Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DISUSUN OLEH :
1
Materi 1: Konsepsi Bimbingan dan konseling Kelompok, dan bentuk-bentuk kelompok
bantuan.
konseling kelompok merupakan salah satu layanan konseling yang di selenggarakan dalam
suasana kelompok yang memanfaatkan dinamika kelompok, serta terdapat hubungan
konseling yang hangat, terbuka, permisif dan penuh keakraban.hal ini merupakan upaya
individu untuk membantu individu agar dapat menjalani perkembangannya dengan lebih
lancar, upaya itu bersifat preventif dan perbaikan. Sebab, pada konseling kelompok juga ada
pengungkapan dan pemahaman masalah klien, penelusuran sebab-sebab timbulnya masalah,
upaya pemecahan masalah, kegiatan evaluasi dan tindak lanjut.
1) Tujuan Umum
Secara umum layanan bimbingan kelompok bertujuan untuk pengembangan kemampuan
bersosialisasi, khususnya kemampuan berkomunikasi perserta layanan (siswa).
2) Tujuan Khusus
Secara lebih khusus layanan bimbingan kelompok bertujuan untuk mendorong
pengembangan perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang menunjang perwujudan
tingkah laku yang lebih efektif, yaitu peningkatan kemampuan berkomunikasi baik verbal
maupun non verbal para siswa. Menurut Prayitno (1995 : 70) tujuan yang ingin dicapai
dalam bimbingan kelompok yaitu penguasaan informasi untuk tujuan yang lebih luas,
pengembangan pribadi, dan pembahasan masalah atau topik-topik umum secara luas dan
mendalam yang bermanfaat bagi para anggota kelompok. Menurut Mungin Eddy Wibowo,
(2005:17).Tujuan bimbingan kelompok adalah untuk memberi informasi dan data untuk
mempermudah pembuatan keputusan dan tingkah laku.
1. Tahap Pembentukan
Tahap ini merupakan tahap pengenalan dan penjajakan, dimana para peserta diharapkan
dapat lebih terbuka menyampaikan harapan keinginan dan tujuan-tujuan yang ingin dicapai
oleh masing-masing anggota. Penampilan pemimpin kelompok pada tahap ini hendaknya
benar-benar bisa meyakinkan anggota kelompok sebagai orang yang bisa dan bersedia
membantu anggota kelompok mencapai tujuan yang diharapkan.
Dalam memulai pembentukan kelompok perlu adanya perencanaan yang matang. Oleh
karena itu keberhasilan kelompok yang dibentuk tidak terlepas dari perencanaan dan
pelaksanaan konseling kelompok itu sendiri. Berbagai ahli telah mengenali tahap-tahap
perkembangan itu. Mereka memakai istilah yang kadang-kadang berbeda namun pada
dasarnya mempunyai isi yang sama.
Tahap transisi adalah suatu tahap setelah proses pembentukan dan sebelu tahap kerja
kelompok. Dalam kelompok yang diperkirakan berakhir 12-15 sesi, tahap transisi terjadi
2
pada sesi kedua atau ketiga dan biasanya berlangsung satu samapai tiga pertemuan. Tahap
ini terdiri dari dua bagian proses yang ditandai dengan ekspresi, sejumlah emosi dan
interaksi anggota.
Tahap transisi dimulai dengan periode kekacauan (storming) ada beberapa hal yang menjadi
karakteristik dari storming yaitu berkaitan dengan hubungan antar teman, perlawanan, dan
pemrosesan antar tugas, norma dan norming, ada perbedaan sekaligus hubungan antara
konsep norma dan norming, norma adalah harapan-harapan tentang perilaku anggota
kelompok yang harus atau tidak harus dilakukan. Fungsi norma kelompok adalah untuk
mengatur penampilan kelompok sebagi unit yang terorganisir dan mengarahkannya dalam
tujuan-tujuannya. Norming adalah perasaan akan “kekitaan”, identitas, kekelompokan,
kesatuan yang muncul ketika individu-individu merasa sebagai anggota suatu asosiasi atau
organisasi yang besar dari dirinya.
3. Tahap Kegiatan
Tahapan kegiatan merupakan tahap inti dari proses suatu kelompok dan merupakan
kehidupan yang sebenarnya dari kelompok. Tahapan kegiatan selalu dianggap sebagai
tahapan yang selalu produktif dalam perkembangan kelompok yang bersifat membangun
(contructive nature) dan dengan pencapaian hasil yang baik (achievement of results) selama
tahapan kerja hubungan anggota kelompok lebih bebas dan lebih menyenangkan. Hubungan
antar anggota berkembang dengan baik (saling tukar pengalaman, membuka diri secara
bebas, saling tanggap dan tukar pendapat, dan saling membantu).
Dalam perkembangan kelompok, tahapan kegiatan merupakan kekuatan therapeutik seperti
keterbukaan terhadap diri sendiri dan orang lain dan munculnya ide-ide baru yang
membangun. Apapun yang menjadi tujuan, suatu kelompok yang sehat akan menampilkan
keakraban, keterbukaan (self disclosure), umpan balik, kerja kelompok, konfrontasi dan
humor. Perilaku-perilaku positif yang dinyatakan dalam hubungan interpersonal antar
anggota akan muncul dalam hubungan sebaya (peer relationships). Tahap ini sangat
menentukan keberhasilan kegiatan kelompok. Jika tahap sebelumnya berhasil dengan baik,
maka tahap ini akan berlangsung dengan lancar.
4. Tahap Pengakhiran
3
pembubaran, masalah-masalah yang terkait dengan pembubaran dan hal-hal lain yang
menyangkut tindak lanjut.
5. Evaluasi Kegiatan
Penilaian terhadap kegiatan konseling kelompok dapat dilakukan secara tertulis dimana para
peserta diminta mengungkapkan perasaannya, harapannya, minat dan sikapnya terhadap
berbagai hal, baik yang telah dilakukan selama kegiatan kelompok (yang menyangkut isi
maupun proses) maupun kemungkinan keterlibatan mereka untuk kegiatan serupa
selanjutnya.
Pada tahap ini dilakukan tinjauan terhadap kualitas kegiatan kelompok dan hasil-hasilnya
melalui pengungkapan kesan-kesan peserta. Kondisi UCA (Understanding Comfort Action)
menjadi fokus penilaian hasil-hasil konseling kelompok. Penilaian dilakukan dalam tiga
tahap yaitu penilaian segera (laiseg) dilakukan pada akhir setiap sesi layanan, penilaian
jangka pendek (laijapen) dan penilaian janka panjang (laijapang).
1. Kelompok Bimbingan
2. Kelompok konseling
Suatu upaya pemberian bantuan kepada individu (klien) yang mengalami masalah-masalah
pribadi melalui kegiatan kelompok agar tercapai perkembangan yang optimal. Layanan
kelompok konseling merupakan salah satu upaya pembimbingan atau konselor membantu
memecahkan masalah-masalah pribadi yang dialami oleh oleh masing-masing anggota
kelompok melalui kegiatan kelompok.
3. Terapi Kelompok
Merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan sekelompok pasien bersama-sama dengan jalan
berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau diarahkan oleh seorang therapist atau petugas
kesehatan jiwa yang terlatih. Terapi psikologi yang dilakukan secara berkelompok untuk
memberikan stimulasi bagi pasien dengan gangguan interpersonal.
4. Kelompok Pertemuan
Kelompok pertemuan muncul dari kelompok T dalam usaha untuk memfokuskan diri pada
pertumbuhan anggota kelompok secara individu, bukan kelompok itu sendiri. kelompok
pertemuan ini, ditujukan pada orang-orang "berfungsi normal" yang menginginkan
pertumbuhan, perubahan, dan perkembangan.
5. Kelompok Tugas
4
Kelompok yang diberi tugas dari pemimpin kelompok kepada para anggota kelompok.
pemimpin kelompok mengemukakan suatu tugas yang harus dibahas dan diselesaikan oleh
anggota kelompok. penelitian ini, mempergunakan layanan bimbingan kelompok dengan
model kelompok tugas, dimana permasalahan yang dibahas telah ditentukan oleh pemimpin
kelompok
6. Kelompok Psikoedukasi
Kelompok merupakan suatu sistem. Sebagai sistem dalam kelompok ada beberapa
komponen yang tersusun dalam suatu struktur yang teratur. Struktur kelompok mengacu
kepada bagaimana susunan kelompok itu, yang meliputi : jenis kelompok, tujuan kelompok,
peranan anggota kelompok, pemimpin kelompok, aturan-aturan dasar kelompok, pokok-
pokok pembicaraan yang akan didiskusikan dalam kelompok (Romlah, 1989:41). Jadi
pemimpin kelompok merupakan komponen yang penting dalam suatu kelompok. Namun
demikian, peran seorang pemimpin itu penting bagi keseluruhan fungsi kelompok. Sebuah
kelompok merupakan cerminan pemimpinannya. Sebuah kelompok menggambarkan
5
definisi dari pemimpinnya. Hanya akan ada hasil yang bagus sesuai pemimpinnya, hasil
yang bagus sesuai keterampilannya dan hasil yang bagus sesuai diri pemimpin itu sendiri.
Contohnya seorang pemimpin transformasional (misalnya orang yang memperkuat anggota
kelompok dan membagi kekuatan kepada mereka dalam bekerja untuk memperbaharui
sebuah kelompok) mungkin diperlukan ketika sebuahkelompok tengah sekarat. Sebaliknya
seorang pemimpin tradisional (misalnya seorang yang mengendalikan dan melatih kekuatan
dari atas ke bawah sebagai seorang pakar) mungkin cocok di dalam menjalankan kelompok
hierarkis yang bermacam-macam dan yang para anggotanya secara fisik terpisah.
1. Tugas-Tugas Pemimpin Kelompok
Konselor sebagai pemimpin kelompok mempunyai tugas yang tidak ringan, jika
menginginkan dalam melaksanakan pekerjaan benar-benar profesional dan efektif. Menurut
Yalom (1985) tugas-tugas pemimpin kelompok adalah membuat dan mempertahankan
kelompok, membentuk budaya dalam kelompok, dan membentuk norma-norma dalam
kelompok.
a. Membuat dan Mempertahankan Kelompok
Pemimpin kelompok mempunyai tugas untuk membuat dan mempertahankan kelompok.
Melalui wawancara awal dengan calon anggota dan melalui seleksi yang baik, pemimpin
kelompok membentuk kelompok konseling. Begitu kelompok dimulai, pemimpin harus
bertindak sebagai penjaga gawang, yaitu mempertahankan agar anggota tetap hadir dan tetap
mengikuti kelompok yang dibuatnya. Sebab gagalnya salah seorang anggota untuk
mengikuti kelompok dapat mempengaruhi anggota lain ataupun jalannya kelompok.
b. Membentuk Budaya
Setelah kelompok terbentuk, pemimpin kelompok mengupayakan agar kelompok menjadi
sistem sosial yang terapeutik. Pemimpin kelompok mencoba untuk menumbuhkan norma
yang akan dipakai sebagai pedoman interaksi kelompok. Pada pendekatan individual agen
perubahan satu-satunya adalah konselor. Pada konseling kelompok, yang menjadi agen
perubahan adalah kelompok. Di dalam konseling kelompok pemimpin adalah agen
perubahan secara tidak langsung, sedangkan pada konseling individual, konselor adalah
agen perubahan secara langsung. Dalam kelompok, pemimpin mempunyai tugas untuk
membawa kelompok dari satu faktor kuratif ke faktor kuratif yang lainnya melalui
pembentukan budaya kelompok, la akan membentuk budaya yang dapat menimbulkan
interaksi yang tepat di dalam kelompok.
c. Membentuk Norma-Norma
Norma-norma di dalam kelompok dibentuk berdasarkan harapan anggota kelompok
terhadap kelompok dan pengarahan langsung maupun tidak langsung dari pemimpin dan
anggota-anggota yang lebih berpengaruh. Apabila harapan anggota tidak jelas, maka
pemimpin mempunyai banyak kesempatan untuk membuat desain budaya kelompok yang
menurut pandangannya akan memberikan suasana terapeutik optimal. Pemimpin kelompok
adalah pusat perhatian kelompok dan anggota akan mengharapkan arahan darinya.
d. Tuntutan Terhadap Pemimpin Kelompok
Pemimpin kelompok dituntut untuk pandai memperhatikan setiap tingkah laku (baik ucapan,
tindakan, maupun isyarat) yang ditampilkan oleh setiap anggota kelompok, dan
memperhatikan keikutsertaan anggota-anggota kelompok dalam memecahkan masalah-
masalah yang timbul. Kelincahan dan keterlibatan pemimpin kelompok dalam hal ini amat
menentukan keberhasilan kelompok. Secara ringkas tuntutan terhadap pemimpin kelompok
adalah kesanggupan merangsang diawalinya kegiatan-kegiatan kelompok. Pemimpin
kelompok dapat bersifat dan bersikap “tutwuri handayani” mengayomi atau mengawasi”,
dan menjadi tokoh bagi para anggota kelompok. Ciri kepemimpinan ini akan mempunyai
pengaruh besar terhadap kehidupan kelompok.
6
B. Pemimpin/ Konselor Kelompok sebagai Pribadi dan Profesional
Hoose dan Kottler (dalam Gladding, 2012) memaparkan alasan pentingnya kode etik dalam
sebuah profesi:
1. Kode Etik melidungi profesi dari pemerintah. Poin ini menjelaskan bahwa sebuah profesi
diperbolehkan secara mandiri dalam independensinya untuk mengelola profesi tersebut agar
berfungsi sebagaimana mestinya.
9
2 Kode etik membantu mengontrol ketidak sepakatan internal dan pertengkaran, sehingga
memelihara kestabilan dalam profesi.
3. Kode etik melindungi praktisi dari publik, terutama untuk pengaduan malpraktik. Jika
konselor telah bertindak sesuai batas-batas kode etik, tingkah lakunya akan di nilai telah
mematuhi standar umum.
Konseling yang dilakukan secara online terdapat banyak masalahnya dan berikut ini tipe-
tipe permasalahannya, yaitu:
1. Caveat merupakan dimana konselor dengan sertifikasi tidak jelas atau tidak memiliki
jaminan keamanan yang tidak memadai,
2. Closed merupakan konselor yang sudah tidak menggunakan situsnya untuk melakukan
konseling online akan tetapi masih tetap online untuk keperluan lain dan juga tidak pernah
melakukan up-dating secara berkala,
3. Gone merupakan situs-situs yang sudah kadaluarsa yang pernah dilakukan untuk proses
konseling online dan sudah ditutup.
Isu permasalahan bahasa dan budaya ketika melakukan layanan BK online. Dikarenakan
layanan BK via online tidak mengenal letak geografis dan waktu maka tidak menutup
kemungkinan bahwa konselor mendapati konseli lintas budaya dan bahasa. Hal ini dapat
bermasalah jika konselor tidak dapat memahami seluruhnya tentang bahasa dan budaya
10
konseli sehingga terjadi miss-comunication antara konseli dan konselor. Alhasil pelayanan
BK pun tidak menghasilkan hasil yang memuaskan bagi konseli.
Isu kompetensi konselor dalam menggunakan TI dalam melayani konseli yaitu konselor
terkadang belum banyak menguasai TI dan permasalahan ini sudah sangat klasik terjadi,
yaitu konselor yang gagap teknologi sehingga konselor tidak dapat melakukan pelayanan
berbasis TI.
11