Anda di halaman 1dari 4

Tema:Kristus Memasuki Yerusalem (11:1-11)

Ibadah Minggu 10 April 2022

Shalom .

Di sini diceritakan tentang Kristus yang masuk ke Yerusalem secara terang-terangan, empat atau lima
hari sebelum kematian-Nya. Ia masuk ke Yerusalem dengan cara yang luar biasa:

. Untuk memperlihatkan bahwa Ia tidak takut dengan kekuasaan dan kedengkian musuh-musuh-Nya di
Yerusalem. Ia tidak memasuki kota itu dengan diam-diam dan dalam penyamaran, seperti orang yang
tidak berani menampakkan wajah-Nya. Tidak, mereka tidak perlu mengirim mata-mata untuk mencari
Dia, karena kedatangan-Nya bisa dilihat. Ini dapat menggugah semangat murid-murid-Nya yang merasa
takut dan gelisah karena memikirkan kekuatan dan kemarahan musuh-musuh mereka. Biarlah mereka
melihat betapa beraninya Guru mereka menentang semuanya itu.

. Untuk memperlihatkan bahwa Ia tidak gelisah atau dicemaskan dengan pikiran-pikiran mengenai
penderitaan-Nya yang kian mendekat. Ia datang bukan hanya dengan terang-terangan, tetapi juga
dengan penuh kegembiraan dan sambutan meriah yang penuh sukacita. Walaupun sekarang Ia tengah
menyongsong penderitaan-Nya, seperti orang yang baru menyandangkan pedang, Ia sudah lebih dulu
merayakan kemenangan-Nya seolah-olah penderitaan itu sudah dikalahkan-Nya, karena Ia yakin penuh
bahwa Ia pasti akan menang.

I. Bagian luar kemenangan ini terlihat sangat rendah; Ia naik ke atas punggung seekor keledai, binatang
hina dan jelek rupa. Lebih-lebih lagi, keledainya belum pernah ditunggangi orang, yang karena itu, pasti
kasar punggungnya karena bulunya belum pernah dipangkas, dan tidak hanya demikian, keledai seperti
ini tentunya masih liar dan sulit dikendalikan, sehingga bisa mengacaukan dan merusak kekhidmatan
perayaan tersebut. Keledai ini juga adalah keledai pinjaman. Pada saat Kristus pergi ke laut, Ia
menggunakan sebuah perahu pinjaman, makan perjamuan Paskah di dalam sebuah ruangan pinjaman,
dikuburkan dalam sebuah makam pinjaman, dan di sini menunggangi seekor keledai pinjaman.
Janganlah orang Kristen menghina mereka yang berutang dan meminjam karena keperluan, karena Guru
kita juga tidak menghina orang-orang demikian. Alas yang dipakai-Nya untuk punggung keledai itu
sangat sederhana, orang-orang menaruh pakaian mereka di atas punggung keledai, dan begitulah Ia
duduk di atasnya (ay. 7). Orang-orang yang mengikuti peristiwa itu hanyalah orang-orang yang
sederhana. Apa yang dapat mereka tunjukkan hanyalah menghamparkan pakaian mereka di jalan (ay.
8), seperti yang biasa mereka lakukan dalam setiap perayaan tabernakel. Semuanya ini menandakan
kerendahan hati-Nya. Kalau kita benar-benar perhatikan, Kristus akan selalu dikenang karena
kesederhanaan-Nya. Hal ini mengajarkan kepada kita supaya kita tidak memikirkan hal-hal yang tinggi,
tetapi untuk menempatkan diri dalam kedudukan yang rendah. Betapa jelek kalau orang Kristen
menginginkan hal-hal yang tinggi padahal Kristus sungguh-sungguh jauh dari kehidupan seperti itu.
II. Bagian dalam dari kemenangan ini sangat luar biasa; bukan hanya karena peristiwa tersebut
merupakan penggenapan Kitab Suci (yang tidak dicatat di sini seperti dalam Injil Matius), tetapi juga
karena ada pancaran sinar kemuliaan Kristus yang bercahaya di tengah-tengah kesederhanaan ini.

. Kristus memperlihatkan bahwa Ia mengetahui hal-hal yang akan datang, dan bahwa Ia berkuasa atas
kehendak manusia, ketika Ia menyuruh murid-murid-Nya mendapatkan seekor keledai (ay. 1-3). Dengan
ini kita dapat melihat bahwa Kristus sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Nya yang
gagal.

. Ia menunjukkan kuasa-Nya atas makhluk ciptaan-Nya dengan mengendarai seekor keledai yang belum
pernah ditunggangi. Penundukan ciptaan yang lebih rendah di bawah kuasa manusia dinyatakan melalui
pekerjaan Kristus (Mzm. 8:6-7; bdk. Ibr. 2:8), karena oleh Dialah dan dengan pengantaraan-Nyalah kita
semua memperoleh anugerah Allah untuk berkuasa atas ciptaan-Nya itu di dunia bawah ini (Kej. 1:28).
Dan mungkin, dengan menunggangi seekor keledai, Kristus ingin memberikan suatu bayangan tentang
kekuasaan-Nya atas roh manusia, yang dilahirkan seperti seekor keledai liar (Ayb. 11:12).

. Keledai itu diambil dari sebuah tempat yang merupakan pertemuan dari dua jalan (ay. 4), seolah-olah
Kristus ingin memperlihatkan bahwa Ia datang untuk memberikan petunjuk kepada mereka yang
memiliki dua jalan di hadapannya untuk berada di jalan yang benar, dan bahwa mereka berada dalam
bahaya jika memilih yang salah.

. Kristus disambut dengan seruan-seruan hosana yang penuh sukacita dari orang-orang, sebagai ucapan
selamat datang bagi Dia dan pengharapan mereka akan kemakmuran bagi kerajaan-Nya (ay. 9).
Tuhanlah yang meletakkan dalam hati orang-orang tersebut keinginan untuk berteriak Hosana. Mereka
tidak didorong dan diatur oleh manusia seperti yang terjadi dengan orang-orang yang sesudah peristiwa
ini berteriak-teriak Salibkan, salibkan. Kristus dengan senang hati menerima penghormatan yang
diberikan kepada-Nya oleh iman dan pujian orang banyak itu, dan Allah-lah yang menggerakkan orang-
orang untuk memberikan penghormatan kepada-Nya di luar kehendak mereka sendiri.

(1) Mereka menyambut Dia secara pribadi (ay. 9), Diberkatilah Dia yang datang, ho erchomenos, Dia
yang harus datang, yang sudah sering kali dijanjikan, dan telah lama diharapkan; Dia yang datang dalam
nama Tuhan, sebagai utusan Allah ke dalam dunia; Diberkatilah Dia, biarlah Dia menerima puji-pujian
tertinggi dari kita; Dia adalah Penebus yang terberkati, yang membawa berkat kepada kita, dan
terberkatilah Dia yang telah mengutus-Nya. Biarlah Dia diberkati dalam nama Tuhan, dan kiranya segala
bangsa dan zaman menyebut-Nya Yang Terberkati, biarlah mereka berpikir dan berbicara dengan penuh
puji-pujian dan penghormatan tentang-Nya.
(2) Mereka mengharapkan agar maksud kehendak-Nya berhasil baik (ay. 10). Mereka percaya bahwa,
sekalipun orangnya sederhana saja, Dia memiliki sebuah kerajaan, yang akan segera diwujudkan di dunia
ini, yaitu kerajaan Daud, bapa mereka (yang adalah bapa dari negeri asal-Nya), kerajaan yang dijanjikan
kepadanya dan keturunannya untuk selamanya; kerajaan yang datang dalam nama Tuhan, yang
ditopang oleh kuasa atau otoritas ilahi. Diberkatilah kerajaan ini, semoga kerajaan ini kukuh berdiri, kuat
terpancang, datang dengan penuh kuasa, dan biarlah semua pemerintahan, penguasa, dan kekuasaan,
dikalahkannya. Semoga kerajaan ini terus mengalahkan, dan menaklukkan. Hosana bagi kerajaan ini,
jayalah ia, dan segala kebahagiaan mengikutinya! Arti yang tepat dari hosana adalah seperti yang kita
temukan dalam Wahyu 7:10, yaitu Keselamatan bagi Allah kami yang duduk di atas takhta dan bagi Anak
Domba. Semoga berhasillah iman kepercayaan kita, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang
diwahyukan dari atas, Hosana di tempat mahatinggi. Segala pujian bagi Allah kita, yang bertakhta di
sorga yang tertinggi yang mengatasi segalanya, Dialah Allah yang terpuji selamanya. Atau, biarlah Ia
dipuji oleh malaikat-malaikat-Nya, yang ada di tingkat sorga tertinggi, biarlah hosana kita menggema di
antara mereka.

Kristus, yang diterima dan disambut dengan begitu meriah, memasuki kota dan langsung pergi ke Bait
Allah. Di sana tidak ada perjamuan anggur untuk menjamu-Nya, bahkan sedikit makanan pun tidak.
Walaupun begitu, Ia segera mulai bekerja, karena itulah yang menjadi makanan dan minuman-Nya. Ia
masuk ke Bait Allah, sehingga firman Tuhan digenapi, "Tuhan yang kamu cari itu akan masuk ke Bait-Nya
dengan tiba-tiba, tanpa pemberitahuan sebelumnya. Ia akan mengejutkanmu pada hari kedatangan-
Nya, karena Ia akan menjadi seperti api tukang pemurni logam, dan seperti sabun tukang penatu" (Mal.
3:1-3). Ia masuk ke Bait Allah dan meninjau keadaannya saat itu (ay. 11). Ia melihat-lihat segala sesuatu
di sekelilingnya, tetapi tidak mengatakan apa pun. Ia melihat banyak ketidakteraturan di sana, tetapi
tetap diam (Mzm. 50:21). Walaupun Ia bermaksud untuk menekan orang-orang itu, Ia tidak mau
melakukannya dengan tiba-tiba, supaya jangan sampai orang mengira Ia sedang tergesa-gesa. Ia
membiarkan semuanya ini seperti apa adanya untuk malam ini, supaya Ia dapat menyiapkan diri untuk
keesokan paginya, dan juga supaya Ia dapat mengkhususkan hari itu bagi-Nya. Kita boleh merasa yakin
bahwa Allah melihat semua kejahatan yang ada di dalam dunia, tetapi Ia tidak langsung menanganinya
ataupun menghancurkannya saat itu juga. Setelah memperhatikan semua yang terjadi dalam Bait Allah,
Kristus beristirahat di rumah seorang teman-Nya di Betania, karena di sana Ia bisa bebas dari keramaian
kota dan segala kasak-kusuk dan kecurigaan memimpin suatu kelompok pemecah belah .

Amplikasi

Markus menuturkan kedatangan Yesus ke Yerusalem menjelang hari "H" penderitaan-Nya.

Dua murid diminta untuk mengambil keledai muda dari seseorang di desa. Sebagai Raja, Yesus akan
mengendarai seekor keledai muda, yang menggambarkan ketenangan dan kerendahhatian. Bila di
Markus 10:42-43, raja dunia digambarkan dengan tangan besi maka Yesus, Sang Raja Damai datang
dengan kelembutan dan tanpa kekuatan militer. Yesus telah menggenapi nubuat Zakharia (Za. 9:9).
Sambutan orang banyak terhadap Yesus yang datang mengendarai keledai (8) bagai upaya
membentangkan karpet merah bagi orang terhormat yang akan melalui tempat itu. Tampaknya orang
banyak melihat tindakan Yesus sebagai suatu pernyataan simbolis tentang identitas-Nya sebagai Mesias
bagi Israel. Oleh karena itu mereka mengelu-elukan Dia sebagai Raja Israel yang datang dalam nama
Tuhan. Dalam hal ini orang banyak telah bertindak dengan benar. Akan tetapi, konsep mereka mengenai
misi kedatangan Yesus dan kerajaan-Nya merupakan suatu kesalahan besar. Mereka telah gagal
memahami kedatangan Yesus yang mengendarai keledai sebagai simbol misi yang mengusung
kerendahhatian, bukan kuasa politik atau militer.

Orang banyak telah salah berharap karena telah salah konsep mengenai kerajaan Allah. Seruan elu-elu
mereka pada Yesus ternyata didasarkan pada berbagai mukjizat yang telah dilakukan oleh Yesus (bdk.
Luk. 19:37), bukan karena pemahaman mereka akan misi Yesus. Orang banyak hanya memikirkan
dimensi fisik, padahal Kerajaan Allah mewujud dalam pembaruan hubungan seseorang dengan Allah.
Kerajaan Allah dibangun bukan di atas revolusi dan peperangan, melainkan melalui penolakan,
penderitaan, dan bahkan kematian Yesus di kayu salib yang dianggap memalukan.

Kiranya hubungan kita dengan Yesus dibangun bukan di atas konsep dan hasrat yang keliru, melainkan
atas kerinduan mengalami perjumpaan dengan Dia hari demi hari hingga kita serupa dengan Dia.

Anda mungkin juga menyukai