Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

BENTUK ASESSMENT KINERJA, RUBRIK HOLISTIK, RUBRIK


ANALITIK

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Tugas Kelompok

Mata Kuliah Pengembangan Instrumen MI/SD

Dosen Pengampu : Dr. Tamsik Udin, M.Pd

Disusun Oleh Kelompok 4:

1. Indah Rahmawati (1908107032)

2. Nur Azizah (1908107068)

3. Husna Shabrina Muharram (1908107075)

PGMI 5B

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI)

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SYEKH NURJATI CIREBON

2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................2
C. Tujuan................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................3
A. Pengertian Asessment Kinerja........................................................................3
B. Bentuk Asessement Kinerja.............................................................................7
C. Rubrik..............................................................................................................13
1. Pengertian Rubrik.............................................................................................14
2. Manfaat Rubrik.................................................................................................15
3. Jenis Rubrik......................................................................................................16
a. Rubrik Holistik (Holistic Rubrics)................................................................17
b. Rubik Analitik...............................................................................................20
BAB III PENUTUP...................................................................................................24
A. Kesimpulan......................................................................................................24
B. Saran................................................................................................................25
LAPORAN OBSERVASI......................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................27

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang
kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah Pengembangan Instrumen dengan judul "Bentuk Asessment Kinerja,
Rubrik Holistik, Rubrik Analitik" tepat pada waktunya.

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Cirebon, 17 Maret 2022

Kelompok 4

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Beragam teknik dapat dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang
kemajuan belajar sisiwa, baik yang berhubungan dengan proses beajar maupun
hasil belajar. Teknik pengumpulan informasi tersebut pada prinsipnya adalah
cara penilaian kemajuan belajar peserta didik berdasarkan standar yang
ditentukan oleh kurikulum. Pada standar pendidikan, kita temukan indikator-
indikator pembelajaran. Dalam indikator pembelajaran inilah nantinya seorang
guru dapat menentukan cara penilaian yang sesuai. Ada tujuh teknik penilain
yang dapat digunakan salah satunya yaitu penilaian unjuk
kerja/kinerja/performance.
Penilaian kinerja siswa merupakan salah satu alternatif penilaian yang
difokuskan pada dua aktivitas pokok, yaitu: Observasi proses saat
berlangsungnya unjuk keterampilan dan evaluasi hasil cipta atau produk.
Penilaian bentuk ini dilakukan dengan mengamati saat siswa melakukan aktivitas
di kelas atau menciptakan suatu hasil karya sesuai dengan tujuan
pembelajarannya. Kecakapan yang ditampilkan siswa adalah variabel yang
dinilai. Penilaian terhadap kecakapan siswa didasarkan pada perbandingan antara
kinerja siswa dengan target yang telah ditetapkan. Proses penilaiannya dilakukan
mulai persiapan, melaksanakan tugas sampai den-gan hasil akhir yang
dicapainya. Oleh karena itu penilaian dengan tertulis dan lisan saja tidak dapat
mewakili secara keseluruhan segala penilaian yang di inginkan apalagi dengan
materi pembahasan yang menuntut siswa agar dapat memecahkan masalah dan
menentukan sikap, bekerja sama dengan teman sekelompoknya dan lain-lainnya.
Maka penilaian kinerja akan menjawab semua pertanyaan yang belum bisa
terjawab pada penilaian secara lisan dan tulisan.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Asessment Kinerja?
2. Bagaimana bentuk dari Asessment Kinerja?
3. Apa yang dimaksud dengan Rubrik Hoistik dan Rubrik Anaitik?
C. Tujuan
1. Untuk mengethaui peretian dari Asessment Kinerja.
2. Untuk mengetahui bentuk Asessment Kinerja.
3. Untuk mengetahui pengertian Rubrik Holistik dan Rubrik Analitik.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Asessment Kinerja
Asesmen ini merupakan bagian dari asesmen alternatif. Asesmen alternatif
muncul sekitar tahun 1980-an. Sejak pertengahan tahun 1980-an para ahli
pendidikan banyak berbicara tentang berbagai kelemahan tes baku yang
peranannya semakin dominan di dalam sistem persekolahan. Tes baku semakin
luas dipersoalkan sebagai bagian yang “terisolir” dari proses pembelajaran secara
keseluruhan. Hal ini dikarenakan tes baku didasarkan pada prinsip-prinsip
validitas, realiabilitas, keadilan dan kemanfaatan. Seperti yang diungkapkan
Gronlund yang menyampaikan kritiknya terhadap tes kertas dan pensil yang
hanya mampu mengukur perubahan-perubahan kognisi peserta didik, sementara
itu perilaku berpikir, kebiasaan, sikap sosial, apresiasi jarang digunakan bahkan
tidak pernah tersentuh oleh penilaian. Untuk itu, Gronlund menawarkan
penggunaan cara observasi sebagai alat untuk mengukur perubahan sikap,
perilaku dan keterampilan peserta didik dengan menggunakan tiga bentuk
instrumen, yaitu anecdotal record, rating scale dan checklist (Gronlund,
1990:275). Sementara itu, Worthen menawarkan questionnaire, interview dan
observasi sebagai alat pengukuran rating scale (Worthen, 1999:319). Sementara
W. James Popham mengangkat instrumen skala sikap likert dan semantic
differential sebagai instrumen untuk mengukur perubahan-perubahan afektif
(Popham, 1999:207). Oleh karena itu menurut Asmawi Zainul (2001:1-2) jika
kita membaca artikel dan buku-buku, baik tentang pengukuran psikologi maupun
tentang pengukuran pendidikan yang diterbitkan tahun 1980-an, pada umumnya
mencantumkan dua aspek yang dianggap penting, yaitu: bagian pertama,
hubungan antara pengukuran atau tes dengan kurikulum dan proses pembelajaran
dan bagiankedua hal yang berkenaan dengan tes kinerja.
Lebih lanjut Asmawi mengungkapkan bahwa istilah authentic assessment
mulai dibahas dalam tulisan Grand P Wiggins dalam Journal Phi Delta Kappan .

3
Sejak saat itulah para ahli dan praktisi pendidikan mulai ramai membicarakan
tentang alternatif dalam pengukuran hasil belajar. Yang dimaksud dari alternatif
disini adalah alternatif dari tes baku. Oleh karena itu asesmen alternatif dianggap
sebagai upaya untuk mengintegrasikan kegiatan pengukuran hasil belajar dengan
keseluruhan proses pembelajaran. Melalui asesmen alternatif ini, diharapkan
proses pengukuran hasil belajar tidak lagi dianggap sebagai suatu kegiatan yang
tidak menarik dan bukan merupakan bagian yang terpisah dari proses
pembelajaran.
Penjelasan di atas menyiratkan bahwa pada dasarnya asesmen kinerja yang
merupakan bagian dari asesmen alternatf adalah suatu asesmen yang
mengharuskan peserta didik mempertunjukkan kinerja bukan menjawab atau
memilih jawaban dari alternatif jawaban yang disediakan. Seperti yang
diungkapkan Airasin (1994) bahwa asesmen kinerja adalah penilaian yang
mampu membuat peserta didik memberikan suatu jawaban atau suatu hasil
dengan mendemonstrasikan atau mempertunjukkan segala pengetahuan dan
keterampilan atau kinerjanya. Dengan perkataan lain asesmen kinerja
memberikan kesempatan kepada peserta didik dalam berbagai tugas untuk
memperlihatkan kemampuan dan keterampilan yang berkaitan dengan tugasatau
kegiatan yang harus dikerjakan. Misalnya dalam pembelajaran sejarah asesmen
kinerja dapat digunakan apabila peserta didik diminta untuk menceritakan
peristiwa sejarah tertentu dengan kalimat sendiri atau dapat pula peserta didik
diminta untuk memecahkan masalah atau kasus dalam pembelajaran sejarah atau
dapat pula peserta didik mendemontrasikan suatu drama sejarah atau bermain
peran mengenai tokoh-tokoh sejarah atau dapat pula peserta didik diberi tugas
membuat peta sejarah, peta konsep, film pendek tentang peristiwa sejarah dan
lain sebagainya.
Stiggin (1994) mengungkapkan bahwa terdapat beberapa alasan mengapa
asesmen kinerja perlu dilaksanakan dipersekolahan, yaitu:

4
1. Memberi peluang yang lebih banyak kepada guru untuk mengenali peserta
didik secara lebih utuh karena pada kenyataannya tidak semua peserta didik
yang kurang berhasil dalam tes objektif atau tes uraian biasanya dikatakan
tidak terampil atau tidak kreatif. Dengan demikian asesmen kinerja peserta
didik dapat melengkapi cara penilaian lainnya.
2. Dapat melihat kemampuan dan keterampilan peserta didik selama proses
pembelajaran tanpa harus menunggu sampai proses pembelajaran berakhir.
Asesmen kinerja membantu guru memudahkan mengamati dan menilai
peserta didik dalam belajar sesuatu. Dengan demikian akan diperoleh
informasi tentang bagaimana peserta didik berintegrasi dengan lingkungan
selama proses pembelajaran.
3. Adanya kemampuan peserta didik yang sulit diketahui hanya dengan melihat
hasil tes tertulis saja atau hasil akhir pekerjaan mereka.
Asesmen kinerja memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari
asesmen kinerja adalah sebagai berikut:
1) Dapat mengevaluasi hasil belajar yang kompleks dan keterampilan-
keterampilan yang tidak dapat dievaluasi dengan tes kertas dan pensil.
Seperti yang diungkapkan Airasin (1994) bahwa asesmen kinerja adalah
penilaian yang mampu membuat peserta didik memberikan suatu jawaban
atau suatu hasil dengan mendemonstrasikan atau mempertunjukkan segala
pengetahuan dan keterampilan atau kinerjanya. Dengan perkataan lain
asesmen kinerja memberikan kesempatan kepada peserta didik dalam
berbagai tugas untuk memperlihatkan kemampuan dan keterampilan yang
berkaitan dengan tugas atau kegiatan yang harus dikerjakan.
2) Memotivasi peserta didik dalam belajar secara lebih baik. Keterlibatan
langsung peserta didik dalam perumusan tujuan belajar, pemilihan jenis
tugas, penetapan kriteria penilaian akan membuat para peserta didik lebih
tahu apa yang seharusnya ia lakukan. Cara seperti ini dapat memotivasi
belajar dan membuat pembelajaran lebih bermakna. Kreativitas dan

5
kemandirian belajar peserta didik, serta proses dialog antara peserta didik
dan guru merupakan faktor penting dalam asesmen kinerja.
3) Dapat mengevaluasi beberapa keterampilan yang berupa kemampuan lisan
maupun fisik. Misalnya dalam pembelajaran sejarah kegiatan bermain peran
dan sosio drama.
4) Mendorong aplikasi pembelajaran pada situasi kehidupan nyata. Hal ini
dikarenakan asesmen kinerja lebih menekankan pada apa yang dapat
dilakukan oleh peserta didik, bukan apa yang dapat diketahui peserta
didik.Oleh karena itu unjuk kerja yang ditunjukkan oleh peserta didik
sebaiknya ditekankan pada kehidupan nyata terutama kehidupan nyata di
sekitar lingkungan sekolah atau rumah peserta didik. Misalnya peserta didik
melakukan observasi tentang sejarah sekolah atau melakukan wawancara
tentang keluarganya dan lain sebagainya.
Adapun kelemahan asesmen kinerja yaitu sebagai berikut;
1. Membutuhkan waktu dan usaha-usaha yang harus dipertimbangkan dalam
penggunaannya. Asesmen kinerja tidak bisa disusun dengan waktu yang
tergesa-gesa karena akan menghasilkan suatu perangkat penilaian yang tidak
akan mencapai sasaran tujuan yang dikehendaki.
2. Dibutuhkan perhatian yang sangat besar bagi guru dalam penggunaannya,
laporan dari hasil asesmen harus dibuat sesegera mungkin, karena
penundaanpembuatan laporan akan menimbulkan bias sehingga hasil belajar
itu menjadi tidak berarti.
3. Penilaian dan penskoran kinerja subjektif dan memiliki reliabilitas rendah.
Hal ini disebabkan asesmen kinerja membutuhkan penilaian yang besar dari
guru sehingga subjektivitas penskoran dan penilaian akan tinggi. Dampak dari
subjektivitas yang tinggi akan menyebabkan reliabitas rendah. Untuk
meminimalkan subjektivitas dalam asesmen kinerja guru harus membuat
kriteria penilaian (rubric) yang jelas.

6
4. Frekuensi melakukan evaluasi secara individual harus lebih banyak daripada
kelompok. Asesmen kinerja lebih menuntut penilaian secara individual
daripada kelompok. Pekerjaan seperti ini membutuhkan waktu yang banyak
dan biaya yang cukup besar sehingga apabila guru mengerjakannya dengan
tidak serius akan menjadi pekerjaan yang sia-sia.
B. Bentuk Asessement Kinerja
1. Tugas (Task)
Asesmen kinerja itu meminta peserta didik untuk melakukan unjuk kerja
(performance) bukan memilih atau menjawab salah satu dari alternatif
jawaban yang telah disediakan. Salah satu persyaratan penting dalam
asesmen kinerja adalah pemberian tugas (task). Dengan perkataan lain
asesmen kinerja tidak dapat dilakukan tanpa adanya tugas nyata, seperti yang
diungkapkan Jo Anne Wangsatorntanakhun (1997) menyatakan bahwa
asesmen kinerja terdiri dari dua bagian yaitu tugas (task) dan satu daftar
kriteria eksplisit untuk menilai kinerja atau produk.
Aspek yang dinilai dalam kinerja meliputi aspek prosedur, keterampilan
dan produk atau hasil. Jika prosedur dinilai, artinya penguji mencoba
menentukan seberapa terampil seseorang menampilkan prosedur yang
diinginkan sedangkan penilaian produk menekankan kualitas hasil akhir.
Berdasarkan kedua aspek yang akan dinilai tersebut dapat disimpulkan
bahwa guru tidak dapat menilai kinerja peserta didik tanpa adanya tugas-
tugas, begitu juga guru tidak dapat menilai tingkat prestasi peserta didik
tanpa tugas-tugas nyata. Oleh karena itu, menurut Wangsatorntanakhun
menyatakan bahwa tugas-tugas yang diberikan atau dikerjakan oleh peserta
didik merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari keseluruhan proses
pembelajaran dan kehidupan nyata peserta didik.
Tugas-tugas kinerja dapat berupa suatu proyek, pameran, portofolio atau
tugas-tugas yang mengharuskan peserta didik memperlihatkan kemampuan
menangani hal-hal yang kompleks melalui penerapan pengetahuan dan

7
keterampilan tentang sesuatu dalam bentuk yang paling nyata. Tugas-tugas
kinerja dapat diwujudkan dengan berbagai bentuk yaitu:
a) Computer adaptive testing, yakni tesyang sepanjang tidak berbentuk tes
objektif menuntut peserta tes mengekspresikan diri sehingga dapat
menunjukkan tingkat kemampuan nyata.
b) Tes pilihan ganda yang diperluas, yaitu bentuk tes objektif yang
menuntut peserta didik untuk berpikir tentang alasan mengapa memilih
jawaban tersebut sebagai jawaban yang benar
c) Extended-response atau open ended question, dapat digunakan asal tidak
hanya menuntut adanya jawaban benar yang berpola.
d) Group performance assessment,yakni tugas-tugas yang harus dikerjakan
peserta didik secara berkelompok.
e) Individual performance assessment, yakni tugas-tugas individual yang
harus diselesaikan secara mandiri oleh peserta didik misalnya kegiatan
membaca buku-buku, jurnal, majalah, koran atau internet.
f) Interview, yakni peserta didik harus merespons pertanyaan-pertanyaan
lisan dari guru.
g) Observasi, yakni guru meminta peserta didik melakukan suatu tugas.
Selama melaksanakan tugas tersebut peserta didik diamati baik secara
terbuka maupun tertutup atau observasi partisipasi.
h) Portofolio, yakni satu kumpulan hasil karya peserta didik yang disusun
berdasarkan urutan waktu maupun urutan kategori kegiatan. Bagian ini
akan dibahas secara mendalam pada kegiatan belajar 4, 5 dan 6.
i) Project, exhibition, atau demontrasi, yakni penyelesaian tugas-tugas
yang kompleks dalam suatu jangka tertentu yang dapat memperlihatkan
penguasaan kemampuan sampai pada tingkatan tertentu pul.
j) Short answer, yakni menuntut jawaban singkat dari peserta didik, tetapi
bukan memilih jawaban dari alternatif jawaban yang telah disediakan.

8
Ada beberapa catatan penting yang hendaknya diperhatikan guru dalam
mengembangkan tugas-tugas (task) untuk asesmen kinerja, yaitu sebagai
berikut:
1) Tugas-tugas merupakan hal yang biasa dalam proses pembelajaran, jadi
bukan hal yang baru. Namun demikian agar peserta didik dapat
mengerjakan tugas-tugas dengan baik maka tugas-tugas hendaknya
disusun terstuktur dan terintegrasi di dalam proses pembelajaran.
2) Tugas-tugas yang baik adalah tugas-tugas yang mengacu kepada
kehidupan yang nyata di masyarakat. Tugas yang demikian
membutuhkan pendekatan yang multidisipliner sehingga tugas-tugas
tersebut sangat dianjurkan untuk ditinjau terlebih dahulu oleh teman
sejawat dari bidang studi yang berbeda agar cukup komprehensif.
Misalnya Keterpaduan dalam pembelajaran sejarah dapat dikembangkan
melalui topik yang didasarkan pada potensi utama wilayah setempat,
misalnya: Candi Borobudur atau potensi-pontensi lokal di lingkungan
masyarakat tempat siswa tinggal. Melalui kajian ini diharapkan siswa
memahami potensi lokal di sekitarnya. Kajian ini dapat dikembangkan
melalui, faktor geografis, sosial, sejarah, budaya dan ekonomi.
3) Semua tugas harus diberikan kepada siswa secara adil. Hal ini tidak
berarti bahwa semua peserta didik harus memperoleh tugas yang sama,
tetapi sebaiknya tugas yang diberikan kepada peserta didik perlu
dipertimbangkan bahwa tugas tersebut demi kepentingan peserta didik
bukan kepentingan guru.
4) Kemampuan peserta didik sehingga dapat menimbulkan keputusasaan.
5) Setiap tugas perlu ada petunjuk pengerjaan yang sangat jelas sehingga
tanpa bertanya lagi setiap peserta didik dapat melakukan tugas tersebut.
Oleh karena itu apabila akan menerapkan asesmen kinerja, seorang guru
selain harus menyusun tugas (task) dan kriteria penilaian (rubric)
hendaknya disusun pula panduan pengerjaan tugas yang jelas.

9
CONTOH ASESMEN KINERJA

Asesmen Kinerja ditujukan untuk kelas XI tingkat SMA

 Materi Pokok adalah “proses muncul dan berkembangnya pergerakan


nasional Indonesia”.
 Tujuan: Menganalisis hubungan transformasi sosial dengan kesadaran dan
pergerakan kebangsaan serta munculnya keragaman ideologi di Indonesia.
 Asesmen kinerja yang dapat dirancang untuk mencapai tujuan tersebut
adalah:
 Tugas Kelompok
Bacalah pernyataan berikut ini secara baik, pahami maknanya: Moh. Hatta
dalam tulisannya yang diterbitkan Hindia Poetra pada tanggal 3 Maret 1923
mengemukakan bahwa : masa depan bangsa Indonesia sepenuhnya tergantung
pada susunan pemerintahan yang berdasarkan kedaulatan rakyat dalam arti
yang sesungguhnya, karena hanya lembaga seperti itulah yang berkenan bagi
rakyat. Untuk mencapainya setiap orang Indonesia harus berjuang sesuai
dengan kemampuan dan bakatnya, dengan tenaga dan kekuatan sendiri tanpa
tergantung pada bantuan asing. (Hatta-Soekarno Dua Versi Indonesia, Kompas,
hlm. 32).
Berdasarkan pernyataan di atas, jawablah pertanyaan berikut ini:
1) Bagaimana keterhubungan pernyataan Moh.Hatta di atas dengan kondisi
bangsa Indonesia pada saat ini ?. Uraian kalian hendaknya meliputi
permasalahan aspek-aspek politik (pemerintahan), sosial dan ekonomi
yang dihadapi bangsa kita pada masa sekarang.
2) Langkah-langkah apakah yang sebaiknya ditempuh oleh pemerintah
Indonesia untuk mewujudkan “kedaulatan rakyat” yang sesungguhnya
bagi bangsa Indonesia !.
3) Mengapa solusi tersebut di atas merupakan cara yang efektif untuk
mencapai kedaulatan rakyat tersebut?

10
Untuk menjawab pertanyaan di atas, hendaknya kalian:

 Mengerjakan tugas ini secara kelompok. Setiap kelompok


beranggotakan 3-4 orang.
 Menggunakan berbagai sumber informasi, baik dari buku, koran,
majalah atau internet.
 Mengerjakan tugas ini selama satu minggu
 Setiap kelompok diwajibkan mempresentasikan hasilnya dalam bentuk
diskusi kelas. Untuk itu setiap kelompok menyiapkan presentasi-nya
masing-masing.
2. Kriteria Penilaian (Rukbrik)
Jo Anne Wangsatorntanakhun (1997) mengungkapkan bahwa asesmen
kinerja terdiri dari dua bagian yaitu tugas (task) dan kriteria penilaian untuk
menilai kinerja atau produk. Tugas (task) sudah kita bahas dalam kegiatan
belajar 2, sekarang dalam kegiatan belajar ketiga Anda akan diperkenalkan
dengan kriteria penilaian (rubric).
Sebagaimana yang telah dikemukakan di atas bahwa asesmen kinerja
terdiri dari task dan rubrik. Menurut Asmawi Zainul (2001) asesmen kinerja
tidak menggunakan kunci jawaban yang menentukan menentukan suatu
kinerja benar atau salah seperti yang biasa dilakukan dalam tes. Asesmen
kinerja melakukan penilaian dengan menggunakan penilaian subyektif yang
menyangkut mutu kinerja atau hasil kerja yang ditunjukkan oleh peserta
didik. Rubrik atau kriteria penilaian disusun untuk menjamin reliabilitas,
keadilan dan kebenaran penilaian suatu kinerja. Rubrik juga digunakan
sebagai alat atau pedoman penilaian kinerja atau hasil kerja peserta didik.
Dengan demikian maka rubrik dapat membantu guru untuk menentukan
tingkat ketercapaian kinerja yang diharapkan. Dengan mengkomunikasikan
rubrik kepada peserta didik atau bahkan guru bersama-sama dengan peserta
didik menyusun rubrik. Melalui kegiatan ini diharapkan peserta didik secara

11
jelas memahami dasar penilaian yang akan digunakan untuk mengukur suatu
kinerja peserta didik. Kedua pihak (guru dan peserta didik) akan memiliki
pedoman bersama yang jelas tentang tuntutan kinerja yang diharapkan.
Rubrik juga diharapkan pula dapat mendorong atau memotivasi peserta didik
dalam proses pembelajaran.
Sebelum kita membahas tentang rubric lebih mendalam, ada baiknya
kita membahas beberapa definisi tentang rubric. Definisi yang sederhana
tentang rubric diungkapkan The Building Tool Room yang mendefinisikan
rubric adalah petunjuk penskoran yang digunakan dalam asesmen yang
subjektif. Definisi yang sama juga dikemukakan oleh Heidi Goodrich
Andrade (1997) yang mendefinisikan rubric sebagai satu alat penskoran
yang terdiri dari daftar seperangkat kriteria atau apa yang harus dihitung.
Vision mendefinisikan rubric sebagai standar dan kriteria kualitas dari suatu
produk, kinerja atau unjuk hasil yang dapat dikembangkan atau dinilai.
Definisi yang lebih jelas dikemukakan oleh ARC mendefinisikan rubric
suatu petunjuk penskoran yang dapat disepakati untuk menskor tugas-tugas
kinerja dan menyajikan kriteria yang mudah didefinisikan di mana para
peserta didik dapat belajar untuk meningkatkan kinerjanya.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulan apa yang dimaksud dengan
rubric dan dapat membedakannya dengan bentuk alat penilaian kinerja yang
lainnya seperti tugas. Hal yang penting harus Anda pahami bahwa tugas
yang dikerjakan oleh peserta didik perlu dinilai. Penilaian terhadap tugas
tersebut tidaklah seperti tes yang menuntut jawaban benar atau salah, tugas
(task) membutuhkan alat penilaian yang berupa kriteria atau standar yang
dapat dijadikan pedoman. Alat penilaian ini disebut dengan rubric.
Kriteria penilaian (rubrik) sebaiknya ditentukan dengan baik dan jelas
sebelum peserta didik mulai mengerjakan tugas. Untuk memudahkan
pelaksanaan penilaian terhadap kinerja hendaknya dirancang tugas-tugas
yang akan dikerjakan peserta didik. Tahap-tahap pengembangan tugas

12
diawali dengan mengidentifikasikan tujuan, menetapkan tugas-tugas yang
harus dikerjakan peserta didik, mengembangkan kriteria penilaian dan
merencanakan prosedur penilaian (rubrik). Menurut Asmawi Zainul, struktur
rubric terdiri dari senarai, yaitu daftar kriteria yang diwujudkan dengan
dimensi-dimensi kinerja, aspek-aspek atau konsep-konsep yang akan
dinilaidan gradasi mutu, mulai dari tingkat yang paling sempurna sampai
dengan tingkat yang paling buruk. Rubric juga dikenal dengan sebutan
scoring rubric (menurut istilah yang digunakan Chicago Public School) yang
terdiri dari beberapa komponen. Dalam setiap komponen terdiri dari satu
atau beberapa dimensi. Setiap dimensi harus didefinisikan dan agar lebih
jelas harus diberi contoh atau ilustrasi. Dimensi-dimensi kerja inilah yang
akan ditentukan mutunya atau diberi peringkat (rating). Setiap kategori mutu
atau rating sebaiknya diberi contoh-contoh kinerja agar mempermudah guru
atau pemberi peringkat (rater). Secara singkat scoring rubric terdiri dari
beberapa elemen, yaitu:
 Dimensi yang akan dijadikan dasar menilai kinerja peserta didik
 Definisi dan contoh yang merupakan penjelasan setiap dimensi
 Skala yang akan digunakan untuk menilai dimensi
 Standar untuk setiap kategori kinerja.
Rubric biasanya disusun dalam bentuk tabel dua lajur, yaitu baris yang
berisi kriteria dan kolom yang berisi mutu. Kriteria dapat dinyatakan sebagai
garis besar, kemudian dirinci menjadi komponen-komponen penting. Atau
dapat pula komponen-komponen ditulis langsung tanpa dikelompokkan
dalam garis besar. Rubric pula dapat bersifat menyeluruh (berlaku umum)
dan dapat pula bersifat khusus (hanya berlaku untuk suatu topik tertentu
dalam suatu mata pelajaran). Rubric yang bersifat menyeluruh dapat
disajikan dalam bentuk holistik rubric dan dapat pula dalam bentuk analytic
rubric.
C. Rubrik

13
1. Pengertian Rubrik
Berarti rubrik (dalam bahasa Indonesia), rubric adalah alat penilaian
(scoring, asessment) yang secara jelas menunjukkan kriteria pencapaian di
semua komponen setiap jenis pekerjaan yang ada, mulai dari tulisan, lisan,
hingga bentuk visualnya.
Rubrik merupakan panduan penilaian yang menggambarkan kriteria
yang diinginkan guru dalam menilai atau memberi tingkatan dari hasil
pekerjaan siswa  Rubrik perlu memuat daftar karakteristik yang
diinginkan yang perlu ditunjukkan dalam suatu pekerjaan siswa disertai
dengan panduan untuk mengevaluasi masing-masing karakteristik tersebut.
Di dalam suatu rubric terdapat satu set criteria yang digunakan untuk menilai
kinerja dari suatu pekerjaan atau tugas tertentu oleh individu atau kelompok
siswa/mahaiswa, serta menyediakan lebih detil grade capaiannya. Dengan
demikian, rubrik membantu fasilitator memberikan penilaian lebih objektif
sesuai dengan capaian pembelajaran.
Rubrik adalah cara untuk menetapkan kriteria penilaian khusus atau
berbasis hasil (result-based) untuk asesmen (asessment). Rubrik juga
merupakan alat penilaian untuk mengkomunikasikan harapan akan kualitas
yang biasanya terdiri dari baris dan kolom. Baris di dalamnya digunakan
untuk menentukan berbagai kriteria yang digunakan untuk menilai tugas dan
kolomnya digunakan untuk menentukan tingkat kinerja untuk setiap kriteria
yang ada.
Rubrik dapat diatur sebagai rubrik non-skor (non-score rubric), yang
memungkinkan penilaian berbasis penilaian dan berbasis hasil tanpa poin.
Rubrik yang baik juga menggambarkan tingkat kualitas untuk setiap kriteria,
di mana tingkat kinerja ini dapat ditulis sebagai peringkat yang berbeda.
Sebagai contoh misalnya, sangat baik, baik, perlu ditingkatkan atau
sebagai skor numerik (seperti, 4, 3, 2, 1). Terkait bidang mekanik, rubrik
mungkin menentukan tingkat kinerja terendah sebagai “7-10 kesalahan

14
ejaan, tata bahasa, dan tanda baca” dan tingkat tertingginya sebagai “semua
kata dieja dengan benar”.
Rubrik menurut beberapa pandangan para ahli adalah:
a. Menurut   Arens : “Rubrik adalah Deskripsi terperinci tentang tipe
kinerja tertentu dan kriteria yang akan digunakan untuk menilainya “
b. Menurut Bernie Dodge dan Nancy Pickett : “Rubrik adalah dalah alat
skoring untuk asesmen yang bersifat subjektif, yang didalamnya
terdapat satu set kriteria dan standar yang berhubungan dengan tujuan
pembelajaran yang akan diases ke anak didik.”
c. Menurut Nitko : “Rubrik adalah suatu alat yang berisi seperangkat
aturan yang digunakan untuk mengases kualitas dari performansi/
kinerja mahasiswa/ peserta didik ”.
d. Menurut  Heidi Goodrich Andrade : “Rubrik adalah suatu alat
penskoran yang terdiri dari daftar seperangkat kriteria atau apa yang
harus dihitung.” 
Tujuan dari penilaian rubrik yaitu siswa diharapkan secara jelas
memahami dasar penilaian yang akan digunakan untuk mengukur suatu
kinerja siswa. Kedua pihak (guru dan siswa) akan mempunyai pedoman
bersama yang jelas tentang tuntutan kinerja yang diharapkan. Rubrik
diharapkan pula dapat menjadi pendorong atau motivator bagi siswa dalam
proses pembelajaran.
Jadi dapat disimpulkan bahwa rubrik atau rubric merupakan alat
evaluasi atau seperangkat pedoman yang digunakan untuk mempromosikan
penerapan harapan pembelajaran yang konsisten, tujuan pembelajaran, atau
standar pembelajaran (baik itu di kelas atau tidak) atau untuk mengukur
pencapaiannya terhadap serangkaian kriteria yang konsisten.
2. Manfaat Rubrik

15
Secara jelas bahwa rubrik menyediakan cara penilaian lebih transparan
baik bagi fasilitator maupun siswa/mahasiswa. Beberapa manfaat dari rubric,
yaitu:
a. Rubrik dapat menjadi pedoman penilaian yang objektif dan konsisten
dengan kriteria yang jelas;
b. Rubrik dapat memberikan informasi bobot penilaian pada tiap tingkatan
kemampuan mahasiswa;
c. Rubrik dapat memotivasi mahasiswa untuk belajar lebih aktif;
d. Mahasiswa dapat menggunakan rubric untuk menentukan strategi
pembelajarannya serta mengukur capaian kemampuannya sendiri atau
kelompok belajarnya;
e. Mahasiswa mendapatkan umpan balik yang cepat dan akurat;
f. Rubrik dapat digunakan sebagai instrumen untuk refleksi yang efektif
tentang proses pembelajaran yang telah berlangsung;
g. Sebagai pedoman dalam proses belajar maupun penilaian hasil belajar
mahasiswa
3. Jenis Rubrik
Jenis rubric dapat dibagi dua, yaitu Analytic Rubrics dan Holistic
Rubrics. Dalam panduan KPT Dikti, Analytic Rubrics disebut sebagai
Rubrik Deskriptif, juga ditambah satu jenis rubric yaitu Rubrik Skala
Perepsi.

Analytic Rubrics Holistic Rubrics


Digunakan untuk menilai setiap Digunakan memberikan penilaian
criteria secara terpisah, selanjutnya terhadap keseluruhan atau holistic
mengkombinasikan penilaian dari terhadap mutu kinerja mahasiswa
setiap criteria untuk memberikan
penilaian terhadap mutu kinerja
secara keseluruhan

16
a. Rubrik Holistik (Holistic Rubrics)
Rubrik holistik adalah pedoman untuk menilai berdasarkan kesan
keseluruhan atau kombinasi semua kriteria. Untuk rubrik seperti ini,
salah satu contoh penyebutan yang digunakan adalah tingkat 1 (tidak
memuaskan), tingkat 2 (cukup memuaskan dengan banyak kekurangan),
tingkat 3 (memuaskan dengan sedikit kekurangan) dan tingkat 4
(superior) atau tingkat 0, tingkat 1, tingkat 2, dan tingkat 3 (masing-
masing dengan sebutan yang sama).
Rubrik Holistik digunakan bila ada kesulitan atau tidak
memungkinkan adanya pembagian penilaian suatu tugas ke dalam
criteria terpisah. In dapat terjadi karena adanya criteria saling berkaitan
dan tumpang tindih satu dengan lainnya. Seperti halnya tugas kreatif
yang kompleks yang mana pengerjaannya dapat didekati dengan ragam
cara oleh mahasiswa dan tugas tersebut tidak dapat atau sulit dibagi ke
dalam komponen atau kiteria penilaian. Untuk itu dibuat penilaian
holistic terhadap kinerja mahasiswa. Dalam rubric holistic grade capaian
diartikulasikan ke dalam pernyataan deskriptif.
Element dari Rubrik Holistik dapat dilihat pada matriks dibawah
ini.

Nama Tugas :
Grade Score/ Nilai Deskripsi dari Grade Capaian
Capaian
Grade 1 Nilai Grade 1 Deskripsi Grade 1
Grade 2 Nilai Grade 2 Deskripsi Grade 2
Grade 3 Nilai Grade 3 Deskripsi Grade 3
Grade ..n Nilai Grade ..n Deskripsi Grade n

17
*. Skor/nilai diberikan secara numeric dan dapat dengan kisaran 1-
10 atau 1-100 tergantung tingkat ketelitian dan akurasi yang diinginkan
pada setiap criteria.
Contoh rubrik holistik untuk esai

Nama Tugas : Esai


Grade Capaian Score/ Nilai Deskripsi dari Grade Capaian
Sangat Baik 80-100 Esai ini sangat menarik perhatian karena
mengandung wawasan yang luas dengan
gaya tulisan yang matang. Esai ini focus
dan diorganisasi secara baik serta elaborai
luas menggunakan pilihan contoh-contoh
yang benar dan rujukan yang tepat.
Tulisan menggunakan kata-kata dan
kalimat yang efektif dan memenuhi
dengan sangat baik aturan tata bahasa
Indonesia.
Baik 65-79 Esai ini menarik perhatian karena
mengandung alasan-alasan atau rasional
yang baik dan jelas. Secara umum esai ini
focus dan mengandung ide-ide
berkembang serta menggunakan pilihan
contohcontoh yang benar dengan rujukan
yang tepat. Kalimat dibangun dengan
pilihan kata-kata untuk berkomunikasi
secara jelas dengan pembaca. Tata bahasa
penulisan telah mendapat perhatian yang
baik.
Cukup 55-64 Esai ini menarik perhatian karena

18
mengadung alasan-alasan atau rasional
memadai dan fokus disertai contoh-
contoh dengan rujukannya yang
mencukupi. Struktur kalimat dengan
pilihan kata-kata yang memadai untuk
berkomunikasi dengan pembaca. Tata
bahasa penuisan perlu mendapatkan
perhatian lebih baik.
Kurang 45-54 Esai ini kurang menarik perhatian karena
mengadung alasan-alasan atau rasional
yang kurang mencukupi serta kurangnya
contoh-contoh untuk dapat meyakinkan
pembaca. Struktur kalimat yang kurang
baik dengan pilihan kata-kata yang
kurang memadai untuk berkomunikasi
dengan pembaca. Tata bahasa penuisan
perlu mendapatkan perhatian lebih baik.
Sangat Kurang ≤ 44 Esai ini sangat kurang menarik perhatian
karena sangat kurangnya alasan-alasan
atau rasional serta contoh-contoh yang
dapat meyakinkan pembaca. Struktur
kalimat sering membingungkan karena
pilihan katakata yang kurang tepat untuk
dapat berkomunikasi dengan pembaca.
Tata bahasa penulisan sangat perlu
mendapatkan perhatian

19
b. Rubik Analitik
Butler dan McMunn menjelaskan bahwa rubrik analitik adalah panduan
penilaian kinerja siswa yang memisahkan kriteria setiap komponen
penilaian. Sementara Menurut Nitko menjelaskan bahwa rubrik analitik
adalah rubrik yang menilai proses secara terpisah dan hasil akhirnya adalah
dengan menggabungkan penilaian dari tiap komponen. Oleh karena itu,
rubrik analitik menuntut kejelian dan kecermatan dalam penyusunannya
karena penilaian dilakukan terhadap proses kinerja siswa dilakukan secara
terpisah dan kemudian menggabungkan hasil akhir dari setiap komponen.
Menurut Wiener dan Cohen seperti dikutip Wortham, rubrik analitik
menjelaskan setiap tugas terdiri dari beberapa atribut dan deskirptor dimana
keduanya diskor dengan menggunakan skala panjang atau skala pendek,
tergantung pada tes diagnosa yang diinginikan. Rubrik analitik lebih spesifik
dibandingkan rubrik holistik, dan dapat digunakan untuk mendiagnosa
tujuan sehingga lebih efisien untuk tujuan penilaian.
McMillan menyebutkan bahwa rurik analitik dibagi menjadi beberapa
tingkatan atau komponen dengan memberikan skor untuk setiap komponen
tersebut. Secara lengkap dijelaskan “An analytic rubric breaks the grading
into identified criteria, with a score or grade for each area. Analytic guides
provide more specific feedback to students, but can impose standardization
that may mitigate student creativity and individuality”.
Dari pendapat tersebut dapat dipahami bahwa rubrik analitik
memberikan umpan balik yang spesifik kepada siswa sehingga mampu
mengembangkan dan meningkatkan kreativitas mereka.
Proses penilaian terhadap setiap butir indikator dilakukan ketika proses
observasi terhadap kinerja siswa dilakukan. Menurut Soeprijanto, dalam
rubrik analitik, elemen-elemen penyekoran dilakukan pada level deskriptor.
Pemberian skor dilakukan terhadap butir-butir indikator kinerja yang muncul
ketika observasi dilakukan.46 Rubrik analitik harus mempertimbangkan

20
kemudahan bagi observer dalam proses pengamatan terhadap kinerja yang
dilakukan siswa.
Menurut Arter dan McTeghe, rubrik analitik cocok digunakan untuk
menilai kinerja siswa yang kompleks yang memiliki beberapa dimensi.
Selain itu juga digunakan untuk memberikan informasi atau feedback yang
spesifik terhadap kinerja siswa. Feedback atau umpan balik yang tepat
memberikan gambaran kepada siswa maupun guru untuk mengetahui secara
detail setiap dimensi atau indikator yang membutuhkan perhatian yang lebih
dari siswa. Selain itu, siswa dituntut untuk mampu mendiagnosa
kekurangan-kekurangan dari kinerja yang dilakukan. Dengan demikian
setiap dimensi menuntut penilaian yang cermat dan tepat, meskipun
memerlukan waktu yang lebih lama.
Arter dan McTeghe memberikan contoh penilaian menggunakan rubrik
analitik yang memuat penilaian pada setiap dimensi atau indikator kinerja
yang harus dilaksanakan oleh siswa. Contoh penilaian menggunakan rubrik
analitik yang ia kembangkan adalah sebagai berikut:
Contoh Rubrik Analitik Model Arter dan McTeghe

Analitycal Trait
Trait 1 Trait 2 Trait 3 Trait 4
5 √
4 √
3 √
2
1 √

Mertler mengatakan bahwa dalam penilaian menggunakan rubrik


analitik, setiap hasil kerja individu diskor, selanjutnya skor individu
dijumlahkan untuk memperoleh skor total. Rubrik analitik biasanya lebih

21
menginginkan penskoran yang berfokus pada keadilan penilaian berdasarkan
jenis jawaban yang diperlukan, karena itu, tugastugas kinerja yang dapat
diterima sebagai jawaban siswa boleh diberi skor satu atau dua, meskipun
jawaban siswa tidak menunjukkan kreativitas yang esensial. Mertler
memberikan contoh model rubrik analitik seperti dalam tabel sebagai
berikut:
Contoh Rubrik Analitik Model Mertler

Permulaan Pengembangan Penyeleseian Dengan Skor


#1 #2 #3 contoh #4
Kriteria Deskripsi Deskripsi yang Deskripsi Deskripsi 25
#1 Tidak yang mencerminkan yang yang
Benar merefleksik pengembangan mencerminkan mencermink
an kinerja terhadap tingkat an tingkat
tingkat tingkat penyelesaian pencapaian
pemula penguasaan hasil dan paling tinggi
kinerja kinerja
Kriteria Deskripsi Deskripsi yang Deskripsi Deskripsi 25
#2 yang mencerminkan yang yang
Beberapa merefleksik pengembangan mencerminkan mencermink
Saja an kinerja terhadap tingkat an tingkat
Benar tingkat tingkat penyelesaian pencapaian
pemula penguasaan hasil dan paling tinggi
kinerja kinerja
Kriteria Deskripsi Deskripsi yang Deskripsi Deskripsi 25
#3 yang mencerminkan yang yang
Sebagian merefleksik pengembangan mencerminkan mencermink
Besar an kinerja terhadap tingkat an tingkat
Benar tingkat tingkat penyelesaian pencapaian

22
pemula penguasaan hasil dan paling tinggi
kinerja kinerja
Kriteria Deskripsi Deskripsi yang Deskripsi Deskripsi 25
#4 Benar yang mencerminkan yang yang
merefleksik pengembangan mencerminkan mencermink
an kinerja terhadap tingkat an tingkat
tingkat tingkat penyelesaian pencapaian
pemula penguasaan hasil dan paling tinggi
kinerja kinerja
SKOR TOTAL 100
Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka disimpulkan bahwa rubrk
analitik adalah rubrik yang menilai proses kinerja siswa secara terpisah
berdasarkan dimensi atau komponen dan hasil akhirnya adalah dengan
menggabungkan penilaian dari tiap komponen atau dimensi tersebut
(Mahmudi, 2018).

23
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Asesmen kinerja yang merupakan bagian dari asesmen alternatf adalah suatu
asesmen yang mengharuskan peserta didik mempertunjukkan kinerja bukan
menjawab atau memilih jawaban dari alternatif jawaban yang disediakan.
Kelebihan dari asesmen kinerja adalah sebagai berikut: 1) Dapat
mengevaluasi hasil belajar yang kompleks dan keterampilan-keterampilan yang
tidak dapat dievaluasi dengan tes kertas dan pensil, 2) Memotivasi peserta didik
dalam belajar secara lebih baik, 3) Dapat mengevaluasi beberapa keterampilan
yang berupa kemampuan lisan maupun fisik, 4) Mendorong aplikasi
pembelajaran pada situasi kehidupan nyata.
Adapun kelemahan asesmen kinerja yaitu sebagai berikut; 1) Membutuhkan
waktu dan usaha-usaha yang harus dipertimbangkan dalam penggunaannya., 2)
Dibutuhkan perhatian yang sangat besar bagi guru dalam penggunaannya, 3)
Penilaian dan penskoran kinerja subjektif dan memiliki reliabilitas rendah., 4)
Frekuensi melakukan evaluasi secara individual harus lebih banyak daripada
kelompok.
Bentuk assesment kinerja ada 2 yaitu: task (pemberian tugas) dan Rubrik
(pedoman penskoran). Task (pemberian tugas) terdiri dari berbagai bentuk yaitu
1) Computer adaptive testing, 2) Extended-response atau open ended question, 3)
Group performance assessment, 4) Individual performance assessment, 4)
Interview, 5) Observasi, 6) Portofolio, 7) Project, exhibition, atau demontrasi, 8)
Short answer.
Sedangkan rubrik terdiri dari 2 bentuk yaitu 1) rubrik holistik digunakan
memberikan penilaian terhadap keseluruhan atau holistic terhadap mutu kinerja
mahasiswa, 2) rubrik analitik digunakan untuk menilai setiap criteria secara

24
terpisah, selanjutnya mengkombinasikan penilaian dari setiap criteria untuk
memberikan penilaian terhadap mutu kinerja secara keseluruhan.
B. Saran
Demikianlah tugas penyusunan makalah ini kami persembahkan. Tulisan ini
dibuat sebagai wadah untuk menambah wawasan tentang Pengembangan
Instrumen. Tulisan ini diharapkan menjadi salah satu yang dapat membantu
untuk menanamkan pemahaman tentang Bentuk Asessment Kinerja, Rubrik
Holistik, Rubrik Analitik. Kritik dan saran sangat kami harapkan dari para
pembaca, khususnya dari dosen mata kuliah yang telah membimbing kami dan
para mahasiswa demi kesempurnaan makalah ini. Apabila ada kekurangan dalam
penyusunan makalah ini, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.

25
LAPORAN OBSERVASI

Nama Sekolah : MIS Al- Wasliyah Perbutulan


Alamat : Jl. Fatahillah No. 20. Desa Perbutlan, Kec. Sumber,
Kab. Cirebon
Status Sekolah : Swasta
Junjang Pendidikan : MI
Narasumber : Muhammad Iqbal Baihaqi

Berdasarkan hasil wawancara yang kelompok kami lakukan, bapak Iqbal


mengatakan bahwa kurikulum yang digunakan adalah mennggunakan kurikulum
13. Bapak Iqbal sendiri merupakan guru olahraga. Dan untuk asessmen kinerja
pada mata pelajaran olahraga hanya dilakukan pada saat pembelajaran saja, dan
lebih terhadap praktek di lapangan.
Dalam penilaian praktek/ assessment kinerja pada pelajaran olahraga
menggunakan rubik holistic, dimana hanya menilai terhadap kinerja siswa saja.
Nah menurut beliau, asessmen sangat penting dalam membantu penilain guru
terhadap kinerja siswa. Dengan guru melakukan asessmen kinerja guru dapat
melakukan penilaian, maka guru akan mengetahui karakter siswa, dan bisa
memperbaiki bagaimana cara belajar siswanya, khususnya dalam kinerja atau
praktek belajar siswanya.

26
DAFTAR PUSTAKA

Dede. (2007). Paradigma Pendidikan Demokratis: Sebuah Model Pelibatan


Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group

Hamalik, Oemar. (2007). Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: Rosda

Hasan, Hamid. (1996). Pendidikan Ilmu Sosial. Jakarta: DIKTI

Hasan, Hamid. (2006). IPS Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Makalah
yang disampaikan pada seminar Program IPS-PPS, 20 November 2006

Ihwan, Mahmudi. (2018). Rubrik Analitik Penilaian Hasil Belajar Praktik


Pendidikan Agama Islam. Fikrah: Journal of Islamic Education. Vol. 2 No. 2.

Iryanti, Puju. (2004). Penilaian Unjuk Kerja. Yogyakarta: Departemen Pendidikan


Nasional.

Musahadi. (2007). Mediasi dan Resolusi Konflik di Indonesia: dari konflik agama
hingga mediasi peradilan. Semarang: WMC.

Nana, Sudjana. (1989). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.

O’Niel, William.F. (2002). Ideologi-ideologi Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar.

Parwito. (2007). Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: PT LkiS Pelangi


Aksara Rosyada.

Supriatna, Nana. (2007). Konstruksi Pembelajaran Sejarah Kritis. Bandung: Historia


Utama Press.

27
Suyanto, Ph.D. (2006). Dinamika Pendidikan Nasional. Jakarta: PSAP
Muhammadiyah.

Syaodih, Nana.S. (2005). Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek. Bandung:


PT Remaja Rosdakarya.

Tilaar, H.A.R. (2005). Manifesto Pendidikan Nasional: Tinjauan Dari Perspektif


Postmoderisme dan Studi Kultural. Jakarta: KOMPAS.

Tim Pustaka Yustisia. (2007). Panduan Lengkap KTSP. Yogyakarta: Pustaka


Yustisia.

Trianto. (2007). Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta:
Prestasi Pustaka Publisher.

Yani, Ahmad. (2007). Geografi SMA kelas XII. Bandung: Grafindo.

Zainul, Asmawi. (2001). Alternative Assessment. Jakarta: UT.

28

Anda mungkin juga menyukai