang

dilakukan di Kelurahan Curug Kecamatan Cimanggis Kota Depok pada tanggal


23-30 Oktober 2017. Metode pengkajian yang digunakan antara lain adalah
winshield survey, penyebaran kuesioner, wawancara, observasi dan literatur
review/data sekunder. Berikut ini adalah hasil pengkajian komunitas agregat
dewasa yang melakukan kontak langsung dengan klien tuberkulosis :
A. Inti Komunitas (Core)
1) Sejarah Wilayah
Kelurahan Curug merupakan salah satu dari 6 (enam) kelurahan yang ada
di kecamatan Cimanggis kota administrasi Depok yang terbentuk
berdasarkan perda kota Depok Nomor 08 tahun 2007 tentang pembentukan
kecamatan di Kota Depok dengan luas wilayah dengan luas wilayah
169,138 Ha yang berbatasan dengan:
Sebelah Utara : Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis
Sebelah Timur : Kelurahan Sukatani Kecamatan Tapos
Sebelah Selatan : Kelurahan Sukamaju Baru Kecamatan Tapos
Sebelah Barat : Kelurahan Cisalak Kecamatan Sukmajaya
Kepadatan penduduk kelurahan Curug 1,191 jiwa/ km2
Hasil penelusuran data kejadian kasus TB Paru di Kelurahan Curug sejak
tahun 2017 sampai dengan tahun 2017 sebanyak 48 orang dewasa yang
mengalami penyakit TB Paru. Klien TB Paru yang menjalani pengobatan
sejak tahun 2017 sebanyak 42 orang, yang sudah tuntas pengobatan
sebanyak 40 orang, dan yang tidak tuntas pengobatan sebanyak 2 orang.
Hasil wawancara dengan kader kesehatan di beberapa RW Kelurahan
Curug didapatkan data bahwa kejadian TB paru pada masyarakat bisa
dipetakan, kerena kejadiannya terkelompok pada satu wilayah. Kader RW.
07 mengatakan bahwa warga RT. 02 RW. 07 awal tahun 2017 yang
mengalami TB Paru ada 2 orang saja, tetapi di bulan Oktober ini sudah
terdapat 7 orang yang mengalami TB Paru (5 orang diantaranya sudah
tuntas pengobatan).
2) Demografi
a) Demografi Penduduk Kelurahan Curug
Berdasarkan profil Kelurahan Curug Bulan Juli tahun 2015 jumlah
penduduk sebanyak 26.853 jiwa.
1 Universitas Indonesia
Tabel 2.1.
Distribusi Frekuensi Demografi penduduk di Kelurahan Curug Kecamatan
Cimanggis Kota Depok Bulan Juli Tahun 2015
Jumlah Penduduk Laki-Laki Perempuan
WNI 13,623 Jiwa 13,068 Jiwa
WNA 0 0
Total 13,623 Jiwa 13,068 Jiwa

Berdasarkan tabel 2.1 diketahui bahwa jumlah penduduk terbanyak berjenis


kelamin laki-laki sejumlah 13,623 jiwa dan semua penduduk memiliki
kewarganegaraan Indonesia.
b) Demografi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin
Jumlah penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin di Kelurahan Curug
dapat terlihat dalam tabel berikut:

Tabel 2.2.
Distribusi Frekuensi Demografi penduduk Berdasarkan Umur dan Jenis
Kelamin di Kelurahan Curug Kecamatan Cimanggis Kota Depok Bulan
Juli Tahun 2015
No Umur
LK PR JML
1. 0-5 844 873 1717
2. 6 -10 1051 945 1996
3. 11-15 1093 1016 2109
4. 16-20 1031 997 2028
5. 21-25 1079 1087 2166
6. 26-30 1240 1270 2510
7. 31-35 1487 1370 2857
8. 36-40 1249 1273 2522
9. 41-45 1051 1058 2109
10. 46-50 1038 985 2023
11. 51-55 799 832 1631
12. 56-60 723 619 1342
13. 61-65 316 465 781
14. 66-70 165 201 366
15. 71-75 135 145 280
16. ≥76 127 126 253
Jumlah 13,428 13,253 26681
Berdasarkan tabel 2.2 diketahui bahwa jumlah penduduk terbanyak berada
pada rentang usia dewasa kemudian usia diikuti usia remaja.
c) Demografi Penduduk Berdasarkan Kelompok Usia Dewasa

2 Universitas Indonesia
Berdasarkan laporan bulanan di Kelurahan Curug Kecamatan Cimanggis
Kota Depok pada bulan April 2017, jumlah kelompok Usia Dewasa ditinjau
dari umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.3
Demografi Penduduk Berdasarkan Kelompok Usia Dewasa di Kelurahan
Curug Kecamatan Cimanggis Kota Depok
Jenis Kelamin
No. Umur Jumlah
Laki-laki Perempuan
1. 25-29 1225 1199 2424
2. 30-34 1156 1157 2313
3. 35-39 1068 1079 2147
4. 40-44 1075 1079 2154
5. 45-49 884 1008 1892
6. 50-54 839 710 1549
7. 55-59 560 452 1012
Jumlah 6.807 6.684 13.491
Sumber: Data Profile Kelurahan Curug, 2015

Berdasarkan tabel 2.4 diketahui bahwa jumlah penduduk usia dewasa


sejumlah 13.491 jiwa dan terbanyak pada rentang usia 25 - 29 tahun atau
rentang usia dewasa awal sejumlah 2.424 jiwa.
d) Demografi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Jumlah penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin di Kelurahan Curug
dapat terlihat dalam tabel berikut:

Tabel 2.4
Distribusi Frekuensi Demografi penduduk Berdasarkan Umur dan Jenis
Kelamin di Kelurahan Curug Kecamatan Cimanggis Kota Depok Bulan
Juli Tahun 2015
Jenis Kelamin Jumlah
No Tingkat Pendidikan
Laki-laki Perempuan
1. Belum sekolah 2.086 2.038 4.124
2. Tidak pernah sekolah 1.141 1.256 2.397
3. Tamat SD 1.416 1.638 3.058
4. Tamat SMP 2.123 1.256 3.379
5. Tamat SMA 1.416 1.638 3.054
6. Tamat Perguruan 1.300 948 2.248
Tinggi
Sumber: Profil Kelurahan Curug Kecamatan Cimanggis, 2015

3 Universitas Indonesia
Berdasarkan tabel 2.3 diketahui bahwa mayoritas penduduk kelurahan Curug
pendidikannya tamat SMP.
e) Demografi Penduduk Menurut Pekerjaan
Distribusi Frekuensi Demografi penduduk Berdasarkan Status Jumlah
penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin di Kelurahan Curug dapat
terlihat dalam tabel berikut:

Tabel 2.5
Pekerjaan Kelamin di Kelurahan Curug Kecamatan Cimanggis Kota Depok
Bulan Juli Tahun 2015
Jumlah
No Pekerjaan

1. Bekerja 9343
2. Belum Bekerja 5330
3. Tidak Bekerja 5195
Sumber: Profil Kelurahan Curug Kecamatan Cimanggis, 2015

Berdasarkan tabel 2.4 diketahui bahwa mayoritas penduduk kelurahan Curug


bekerja dengan berbagai jenis pekerjaan. Mayoritas warga kelurahan Curug
memiliki pekerjaan PNS/ TNI/ Polri berjumlah 1,784 orang.
e) Demografi Penduduk Menurut Agama
Jumlah penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin di Kelurahan Curug
dapat terlihat dalam tabel berikut:
Tabel 2.6
Distribusi Frekuensi Demografi penduduk Berdasarkan Umur dan Jenis
Kelamin di Kelurahan Curug Kecamatan Cimanggis Kota Depok Bulan
Juli Tahun 2015
Jumlah
No Pekerjaan

1. Islam 24.599
2. Kristen 10,464
3. Katolik 384
4. Hindu 2
5. Budha 113
6. Kong Hu Chu 150
Sumber: Profil Kelurahan Curug Kecamatan Cimanggis, 2015

4 Universitas Indonesia
Berdasarkan tabel 2.5 diketahui bahwa mayoritas penduduk kelurahan Curug
beragama Islam.
f) Distribusi Kelompok Dewasa Tuberculosis Paru
Jumlah kelompok dewasa dengan tuberculosis paru berdasarkan hasil
pengkajian keperawatan komunitasdi setiap RW Kelurahan Curug
Kecamatan Cimanggis Kota Depok dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.7
Distribusi Jumlah Kelompok Dewasa Tuberculosis Paru Berdasarkan Hasil
Pengkajian Keperawatan Komunitasdi Kelurahan Curug Kecamatan
Cimanggis Kota Depok Bulan Oktober 2017 (n = 14)
No. RW Frekuensi Presentasi (%)

1. 1 2 14,4%

2. 2 3 21,4%

3. 3 0 0

4. 4 1 7,1%

5. 5 2 14,4%

6. 6 1 7,1%

7. 7 1 7,1%

8. 8 3 21,4%

9. 9 1 7,1%

10. 10 0 0

11. 11 0 0

Jumlah 14 100

Sumber : Survei Mahasiswa Program Spesialis Ilmu Keperawatan


Peminatan Keperawatan Komunitas FIK UI Tahun 2017

Berdasarkan tabel 2.7 diketahui bahwa jumlah kelompok dewasa


tuberculosis paru tertinggi di wilayah RW 2 dan RW 8 sejumlah 3 orang
(21,4%).

B. Data Subsistem

5 Universitas Indonesia
1) Lingkungan Fisik
Dari hasil Whinsield Survey sebagian besar perumahan penduduk di Kelurahan
Curug adalah bangunan permanen dengan jarak antar rumah berdempetan dengan
rumah lainnya. Selain itu, rata-rata ventilasi rumah kecil sehingga sinar matahari
masuk < 10% dari luas lantai rumah.

Dari hasil wawancara dengan para kader di Kelurahan Curug mengatakan


mayoritas warga merupakan warga pendatang atau bukan penduduk asli,
sehingga banyak warga yang tidak memiliki rumah tetap atau rumah pribadi
(kontrakan). Tidak ada bangunan khusus sebagai wadah kegiatan untuk anak-
anak usia remaja di beberapa RW terdapat posko yang seringkali digunakan
sebagai tongkrongan pemuda.

Berdasarkan hasil pengkajian keperawatan komunitas didapatkan data lingkungan


fisik rumah kelompok usia dewasa yang retan tertular tuberculosis paru di
Kelurahan Curug Kecamatan Cimanggis Kota Depok sebagai berikut :

Tabel 2.8
Distribusi Frekuensi Keluarga Klien Tuberkulosis Paru Dan Kelompok Dewasa
Yang Rentan Tertular Tuberculosis Paru Berdasarkan Lingkungan Fisik Rumah
di Kelurahan Curug Kecamatan Cimanggis
Kota Depok Tahun 2017 (n = 77)
Persentasi
No. Lingkungan Fisik Rumah Frekuensi
(%)

1. Memenuhi syarat 47 61,1

2. Kurang memenuhi syarat 30 38,9

Jumlah 77 100

Sumber : Survei Mahasiswa Program Spesialis Ilmu Keperawatan


Peminatan Keperawatan Komunitas FIK UI Tahun 2017

Berdasarkan tabel 2.8 diketahui bahwa sebagian besar kelompok usia dewasa
yang rentan tertular tuberculosis paru memiliki lingkungan fisik rumah yang
kurang memenuhi syarat sehat atau sebanyak 30 orang (38,9%).

6 Universitas Indonesia
2) Pelayanan Kesehatan
a. Fasilitas Kesehatan
Secara umum di Kelurahan Curug Kecamatan Cimanggis Kota Depok
terdapat banyak fasilitas kesehatan yang dapat digunakan oleh masyarakat
memeriksakan kesehatannya, baik fasilitas kesehatan milik pemerintah
maupun swasta. Berdasarkan Observasi didapatkan data sebagai berikut :
Tabel 2.9
Fasilitas Kesehatan di Kelurahan Curug
Kecamatan Cimanggis Kota Depok Tahun 2015
No Sarana Kesehatan Jumlah
1. Puskesmas 1
2. Poliklinik/Balai Pengobatan 5
3. Apotek 2
4. Posyandu 13
5. Toko Obat 2
6. Balai Pengobatan Masyarakat Yayasan/ Swasta 1
7. Praktek Dokter 4
8. Rumah Besalin 2
9. Balai Kesehatan Ibu dan Anak 1
Total 31
Sumber: Data Profile Kelurahan Curug, 2015

Berdasarkan tabel 2.9 diketahui bahwa di Kelurahan Curug terdapat berbagai


macam fasilitas kesehatan yang dapat digunakan warga untuk memeriksakan
kesehatan. Fasilitas terbanyak adalah posyandu sebanyak 13 buah.

b. Aktivitas Kelompok Dewasa Tuberculosis Paru


Berdasarkan hasil pengkajian keperawatan komunitas terhadap pemanfatan
fasilitas kesehatan oleh keluarga klien tuberkulosis paru dan kelompok dewasa
yang rentan tertular tuberculosis paru di Kelurahan Curug Kecamatan
Cimanggis Kota Depok didapatkan hasil yaitu :

Tabel 2.10
Distribusi Frekuensi Fasilitas Kesehatan yang Dikunjungi Keluarga
Klien Tuberkulosis Paru Dan Kelompok Dewasa Yang Rentan Tertular
Tuberculosis Paru di Kelurahan Curug

7 Universitas Indonesia
Kecamatan Cimanggis Kota Depok
Tahun 2017 (n = 77)
Variabel Kategori Frekuensi Persentase (%)

Rumah sakit 15 19,5

Puskesmas 24 31,1
Sarana
Dr/Perawat/Bidan 38 49,4
Kesehatan
Balai Pengobatan 0 0

Lain-lain 0 0

Jumlah 77 100

< 1 km 52 67,5
Jarak
1-5 km 25 32,5
ke Fasilitas
6–10 0 0
Kesehatan
>10 km 0 0

Jumlah 77 100

Askes/BPJS/KIS 70 90,9

Tabungan 0 0
Pendanaan
Dana Sehat 0 0
Kesehatan
Lainnya 2 2,6

Tidak ada 5 6,5

Jumlah 77 100

Sumber : Survei Mahasiswa Program Spesialis Ilmu Keperawatan


Peminatan Keperawatan Komunitas FIK UI Tahun 2017
Berdasarkan hasil pada tabel 2.10 diketahui fasilitas kesehatan terbanyak yang
dikunjungi oleh keluarga klien tuberkulosis paru dan kelompok dewasa yang
rentan tertular tuberculosis paru adalah dokter/bidan/perawat praktek yaitu
sebanyak 38 orang (49,4%) dari hasil wawancara beberapa warga
menngatakan jarak tepuh ke dokter/bidan/perawat praktek sangat dekat
sehingga lebih memudahkan dijangkau jika sakit, jarak ke fasilitas pelayanan
kesehatan terbanyak yaitu <1 km sebanyak 52 orang (67,5%), dan pendanaan

8 Universitas Indonesia
kesehatan yang digunakan terbanyak adalah Askes/BPJS/KIS sebanyak 70
orang (90,9%).
Tabel 2. 11
Distribusi Frekuensi Keluarga Klien Tuberkulosis Paru Dan Kelompok
Dewasa Yang Rentan Tertular Tuberculosis Paru Terkait Kebiasaan
Memeriksakan Kesehatan di Kelurahan Curug Kecamatan CimanggisKota
Depok 2017 (n = 77)
Variabel Kategori Frekuensi Persentasi (%)

Beli obat bebas 45 58,4


Kebiasaan
Sebelum ke Minum Jamu 5 6,5
Pelayanan
Kesehatan Lain-lain (obat
27 35,1
tradisional)

Jumlah 77 100

Melakukan
Kebiasaan 67 87
Pemeriksaan
Melakukan
Pemeriksaan Tidak
Kesehatan Melakukan 10 13
pemeriksaan

Jumlah 77 100

Sumber : Survei Mahasiswa Program Spesialis Ilmu Keperawatan


Peminatan Keperawatan Komunitas FIK UI Tahun 2017

Berdasarkan hasil pada tabel 2.11 diketahui bahwa keluarga klien tuberkulosis
paru dan kelompok dewasa yang rentan tertular tuberculosis paru lebih
banyak yang mengkonsumsi obat-obatan bebas sebelum ke pelayanan
kesehatan yaitu sebanyak 45 orang (58,4%), serta lebih banyak yang
melakukan pemeriksaan kesehatan yaitu sebanyak 67 orang (87%) baik ke
posbindu maupun ke pelayanan kesehatan.

3) Ekonomi
a. Jenis Pekerjaan Penduduk

9 Universitas Indonesia
Secara umum jenis pekerjaan penduduk di Kelurahan Curug Kecamatan
Cimanggis Kota Depok sebagai berikut :
Tabel 2.12
Jenis Pekerjaan Penduduk Kelurahan Curug Tahun 2015
No. Jenis Pekerjaan Jumlah (Jiwa)

1. Pegawai negeri Sipil 2200

2. TNI/POLRI 750

3. Pegawai Swasta 1300

4. Pedagang 5000

5. Wiraswasta 668

6. Jasa 575

7. Lainnya 200

Sumber: Data Profile Kelurahan Curug, 2015

Berdasarkan tabel 2.12 diketahui jenis pekerjaan penduduk Kelurahan Curug


yang paling banyak yaitu pedagang sejumlah 5000 jiwa. Hal ini didukung
dengan potensi perekonomian di wilayah Kelurahan Curug yang cukup pesat
dan banyaknya warga pendatang yang berprofesi sebagai pedagang.

b. Pendapatan Asli Daerah


Pendapatan asli daerah Kelurahan Curug Kecamatan Cimanggis Kota Depok
sebagai salah satu sumber penerimaan daerah. Berdasarkan profil kelurahan
tahun 2015 dilaporkan pemdapatan asli daerah bersal dari hasil pemasukan
dana PBB terakhir sejumlah Rp. 2.916.647.910 T. Target (PBB) gol. 1,2 dan 3
tahun 2015 sejumlah Rp. 823.765.609 dan target (PBB) gol. 4 dan 5 sejumlah
Rp. 2.464.805. 922.

c. Distribusi Karakteristik Ekonomi Kelompok Dewasa Tuberculosis Paru


Berdasarkan hasil pengkajian keperawatan komunitas terkait karakteristik
ekonomi keluarga klien tuberkulosis paru dan kelompok dewasa yang rentan

10 Universitas Indonesia
tertular tuberculosis paru di Kelurahan Curug Kecamatan Cimanggis Kota
Depok didapatkan hasil berupa :

Tabel 2.13
Distribusi Frekuensi Keluarga Klien Tuberkulosis Paru Dan Kelompok
Dewasa Yang Rentan Tertular Tuberculosis Paru Berdasarkan Status
Pekerjaan di Kelurahan Curug Kecamatan Cimanggis Kota Depok
Tahun 2017 (n = 77)
Persentasi
No. Status Pekerjaan Frekuensi
(%)

1. Tidak Bekerja 14 18,2

2. Bekerja 63 81,8

Jumlah 77 100

Sumber : Survei Mahasiswa Program Spesialis Ilmu Keperawatan


Peminatan Keperawatan Komunitas FIK UI Tahun 2017

Berdasarkan tabel 2.13 diketahui bahwa keluarga klien tuberkulosis paru dan
kelompok dewasa yang rentan tertular tuberculosis paru didominasi oleh
pekerja yaitu sebanyak 63 orang (81,8%), akan tetapi 14 orang (18,2%) yang
tidak bekerja merupakan klien tuberkulosis paru yang sedang menjalani
pengobatan.

Tabel 2.14
Distribusi Frekuensi Keluarga Klien Tuberkulosis Paru Dan Kelompok
Dewasa Yang Rentan Tertular Tuberculosis Paru Berdasarkan Jumlah
Penghasilan Perbulan di Kelurahan Curug
Kecamatan Cimanggis Kota Depok
Tahun 2017 (n=77)

11 Universitas Indonesia
No. Penghasilan Perbulan Frekuensi Persetase (%)

1. <3.046.180 59 76,6

2. >3.046.180 18 23,4

Jumlah 77 100

Sumber : Survei Mahasiswa Program Spesialis Ilmu Keperawatan


Peminatan Keperawatan Komunitas FIK UI Tahun 2017

Berdasarkan tabel 2.14 diketahui sebagian besar keluarga klien tuberkulosis


paru dan kelompok dewasa yang rentan tertular tuberculosis paru
penghasilannya dibawah UMR (Rp. <3.046.180) yaitu sebanyak 59 orang
(76,6%).

4) Keamanan dan Transportasi


Sarana transportasi yang digunakan keluarga klien tuberkulosis paru dan
kelompok dewasa yang rentan tertular tuberculosis paru di Kelurahan Curug
Kecamatan Cimanggis Kota Depok untuk melakukan pemeriksaan kesehatan
yaitu:
Tabel 2.15
Ditribusi Frekuensi Keluarga Klien Tuberkulosis Paru dan Kelompok Dewasa
yang Rentan Tertular Tuberculosis Paru Berdasarkan Penggunaan
Transportasi ke Pelayanan Kesehatan Kelurahan Curug Kecamatan Cimanggis
Kota Depok Tahun 2017 (n=77)
Persentasi
No. Penggunaan Transportasi Frekuensi
(%)

1. Jalan Kaki 54 70,1

2. Kendaraan Umum 8 10,4

3. Kendaraan Pribadi 15 19,5

4. Lainnya 0 0

Jumlah 77 100

Sumber : Survei Mahasiswa Program Spesialis Ilmu Keperawatan


Peminatan Keperawatan Komunitas FIK UI Tahun 2017

12 Universitas Indonesia
Berdasarkan tabel 2.15 didapatkan bahwa sebagian besar keluarga klien
tuberkulosis paru dan kelompok dewasa yang rentan tertular tuberculosis paru
atau sebanyak 54 orang (70,1%) berjalan kaki untuk menuju ke pelayanan
kesehatan.

5) Komunikasi dan Informasi


Berdasarkan observasi yang dilakukan di Kelurahan Curug Kecamatan
Cimanggis Kota Depok, sebagian besar kelompok usia dewasa tuberculosis
paru menggunakan handpone sebagai sarana komunikasi dan informasi, selain
itu alat komunikasi dan informasi yang digunakan adalah pengeras suara yang
terdapat di masing-masing masjid di wilayah Kelurahan Curug. Alat
komunikasi tersebut digunakan untuk menginformasikan kegiatan-kegiatan
yang akan dilaksanakan seperti posyandu, posbindu, pengajian, dan lain-lain.

6) Pendidikan
Tingkat pendidikan keluarga klien tuberkulosis paru dan kelompok dewasa
yang rentan tertular tuberculosis paru di Kelurahan Curug Kecamatan
Cimanggis Kota Depok berdasarkan hasil pengkajian keperawatan
komunitasdidapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 2.16
Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Keluarga Klien Tuberkulosis Paru
dan Kelompok Dewasa yang Rentan Tertular Tuberculosis Paru di Kelurahan
Curug Kecamatan Cimanggis Kota Depok Tahun 2017 (n=77)
Presentase
No. Tingkat Pendidikan Frekuensi
(%)

1. Tidak sekolah 8 10,4

2. Tamat SD 12 15,6

3. Tamat SMP 15 19,4

4. Tamat SMA 32 41,6

5. Perguruan Tinggi 10 13

Jumlah 11 100

13 Universitas Indonesia
Sumber : Survei Mahasiswa Program Spesialis Ilmu Keperawatan
Peminatan Keperawatan Komunitas FIK UI Tahun 2017

Berdasarkan tabel 2.16 diketahui bahwa sebagian besar keluarga klien


tuberkulosis paru dan kelompok dewasa yang rentan tertular tuberculosis paru
atau sebanyak 32 orang (41,6%) memiliki tingkat pendidikan tamatan SMA.

7) Politik dan Pemerintahan


Kelurahan Curug dipimpin oleh lurah dimana membawahi wilayah RW dan RT
yang masing-masing dipimpin oleh Ketua RW dan RT. Pemilihan Ketua RW
dan RT dilakukan setiap 5 tahun sekali. Kegiatan politik diarahkan pada
pendataan warga dan pembinaan ketahanan. Berdasarkan observasi lembaga
kemasyarakat tersebut sangat mendukung berbagai kegiatan di Kelurahan
Curug, terlebih lagi yang berkaitan dengan status kesehatan warga kelurahan
Curug. Terdapat peraturan kawasan bebas asap rokok di Kantor Kelurahan
Curug.

8) Rekreasi
Kegiatan rekreasi merupakan kegiatan yang dapat mengurangi stres. Kegiatan
ini dapat dilakukan di kelurahan Curug karena dekat dengan tempat seperti
rawa. Terdapat sarana olah raga seperti lapangan bulu tangkis, tenis meja dan
lainnya. Hal ini dapat meningkatkan aktivitas kelompok dewasa di luar rumah.
Namun beberapa kelompok dewasa mengatakan tidak pernah berekreasi.
Karena aktivitas fisik kurang dilakukan maka bebrapa kelompok dewasa
mengatakan dibantu oleh keluarga.

Tabel 2.17 Distribusi Frekuensi Keluarga Klien Tuberkulosis Paru dan


Kelompok Dewasa yang Rentan Tertular Tuberculosis Paru Berdasarkan
pemanfaatan sarana rekreasi di Kelurahan Curug Tahun 2017 (n = 77)
No Pemanfaatan sarana Frekuensi Persentase
rekreasi (%)
1 Sering 43 55,8
2 Jarang 25 32,5
3 Tidak pernah 9 11,7
Jumlah 77 100

14 Universitas Indonesia
Sumber : Survei Mahasiswa Program Spesialis Ilmu Keperawatan
Peminatan Keperawatan Komunitas FIK UI Tahun 2017

Berdasarkan tabel 2.17, sebagian besar keluarga klien tuberkulosis paru dan
kelompok dewasa yang rentan tertular tuberculosis paru memanfaatkan fasilitas
rekreasi.

Tabel 2.18 Distribusi Frekuensi Keluarga Klien Tuberkulosis Paru dan


Kelompok Dewasa yang Rentan Tertular Tuberculosis Paru Berdasarkan
kegiatan di waktu luang di Kelurahan Curug Tahun 2017 (n = 77)
No Kegiatan di waktu luang Frekuensi Persentase
(%)
1 Di rumah 20 26
2 Berkumpul dengan teman 39 50,6
3 Lainnya 18 23,4
Jumlah 77 100
Sumber : Survei Mahasiswa Program Spesialis Ilmu Keperawatan
Peminatan Keperawatan Komunitas FIK UI Tahun 2017

Berdasarkan tabel 2.18, lebih banyak keluarga klien tuberkulosis paru dan
kelompok dewasa yang rentan tertular tuberculosis paru yang berkumpul dengan
teman saja pada waktu luang.

Tabel 2.19 Distribusi Frekuensi Keluarga Klien Tuberkulosis Paru dan


Kelompok Dewasa yang Rentan Tertular Tuberculosis Berdasarkan kegiatan
olahraga atau senam di Kelurahan Curug Tahun 2017 (n = 77)
No Kegiatan olahraga atau Frekuensi Persentase
senam (%)
1 Sering 15 19,5
2 Jarang 12 15,6
3 Tidak pernah/lainnya 50 64,9
Jumlah 77 100
Sumber : Survei Mahasiswa Program Spesialis Ilmu Keperawatan
Peminatan Keperawatan Komunitas FIK UI Tahun 2017

15 Universitas Indonesia
Berdasarkan tabel 2.16, sebagian besar (64,9%) keluarga klien tuberkulosis paru
dan kelompok dewasa yang rentan tertular tuberculosis paru yang tidak pernah
berolahraga.

C. Persepsi
Berikut ini akan ditampilkan pandangan pengetahuan, sikap dan ketrampilan
keluarga klien tuberkulosis paru dan kelompok dewasa yang rentan tertular
tuberculosis paru tentang pencegahan penularan tuberkulosis.

Tabel 2.20 Distribusi Frekuensi Keluarga Klien Tuberkulosis Paru dan Kelompok
Dewasa yang Rentan Tertular Tuberculosis Berdasarkan Pengetahuan Pencegahan
Penularan Tuberkulosis di Kelurahan Curug Tahun 2017 (n = 77)
No Pengetahuan Persentase (%)
1 Kurang 65
2 Baik 35
Jumlah 100
Sumber : Survei Mahasiswa Program Spesialis Ilmu Keperawatan
Peminatan Keperawatan Komunitas FIK UI Tahun 2017
Berdasarkan tabel 2.20, keluarga klien tuberkulosis paru dan kelompok dewasa yang
rentan tertular tuberculosis paru lebih banyak yang pengetahuannya masih kurang
tentang perilaku pencegahan penularan tuberkulosis.

Tabel 2.21 Distribusi Frekuensi Keluarga Klien Tuberkulosis Paru dan Kelompok
Dewasa yang Rentan Tertular Tuberculosis Berdasarkan Sikap Pencegahan
Penularan Tuberkulosis di Kelurahan Curug Tahun 2017 (n=77)
No Sikap Persentase (%)
1 Kurang 43,8
2 Baik 43,8
Jumlah 100
Sumber : Survei Mahasiswa Program Spesialis Ilmu Keperawatan
Peminatan Keperawatan Komunitas FIK UI Tahun 2017

Berdasarkan tabel 2.21, keluarga klien tuberkulosis paru dan kelompok dewasa
yang rentan tertular tuberculosis paru memiliki sikap pencegahan penularan
tuberkulosis dengan persentasi yang sama antara kurang dan baik.

16 Universitas Indonesia
Tabel 2.22 Distribusi Frekuensi Keluarga Klien Tuberkulosis Paru dan Kelompok
Dewasa yang Rentan Tertular Tuberculosis Berdasarkan Keterampilan
Pencegahan Penularan Tuberkulosis di Kelurahan Curug Tahun 2017(n=46)
No Keterampilan Persentase (%)
1 Kurang 52,9
2 Baik 47,1
Jumlah 100
Sumber : Survei Mahasiswa Program Spesialis Ilmu Keperawatan
Peminatan Keperawatan Komunitas FIK UI Tahun 2017

Berdasarkan tabel 2.22, lebih banyak keluarga klien tuberkulosis paru dan
kelompok dewasa yang rentan tertular tuberculosis paru yang kurang terampil
dalam melaksanakan pencegahan penularan tuberkulosis pada keluarganya.

D. Dukungan Kelompok Dewasa Tuberculosis Paru


Dukungan bagi kelompok dewasa tuberculosis paru di Kelurahan Curug Kecamatan
Cimanggis Kota Depok berdasarkan hasil pengkajian keperawatan komunitas
didapatkan data sebagai berikut :
Tabel 2.23
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Kelompok Dewasa Tuberculosis Paru
di Kelurahan Curug Kecamatan Cimanggis
Kota Depok Tahun 2017 (n=11)
No. Dukungan Frekuensi Persetase (%)

1. Baik 7 41,17

2. Kurang Baik 10 58,83

Jumlah 17 100

Sumber : Survei Mahasiswa Program Spesialis Ilmu Keperawatan


Peminatan Keperawatan Komunitas FIK UI Tahun 2017

Berdasarkan tabel 2.23 diketahui bahwa setengahnya kelompok dewasa


tuberculosis paru atau sebanyak 10.orang (58,83%) mempunyai dukunganyang
kurang baik dari keluarga.

2.1 Analisis Data dan Diagnosis Keperawatan


17 Universitas Indonesia
A. Analisis Data
Berdasarkan hasil pengkajian keperawatan komunitas yang dilakukan pada kelompok
dewasa tuberculosis paru di Kelurahan Curug Kecamatan Cimanggis Kota Depok,
maka dapat dilakukan analisa masalah kesehatan sebagai berikut :
No. Analisa Data Masalah

1. Wawancara : Ketidakefektifan koping


kelompok usia dewasa
1. Penanggungjawab program TB Paru Puskesmas
tuberculosis paru di
Cimanggis mengatakan terdapat 14 penderita TB
Kelurahan Curug
Paru yang sedang menjalani pengobatan TB Paru
Kecamatan Cimanggis
di Kelurahan Curug Kecamatan Cimanggis Kota
Kota Depok
Depok
2. Kader kesehatan TB Paru Kelurahan Curug
mengatakan bahwa belum ada kegiatan rutin yang
dilakukan untuk penderita TB Paru selain
pengambilan obat OAT di Puskesmas Cimanggis
3. Penanggungjawab program TB Paru Puskesmas
Cimanggis mengatakan kesulitan mengumpulkan
penderita TB Paru ketika akan mengadakan
kegiatan seperti senam pernafasan di Puskesmas
Cimanggis
4. Kader kesehatan TB Paru Kelurahan Curug
mengatakan terdapat 3 orang terduga TB Paru di
RW 4,5, dan 10 yang sulit untuk memeriksakan
kesehatan ke Puskemas karena kurangnya
dukungan dari keluarga dan tidak ada kemauan
dari yang bersangkutan

Observasi (Data Sekunder) :

1. Angka penemuan seluruh kasus TB paru di


Kelurahan Curug Kecamatan Cimanggis Kota
Depok pada tahun 2015 sebanyak 83 kasusdengan
kasus BTA positif sebanyak 19 kasus

18 Universitas Indonesia
2. Angka kesembuhan TB Paru mencapai 95,12%
3. Angka pengobatan lengkap TB Paru sebesar
2,44%
4. Angka keberhasilan pengobatan TB Paru sebesar
97,56%
5. Angka kematian selama pengobatan TB Paru
sebanyak 2 kasus.
Angket :

1. Setengahnya kelompok dewasa tuberculosis paru


atau sebanyak 5 orang (41,7%) mempunyai
pengetahuan yang kurang baik.
2. Setengahnya kelompok dewasa tuberculosis paru
atau sebanyak 5 orang (41,7%) mempunyai sikap
yang kurang baik.
3. Setengahnya kelompok dewasa tuberculosis paru
atau sebanya 7.orang (58,3%) mempunyai perilaku
kurang baik.
4. Setengahnya kelompok dewasa tuberculosis paru
atau sebanyak 5 orang (41,7%) mempunyai
mekanisme koping yang kurang efektif.
5. Setengahnya kelompok dewasa tuberculosis paru
atau sebanyak 5.orang (41,6%) mempunyai
dukungan yang kurang baik dari keluarga.
2. 1. Kader kesehatan TB Paru Kelurahan Curug Ketidak efektifan
mengatakan belum optimal dalam pengendalian pemeliharaan kesehatan
pencegahan penularan TB Paru pada kelompok dewasa
2. Kader kesehatan TB Paru Kelurahan Curug yang melakukan kontak
mengatakan mengatakan kurangnya perilaku langsung dengan klien
masyarakat dalam pencarian kesehatan. TB di Kelurahan Curug
3. 8 dari 10 orang dewasa yang mengisi angket, Kecamatan Cimanggis
mengatakan tidak tau kandungan makanan yang Kota Depok
dapat meningkatkan daya tahan tubuh

19 Universitas Indonesia
Observasi :

1. Terdapat 10 rumah penderita TB Paru di


Kelurahan Curug pada saat kunjungan rumah yang
tidak mendapatkan pencahayaan sinar matahari
atau lembab, jendela tidak terbuka, dan dihuni oleh
banyak orang.
2. Masih ditemukan beberapa penderita TB Paru
yang tidak menggunakan masker pada saat di
rumah dan jika bepergian
3. Masih ditemukan beberapa penderita TB Paru
yang menutup mulut dengan telapak tangan ketika
batuk sehingga tidak memenuhi etika batuk
4. Masih ditemukan beberapa penderita TB Paru
yang membuang ludah di sembarang tempat
5. Masih ditemukan bebrapa anggota keluarga klien
TB dan tetangga yang memiliki tanda gejala TB
Paru terutama batuk lebih dari 2 minggu.
Angket
1. Setengahnya kelompok dewasa yang melakukan
kontak langsung dengan klien tuberculosis paru
atau sebanyak 40 orang (41,7%) mempunyai
pengetahuan yang kurang baik.
2. Setengahnya kelompok dewasa yang melakukan
kontak langsung dengan klien tuberculosis paru
atau sebanyak 40 orang (41,7%) mempunyai sikap
yang kurang baik.
3. Setengahnya kelompok dewasa tuberculosis paru
atau sebanyak 45.orang (58,3%) mempunyai
perilaku kurang baik.
4. Sebagian kecil penderita TB Paru atau sebanyak 4
orang (33,3%) tidak setuju bahwa penyakit TB
Paru dapat ditularkan ke orang lain

20 Universitas Indonesia
5. Sebagian kecil penderita TB Paru atau sebanyak 3
orang (25%) dan sebagian darii kelompok dewasa
yang melakukan kontak langsung dengan klien
tuberculosis paru atau sebanyak 40 orang (50%)
jarang menutup mulut dengan tisu atau sarung
tangan ketika batuk
6. Sebagian kecil penderita TB Paru atau sebanyak 3
orang (25%) tidak pernah dan 4 orang (33,3%)
jarang membuang dahak di wadah khusus seperti
pot tertutup dengan larutan pembunuh kuman atau
bakteri
7. Sebagian kecil penderita TB Paru atau sebanyak 4
orang (33,3%) tidak pernah tidur terpisah dengan
anggota keluarga lainnya
8. Sebagian kecil penderita TB Paru atau sebanyak 2
orang (16,3%) meludah di sembarang tempat
9. Sebagian besar penderita TB Paru atau sebanyak 8
orang (66,6%) memakai masker jika keluar rumah
saja dimana seharusnya memakai masker di dalam
rumah juga
10. Sebanyak 60 orang (72,7%) menyatakan setuju
bahwa dengan mengkonsumsi makanan
berkarbohidrat tinggi dapat meningkatkan daya
tahan tubuh,
11. Sebanyak 40 orang (41,7%) menyatakan setuju
dengan memakan buah 1 potong saja sudah
mencukupi kebutuhan vitamin dalam tubuh
3. Wawancara : Perilaku kesehatan
1. Kader kesehatan TB Paru Kelurahan Curug berresiko kelompok usia
mengatakan belum optimal dalam pengendalian dewasa tuberculosis paru
pencegahan penularan TB Paru di Kelurahan Curug
Kecamatan Cimanggis

21 Universitas Indonesia
2. Kader kesehatan TB Paru Kelurahan Curug Kota Depok cenderung
mengatakan mengatakan kurangnya perilaku beresiko
masyarakat dalam pencarian kesehatan.
3. 8 dari 10 orang dewasa yang mengisi angket,
mengatakan tidak tau kandungan makanan yang
dapat meningkatkan daya tahan tubuh
Observasi :

1. Terdapat 10 rumah penderita TB Paru di


Kelurahan Curug pada saat kunjungan rumah yang
tidak mendapatkan pencahayaan sinar matahari
atau lembab, jendela tidak terbuka, dan dihuni oleh
banyak orang.
2. Masih ditemukan beberapa penderita TB Paru
yang tidak menggunakan masker pada saat di
rumah dan jika bepergian
3. Masih ditemukan beberapa penderita TB Paru
yang menutup mulut dengan telapak tangan ketika
batuk sehingga tidak memenuhi etika batuk
4. Masih ditemukan beberapa penderita TB Paru
yang membuang ludah di sembarang tempat
5. Masih ditemukan bebrapa anggota keluarga klien
TB dan tetangga yang memiliki tanda gejala TB
Paru terutama batuk lebih dari 2 minggu.
Angket
1. Setengahnya kelompok dewasa yang melakukan
kontak langsung dengan klien tuberculosis paru
atau sebanyak 40 orang (41,7%) mempunyai
pengetahuan yang kurang baik.
2. Setengahnya kelompok dewasa yang melakukan
kontak langsung dengan klien tuberculosis paru
atau sebanyak 40 orang (41,7%) mempunyai sikap
yang kurang baik.

22 Universitas Indonesia
3. Setengahnya kelompok dewasa tuberculosis paru
atau sebanyak 45.orang (58,3%) mempunyai
perilaku kurang baik.
4. Sebagian kecil penderita TB Paru atau sebanyak 4
orang (33,3%) tidak setuju bahwa penyakit TB
Paru dapat ditularkan ke orang lain
5. Sebagian kecil penderita TB Paru atau sebanyak 3
orang (25%) dan sebagian darii kelompok dewasa
yang melakukan kontak langsung dengan klien
tuberculosis paru atau sebanyak 40 orang (50%)
jarang menutup mulut dengan tisu atau sarung
tangan ketika batuk
6. Sebagian kecil penderita TB Paru atau sebanyak 3
orang (25%) tidak pernah dan 4 orang (33,3%)
jarang membuang dahak di wadah khusus seperti
pot tertutup dengan larutan pembunuh kuman atau
bakteri
7. Sebagian kecil penderita TB Paru atau sebanyak 4
orang (33,3%) tidak pernah tidur terpisah dengan
anggota keluarga lainnya
8. Sebagian kecil penderita TB Paru atau sebanyak 2
orang (16,3%) meludah di sembarang tempat
9. Sebagian besar penderita TB Paru atau sebanyak 8
orang (66,6%) memakai masker jika keluar rumah
saja dimana seharusnya memakai masker di dalam
rumah juga
10. Sebanyak 60 orang (72,7%) menyatakan setuju
bahwa dengan mengkonsumsi makanan
berkarbohidrat tinggi dapat meningkatkan daya
tahan tubuh,
11. Sebanyak 40 orang (41,7%) menyatakan setuju
dengan memakan buah 1 potong saja sudah
mencukupi kebutuhan vitamin dalam tubuh

23 Universitas Indonesia
B. Diagnosa Keperawatan Komunitas
Berdasarkan analisa data di atas, ditemukan diagnosa keperawatan komunitas yaitu :
1. Ketidakefektifan koping kelompok usia dewasa tuberculosis paru di Kelurahan
Curug Kecamatan Cimanggis Kota Depok
2. Ketidak efektifan pemeliharaan kesehatan pada kelompok dewasa yang melakukan
kontak langsung dengan klien TB di Kelurahan Curug Kecamatan Cimanggis Kota
Depok
3. Perilaku kesehatan kelompok usia dewasa tuberculosis paru di Kelurahan Curug
Kecamatan Cimanggis Kota Depok cenderung beresiko menularkan penyakit pada
keluarga dan masyarakat yang melakukan kontak langsung

24 Universitas Indonesia
2.2 Pembobotan Masalah

Masalah
No. A B C D E F G H I J K Total Prioritas
Keperawatan
Ketidakefektifan
1. 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 34 3
koping
Ketidakefektifan
2. pemeliharaan 5 4 4 4 4 3 4 3 3 3 4 41 1
kesehatan
Perilaku kesehatan
3. 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 35 2
cenderung beresiko

Keterangan Pembobotan:

1. Sangat Rendah A = Resiko Terjadi F = Sesuai Dengan Program Pemerintah


2. Rendah B = Resiko Parah G = Tempat
3. Cukup C = Potensial Untuk Pendkes H = Waktu
4. Tinggi D = Minat Masyarakat I = Dana
5. Sangat Tinggi E = Mungkin Diatasi J = Fasilitas Kesehatan
K = Sumber Daya

2.3 Prioritas Masalah


1 Ketidak efektifan pemeliharaan kesehatan pada kelompok dewasa yang melakukan kontak langsung dengan klien TB di Kelurahan Curug
Kecamatan Cimanggis Kota Depok
2 Perilaku kesehatan kelompok usia dewasa tuberculosis paru di Kelurahan Curug Kecamatan Cimanggis Kota Depok cenderung beresiko
menularkan penyakit pada keluarga dan masyarakat yang melakukan kontak langsung
3 Ketidakefektifan koping kelompok usia dewasa tuberculosis paru di Kelurahan Curug Kecamatan Cimanggis Kota Depok

25 Universitas Indonesia
BAB 3
PERENCANAAN, IMPLEMENTASI, EVALUASI DAN RTL

Rencana asuhan keperawatan komunitas pada kelompok usia dewasa tuberculosis paru di Kelurahan Curug Kecamatan Ciamanggis Kota
Depok disusun berdasarkan NANDA, NOC, NIC (Herdman, 2015; Moorhead et all, 2013; Bulechek et all, 2013)sebegai berikut :
Tabel 3.2 Rencana Asuhan Keperawatan Komunitas pada Kelompok Usia Dewasa Tuberculosis Paru
DATA DIAGNOSA NOC NIC

Wawancara : Domain 1 : Health Prevensi Primer Prevensi Primer


1. Kader kesehatan TB Paru Kelurahan Curug Promotion Setelah dilakukan intervensi pada Level 1:
mengatakan belum optimal dalam Kelas 2 : Health kelompok kelompok dewasa, Domain 1 Physiological: Basic
pengendalian pencegahan penularan TB Paru Manajemen pemeliharaan kesehatan pada kelompok Level 2:
2. Kader kesehatan TB Paru Kelurahan Curug Diagnosis : dewasa lebih efektif kriteria hasil: Class A Activity and Exercise
mengatakan mengatakan kurangnya perilaku Ketidakefektifan Management
masyarakat dalam pencarian kesehatan. pemeliharaan Level 1: Level 3:
3. 8 dari 10 orang dewasa yang mengisi angket, kesehatan kelompok Domain 4 Health Knowledge & Intervension
mengatakan tidak tau kandungan makanan usia dewasa di Behaviour Promosi Latihan (hal 182)
yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh Kelurahan Curug Level 2: 1. Nilai keyakinan individu terkait
Observasi : Kecamatan Cimanggis Class Q Health Behaviour kesehatan dan latihan fisik
1. Terdapat 10 rumah penderita TB Paru di Kota Depok (00077) Level 3: 2. Gali pengalaman latihan kelompok
Kelurahan Curug pada saat kunjungan rumah Outcome: dewasa
yang tidak mendapatkan pencahayaan sinar Perilaku Mempromosikan 3. Tentukan motivasi individu untuk
matahari atau lembab, jendela tidak terbuka, Kesehatan (hal 247). Meningkat dari memulai/ melanjutkan program
dan dihuni oleh banyak orang. skala 2 (kurang memadai) menjadi 4 latihan
2. Masih ditemukan beberapa penderita TB Paru (baik/ memadai) 4. Gali hambatan untuk melakukan
yang tidak menggunakan masker pada saat di 1. Terhindarnya perilaku yang latihan
rumah dan jika bepergian menyebabkan faktor risiko 5. Bantu individu untuk memulai atau
3. Masih ditemukan beberapa penderita TB Paru 2. Terpantaunya lingkungan yang melanjutkan latihan
yang menutup mulut dengan telapak tangan berisiko

26 Universitas Indonesia
ketika batuk sehingga tidak memenuhi etika 3. Terpantaunya perilaku individu 6. Dampingi kelompok dewasa dalam
batuk yang berisiko mengidentifikasi role model positif
4. Masih ditemukan beberapa penderita TB Paru 4. Seimbangnya aktivitas dan istirahat untuk kelanjutan program latihan
yang membuang ludah di sembarang tempat 5. Pola tidur adekuat 7. Dampingi kelompok dewasa untuk
5. Masih ditemukan bebrapa anggota keluarga 6. Digunakannya teknik untuk mengembangkan sebuah persetujuan
klien TB dan tetangga yang memiliki tanda mengurangi stres program latihan sesuai kebutuhan
gejala TB Paru terutama batuk lebih dari 2 7. Terjaganya hubungan sosial yang ditemukan
minggu. 8. Terlihatnya rutinitas berperilaku 8. Dampingi kelompok dewasa dalam
sehat membuat tujuan jangka pendek dan
Angket 9. Adanya dukungan kebijakan untuk jangka panjang dari program latihan
1. Setengahnya kelompok dewasa yang kesehatan publik 9. Dampingi kelompok dewasa dalam
melakukan kontak langsung dengan klien 10. Terpakainya sumber keuangan membuat jadwal rutin untuk latihan
tuberculosis paru atau sebanyak 40 orang untuk promosi kesehatan setiap minggu
(41,7%) mempunyai pengetahuan yang kurang 11. Adanya dukungan sosial untuk 10. Tunjukkan aktivitas latihan pada
baik. promosi kesehatan (risiko kelompok dewasa
2. Setengahnya kelompok dewasa yang hambatan mobilitas) 11. Libatkan keluarga dalam
melakukan kontak langsung dengan klien 12. Adanya skrining kesehatan perencanaan dan kelanjutan program
tuberculosis paru atau sebanyak 40 orang 13. Mengikuti diet sehat latihan
(41,7%) mempunyai sikap yang kurang baik. 14. Minum 8 gelas air mineral sehari 12. Informasikan pada kelompok dewasa
3. Setengahnya kelompok dewasa tuberculosis 15. Rutin melakukan check up tentang manfaat kesehatan dan efek
paru atau sebanyak 45.orang (58,3%) 16. Adanya strategi untuk mengontrol fisiologis dari latihan
mempunyai perilaku kurang baik. berat badan 13. Arahkan pada kelompok dewasa
4. Sebagian kecil penderita TB Paru atau 17. Adanya jadwal latihan/ olahraga tentang tipe dan jenis latihan sesuai
sebanyak 4 orang (33,3%) tidak setuju bahwa rutin tingkat dari kesehatan
penyakit TB Paru dapat ditularkan ke orang 18. Terhindarnya penyakit yang 14. Arahkan kelompok dewasa terkait
lain bersifat infeksi frekuensi, durasi dan intensitas
5. Sebagian kecil penderita TB Paru atau 19. Terhindarnya dari paparan perokok program latihan
sebanyak 3 orang (25%) dan sebagian darii 20. Terhindarnya alkohol 15. Pantau perkembangaan kelompok
kelompok dewasa yang melakukan kontak 21. Terhindarnya tembakau dewasa dalam beraktivitas dalam
langsung dengan klien tuberculosis paru atau program latihan

27 Universitas Indonesia
sebanyak 40 orang (50%) jarang menutup 22. Terhindarnya pemakaian obat 16. Dampingi kelompok dewasa dalam
mulut dengan tisu atau sarung tangan ketika terlarang menyiapkan dan melanjutkan grafik
batuk perkembangan/ jadwal berkala
6. Sebagian kecil penderita TB Paru atau 17. Arahkan kelompok dewasa terkait
sebanyak 3 orang (25%) tidak pernah dan 4 kondisi terjamin dengan melakukan
orang (33,3%) jarang membuang dahak di Prevensi Sekunder pemanasan dan pendinginan setiap
wadah khusus seperti pot tertutup dengan Setelah dilakukan intervensi pada latihan
larutan pembunuh kuman atau bakteri kelompok kelompok dewasa, 18. Ajarka kelompok dewasa teknik
7. Sebagian kecil penderita TB Paru atau pemeliharaan kesehatan pada kelompok menghindari cedera saat latihan
sebanyak 4 orang (33,3%) tidak pernah tidur dewasa lebih efektif kriteria hasil: 19. Ajarkan individu untuk
terpisah dengan anggota keluarga lainnya menggunakan teknik bernafas untuk
8. Sebagian kecil penderita TB Paru atau Level 1: memaksimalkan oksigen selama
sebanyak 2 orang (16,3%) meludah di Domain 2 latihan fisik
sembarang tempat Physiologic Health 20. Tunjukkan jadwal yang
9. Sebagian besar penderita TB Paru atau Level 2: meningkatkan motivasi kelompok
sebanyak 8 orang (66,6%) memakai masker Class I dewasa
jika keluar rumah saja dimana seharusnya Metabolic Regulation 21. Pantau respon kelompok dewasa saat
memakai masker di dalam rumah juga Level 3: program latihan
10. Sebanyak 60 orang (72,7%) menyatakan setuju Outcome 22. Berikan umpan balik positif sebagai
bahwa dengan mengkonsumsi makanan Tanda-tanda vital (hal 550). dukungan pada kelompok dewasa
berkarbohidrat tinggi dapat meningkatkan Meningkat dari skala 2 (kurang
daya tahan tubuh, memadai) menjadi 4 (baik/
11. Sebanyak 40 orang (41,7%) menyatakan setuju memadai) Prevensi Sekunder
dengan memakan buah 1 potong saja sudah 1. Suhu tubuh normal (36,7 C – 37,5 Level 1:
o

o
mencukupi kebutuhan vitamin dalam tubuh C) Domain 4
2. Nadi normal (60 – 100 x/ menit) Safety
3. Pernafasan normal (16 – 24 x/ Level 2:
menit) Class V
4. Tekanan darah normal (sesuai Risk Management
standar) Level 3:

28 Universitas Indonesia
5. Nafas dalam normal Intervention
Vital Signs Monitoring (hal 413)
Level 1: 1. Pantau tekanan darah, nadi, suhu
Domain 4 tubuh, dan status pernafasan
Health Knowledge & Behaviour 2. Catat perkembangan tekanan darah
Level 2: 3. Pantau tekanan darah saat kelompok
Class T Risk Control & Safety dewasa tidur, duduk dan berdiri
Level 3: sebelum dan sesudah berubah posisi
Outcome: 4. Pantau tekanan darah, nadi dan
Deteksi Risiko (hal 457). Meningkat pernafasan sebelum, selama dan
dari skala 2 (kurang memadai) setelah aktivitas/ latihan
menjadi 4 (memadai) 5. Pantau denyut dan kualitas nadi
1. Teridentifikasinya tanda dan gejala 6. Pantau ritme dan denyut jantung
sebagai indikasi risiko 7. Pantau suara jantung
2. Identifikasi potensi risiko kesehatan 8. Pantau ritme dan pernafasan
3. Diketahuinya validasi risiko (kedalaman dan simetris)
4. Terjadwalnya skrining yang 9. Pantau suara paru
direkomendasikan secara rutin 10. Pantau ketidaknormalan pola nafas
5. Teridentifikasi pengetahuan dari (cheyne stokes, kusmaul, biot, apnea
riwayat komunitas dll)
6. Terjadwal pengetahuan terbaru di 11. Pantau warna kulit, suhu dan
komunitas kelembaban
7. Digunakannya sumber sebagai 12. Pantau adanya sianosis
sarana informasi terkait risiko 13. Pantau adanya takikardi, bradikardi
8. Terpantaunya perubahan pada status dan penurunan tekanan darah sistolik
kesehatan umum 14. Identifikasi kemungkinan faktor yang
9. Digunakannya sarana pelayanan menyebabkan perubahan tanda vital
kesehatan sebagai kebutuhan 15. Cek secara teratur keakuratan
instrumen yang digunakan untuk
pemeriksaan pada kelompok dewasa

29 Universitas Indonesia
10. Adanya informasi tentang
perubahan pada rekomendasi Level 1:
kesehatan Domain 7 Community
Level 2:
Class d Community Risk Management
Level 1: Level 3:
Domain 7 Intervension
Community Health Manajemen Lingkungan: Komunitas
Level 2: (hal 178)
Class BB 1. Lakukan skrining untuk risiko
Community Well-Being kesehatan dari lingkungan
Level 3: 2. Partisipasi dalam melakukan kerjasama
Outcome tim multidisiplin untuk
Status Kesehatan Komunitas (hal mengidentifikasi ancaman keamanan di
170). Meningkat dari skala 2 komunitas/ masyarakat (khususnya
(kurang) menjadi 4 (memadai) kelompok dewasa)
1. Status kesehatan kelompok dewasa 3. Pantasu status yang berisiko terhadap
2. Partisipasi dalam pelayanan kesehatan
preventive care 4. Partisipasi di program komunitas sesuai
3. Prevalensi program promosi risiko yang ditemukan
kesehatan 5. Berkolaborasi dalam menyusun aksi
4. Prevalensi program preventif program komunitas
kesehatan 6. Promosi kebijakan pemerintah terkait
5. Rerata berpartisipasi dalam faktor risiko
program kesehatan komunitas 7. Koordinasi dengan pelayanan untuk
6. Menjadi anggota asuransi memberikan jaminan kepada komunitas
7. Adanya standar kesehatan dan kelompok berisiko (kelompok
lingkungan dewasa)
8. Rerata penyakit kronis
9. Rerata cedera

30 Universitas Indonesia
10. Tersedia standar kesehatan untuk 8. Masukkan program pendidikan pada
pengukuran kesehatan dan evaluasi target kelompok risiko (kelompok
11. Terpantaunya standar kesehatan dewasa)
untuk pengukuran kesehatan dan
evaluasi Level 1:
12. Tersajinya demografi kesehatan Domain 4 Safety
dalam rencana keperawatan dan Level 2:
evaluasi Class V Risk Management
Level 3:
Level 1: Intervension
Domain 7 Identifikasi Risiko d (hal 329)
Community Health 1. Review riwayat masa lalu dan
Level 2: dokumen sebagai dasar atau catatan
Class CC Community Health medis, diagnosis keperawatan dan
Protection treatment
Level 3: 2. Cocokkan data terdahulu dengan
Outcome hasil pengkajian dan pengukuran
Efektifitas Skrining Kesehatan 3. Tentukan ketersediaan dan kualitas
Komunitas (hal 169). Meningkat dari sumber (psikologis, keuangan,
skala 2 (kurang) menjadi 4 tingkat pengetahuan, keluarga, sosial
(memadai) dan komunitas)
1. Teridentifikasinya prevalensi 4. Identifikasi agen yang menyebabkan
kondisi risiko tinggi di populasi peningkatan faktor risiko
(kelompok dewasa) 5. Kelola keakuratan catatan dan
2. Teridentifikasi dari kondisiyang statistik
bisa memberikan manfaat, deteksi 6. Identifikasi faktor biologis,
dini dan treatment lingkungan dan perilaku dan
3. Terseleksi fokus skrining fokus hubungannya
pada deteksi dini 7. Tentukan tingkat fungsional pada
kelompok dewasa

31 Universitas Indonesia
4. Pendidikan anggota penting saat 8. Tentukan kebutuhan dasar manusia
skrining pada kelompok dewasa
5. Identifikasi sumber yang 9. Tentukan sumber komunitas sebagai
dibutuhkan saat skrining jaminan untuk kehiduan dasar dan
6. Identifikasi dampak budaya dari kebutuhan kesehatan
skrining 10. Tentukan kesesuaian tindakan medis
7. Adanya ketentuan skrining untuk dan intervensi keperawatan
kondisi prevalensi di komunitas 11. Perencanaan fokus pada pengurangan
8. Adanya ketentuan skrining untuk faktor risiko
kelompok dewasa 12. Tentukan kriteria dan prioritas untuk
9. Adanya mekanisme follow up mengurangi faktor risiko (tingkat
10. Adanya mekanisme rujukan antusiasme dan motivasi, efektifitas,
11. Adanya dukungan dari annggota kemudahan)
masyarakat yang berpengaruh/ 13. Diskusikan dan rencanakan aktivitas
tokoh masyarakat yang mengurangi faktor risiko
12. Rata-rata populasi target (hambatan mobilitas) dengan
berpartisipasi dalam skrining kelompok (kelompok dewasa)
Prevensi Tersier 14. Implementasikan aktivitas yang
Setelah dilakukan intervensi pada mengurangi faktor risiko (hambatan
kelompok kelompok dewasa, mobilitas)
pemeliharaan kesehatan pada kelompok
dewasa lebih efektif kriteria hasil:
Prevensi Tersier
Level 1: Level 1:
Domain 3 Domain 7 Community
Psychosocial Health Level 2:
Level 2: Class c Community Health Promotion
Class P Level 3:
Social Interaction Intervension
Level 3:

32 Universitas Indonesia
Outcome Pengembangan Kesehatan Komunitas
Dukungan Sosial (hal 518). (hal 129)
Meningkat dari skala 2 (kurang) 1. Identifikasi konsentrasi kesehatan,
menjadi 4 (memadai) kekuatan, dan prioritas dengan partner
1. Tersedianya bantuan yang adekuat komunitas
dari orang lain 2. Tersedianya kesempatan untuk
2. Tersedianya dana iuran saat partisipasi dari semua segmen dari
dibutuhkan komunitas
3. Pendampingan dari orang lain 3. Anggota masyarakat terdampingi
4. Tersedianya waktu dari orang lain dalam meningkatkan perhatian
5. Tersedianya tenaga dari orang lain terhadap masalah kesehatan
6. Tersedia informasi dari orang lain 4. Implementasi terfasilitasi dan adanya
7. Tersedia pendampingan emosional revisi perencanaan
dari orang lain 5. Anggota masyarakat terdampingi
8. Hubungan saling percaya dengan pengembaangan sumber
9. Seseorang yang sadar saling 6. Peningkatan dukungan jaringan
membutuhkan komunitas
10. Adanya sistem jaringan sosial 7. Identifikasi dan membentuk pemimpin
11. Adanya dukungan kontak sosial komunitas yang potensial/ kader
12. Jaringan sosial stabil 8. Kuatkan hubungan kepada kelompok
kelompok dewasa untuk diskusi
Level 1: 9. Bangun komitmen kepada komunitas
Domain 7 dengan mendemonstrasikan partisipan
Community Health dalam mempengaruhi kehidupan
Level 2: individu
Class CC
Community Health Protection Level 1:
Level 3: Domain 7 Community
Outcome: Level 2:
Class c Community Health Promotion

33 Universitas Indonesia
Efektifitas Program Komunitas (hal Level 3:
173). Meningkat dari skala 2 Intervension
(kurang) menjadi 4 (memadai) Pengembangan Program (hal 313)
1. Konsistensi tujuan program dengan 1. Dampingi kelompok kelompok
pengkajiaan komunitas dewasa/ komunitas dalam
2. Terccapainya tujuan program mengidentifikasi kebutuhan/ masalah
3. Konsistensi dari konten dari tujuan kesehatan yang signifikan
program 2. Prioritaskan kebutuhan kesehatan
4. Konsistensi dari metode dengan berdasarkan masalah yang
tujuan program teridentifikasi
5. Kualitas metode program 3. Ajarkan anggota dalam melakukan
6. Adanya jadwal untuk aktivitas proses perencanaan
program 4. Identifikasi pendekatan alternatif
7. Informasi terencana untuk program terkait biaya, kebutuhan sumber,
8. Rerata partisipasi dalam program kemudahan, dan aktivitas yang didapat
9. Berkurangnya target risiko 5. Pilih pendekatan yang paling sesuai
kesehatan untuk partisipan 6. Kembangkan tujuan dan kriteria hasil
(kelompok dewasa) berdasarkan kebutuhan dan masalah
10. Mengembangkan status kesehatan 7. Gambarkan metode, aktivitas, dan
partisipan (kelompok dewasa) waktu untuk implementasi
11. Adanya sumber keuangan untuk 8. Rencanakan untuk evaluasi program
program 9. Dapatkan penerimaan program dari
12. Personil dalam program kelompok kelompok dewasa
terkualifikasi 10. Libatkan personil untuk implementasi
13. Dukungan tujuan program dari data dan memanajemen program
14. Analisis manfaat dan keuntungan 11. Siapkan sarana dan prasarana
program dukungan 12. Gambarkan program untuk ditujukan
15. Pengukuran tujuan program untuk mendukung kelompok
16. Partisipan puas dengan program kelompok dewasa

34 Universitas Indonesia
17. Anggota masyarakat puas dengan 13. Fasilitasi usulan program dari
program masyarakat/ kelompok kelompok
18. Dukungan dari tokoh masyarakat dewasa
19. Rencana keberlanjutan kesuksesan 14. Pantau perkembangan program
program implementasi
15. Evaluasi program untuk relevansi,
efisiensi dan efektifitas
16. Modifikasi program

Level 1:
Domain 3 Behavioral
Level 2:
Class R
Coping Assistance
Level 3:
Intervension
Kelompok Pendukung (hal 362)
1. Tentukan tingkat dan kesesuaian dari
klien/ kelompok kelompok dewasa
sebagai sistem pendukung
2. Gunakan kelompok pendukung
selama masa transisi untuk membantu
kelompok kelompok dewasa
menyesuaikan dengan gaya hidup baru
3. Tentukan tujuan dari kelompok dan
proses kelompok bersifat alami
4. Tentukan lokasi yang paling sesuai
untuk pertemuan
5. Klarifikasi kemudahan tujuan dari
kelompok dan tanggung jawab kader

35 Universitas Indonesia
6. Pilih anggota yang berkontribusi dan
memberikan manfaat dari interaksi
kelompok
7. Monitor dan aktif dalam melakukan
motivasi kepada anggota kelompok
8. Jaga hubungan positif untuk merubah
perilaku
9. Buat kelompok pendukung aktif
10. Dampingi kelompok pendukung untuk
mengembangkan dan menyelesaikan
masalah pada kelompok dewasa
Wawancara : Domain 1 : Promosi Domain VII : Kesehatan komunitas Prevensi Sekunder
1. Kader kesehatan TB Paru Kelurahan Curug kesehatan Kelas CC : Perlindungan kesehatan Level 1:
mengatakan belum optimal dalam Kelas 2 : Manajemen komunitas Domain 4
pengendalian pencegahan penularan TB Paru kesehatan Luaran : Kontrol risiko komunitas : Safety
2. Kader kesehatan TB Paru Kelurahan Curug Diagnosis : penyakit menular Level 2:
mengatakan mengatakan kurangnya perilaku Perilaku kesehatan Tindakan komunitas untuk Class V
masyarakat dalam pencarian kesehatan. kelompok usia dewasa menghilangkan atau mengurangi Risk Management
3. 8 dari 10 orang dewasa yang mengisi angket, tuberculosis paru di penyebaran agen infeksi yang Level 3:
mengatakan tidak tau kandungan makanan Kelurahan Curug mengancam kesehatan masyarakat Intervention
yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh Kecamatan Cimanggis meningkat dari skala 1 (buruk) menjadi Vital Signs Monitoring (hal 413)
Observasi : Kota Depok cenderung skala 3 (baik) dengan kriteria hasil : 16. Pantau tekanan darah, nadi, suhu
1. Terdapat 10 rumah penderita TB Paru di beresiko (00188) 1. Skrining dari semua kelompok tubuh, dan status pernafasan
Kelurahan Curug pada saat kunjungan rumah target yang bersiko tinggi 17. Catat perkembangan tekanan darah
yang tidak mendapatkan pencahayaan sinar 2. Kejadian penyakit dilaporkan 18. Pantau tekanan darah saat kelompok
matahari atau lembab, jendela tidak terbuka, sebagaimana diamanatkan dewasa tidur, duduk dan berdiri
dan dihuni oleh banyak orang. 3. Ketersediaan layanan pengobatan sebelum dan sesudah berubah posisi
2. Masih ditemukan beberapa penderita TB Paru untuk orang yang terinfeksi 19. Pantau tekanan darah, nadi dan
yang tidak menggunakan masker pada saat di 4. Peningkatan imunisasi meluas di pernafasan sebelum, selama dan
rumah dan jika bepergian komunitas setelah aktivitas/ latihan

36 Universitas Indonesia
3. Masih ditemukan beberapa penderita TB Paru 5. Pendidikan masyarakat sesuai 20. Pantau denyut dan kualitas nadi
yang menutup mulut dengan telapak tangan dengan budaya tentang penularan 21. Pantau ritme dan denyut jantung
ketika batuk sehingga tidak memenuhi etika penyakit 22. Pantau suara jantung
batuk 6. Kebijakan mendukung 23. Pantau ritme dan pernafasan
4. Masih ditemukan beberapa penderita TB Paru pengendalian penyakit infeksi (kedalaman dan simetris)
yang membuang ludah di sembarang tempat 7. Pemantauan morbiditas penyakit 24. Pantau suara paru
5. Masih ditemukan bebrapa anggota keluarga menular 25. Pantau ketidaknormalan pola nafas
klien TB dan tetangga yang memiliki tanda 8. Pemantauan kematian akibat (cheyne stokes, kusmaul, biot, apnea
gejala TB Paru terutama batuk lebih dari 2 penyakit menular dll)
minggu. 9. Pemantauan komplikasi penyakit 26. Pantau warna kulit, suhu dan
Angket menular kelembaban
12. Setengahnya kelompok dewasa yang 27. Pantau adanya sianosis
melakukan kontak langsung dengan klien 28. Pantau adanya takikardi, bradikardi
tuberculosis paru atau sebanyak 40 orang dan penurunan tekanan darah sistolik
(41,7%) mempunyai pengetahuan yang kurang 29. Identifikasi kemungkinan faktor yang
baik. menyebabkan perubahan tanda vital
13. Setengahnya kelompok dewasa yang 30. Cek secara teratur keakuratan
melakukan kontak langsung dengan klien instrumen yang digunakan untuk
tuberculosis paru atau sebanyak 40 orang pemeriksaan pada kelompok dewasa
(41,7%) mempunyai sikap yang kurang baik.
14. Setengahnya kelompok dewasa tuberculosis Level 1:
paru atau sebanyak 45.orang (58,3%) Domain 7 Community
mempunyai perilaku kurang baik. Level 2:
15. Sebagian kecil penderita TB Paru atau Class d Community Risk Management
sebanyak 4 orang (33,3%) tidak setuju bahwa Level 3:
penyakit TB Paru dapat ditularkan ke orang Intervension
lain Manajemen Lingkungan: Komunitas
16. Sebagian kecil penderita TB Paru atau (hal 178)
sebanyak 3 orang (25%) dan sebagian darii 9. Lakukan skrining untuk risiko
kelompok dewasa yang melakukan kontak kesehatan dari lingkungan

37 Universitas Indonesia
langsung dengan klien tuberculosis paru atau 10. Partisipasi dalam melakukan
sebanyak 40 orang (50%) jarang menutup kerjasama tim multidisiplin untuk
mulut dengan tisu atau sarung tangan ketika mengidentifikasi ancaman keamanan di
batuk komunitas/ masyarakat (khususnya
17. Sebagian kecil penderita TB Paru atau kelompok dewasa)
sebanyak 3 orang (25%) tidak pernah dan 4 11. Pantasu status yang berisiko
orang (33,3%) jarang membuang dahak di terhadap kesehatan
wadah khusus seperti pot tertutup dengan 12. Partisipasi di program komunitas
larutan pembunuh kuman atau bakteri sesuai risiko yang ditemukan
18. Sebagian kecil penderita TB Paru atau 13. Berkolaborasi dalam menyusun
sebanyak 4 orang (33,3%) tidak pernah tidur aksi program komunitas
terpisah dengan anggota keluarga lainnya 14. Promosi kebijakan pemerintah
19. Sebagian kecil penderita TB Paru atau terkait faktor risiko
sebanyak 2 orang (16,3%) meludah di 15. Koordinasi dengan pelayanan
sembarang tempat untuk memberikan jaminan kepada
20. Sebagian besar penderita TB Paru atau komunitas dan kelompok berisiko
sebanyak 8 orang (66,6%) memakai masker (kelompok dewasa)
jika keluar rumah saja dimana seharusnya 16. Masukkan program pendidikan
memakai masker di dalam rumah juga pada target kelompok risiko (kelompok
21. Sebanyak 60 orang (72,7%) menyatakan setuju dewasa)
bahwa dengan mengkonsumsi makanan
berkarbohidrat tinggi dapat meningkatkan Level 1:
daya tahan tubuh, Domain 4 Safety
22. Sebanyak 40 orang (41,7%) menyatakan setuju Level 2:
dengan memakan buah 1 potong saja sudah Class V Risk Management
mencukupi kebutuhan vitamin dalam tubuh Level 3:
Intervension
Identifikasi Risiko d (hal 329)
15. Review riwayat masa lalu dan
dokumen sebagai dasar atau catatan

38 Universitas Indonesia
medis, diagnosis keperawatan dan
treatment
16. Cocokkan data terdahulu dengan
hasil pengkajian dan pengukuran
17. Tentukan ketersediaan dan kualitas
sumber (psikologis, keuangan,
tingkat pengetahuan, keluarga, sosial
dan komunitas)
18. Identifikasi agen yang menyebabkan
peningkatan faktor risiko
19. Kelola keakuratan catatan dan
statistik
20. Identifikasi faktor biologis,
lingkungan dan perilaku dan
hubungannya
21. Tentukan tingkat fungsional pada
kelompok dewasa
22. Tentukan kebutuhan dasar manusia
pada kelompok dewasa
23. Tentukan sumber komunitas sebagai
jaminan untuk kehiduan dasar dan
kebutuhan kesehatan
24. Tentukan kesesuaian tindakan medis
dan intervensi keperawatan
25. Perencanaan fokus pada pengurangan
faktor risiko
26. Tentukan kriteria dan prioritas untuk
mengurangi faktor risiko (tingkat
antusiasme dan motivasi, efektifitas,
kemudahan)

39 Universitas Indonesia
27. Diskusikan dan rencanakan aktivitas
yang mengurangi faktor risiko
(hambatan mobilitas) dengan
kelompok (kelompok dewasa)
28. Implementasikan aktivitas yang
mengurangi faktor risiko (hambatan
mobilitas)

Wawancara : Domain 9 : Domain III : Kesehatan psikologis Domain 3 : Perilaku


1. Penanggungjawab program TB Paru Koping/Toleransi Stres Kelas N : Adaptasi psikologis Kelas R : Bantuan koping
Puskesmas Cimanggis mengatakan terdapat 14 Kelas 2 : Respon Luaran : Pengaturan psikososial : Intervensi : Terapi kelompok
penderita TB Paru yang sedang menjalani koping perubahan kehidupan Aplikasi dari teknik psikoterapi pada
pengobatan TB Paru di Kelurahan Curug Diagnosis : Respon psikososial adaptif dari kelompok meliputi penggunaan interaksi
Kecamatan Cimanggis Kota Depok Ketidakefektifan individu terhadap perubahan kehidupan antara anggota kelompok
2. Kader kesehatan TB Paru Kelurahan Curug koping kelompok usia yang signifikan meningkat dari skala 2 Aktivitas-aktivitas :
mengatakan bahwa belum ada kegiatan rutin dewasa tuberculosis (jarang menunjukkan) menjadi skala 4 1. Tentukan tujuan dari kelompok
yang dilakukan untuk penderita TB Paru selain paru di Kelurahan (sering menunjukkan) dengan kriteria 2. Bentuk kelompok dengan jumlah
pengambilan obat OAT di Puskesmas Curug Kecamatan hasil : optimal 5-12 anggota
Cimanggis Cimanggis Kota 1. Mempertahankan produktifitas 3. Gunakan co-leader dengan cara yang
3. Penanggungjawab program TB Paru Depok (00077) 2. Melaporkan perasaan berguna tepat
Puskesmas Cimanggis mengatakan kesulitan 3. Verbalisasi optimisme mengenai 4. Tetapkan waktu dan tempat
mengumpulkan penderita TB Paru ketika akan saat ini pertemuan kelompok
mengadakan kegiatan seperti senam 4. Melaporkan perasaan diberdayakan 5. Buat pertemuan dalam 1-2 jam setiap
pernafasan di Puskesmas Cimanggis 5. Menggunakan strategi koping yang kali sesi dengan cara yang tepat
4. Kader kesehatan TB Paru Kelurahan Curug efektif 6. Memulai dan mengakhiri pertemuan
mengatakan terdapat 3 orang terduga TB Paru 6. Menggunakan dukungan sosial tepat waktu
di RW 4,5, dan 10 yang sulit untuk yang tersedia 7. Atur kursi secara melingkar dan cukup
memeriksakan kesehatan ke Puskemas karena 7. Partisipasi aktivitas di waktu luang dekat
kurangnya dukungan dari keluarga dan tidak 8. Melaporkan perasaan terlibat secara 8. Bantu kelompok mennetukan norma-
ada kemauan dari yang bersangkutan sosial norma terapeutik

40 Universitas Indonesia
9. Beri kelompok arahan yang
Observasi: memungkinkan mereka untuk
1. Angka penemuan seluruh kasus TB paru di mengidentifikasi dan menyelesaikan
Kelurahan Curug Kecamatan Cimanggis Kota setiap tahap perkembangan
Depok pada tahun 2017 sebanyak 83 10. Gunakan teknik “proses iluminasi”
kasusdengan kasus BTA positif sebanyak 19 untuk mendukung eksplorasi dari hal
kasus yang berarti
2. Angka kesembuhan TB Paru mencapai 95,12% 11. Dukung untuk membuka diri dan
3. Angka pengobatan lengkap TB Paru sebesar diskusi dari hal yang lalu
2,44% 12. Dukung anggota untuk membagi
4. Angka keberhasilan pengobatan TB Paru pikiran yang mereka miliki dengan
sebesar 97,56% yang lain
5. Angka kematian selama pengobatan TB Paru 13. Berikan penguatan sosial untuk
sebanyak 2 kasus. tingkah laku atau respon yang
diinginkan
Angket : 14. Gunakan teknik bermain peran dan
1. Setengahnya kelompok dewasa tuberculosis menyelesaikan masalah secara tepat
paru atau sebanyak 5 orang (41,7%) 15. Selesaikan sesi dengan kesimpulan
mempunyai pengetahuan yang kurang baik.
2. Setengahnya kelompok dewasa tuberculosis
paru atau sebanyak 5 orang (41,7%)
mempunyai sikap yang kurang baik.
3. Setengahnya kelompok dewasa tuberculosis
paru atau sebanya 7.orang (58,3%) mempunyai
perilaku kurang baik.
4. Setengahnya kelompok dewasa tuberculosis
paru atau sebanyak 5 orang (41,7%)
mempunyai mekanisme koping yang kurang
efektif.

41 Universitas Indonesia
5. Setengahnya kelompok dewasa tuberculosis
paru atau sebanyak 5.orang (41,6%)
mempunyai dukungan yang kurang baik dari
keluarga.

42 Universitas Indonesia
PLAN OF ACTION/ JADWAL IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Pelaksanaan
No. Kegiatan Kriteria Evaluasi
Waktu Tempat Metode Media Instrumen
1. Pendidikan kesehatan mengenai Selasa, Rabu Halaman Ceramah, LCD, Sound, Pre Test dan a. Struktur
Tuberkulosis pada kelompok dan Kamis Masjid diskusi, Laptop, Leaflet/ Post Test, b. Proses
dewasa Pukul 08.00 RW.05/ Balai demonstrasi Booklet (modul lembar c. Hasil
RT. 08 / materi) observasi,
Masjid RW presensi
02
2. Skrining tanda dan gejala Senin dan Warga RW Edukasi Papan edukasi Presensi, a. Struktur
tuberkulosis Rabu 02 dan RW Penularan TB Pot dahak Lembar catatan b. Proses
Pukul 12.00 06 Pengambilan surveilans TB, c. Hasil
sampel dahak Pot dahak
3. Sosialisasi paket CERMAT Selasa dan Halaman Demonstrasi LCD, Sound, Lembar a. Struktur
(Cerdas Melawan Tuberkulosis) Kamis Masjid dan diskusi Laptop, Leaflet/ observasi, b. Proses
− Manajemen Pencegahan Pukul 08.00 RW.09/ Balai Booklet (modul presensi c. Hasil
Penularan Tuberkulosis RT. 02 latihan)
− Peningkatan daya tahan
tubuh
4. Yoga pernafasan dan meditasi Selasa dan Halaman Demonstrasi LCD, Sound, Lembar a. Struktur
Kamis Masjid dan diskusi Laptop, Leaflet/ observasi, b. Proses
Pukul 08.00 RW.09/ Balai Booklet (modul presensi c. Hasil
RT. 02 latihan)
5. Nutrisi Seimbang Selasa dan Halaman Demonstrasi LCD, Sound, Lembar a. Struktur
Kamis Masjid dan diskusi Laptop, Leaflet/ observasi, b. Proses
Pukul 08.00 RW.09/ Balai Booklet (modul presensi c. Hasil
RT. 02 latihan)
6 Penyebarluasan materi paket 09 Oktober - Halaman Door to door, Leaflet, Poster Lembar a. Struktur
CERMAT 20 Desember Masjid sosialisasi di observasi b. Proses
2017 RW.09/ Balai kumpulan c. Hasil
RT. 02 warga
(pengajian)

43 Universitas Indonesia
3.1 Implementasi, Evaluasi dan Rencana Tindak Lanjut (RTL)
Analisis Rencana Tindak
No Kegiatan Waktu Evaluasi
Pendukung Penghambat Lanjut
1. Pendidikan kesehatan Senin a. Terselenggaranya Strength Weakness Perlu diadakan program
mengenai Tuberkulosis 06 Nov kegiatan dengan a. Tempat mendukung a. Beberapa kelompok pendidikan kesehatan
pada kelompok dewasa 2017 presentase kehadiran berlangsungnya dewasa belum tentang pencegahan dan
90% dari total kegiatan pendidikan merasa penangan penanganan tuberkulosis
Pukul: undangan kesehatan tuberkulosis penting pada kelompok dewasa
08.00 b. Tempat, media dan b. Media tersedia bagi keluarganya secara rutin dalam
alat penyuluhan c. Kelompok dewasa kegiatan Posbindu,
Tempat: tersedia mengikuti penyuluhan Threat dilakukan setiap 1 bulan
Halaman c. Penyuluhan berjalan dari awal sampai akhir a. Belum ada sekali, baik oleh kader
Masjid sistematis dan d. Kelompok dewasa dukungan dari PKM maupun pihak
RW.05 kondusif sesuai antusias mengikuti maupun dinas Puskesmas, namun perlu
dengan rencana dan penyuluhan kesehatan kesehatan dalam adanya dukungan media
kontrak waktu menyiapkan media
d. Kategori tingkat Opportunity pendidikan
pengetahuan a. Dukungan tokoh kesehatan terkait
kesehatan meningkat masyarakat pencegahan
20,5% b. Kerjasama yang baik penularan
dengan kader tuberkulosis
kesehatan

2. Sosialisasi paket Senin a. Kelompok dewasa Strength Weakness Perlu adanya skrining
CERMAT (Cerdas 13 Nov yang hadir 26 orang a. Alat tersedia a. Kelompok dewasa risiko hambatan
Melawan Tuberkulosis) 2017 (RW 05), 18 orang b. Kelompok dewasa belum mengetahui mobilitas secara rutin
− Manajemen Pencegahan Pukul: (RW 08) dan 15 orang antusias mengikuti apabila berisiko pada kelompok dewasa
Penularan Tuberkulosis 08.00 (RW 02) kegiatan skrining tertular tuberkulosis di Posbindu setiap 1-2
− Peningkatan daya tahan Tempat: b. Media tersedia karena tinggal dekat bulan, dapat dilakukan
tubuh Halaman c. Seluruh peserta Opportunity dengan klien oleh kader maupun oleh
Masjid mampu a. Dukungan kader dan tuberkulosis Pihak Puskesmas. Bagi
RW.05 mendemonstrasikan tokoh masyarakat kader perlu dilakukan
Threat pelatihan tentang

44 Universitas Indonesia
Analisis Rencana Tindak
No Kegiatan Waktu Evaluasi
Pendukung Penghambat Lanjut
Selasa, 14 teknik manajemen b. Kerjasama yang baik Belum ada dukungan skrining risiko hambatan
Nov 2017 penularan tuberkulosis dengan kader finansial dan program mobilitas oleh pihak
Pukul : d. Melakukan skrining kelompok dewasa dari PKM atau dinas Puskesmas maupun
10.00 tanda dan gejala kesehatan terkait upaya dinas kesehatan.
Tempat : tuberkulosis skrining risiko
Halaman e. Jategori tingkat penularan tuberkulosis
Masjid RW pengetahuan pada kelompok dewasa
08 meningkat 45%
terhadap manajemen
Rabu, 15 pencegahan penularan
Nov 2017 tuberkulosis
Pukul :
14.30
Tempat :
Aula
majelis
taklim RW
02
3. Latihan Yoga pernafasan Senin a. Peserta yang hadir Strength Weakness Kegiatan dalam upaya
kombinasi dengan meditasi 27 Nov berjumlah 30 orang a. Kader dan Kelompok a. Beberapa kelompok peningkatan daya tahan
2017 (RW 05), 18 orang dewasa menyediakan dewasa masih ada tubuh seperti ini perlu
Pukul: (RW 08), dan 17 tempat untuk yang tidak dilakukan oleh pihak
08.00 orang (RW 02) kegiatan menggunakan dinas kesehatan melalui
Tempat: b. Peserta antusias e. Kelompok dewasa pakaian olah raga, latihan Yoga pernafasan
Halaman mengikuti latihan antusias mekakukan sehingga sedikit dan meditasi yang dapat
Masjid c. Peserta bisa latihan Yoga kesulitan mengikuti dilakukan 2 kali
RW.05 melakukan kembali pernafasan dan latihan seminggu
langkah latihan Yoga meditasi b. Belum dilakukan
Selasa, pernafasan dan penjadwalan rutun
28 Nov meditasi Opportunity untuk melaksanakan
2017 d. Peserta a. Dukungan tokoh kegiatan yoga
Pukul : menyampaikan masyarakat pernafasan dan
10.00 perasaan setelah meditasi

45 Universitas Indonesia
Analisis Rencana Tindak
No Kegiatan Waktu Evaluasi
Pendukung Penghambat Lanjut
Tempat : melakukan Yoga b. Kerjasama yang baik Threat
Halaman pernafasan dan dengan kader a. Belum ada
Masjid RW meditasi kesehatan dukungan media
08 dari Puskesmas
maupun Dinas
Rabu, Kesehatan
29 Nov
2017
Pukul :
14.30
Tempat :
Aula
majelis
taklim RW
02
4. Pengarutan dan Senin a. Peserta yang hadir Strength Weakness Pengarutan dan
pementauan Berat Badan, 11 Des berjumlah 25 orang a. Kader menyediakan a. Kelompok dewasa pementauan Berat
serta latihan menyusun 2017 (RW 05), 15 orang tempat untuk kegiatan masih mengeluhkan Badan, serta latihan
menu Nutrisi Seimbang Pukul: (RW 08), dan 12 b. Antusiasme peserta kesulitan untuk menyusun menu Nutrisi
08.00 orang (RW 02) untuk mengikuti menjalani pola nutrisi Seimbang baik jika
Tempat: b. Peserta antusias pengaturan menu seimbang karena dilakukan setiap hari
Halaman mengikuti kegiatan nutrisi seimbang dan berbagai alasan untuk meningkatkan
Masjid c. Kelompok diskusi 1 pengukuran BB, TB, kualitas nutrisi dalam
RW.05 mampu membedakan dan IMB Threat tubuh dan meningkatkan
food model dalam a. Belum ada dukungan kekebalan tubuh
Selasa, kategori zat Opportunity dari puskesmas
12 Des 2017 pembangun, pengatur, a. Dukungan tokoh maupun dinas
Pukul : dan tenaga masyarakat kesehatan
10.00 d. Kelompok diskusi 2 b. Kerjasama yang baik
Tempat : mampu membuat dengan kader
Halaman jadwal menu sehat kesehatan
Masjid RW dalam 1 hari, serta
08

46 Universitas Indonesia
Analisis Rencana Tindak
No Kegiatan Waktu Evaluasi
Pendukung Penghambat Lanjut
waktu makan yang
Rabu, baik
13 Des 2017 e. Kelompok diskusi 3
Pukul : dapat melakukan
14.30 pengukuran tinggi
Tempat : badan, berat badan,
Aula dan indeks masa
majelis tubuh
taklim RW
02

5. Pembentukan Support Akan - - - Upaya pemberian


Group dan latihan dilakukan di dukungan kepada klien
pemberian dukungan pada Semester 2 TB yang sedang
klien TB menjalani pengobatan
dari berbagai pihak,
terutama orang-orang
yang berada di dekat
tempat tinggal klien TB.

47 Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai