Common name : Atlantic Mackerel Family : Scombridae Morfologi : Tubuhnya berwarna biru baja di bagian punggung dengan garis-garis hitam bergelombang tegak lurus dengan panjang ikan. Bagian tubuh lainnya berwarna putih keperakan hingga kuning dan mungkin memiliki bercak yang lebih gelap. Tubuh Fusiform, tipe mulut biasa, letak mulut terminal. Ikan tenggiri memiliki bentuk memanjang, daging kulit licin, tidak memiliki sisik kecuali sisik pada gurat sisi yang kecil, sirip punggung ada dua, letal berdekatan dengan bagian depan yang diskong dengan jari – jari keras berjumlah 16-17 buah, yang belakang diskong dengan 3-4 jari – jari keras dan 13-14 jari – jari lunak. Sirip dubursama besar dengan sirip punngung yang belakang, dan disebelah belakangnya terdapat sirip tambahan sebanyak 9- 10 buah. Siri ekor bercagak dua berlekuk dalam dengan kedua ujung sirip – siripnya yang panjang. Mulut lebar, rahang bagian atas dan rahang bagia bawag bergerigi tajam dan kuat, langit – langit bergerigi kecil – kecil. Warna punggung kebiru – biruan, pinggirian tubuh dan perut berwarna perak. Jenis ikan tergolong ikan yang besarm, panjang tubuh dapat mencapai 150 cm. Perbedaan grafik hubungan panjang bobot dengan grafik regresi hubungan panjang bobot yaitu di grafik rregresi hubungan panjang bobot dapat diketahui pola pertumbuhannya dri ikan
Pola pertumbuhan nilai b :
1. Jika nilai b=3, maka pola pertumbuhan bersifat Isometric (Pertambahan bobot setara dengan pertambahan panjang) 2. Jika nilai b di bawah 3 disebut alometrik negatif (pertambahan panjang lebih cepat dibandingkan dengan pertambahan bobot), 3. Jika nilai b di atas 3 disebut alometrik positif (pertambahan bobot lebih cepat dibandingkan dengan pertambahan panjang). Ikan makarel atlantik b=1,355 artinya allometrik negatif yaitu pertambahan panjang lebih cepat dibandingkan dengan pertambahan bobot R² = 0,2589. Jadi, pertambahan panjang dan bobot memiliki pengaruh sebesar 25% dalam pertumbuhan ikan Makarel. Hubungan panjang dan berat ikan Makarel memiliki koefisien korelasi (r) sebesar 0,56. Nilai ini menunjukan bahwa hubungan panjang dan bobot ikan berkorelasi sedang dengan interval 0,50 ≤ r ≤ 0,599 Membuat grafik faktor kondisi Nilai faktor kondisi tertinggi sebesar 2,36 berada pada interval 334-352 mm dan faktor kondisi terendah sebesar 1,18 berada pada interval 220-238 mm. Pada grafik faktor kondisi ikan Makarel Atlantik menunjukkan bahwa faktor kondisi naik sejalan dengan panjang tubuh ikan. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh King (1995) bahwa faktor kondisi yang tinggi pada ikan menunjukkan bahwa ikan dalam perkembangan gonad, sedangkan faktor kondisi rendah menunjukkan ikan kurang mendapatkan asupan makanan. Faktor kondisi dapat naik dan turun karena merupakan indikasi dari musim pemijahan bagi ikan, khususnya ikan-ikan betina (Effendie 2002). Nilai faktor kondisi akan meningkat menjelang puncak pemijahan dan menurun setelah pemijahan juga ditemukan pada ikan Johnius belangerii (Rahardjo & Simanjuntak 2008) dan Trachurus mediter- raneus (Tzikas et al., 2007). Hal ini dikarenakan sumber energi utama digunakan untuk perkembangan gonad dan pemijahan (Lizama et al., 2002). Variasi nilai faktor kondisi (K) sangat ditentukan oleh makanan, umur, jenis kelamin dan tingkat kematangan gonad (Effendie 2002). Hubungan faktor kondisi dan kematangan gonad Hubungan faktor kondisi dan pola pertumbuhan : Ciri seksual primer : ovaarium dan testis, sekunder ? Analisis perbandingan rasio kelamin : betina lebih banyak maka poligami, jantan lebih banyak maka poliandri Perbandingan rasio kelamin berdasarkan hasil uji chi square Kriteria dan cara menentukan TKG TKG Betina Jantan
Belum Berkembang Ovari belum berkembang dan Testis belum berkembang dan belum tampak belum tampak
I Ovari memanjang sampai ke Testis pendek dan terlihat
depan rongga tubuh, warna ujungnya dirongga tubuh, warna jernih dan permukaan licin. jernih.
II Ukuran ovari lebih besar Ukuran testis lebih besar
dibandingkan TKG I. Warna dibandingkan TKG I. Warna lebih gelap kekuning-kuningan putih seperti susu. Bentuk lebih dan telur terlihat dengan jelas jelas dari pada TKG I. oleh mata III Ovari bewarna kuning. Secara Permukaan testis tampak morfologi telur mulai kelihatan bergerigi. Warna makin putih, butirnya dengan mata. testis semakin besar.
IV Ovari makin besar, telur Seperti tingkat III tampak lebih
bewarna kuning, mudah TKG Betina Jantan
dipisahkan. Butir minyak tidak jelas dan testis semakin pejal
tampak, mengisi 1/2 – 2/3 rongga perut dan usus terdesak V Ovari berkerut, dinding tebal, Testis bagian belakang kempis butir telur sisa terdapat di dekat dan bagian dekat pelepasan masih pelepasan. berisi Faktor yang mempengaruhi TKG : Faktor dalam antara lain adalah perbedaan spesies, umur, ukuran, serta sifat fisiologi ikan tersebut seperti kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan. Faktor luar yang mempengaruhi adalah makanan, suhu dan arus, fluktuasi musim hujan tahunan, letak geografis dan kondisi lingkungan. Hubungan TKG dan IKG : Nilai indeks kematangan gonad berbanding lurus dengan tingkat kematangan gonad. Jika semakin tinggi TKG ikan maka semakin tinggi pula nilai IKG yang didapatkan. Faktor yang mempengaruhi indeks kematangan gonad induk yaitu faktor dalam (jenis ikan, hormon) dan faktor luar (suhu, makanan, intensitas cahaya) Hubungan TKG, IKG, HSI : Vitellogenesis : penimbunan kuning telur oleh oosit Proses vitelogenesis ? Grafik hubungan TKG, IKG, HSI Faktor yang mempengaruhi hepato somatik indeks : Suhu, makanan, TKG, Polusi Hubungan fekunditas dan diameter telur : Hubungan tipe pemijahan dengan fekunditas, diameter, dan TKT : Jika diameter telurnya sama atau homogen artinya Partial spawner, jika berbeda total spawner. Hubungan TKG dengan diameter telur dan TKT : Kriteria Indeks propenderan : Menurut Effendie (2002), dalam menentukan kebiasaan makanan pada ikan dapat dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu makanan utama dengan nilai IP > 40%, makanan tambahan dengan nilai IP 4% hingga 40%, dan makanan pelengkap dengan IP < 4%. Jenis Pakan : Makarel Atlantik yang diamati pada praktikum kali ini memiliki makanan utama yaitu bagian-bagian hewan, karena persentasenya melebihi 40%. Sedangkan, pada kisaran 4% hingga 40% sebagai makanan tambahan ialah ikan, dan sebagai pakan pelengkap iala zooplankton, phytoplankton, dan detritus. Tingkat trofik : Menurut Caddy dan Sharp (1986), nilai tingkat trofik 2 untuk ikan yang bersifat herbivora, tingkat trofik 2,5 untuk ikan yang bersifat omnivora, dan nilai tingkat trofik 3 digolongkan ke dalam jenis karnivora. Oleh karena itu, ikan Makarel termasuk ke dalam jenis omnivora cenderung karnivora karena memiliki nilai trofik 2,97. Faktor yang mempengaruhi tingkat trofik : Kondisi perairan, ketersediaan makanan Sifat ikan berdasarkan luas relung : Colwell dan Futuyma (1971) mengatakan bahwa, semakin besar nilai nilai luasrelung maka pola makanan semakin generalis dan tidak selektif terhadap organisme yang dimakan,sedangkan luas relung makanan yang kecil mencirikan bahwa ikan tersebut lebih selektif dalammemilih makanannya. Nilai tumpang tindih relung makanan dapat terjadi bila ada kesamaan jenis makanan yangdimanfaatkan oleh dua atau lebih kelompok ikan. Bila tumpang tindih yang diperoleh mendekati 1,maka kedua kelompok yang dibandingkan mempunyai jenis makanan yang sama. Sebaliknya, bilanilai mendekati nol, artinya tidak diperoleh jenis makanan yang sama antar kedua kelompok yangdibandingkan (Colwell dan Futuyma 1977). Nilai tumpang tindih relung makanan yangbesar tidak mengindikasikan terjadi kompetisi (Collwell dan Futuyma 1977). Nilai tumpang tindihyang besar bias diakibatkan oleh kelimpahan jenis organisme yang dominan di perairan Tumpang tindih pada ikan adalah keadaan dimana adanya kesamaan jenis makanan yang dimanfaatkan dua kelompok ikan atau lebih