Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS PADA SISTEM KARDIOVASKULER

DI RUANG ICCU RSUD KARDINAH TEGAL

Disusun Oleh

Ayu Sekartika (18.1425.S)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN

2022
LAPORAN PENDAHULUAN HIPOTENSI
A. Definisi
Tekanan darah rendah atau hipotensi (hypotension) adalah suatu keadaan dimana
tekanan darah seseorang turun dibawah angka normal, yaitu mencapai nilai rendah
90/60 mmHg. Normal tekanan darah seseorang dengan ukuran tinggi badan, berat
badan, tingkat aktifitas normal dan kesehatan secara umum adalah 120/80 mmHg.
Hipotensi atau tekanan darah rendah adalah suatu keadaan dimana tekanan darah
lebih rendah dari nilai 90/60 mmHg atau tekanan darah cukup rendah, sehingga
menyebabkan gejala-gejala seperti pusing dan pingsan (A.J. Ramadhan, 2010).
Hipotensi atau tekanan darah rendah terjadi jika terdapat ketidakseimbangan
antara kapasitas vaskuler darah dan volume darah atau jika jantung terlalu lemah
untuk menghasilkan tekanan darah yang dapat mendorong darah (Sherwood, 2002).
B. Etiologi
Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya penururnan tekanan darah:
1. Dehidrasi.
2. Melemahnya otot jantung yang berakibat volume darah yang dipompa oleh
jantung sedikit sehingga tekanan darah menurun.
3. Terjadinya peradangan pada kantong yang mengelilingi jantung (pericardium)
yang biasa dikenal sebagai pericarditis yang menyebabkan cairan menumpuk
didalam pericardium yang menekan jantung sehingga membatasi kemampuan
jantung untuk mengisi dan memompa darah keseluruh tubuh.
4. Adanya pembekuan dara dalam pembuluh vena (pulmoryembolism) dimana
bekuan darah ini dapat menghalangi aliran darah kedalam bilik kiri dari paru-paru
dan akibatnya akan mengurangi darah yang kembali ke jantung untuk dipompa.
5. Denyut jantung yang lambat dapat mengurangi jumlah darah yang dipompa oleh
jantung. Angka detak jantung istirahat untuk seorang dewasa sehat adalah 60-100
detak/menit.
6. Tegangan kekakuan pembuluh darah. Pembuluh darah yang kaku akan berefek
pada semakin tingginya tekanan darah, begitu juga sebaliknya.
7. Pelebaran pembuluh darah juga mampu menyebabkan turunnya tekanan darah.
Situasi ini biasanya sebagai dampak dari syok septik, pemaparan oleh panas,
diare, obat-obatan vasodilator (nitrat, penghambat kalsium, penghambat ACE).
8. Efek samping obat  seperti alkohol, anxiolytic, beberapa antidepresan, diuretik,
obat-obatan untuk tekanan darah tinggi dan penyakit jantung koroner, analgesik.
9. Kejutan emosional, misalnya syok yang disebabkan oleh infeksi yang parah,
stroke, anafilaksis (reaksi alergi yang mengancam nyawa dan trauma hebat.
10. Diabetes tingkat lanjut.
C. Manifestasi Klinis
Tekanan darah rendah terkadang diartikan sebagai tanda tidak cukupnya darah
yang mengalir pada otak dan organ vital lainnya, sehingga dapat menyebabkan
beberapa gejala seperti:
1. Mual
Mual adalah masalah yang di alami pada bagian perut yang jika ingin menelan
atau mengkonsumsi makanan akan terjadi penolakan yang dapat di muntahkan
kembali. Ciri-ciri darah rendahpun akan mengalami rasa mual.
2. Jantung yang lebih cepat berdetaknya
Jantung yang berdetak lebih cepat, yang tidak ada penyebabnya harus di cek.
Biasanya ciri-ciri darah rendahpun akan mengalami kejadian seperti ini. Jantung
merupakan organ paling penting untuk di jaga.
3. Pusing dan sakit kepala
Gejala darah rendah yang sering terjdi adalah penderita merasa pusing dan sakit
kepala. Cirir-ciri darah rendah ini disebabkan karena darah tidak bisa membawa
oksigen dalam jumlah yang cukup.
Gejala yang umum lainnya seperti:
1. Pening atau badan terasa ringan
2. Pingsan
3. Merasa kedinginan
4. Kulit pucat (pucat karena sakit)
5. Penglihatan kabur
6. Merasa kebingungan
7. Lemah
8. Susah berkonsentrasi
D. Komplikasi
1. Stroke: hipotensi yang menyebabkan berkurangnya aliran darah dan oksigen yang
menuju otak sehingga mengakibatkan kerusakan otak, sehingga menimbulkan
kematian pada jaringan otak karena arteri otak tersumbat (infark serebral) atau
arteri pecah (perdarahan).
2. Anemia: hipotensi pada tekanan darah 90/80 mmHg menyebabkan produksi sel
darah merah yang minimal atau produksi sel darah merah yang rendah sehingga
mengakibatkan anemia.
3. Serangan jantung: hipotensi yang mengakbatkan kurangnya tekanan darah yang
tidak cukup untuk menyerahkan darah ke arteri-arteri koroner (arteri yang
menyuplai darah ke otot jantung) sehingga menyebabkan nyeri dada yang
mengakibatkan serangan jantung.
4. Gangguan ginjal: ketika darah yang tidak cukup dialirkan ke ginjal-ginjal, ginjal-
ginjal akan gagal untuk mengeliminasi pembuangan-pembuangan dari tubuh yaitu
urea dan kreatin dan peningkatan pada tingkat-tingkat hasil eliminasi di darah
terjadi (contohnya: kenaikan dari blood urea nitrogen atau BUN dan serum
keratin.
5. Shock: tekanan darah yang rendah memacu jantung untuk memompa darah lebih
banyak, kondisi tersebut yang mengancam nyawa dimana tekanan darah yang
gigih menyebabkan organ-organ seperti ginjal, hati, jantung, dan otak untuk
secara cepat.
E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan jika gejala-gejala hipotensi terus
menerus berulang namun sulit untuk mendokumentasikan kelainan-kelainan dalam
pembacaan tekanan darah. Tes mungkin berguna dalam membedakan hipotensi
ortostatik dari gangguan lain yang hadir dengan gejala orthostasis, seperti sinkop
neurocardiogenic dan juga mengevaluasi bagaimana tubuh bereaksi terhadap
perubahan posisi.
Langkah-langkah yang dilakukan saat dilakukan pemeriksaan:
1. Tes ini dilakukan di ruangan yang tenang dengan suhu 200C-240C.
2. Pasien harus beristirahat sementara terlentang selama lima menit sebelum tes
dimulai.
3. Sewaktu tes pasien diikat di atas meja yang rata, kemudian meja secara berangsur-
angsur dimiringkan kesudut 70° atau 80°, pembacaan tekanan darah dan denyut
jantung terus menerus diambil.
4. Pasien dibiarkan diatas meja selama lebih dari 10 menit untuk mencari perubahan-
perubahan orthostatic tachycardia syndrome.
Tes ini dianggap positif jika tekanan darah sistolik turun 20 mmHg bawah dasar
atau jika tekanan darah diastolic turun 10 mmHg bawah baseline. Jika gejala terjadi
selama pengujian, pasien harus dikembalikan ke posisi terlentang segera.
F. Penatalaksanaan
Pada umumnya hipotensi bukanlah suatu penyakit, tetapi suatu keadaan yang
berhubungan dengan tekanan darah, dimana terjadi penurunan dari keadaan/nilai
normal yang biasanya dari penderita. Dimana keadaan ini dapat menimbulkan suatu
tanda dan gejala yang dapat mengganggu aktivitas maupun kesadaran penderita.
Maka yang dapat dilakukan adalah:
1. Mengurangi atau menghilangkan gejalanya, yaitu:
a) Jika keluhan dirasakan klien saat keadaan diare terjadi, maka klien dianjurkan
untuk pemulihan kepada kebutuhan cairannya yang mempegaruhi atau
mengurangi volume darah mengakibatkan menurunnya tekanan darah.
b) Kecelakaan/luka yang menyebabkan pendarahan akan mengakibatkan
kurangnya volume daah dan menurunkan aliran darah, untuk itu yang
dibutuhkan oleh penderita adalah transfusi darah sesuai kebutuhannya.
c) Adanya kelainan jantung bawaan seperti kelainan katup, maka penderita harus
menjalani operasi jantung sesuai indikasi dokter, ataupun menjalani
pengobatan yang intensif untuk tidak memperburuk keadaan penderitanya.
2. Pada penderita hipotensi dianjurkan untuk rajin berolahraga ringan, misal jogging,
untuk melatih kerja jantung secara teratur, dan melancarkan aliran darah keseluruh
tubuh.
3. Klien yang sedang mengalami hipotensi, diharuskan banyak beristirahat dan
membatasi aktivitas fisiknya selama keadaan ini.
4. Penderita dengan hipotensi harus membiasakan diri untuk mempunyai pola makan
yang teratur dan mempunyai makanan pelengkap seperti susu untuk meningkatkan
stamina, karena pada umumnya pelengkap hipotensi cukup lemah dan mudah
lelah.
5. Jika diperlikan misalnya klien dengan anemia maka penderita harus
mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung zat besi atau suplemen zat
besi untuk meniiingkatkan sel-sel darah merah yang meambah volume darah
sehingga dapat meningkatkan tekanan darah penderita.
G. Patofisiologi
Tekanan pada perubahan posisi tubuh misalnya dari tidur ke berdiri maka tekanan
darah bagian atas tubuh akan menurun karena pengaruh gravitasi. Pada orang dewasa
normal, tekanan darah arteri rata-rata pada kaki adalah 180-200 mmHg. Tekanan
darah arteri setinggi kepala adalah 60-75 mmHg dan tekanan venanya 0. Pada
dasarnya, darah akan mengumpul pada pembuluh kapasitas vena ekstermitas inferior
650 hingga 750 ml darah akan terlokalisir pada satu tempat. Pengisian atrium kanan
jantung akan berkurang dengan sendirinya curah jantung juga berkurang sehingga
pada posisi berdiri akan terjadi penurunan sementara tekanan darah sistolik hingga 25
mmHg, sedang tekanan diastolik tidak berubah atau meningkat ringan hingga 10
mmHg (Andhini Alfiani Putri F, 2012).
Penurunan curah jantung akibat pengumpulan darah pada anggota tubuh bagian
bawah akan cenderung mengurangi darah ke otak. Tekanan arteri kepala akan turun
mencapai 20-30 mmHg. Penurunan tekanan ini akan diikuti kenaikan tekanan persial
CO2 (pCO2) dan penurunan tekanan persial O2 (pCO2) serta pH jaringan otak
(Andhini Alfiani Putri F, 2012).
Secara reflektoris, hal ini akan merangsang baroreseptor yang terdapat didalam
dinding dan hampir setiap arteri besar didaerah dada dan leher, namun dalam jumlah
banyak didapatkan dalam dinding arteri karotis interna sedkit di atas bifurcation
carotis, daerah yang dikenal sebagai sinus karotikus dan dinding arkus aorta. Respon
yang ditimbulkan baroreseptor berupa peningkatan tahanan pembuluh darah perifer,
peningkatan tekanan jaringan pada otot kaki dan abdomen, peningkatan frekuensi
respirasi, kenaikan frekuensi denyut jantung serta sekresi zat-zat vasoaktif. Sekresi zat
vasoaktif berupa katekolamin, pengaktifan sistem Renin-Angiotensin Aldosteron,
pelepasan ADH dan neurohipofisis. Kegagalan fungus reflex autonomy inilah yang
menjadi penyebab timbulnya hipotensi ortostatik, selain efek faktor penurunan curah
jantung akibat berbagai sebab dan kontraksi volume intravascular baik yang relative
maupun absolut. Tingginya kasus hipotensi ortostatik pada usia lanjut berkaitan
dengan: (Andhini Alfiani Putri F, 2012).
Pathway
Jantung Terapapar panas terlalu lama

Kerusakan otot jantung Curah

Menyetimulus jantung Suplai darah tidak Suplai darah ke otak


bekerja adekuat adekuat

Darah menuju Palpitasi Keadaan fisik Metabolisme


ekstermitas

Intoleransi Anoreksia Mata berkunang-


aktivitas kunang
Akral dingin

Mengganggu syncope
aktivitas sehari-hari
Pucat

Jatuh

Gangguan
pemenuhan nutrisi Resti cidera
H. Fokus Pengkajian
1. Aktivitas dan Istirahat
Gejala: merasa lemah, lelah, kaku, hilang keseimbangan, perubahan kesadaran,
letarghi, hemiparesis, quadreplagia, ataksia, cara berjalan tak tegap, masalah
dalam keseimbangan, cedera (trauma) ortopedi, kehilangan tonus otot.
2. Sirkulasi
Gejala: perubahan tekanan darah (hipertensi), perubahan frekuensi jantung
(bradikardi, takikardi yang diselingi dengan bradikardi dan distritmia).
3. Integritas Ego
Gejala: perubahan tingkah laku/kepribadian (demam).
Tanda: cemas, mudah tersinggung, delirium, agitasi, bingung, dan depresi.
4. Eliminasi
Gejala: inkontinensia kandung kemih.
5. Makanan/cairan
Gejala: mual, muntah dan mengalami penurunan selera makan.
Tanda: muntah (mungkin proyektif), gangguan menelan (batuk dan disfagia).
6. Neurosensorik
Gejala: kehilangan kesadaran sementara, amnesia seputar kejadian, vertigo,
sinkope, tinitus, kehilangan pendengaran, rasa baal dan ekstermitas. Perubahan
dalam penglihatan seperti ketajamannya, displopia, kehilangan sebagian lapang
pandang, fotofotobia, gangguan pengecapan dan penciuman.
Tanda: perubahan kesadaran bisa sampai koma, perubahan status mental
(orientasi, kewaspadaan, perhatian, konsentrasi, pemecahan masalah, pengaruh
emosi tingkah laku dan emosi). Perubahan pupil (respon terhadap cahaya) deviasi
pada mata, ketidakmampuan mengikuti cahaya, kehilangan pengindraan seperti:
pengecapan, penciuaman dan pendengaran, wajah tidak simetris, lemah dan tidak
seimbang. Reflek tendon dalam tidak ada/lemah hemiparesis, kejang, sangat
sensitive terhadap sentuhan dan gerakan, kehilangan sensasi sebagian tubuh.
7. Nyeri/kenyamanan
Gejala: sakit kepala dengan intensitas dan lokasi yang berbeda dan biasanya lama.
Tanda: wajah menyeringai, respon menarik ada rangsangan nyeri yang hebat,
gelisah, tidak bisa beristirahat dan merintih.
8. Pernafasan
Tanda: perubahan pola nafas (apneu yang diselingi oleh hiperventilasi), nafas
berbunyi, stridor, tersedak, ronchi, menghi positif (kemungkinan karena aspirasi).
9. Keamanan
Gejala: trauma karena kecelakaan.
Tanda: fraktur/dislokasi dan gangguan penglihan gangguan rentang gerak,
kekuatan secara umum mengalami paralisis.
10. Interaksi sosial
Tanda: bicara tanpa arti, disorientasi, amnesia/lupa sesaat.
I. Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kerusakan neurovaskular, kerusakan
persepsi dan obstruksi trakeobronkial ditandai dengan paralisis otot pernafasan.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan
asam lambung, mual, muntah dan anoreksia ditandai dengan penurunan BB,
penurunan masa otot, tonus otot buruk.
3. Gangguan rasa aman nyeri berhubungan dengan penekanan vascular serebral dan
edema otak ditandai dengan tangangan maskuler, wajah menahan nyeri dan
perubahan TTV.
4. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri kepala ditandai dengan
ketidakmampuan bergerak, kerusakan koordinasi, keterbatasan rentang gerak.
J. Fokus Intervensi
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kerusakan neurovaskular, kerusakan
persepsi dan obstruksi trakeobronkial ditandai dengan paralisis otot pernafasan.
Intervensi:
a) Pantau frekuensi pernafasan, irama dan kedalaman pernafasan
b) Posisikan sesuai aturan (semifowler, fowler), posisi miring sesuai indikasi
c) Lakukan penghisapan dengan ekstra hati-hati, jangn lebih dari 10-15 detik
d) Auskultasi bunyi nafas, perhatikan adanya suara tambahan yang tidak normal
e) Kolaborasi pemberian oksigen. Menentukan kecukupan pernfasan
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan
asam lambung, mual, muntah dan anoreksia ditandai dengan penurunan BB,
penurunan masa otot, tonus otot buruk.
Intervensi:
a) Kaji kemampuan klien untuk mengunyah, menelan dan batuk
b) Auskultasi bising usus
c) Jaga keamanan saat memberikan makan pada pasien lewat NGT
d) Tingkatkan kenyamanan. Lingkungan yang nyaman dapat meningkatkan nafsu
e) Kolaborasi pemberian makan lewat NGT
3. Gangguan rasa aman nyeri berhubungan dengan penekanan vascular serebral dan
edema otak ditandai dengan tangangan maskuler, wajah menahan nyeri dan
perubahan TTV.
Intervensi:
a) Kaji karakteristik nyeri (P, Q, R, S, T). Untuk mengetahui cara mengatasinya
b) Berikan posisi senyaman mungkin. Menurunkan tingkat nyeri
c) Pertahankan tirah baring
d) Kurangi stimulus yang dapat merangsang nyeri
e) Kolaborasi pemberian obat analgesik. Untuk menurunkan nyeri.
4. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri kepala ditandai dengan
ketidakmampuan bergerak, kerusakan koordinasi, keterbatasan rentang gerak.
Intervensi:
a) Kaji derajat imobilisasi pasien dengan menggunakan skala ketergantungan
b) Ubah posisi pasien secara teratur dan buat sedikit perubahan posisi
c) Bantu pasien untuk melakukan latian rentang gerak
d) Sokong kepala dan badan, tangan dan lengan, kaki dan paha ketika berada
pada kursi roda. Mempertahankan kenyamanan, kemanan dan postur tubuh.
DAFTAR PUSTAKA

Pearce, C Evelyn. 2010. ANATOMI DAN FISIOLOGI UNTUK PARAMEDIS. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.

NANDA. 2007. Nursing Diagnoses: Definition and Classification 2007-2008. NANDA


International, Philadephia.

Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.

Zuhdi, L Hakim. 2009. “PEMBULUH DARAH”. Tanggerang Selatan: Laras adv.

Anda mungkin juga menyukai