Oleh kelompok 5:
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2011
BAB I
PENDAHULUAN
Logam alkali tanah terdiri dari enam unsur yang terdapat di golongan IIA. Yang termasuk
ke dalam golongan II A yaitu : Berilium (Be), Magnesium (Mg), Calcium (Ca), Stronsium (Sr),
Barium (Ba), dan Radium (Ra). Disebut logam karena memiliki sifat-sifat seperti logam. Disebut
alkali karena mempunyai sifat alkalin atau basa jika direaksikan dengan air. Dan istilah tanah
karena oksidasinya sukar larut dalam air, dan banyak ditemukan dalam bebatuan di kerak bumi.
Oleh sebab itu, istilah “alkali tanah” biasa digunakan untuk menggambarkan kelompok unsur
golongan II A (Anonymous,2011).
- Logam alkali tanah cenderung kehilangan dua elektron untuk membentuk ion M2+ (Be 2 +,
Mg 2 +, Ca 2 +, dan sebagainya).
- Logam ini kurang reaktif daripada logam disebelah kirinya, yakni logam alkali.
Magnesium kurang aktif dari sodium; kalsium kurang aktif dari potassium, dan
sebagainya.
- Kereaktifan logam ini semakin meningkat dari atas ke bawah, yang mana radium bersifat
lebih reaktif daripada barium; barium lebih reaktif daripada kalsium; dan sebagainya.
Tiap logam memiliki konfigurasi elektron sama seperti gas mulia atau golongan VIII A,
setelah di tambah 2 elektron pada lapisan kulit S paling luar. Contohnya konfigurasi elektron
pada Magnesium (Mg) yaitu : 1s22s22p63s2 atau (Ne) 3s2. Ikatan yang dimiliki kebanyakan
senyawa logam alkali tanah adalah ikatan ionik. Karena, elektron paling luarnya telah siap untuk
dilepaskan agar mencapai kestabilan. Unsur alkali tanah memiliki reaktifitas tinggi, sehingga
tidak ditemukan dalam bentuk monoatomik. Unsur ini mudah bereaksi dengan oksigen dan logam
murni yang ada di udara serta membentuk lapisan luar pada oksigen (Anonymous, 2011).
Sifat fisis dan kimia unsur logam alkali tanah diberikan pada tabel di bawah ini
(Anonymous,2011) :
Energi hidrasi
Energi hidrasi pada ion golongan II lebih besar 4 atau 5 kali daripada ion golongan I. Hal
ini dikarenakan pada golongan II ukuran yang lebih kecil dan pertambahan muatan, dan ΔHhidrasi
semakin ke bawah menurun karena meningkatnya ukuran ion. Ketika ion dwi valensi mempunyai
struktur gas mulia tanpa pasangan elektron, dengan persenyawaan diamagnetik dan tanpa warna,
kecuali jika asam radikal akan berwarna (Lee,1991).
Tabel . Energi Hidrasi
Kelarutan pada garam menurun dengan meningkatnya berat atom, tapi hal ini
berkebalikan dengan fluoride dan hidroksida pada golongan ini. Kelarutan bergantung pada
energi kisi pada padatan, dan energi hidrasi. Beberapa nilai energi dari golongan II dapat dilihat
pada tabel energi kisi. Nilai energi kisi golongan II lebih tinggi daripada golongan I karena
adanya efek meningkatnya muatan ion. Makin besar muatan ion semakin besar pula energi kisi
(Lee,1991).
Energi hidrasi juga menurun selama ion logam menjadi lebih besar tabel entalpi dari
hidrasi. Untuk zat yang larut, energi hidrasi harus melampaui energi kisi. Mengingat hubungan
golongan pada senyawa, seperti klorida pada semua logam golongan II. Penurunnya golongan
ion logam sehingga enegi kisi dan energi hidrasi juga menurun. Penurunan energi kisi
meningkatkan kelarutan sedangkan penurunan energi hidrasi menurunkan kelarutan (Lee,1991).
Tabel entalpi dari hidrasi
Ion ΔH (kJ mol-1)
Be2+ -2494
Mg2+ -1921
2+
Ca -1577
2+
Sr -1443
Ba2+ -1305
(Sumber:J.D.Lee, Concise Inorganic Chemistry 4th, Chapman & Hall,1991)
Sifat Kimia
Reaksi dengan air
Potensial reduksi pada berilium sangat sedikit dari yang lain dalam satu golongan. Hal ini
diindikasikan bahwa berilium sedikit elektropositif (sedikit metalik) daripada yang lain, dan
berilium tidak bereaksi dengan air (Lee, 1991).
Ca, Sr, dan Ba mempunyai potensial reduksi yang hampir sama, itu bersesuaian dengan
logam golongan I, dan merupakan rangkaian elektrokimia yang sangat tinggi. Ca, Sr, dan Ba
dapat bereaksi dengan cepat dengan air dingin, membebaskan hidrogen dan membentuk logam
hidroksida (Lee, 1991).
Ca + H2O Ca(OH)2 +H2
Tabel 1. Beberapa reaksi dari unsur golongan II (Lee, 1991):
Reaksi Komentar
M + 2H2O M(OH)2 + H2 Mungkin bereaksi dengan air panas, Mg
dengan air panas, Ca, Sr,Ba bereaksi cepat
dengan air dingin
M + 2HCl MCl2 + H2 Semua logam bereaksi dengan asam,
membebaskan hidrogen
Be + NaOH Na2[Be(OH)4] + H2 Menjadi amfoter
Ba + O2 BaO2 Ba juga membentuk peroksida
2M + O2 2MO (dengan oksigen Oksida normal dibentuk oleh semua anggota
berlebih) golongan
M + H2 MH2 Garam hidrida terbentuk pada temperature
tinggi pada logam Ca, Sr, dan Ba
3M +N2 M3N2 Semua nitrida terbentuk dengan temperature
tinggi
3M + 2P M3P2 Semua logam fosfida tebentuk pada
temperature tinggi
M + S MS Semua logam sulfida terbentuk
M + Se MSe Semua logam selenida terbentuk
M + Te MTe Semua logam tellurida terbentuk
M + F2 MF2 Semua logam flourida terbentuk
M + Cl2 MCl2 Semua logam klorida terbentuk
M + Br2 MBr2 Semua logam bromida terbentuk
M + I2 MI2 Semua logam iodida terbentuk
3M + 2NH3 2M(NH2)2 Semua logam amida terbentuk pada
temperature tinggi
Reaksi Hidrogen
Adanya pemanasan menyebabkan logam alkali tanah dapat bereaksi dengan hidrogen
(Anonymous,2011):
M(s) + H2 → MH2(S)
Logam alkali tanah yang terbakar di udara akan membentuk senyawa oksida dan senyawa
Nitrida dengan demikian Nitrogen yang ada di udara bereaksi juga dengan Alkali Tanah. Contoh
(Anonymous,2011):
Halida
Halida alkali tanah umumnya bersifat hidrat. Garam anhidrat dapat diperoleh dengan
pemanasan. Halida dari Mg dan Ca menyerap air dan larut dalam air. Kelarutan halida dalam air
menurun dari atas ke bawah dalam satu golongan. Kecuali flouridanya mempunyai
kecenderungan berlawanan. Semua halida bersifat ionik kecuali berilium. Kalsium klorida
anhidrat adalah contoh yang mempunyai kemampuan menyerap air yang kuat sehingga
digunakan sebagai pengering (Anonymous, 2011).
Hidroksida
Be(OH)2 merupakan amfoter, tapi hidroksida pada Mg, Ca, Sr dan Ba merupakan basa.
Kekuatan basa meningkat dari Mg ke Ba. Larutan pada Ca(OH) 2 dan Ba(OH)2 disebut dengan
air kapur yang digunakan untuk mendeteksi karbon dioksida. Ketika terdapat CO2, larutan akan
bergelembung dan menjadi keruh. Hal ini berkaitan dengan pembentukan suspensi pada partikel
padat pada CaCO3 atau BaCO3 (Lee,1991).
Oksida
Rumus umum oksida yang terbentuk adalah MO semuanya adalah kristal putih dan
bersifat basa. Oksida logamnya diperoleh dari reaksi antara logam dan oksigen serta diperoleh
dari pemanasan karbonatnya (Anonymous, 2011):
MCO3 → MO (s) + CO2(g)
Oksida dari logam alkali tanah dalam air bersifat basa. Sifat basanya dalam satu golongan
dari atas ke bawah semakin meningkat. BeO tidak larut dalam air sedangkan MgO sangat sedikit
kelarutannya dalam air (Anonymous, 2011).
A. PERTANYAAN
1. Mengapa kereaktifan unsur golongan IIA lebih rendah daripada golongan IA?
2. Mengapa unsur-unsur golongan IIA tidak ditemukan di alam dalam keadaan bebas? Dan
bagaimana bentuk unsur ini di alam?
3. Berilium merupakan salah satu unsur golongan IIA, tetapi sifat-sifat yang dimiliki oleh
Berilium bersifat anomali dibandingkan dengan unsur golongan IIA yang lain. Mengapa
Berilium tersebut bersifat anomali?
4. Mengapa unsur-unsur golongan IIA memiliki titik leleh yang sangat tinggi? Dan
bagaimanakah kecenderungan titik leleh dalam satu golongan?
5. Mengapa dapat terjadi perbedaan kelarutan pada unsur-unsur golongan IIA?
B. JAWABAN
1. Mengapa kereaktifan unsur golongan IIA lebih rendah daripada unsur golongan IA?
Reaktivitas suatu unsur dalam satu periode ke kanan semakin rendah sedangkan pada satu
golongan ke bawah akan semakin tinggi. Reaktivitas dipengaruhi oleh jari-jari atom dan
potensial ionisasi. Jari-jari unsur golongan IA lebih besar bila dibandingkan dengan
golongan IIA sehingga potensial ionisasi dari unsur golongan IA akan lebih kecil. Dengan
adanya potensial ionisasi yang kecil maka reaktivitas dari unsur golongan IA akan lebih
tinggi dibandingkan dengan golongan IIA dikarenakan elektron valensi dari unsur golongan
IA akan lebih mudah terlepas (Irvan, 2008).
Data potensial ionisasi pertama dari unsur golongan IA:
Unsur Golongan IA Ionisasi pertama (kJ/mol)
Li 520,1
Na 495,7
K 418,6
Rb 402,9
Cs 375,6
2. Mengapa unsur-unsur golongan IIA tidak ditemukan di alam dalam keadaan bebas?
Dan bagaimana bentuk unsur ini di alam?
Unsur golongan IIA merupakan unsur logam yang reaktif sehingga akan mudah untuk
berikatan dengan yang lain. Akibatnya logam golongan IIA akan berada dalam bentuk
senyawa di alam dan tidak ditemukan dalam keadaan bebas (Cotton dan Wilkinson,2007).
Di alam unsur-unsur golongan IIA ditemukan dalam mineral berikut (Cotton dan
Wilkinson,2007):
a. Berilium. Berilium tidak begitu banyak terdapat di kerak bumi, bahkan hampir bisa
dikatakan tidak ada. Sedangkan di alam berilium dapat bersenyawa menjadi Mineral
beril [Be3Al2(SiO 6)3], dan Krisoberil [Al2BeO4].
b. Magnesium. Magnesium berperingkat nomor 7 terbanyak yang terdapat di kerak
bumi, dengan 1,9% keberadaannya. Di alam magnesium bisa bersenyawa menjadi
Magnesium Klorida [MgCl2], Senyawa Karbonat [MgCO3], Dolomit [MgCa(CO3)2],
dan Senyawa Epsomit [MgSO4.7H2O]
c. Kalsium. Kalsium adalah logam alkali yang paling banyak terdapat di kerak bumi.
Bahkan kalsium menjadi nomor 5 terbanyak yang terdapat di kerak bumi, dengan
3,4% keberadaanya. Di alam kalsium dapat membentuk senyawa karbonat [CaCO 3],
Senyawa Fospat [CaPO4], Senyawa Sulfat [CaSO4], Senyawa Fourida [CaF]
d. Stronsium. Stronsium berada di kerak bumi dengan jumlah 0,03%. Di alam stronsium
dapat membuntuk senyawa Mineral Selesit [SrSO4], dan Strontianit
e. Barium. Barium berada di kerak bumi sebanyak 0,04%. Di alam barium dapat
membentuk senyawa : Mineral Baritin [BaSO4], dan Mineral Witerit [BaCO3]
3. Berilium merupakan salah satu unsur golongan IIA, tetapi sifat-sifat yang dimiliki
oleh Berilium bersifat anomali dibandingkan dengan unsur golongan IIA yang lain.
Mengapa Berilium tersebut bersifat anomali?
Berilium (Be) merupakan unsur golongan IIA yang memiliki sifat berbeda dengan unsur
lain pada golongan IIA tersebut. Unsur ini bersifat anomali bila dibandingkan dengan unsur
lain. Keanomalian unsur ini dikarenakan ukuran Be yang sangat kecil dan memiliki muatan
yang sangat besar sehingga cenderung untuk bersifat kovalen. Oleh karena itu, titik leleh
dari Be lebih rendah bila dibandingkan dengan yang seharusnya. Selain itu, Be dapat
membentuk kompleks yang jelas berbeda dari sifat unsur golongan IIA ( Irvan, 2008).
4. Mengapa unsur-unsur golongan IIA memiliki titik leleh yang sangat tinggi? Dan
bagaimanakah kecenderungan titik leleh dalam 1 golongan?
Unsur-unsur golongan IIA termasuk unsur logam yang memiliki elektron pada kulit
terluarnya sebanyak dua elektron. Unsur yang bersifat logam memiliki ikatan logam yang
sangat kuat di mana antar atom logam tersebut akan terikat kuat. Oleh karenanya, unsur
logam tersebut akan membutuhkan energi untuk dapat melepaskan elektron terluar yang
dimilikinya sehingga semakin kecil ukuran atom maka jarak elektron terluar dengan inti
akan semakin dekat sehingga energi yang dibutuhkan untuk melepas elektron akan semakin
besar. Energi yang yang besar dibutuhkan untuk merusak ikatan logam yang sangat kuat ini
sehingga berakibat titik leleh dari unsur logam tersebut akan sangat tinggi (Anonymous,
2011).
Dalam 1 golongan, semakin ke bawah maka titik leleh dari unsur golongan IIA akan
semakin kecil dikarenakan ukuran (jari-jari) atom akan semakin besar sehingga untuk
merusak ikatan logam akan lebih mudah. Data titik leleh dari unsur golongan IIA yaitu
(Anonymous, 2011):
Unsur Golongan IIA Titik Leleh (°C)
Be 1287
Mg 649
Ca 839
Sr 768
Ba 729
Ra 700
T 1200
e 1000
m
p 800
e
r 600
a
t 400
u 200
r
0
1 2 3 4 5 6
Unsur
Keterangan diagram:
1. Berilium
2. Magnesium
3. Kalsium
4. Stronsium
5. Barium
6. Radium
Magnesium tidak mengikuti karakteristik penurunan titik leleh bila dibandingkan dengan
unsur golongan IIA yang lain. Hal ini dikarenakan inti yang bermuatan positif pada
magnesium berada pada susunan kristal yang berbeda bila dibandingkan dengan susunan
atom dalam magnesium. Struktur kristal dari magnesium lebih mudah dirusak sehingga titik
lelehnya akan lebih rendah (Anonymous, 2011)
Berdasarkan tabel di atas, kita dapat melihat adanya kecenderungan periodik dari
kelarutan senyawa logam alkali tanah, yaitu senyawa hidroksida, senyawa karbonat, dan
senyawa oksalat semakin mudah larut dari Be ke Ba, meski ada sedikit fluktuasi pada
senyawa karbonat dan oksalat. Salah satu faktor yang menyebabkan perbedaan kelarutan ini
yaitu muatan yang dimiliki ion-ion; semakin besar muatan tersebut, maka semakin kuat
ikatan antar-ion yang terbentuk sehingga senyawa logam alkali tanah lebih sukar larut
dibandingkan dengan senyawa logam alkali. Adapun senyawa logam alkali tanah yang
mudah larut yaitu senyawa nitrat (NO3-) dan senyawa klorida (Cl-) (Anonymous, 2011).
BAB III
KESIMPULAN
Golongan II A merupakan golongan alkali tanah dimana karena oksidasinya maka logam
alkali sukar larut dalam air dan kelimpahannya banyak terdapat dalam batuan di kerak bumi.
Dalam satu golongan dari atas ke bawah, jari-jari atom semakin meningkat sehingga energi
ionisasinya semakin kecil karena gaya tarik inti terhadap elektron terluar semakin kecil. Selain
itu, keelektronegatifannya semakin kecil sehingga cenderung untuk melepaskan elektron dan
akan membentuk ion positif sehingga kereaktifan logam alkali tanah semakin meningkat dari
atas ke bawah. Hal ini mempengaruhi sifat logam dan non logam. Titik didih logam alkali tanah
tidak ada pola yang jelas karena dipengaruhi oleh tekanan, ikatan kimia dan kekerasan logam.
Sifat kebasaan golongan IIA lebih lemah daripada golongan IA. Kelarutan suatu unsur
bergantung pada besarnya muatan inti ion-ion.
DAFTAR PUSTAKA