Anda di halaman 1dari 217

ANALISA DAYA TARIK EKOWISATA PESISIR

BERBASIS PERSEPSI MASYARAKAT


DI KABUPATEN PASAMAN BARAT

TESIS

OLEH :

SYAHIDULLAH HABIBIE

NIM : 187020003/AR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2021
ANALISA DAYA TARIK EKOWISATA PESISIR
BERBASIS PERSEPSI MASYARAKAT
DI KABUPATEN PASAMAN BARAT

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Teknik


Dalam Program Studi Magister Teknik Arsitektur
Pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

OLEH

SYAHIDULLAH HABIBIE

NIM : 187020003/AR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2021
PERNYATAAN
ANALISA DAYA TARIK EKOWISATA PESISIR
BERBASIS PERSEPSI MASYARAKAT
DI KABUPATEN PASAMAN BARAT

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan

sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam

naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, 13 Juli 2021

(Syahidullah Habibie)
Tanggal Diuji : 13 Juli 2021

Panitia Penguji Tesis

Ketua Komisi Penguji : Ir. Nurlisa Ginting, M.Sc, PhD, PM

Anggota Komisi Penguji : 1. Dr. Ar. Achmad Delianur Nasution, ST, MT, IAI,AA, IAP

2. Dr. Ir. Dwi Lindarto, MT

3. Beny O.Y Marpaung, ST, MT, PhD, IPM

4. Hilma Tamiami Fachrudin, ST, M.Sc, PhD


ABSTRAK

Pariwisata merupakan suatu industri yang dapat meningkatkan pertumbuhan

suatu wilayah, perekonomian dan kesejahteraan suatu masyarakat di wilayah tersebut.

Dalam pengembangan suatu pariwisata sangat dibutuhkan sutau pengembangan daya

tarik wisata. Ekowisata merupakan suatu konsep pariwisata yang menekankan

terhadap kelestarian lingkungan dan budaya masyarakat, persepsi merupakan suatu

analisis yang dilakukan pelaku wisata dalam memahami dan mengartikan suatu

destinasi wisata. Sehingga dalam penelitian ini perlu diketahui persepsi masyarakat

sehingga dapat menghasilkan suatu hasil penilaian yang bersifat subjektif dan objektif,

sehingga dapat meningkatkan peran sektor kepariwisataan dalam meningkatkan dan

menunjang kegiatan perekonomian kabupaten Pasaman Barat, serta peningkatan

kemakmuran dan kesejahteraan masyarakatnya, serta dapat menjaga keadaan kondisi

alamya.

Tujuan dari penelitian ini untuk mengalanisa daya tarik ekowisata pesisir

berbasis persepsi di Kabupaten Pasaman Barat. Dalam penelitian ini menggunakan

metode campuran yaitu kualitatif dengan studi survei lapangan dan melakukan

wawancara serta kuantitaif dengan penyebaran kuisoner berjumlah 100 dimana 50

untuk masyarakat dan 50 untuk pengunjung. Hasil dan kesimpulan dari penelitian ini

dapat menjadi landasan peneliti dalam menghasilkan rekomendasi pengembangan

dayatarik wisata berbasis ekowisata di Kabupaten Pasaman Barat.

Kata kunci : Pasaman Barat, Daya Tarik Wisata, Ekowisata, Persepsi Masyarakat.

i
ABSTRACT

Tourism is an industry that can increase the growth of a region, the economy

and the welfare of a society in the region. In the development of tourism, it is very

necessary to develop a tourist attraction. Ecotourism is a tourism concept that

emphasizes environmental sustainability and community culture, perception is an

analysis carried out by tourism actors in understanding and interpreting a tourist

destination. So in this study it is necessary to know the public perception so that it

can produce a subjective and objective assessment result, so that it can increase the

role of the tourism sector in improving and supporting the economic activities of

West Pasaman Regency, as well as increasing theprosperity and welfare of its people,

and can maintain its natural condition.

The purpose of this study is to analyze the attractiveness of perception-based

coastal ecotourism in West Pasaman Regency. In this study using a mixed method,

namely qualitative with field survey studies and conducting interviews and

quantitative with the distribution of questionnaires totaling 100, of which 50 are for

the public and 50 for visitors. The results and conclusions of this study can be the

basis for researchers in producing recommendations for the development of

ecotourism-based tourist attractions in West Pasaman Regency.

Keywords: West Pasaman, Tourist Attraction, Ecotourism, Community Perception.

ii
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini tanpa mengalami suatu hambatan yang

berarti. Adapun tesis ini berjudul “Analisa Daya Tarik Ekowisata Pesisir Berbasis

Persepsi Masyarakat Di Kabupaten Pasaman Barat” sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Magister Teknik dalamProgram Studi Magister Teknik Arsitektur

jurusan Manajemen Pembangunan Kota pada Fakultas Teknik, Universitas Sumatera

Utara. Dengan ini pula, perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada Ketua dan sekretaris Program studi Magister Teknik

Arsitektur Universitas Sumatera Utara serta sekretaris Program studi Magister Teknik

Arsitektur. Terimakasih kepada Pembimbing I, ibu Ir. Nurlisa Ginting, M.Sc, PhD,

IPM dan Pebimbing II, Bapak Dr. Achmad Delianur Nasution, ST, MT, IAI, AA, IAP

serta kepada dosen penguji yang telah banyak memberikan masukan, arahan serta ikut

membantu dalam penyusunan hasil laporan penelitian hingga selesai pada waktu yang

telah ditetapkan. Akhir kata, penulis mengharapkan kiranya laporan hasil penelitian

ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi penulis sendiri, pembaca dan untuk

kita semua.

Medan, 13 Juli 2021


Penulis,

Syahidullah Habibie
187020003/AR

iii
RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : Syahidullah Habibie

Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 21November 1995

Jenis Kelamin : Pria

Status : Belum Menikah

Agama : Islam

Alamat : Jalan Bersama Gg Sawir No 07, Medan Tembung

Golongan Darah :A

Pekerjaan : Freelancer

PENDIDIKAN

1. SDN 064974 MEDAN


2. PONDOK PESANTREN AR-RAUDHATUL HASANAH
3. INSTITUT TEKNOLOGI MEDAN, JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR

iv
DAFTAR ISI

Hal
ABSTRAK ..................................................................................................................... i

ABSTRACT ...................................................................................................................ii

KATA PENGANTAR .................................................................................................iii

RIWAYAT HIDUP ..................................................................................................... iv

DAFTAR ISI ................................................................................................................ v

DAFTAR GAMBAR .................................................................................................viii

DAFTAR TABEL ....................................................................................................... xi

BAB I. PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 3

1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................... 3

1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................. 4

1.5 Batasan Penelitian .................................................................................. 4

1.6 Kerangka Berpikir ................................................................................. 4

1.7 Sistematika Pembahasan ........................................................................ 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 7

2.1 Daya Tarik Wisata ................................................................................. 7

2.1.1 Daya Tarik Wisata Alam Pesisir ................................................. 11

2.1.2 Daya Tarik Wisata Buatan Pesisir .............................................. 15

2.2 Ekowisata ............................................................................................. 19

2.2.1 Partisipasi Masyarakat ................................................................ 22

v
2.2.2 Konservasi Lingkungan .............................................................. 28

2.3 Persepsi Masyarakat ............................................................................ 31

2.4 Daya Tarik Berdasarkan Ekowisata ..................................................... 33

2.4.1 Daya Tarik Alam ......................................................................... 34

2.4.1.1 Keindahan Alam ............................................................. 34

2.4.1.2 Kebersihan dan kenyamanan .......................................... 39

2.4.1.3 Keunikan Alam ............................................................... 41

2.4.2 Daya Tarik Buatan ...................................................................... 45

2.4.2.1 Aktivitas Wisata .............................................................. 46

2.4.2.2 Keunikan Masyarakat ..................................................... 48

2.4.2.3 Fasilitas Wisata ............................................................... 50

2.5 Kesimpulan .......................................................................................... 53

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN .............................................................. 55

3.1 Jenis Penelitian .................................................................................... 55

3.2 Variabel dan Indikator Penelitian ........................................................ 56

3.3 Populasi dan Sampel ........................................................................... 60

3.4 Metoda Pengumpulan Data ................................................................. 63

3.5 Uji Validilitas ...................................................................................... 79

3.5.1 Uji Validitas dan Reliabilitas Masyarakat Lokal ........................ 79

3.5.2 Uji Validitas dan Reliabilitas Wisatawan ................................... 83

3.6 Metode Analisa Data ............................................................................ 86

BAB IV. GAMBARAN UMUM KAWASAN ......................................................... 89

4.1 Kawasan Peneltian ................................................................................ 89

vi
4.1.1 Kondisi Geografis Dan Dministrasi Pasaman Barat .................... 90

4.2 Potensi Wisata Di Kabupaten Pasaman Barat ..................................... 92

4.2.1 Kawasan Pesisir Air Bangis ......................................................... 95

4.2.2 Kawasan Pesisir Sasak ................................................................. 98

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 101

5.1 Kajian Daya Tarik Ekowisata Alam Pesisir Berbasis Persepsi

Masyarakat Di Kabupaten Pasaman Barat ........................................ 101

5.1.1 Keindahan Alam ....................................................................... 101

5.1.2 Kebersihan Dan Kenyamanan Ekowisata ................................. 118

5.1.3 Keunikan Alam ......................................................................... 129

5.2 Analisis Daya Tarik Ekowisata Buatan Pesisir Berbasis Persepsi

Masyarakat Di Kabupaten Pasaman Barat ....................................... 135

5.2.1 Aktivitas Wisata ........................................................................ 135

5.2.2 Keunikan Masyarakat ............................................................... 147

5.2.3 Fasilitas Ekowisata .................................................................... 158

5.3 Hasil Temuan ................................................................................... 169

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 173

6.1 Kesimpulan ........................................................................................ 173

6.2 Saran .................................................................................................. 175

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 177

LAMPIRAN

vii
DAFTAR GAMBAR

Hal
No Judul

1.1. Kerangka Berpikir ................................................................................................... 5

2.1. Kerangka Teori ..................................................................................................... 54

3.1. Kerangka Analisa .................................................................................................. 88

4.1. Kabupaten Pasaman Barat ditempuh Melalui Kota Padang ................................. 89

4.2. Kabupaten Pasaman Barat Melalui Kota Medan .................................................. 90

4.3. Peta Administrasi Kabupaten Pasaman Barat ....................................................... 91

4.4. Peta Administrasi Wilayah Pasaman Barat ........................................................... 94

4.5 Peta Lokasi Penelitian ........................................................................................... 95

4.6. Jarak Tempuh Dari Pusat Kota Menuju Air Bangis ............................................. 96

4.7. Keindahan Alam Kawasan Pesisir Air Bangis ...................................................... 97

4.8. Pemandangan Pulau Pigago Air Bangis ............................................................... 97

4.9. Aktivitas Wisata Berkeliling Pulau Air Bangis .................................................... 98

4.10. Jarak Lokasi Sasak Dari Pusat Kota ................................................................... 99

4.11. Keindahan Alam Sasak ..................................................................................... 100

4.12 Salah Satu Atraksi Yang Ditawarkan................................................................. 100

5.1. Keindahan Alam Kawasan Peisir Pasaman Barat ............................................... 102

5.2. Pemandangan Indah dan Alami Pesisir Pasaman Barat ..................................... 106

5.3. Kondisi Muara Sungai dan Pesisir yang bewarna kecoklatan ............................ 107

5.4. Pengalaman Indah Pada Pesisir Pasaman Barat .................................................. 109

5.5. Sampah Berserakan mengurangi Nilai Pengalaman Wisatawan ........................ 110

viii
5.6. Batu Penahan Abrasi Pantai Pada Kawasan Pesisir Pasaman Barat ................... 112

5.7. Dampak Dari Aktifitas Wisata dengan Sampah Yang Berserakan. .................... 112

5.8. Salah satu pengelolahan yang dilakukan kelompok masyarakat ........................ 114

5.9. Permukiman masyarakat dipinggiran pantai ....................................................... 116

5.10. Bangunan Fisik Berupa Fasilitas Wisatawan .................................................... 117

5.11. Kondisi Kebersihan Dan Kenyamanan Pesisir Pasaman Barat................................. 119

5.12. Sampah dan Hewan Ternak Di Lahan Pantai ......................................................... 123

5.13. Permukiman masyarakat yang menghadap dan berioentasi terhadap laut ........ 124

5.14. Masyarakat yang berjemur ikan asin serta hewan ternak di pinggiran pantai .. 125

5.15. Pelayanan Masyarakat Berupa Menjaga Kendraan Wisatawan ........................ 127

5.16. Pengolahan Sampah Yang Buruk ..................................................................... 128

5.17. Pusa Pusa .......................................................................................................... 130

5.17. Keunikan Alam Pesisir Pasaman Barat ............................................................. 131

5.18. Kondisi Pesisir Dengan Tidak Adanya Aktivitas di Hari Biasa ....................... 136

5.19. Aktivitas Wisata Pesisir Pasaman Barat ........................................................... 141

5.20. Aktivitas Wisata Yang Ditawarkan Ketika Hari Besar Saja .................................... 143

5.21. Suasana Pesisir Pasaman Barat Yang Sunyi ........................................................... 144

5.22. Suasana Pesisir Pasaman Barat Yang Sunyi sehingga tidak adanya

zonasi ................................................................................................................ 146

5.23. Kesenian Budaya Gadang Lasuang Di Sasak .................................................. 148

5.24. Tari Pilin Salapan Air Bangis yang Sarat Akan Filosofi di Dalamnya ............. 148

5.25. Masjid Nurul Yaqin Bukti Penyebaran Islam di Air Bangis ............................ 149

5.26. Surau Dan Makam Tuanku Sasak Di Sasak...................................................... 150

ix
5.27. Keunikan Masyarakat Pesisir Pasaman Barat ................................................... 151

5.28. kain Sulaman Emas Pasaman ............................................................................ 152

5.29. Keunikan Masyarakat yang Tidak Menjadi Atraksi Utama.............................. 157

5.30. Fasilitas Pesisir Pasaman Barat ......................................................................... 161

5.32. Analisis Lokasi Mudah Dicapai dan Jarak Tempuh Tidak Lama Berbasis

Persepsi ............................................................................................................. 163

5.33. Fasilitas Wc Yang Sulit Ditemukan dan Dikunci ............................................. 165

5.33. Fasilitas Yang Tersedia Hanya Berupa Mushallah Dan Warung ..................... 166

5.34. Fasilitas Yang Mendorong Aktifitas Ekonomi ............................................... 168

x
DAFTAR TABEL

No Judul Hal

2.1. Aspek Pembentuk Daya Tarik Wisata ................................................................... 10

2.2. Aspek Daya Tarik Alam Wisata Pesisir ................................................................ 14

2.3. Aspek Daya Tarik Buatan Wisata Pesisir ............................................................. 17

2.4. Aspek Pembentuk Ekowisata .............................................................................. 20

2.5.Aspek Yang Berpengaruh Ekowisata Berbasis Masyarakat .................................. 27

2.6. Aspek Yang Berpengaruh Ekowisata Berbasis Konservasi ................................. 30

2.7. Aspek Pembentuk Persepsi Masyarakat .............................................................. 33

2.8. Keterkaitan Antara Keindahan Alam Ekowisata ................................................. 38

2.9. Keterkaitan Kebersihan Dan Kenyaman Ekowisata ............................................. 41

2.10. Keterkaitan Keunikan Alam Ekowisata Dengan Persepsi .................................. 43

2.11. Keterkaitan Daya Tarik Alam Ekowisata ........................................................... 44

2.12. Keterkaitan Antara Aktivitas Ekowisata ............................................................ 48

2.13. Keterkaitan Antara Keunikan Masyarakat Ekowisata ....................................... 50

2.15. Keterkaitan Antara Fasilitas Ekowisata .............................................................. 52

2.16. Keterkaitan Antara Daya Tarik Buatan Ekowisata ............................................. 52

3.1. Variabel Daya Tarik Wisata Pesisir ...................................................................... 57

3.2 Jumlah Kuisioner Berdasarkan Sampel Penelitian ................................................ 61

3.3. Karakteristik Sampel Dan Jumlah Responden ...................................................... 62

3.4. Metode Pengumpulan Data Primer ....................................................................... 63

3.5. Data yang diperlukan Dalam Observasi Lapangan ............................................... 67

xi
3.6. Daftar Pertanyaan Kusioner .................................................................................. 68

3.7. Daftar Nilai Pada Kusioner ................................................................................... 72

3.8. Daftar Informan Kunci .......................................................................................... 73

3.9. Daftar Pertanyaan Wawancara .............................................................................. 74

3.10. Data Sekunder yang Diperlukan Dalam Penelitian............................................. 79

3.11. Skala Penilaian Daya Tarik Wisata Berbasis Ekowisata .................................... 80

3.12. Item Total Statistics ............................................................................................ 81

3.13. Reliability Statistics ............................................................................................ 83

3.14. Tabel Rangkuman Uji Validitas Daya Tarik Alam dan Buatan Terhadap

Wisatawan .......................................................................................................... 83

3.15. Item Total Statistics ............................................................................................ 85

3.16. Reliability Statistics ............................................................................................ 86

3.17. Skala Penilaian Daya Tarik Wisata Berbasis Ekowisata .................................... 87

4.1. Nama Dan Luas Wilayah Per Kecamatan ............................................................. 92

4.2. Objek Jenis Wisata Di Kabupaten Pasaman Barat ............................................... 93

5.1. Nilai Rata-Rata Keindahan Alam Ekowisata Berbasis Persepsi Pesisir ............. 104

5.2. Nilai Rata-Rata Kebersihan Kenyamanan Ekowisata Berbasis Persepsi............ 121

5.3. Nilai Rata-Rata Keunikan Alam Ekowisata Berbasis Persepsi Pasaman Barat . 134

5.4. Nilai Rata-Rata Aktivitas Ekowisata Berbasis Persepsi Pesisir Pasaman Barat . 140

5.5. Nilai Rata-Rata Keunikan Masyarakat Ekowisata Berbasis Persepsi Pasaman

Barat .................................................................................................................... 154

5.6. Nilai Rata-Rata Fasilitas Ekowisata Berbasis Persepsi Pesisir Pasaman Barat .. 162

5.7. Nilai Rata-Rata Potensi Daya Tarik Wisata Berbasis Persepsi .......................... 169

xii
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pariwisata merupakan salah satu industri yang terus menerus berkembang

seiring dengan meningkatnya kualitas hidup dan pendapatan seseorang (Ginting,

2018). Dengan adanya pariwisata, dapat mendorong serta membantu tumbuhnya

sektor industri kecil yang dapat memberikan faktor ekonomi di masyarakat (lubis,

2012; Aryunda, 2011). Dengan berkembangnya suatu industri pariwisata tentu

akan menimbulkan pengaruh positif maupun negatif (Aryunda, 2011). Ekowisata

merupakan suatu bentuk konsep pariwisata yang sangat bertanggung jawab terhadap

kelestarian lingkungan alam, serta memberikan manfaat secara ekonomi dan dapat

mempertahankan keutuhan budaya masyarakat setempat (Fandeli, 2005).

Dalam mengembangkan suatu daerah agar dapat menjadi tujuan wisata ada

beberapa faktor yang perlu diperhatikan agar daerah tersebut dapat menarik dan

dikunjungi oleh wisatawan yaitu dengan adanya; Daya tarik wisata (Buhalis,

2000). Daya tarik wisata merupakan faktor pertimbangan pertama seseorang dalam

melakukan perjalan wisata. Dikarenakan, segala sesuatu alasan yang dapat menarik

minat seseorang untuk melakukan kegiatan pariwisata merupakan daya tarik wisata

(Rif'an, A. A. 2018). Oleh sebab itu, salah satu unsur yang menjadi faktor utama

dalam keberhasilan dalam pengembangan pariwisata dengan mengembangkan

suatu daya tarik wisata (Lubis, 2012). Dengan begitu daya tarik wisata merupakan

faktor paling berpengaruh dalam keberhasilan suatu pariwisata.

keberhasilan suatu destinasi pada dasarnya adanya suatu ketertarikan dan

keunikan pada suatu kawasan, dimana masyarakat memiliki ikatan batin yang kuat

terhadap tempat tersebut dengan melibatkan ikatan emosional (Novianti et al,

1
Universitas Sumatera Utara
2

2018). Keterkaitan tersebut didapat dari pengalaman tentang hubungan-hubungan

yang diperoleh dari suatu obek, lingkungan, dan peristiwa sehingga dapat

menyimpulkan suatu informasi yang disebut dengan persepsi (Rahmat, 2003).

Dengan begitu, suatu persepsi masyarakat sangat berpengaruh dalam membentuk

citra total dari suatu destinasi wisata sebagai sumber informasi maupun promosi

bagi wisatawan yang akan mengunjungi destinasi tersebut (Suwena & Widyatama,

2017).

Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki

keindahan alam berupa pegunungan, lembah, danau, pantai, laut, pulau, maupun

adat istiadat yang dimiliki masyarakatnya. Akan tetapi, dimana jumlah penyebaran

wisatawan hanya terpusat kearah selatan seperti Padang dengan jumlah 843.296

pengunjung, Pesisir Selatan dengan jumlah 971.989 Pengunjung, Kepulauan

Mentawai dengan 994.655 Pengunjung, dibandingkan dengan Kabupaten Pasaman

Barat yang berada di utara dengan jumlah 28.603 pengunjung (Bps, 2019). Dilihat

dari potensi alamnya, Kabupaten Pasaman Barat tidak kalah menarik dibandingkan

dengan kabupaten lainnya, dimana Kabupaten Pasaman Barat memiliki Garis

Pantai sepanjang 152 km dengan pantai berpasir yang landai yang sangat cocok

untuk wisata pesisir, akan tetapi dalam penyebaran dan jumlah pengunjung

kabupaten Pasaman Barat kalah menarik di banding Kabupaten lainnya di Provinsi

Sumatera Barat. Adapun salah satu penyebab penurunan julah wisatawan dapat

disebabkan oleh beberapa keadaan yaitu, kondisi keadaan destinasi wisata,

kebijakan yang berlaku di destinasi wisata, serta kemampuan masyarakat untuk

menerima wisatawan (Nugroho, 2016)

Universitas Sumatera Utara


3

Berdasarkan isu-isu latar belakang diatas, tingkat kunjungan wisatawan pada

suatu kawasan sangat dipengaruhi oleh suatu persepsi, Dimana persepsi dalam

pariwisata merupakan suatu langkah penialain yang dilakukan oleh wisatawan

dalam memahami suatu destinasi wisata (Fentri 2017). Dengan semakin baiknya

persepsi yang didapat dari wisatawan terhadap produk wisata yang ditawarkan,

tentu akan semakin dapat menarik minat wisatawan untuk berkunjugn ke destinasi

wisata tersebut (Anggela & Sofia, 2017). Berdasarkan paparan isu-isu dan potensi

yang terdapat pada kawasan pesisir Kabupaten Pasaman Barat, maka penting

dilakukan penelitian tentang analisa daya tarik ekowisata pesisir berbasis persepsi

masyarakat di Kabupaten Pasaman Barat .

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian maka peneliti merumuskan

permasalahan yang akan dijawab dalam penelitian yaitu :

Bagaimana daya tarik ekowisata pesisir berbasis persepsi masyarakat di Kabupaten

Pasaman Barat sehingga dapat meningkatkan kunjungan wisatawan

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di dapat, maka tujuan dari

penelitian ini adalah :

Mengkaji daya tarik wisata ekowisata pesisir berbasis persepsi masyarakat di

Kabupaten Pasaman Barat

Universitas Sumatera Utara


4

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini dapat memberikan manfaat berupa :

1. Sebagai akademis, sebagai referensi untuk penulisan-penulisan sejenis

di masa yang akan datang untuk menjadi tambahan dari peneliti-peneliti

sebelumnya berkaitan dengan daya tarik ekowisata berbasis persepsi

masyarakat

2. Sebagai praktisi, sebagai bahan dan rekomendasi bagi pemerintahan

untuk meningkatkan jumlah pengujung dan perekonomian masyarakat

serta menjaga kelestarian alam bagi pengembangan pariwisata

khusunya wisata pesisir.

1.5 Batasan Penelitian

Penelitian ini memiliki aspek-aspek penting yang menjadi pertimbangan

untuk dikaji yaitu, daya tarik wisata. Adapun permasalahan pada daya tarik

wisata fokus terhadap daya tarik alam dan daya tarik buatan. Sedangkan persepsi

masyarakat pada penelitian ini terbagi atas kriteria masyarakat lokal, dan

wisatawan yang sudah berkunjung lebih dari satu kali. Mengenai pengembangan

wisata pada penilitian fokusnya adalah hanya mengkaji daya tarik ekowisata

pesisir pada Kabupaten Pasaman Barat.

1.6 Kerangka Berfikir

Dalam penelitian ini, peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini melalui

beberapa tahapan proses berfikir, leh sebab itu peneliti mengaplikasikan dalam

beberapa proses tahapan, yaitu dimulai dari proses pengamatan awal yang

mengkaji studi pendahuluan, tahapan pengumpulan data, dan tahapan analisa utuk

Universitas Sumatera Utara


5

mendapatkan hasil penelitain dan pemaparan kesimpulan serta saran. Untuk detail

proses dapat dilihat pada (Gambar 1.1)

LATAR BELAKANG
LANDASAN TEORI
a. Kabupaten Pasaman Barat sangat
memiliki potensi wisata pesisir a. Daya tarik merupakan faktor utama
untuk dikembangkan, akan tetapi keberhasilan suatu pariwisata (Lubis,
penyebaran dan jumlah 2012; Kodhyat, 1996; Aryunda,
pengunjung kalah menarik 2011)
dibanding kabupaten lainnya.
b. konsep ekowisata merupakan suatu
b. Daya tarik merupakan faktor bentuk wisata yang berkomitmen
utama keberhasilan suatu terhadap kelestarian area yang
pariwisata masih alami, memberi manfaat
secara ekonomis dan
c. Ekowisata merupakan konsep mempertahankan keutuhan budaya
wisata yang memberikan manfaat masyarakat setempat (Fandeli,
terhadap masyarakat serta dapat 2005)
menjaga kondisi lingkungan alam
c. Persepsi suatu metode untuk
d. Persepsi merupakan suatu proses mengetahui suatu objek atau
yang dilakukan untuk mendapat peristiwa secara objektif
respon suatu objek secara objektif (Chalin, 1989)

RUMUSAN MASALAH TUJUAN


❖ Menemukan daya tarik ekowisata
Menganalisis permasalahan daya tarik pesisir yang paling berpengaruh,
ekowisata pesisir berbasis persepsi serta mengindentifkasi permasalahan
masyarakat sehingga dapat yang terjadi pada daya tarik
meningkatkan kunjungan wisatawan di ekowisata pesisir sehingga dapat
Kabupaten Pasaman Barat. meningkatkan kunjungan wisatawan

ANALISA
DATA a. Menganalisis permasalahan daya
tarik ekowisata pesisir pada
a. mengidentifikasi permasalahan pada kabupaten Pasaman Barat.
daya tarik ekowisata pandangan
masyarakat terhadap daya tarik b. Menganalisis persepsi masyarakat
ekowisata pesisir terhadap daya tarik ekowisata
b. menemukan daya tarik wisata pesisir pesisir pada Kabupaten Pasaman
paling potensial Barat.

HASIL TEMUAN
METODE PENELITIAN

a. Mix Methode
b. Kuantitaif dengan penyebaran KESIMPULAN
kuisoner
c. Kualitatif dengan melakukan
observasi dan wawancara Universitas Sumatera Utara
Gambar 1.1. Kerangka Berpikir
6

1.7 Sistematika Pembahasan

Adapun urutan pembahasan yang digunakan dalam menerangkan penelitian ini

menggunakan sistematika sebagai berikut:

BAB I

Pada BAB I merupakan Pendahuluan yang berisikan : Latar Belakang,


Permasalahan penelitian, Tujuan Penelitian, Batasan Penelitian, Manfaat
Penelitian, Kerangka Berfikir serta Sistematika Pembahasan.
BAB II

Pada BAB II Merupakan BAB Tinjauan Pustaka yang mengemukakan dasar teori
yang menjadi landasan kajian yang digunakan peneliti. Adapaun tinjauan teori
mengenai persepsi daya tarik wisata, ekowisata, daya tarik ekowisata berdasarkan
persepsi.
BAB III

Pada BAB III Metodologi penelitian yang berisi, jenis penelitian, variabel dan
indikator, populasi sampel, dan metode pengumpulan data
BAB IV

Pada BAB IV mengenai Kawasan Kajian yang digunakan peneliti untuk


memaparkan tentang gambaran umum lokus penelitian berisi tentang daya tarik
wisata kabupaten Pasaman Barat.
BAB V

Pada BAB V Hasil dan Pembahasan yang berisikan hasil kajian dan analisa
terhadap landasan teori dan rumusan temuan penelitian yang diperoleh oleh
peneliti. Terdiri dari analisa dan pembahasan terhadap daya tarik ekowisata
terhadap persepsi masyarakat.
BAB VI

Pada BAB VI Kesimpulan dan Saran yang didapat dari pembahasan pada tahap-
tahap sebelumnya, berisi tentang keterkaitan hasil temuan dengan rumusan masalah
dan landasan teori

Universitas Sumatera Utara


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Daya Tarik Wisata

Salah satu unsur yang menjadi faktor utama dalam keberhasilan dalam

pengembangan pariwisata dengan mengembangkan suatu daya tarik wisata

(Lubis, 2012). Semakin pentingnya sektor pariwisata memunculkan persaingan

ketat dalam menjual produk wisatanya maka dari itu daerah tujuan wisata harus

mengembangkan daya tarik dan produk wisata unik dan menarik di daerahnya

(Purba, 2012). Hal itu dikarenakan adanya sesuatu yang menarik dan bernilai

sehingga dapat menarik minat orang untuk mengunjungi dan melihatnya

(Pendit 2003).

Kabupaten Pasaman Barat merupakan salah satu kabupaten yang sangat

memiliki potensi wisata yang sangat bagus untuk dikembangkan menjadi destinasi

wisata. Dilihat dari potensi alamnya wisata pesisir sangat potensial untuk

dikembangkan baik dari segi pantai, laut, dan pulau dengan memilik garis pantai

yang panjang dan dikung oleh pantai yang landai. Akan tetapi, dengan potensi

yang dimilikinya wisata pesisir pada kabupaten Pasaman Barat dirasa masih

kurang menarik wisatawan untuk berkunjung, wisatawan hanya datang dan

melihat laut saja. Maka itu, diperlukan suatu pegembangan agar dapat menarik

minat wisatawan untuk berkunjung dan tidak merasa bosan dengan pengembangan

daya tarik wisata. Suatu wilayah yang terbelakang apabila memiliki potensi daya

tarik wisata yang menarik tentu dapat dikembangkan sehingga menjadi daerah

tujuan wisata yang potensial (Kušen, 2010). Maka dari itu, suatu kawasan apabila

memiliki potensi daya tarik wisata yang baik serta menarik, maka akan

7
8

mempunyai manfaat dalam membantu perkembangan, dan pertumbuhan suatu

daerah sehingga menjadi daerah yang lebih baik.

Daya tarik wisata adalah suatu produk yang dihasilkan oleh suatu destinasi

wisata, Adapun suatu komponen-komponen yang membentuk daya tarik dalam

mengembangkan destinasi wisata dapat berupa, daya tarik alam, daya tarik sosial,

daya tarik budaya, daya tarik buatan (Middleton, 2009). Daya tarik wisata juga

merupakan suatu faktor utama mengembangkan suatu potensi wisata, untuk

menemukan potensi tersebut maka harus menemukan apa yang ingin di cari oleh

wisatawatan. Adapun modal maupun daya tarik wisata yang dapat menarik

wisatawan yaitu dapat berupa, Natural Resources (daya tarik alam), daya tarik

budaya, dan daya tarik buatan manusia (Cooper, 1995).

Daya tarik wisata dapat dibagi ke dalam dua faktor yaitu; Daya tarik alam

dan daya tarik buatan, daya tarik alam adalah daya tarik wisata yang melekat pada

keindahan dan keunikan alam dari pencipta yang mana terdiri dari keindahan

alam(natural amenities), iklim, pemandangan, fauna dan flora yang aneh

(uncommon vegetation & animals), hutan (the sylvan elements), dan sumber

kesehatan (health centre) seperti sumber air panas belerang, dan mandi lumpur,

sedangkan daya tarik buatan adalah suatu daya tarik wisata yang sengaja

diciptakan atau dibuat oleh manusia, misalnya monumen, candi, art gallery,

kesenian, festival, pesta ritual, upacara perkawinan tradisional, dan lain-lain

(Suwantoro, 2004).

Suatu daerah tujuan wisata seharusnya memiliki daya tarik tertentu

sehingga dapat membuat wisatawan tertarik untuk datang berkunjung (Ginting,

2018), salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam mengembangkan daya

tarik suatu wilayah adalah elemen identitas dari wilayah tersebut (Ginting, 2017).
9

Adapun elemen-elemen identitas dari wilayah tersebut tentu sangat

berpengaruh terhadap perkembangan wisata, dimana akan menghasilkan elemen-

elemen daya tarik wisata terhadapa wilayah tersebut, adapun elemen-elemen daya

tarik pada wilayah terebut dapat berupa pemandangan alam, kebudayaan, dan

bangunan tradisional (Ginting, 2017).

Daya tarik wisata dapat juga dijelaskan sebagai segala sesuatu yang

memiliki keunikan, nilai, dan kemudahan yang dapat berupa keanekaragaman

hayati, budaya, serta hasil buatan manusia yang dapat menarik wisatawan

berkunjung ketempat tersebut (UU No 10 Tahun 2009). Sedangkan berdasarkan

jenisnya daya tarik dapat terbagi menjadi tiga jeins yaitu; Daya tarik alam berupa

keadaan alam, flora dan fauna di lokasi wisata; Daya tarik buatan dapat berupa

hasil karya tangan manusia seperti museum, seni, budaya, komplek hiburan; Serta

daya tarik minat khusus seperti mendaki gunung, gua, indutstri dan kerajinan,

tempat-tempat ziarah, dan tempat perbelanjaan (UU No 09 tahun 1990).

Dalam mengembangkan suatau daerah agar menjadi daerah tujuan wisata,

sehingga dapat menarik untuk dikunjungi wisatawan, seharusnya suatu destinasi

wisata memiliki daya tarik wisata. Adapun jenis-jenis daya tarik yang seharusya

dimiliki oleh suatu destinasi wisata dapat berupa daya tarik alam, daya tarik

buatan, daya tarik kegiatan dapat berupa event (Buhalis, 2000). Dalam

pengembanganya suatu daya tarik wisata dapat dikembangkan menjadi tiga

macam faktor yaitu, daya tarik alam, daya tarik buatan, daya tarik minat khusus

(Sunaryo, 2013). Berdasarkan kajian literatur yang telah dilakukan peneliti terkait

pengembangan daya tarik wisata pesisir, maka dapat disimpulkan beberapa aspek

yang memengaruhi daya tarik wisata pesisir pada Tabel 2.1


10

Tabel 2.1 Aspek Pembentuk Daya Tarik Wisata

No Referensi Aspek-Aspek Kesimpulan

1 Middleton, a. Daya Tarik Alam Adapun kesimpulan yang


2009 b. Daya Tarik Budaya didapat dari beberapa
c. Daya Tarik Sosial aspek-aspek yang
d. Daya Tarik Buatan mempengaruhi daya tarik
wisata pada penelitian ini
a. Natural Resources adalah:
2 Cooper,
b. (daya tarik alam) a. Daya Tarik Alam
1995
c. Daya tarik budaya b. Daya Tarik Buatan
d. Daya tarik buatan

Ginting, a. Daya Tarik Alam


2017 b. Daya Tarik Budaya
c. Daya Tarik Sosial

3 Suwantoro a. Daya Tarik Alam


2004 (iklim, alam, flora,
fauna)
b. Daya Tarik Buatan
(Budaya, Festival,
Monumen)
3 UU No 10 a. Adanya Keunikan
Tahun b. Adanya Nilai
2009 c. Adanya
Kemudahan
4 UU No 09 a. Daya Tarik Alam
tahun 1990 (flora, fauna, alam)
b. Daya Tarik Buatan
(budaya, seni,bangunan)
c. Daya Tarik Minat
Khusus (Naiki
Gununung, Goa, Ziarah)

5 Buhalis, a. Daya Tarik Alam


2000 b. Daya Tarik Buatan
c. Daya Tarik
Kegiatan
6 Sunaryo a. Daya Tarik Alam
2013 b. Daya Tarik Buatan
c. Daya Tarik Minat Khusus
11

Berdasarkan rangkuman dari aspek-aspek yang mempengaruhi

pengembangan daya tarik wisata, peneliti menyimpulkan beberapa faktor yang

dominan. Adapun komponen faktor-faktor yang digunakan dalam

pengembangan daya tarik wisata pesisir adalah, daya tarik wisata alam, dan

daya tarik wisata buatan.

2.1.1 Daya Tarik Alam Wisata Pesisir

Dalam pengembanganya daya tarik alam dapat berupa, alam, pantai,

bentukan geografis dari situasi destinasi wisata maupun sumber daya alam

(Middleton, 2009). Daya tarik wisata alam adalah segala sesuatu pengembangan

daya tarik yang lebih banyak di fokuskan pada keindahaan dan keunikan yang

tersedia di alam, seperti pantai dengan pasirnya, deburan ombak, serta visualisasi

pantai terhadap matahari terbit maupun tenggelam (Sunaryo, 2013). Tujuan utama

sesorang dalam melakukan perjalan wisata jelas terletak pada wilayah geografis

daerah tersebut, yang mana bagian dari wilayah tersebut itu selalu ditandai oleh

ciri-ciri fisik yang khas dengan atraksi wisata potensial yang nyata, serta hubungan

spasial antara satu objek dan objek wisata lainnya (Kušen, 2010). Maka dari itu

suatu wilayah yang memiliki karakterisktik sendiri tentu akan mempunyai daya

tarik yang khas tersendiri bagi seseorang yang mengunjunginya.

Ada delapan unsur daya tarik wisata berbentuk pantai yang dapat

dikembangkan menjadi potesi wisata yaitu, keindahannya, keamanan atau

keselamatan di pantai tersebut, jenis dan warna pasir, variasi kegiatannya,

kebersihan dan keyamanan, dan lebar pantai (dapat diukur waktu surut terendah)

(Dirjen PHKA, 2003). Dengan meningkatnya jumlah wisatawan tentu akan

berdampak terhadap peningkatan produk dan sarana untuk memenuhi kebutuhan


12

wisatawan, sehingga jumlah sampah dan limbah akan meningkat tentu akan

berdampak terhadap kualitas kebersihan lingkungan pantai (Violina, 2016)..

Potensi wisata dan daya tarik wisata pesisir tentu sangat di tentukan oleh

keindahan pemandangan pantai, serta ekosistem khas yang berada di sekitarnya

(Rifan, 2012). Oleh karena itu, suatu daya tarik wisata pada wilayah pesisir dapat

berupa bentang pesisir pantai, bentang laut, dan dasar laut (PP No 50 Tahun

2011). Dalam pengembangan wisata pesisir tentunya bersifat massal, sangat

terbatasnya ruang bagi pengunjung, serta muda merusak alam (Ketjulan 2010).

Dengan pengembangan pariwisata pesisir yang tidak dapat terkendali tentu akan

berdampak terhadap kerusakan sumber daya alam dan ekosistem yang berada di

sekitarnya. Indonesia sebagai negara kepulauan, tentu wisata pesisir sangat

mendukung dan berperan penting bagi perekonomian nasional, dengan

pengelolahan yang baik serta menjaga kualitas lingkungan tentu dapat menarik

wisatawan (Silva, 2007).

Selain itu, permasalahan kebersihan merupakan masalah yang penting

dalam wisata pesisir. Pencemaran oleh sampah selain mencemari lingkungan

pantai, tentu akan menganggu kenyamanan wisatawan yang berkunjung kesana,

sehingga mengurangi minat wisatawan untuk berkunjung kembali (Buana, 2015).

Tentu, dengan lingkungan yang bersih wisatawan akan mendapat kepuasaan

sehingga dapat menarik minat wisatawan untuk Kembali (Assaker, 2011). Dengan

tidak adanya pencemaran oleh sampah maupun limbah tentu lokasi wisata tersebut

dapat menjaga kualitas lingkungannya sehingga dapat menarik wisatawan untuk

berkunjung kembali.
13

Ada faktor yang sangat mempengaruhi minat wisatawan untuk berkunjung

ke wisata pesisir sehingga menjadi daya tarik tersendiri yaitu keunikan yang

dimiliki wilayah tersebut (Setiawan, 2016), keunikan tersebut dapat berupa

pepohanan cemara yang berbaris rapih dan rindang di sepanjang wilayah pesisir

sehingga menambah kesan asrih dan eksotis, sangat berbeda dengan pantai pada

umumnya yang banyak dihiasi oleh pepohonan kelapa (Setiawan, 2016).

Pepohonan juga sangat memainkan peran penting dalam representasi seseorang

dalam melakukan tujuan wisata, pepohonan merupakan salah satu fitur visual

yang menggambarkan tentang sesuatu yang alami, eksostik, dan otentik sehingga

menjadikan daya tarik tersendiri (Wilkes, 2016).

Pada dasarnya wilayah pesisir memiliki potensi keanekaragaman hayati

pada pesisir, dan laut. Tentu dengan keanekaragaman hayati pada wilayah pesisir

dan laut seharusnta dapat mendorong dan meningkatkan industri-industri yang

handal (Sihasale, 2013). Dengan adanya keanekaragaman hayati pada kawasan

pesisir akan dapat memberikan nilai yang spektakuler bagi wisatawan yang

mengunjunginya (Sihasale, 2013). Selain itu, wilayah pesisir memiliki keunikan

akan keanekaragaman hayati yang terdapat pada wilayah tersebut seperti,

ekosistem mangrove, terumbuh karang, padang lamum, dan ekosistem estuarsi

(tuwo, 2011), dengan adanya keunikan yang terdapat pada wilayah pesisir tentu

akan dapat menjadikan daya tarik potensial apabila dikembangkan dengan baik.

Berdasarkan kajian literatur yang telah dilakukan peneliti terkait

pengembangan daya tarik wisata pesisir, maka dapat disimpulkan beberapa aspek

yang memengaruhi daya tarik wisata alam pada wisata pesisir terdapat pada Tabel

2.2.
14

Tabel 2.2 Aspek Daya Tarik Alam Wisata Pesisir

No Referensi Aspek-Aspek Kesimpulan

1 Dirjen a. Keindahan a. keindahan alam


PHKA b. Kenyamanan b. Kebersihan dan
2003 c. Keselamatan kenyamanan
d. Warna pasir c. Keunikan Alam
e. Variasi kegiatan
f. Lebar pantai
g. Kebersihan
h. Keamanan
2 Middleton a. Alam
2009. b. Pantai
c. Sumber Daya Alam
3 Sunaryo a. Pasir Pantai
2013 b. Deburan Ombak
c. Visualisasi Pantai
4 Rifan, a. Keindahan Pantai
2012 b. Pemandangan Pantai
c. Ekosistem yan khas
5 Violina, Kualitas kebersihan
2016 lingkungan Pantai
6 Assaker, Lingkungan Pantai yang
2011 bersih
7 Setiawan, Keunikan pada lokasi
2016 Pantai
8 Wilkes Visualisasi yang menarik
2016
9 Sihasale, Keanekaragaman Hayati
2013
10 Tuwo Keanekaragaman Hayati
2011
11 PP a. Bentang Pesisir Pantai
N0 50 2011 b. Bentang Laut
c. Dasar Laut
15

Berdasarkan rangkuman dari aspek-aspek yang terdapat pada daya tarik

alam pada wisata pesisir, maka peneliti menyimpulkan aspek-aspek dominan

yang berpengaruh terhadap daya tarik alam wisata pesisir yaitu; Keindahan alam

pantai; Kebersihan dan kenyamanan pantai; Keunikan pada lokasi pantai, pada

keunikan ini dapat berupa keanekargaman hayati. Aspek-aspek terpilih tersebut

telah merangkum semua aspek-aspek yang berpengaruh terhadap daya tarik alam

wisata pesisir.

2.1.2 Daya Tarik Buatan Wisata Pesisir

Daya tarik wisata buatan adalah segala sesuatu hasil buatan maupun binaan

manusia meliputi bangunan, dan infrastrukur pariwisata sehingga dapat menarik

minat wisatawan untuk berkunjung (Middleton, 2001). Daya tarik wisata buatan

juga merupakan segala sesuatau yang diciptakan oleh manusia sehingga dapat

menarik wisatwan untuk berkunjung seperti monument, kesenian, festival, pesta

ritual, upacara tradisional (Suwantoro, 2004). Maka dari itu pada penelitian ini

kesenian, budaya, dan adat istiadat budaya termasuk didalam daya tarik buatan.

Budaya, relaksasi, dan mencari kesenangan merupakan salah satu alasan

seseorang melakukan perjalan wisata (Kozak, 2002). Tentu pada masyarakat

pesisir sangat kental dengan budayanya, karena sejak dahulu masyarakat pesisir

dan kepulauan sudah menjalin aktivitasnya berdasarkan pola kerja sama

tradisional, dimana setiap daerah pasti memiliki sistem yang berbeda (Tuwo,

2011). Selain itu, tampak jelas keunikan kebudayaan pada masyarakat pesisir

dengan berbagai ritual upacaranya, seperti upacara lingkaran kehidupan, upacara

tolak bala, kalenderikal, serta upacara-upacara lainnya (Syam, 2005). Berbagai

keunikan budaya pada masyarakat pesisir tersebut tentu akan menjadikan daya
16

tarik tersendiri bagi wisatawan yang mengunjuginya, serta menambah keragam

aktivitas pada wisata pesisir tersebut.

Pada kegiatan wisata pesisir selalu terkait erat dengan laut, dimana wisata

bahari yang menjadi kegiatan utama dan menjadi daya tariknya seperti, berlayar,

memancing, menyelam, berlayar, menikmati pemandangan, serta melakukan

meditasi (Dahuri, 2000; Orams, 2016). Ada beberapa motivasi seseorang

melakukan wisata pesisir yaitu dengan istirahat dan rekrasi dengan pemandangan

pantai dan matahari yang menjadi daya tarik tersebut (Martinez, 2001). Selain itu,

ada beberapa yang memotivasi seseorang dalam melakukan wisata ke daerah

pesisir yaitu, mencari pengalam alam, ingin mencari pengetahuan, nostalgia, dan

relaksasi diri (Kruger, 2010). Dengan begitu dalam pengembangannya, daya tarik

pesisir sangat memerlukan daya dukung wisata untuk menunjang kegiatan wisata

seperti wisata pantai, mangrove (Muflih, 2015).

Seiring dengan bertambahnya wisatawan yang mengujungi wisata pesisir,

maka aktivitas yang dilakukan oleh wisatawan juga semakin meningkat dan

beragam. Tentu tingginya aktivitas yang dilakukan oleh wisatawan akan mebuat

potensi terjadinya kecelakaan Ketika melakukan aktivitas (Kusuma, 2016). Maka

dari itu suatu kegiatan wisata harus memperhatikan aspek safety dan security

(kenyamanan, dan keamanan) sehingga dapat mendukung kegiatan wisata pesisir

apabila terjadinya kecelakaan terhadap wisatawan (Kusuma, 2016). Pengamatan

terhadap biota berbahaya perlu dilakukan agar wisatawan Ketika melakukan

aktivitasnya tidak merasa terganggu oleh ubur-ubur, ular laut, dan bulu babi

(Yulisa, 2016)
17

Menikmati kehidupan masyarakat lokal seperti kuliner, dan kehidupan

malam merupakan motivasi seseroang melalukan perjalan ke wisata pesisir

(Francoa, 2018). Pada wisata pesisir dan laut selalu menawarkan berbagai macam

alternatif wisata bagi wisatawan, maka dari itu sangat penting untuk melakukan

dan menawarkan produk dan layanan yang sesuai dengan pengalaman dan

permintaan bagi wisatawan (Francoa, 2020). Faktor layanan dan fasilitas yang

dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan wisatawan seperti makanan dan

akomodasi, sangat penting, karena dapat memperpanjang masa tinggal wisatawan

di lokasi tempat wisata (Hudson, 1998). Ini menunjukkan bahwa suatu tempat

yang dilengkapi dengan infrastruktur, fasilitas, akomodasi, daya tarik dan lain-

lain, akan sangat membuat seseorang nyaman, akan akan tinggal lebih lama di

tempat tersebut. Berdasarkan kajian literatur yang telah dilakukan peneliti terkait

pengembangan daya tarik wisata pesisir, maka dapat disimpulkan beberapa aspek

yang memengaruhi daya tarik wisata buatan pada wisata pesisir terdapat pada

tabel 2.3.

Tabel 2.3 Aspek Daya Tarik Buatan Wisata Pesisir

No Referensi Aspek-Aspek Kesimpulan


1 Middleton, a. Infrastruktur wisata a. Aktivitas wisata pesisir
2001 b. Bangunan b. Keunikan masyarakat
c. Fasilitas
2 Suwantoro, a. Festival
2004 b. Pesta ritual
c. Upacara tradisional
d. Monumen
e. Kesenian
3 Dahuri, a. Menikmati Suasana
2001; b. Berenang
Orams, c. Berselancar
2016 d. Berjemur
e. Meditasi
18

Tabel 2.3 Aspek Daya Tarik Buatan Wisata Pesisir (Lanjutan)

No Referensi Aspek-Aspek Kesimpulan


4 Martinez a. Rekreasi
2001 b.Memandangi pantai
c. Memandangi matahari
5 Kruger a. Pengalaman
2010 b. Pengetahuan
c. Nostalgia
d. Relaksasi diri
6 Kozak a. Budaya
2002 b. Mencari
c. kesenangan
d. Relaksasi
7 Syam Keunikan budaya
2005
8 Tuwo Karakteristik budaya
2011
9 Kusuma a. Keamanan
2016 b. Keselamatan
10 Muflih, Daya Dukung Wisata
2015
11 Francoa, a. Kuliner
2018 b.Kehidupan malam
12 Francoa, a. Produk Wisata
2020 b. Layanan Wisata
13 Hudson, a. Makanan
1998 b. Akomodasi

Berdasarkan rangkuman dari aspek-aspek yang terdapat pada daya tarik

buatan pada wisata pesisir, maka peneliti menyimpulkan aspek-aspek dominan

yang berpengaruh terhadap daya tarik alam pada wisata pesisir yaitu; aktivitas

wisaat; keunikan dan kekhasan pada masyrakat; serta fasilitas yang memadai

sehingga dapat menarik minat wisatawan. Aspek-aspek terpilih tersebut telah

merangkum semua aspek-aspek yang berpengaruh terhadap daya tarik alam pada

wisata pesisir.
19

2.2 Ekowisata

Dengan berkembangnya suatu destinasi wisata harus dapat mengembangkan

keunggulan dan nilai dari daya tarik wisatanya dengan mempromosikan potensi dari

wilayahnya secara efektik, serta dapat bertanggung jawab dan melindungi

lingkungan alam sekitarnya, serta dapat memberikan manfaat ekonomi terhadap

masyarakat dan mempertahankan budaya masyarakat sekitar (Ginting, N., &

Triska, E. 2020; Fandeli, 2005). Salah satu konsep pariwisata yang dapat

bertanggung jawab terhadap lingkungannya dengan kosep ekowisata. Ekowisata

merupakan suatu bentuk konsep wisata yang menekankan tanggung jawab terhadap

kelestarian alam, dapat memberikan manfaat secara ekonomi, tetap

mempertahankan budaya dan kearifan lokal masyakat lokal, serta menyertakan

aspek Pendidikan dan interpretasi terhadap lingkungan alam dan budaya masyarakat

dengan pengelolahan yang ekologis ( Internasional Ecotourism Soecity, 2000;

PERMEN No 33 2009; Tuwo, 2011; Birawa, 2016).

Tujuan utama pariwisata berbasis ekowisata dapat digambarkan dengan

fokus utamanya meliputi konservasi, lingkungan alam, dan budaya untuk

dikunjungi (Yacob, 2011), selain itu dalam pengembangannya harus memenuhi

beberapa syarat diantaranya adanya unsur edukasi/pendidikan, pelestarian

lingkungan, adanya partisipasi masyarakat, berkelanjutan, serta ekonomi dengan

peningkatan masyarakat lokal (PERMEN NO 33 2009, Ginting, N., & Siregar, C.

R. 2020). Salah satu pengembangan ekowisata yang baik adalah dapat membuka

peluang ekonomi dengan meningkatkan lapangan pekerjaan pada partisipasi

masyarakat dengan mengunakan sumber daya lokal seperti menjadi pengusaha,

menciptakan pasar untuk produk lokal, transportasi, akomodasi, serta pemandu

jasa (Ginting, N., & Siregar, C. R. 2020)


20

Dalam pembangunan akan terlihat dampak positif maupun dampak negatif,

begitu juga dengan pengembangan pariwisata akan berdampak positif maupun

negatif (Tuwo, 2011). Ada beberapa hal yang perlu di perhatikan untuk dapat

melihat sisi positif dan negatif dari pengembangan ekowisata yaitu, jumlah

wisatawan, karakteristik wisatawan dan keinginanya, jenis dan aktivitas yang

ditawarkan, struktur masyarakat di lokasi, kondisi lingkungan sekitar, serta

kemampuan masyarakat beradaptasi terhadap kegiatan pariwisata (Tuwo, 2011).

Berdasarkan kajian literatur yang telah dilakukan peneliti terkait pengembangan

ekowisata maka dapat disimpulkan beberapa aspek yang mempengaruhi

pengembangan ekowisata pada Tabel 2.4

Tabel 2.4. Aspek Pembentuk Ekowisata

No Referensi Aspek -aspek Kesimpulan

1 Tuwo a. Kelestarian lingkungan a. Partisipasi


2011 b. ekonomi masyarakat
c. Mempertahankan budaya & b. Konservasi
kearifan lokal lingkungan
d. Edukasi
e. Jumlah wisatawan
f. Karakteristik wisatawan dan
keinginannya
g. Jenis dan aktivitas wisata
yang di tawarkan
h. Struktur masyarakat
i. Kondisi lingkungan
j. Kemampuan masyarakat
beradaptasi
2 Ginting, N a. Pelestarian lingkungan
2020 b. Partispasi masyarakat
c. Ekonomi
d. Edukasi
e. Peluang kerja
21

Tabel 2.4. Aspek Pembentuk Ekowisata (Lanjutan)

No Referensi Aspek -aspek Kesimpulan

3 Peraturan a. Edukasi
Mentri no 33 b. Konservasi
tahun 2009 c. Ekonomi
d. Kesesuaian jenis dan
karakteristik wisata
e. Kepuasan dan pengalaman
f. Partisipasi masyarakat
4 Fandeli a. Kelestarian alam
2005 b. Ekonomi
c. Mempertahankan budaya
masyarakat
Birawa a. Pelestarian lingkungan
2016 b. Partispasi masyarakat
c. Ekonomi
5 The a. Kelestarian lingkungan
Internasional b. Ekonomi
Ecotourism c. Edukasi
Society, d. Pengalaman
2000 e. Partispasi masyarakat

Berdasarkan rangkuman dari aspek-aspek yang mempengaruhi

pengembangan ekowisata, peneliti menyimpulkan beberapa faktor yang dominan.

Faktor-faktor ekowisata yang berpengaruh terhadap pengembangan ekowisata

adalah; Partisipasi masyarakat; Konservasi lingkungan. Dimana partipasi dapat

memperdayakan masyarakat sekitar dan konservasi dapat menjaga lingkungan

sekitarnya. Aspek-aspek tersebut telah merangkum semua aspek-aspek yang

berpengaruh terhadap pengembangan ekowisata. Dimana konsep utama ekowista

adalah memberikan tanggung jawab terhadap lingkungan, dan memberikan

manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar


22

2.2.1 Partisipasi Masyarakat

Pada dasarnya masyarakat tidak bisa mengelolah potensi wisatanya

sendiri, dalam pengelolahanya harus melibatkan masyarakat dan pemerintah,

dimana pemerintah berperan menghasilkan kebijakan yang dapat menguntungkan

masyarakat (Ginting, 2016). Pengelolahan pariwisata berbasis masyarakat adalah

suatau konsep yang difokuskan akan keterlibatan masyarakat didalamnya,

terkadang pengelolahan wisata selalu berpihak swasta sehingga masyarakat sedikit

menerima manfaat tersebut (Ginting, 2016), dengan meningkatkan keterlibatan

masyarakat lokal dalam pengembangan pariwisata, tentu akan berdampak terhadap

menginkatnya pendapatan masyarakat dan daerah tersebut (Ginting, N., & Sasmita,

A. 2018), sehingga partisipasi masyarakat dalam pariwisata dapat memberikan

dampak positif dalam kehidupan masyarakat kawasan tersebut dan dapat

menaikkan taraf hidup dengan membuka peluanf ekonomi dengan mendorong

masyarakat menjadi pemilik usaha serta dapat menciptakan pasar untuk produk

lokal (Ginting, N., & Siregar, C. R. 2020).

Pariwisata berbasis masyarakat (community based tourism) dan ekowisata

berbasis masyarakat (community based ecotourism) merupakan dua bentuk

pendekatan pembangunan pariwisata yang bersifat partisipatif, yang digunakan

untuk menggambarkan bentuk pariwisata yang mengenali dampak-dampak penting

terhadap lingkungan, sosial-budaya dan ekonomi, yang di sebabkan oleh kegiatan

pariwisata, terutama pariwisata yang bermanfaat bagi masyarakat lokal.

ekowisata berbasis masyarakat (community based tourism) merupakan salah satu

bentuk ekowisata yang lebih spesifik dan sebagai alat untuk mewujudkan

pembangunan pariwisata yang berkelanjutan dimana masyarakat lokal memiliki

kontrol terhadap pengembangan dan pengelolaan sehingga banyak memperoleh


23

manfaat baik secara ekonomi, pendidikan, sosial budaya, kesehatan maupun

manfaat terhadap konservasi lingkungan alam dari pengembangan ekowisata

berbasis masyarakat.( (Keliwar, 2013).

Pengelolahan ekowisata berbasis masyarakat harus memperhatikan

beberapa isu yang meliputi; Partisipasi, seharusnya melibatkan seluruh masyarakat

yang tinggal dikawasan wisata; Gender, kesetaraan gender sebaiknya diutamakan

dalam proyek-proyek berbasis masyarakat; Transparansi, harus ada transparansi

sehingga tidak menimbulkan kecemburuan; Pengambilan Keputusan, dalam

pengambilan keputusan tidak seluruh anggota masyarakat dilibatkan, maka dari

itu ditunjuk seseorang untuk mewakili masyarakat dalam pengambilan keputusan;

Proses perencanaan, dalam proses perencanaan pengelola sudah menentukan siapa

masyarakat yang dimaksud, dan siapa saja masyarakat yang berpatisipasi

(Kehati, 1998).

Pada umumnya masyakat pesisir dan kepulauan memiliki unsur yang

sama, sehingga dapat membentuk ikatan yang dapat mempersatukan mereka

menjadi suatu kelompok masyarakat yang pola tingkah laku kehidupannya bersifat

khas, berkesinambungan yang dapat di jadikan menjadi adat istiadat

(Koentjaraningrat, 2001), akan tetapi masyarakat pesisir tidak berdaya dalam

menghadapi tantangan alam dan keterbatasan alternatif dalam membantu

kehidupan mereka sehingga dapat mengancam keberlangsungan hidup mereka

(Diraputra, 2003, Indarti, I., & Wardana, D. S. 2013), oleh karena itu, masyarakat

pesisir memerlukan batuan dari pihak luar dan sistem kelembagaan.

Dimana sistem kelembagaan pada masyarakat pesisir mempunyai peranan

penting dalam mendorong dan membantu aktivitas ekonomi pada masyarakat

pesisir (Hadi, S. 2013). Selain itu,sistem kelembagaan pada masyarakat pesisir


24

berguna sebagai wadah yang memiliki kepentingan bersama dalam menyelesaikan

permasalahan mereka dengan mengkaji masalah yang dihadapi sekaligus mencari

jalan keluarnya (Indarti, I., & Wardana, D. S. 2013). Akan tetapi dalam

pelaksanaanya sistem kelembagaan pada masyarakat pesisir masih sangat minim

dan lemah. Salah satu konsep penguatan kelembagaan pada masyarakat pesisir

harus berfokus pada tiga unsur utama yaitu; Aturan dan Prosedur (norms and

rulers); Organisasi (organization); Sumber daya (resources) (Tuwo, 2011).

Tolak ukur dalam pengembangan pariwsiata berbasis masyarakat adalah

dapat terciptanya hubungan yang baik antara masyarakat lokal, sumber daya alam,

dan wisatawan (Natori, 2001). Dalam pengembanganya dapat dilihat dengan;

Adanya antusias masyarakat lokal dalam pembangunan dengan pembentukan

wadah komunitas untuk menunjang aspirasi masyarakat; Adanya melindungi

lingkungan dengan cara konservasi; Adanya faktor ekonomi dalam menikmati hasil

dari pembangunan; Menjaga kepuasan Wisatawan dengan pelayanan yang baik

(Natori, 2001). Selain itu dengan adanya partispasi masyarakat pada lokasi wisata

seharusnya dapat membuka peluang ekonomi yang bertumpu terhadap sumber

daya masyarakat lokal sehingga masyarakat dapat meningkatkan taraf hidupnya

(Ginting, N., & Siregar, C. R. 2020 ). Berdasarkan kajian di atas maka faktor-faktor

yang terdapat pada ekowisata berbasis msyarakat dapat dilihat pada Tabel 2.5
27

Tabel 2.5. Aspek yang berpengaruh pada ekowisata berbasis masyarakat

No Referesi Aspek-aspek Kesimpulan

1 Ginting, a. Masyarakat dilibatkan a. Adanya Kelompok


2016 b. Masyarakat menerima Komunitas Masyarakat
manfaat b. Masyarakat menerima
c. Berpihak terhadap dampak dari wisata
masyarakat dibanding c. Pelayanan yang baik
swasta
2 Ginting, a. Peluang ekonomi
2020 b. Menciptakan
lapangan pekerjaan
c. Meningkatkan
sumber daya lokal
3 Keliwar, Bersifat partisipatif
2013
4 Hadi Kelembagan
2013
5 Indarti Kelompok
2013 masyarakat

6 Pranic, a. Lingkungan alam


2013 b. Reputasi tempat
c. Kebaikan
masyarakat
7 Natori, a. Sumber daya alam
2001 b.Masyarakat lokal
c. wisatawan
8 Tuwo, 2011 a. Organisasi
b. Prosedur dan aturan
c. Sumber daya alam

Berdasarkan rangkuman dari aspek-aspek yang mempengaruhi partisipasi

masyarakat dalam ekowisata, peneliti menyimpulkan beberapa faktor yang

dominan. Faktor-faktor ekowisata yang berpengaruh terhadap pengembangan

ekowisata berbasis partisipasi masyarakat adalah; Adanya kelompok komunitas

masyarakat; Masyarakat menerima dampak dari wisata: Pelayanan yang baik pada

lokasi wisata .
28

2.2.2. Konservasi Lingkungan

Wilayah pesisir merupakan suatu wilayah pertemuan dari dua fenomena

alam, yaitu dari wilayah daratan dan laut (zona intertidal) yang bisa menimbulkan

perubahan yang sangat dinamis di wilayah pesisir (Nontji, 2002). Kegiatan-

kegiatan di kawasan pesisir seperti perikanan tangkap, perikanan budidaya

(tambak), pelabuhan, pariwisata, permukiman dan suaka alam dapat

mempengaruhi keseimbangan ekosistem dan geomorfologi kawasan pesisir. Salah

satu cara dalam menangani masalah tersebut dengan prisip koservasi, yaitu dengan

menggunakan sumber daya lokal yang tidak merusak lingkungan serta

berkontribusi terhadap lingkungan sekitar dengan meminimalkan dampak negatif

dari kegiatan tersebut (Ginting, N., & Siregar, C. R. 2020).

Pembangunan pada wilayah pesisir tentu mempunyai ruang lingkup yang

luas, meliputi banyak aspek dan faktor, akan tetapi pembangunan pada wilayah

pesisir selalu hanya memikirkan aspek ekonomi, sedangkan aspek kelestarian

lingkungan tidak diperhatikan (Baransano, 2011). Dimana sumber daya alam pada

wilayah pesisir sangat berperan dalam mendukung kehidupan manusia dan

mendukung ekosistem yang berada pada wilayah pesisir.

Ada beberapa faktor yang sangat mengancam kelestarian sumber daya

keanekaragam hayati pada pesisir yaitu; Penggunaan berlebihan pada sumberdaya

hayati; Penggunaan peralatan yang dapat merusak lingkungan; Perubahan dan

degrasi lingkungan fisik habitat; Pencemaran; Adanya ancaman spesies asing;

Serta konversi kawasan lindung (Dahuri, 2003). Eksploitasi dengan penggunaan

yang berlebihan pada sumberdaya hayati dapat mengakibatkan kerusakan

ekosistem hingga dapat memusnahkan spesies tersebut (Barasano, 2011).


29

Konversi lahan dan pemanfaatan lahan di kawasan pesisir menjadi salah

satu penyebab utama terjadinya permasalahan pada kawasan pesisir yang

mempengaruhi penyimpangan tata guna lahan di kawasan tersebut (Adiprima,

2012). Aktifitas kehidupan manusia dan dinamika lingkungan tersebut seringkali

menimbulkan tekanan yang mengakibatkan rusaknya kondisi alami wilayah pesisir

(Wardhani, 2011).Prinsip pengembangan ekowisata berbasis konservasi menurut

Peraturan Menteri Dalam Negri Nomor 33 Tahun 2009 tentang pedoman

pengembangan ekowisata di daerah antara lain yaitu melindungi, mengawetkan,

dan memanfaatkan sumber daya alam yang digunakan untuk ekowisata.

Pemanfaatan harus selalu berpedoman tanpa harus merusak kondisi lingkungan

sekitarnya.

Kerusakan lingkungan pesisir sering kali di sebabkan oleh dampak yang

diterima akibat aktivitas yang terjadi di tempat lain seperti penggunaan pestisida

yang berlebihan pada daerah pertanian tentu akan berdampak terhadap penurunan

habitat pesisir dan daya dukung lingkungan pesisir (Tuwo, 2001). Oleh karena itu

kegiatan konservasi lingkungan sangat dibutuhkan dalam kegiatan wisata

dikarenakan dapat memperbaiki lingkungan yang telah rusak, melindungi alam.

Selain itu, ada lima alasan faktor kehidupan pada wilayah pesisir dan laut dapat

mengancam dan berisiko terhadap keanekaragaman hayati dan laut, yaitu; Dengan

kepadatan tingkat penduduk yang tinggi dan kemiskinan; Tingkat komsumsi yang

tinggi sumberdaya serta penyebaran sumberdaya yang tidak merata; Tidak adanya

kelembagaan atau komunitas; Kurangnya pemahaman tentang ekosistem laut;

Kegagalan kebijakan atau sitem dalam menilai ekosistem pesisir (Barasano,

2011).Berdasarkan kajian di atas maka faktor-faktor yang terdapat pada ekowisata

berbasis msyarakat dapat dilihat pada Tabel 2.6


30

Table 2.6 Aspek yang berpengaruh pada ekowisata berbasis konservasi lingkungan

No Referesi Aspek-aspek Kesimpulan

1 Nontji, Pesisir wilayah yang cepat a. Meminimunkan


2002 berubah dampak negatif yang
dihasilkan oleh
2 Baransano, a. Kelestarain lingkungan wisata pesisir
2011 b.Ekploitasi sumber daya b. Mempertahankan
hayati yang berlebihan kualitas daya dukung
3 Dahuri, a. Eksploitasi yang berlebihan lingkungan
2003 b.Pencemaran lingkungan c. Meningkatkan
c. Degrasi lingkungan fisik kesadaran
d.Peralatan yang dapat merusak pentingnya mejaga
alam lingkungan alam
e. Konversi
lingkungan
4 Adiprima, a. Konversi lahan
2012 b. Penyimpangan tata guna
lahan
5 Wardhani, a. Aktifitas manusia
2011 b.Dinamika lingkungan
6 PP a. Melindungi
Nomor 33 b. Mengawetkan
Tahun c. Memanfaatkan sumber daya
2009 alam
7 Tuwo, Aktifitas manusia
2011
8 Barasano, a. Kepadatan tingkat penduduk
2011 b. Kemiskinan
c. Eksploitasi berlebihan
d. Tidak adanya komunitas
e. Kurangnya pemahaman
tentang konservasi

Berdasarkan rangkuman dari aspek-aspek yang mempengaruhi konservasi

lingkungan dalam ekowisata, peneliti menyimpulkan beberapa faktor yang

dominan. Faktor-faktor ekowisata yang berpengaruh terhadap pengembangan

ekowisata berbasis konservasi lingkungan adalah; Meminimalisir kegiatan yang


31

dapat merusak alam; Meminimumkan dampak yang dihasilkan oleh wisata;

Mempertahankan kualitas daya dukung lingkungan; Meningkatkan kesadaran

terhadap masyarakat maupun wisatwan pentingnya menjaga lingkungan.

2.3 Persepsi Masyarakat

Di dalam pengembangan suatu pariwisata, persepsi masyarakat merupakan

suatu pendapat atau penilaian yang dilakukan oleh wisatawan dalam

menginterpretasikan suatu lingkungan atau destinasi wisata (Fentri, 2017). Dalam

mengartikan dan meginterpretasikan suatu lingkungan, faktor visual (image)

merupakan faktor utama, semakin kuat faktor visual suatu lingkungan, maka

semakin mudah lingkungan tersebut diingat dan dipahami oleh seseorang

(Lynch, 1981). Dengan begitu persepsi merupakan suatu cara untuk dapat

mengetahui objek atau lingkungan sekitar dengan segala bentuk peristiwa di

dalamnya (Walgito, 2010).

Dalam pengembangan suatau destinasi wisata seharusnya mengetahui apa

yang sesuai dan diinginkan oleh wisatawan (Zebua, 2016; Tuwo, 2011). Salah satu

cara untuk mengetahui apa keinginan yang seusai dan karakteristik yang diiginkan

wisatawan salah catunya dengan melakukan studi persepsi. Dimana persepsi

merupakan suatu metode untuk menjelaskan suatu peristiwa yang terjadi pada

suatu objek, maupun suatu individu di suatu lokasi, pada dasarnya persepsi

merupakan suatu metode penilaian seseorang terhadap objek maupun fenomea di

suatu objek (Reisinger, 2003). Pada suatu kegiatan pariwisata, persepi merupakan

suatau penilaian yang dilakukan oleh wisatawan dalam memberikan gambaran

untuk memahami suatu lingkungan destinasi wisata (Fentri, 2017). Tentu dalam
32

suatu kegiatan pariwisata harus bisa menyesuaiakan terhadap segala sesuatu bentuk

perubahan dengan tetap memperhatikan pendapat dari berbagai pihak terkhususnya

dari wisatawan, pendapat tersebut dapat berupa persepsi dan keinginan wisatawan

agar destinasi wisata menjadi lebih baik (Kurniansyah, 2016).

Tentu, suatu persepsi wisatawan terhadap suatu lingkungan wisata akan

berpengaruh terhadap image dari destinasi wisata tersebut, yanga akan berdampak

terhadap jumlah wisatawan yang akan mengunjungi destinasi tersebut

(Suwena, 2017), dengan semakin tinggi jumlah persepsi yang baik dari wisatawan,

maka akan dapat menarik wisatawan menuju destinasi wisata tersebut

(Anggela, 2017). Dengan begitu persepsi merupakan salah satu unsur intrepetasi

yang akan menentukan suatu kepuasan wisatawan (Nasution, 2005), maka dari itu,

suatu persepsi sangat berpengartuh dalam membentuk dan memberikan suatu

gambaran sebuah citra total dari suatu destinasi wisata (Gatner, 1993).

Ada dua faktor yang sangat mempengaruhi persepsi seseorang yaitu;

Faktor internal , dimana faktor yang berpengaruh berasal dari dalam diri seseorang

seperti pendidikan, usia, pengalaman, dan kepribadian; Sedangkan menuru faktor

eksternal adalah segala sesuatu tanggapan terhadap objek atau lingkungan dengan

penilain terhadap hal yang menarik perhatian, ukuran, atapun segala sesuatu yang

baru (Sobur, 2003). Selain itu, ada beberapa faktor yang juga mempengaruhi

persepsi seseorang terhadap objek atau lingkungan yaitu, pengalaman pribadi,

adanya keinginan, dan pengalaman orang lain yang menjadi referensi (kurniansah,

2016).Berdasarkan kajian di atas maka faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

persepsi masyarakat dapat dilihat pada Tabel 2.7


33

Tabel 2.7. Aspek yang berpengaruh pada persepsi masyarakat

No Referesi Aspek-aspek Kesimpulan

1 Fentri, a. Penilaian terhadap a. Penilaian terhadap suatu objek,


2017 objek/lingkungan
lingkungan atau fenomena
b. Pengalaman
terhadap destinasi b. Pengalaman terhadap suatu
2 Lych, a. Penilaian visual objek, lingkungan, atau
1987 b. Pengalaman fenomena
terhadap
destinasi
3 Reisinger, Penilaian terhadap
2003 objek/fenomena
4 kurniansah, a. Pengalaman
2016 pribadi
b. Keinginan
c. Pengalaman orang
lain
5 Nasution, Kepuasan
2005 masyarakat
6 Walgito, Pengalaman
2010 terhadap
lingkungan/objek
Sobur a. Usia
2003 b. Pendidikan
c. Usia
d. Pengalaman
e. Dapat
menarik
perhatian
2.4. Daya Tarik Berdasarkan Ekowisata

Pada sub-bab ini peneliti akan melakukan kajian literatur yang mengaitkan

antara landasan teori daya tarik wisata ekowisata pesisir dengan persepsi

masyarakat. Melalui kajian literatur sebelumnya telah didapatkan aspek-aspek daya

tarik ekowisata dan elemen-elemen yang membentuk ekowisata. Dalam

pembahasan sub-bab ini akan dibagi menjadi dua bagian yaitu; Daya tarik alam

wisata pesisir berdasarkan ekowisata; Serta daya tarik buatan pesisir berdasarkan

ekowisata.
34

2.4.1. Daya Tarik Alam

Daya tarik alam adalah suatu pengembangan wisata yang lebih banyak di

fokuskan pada keindahaan dan keunikan yang tersedia di alam (Sunaryo, 2013).

Indonesia sangat memiliki sumber daya alam beserta ekosistemnya dapat berupa

keindahan alam dan keunikan flora dan fauna, kondisi lingkungan serta gejala alam

yang merupakan kekayaan alam yang dapat dimanfaatkan sebagai daya tarik dari

sebuah objek ekowisata. Selain itu, dalam instrumen pengembangan daya tarik alam

ekowisata nilai tentang alam merupakan penilaian pertama yang dapat berupa nilai

keindahan alam dan keunikan alam (Nafi, M., Supriyadi, B., & Roedjinandari, N.,

2017).

Berdasarkan latar belakang diatas, dalam pembahasan daya tarik alam

dalam sub-bab ini akan dibagi menjadi tiga bagian yaitu; Keindahan alam;

Kebersihan dan kenyamanan; Keunikan alam

2.4.1.1 Keindahan Alam

Dalam pengembangan ekowisata, destinasi wisata yang sangat diminati

oleh ecotour adalah daya tarik daerah yang alami (Fandeli, 2005). Sedangkan itu

ekowisata apabila dilihat sebagai produk merupakan suatu atraksi wisata yang

berbasis pada sumber daya alam (Helmut, 2006). Maka dari itu daya tarik utama

dari pengembangan keindahan alam ekowisata ini terletak pada lingkungan yang

alami dan asri. Tujuan wisatawan jelas pada ekowisata ini karena wisatawan ingin

mengalami langsung dan merasakan tentang kebenaran lingkungan yang alami

tersebut (Kaltenbom & Bjerke, 2002).


35

Suatu persepsi masyarakat terhadap kualitas daya tarik wisata sangat

berpengaruh dalam mengarahkan minat wisatawan untuk berkunjung

(Sopyandi, 2015), dimana semakin indah kualitas keindahan alam suatu lingkungan

wisata tentu akan menimbulkan gambaran yang indah dalam persepsi wisatawan

yang akan berkunjung. Maka dari itu, suatu persepsi dapat diartikan suatu metode

dalam menilai dan menandai suatu fenomena atau obejk suatu lingkungan, dimana

faktor kekuatan visual (image) merupakan faktor utama, semakin kuat faktor visual

maka akan semakinmudah dalam mengenal objek atau lingkungan itu untuk

dipahami (lynch, 1981). Selain itu, persepsi dapat diketahui melalui hubungan

pada suatu kejadian visual yang meliputi: tempat, warna, bentuk, dan ukuran,

dimana suatu objek dapat dirasakan menonjol karena sifatnya dan keberadaanya

yang menonjol diantara objek lainnya (Laurens, 2005). Tentu, dengan adanya

keindahan alam yang alami akan menjadi pembedah dan menjadi daya tarik

ekowisata dibanding dengan destinasi lainnya.

Kecerahan perairan merupakan syarat utama dalam kegiatan pariwisata

pesisir. Semakin cerah suatu perairan, maka semakin mudah wisatawan merasakan

keindahan dalam perairan yang dapat dinikmati (Yulius, 2018), sedangkan tentang

mutu air laut, nilai kecerahan air laut untuk kegiatan wisata ada pada > 6 (enam)

meter (Kepmen No 51, 2004). Tentu dengan perairan yang dangkal tentu dapat

dijadikan sebagai kegiatan rekresi renang. Kedalam yang baik untuk berenang ada

pada kedalam 0-5 meter. Lebar pantai juga sangat mempengaruhi terhadap aktivitas

yang dilakukan wisatawan. Semakin lebar pantai yang dimiliki suatu objek wisata

maka wisatawan akan merasakan nyaman dalam melakukan aktivitasnya

(Rahmawati, 2009). ada beberapa jenis tipe pantai pada umumnya terbagi menjadi
36

empat yaitu, pantai datar, landau, curam, dan terjal, pantai landau memliki

kemiringan <10°, landai 10–25° dan curam >25° (Yulianda, 2007).

Daerah yang alami merupakan daya tarik utama pada pengembangan

ekowisata. Oleh sebab itu, dalam pengembangan ekowisata pesisir dan laut harus

lebih dekat kepada aspek pelestarian. Dalam pengembangan ekowisata pesisir dan

laut sesungguhnya tidak menjual objek dan tujuan, akan tetapi yang dijual berupa

filosofi dan rasa (Tuwo, 2011). Rasa ini dapat menciptakan ketenangan,

ketentraman dengan keaslian alam dan lingkungan, seni budaya, dan kebiasan

hidup masyarakat pesisir sehingga menciptakan keseimbangan antara manusia dan

alam sekitarnya. Rasa tersebut tercipta dari adanya suatu keunikan atau indetitas

tempat yang menciptakan pengalaman yang tak terlupakan bagi wisatawan (Ginting

& Wahid, 2017).

Ekowisata merupakan jenis wisata yang paling murah, karena hanya

menjual rasa kepada wisatawan, rasa tersebut dapat dieskpresikan dengan senang

hati dengan berbagi rasa dengan orang lain (Tuwo, 2011). Dimana rasa tersebut

dapat berbentuk kepuasan terhadap lokasi wisata tersebut. Di dalam suatu persepsi,

kepuasan tersebut didapat dari hasil penilaian wisatawan terhadap produk wisata

yang ditawarkan dan disediakan, di mana persepsi wisatawan akan menggambarkan

kepuasan mereka (Tantrisna, 2006).dengan begitu produk yang ditawarkan harus

memiliki kekhasan atau berbeda dengan lainnya. Kekhasan itu sendiri merupakan

faktor yang menciptakan minat wisatawan untuk berkunjung kelokasi wista, salah

satu faktor yang mempengaruhi kekhasan suatu tempat yaitu dengan keunikan

destinasi itu sendiri. (Ginting, N., & Anggaly, 2021).


37

Dalam beberapa penelitian menunjukkan bahwa masyarakat lokal hanya

memperoleh sedikit keuntungan dari kegiatan wisata, sedangkan sebagian besar

keuntungan didapatkan oleh investor dan kaum elit (Ginting, 2016), maka dari itu

dengan keindahan alam yang dimilikinya seharusnya masyarakat dapat menerima

dampak secara ekonomi agar dapat taraf hidup yang lebih baik. Dimana Kondisi

sosial ekonomi masyarakat pesisir saat ini sangat didominasi oleh kegiatan yang

bergantung kepada laut penangkapan ikan, sedangkan kegiatan ekonomi lainnya

seperti wisata pesisir dan laut belum berkembang dengan baik (Indarti, I., &

Wardana, D. S. 2013).

Salah satu penyebab belum terkelolahnya potensi wisata di wilayah pesisir

dan laut belum maksimal dikarenakan tidak adanya sistem kelembagaan yang

mendukung dalam sektor pengembangannya (Budiharsono, 2001) Salah satu

masalah yang paling menonjol dalam pengelolahan wilayah pesisir adalah dengan

penguasaan lahan atau tanah pantai oleh seseorang,dimana pembangunan daerah

kawasan pesisir harus mampu mencegah timbulnya kecemburuan sosial di antara

penduduk dengan kesenjangan sosial (Tuwo, 2011), oleh sebab itu di perlukan

lembaga atau kelompok dalam mengelolah keindahan alam sebagai daya tarik

wisata agar tidak terjadi kesenjangan di antara masyarakat pesisir dan selalu

berpihak terhadap masyarakat pesisir. Pola pengelolahan sumber daya alam pesisir

dan laut harus menjaga kepentingan secara ekonomi dan pemanfaatan secara

generasi. (Diraputra, 2013), pembangunan diarahkan agar tidak menimbulkan

gangguan bersama dan untuk kepentingan generasi yang medatang, maka dari itu

diperlukan suatu kelembagaan.


38

Dalam proses pengelolahan lahan atau tempat wisata berdasarkan

ekowisata dapat terbagi dalam beberapa kriteria yaitu; Non-apporption, wisatawan

dapat menikmati bagian tertentu dari pantai sebagai tempat wisata dan sebagian

tempat lainnya sebagai kegiatan yang dapat menambah sumber pendapatan; Open

Access, dimana wisatawan dapat menikmati seluruh lingkungan pantai dimana

pembangunan fisik dalam bentuk apaun tidak boleh karena akan menghambat

akses wisatwan ke laut; Protection of local interest, dimana dapat memberikan

perlindungan hukum kepada masyarakat lokal sebab bagian-bagian dari pantai

tersebut telah digunakan sejak dahulu kala oleh masyarakat secara turun-temurun

(Tuwo, 2011). Adapun keterkaitan antara keindahan alam ekowisata dengan

persepsi masyarakat dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2.8

Tabel 2.8 Keterkaitan antara keindahan alam dan ekowisata

No Daya Tarik Ekowisata Keterangan


Alam
1 Keindahan a. Partisipasi a. Kondisi lingkungan alam yang alami
Alam Masyarakat dan asri
b. Konservasi b. Memberikan rasa pengalaman yang
Lingkungan bernilai bagi wisatawan
c. Masyarakat menerima dampak
ekonomi
d. Pengelolahan lahan pantai mayoritas
dilakukan oleh masyarakat lokal
e. Pengelolahan diarahkan terhadap
kelestarian lingkungan.
f. Adanya lembaga atau kelompok
masyarakat yang mendukung sektor
pariwisata
g. Adanya perangkat kebijakan dalam
menata kegiatan pariwisata
39

2.4.1.2 Kebersihan Dan Kenyamanan

Dalam pengelolahan pariwisata pasti akan mendatangkan dampak positif

berupa kegiatan ekonomi dan dampak negatif. Adapun Dampak negatif yang

diakibatkan oleh wisatawan akan selalu terjadi dan tidak dihilangkan, akan tetapi

hanya bisa diminimilasi, Adapun dampak tersebut selalu berhubungan dengan

pariwisata seperti polusi akibat limbah padat, polusi akibat pembuangan kotoran,

polusi akibat endapan hasil pembangunan penginapan yang tentu dapat

mempengaruhi kondisi laut dan wisata pesisr pada akhirnya (Yulius, 2018; Yoeti

2008). Dengan begitu Kualitas kebersihan tentu sangat penting dalam menciptakan

suasana yang nyaman sehingga dapat dinikmati oleh wisatawan. Kualitas

kebersihan merupakan suatu kondisi yang nyaman bagi wisatawan tentu dapat

diciptakan oleh pengelola itu sendiri (Violinaa, 2016). Selain dari pengelola wisata

tentu baik masyarakat, wisatawan harus turut andil dalam menjaga kualitas

kebersihan pada lokasi wisata. Didalam kriteria pemilihan daya tarik ekowisata

berbentuk pantai ada beberapa yang berpengaruh terhadap kriteria kebersihan dan

kenyamanan daya tarik alam berbentuk pantai pada lokasi wisata

diantaranyaaTentu pencemaran daerah pesisir dapat disebabkan oleh daerah

pertanian, permukiman, industri, tambang, limbah dari daerah tersebut masuk ke

perairan pesisir dan laut melalui aliran sungai (Tuwo, 2011). Tentu pengaruh

kondisi kualitas air sungai sangat berpengaruh terhadap kriteria kebersihan dan

kenyamanan merupakan daya tarik alam berbentuk pantai.

Sedangkan dalam kriteria kenyamanan pada daya tarik alam berbentuk

pantai pada lokasi wisata harus; Tidak ada sampah (bebas bau); Tidak adanya coret-

coretan (vandal); Bebas dari kebisingan; Tidak adanya gangguan binatang; Serta
40

tidak adanya gangguan manusia (Dirjen PHKA, 2003). Pengelolaan sampah yang

tidak baik tentunya dapat menyebabkan pencemaran lingkungan, menimbulkan bau

busuk yang tidak sedap, menimbulkan penyebaran penyakit, dan menyebabkan

menurunnya nilai estetika atau nilai keindahan terhadap suatu lokasi wisata. Selain

itu, kemampuan bahasa, keramahan, kesiapan, dan kesanggupan pengelola maupun

masyrakat dalam mengarahkan wisatawan merupakan salah satu faktor

kenyamanan bagi wisatawan yang berkunjung ke lokasi wisata tersebut (Haris Dkk,

2017).

Dalam suatu kegiatan pariwisata suatu persepsi wisatawan terhadap nilai

kualitas daya tarik sangat menentukan pilihan wisatawan untuk berkunjung ke

lokasi wisata (Sopyan, 2015), dalam artian persepsi merupakan suatu penilaian

dalam pemahaman bagaimana seseorang dalam melihat dan menafsirkan suatu

objek ataupun fenomena (Sobur, 2003). Tentu, kenyamanan wisatawan sangat

berpengaruh terhadap jumlah wisatawan yang berkunjung, dimana pada suatu

lokasi wisata dalam kunjungannya suatu wisatawan sangat memiliki motif yang

berbeda untuk mendapatkan suasana baru yang dapat menciptakan perasaan tenang

dan nyaman (Witarsana, 2017). dengan begitu suatu pengalaman wisatawan dapat

dijadikan suatu standart atau acuan dalam menilai suatu destinasi wisata, dan

membentuk citra total dari suatu destinasi tersebut (Gatner, 1993). Dimana, kualitas

kebersihan suatu lingkungan sangat berpengaruh terhadap kondisi kenyamanan

bagi wisatawan (Violinaa, 2016). Keterkaitan antara keindahan alam dengan

ekowisata dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2.9


41

Tabel 2.9 Keterkaitan antara kebersihan, kenyamanan dan ekowisata

No Daya Tarik Ekowisata Keterangan


Alam
1 Kebersihan a. Partisipasi a. Tidak ditemukan sampah, bebas bau,
Dan Masyarakat kebisingan dan gangguan binatang
kenyamanan b. Konservasi pada lokasi wisata
Lingkungan b. Lokasi wisata terbebas dari pengaruh
pelabuhan, permukiman, pabrik, dan
sumber pencemaran lingkungan
c. Pelayanan yang baik pada
lokasi wisata
d. Jenis kegiatan pengelolahan
sampah pada lokasi wisata
e. Partisipasi masyarakat
dalam pengelolahan sampah
f. Dapat meningkatkan kesadaran
wisatawan pentingnya menjaga
lingkungan

2.4.1.3 keunikan Alam

Pada kawasan pesisir terdapat suatu ekosistem yang saling terkait, dan

merupakan suatu ekosistem yang unik diantara lainnya yaitu, ekosistem terumbu

karang, mangrove, estuaria, padang lamun, keempat ekosistem tersebut memiliki

kenaekaragaman hayati dan tentu dapat memberi manfaat ekologi dan ekonomi

yang besar (Tuwo, 2011). Tentu dengan keunikan alam tersebut akan menjadi daya

tarik tersendiri bagi wisatawan yang mengunjuginya. Suatu ekosistem apabila

tidak di eksploitasi dan di perdayakan secara ekonomi tentu akan kurang

menguntungkan dikarena akan terjadi kehilanagan energi, yaitu, kematian

organisme secara alami (Tuwo, 2011). Tentu dengan begitu suatu ekosistem dapat

di ambil keuntungan di dalamnya akan tetapi tetap memperhatikan faktor-faktor di

dalamnya agar tidak merusak alam.


42

Sebagian besar penduduk pesisir, dengan alasan untuk bertahan hidup,

terbiasa melakukan pemanfaatan sumber daya pesisir dan laut dengan cara yang

bertentangan dengan kelestarian lingkungan (Tuwo, 2011). Maka dari itu dalam

pengelolahan pesisir dan sumber daya alamnya harus memerlukan suatu

pengendalian yang baik (Tuwo, 2011), dengan pengendalian yang baik tentu akan

dapat menjaga kelestraian alam dan dapat mewarisinya untuk kepentingan bersama

terhadap generasi yang mendatang.

Banyak kegiatan pemanfaatan cenderung bersifat oleh kepentingan

ekonomi saja. Maka dari itu pengembangan wilayah pesisir harus mampu

mengoptimalkan dua kepentingan yang berbeda, yaitu kepentingan mendapat

manfaat ekonomi dari sumber daya pesisir untuk meningkatkan kesejahreraan

masyarakat pesisir serta dapat menjaga pemanfaatan sumber daya alam pesisir dan

laut yang dilakukan dengan secara rasioanl agar menghindari kerusakan alam dan

kepunahan jenis.(Diraputra, 2003). Oleh sebab itu, dengan adanya kegiatan

ekowisata dapat meningkatkan kemampuan sumber daya manusia melalui

pelatihan yag berkaitan dengan pengelolahan dan teknik yang baik dalam

mengelola sumber daya alam (Tuwo, 2011).

Suatu pengelolahan sumber daya hayati pada daerah pesisir adalah suatu

kegiatan perlindungan terhadap hutan mangrove yang mana fungsinya sangat

penting dalam menjaga ekosistem pantai, hal ini tertera dalam Keputusan Presiden

Nomor 32 tahun 1990 tentang pengelolahan Kawasan Lindung, serta pegelolahan

khususnya ikan, yang terdapat dalam Undang-undang nomor 9 tahun 1985 tentang

Perikanan. Dan pengelolahan sumber daya Terumbu karang yang mana telah

dilindungi menurut Undang-undang nomor 5 tahun 1190 tentang Perlindungan


43

Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistem. Dalam kegiatan ekowisata pemanfaatan

sumber daya alam terhadap kriteria ekoligis terdiri atas, adanya keankeragaman

yang mencakup flora dan fauna, adanya keunikan, perlindungan terhadap biota

yang berbahaya, karakteristik kawaan yang mencakup kuaitas air, kedalaman,

kecepatan arus dan lainya, konservasi, serta keaslian (Tuwo, 2011) . Dalam suatu

kegiatan pariwisata dengan adanya keunikan alam tentu menjadi nilai tersendiri

bagi wisatawan yang berkunjung. Selain itu, dalam suatu proses persepsi dapat

diketahui melalui dengan adanya hubungan pada suatu kejadian yang meliputi :

tempat, warna, bentuk, dan ukuran (laurens, 2005). Dengan begitu, dengan adanya

keunikan alam pada suatu lokasi wisata akan menjadi suatu daya tarik yang

potensi dibanding lokasi wisata lainnya. Dengan begitu, seorang manusia sebagai

seorang pengamat selalu melakukan penilaian pada sekitar objek maupun feomena

di sekitarnya. Keterkaitan antara Keunikan Alam ekowisata dengan persepsi dalam

penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2.10

Tabel 2.10 Keterkaitan antara keunikan alam dan ekowisata

No Daya Tarik Ekowisata Keterangan


Alam
1 Keunikan a. Partisipasi a. Adanya keunikan alam pada lokasi
Alam Masyarakat b. Adanya Keanekaragaman ekosistem
b. Konservasi pada lokasi
Lingkungan c. Adanya Keanekaragaman flora dan
fauna pada lokasi
d. Dapat memberikan manfaat ekonomi
dari keunikan alam dan ekosistem
pesisir
e. Adanya kegiatan perlindungan
terhadap ekosistem pesisir
f. Kegiatan pengelolahan yang baik
terhadap sumber daya alam
44

Adapun kesimpulan dari daya tarik alam ekowisata berbasiskan persepsi

dapat dilihat pada tabel 2.11

Tabel 2.11 Keterkaitan antara Daya Tarik alam dan ekowisata

No Daya Tarik Ekowisata Keterangan


Alam
1 Keindahan a. Partisipasi a. Kondisi lingkungan alam yang alami
Alam Masyarakat dan asri
b. Konservasi b. Memberikan rasa pengalaman yang
Lingkungan bernilai bagi wisatawan
c. Masyarakat menerima dampak
ekonomi
d. Pengelolahan lahan pantai mayoritas
dilakukan oleh masyarakat lokal
e. Pengelolahan diarahkan terhadap
kelestarian lingkungan.
f. Adanya lembaga atau kelompok
masyarakat yang mendukung sektor
pariwisata
g. Adanya perangkat kebijakan dalam
menata kegiatan pariwisata
2 Kebersihan a. Partisipasi a. Tidak ditemukan sampah, bebas bau,
Dan Masyarakat kebisingan dan gangguan binatang
kenyamanan b. Konservasi pada lokasi wisata
Lingkungan b. Lokasi wisata terbebas dari pengaruh
pelabuhan, permukiman, pabrik, dan
sumber pencemaran lingkungan
c. Pelayanan yang baik pada lokasi wisata
d. Jenis kegiatan pengelolahan
sampah pada lokasi wisata
e. Partisipasi masyarakat
dalam pengelolahan sampah
f. Dapat meningkatkan kesadaran
wisatawan pentingnya
menjaga lingkungan
45

Tabel 2.11 Keterkaitan antara Daya Tarik alam dan ekowisata (Lanjutan)

No Daya Tarik Ekowisata Keterangan


Alam

3 Keunikan a. Partisipasi a. Adanya keunikan alam pada lokasi


Alam Masyarakat b. Adanya Keanekaragaman ekosistem
b. Konservasi pada lokasi
Lingkungan c. Adanya Keanekaragaman flora dan
fauna pada lokasi
d. Dapat memberikan manfaat ekonomi
dari keunikan alam dan ekosistem
pesisir
e. Adanya kegiatan perlindungan
terhadap ekosistem pesisir
f. Kegiatan pengelolahan yang baik
terhadap sumber daya alam

2.4.2 Daya Tarik Buatan

Daya tarik buatan adalah suatu pengembangan wisata dengan hasil buatan

dan binaan manusia meliputi bangunan, dan infrastrukur pariwisata sehingga dapat

menarik minat wisatawan untuk berkunjung (Middleton, 2001). Suatu objek wisata

dapat meningkatkan daya tarik wisatanya dengan cara dapat mempromosikan

potensi dari wilayahnya secara efektik, serta dapat bertanggung jawab dan

melindungi lingkungan alam sekitarnya, serta dapat memberikan manfaat ekonomi

terhadap masyarakat dan mempertahankan budaya masyarakat sekitar (Ginting, N.,

& Triska, E. 2020). Suatu pengembangan wisata yang baik adalah dapat membuka

peluang ekonomi dengan meningkatkan lapangan pekerjaan pada partisipasi

masyarakat dengan mengunakan sumber daya lokal seperti menjadi pengusaha,

menciptakan pasar untuk produk lokal, transportasi, akomodasi, serta pemandu jasa

(Ginting, N., & Siregar, C. R. 2020). Berdasarkan latar belakang diatas, dalam

pembahasan daya tarik buatan dalam sub-bab ini akan dibagi menjadi tiga bagian

yaitu; Aktivitas wisata; Keunikan masyarakat; Fasilitas wisata


46

2.4.2.1. Aktivitas Wisata

Dalam pengembangan ekowisata, banyak hal yang dapat dilakukan dalam

pengembangan kegiatan ekowisata pesisir. Seperti pada bentang laut dapat

dilakukan kegiatan berenang, memancing, menyelam,berlayar, sedangkan pada

bentang darat pantai dapat dilakukan kegiatan seperti rekreasi, olahraga, berkemah,

berjemur, sekedar melihat pemandangan, dan relaksasi diri (Yulius, 2018).

Suatu manusia memiliki kemampuan dalam memahami suatu ruang dalam

memenuhi keinginanya, dalam memahami ruang tersebut sangat bergantung

hubungan antara manusia dengan lingkungannya, dan pengaruh dari ruang tersebut

terhadap sikap dan tingkah manusiat tersebut (Hall, 1996). Tentu dalam memahami

suatu lingkungan sangat bergantung terhadap interaksi manusia dan lingkungan

tersebut yang akan menghasilkan suatu persepsi lingkungan. Persepsi lingkungan

adalah pemahaman dan penilaian seorang manusia yang didasarkan oleh latar

belakang, fikiran dan pengalaman individu terhadap lingkungan tersebut (Setiawan,

2010). Tentu dengan adanya suatu aktivitas wisata pada suatu destinasi akan

menghasilkan suatu pengalaman yang akan meninggalkan persepsi positif yang

akan berdampak terhadap jumlah pengunjung dan daya tarik wisata pada destinasi

tersebut. Peran Pengalaman dalam suatu persepsi sangat erat hubungannya antara

manusia dengan lingkungan binaanya (Lang, 1987).

Dalam perencanaan suatu kawasan ekowisata ada beberapa hal yang perlu

di perhatikan untuk kelangsungan pertumbuhan kawasan ekowisata diantara

lainnya, jumlah wisatawan, karakteristik dan keinginan wisatawan untuk

berwisata, tipe atau aktivitas ekowisata yang ditawarkan pada lokasi wisata,

struktur masyarakat di lokasi, kondisi lingkungan sekitar lokasi, kemampuan


47

masyarakat untuk beradaptasi dengan suatu pariwisata (Tuwo, 2011). Dimana

jumlah wisatawan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap daya

dukung lingkungan wisata. Dalam pengertiannya daya dukung wisata adalah

kapasitas jumlah wisatwasan dalam suatu lokasi wisata dalam menyentuh batas

atau melampaui batas lokasi wisata tersebut sehingga tidak mengubah keadaan fisik

serta dapat menurunkan kualitas lingkungan diakibtakan oleh aktivitas pariwisata

(Hakim, 2004) mengingat pengembangan ekowisata tidak bersifat mass tourism

dan ruang untuk pengunjung terbatas, maka perlu dilakukan perhitungan daya

dukung kawasan. Daya dukung kawasan ini menurut konsep yang dikembangkan

Yulianda (2007)

Didalam aktivitas wisata tentu perlu adanya pengelolahan zonasi peisisir.

Pengelolahan zonasi pesisir bertujuan untuk memperbaiki ekosistem yang sudah

rusak, pada prinsipnya strategi pemulihan dapat dilakukan dengan pembagian

zonasi pesisir yang dapat berupa zona pengangkapan ikan, zona konvervasi maupun

zona lainnya yang sesuai dengan kebutuhan dan pemanfaatn zona tersebut

(Kepmeneg LH no 04 Tahun 2001 tentang kriteria baku)

Dengan adanya pengelolahan zonasi terhadap aktivitas wisata tentu batas-

batas pengelolahan perlu di tentukan, karena tidak sedikit konflik yang terjadi di

daerah pesisir di sebabkan oleh kurang jelasnya batas wilayah dari suatu

pengelolahan di wilayah pesisir (Tuwo, 2011). Kosep ekowisata pesisir tentu

sangat menghargai potensi sumberdaya lokal dan mecegah terjadinya perubahan

seperti dalam kepemilikan tanah, tatan sosial, serta budaya dalam masyarakat

lokal, dikarenakan masyarakat disini berperan sebagai pelaku dan juga sebagai

penerima (Yulius, 2018). Adapun keterkaitan antara aktivitas ekowisata terhadap


48

persepsi dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2.12

Tabel 2.12 Keterkaitan antara aktivitas wisata dan ekowisata

No Daya Tarik Ekowisata Keterangan


Buatan
1 Aktivitas a. Partisipasi a. Jumlah wisatawan
Ekowisata Masyarakat b. Karakteristik wisatawan
b. Konservasi c. Jenis aktivitas wisata yang di tawarkan
Lingkungan d. Pengelolahan zonasi terhadap aktivitas
wisata
e. Pengelolahan aktivitas wisata
mayoritas dilakukan oleh masyarakat
lokal

2.4.2.2. Keunikan Masyarakat

Bangsa kita memiliki keindahan alam, kekayaan budaya nan beragam, serta

penduduk yang watak dan moralitasnya mendukung kenyamanan wisatawan

berkunjung (Yulius, 2018). Seperti pada masyarakat pesisir yang merupakan suatu

kelompok masyarakat yang memiliki tingkah laku kehidupan yang khas, yang

berkesinambungan sebagai adat istiadat (Tuwo, 2011). Tentu dengan keunikan

tersebut dapat dijadikan daya tarik wisata pesisir sebagai keanekaragam aktivitas,

akan tetapi tetap harus diperhatian dengan adanya pariwisata dikemudian hari

keunikan tersebut akan berdampak terhadap lunturnya keunikan tersebut.

Keterlibatan masyarakat merupakan salah satu unsur dari ekowisata. Peran

masyarakat dapat dilakukan secara aktif dan pasif (Yulius, 2018).

Dengan adanya kegiatan pariwisata tentu akan sangat berpengaruh terhadap

struktur sosial dan aspek budaya dari masyarakat sekitar, di karenakan adanya

pertemuan budaya antara wisatawan dan masyarakat lokal yang kemudian

menghasilkan suatu “perkawinan budaya”, dimana kondisi dampak yang lebih


49

parah dapat terjadinya penjajahan budaya, dimana budaya pendatang lebih dominan

dan masyarakat mulai melupakan budayanya (Tuwo, 2011). Tentu seharusnya

dengan kegiatan pariwisata masyarakat seharusnya dapat mendapatkan dampak

positif dengan memperkenalkan budaya yang ada di masyarakat, dan masyarakat

mendapatkan keuntungan ekonomi dari budayanya tersebut. Dengan kegiatan

ekowisata seharusnya dapat membina masyarakat untuk dapat melakukan kegiatan

alternatif sebagai sumber pendapatan lainnya seperti budidaya, pemandu wisata,

usaha kerajinan tangan yang akan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat

lokal. (Kepmeneg LH no 04 Tahun 2001 tentang kriteria baku).

Pada kegiatan pariwisata suatu persepsi akan berpengaruh terhadap citra

dari destinasi, dimana persepsi tersebut dapat sebagai promosi dan sebagai suatu

media informasi bagi wisatawan baru yang ingin mengunjunginya (Suwena, 2017).

Tentu, dengan adanya dan ditonjolkan suatu keunikan masyarakat dapat menjadi

media informasi dan promosi sehingga dapat menjadi daya tarik wisata. Dimana

sutau objek semakin menerima persepsi yang baik dari suatu individu, maka akan

dapat menarik wisatawan untuk berkunjung ke destinasi tersebut (Anggela, 2017).

Adapun keterkaitan antara aktivitas Ekowisata dengan persepsi dalam penelitian ini

dapat dilihat pada Tabel 2.13


50

Tabel 2.13 Keterkaitan antara Keunikan masyarakat dan ekowisata

No Daya Tarik Ekowisata Keterangan


Buatan
1 Keunikan a. Partisipasi a. Terdapat keunikan budaya
Masyarakat Masyarakat b. Dapat mengenalkan budaya terhadap
b. Konservasi wisatawan
Lingkungan c. Keunikan masyarakat dilibatkan dalam
kegiatan atraksi wisata
d. Dapat menjaga dan melestarikan
keunikan yang ada pada masyarakat

2.4.2.3. Fasilitas Wisata

Salah satu faktor keberhasilan suatu destinasi wisata adalah dengan

fasilitas yang baik, dimana kepuasan wisatawan tidak hanya berdasaekan daya tarik

yang ditawarkan, akan tetapi juga dari fasilitas yang di tawarkan (Ginting, N., &

Sasmita, A. 2018)

Ada tiga macam sarana falilitas di dalam pengembangkan ekowisata yaitu;

Sarana utama, merupakan usaha kegiatan yang memberikan pelayanan pokok atau

utama bagi wisatan berupa pelayanan yang mempersiapakan dan merencanakan

wisata seperti biro perjalan wisata, dan pelayanan yang memberikan pelayan di

lokasi wisata seperti hotel dan restaurant; Sarana pelengkap, yaitu fasilitas

pelayanan yang melengkapi sarana utama sehingga wisatawan dapat lebih tinggal

lebih lama di lokasi ekowisata tersebut; Sarana penunjang, merupakan layanan

fasilitas yang di perlukan wisatawan dapat berupa toko souvenir, adapun kriteria

penunjang kelayakan ekowisata dapat mecakup aksesbilitas, kondisi infrastruktur

air bersih, infrastruktur listrik, dan kelembagan. ( Ginting, N., & Sasmita, A. 2018,
51

Tuwo, 2011). Selain itu, pada kegiatan ekowisata pesisir, ketersediaan air bersih

berupa air tawar sangat diperlukan untuk menunjang kegiatan aktivitas wisata

berupa layanan dan fasilitas kegiatan. Tentu dengan adanya air bersih merupakan

prioritas dalam kriteria pengembagan kelayakan ekowisata pantai (Handayawati,

2010). Maka dari itu, aspek fasilitas berupa sarana dan prasarana merupakan faktor

yang penting di dalam pengembangan ekowisata yaitu, sebagai alat yang memenuhi

kebutuhan ekowisata, aktivitas wisatwan, dan sebagai pengendalian untuk

memelihara kelestarian lingkungan.

Salah satu partisipasi masyarakat terhadap pengembangan destinasi wisata

dengan upaya pelestarian sumber daya alam di sekitar lokasi yang berdampak

positif terhadap perekenomian dapat dilakukan seperti, usaha yang dibangun oleh

masayarakat diantaranya penginapan, warung makanan, toko souvenir, serta

layanan berupa, jasa pemandu, fotografi, menjadi pemilik pengelolahan atraksi,

maupun lahan wisata (Yulius, 2018). Dalam suatu kegiatan pariwisata seharusnya

mengetahui apa yang diinginkan oleh wisatawan (zebua, 2016). Dimana, untuk

mengetahui apa yang diinginkan oleh wisatawan dapat dilakukan dengan suatu

metode persepsi. Maka dari itu, persepsi merupakan suatu pemahaman atau

penilaian wisatawan terhadap produk atau atribut-atribut yang ditawarkan sehingga

besar harapan dari persepsi tersebut akan menggambarkan kepuasan mereka

(Tantrisna, 2006). Salah satu faktor utama dalam atribut pariwisata adalah dengan

adanya fasilitas. Dimana fasilitas merupakan suatu alat untuk memenuhi kebutuhan

wisatawan (Ginting, N., & Sasmita, A. 2018). Adapuun Keterkaitan antara fasilitas

ekowisata berdasarkan persepsi dapat dilihat pada Tabel 2.1


52

Tabel 2.15 Keterkaitan antara Fasilitas ekowisata

No Daya Tarik Ekowisata Keterangan


Buatan
1 Fasilitas a. Partisipasi a. Kondisi jalan dan jarak waktu tempuh
Masyarakat b. Kelengkapan sarana dan
b. Konservasi prasarana wisata
Lingkungan c. Tersedianya air bersih
d. Dapat mendorong berkembangnya
usaha perdagangan dan jasa bagi
masyarakat sekitar sebagai pendukung
aktivitas wisata pesisir
e. Dengan adanya fasilitas perlu adanya
komunitas dalam meningkatkan
pendapatan masyarakat melalui
aktivitas seperti ukm, koperasi, dll

Adapun kesimpulan dari daya tarik buatan berbasiskan ekowisata dapat

dilihat pada tabel 2.16

Tabel 2.16 Keterkaitan antara daya tarik buatan ekowisata

No Daya Tarik Buatan Keterangan


Ekowisata
1 Aktivitas a. Partisipasi a. Jumlah, dan karakteristik wisatawan
Wisata Masyarakat b. Jenis aktivitas wisata yang di tawarkan
b. Konservasi c. Pengelolahan zonasi terhadap aktivitas
Lingkungan wisata
d. Pengelolahan aktivitas wisata
mayoritas dilakukan oleh masyarakat
lokal
53

Tabel 2.16 Keterkaitan antara daya tarik buatan ekowisata (Lanjutan)

No Daya Tarik Buatan Keterangan


Ekowisata
2 Keunikan a. Partisipasi a. Terdapat keunikan budaya masyarakat
Masyarakat Masyarakat b. Dapat mengenalkan budaya terhadap
b. Konservasi wisatawan
Lingkunga c. Keunikan masyarakat dilibatkan dalam
n kegiatan atraksi wisata
d. Dapat menjaga dan melestarikan
keunikan yang ada pada masyarakat
3 Fasilitas c. Kondisi jalan dan jarak waktu tempuh
a. Partisipasi
d. Kelengkapan sarana dan
Masyarakat
prasarana wisata
b. Konservasi
e. Tersedianya air bersih
Lingkungan
f. Dapat mendorong berkembangnya
usaha perdagangan dan jasa bagi
masyarakat sekitar sebagai
pendukung aktivitas wisata pesisir
g. Adanya komunitas atau kelompok
masyarakat dalam meningkatkan
pendapatan masyarakat melalui
aktivitas seperti ukm, koperasi, dll

2.5 kesimpulan

Pada sub-bab ini peneliti akan melakukan kajian literatur yang mengaitkan

antara landasan teori pengembangan potensi daya tarik ekowisata pesisir dan konsep

persepsi. Melalui kajian literatur sebelumnya telah didapatkan aspek-aspek yang

berpengaruh terhadap daya tarik ekowisata pesisir dan elemen-elemen yang


54

membentuk persepsi. Dari pembahasan di atas. maka hubungan masing-masing

variable dapat digambarkan pada Gambar 2.1

Daya Tarik Ekowisata Pesisir


Berbasis Persepsi Di Pasaman Barat

Daya Tarik Pesisir Ekowisata Persepsi Masyarakat

a. Daya Tarik Alam a. Partisipasi Masyarakat


b. Daya TarikBuatan b. Konservasi Lingkungan

Daya Tarik Alam Daya Tarik Buatan a.Penilaian Masyarakat


Ekowisata Ekowisata b. Pengalaman Masyarakat

a. Keindahan Alam a. Aktivitas Wisata


b. Kebersihan Dan b. Keunikan
Kenyamanan Masyarakat
c. Keunikan Alam c. Fasilitas wisata

Teori Daya Tarik Ekowisata Pesisir Berbasis Persepsi

Analisa Daya Tarik Ekowisata Pesisir


Berbasis Persepsi Di Pasaman Barat

Gambar 2.1 Kerangka Teori


55

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah penelitian

campuran (Mixed methods), dalam penelitian ini peneliti ingin menganalisa dan

mengidentifikasi daya tarik wisata ekowisata pada kawasan pesisir Kabupaten

Pasaman Barat. Dalam penelitian ini peneliti melakukan pendekatan campuran

untuk menjawab permasalahan yang akan di kaji.

Selain itu penelitian campuran ini untuk mempermudah peneliti dalam

mengumpulkan dan mengolah data. Adapun dalam menjelaskan daya tarik

wisata pada lokasi wisata peneliti menggunakan metode kualitatif. Metode

penelitian kualitatif adalah suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang- orang dan perilaku

yang dapat di amati (Moeloeng, 2002). Metode penelitian kualitatif dalam

penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan daya tarik wisata pesisir berbasis

ekowisata, terhadap apa yang terjadi pada observasi yang dilakukan pada

penelitian ini. Dengan menggunakan metode kualitatif bertujuan untuk

memperlihatkan akan suatu fenomena yang ada dan mengidentifikasi berbagai

masalah yang ada pada lokasi penelitian.

Sedangkan Sedangkan metode kuantitatif dalam penelitian ini bertujuan

untuk mendapatkan tingkat ekowisata dengan melakukan pengumpulan data hasil

dari penyebaran kuisioner secara langsung maupun daring untuk mempermudah

peneliti dalam pengumpulan data, oleh karena itu penelitian yang dilakukan

pada penelitian ini menggunakan penelitian campuran (Mixed Method)

Universitas Sumatera Utara


55
56

3.2 Variabel dan Indikator Penelitian

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang

hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009), serta variabel

merupakan sesuatu yang dipakai sebagai ciri, sifat, maupun sifat yang

didapatkan dari penelitian tentang konsep pengetian tertentu. Contoh,

Pendidikan, umur, gen, pekerjaan, pengetahuan, dan lain sebagainya

(Notoatmojo, 2002).

Dalam menentukan variabel, peneliti terlebih dahulu sudah melakukan

kajian literatur terkait daya tarik ekowisata berbasiskan persepsi, berdasaran

kajian literatur yang telah dilakukan terdapat dua variabel pada daya Tarik

wisata yaitu; Daya tarik ekowisata alam, dan daya tarik ekowisata buatan.

Sedangkan variabel persepsi digunakan untuk menilai tingkat penilaian

masyarakat, dan pemahaman masyarakat tentang penerapan daya tarik ekowisata

pesisir. Kedua variabel tersebut dihubungkan sehingga menghasilkan indikator

maupun variabel daya tarik ekowisata pesisir berdasarkan persepsi (Gambar 2.1).

Adapaun indikator penilaian yang digunakan peneliti ini merupakan

kesimpulan dari indikator yang didapat melalui kajian literatur tentang daya tarik

wisata pesisir dan ekowisata. Variabel dan indikator yang digunakan pada

penelitian ini dapat diihat pada Tabel 3.1

Universitas Sumatera Utara


57

Adapaun indikator penilaian yang digunakan peneliti ini merupakan

kesimpulan dari indikator yang didapat melalui kajian literatur tentang daya tarik

ekowisata pesisir dan persepsi masyarakat. Variabel dan indikator yang

digunakan pada penelitian ini dapat diihat pada Tabel 3.1

Tabel 3.1 Variabel Daya Tarik Wisata Pesisir

No Variabel Indikator Parameter

1 Daya Keindahan a. Penilaian c. Kondisi lingkungan


Tarik Alam Masyarakat alam yang alami dan
Alam b. Pemahaman asri
Masyarakat d. Memberikan rasa
pengalaman yang
bernilai bagi
wisatawan
e. Masyarakat
menerima dampak
ekonomi
f. Pengelolahan lahan
pantai mayoritas
dilakukan oleh
masyarakat lokal
g. Pengelolahan
diarahkan terhadap
kelestarian
lingkungan.
h. Adanya lembaga atau
kelompok masyarakat
yang mendukung
sektor pariwisata
i. Adanya perangkat
kebijakan dalam
menata kegiatan
pariwisata
j. Kriteria Jenis
pengelolahan lahan
wisata

Universitas Sumatera Utara


58

Tabel 3.1 Variabel Daya Tarik Wisata Pesisir (Lanjutan)

No Variabel Indikator Parameter

Kebersihan a. Penilaian d. Tidak ditemukan


Dan Masyarakat sampah, bebas bau,
Kenyamanan b. Pemahaman kebisingan dan
c. Masyarakat gangguan binatang
pada lokasi wisata
e. Lokasi wisata terbebas
dari pengaruh
pelabuhan,
permukiman, pabrik,
dan sumber
pencemaran
lingkungan
f. Pelayanan yang baik
pada lokasi wisata
g. Jenis kegiatan
pengelolahan sampah
pada lokasi wisata
h. Partisipasi masyarakat
dalam pengelolahan
sampah
i. Dapat meningkatkan
kesadaran wisatawan
pentingnya menjaga
lingkungan

Keunikan a. Penilaian d. Adanya keunikan


Alam Masyarakat alam pada lokasi
b. Pemahaman e. Adanya
c. Masyarakat Keanekaragaman
ekosistem pada lokasi
f. Adanya
Keanekaragaman flora
dan fauna pada lokasi
g. Dapat memberikan
manfaat ekonomi dari
keunikan alam dan
ekosistem pesisir
h. Adanya kegiatan
perlindungan terhadap
ekosistem pesisir
i. Kegiatan
pengelolahan yang
baik terhadap sumber
daya alam

Universitas Sumatera Utara


59

Tabel 3.1 Variabel Daya Tarik Wisata Pesisir (Lanjutan)

No Variabel Indikator Parameter

2 Daya Aktivitas a. Penilaian a. Jumlah wisatawan


Tarik Wisata Masyarakat b. Karakteristik
Buatan b. Pemahaman wisatawan
c. Masyarakat c. Jenis aktivitas wisata
yang di tawarkan
d. Pengelolahan zonasi
terhadap aktivitas
wisata
e. Pengelolahan aktivitas
wisata mayoritas
dilakukan oleh
masyarakat lokal
Keunikan a. Penilaian a. Terdapat keunikan
Masyarakat Masyarakat budaya masyarakat
b. Pemahaman b. Dapat mengenalkan
c. Masyarakat budaya terhdapa
wisatawan
c. Keunikan masyarakat
dilibatkan dalam
kegiatan atraksi
wisata
d. Dapat menjaga dan
melestarikan
keunikan yang ada
pada masyarakat

d. Penilaian e. Kondisi jalan dan


Fasilitas jarak waktu tempuh
Wisata Masyarakat
e. Pemahaman f. Kelengkapan sarana
f. Masyarakat dan prasarana wisata
g. Tersedianya air bersih
h. Dapat mendorong
berkembangnya usaha
perdagangan dan jasa
bagi masyarakat
sekitar sebagai
pendukung aktivitas
wisata pesisir
i. Adanya komunitas
dalam meningkatkan
pendapatan
masyarakat melalui
aktivitas seperti ukm,
koperasi, dll

Universitas Sumatera Utara


60

3.3 Populasi Dan Sampel

populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010). Sedangkan

sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi

tersebut (Sugiyono, 2010). Dalam penentuan dalam pengambilan sampl

akan digunakan rumus Yamane, yaitu

n= N …………………………..…………………..(3.1)
N x d2 + 1

Keterangan
n = Jumlah Sampel
N = Jumlah Populasi
D = level signifikansi yang diinginkan, nilai yang diambil sebesar 10 %
sehingga menunjukkan bahwa tingkat kepercayaan penelitian sebesar
90 %

Sebelum menentukan jumlah sampel penduduk, maka perlu diketahui

terlebih dahulu jumlah penduduk yang berada di Kabupaten Pasaman Barat,

jumah Penduduk yang ada dikabupaten pasaman Barat mencapai 427.295

jiwa (Bps, 2018). Berdasarkan data diatas, maka jumlah sampel yang akan

diambil adalah sebesar :

…………(3.2)

Sampel yang akan diambil dalam penelitian ini berjumlah 100 respoden

masyarakat yang terbagi menjadi 50 respoden untuk masyarakat lokal, dan 50

respoden untuk pengunjung objek wisata. adapun aspek yang mempengaruhi

pembagian respoden menjadi masyarakat lokal dan wisatawan agar diperoleh

Universitas Sumatera Utara


61

hasil secara subjeytif dan objektif. Dimana, dalam suatu kegiatan pariwisata

terdapat suatu pelaku wisata, pelaku pariwisata adalah segala sesuatu yang

memiliki peran dan terlibat dalam kegiatan pariwisata, adapun yang menjadi

pelaku utama dalam kegiatan pariwisata adalah, pemerintah, wisatawan, dan

masyarakat lokal (Damanik, 2006), dimana wisatawan sebagai konsumen dari

produk dan layanan wisata yang ditawarkan, sedangkan masyarakat lokal sebagai

pemeran utama dalam kegiatan pariwisata dimana berperan sebagai produk dan

layanan wisata (Damanik, 2006).

Tentu berdasarkan literatur diatas maka, peneliti membagi respoden

terhadap wisatawan, dan masyrakat lokal agar mendapatkan hasil yang lebih

subjektif dan objektif. dalam penelitian pengambilan sampel dilakukan dengan

cara Random Sampling, dimana teknik penentuan sampel dilakukan dengan

teknik acak berdasarkan pertimbangan tertentu. Jumlah kuisioner dapat dilihat

pada Tabel 3.2

Tabel 3.2. Jumlah Kuisioner Berdasarkan Sampel Penelitian


No Sampel Jumlah Kesimpulan
Responden
1 Masyarakat Lokal 50 Kuisioner

2 Pengunjung objek wisata 50 Kuisioner

Jumlah 100 Responden

Karakteristik sampel terdiri dari jenis kelamin pria/wanita, dengan rentang

usia mulai 20 tahun hingga diatas 50 tahun , dengan Pendidikan terakhir tamatan

SD-Sarjana.

Universitas Sumatera Utara


62

Sedangkan untuk informan kunci pada penelitian ini berjumlah penelitian

ini berjumlah 7 (tujuh) responden, yaitu 1 orang dari Pemerintahan Kabupaten

Pasaman Barat yaitu melalui Dinas Pariwisata, 1 orang melalui tokoh masyarakat,

1 orang melalui kepala desa pada lokasi wisata, 2 orang melalui pelaku bisnis

wisata disekitar objek wisata, serta 2 orang melalui asosiasi pariwisata maupun

akademisi. Semua narasumber tersebut dipilih karena telah melalui

pertimbangan karena telah mewakili segala unsur yang diperlukan dalam

penelitian ini. Adapun jumlah responden narasumber pada penelitian ini dapat

dilihat pada Tabel 3.3

Tabel 3.3. Karakteristik Sampel dan Jumlah Responden

No Karakteristik Sampel Jumlah Pengumpulan Data


Responden
1 Dinas Pariwisata 1 Telp/Wa/ Video
Call/Email
2 Tokoh Masyarakat 1 Telp/Wa/ Video
Call/Email
3 Kepala Desa 2 Telp/Wa/ Video
Call/Email
4 Pelaku Wisata / 2 Telp/Wa/ Video
Pengelolah Call/Email
Wisata/ Fasilitas
5 Wisata
Akademisi/ Asosiasi 1 Telp/Wa/ Video
wisata Call/Email

Jumlah 7 Orang

Universitas Sumatera Utara


63

3.4 Metode Pengumpulan Data

Dalam sebuah peneltian terdapat 2 (dua) jenis data yaitu data primer dan

data sekunder (Khotari, 2004). Dalam penelitian ini metode pengumpuan data

akan menggunakan data primer dan data sekunder.

1. Data Primer

Metode pengumpulan data primer merupakan suatu metode

pengumpulan data langsung dari objek yang diteliti melalui studi

lapangan untuk mendapatkan data dalam mendukung penelitian ini.

Pada penelitian ini Teknik pengumpulan data primer terdiri dari data

kualitatif dan kuantitaitf. Data kualitatif yang dikumpulkan oleh

peneliti berupa: observasi lapangan, dan wawancara. Sedangka data

kuantitaf yang dikumpulkan oleh peneliti didapat oleh penyebaran

kuisioner. Adapaun pembagian metoda pegumpulan data primer

berdasarkan parameter penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.4

Tabel 3.4. Metode Pengumpulan Data Primer

No Variabel Indikator Parameter Metoda

W O K
1 Daya Keindahan Kondisi lingkungan alam yang X X X
Tarik Alam alami dan asri
Alam Memberikan rasa pengalaman X X
yang bernilai bagi wisatawan
Masyarakat menerima dampak X X
ekonomi
Pengelolahan lahan pantai X X X
mayoritas dilakukan oleh
masyarakat lokal

Universitas Sumatera Utara


64

Tabel 3.4. Metode Pengumpulan Data Primer (Lanjutan)

No Variabel Indikator Parameter Metoda

W O K
Pengelolahan diarahkan X X X
terhadap kelestarian
lingkungan.
Adanya lembaga atau X X
kelompok masyarakat yang
mendukung sektor pariwisata
Adanya perangkat kebijakan X X
dalam menata kegiatan
pariwisata
Kriteria Jenis pengelolahan X X X
lahan wisata

Kebersihan Tidak ditemukan sampah, X X X


Dan bebas bau, kebisingan dan
Kenyaman gangguan binatang pada lokasi
wisata
Lokasi wisata terbebas dari X X X
pengaruh pelabuhan,
permukiman, pabrik, dan
sumber pencemaran
lingkungan
Pelayanan yang baik pada X X
lokasi wisata
Jenis kegiatan pengelolahan X X X
sampah pada lokasi wisata

Partisipasi masyarakat dalam X X


pengelolahan sampah
Dapat meningkatkan kesadaran X X X
wisatawan pentingnya menjaga
lingkungan

Keunikan Adanya keunikan alam pada X X X


Alam lokasi
Adanya Keanekaragaman X X X
ekosistem pada lokasi

Universitas Sumatera Utara


65

Tabel 3.4. Metode Pengumpulan Data Primer (Lanjutan)

No Variabel Indikator Parameter Metoda

W O K
Adanya Keanekaragaman X X X
flora dan fauna pada lokasi
Dapat memberikan manfaat X X
ekonomi dari keunikan alam
dan ekosistem pesisir
Adanya kegiatan perlindungan X X X
terhadap ekosistem pesisir
Kegiatan pengelolahan yang X X
baik terhadap sumber daya
alam

2 Daya Aktivitas Jumlah wisatawan X X X


Tarik Wisata
Buatan Karakteristik wisatawan X X X

Jenis aktivitas wisata yang di X X X


tawarkan
Pengelolahan aktivitas wisata X X X
mayoritas dilakukan oleh
masyarakat lokal
Keunikan Terdapat keunikan budaya X X
Masyarakat masyarakat
Dapat mengenalkan budaya X X
terhadap wisatawan
Keunikan masyarakat X X
dilibatkan dalam kegiatan
atraksi wisata
Dapat menjaga dan X X X
melestarikan keunikan yang
ada pada masyarakat
Kondisi keamanan dan
keselamatan pada lokasi
wisata

Fasilitas Kondisi jalan dan jarak waktu X X X


Wisata tempuh

Universitas Sumatera Utara


66

Tabel 3.4. Metode Pengumpulan Data Primer (Lanjutan)

No Variabel Indikator Parameter Metoda

W O K
Kelengkapan sarana dan X X X
prasarana wisata

Tersedianya air bersih X X X


Dapat mendorong X X
berkembangnya usaha
perdagangan dan jasa bagi
masyarakat sekitar sebagai
pendukung aktivitas wisata
pesisir

Adanya komunitas dalam X X


meningkatkan pendapatan
masyarakat melalui aktivitas
seperti ukm, koperasi, dll

K : Kuesioner W : Wawancara O : Observasi

a. Observasi

Yaitu melakukan pengamatan langsung terhadap objek yang akan

diteliti secara sistematis (Sugiyono, 2009). Observasi dalam hal

ini peneliti akan mengamati gambaran karakteristik dari setiap

daya tarik wisata alam pesisir , dan daya tarik wisata buatan pesisir

Untuk mendapatkan hasil observasi lapangan pada lokasi

penelitian peniliti akan membuat dalam bentuk narasi (Tabel 3.5)

Universitas Sumatera Utara


67

Tabel 3.5 Data yang diperlukan dalam observasi lapangan

No Variabel Indikator Data Yang Di Perlukan

1 Daya Tarik Keindahan Dokumentasi gambaran keindahan


Alam Alam alam pesisir pasaman barat berserta
aspek-aspek ekowisata yang
mempengaruhinya
Kebersihan Dokumentasi gambaran kebersihan,
Kenyamanan kenyaman alam pesisir pasaman
barat berserta aspek-aspek
ekowisata yang mempengaruhinya
Keunikan Dokumentasi gambaran keunikan
Alam alam pesisir pasaman barat berserta
aspek-aspek ekowisata yang
mempengaruhinya
2 Daya Tarik Akrivitas Dokumentasi gambaran aktivitas
Buatan Wisata wisata pesisir pasaman barat
berserta aspek-aspek ekowisata
yang mempengaruhinya

Keunikan Dokumentasi gambaran keunikan


Masyarakat masyarakat pesisir pasaman barat
berserta aspek-aspek ekowisata
yang mempengaruhinya

Fasilitas Dokumentasi Gambaran fasilitas


Wisata pesisir pasaman barat berserta
aspek-aspek ekowisata yang
mempengaruhinya

b. Penyebaran kuesioner

Penyebaran kuesioner dalam hal ini dilakukan untuk mencari

informasi dan mengumpulkan data mengenai penilaian, dan

pemahaman wisatawan dan masyarakat terhadap penerapan daya

tarik ekowisata peisisr yang di ukur dengan menggunakan

pendekatan persepsi masyarakat pada kawasan tersebut.

Universitas Sumatera Utara


68

Dalam penyebaran kuisioner dilakukan dengan cara terpisah

terhadap dua lokasi kajian penelitian. Dimana sampel penelitian

terbagi atas dua lokasi penelitian yang mewakili pesisir Kabupaten

Pasaman Barat, yaitu : kawasan Pesisir Sasak, dan Kawasan

Pesisir Air Bangis. Pada pembagian kuisioner terdapat 100 sampel

yang akan dibagi 50% di masing-masing kawasan kajian, dimana

25 sampel bagi wisatawan serta 25 sampel bagi masyarakat.

Adapun Tabel Pertanyaan Kuisioner dapat dilihat pada tabel 3.6

Tabel 3.6. Daftar Pertanyaan Kuisioner

No Pertanyaan SS S N TS STS
1. Daya Tarik Alam
A. Keindahan Alam
1 Saya merasa pemandangan yang indah
dengan lingkungan yang alami dan asri
2 Saya merasakan pengalaman yang
indah dan bernilai pada lokasi wisata ini
3 Dengan adanya keindahan alam pada
lokasi wisata ini, saya merasa
masyarakat harus dapat menerima
dampak ekonomi
4 Dalam pengelolahan lahan pantai
seharusnya dilakukan oleh masyarakat
lokal
5 Saya merasa pengelolahan objek wisata
harus diarahkan untuk menjaga
kelestarian lingkungan dan sumber daya
alam
6 Saya merasa perlu adanya suatu
organisasi atau kelompok masyarakat
dalam mendukung pariwisata di lokasi
ini

Universitas Sumatera Utara


69

Tabel 3.6. Daftar Pertanyaan Kuisioner (Lanjutan)

No Pertanyaan SS S N TS STS
7 Dalam pengelolahan objek wisata saya
merasa perlu kebijakan atau aturan dalam
menata kegiatan pariwisata
8 Saya merasa lahan pantai harus bebas dari
segala bentuk bangunan fisik
B. Kebersihan Dan Kenyamanan

9 Saya merasa Pada lokasi Pantai ini


terbebas dari sampah, bau, kebisingan,
dan gangguan binatang

10 Saya merasa pada lokasi Pantai ini


terbebas dari pengaruh pelabuhan,
permukiman, pabrik, dan sumber
pencemaran lingkungan
11 Adanya pelayanan yang baik di lokasi
wisata seperti kemampuan bahasa,
keramahan, dan kesanggupan dalam
mengarahkan wisatawan
12 Saya merasa pengelolahan sampah yang
baik di lokasi wisata dan dengan
tersedianya tong sampah dan tidak
membuang sampah sembarang

13 Pada lokasi wisata ini saya merasa


masyarakat ikut andil dalam
pengendalian sampah

14 Ketika berada di lokasi wisata, saya


merasa dapat meningkatkan kesadaran
saya tentang menjaga alam

C. Keunikan Alam
15 Saya merasa pada lokasi wisata terdapat
suatu keunikan alam (lingkungan, Flora,
Fauna)

Universitas Sumatera Utara


70

Tabel 3.6. Daftar Pertanyaan Kuisioner (Lanjutan)

No Pertanyaan SS S N TS STS

16 Pada lokasi wisata ini saya merasa


terdapat keanekaragaman ekosistem
pesisir (Mangrove, padang
Lamun,Estuaia, dan Terumbu karang)
17 Saya merasa pada lokasi wisata ini
terdapat berbagai macam
keanekaragaman flora dan fauna
18 Dengan keunikan alam tersebut saya
merasa masyarakat lokal harus dapat
mendapat manfaat secara ekonomi
19 Saya merasa pada lokasi wisata ini
perlu ada suatu kegiatan yang
melindungi ekosistem pesisir
20 Pada lokasi wisata ini saya merasa
masyarakat mengelola sumber daya
alam dengan pengelolahan yang baik
tidak merusak alam

1. Daya Tarik Buatan


A. Aktivitas Wisata
1 Saya merasa pada lokasi wisata ini
terdapat dan perlu pembatasan jumlah
pengunjung
2 Ketika berada di lokasi wisata ini saya
merasa perlu terdapat berbagai macam
aktivitas/ kegiatan wisata yang di
tawarkan
3 Saya merasa pengelola wisata perlu
mengetahui keinginan wisatawan dalam
mengunjungi (berenang, rekasi,
relaksasi, memacing, bersantai, dll)
4 Saya merasa dalam pengelolahan
kegiatan wisata harus dilaksanakan dan
dimiliki masyarkat lokal
5 Dalam lokasi wisata ini saya merasa
harus adanya zonasi atau pembatas-
pembatas antar kegiatan aktivitas wisata

Universitas Sumatera Utara


71

Tabel 3.6. Daftar Pertanyaan Kuisioner (Lanjutan)

No Pertanyaan SS S N TS STS
B. Keunikan Masyarakat

6 Saya merasa pada lokasi wisata ini


terdapat keunikan budaya masyrakat
lokal
7 Dengan adanya lokasi wisata ini saya
merasa dapat mengenalkan budaya
masyarakat kepada wisatawan
8 Saya merasa keunikan budaya itu harus
dilibatkan dan di tonjolkan sebagai
atraksi daya tarik wisata
9 Saya merasa dengan adanya objek
wisata ini dapat mengembangkan dan
menjaga keunikan yang terdapat pada
masyarakat
C. Fasilitas Wisata
14 Saya merasa ketika menuju lokasi
wisata mudah di capai dengan kondisi
jalan yang bagus
15 Saya merasa jarak tempuh menuju
lokasi wisata ini tidak lama
16 Saya merasa pada lokasi wisata ini air
bersih mudah di dapat dan layak untuk
di komsumsi
17 Saya merasa sarana dan prasarana di
lokasi wisata ini sudah memadai
(Penginapan, rumah makan, Puskesmas,
rumah ibadah, jaringan listrik, jaringan
air minum, pusat pasar, Bank, toko
souvenir, dan angkutan umum)
18 Dengan adanya lokasi wisata ini saya
merasa dapat mendorong masyarakat
dalam meningkatkan aktivitas ekonomi
seperti usaha perdagangan dan jasa

Universitas Sumatera Utara


72

Tabel 3.6. Daftar Pertanyaan Kuisioner (Lanjutan)

No Pertanyaan SS S N TS STS
19 Saya merasa pada lokasi wisata ini ada
suatu organisasi atau kelompok
masyarakat dengan adanya fasilitas
dapat meningkatkan ekonomi
masyarakat seperti (melalui aktivitas
seperti ukm, koperasi, dll)

Berdasarkan tabel diatas maka nilai yang terdapat pada setiap jawaban

respoden berupa nilai 1 sampai 5 yang tergantung pada kriteria- kriteria yanga

ada atau yang tidak ada pada setiap variabel. Nilai-nilai tersebut kemudian akan

dideskripsikan dari jawaban respoden yang sesuai dengan variabel dan

indikatornya. Adapun arti nilai- nilai tersebut dapat dijelaskan pada Tabel 3.7

Tabel 3.7. Daftar Nilai Pada Kusioner

No Keterangan Nilai

1 SS (Sangat Setuju) 5

2 S (setuju) 4

3 N (Netral) 3

4 TS (Tidak Setuju) 2

5 TSS (Tidak Setuju Sama Sekali) 1

Universitas Sumatera Utara


73

c. Wawancara

Yaitu Teknik pengumpulan data didasarkan dengan tatap muka

langsung dengan bagian terkait dengan mengajukan beberapa

pertanyaan yang berhubungan dengan penelitian ini. Dalam penelitian

ini, peneliti akan mewawancarai 7 orang responden yang telah

disebutkan sebelumnya. Teknik wawancara dilakukan hanya kepada

responden yang dianggap menguasai dalam penelitian ini (Chaedar,

2002), oleh karean itu peneliti hanya akan memewancarai 5 orang

responden (Tabel 3.8). Hasil dari wawancara tersebut kemudian akan

dikutip maupun dipaparkan. Adapun daftar pertanyaan dapat dilihat

pada Tabel 3.9

Tabel 3.8 Daftar Informan Kunci

No Informan Kunci Keterangan

1 Defi Irawan, S.Pd Sekretaris Dinas Pariwisata


Pasaman Barat
2 Hendra Yama putra Wakil Ketua DPRD Pasaman
Barat, dan Tokoh Masyarakat
Sasak
3 Robi Zanrico Asosiasi Travel Wisata

4 Doni Putra Pokdarwis wisata Sasak

5 Pulmen Efida Akademisi

Universitas Sumatera Utara


74

Tabel 3.9. Daftar Pertanyaan Wawancara

No Variabel Indikator Pertanyaan

1 Daya Tarik Keindahan 1. Bagaimana Kondisi lingkungan


objek wisata ini apakah masih alami
Alam Alam dan asri..? dan Bagaimana dengan
keindahan pemandangan pantai
pada lokasi wisata ?Apakah
terdapat variasi pemandangan pada
lokasi pantai ?

2. Apakah wisatawan yang


berkunjung dapat mendapatkan
pengalaman yang berharga
ketika mengunjungi lokasi wisata
ini?
3. Apakah masyarakat lokal
menerima dampak positif berupa
ekonomi dari adanya objek
wisata ini?
4. Apakah dalam pengelolahan
lahan pantai banyak
dilakukandan dimiliki oleh
masyarakat lokal
5. Apakah dalam pengelolahan
objek wisata ini selalu diarahkan
terhadap kelestarian alam ?
6. Apakah pada lokasi wisata ini
ada suatu organisasi atau
kelompok masyarakat dalam
mendukung dan melindungi
sektor pariwisata ini ?
7. Apakah dalam lokasi wisata ini
terdapat perangkat kebijakan
dalam menata kegiatan
pariwisata ini?
8. Bagaimana Kondisi lingkungan
objek wisata ini apakah masih
alami dan asri..? dan Bagaimana
dengan keindahan pemandangan
pantai pada lokasi wisata
?Apakah terdapat variasi
pemandangan pada lokasi pantai
?

Universitas Sumatera Utara


75

Tabel 3.9. Daftar Pertanyaan Wawancara (Lanjutan)

No Variabel Indikator Pertanyaan

Kebersihan 1. Bagaimana dengan kebersihan


Dan lokasi wisata ini ? apakah pada
Kenyamanan lokasi wisata tidak ditemukan
sampah, bebas bau, kebisingan
dan gangguan binatang pada
lokasi wisata
2. Bagaimana kenyamanan pada
lokasi wisata ini ? apakah pada
lokasi wisata ini terbebas dari
pengaruh pelabuhan,
permukiman, pabrik, dan sumber
pencemaran lingkungan
3. Bagaimana pelayanan pada
lokasi wisata ? dan bagaimana
respon masyrakat terhadap
pariwisata dan wisatwan yang
datang ?
4. Bagaimana pengelolahan sampah
di lokasi wisata ? apakah
masyarakat lokal membuang
samaph langsung ke laut ?
5. Apakah pada lokasi wisata
masyarakat ikut dalam mejaga
kebersihan lokasi wisata ?
6. Apakah ketika mengunjungi
objek wisata ini dapat
menimbulkan rasa kesadaran
masyarakat dan wisatawan
pentingnya menjaga alam ?

Universitas Sumatera Utara


76

Tabel 3.9. Daftar Pertanyaan Wawancara (Lanjutan)

No Variabel Indikator Pertanyaan

Keunikan 1. Apakah pada lokasi wisata


Alam terdapat suatu fenomena atau
kejadian sutau keunikan alam ?

2. Apakah pada lokasi wisata ini


terdapat berbagai
keanekaragaman ekosistem
pesisir ?
3. Apakah pada lokasi wisata ini
terdapat berbagai
keanekaragaman flora dan
fauna?
4. Apakah dengan adanya
keunikan alam dan ekosistem
ini dapat memberikan manfaat
secara eknomi bagi masyarakat
lokal ?
5. Dengan adanya berbagai
ekosistem pesisir tersebut,
apakah ada suatu upaya
kegiatan dalam melindungi
ekosistem dan sumber daya
alam pesisir ?
6. Apakah masyarakat pada lokasi
wisata memanfaatkan sumber
daya alam dengan pengelolahan
yang baik sehingga dapat
menghindari kerusakan alam ?

2 Daya Tarik Aktivitas 1. Apakah pada lokasi wisata ini


Buatan Wisata terdapat pembatasan jumlah
wisatawan ? dan bagaimana
daya dukung lokasi wisata ini
terhadap jumlah pengunjung
ketika hari besar ?
2. Bagaimana dengan
karakteristik wisatawan ketika
mengunjungi lokasi wisata ini ?
dan apa yang diinginkan
wisatawan ketika mengunjugi
lokasi wisata ini ?

Universitas Sumatera Utara


77

Tabel 3.9. Daftar Pertanyaan Wawancara (Lanjutan)

No Variabel Indikator Pertanyaan

3. Apakah pada lokasi wisata ini


terdapat penzonasi-an terhadap
aktivitas wisata pengunjung ?
atau adanya suatu wilayah yang
tidak boleh dimasuki oleh
wisatan ?
4. Apakah pengelolahan aktivitas
dan kegiatan wisata lebih
banyak dmiliki dan dilakukan
oleh masyarakat lokal ?
Keunikan 1. Apakah pada lokasi wisata ini
Masyarakat terdapat keunikan budaya
masyarakat ? dan apa saja
keunikan tersebut ?
2. Apakah dengan adanya objek
wisata ini dapat mengenalkan
budaya masyrakat terhadap
wisatawan ?
3. Apakah keunikan masyarakat
dilibatkan dan ditonjolkan dalam
kegiatan pariwisata ? dan
keunikan tersebut dimasukkan
dalam unsur apa saja ?
4. Apakah dengan adanya objek
wisata ini masyarakat bangga
akan keunikan budayanya serta
dapat menjaga dan
melestarikannya ?
Fasilitas 1. Bagaimana kondisi jarak dan
Wisata waktu tempuh menuju lokasi
wisata ini ?
2. Bagaimana dengan sarana dan
prasarana pada lokasi wisata?
Apakah layak dan dapat
digunakan oleh wisatwan ?
3. Bagaimana pada lokasi wisata
ini apakah tersedia jaringan air
bersih ? dan apakah layak untuk
di minum dan digunakan ?

Universitas Sumatera Utara


78

Tabel 3.9. Daftar Pertanyaan Wawancara (Lanjutan)

No Variabel Indikator Pertanyaan

4. Apakah dengan adanya fasilitas


ini dapat mendorong
berkembangnya usaha
perdagangan dan jasa bagi
masyarakat sekitar sebagai
pendukung aktivitas wisata
pesisir ?
5. Apakah dengan adanya
peningkatan fasilitas ini ada
komunitas atau kelompok
masyarakat dalam
meningkatkan pendapatan
masyarakat melalui aktivitas
seperti ukm, koperasi, dll ?

2. Data Sekunder

Metode pengumpulan data sekunder pada penelitian ini dengan

cara tidak lansung menuju lokasi penelitian, akan tetapi melalui

dokmen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian ini.

Adapun data sekunder dapat diperoleh mengenai objek wisata

melalui Dinas Pariwisata, peta lokasi penenelitian melalui

BAPPEDA, serta data penduduk, klimitologi, dan demografi

melalui data BPS kabupaten setempat. Seperti pada Tabel 3.10

Universitas Sumatera Utara


79

Tabel. 3.10. Data Sekunder yang diperlukan Dalam Penelitian


No Jenis Data Sumber Data
1 Objek Wisata Dinas Pariwisata
2 Peta Lokasi Penelitian BAPPEDA
3 Jumlah Penduduk BPS
4 Demografi BPS
5 Klimitologi BPS

3.5 Uji Validilitas

Dalam proses pengumpulan data secara kuantitatif peneliti melakukan

penyebaran kuesioner secara manual sebagai instrument peneliltian. Agar data

yang diperoleh bersifat valid dan berkualitas, maka perlu dilakukan uji validitas

dan reliabilitas terhadap responden. Adapun uji instrument penelitian dilakukan

menggunakan aplikasi SPSS. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil 34 orang

sampel untuk diuji .

3.5.1 Uji Validitas dan Reliabilitas Masyarakat Lokal

Uji validitas dan reliabilitas dilakukan terhadap 34 responden dengan

kategori masyarakat lokal 34, maka diperoleh r tabel sebesar 0.339. jika r hasil

analisis kurang dari (<) r tabel, maka kesmipulannya adalah item-item tersebut

tidak valid Berdasarkan uji valditas yang dilakukan terhadap 34 item, diperoleh r

hasil analisis dengan jumlah lebih besar dari r tabel, sehingga item instrument

penelitian tersebut bersifat valid. Adapun rangkuman hasiluji validitas dapat

dilihat pada (Tabel 3.11).

Universitas Sumatera Utara


80

Tabel. 3.11. Tabel Rangkuman Uji Validitas Daya Tarik Alam dan Buatan
terhadap Penduduk Lokal

No. Butir R Hitung Keterangan Interpretasi


1 0.482 ≥ 0.339 VALID

2 0.693 ≥ 0.339 VALID

3 0.454 ≥ 0.339 VALID

4 0.602 ≥ 0.339 VALID

5 0.433 ≥ 0.339 VALID

6 0.635 ≥ 0.339 VALID

7 0.450 ≥ 0.339 VALID

8 0.604 ≥ 0.339 VALID

9 0.605 ≥ 0.339 VALID

10 0.711 ≥ 0.339 VALID

11 0.607 ≥ 0.339 VALID

12 0.356 ≥ 0.339 VALID

13 0.517 ≥ 0.339 VALID

14 0.345 ≥ 0.339 VALID

15 0.418 ≥ 0.339 VALID

16 0.563 ≥ 0.339 VALID

17 0.482 ≥ 0.339 VALID

18 0.741 ≥ 0.339 VALID

19 0.435 ≥ 0.339 VALID

20 0.676 ≥ 0.339 VALID

21 0.620 ≥ 0.339 VALID

22 0.607 ≥ 0.339 VALID

23 0.486 ≥ 0.339 VALID

24 0.650 ≥ 0.339 VALID

25 0.671 ≥ 0.339 VALID

26 0.654 ≥ 0.339 VALID

27 0.737 ≥ 0.339 VALID

28 0.655 ≥ 0.339 VALID

Universitas Sumatera Utara


81

Tabel. 3.11. Tabel Rangkuman Uji Validitas Daya Tarik Alam dan Buatan
terhadap Penduduk Lokal (Lanjutan)
No. Butir R Hitung Keterangan Interpretasi
29 0.693 ≥ 0.339 VALID

30 0.695 ≥ 0.339 VALID

31 0.629 ≥ 0.339 VALID

32 0.612 ≥ 0.339 VALID

33 0.503 ≥ 0.339 VALID

34 0.582 ≥ 0.339 VALID

35 0.611 ≥ 0.339 VALID

36 0.711 ≥ 0.339 VALID

37 0.517 ≥ 0.339 VALID

38 0.589 ≥ 0.339 VALID

39 0.607 ≥ 0.339 VALID

40 0.539 ≥ 0.339 VALID

Dari hasil analisis diperoleh nilai Alpha sebesar 0.946, adapun nilai r kritis pada

signifikansi 5% terhadap n=34 dengan r tabel sebesar 0.339, maka dapat

disimpulkan bahwa item-item instrument penelitian bersifat reliable (Tabel 3.12).

Tabel 3.12 Item-Total Statistics

Universitas Sumatera Utara


82

Tabel 3.12 Item-Total Statistics (Lanjutan)

Universitas Sumatera Utara


83

Tabel 3.13 Reliability Statistics

Cronbach’s N of Items
Alpha
.946 40

3.5.2 Uji Validitas dan Reliabilitas Wisatawan

Uji validitas dan reliabilitas dilakukan terhadap 34 responden dengan

kategori wistawan, sehingga n=34 dengan r tabel pada signifikansi sebesar 5%.

Berdasarkan hal tersebut diperoleh r tabel sebesar 0.339, sehingga apabila r hasil

analisis kurang dari r tabel, maka item-item tersebut tidak valid. Berdasarkan uji

valditas yang dilakukan terhadap 40 item, diperoleh r hasil analisis dengan jumlah

lebih besar dari r tabel, sehingga item instrument penelitian tersebut bersifat valid.

Adapun rangkuman hasil uji validitas dapat dilihat pada (Tabel 3.14).

Tabel. 3.14. Tabel Rangkuman Uji Validitas Daya Tarik Alam dan Buatan
terhadap Wisatawan
No. Butir R Hitung Keterangan Interpretasi
1 0.686 ≥ 0.339 VALID
2 0.419 ≥ 0.339 VALID
3 0.434 ≥ 0.339 VALID
4 0.505 ≥ 0.339 VALID
5 0.863 ≥ 0.339 VALID
6 0.712 ≥ 0.339 VALID
7 0.778 ≥ 0.339 VALID
8 0.440 ≥ 0.339 VALID
9 0.863 ≥ 0.339 VALID
10 0.746 ≥ 0.339 VALID
11 0.745 ≥ 0.339 VALID

Universitas Sumatera Utara


84

Tabel. 3.14. Tabel Rangkuman Uji Validitas Daya Tarik Alam dan Buatan
terhadap Wisatawan (Lanjutan)
No. Butir R Hitung Keterangan Interpretasi
12 0.700 ≥ 0.339 VALID
13 0.863 ≥ 0.339 VALID
14 0.751 ≥ 0.339 VALID
15 0.434 ≥ 0.339 VALID
16 0.386 ≥ 0.339 VALID
17 0.434 ≥ 0.339 VALID
18 0.419 ≥ 0.339 VALID
19 0.416 ≥ 0.339 VALID
20 0.434 ≥ 0.339 VALID
21 0.395 ≥ 0.339 VALID
22 0.692 ≥ 0.339 VALID
23 0.788 ≥ 0.339 VALID
24 0.440 ≥ 0.339 VALID
25 0.700 ≥ 0.339 VALID
26 0.863 ≥ 0.339 VALID
27 0.751 ≥ 0.339 VALID
28 0.505 ≥ 0.339 VALID
29 0.434 ≥ 0.339 VALID
30 0.692 ≥ 0.339 VALID
31 0.690 ≥ 0.339 VALID
32 0.671 ≥ 0.339 VALID
33 0.434 ≥ 0.339 VALID
34 0.788 ≥ 0.339 VALID
35 0.411 ≥ 0.339 VALID
36 0.572 ≥ 0.339 VALID
37 0.712 ≥ 0.339 VALID
38 0.362 ≥ 0.339 VALID
39 0.863 ≥ 0.339 VALID
40 0.486 ≥ 0.339 VALID

Universitas Sumatera Utara


85

Dari hasil analisis diperoleh nilai Alpha sebesar 0.959 adapun nilai rkritis

pada signifikansi 5% terhadap n=34 dengan r tabel sebesar 0.339, maka dapat

dsimpulkan bahwa item-item instrument penelitian bersifat reliable (Tabel 3.14-

3.16)

Tabel 3.15 Item-Total Statistics

Universitas Sumatera Utara


86

Tabel 3.15 Item-Total Statistics (Lanjutan)

Tabel 3.16 Reliability Statistics

Cronbach’s N of Items
Alpha
.959 40

3.6 Metode Analisa Data

Analisa pada penelitian ini menggunakan metode campuran dengan

menggabungkan metode pengumpulan data secara kualititatif dan kuantitatif.

Adapun data yang diperoleh secara kuantitatif merupakan data dari hasil

penyebaran kuesioner secara online. Data yang diperoleh melalui penyebaran

kuesioner manual kepada 100 responden yang kemudian data hasil penyebaran

kuesioner akan diakumulasikan dengan menggunakan aplikasi SPSS dengan

tujuan memperoleh data hasil nilai rata-rata yang objektif. Adapun agar dapat

dilakukan pengukuran terhadap hasil nilai rata-rata dari instrument penelitian,

maka diperlukan parameter untuk mengukurnya. Adapun dalam penelitian ini,

yang dilakukan pengukuran adalah variabel penelitian, yaitu daya tarik wisata.

Universitas Sumatera Utara


87

Adapun untuk mengukur daya tarik wisata pada lokasi kajian berdasarkan

data yang diperoleh, digunakan skala penilaian untuk mengidentifikasi daya

tarik wisata pada lokasi kajian. Adapun perhitungan terhadap daya tarik wisata

pada berdasarkan distribusi normal yang diperoleh dari nilai rata-rata dan

standar deviasi (Marisa & Yusof, 2020). (Tabel 3.17)

Tabel 3.17 Skala Penilaian Daya Tarik Wisata Berbasis Ekowisata

Daya Tarik Wisata Nilai Rata-Rata

Daya Tarik Sangat Rendah 1 ≤ x < 1.8


Daya Tarik Rendah 1.8 ≤ x < 2.6
Daya Tarik Sedang 2.6 ≤ x < 3.4
Daya Tarik Tinggi 3.4 ≤ x < 4.2
Daya Tarik Sangat Tinggi 4.2 ≤ x ≤ 5

Data yang diperoleh secara kualitatif adalah data yang berasal dari studi

pustaka, observasi lapangan dan wawancara terhadap 7 orang informan kunci.

Kedua metode tersebut kemudian dihubungkan satu sama lain. Dimana data

kuantitatif berupa data hasil penyebaran kuisioner dihubungkan dengan data

hasil observasi dan wawancara sehingga akan memperkuat hasil analisis

(Ginting & Veronica, 2016). Adapun setelah data-data tersebut telah terkumpul,

selanjutnya data-data tersebut diolah dan dianalisa.

Analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan konsep

daya tarik wisata pesisir. Pada penilaian kesiapan daya tarik wisata pesisir

dilakukan penilaian dengan mengikuti rancangan konsep dari ekowisata. Pada

pelaksanaan penelitian ini, peneliti melakukan melakukan pengumpulan data

melalui metoda observasi lapangan terlebih dahulu. Hasil data yang didapatkan

Universitas Sumatera Utara


88

melalui observasi kemudian digabungkan dengan hasil dari wawancara dan

kusioner yang dilakukan. Semua aspek akan dijabarkan menjadi beberapa

kriteria dan indikator. Masing-masing indikator dilakukan skoring dan

perangkingan untuk mendapatkan daya tarik dengan potensial yang tinggi pada

lokasi wisata. Hasil analisa bertujuan untuk menghasilkan temuan, kesimpulan,

dan rekomendasi pada kajian Pengembangan daya tarik wisata pesisir

berdasarkan ekowisata (Gambar 3.1).

Daya Tarik Ekowisata Pesisir


Berdasarkan Persepsi

Teori Daya Tarik Ekowisata Pesisir &Persepsi

Observasi, Wawancara, Kuisioner

Analisa Daya Tarik Ekowisata Pesisir


Berbasis Persepsi

Daya Tarik ekowisata Persepsi Masyarakat

a. Daya Tarik Alam a. Penilaian


b. Daya Tarik Buatan b. Pengalaman

Daya Tarik Ekowisata Pesisir Berbasis Persepsi

Temuan

Kesimpulan

Rekomendasi

Gambar 3.1. Kerangka Analisa


Universitas Sumatera Utara
89

BAB IV

GAMBARAN UMUM KAWASAN

4.1. Kawasan Penelitian

Daerah pada penelitian ini berada pada Kabupaten Pasaman Barat.

Kabupaten Pasaman Barat merupakan salah satu wilayah yang berada di Provinsi

Sumater Barat yang mudah ditempuh dari kota Medan ibu kota Sumatera Utara dan

kota Padang ibu kota Sumatera Barat, dengan menggunakan kendaraan umum seperti

bus, taxi, maupun melalui udara dari kota Medan. Selama perjalanan melalui darat

akan disugui pemandangan indah yang sangat menajubkan seperti menyelusuri kaki

bukit barisan yang menakjubkan dikarenakan Kabupaten Pasaman Barat merupakan

jalur lintas pesisir barat Sumatera yang letaknya berada di perbatasan yang

menghubungkan Sumatera Barat dengan Sumatera utara sehingga memiliki arus

tranportasi yang cukup ramai seperti pada Gambar 4.1, dan 4.2

Gambar 4.1 Kabupaten Pasaman Barat ditempuh Melalui kota Padang

Universitas Sumatera Utara

89
90

Gambar 4.2 Kabupaten Pasaman Barat ditempuh Melalui kota Medan

4.1.1 Kondisi Geografis Dan Administrasi Kabupaten Pasaman Barat

Kabupaten Pasaman Barat terletak antara 0⁰ 33’ Lintang Utara sampai 0⁰ 11’

Lintang Selatan dan antara 99⁰10’ - 100⁰ 04’ Bujur Timur dan dilalui oleh garis

equator atau garis khatulistiwa yang terletak pada garis lintang 00.2. Kabupaten

Pasaman Barat mempunyai luas wilayah sekitar 3.887,77 Km2 dan memiliki luas

lautan seluas 800,47 Km2 dengan panjang garis pantai 152 km.3 dengan Berbatasan

dengan Kabupaten Mandailing Natal, Provinsi Sumatera Utara (Utara), Kabupaten

Pasaman (Timur), Kabupaten Agam dan Kabupaten Pasaman (Selatan) dan Samudera

Indonesia (Barat)

Universitas Sumatera Utara


91

Gambar 4.3 Peta Administrasi Kabupaten Pasaman Barat


Sumber: BNPB, 2019

Kabupaten Pasaman Barat terdiri dari 11 Kecamatan yaitu: Kecamatan

Sungai Beremas, Ranah Batahan, Koto Balingka, Sungai Aur, Lembah Melintang,

Gunung Tuleh, Talamau, Pasaman, Luhak Nan Duo, Sasak Ranah Pasisie dan Kinali

(Tabel 4.1). Kondisi topografi Kabupaten Pasaman Barat sangat bervariasi dengan

terletak pada ketinggian antara 0 - 2.913 m di atas permukaan laut, dengan titik

tertinggi yang berada di Gunung tertinggi di Kabupaten Pasaman Barat yaitu Gunung

Talamau denga ketinggian 2.912 m di atas permukaan laut. Wilayah datar dengan

kemiringan 0-3%, datar bergelombang dengan kemiringan 3-8%, berombak dan

bergelombang dengan kemiringan lereng 8%-15% serta wilayah bukit bergunung

dengan kemiringan lereng di atas 15%.

Universitas Sumatera Utara


92

Tabel 4.1 Nama Dan Luas Wilayah Per-Kecamatan

Banyaknya
Kecamatan Luas Persentase Ibukota Nagari Jorong
Daerah Luas
(Km2)
Sungai Beremas 440,48 11,33 Air Bangis 1 15
Ranah Batahan 354,88 9,13 Sitaping 2 30
Koto Balingka 340,78 8,77 Parit 1 26
Sungai Aur 420,16 10,81 Koto Dalam 1 22
Lembah 263,77 6,78 Ujung Gading 1 16
Melintang
Gunung Tuleh 453,97 11,68 Simpang Tiga Alin 2 20
Talamau 324,24 8,34 Talu 3 20
Pasaman 508,93 13,09 Simpang Ampek 3 23
Luhak Nan Duo 174,21 4,48 Simpang Tigo 2 14
Sasak Ranah 123,71 3,18 Sasak 1 7
Pasisie
Kinali 482,64 12,41 Kinali 2 13
Total 3887,77 100 19 206
Sumber : Pasamn Barat Dalam Angka 2019

4.2. Potensi Wisata Di Kabupaten Pasaman Barat

Potensi wisata di Provinsi Sumatera Barat sangat besar, masuh banyak yang

belum dimanfaatkan sebagai destinasi wisata di setiap daerahnya. Kabupaten

Pasaman Barat termasuk daerah yang banyak memiliki potensi alamya , sehingga

dalam hal ini pemerintah dan masyarakat sangat berperan penting dalam mengelolah

dan meningkatkan fasilitas dan sarana dan prasarana wisata untuk mendukung

perkembangan destonasi wisata tersebut. Hal tersebut tertera dalam Peraturan Daerah

Universitas Sumatera Utara


93

Kabupaten Pasaman Barat Nomor 2 Tahun 2016, yaitu melakukan pembangunan

prasarana wisata, penyediaan fasiitas umum, pembangunan fasilitas pariwisata, dan

pembangunan daya tarik wisata.

Potensi wisata di Kabupaten pasaman Barat sangat besar dan menarik untuk

dikembangkan. Tidak kurang dari 47 objek wisatayang dijadikan objek wisata

andalan dari objek-objek wisata lainnya. Objek wisata tersebut terbagi dalam

berbagai macam jenis (Tabel 4.2), namum keterpaduan pengembangan daya tarik

wisata, penyediaan layanan, sarana dan prasarana masih belum maksimal.

Tabel 4.2 Objek Jenis Wisata Di Kabupaten Pasaman Barat


Kecamatan Bahari Panorama dan Danau Sumber Air
Cagar Alam Panas

(1) (2) (3) (4) (5)

Sungai Beremas 11 1 - -
Ranah Batahan - 1 - -
Koto Balingka 1 - 1 -
Sungai Alur 3 2 - -
Lembah Melintang - 1 - 2
Gunung Tuleh - 5 1 1
Talamau - 2 - 1
Pasaman - - - -
Luhak Nan Duo - 2 - -
Sasak Ranah Pasisie 5 2 - -
Kinali 2 3 - -
Pasaman Barat 22 19 2 4

Sumber : Pasaman Barat Dalam Angka 2019


Universitas Sumatera Utara
94

Sebagian besar objek wisata tersebut didominasi oleh wisata bahari/ wisata

pesisir. Sebagian besar objek wisata tersebut tidk dimanfaatkan secara optimal,

padahal sangat memiliki daya tarik potensial yang sangat mungkin untuk

dikembangkan. Maka dari itu peneliti ingin pengembangan daya tarik wisata pesisir

di Kabupaten Pasaman Barat.

Dari 22 objek wisata bahari/pesisir tersebut, peneliti hanya akan menjadikan

2 (dua) objek wisata sebagai penelitian pengembangan daya tarik wisata pesisir, 2

(dua) objek wisata tersebut adalah Kawasan pesisir di kawasan Air Bangis, serta

Kawasan pesisir Muaro Sasak dapat dilihat pada Gambar 4.4 dan 4.5

Gambar 4.4 Peta Administrasi Wilayah Pasaman Barat


Sumber: BNPB, 2019

Universitas Sumatera Utara


95

(A) Air Bangis (B) Muaro Sasak

Gambar 4.5 Peta Lokasi penelitian

Adapun kawasan “A” yaitu kawasan lokasi penelitian yang berada di kawasan

pesisir Air Bangis, sedangkan kawasan “B” yaitu kawasan pesisir yang berada di

kawasan pesisir Muaro Sasak. Kedua lokasi tersebut merupakan lokasi penelitian

peneliti yang mewakili kabupaten Pasaman Barat.

4.2.1 Kawasan Pesisir Air Bangis

Kawasan pesisir Air Bangis merupakan suatu kawasan yang berada di Nagari

Air Bangis berada di Kecamatan Sungai Beremas, Kabupaten Pasaman Barat,

Provinsi Sumatra Barat. Adapun jarak yang dapat ditempuh dari pusat pemerintahan

Kabupaten Pasaman Barat menuju lokasi penelitian kawasan pesisir Air Bangis

kurang lebih berjarak ± 80 km dengan jarak tempuh ± 2 jam perjalanan mealaui darat

(Gambar 4.6)

Universitas Sumatera Utara


96

Gambar 4.6 Jarak Tempuh Dari Pusat Kota Menuju Lokasi Air Bangis
Sumber: Google Maps, 2019

Dilihat dari potensi alamnya sangat potensial dikembangkan dikarenakan

langsung berbatasan dengan Samudera Hindia dan dikelilingi oleh perbukitan serta

hamparan pulau-pulau kecil di sekitarnya sehingga menambah akan keindahan

panorma alamnya (Gambar 4.7). Pengunjung dapat merasakan suasana tenang untuk

melepas penat dengan suara deburan ombak dan angin yang sepoi-sepoi,dengan

ombak yang tidak terlalu besar dengan begitu anakanak dapat bermain di pinggir

pantai dengan tidak takut. Di wilayah pesisir Air bangis Masih ditemukan sisa

kejayannya pada masa dahulu kala dengan bentukan muaranya yang lebar dan dilauli

oleh lalu lalang kapal nelayan yang sangat menarik apabilah dikembangkan menjadi

daya tarik wisata

Universitas Sumatera Utara


97

Gambar 4.7 Keindahan Alam Kawasan Pesisir Air Bangis

Selain itu, dikawasan pesisir Air Bangis wisatan bisa terdapat 9 (sembilan)

pulau yang ada di sekitaran perairan Air Bangis dengan menggunakan kapal kecil

yang telah tersedia di sekitar pantai, tentu ini menjadi daya tarik tersendiri. Salah satu

pulau yang paling terkenal dan sering dikunjungi adalah Pulau Panjang dan Pulau

Pigago (Gambar 4.8)

Gambar 4.8 Pemandangan Pulau Pigago Air Bangis

Universitas Sumatera Utara


98

Pada wisata Air Bangis ini aktivitas wisata yang di tawarkan sangat

beragam mulai dari bersantai,bermain di pinggiran pantai, berenang, memancing,

menaiki kapal keliling Air bangis, mengunjungi pulau-pualu, olahraga mendayung,

bermain Atv, bermain Boat, Bermain Layang-layang (Gambar 4.9)

Gambar 4.9 Aktivitas Wisata Berkeliling Pulau Air Bangis

4.2.2 Kawasan Pesisir Sasak

kawasan Pesisir Sasak merupakan suatu Nagari yang berada di Kecamatan

Sasak Ranah Pasisie, Kabupaten Pasaman Barat, Provinsi Sumatra Barat. Luas

Nagari: 123,71 kilometer persegi. Adapun jarak yang dapat ditempuh dari pusat

pemerintahan Kabupaten Pasaman Barat menuju lokasi penelitian kawasan pesisir

Sasak lebih berjarak ± 37 km dengan jarak tempuh ± 30 menit perjalanan mealaui

darat (Gambar 4.10)

Universitas Sumatera Utara


99

Gambar 4.10 Jarak Lokasi Sasak Dari Pusat Kota


Sumber: Google Maps, 2020

A. Daya Tarik Alam Kawasan Pesisir Sasak

Kawasan pesisir sasak merupakan tujuan destinasi wisata pavorit andalan di

kabupaten Pasaman Barat. Pantai di kawasan pesisir sasak ini selalu dan sangat

ramai dikunjungi oleh wisatawan ketika hari libur dan hari-hari besar dan tanggal

merah dikarenakan lokasinya yang tidak terlalu jauh dari pusat kota kabupaten

kota. Dengan kondisi pantainya yang berwarna putih serta deburan ombak yang

besar sangat menambah keindahan akan pantai ini (Gambar 4.11)

Universitas Sumatera Utara


100

Gambar 4.11 Keindahan Alam Sasak

Kawasan pesisir sasak Pada lokasi aktivitas wisata yang di tawarkan sangat

beragam mulai dari bersantai, bermain di pinggiran pantai, berenang, olahraga

mendayung, bermain Atv, bermain Boat, Bermain Layang-layang (Gambar 4.12).

Gambar 4.12 Salah Satu Daya tarik Buatan Sasak

Universitas Sumatera Utara


95

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Kajian Daya Tarik Alam Ekowisata Pesisir Berbasis Persepsi


Masyarakat Di Kabupaten Pasaman Barat

Berdasarkan kajian literatur yang telah dilakukan terhadap aspek daya tarik

ekowisata alam, terdapat beberapa indikator yang membentuk suatu daya tarik

ekowisata alam pada lokasi penelitian ini. Adapun indikator tersebut adalah

keindahan alam, kebersihan dan kenyaman, serta keunikan alam. Proses

pengumpulan data dilakukan secara kualitatif (observasi dan wawancara) dan

kuantitatif (penyebaran kuesioner), yang mana data tesebut berdasarkan indikator

keindahan alam, kebersihan dan kenyaman, serta keunikan alam pada lokasi

penelitian yaitu kawasan sasak, dan kawasan pesisir Air Bangis yang mewakili

pesisir Kabupaten Pasaman Barat

5.1.1 Keindahan Alam

Salah satu kekuatan pada daya tarik wisata di Pulau Bali terletak pada

keindahan alam yang alami, dan pada kekuatan budaya adat dan istiadatnya

(Disparda, 2012), tentu keindahan merupakan salah satu aspek daya tarik yang

utama dalam mendukung suatu pariwisata. Pada kawasan pesisir Kabupaten

Pasaman Barat salah satu keindahan alamya terletak pada pantainya yang

berpasir dengan deburan ombak yang menghadap ke Samudera Hindia dengan

hamparan perbukitan, serta gugusan pulau di sekilingnya. (Gambar 5.1)

101
102

Air Bangis Sasak

Gambar 5.1 Keindahan Alam Kawasan Pesisir Pasaman Barat


103

Hal ini seperti diungkapkan oleh Bapak Hendra Yama Putra sebagai

tokoh masyarakat Sasak dan juga sebagai wakil ketua DPRD Pasaman barat :

“Wilayah pesisir Pasaman Barat ini memiliki 2 destinasi unggulan yaitu,


pesisir Sasak dan Air Bangis, dimana pada pesisir Sasak dengan hamparan
pasir putih yang luas dengan variasi pemandangan disekitranya berupa berupa
gunung, pepohonan cemara serta semak belukar rawa-rawa, apalagi ketika
senja suasana di pinggiran pantai sangat indah, sedangkan pada Air Bangis
diimana wilayah pantai yang langsung menghadap ke arah samudera Hindia
dengan hamparan pulau-pulau disekelilingnya, serta perbukitan disekelilingnya
tentu menambah kesan indah pemandangan di sekililignya”.

Berdasarkan hasil penyebaran kuisioner (Tabel 5.1), nilai rata-rata total

daya tarik ekowisata alam pada keindahan alam ekowisata berbasis persepsi

memperoleh nilai sebesar 3.81. Melalui rating scale (Tabel 3.17) bahwa nilai rata-

rata total keseluruhan keindahan alam ekowisata pesisir Pasaman Barat masuk

dalam skala daya tarik dengan kategori tinggi. dimana aspek perlu adanya suatu

kelompok atau organisasi dalam mendukung kegiatan pariwisata menjadi aspek

penilaian tertinggi dengan nilai rata-rata tertingg sebesar 4.44, sedangkan

penilaian terendah pada keindahan alam ekowisata berbasis persepsi adalah lahan

pantai harus terbebas dari segala macam bangunan fisik dengan nilai rata-rata

sebesar 3.94 (Tabel. 5.1).


104

Tabel 5.1 Nilai Rata-Rata Keindahan Alam Ekowisata Berbasis Persepsi Pesisir
Pasaman Barat
Daya Tarik Pertanyaan Nilai Rata-rata Nilai Rata-rata
Nilai Rata-
Ekowisata Alam Masyarakat Masyarakat
Wisatawan Wisatawan rata Total
Berbasis Lokal Lokal Air
Sasak Air Bangis Keseluruhan
Persepsi Sasak Bangis
105

Pemandangan Indah Dengan Lingkungan Alami

Dalam suatu pengembangan ekowisata, destinasi yang sangat diminati oleh

wisatawan adalah suatu daya tarik daerah yang masih alami (fandeli, 2005), selain

itu salah satu unsur kekuatan pada daya tarik wisata di pulau Bali terletak pada

keindahan alam yang alami dan kekuatan budaya adat dan istiadatnya (Disparda,

2012). Dengan begitu keindahan alam dengan pemandangan yang indah

merupakan salah satu aspek daya tarik wisata yang utama dalam mendkung suatu

destinasi wisata.

Pada kawasan pesisir Kabupaten Pasaman Barat menurut hasil observasi

peneliti keindahan alamnya terletak pada hamparan pasir putih pantai yang luas,

dengan deburan ombak serta terdapat variasi pemandangan di sekitarnya, dimana

terdapat gugusan pulau serta hamparan perbukitan di sekitarnya (Gambar 5.2).

Dengan begitu, tentu wisatawan akan mendapatkan pemandangan indah dengan

lingkungan yang alami. Dimana, pada suatu kegiatan ekowisata tujuan wisata

jelas tertuju inin merasakan langsung keindahan alam yang alami (Kaltenbom &

Bjerke, 2002). Dalam hal ini seperti diungkakan oleh Bapak Hendra Yama Putra

sebagai tokoh masyarakat Sasak dan juga sebagai wakil ketua DPRD Pasaman

barat :

“Keindahan kawasan pesisir Pasaman Barat tidak hanya dengan


pemandangan laut yang luas serta hamparan pasir putih yang luas, akan tetapi
juga dari keindahan variasi pemandangan pantai dengan lingkungan sekitarnya
berupa gunung, pepohonan cemara serta semak belukar rawa-rawa, apalagi
ketika senja suasana di pinggiran pantai sangat indah disebabkan oleh matahari
yang terbenam langsung ke laut”
106

Gambar 5.2 Pemandangan Indah dan Alami Pesisir Pasaman Barat

Akan tetapi, dengan keindahan alam yang dimilikinya menurut hasil

observasi peneliti dirasa masih kurang menarik dibandingkan dengan wilayah

pesisir lainnya di Provinsi Sumatera Barat seperti pariaman, Pesisir Selatan,

Padang dan lainya. Hal ini dikarenakan kondisi air laut yang bewarna kecoklatan

pada pesisir Kabupaten Pasaman Barat dibandingkan dengan kawasan pesisir

lainnya di provinsi Sumatera Barat dengan kondisi air laut yang cerah bewarna

putih kebiruan (Gambar 5.3). Dimana, tingkat kecerahan peraiaran merupakan

syarat dan faktor penilaian utama dalam kegiatan wisata pesisir, dengan semakin

cerah perairan tersebut maka wisatawan akan semakin mudah merasakan

keindahan alam pesisir tersebut (Yulis, 2018).


107

Hal ini seperti diungkapkan oleh Bapak Hendra Yama Putra sebagai

tokoh masyarakat Sasak dan juga sebagai wakil ketua DPRD Pasaman barat

mengenai kondisi pesisir Pasaman Barat kebanyakan bewarna kecoklatan:

“Pada dasarnya Wilayah pesisir Pasaman Barat ini memiliki warna perairan
kecoklatan disebabkan oleh terdapatnya aliran muara sungai yang besar yang
mengarah langsung kelaut, dimana aliran muara sungai ini bewarna kecoklatan
yang dipenuhi oleh lumpur (Gambar 5.3)

Gambar 5.3 Kondisi Muara Sungai dan Pesisir yang bewarna kecoklatan

Berdasarkan penyebaran kuisoner nilai yang diperoleh pada keindahan

alam pesisir Pasaman Barat dengan aspek pemandangan yang indah memperoleh

rata-rata nilai sebesar 4.41 dimana melalui rating scale termasuk dalam kategori

daya tarik sangat tinggi, pemadangan yang indah pada analisa ini dirasa sudah

cukup dan tinggi untuk mengembangkan menjadi sebuah daya tarik, sehingga

dapat menarik minat wisatawan. Dimana dalam pengembangan ekowisata, daya

tarik yang sangat diminati oleh wisatawan adalah daya tarik yang alami (Fandeli,

2005), akan tetapi faktor kecerahan perairan menjadi masalah utama dimana

warna perairan bewarna coklat dibandingkan dengan wilayah lainnya di Provinsi

Sumatera Barat.
108

Dengan begitu, dengan tingkat kecerahan yang lebih rendah pada pesisir

Pasaman Barat dibandingkan dengan kawasan pesisir lainnya di Provinsi

Sumatera Barat, wisatawan kurang berminat berkunjung ke pesisir Pasaman Barat.

Pada kondisi tertenu ketika libur hari besar masyarakat di wilayah Kabupaten

Pasaman Barat lebih memilih melakukan kegiatan pariwisata ke pesisir Pariaman

maupun Agam seperti pantai Tiku, disebabkan dengan tingkat kecerahan air yang

lebih terang dengan air beawrna putih kebiruan serta jarak yang tidak terlalu jauh

dari wilayah Pasaman Barat dengan jarak Tempuh 2-3 jam.

Dalam merasakan pengalaman bernilai, kepuasan wisatawan merupakan

salah satu dari faktor pengalaman. Kepuasaan wisatawan merupakan hasil

bentukan dari perbandingan antara kenyataan dan suatu ekspetasi wisatawan,

sehingga wisatawan dapat merasakan pengalaman dan dapat mendorong

wisatawan untuk kembali berkunjung (Sulistyan, 2018). Dalam hal ini

pengalaman merupakan suatu pilihan yang memiliki peran paling dasar (Gentile,

2007), dimana pengalaman merupakan faktor wisatwawan akan kembali lagi

kembali dengan merasakan kepuasaan pengalaman ketika mengunjugi lokasi

wisata ini. Dalam hal ini kepuasan merupakan tingkat perasaan seseroang dengan

memadingkan apa yang dirasakannya dengan apa yang di harapkanya (Kotler,

2001)

Pada lokasi ini, bedasarkan hasil observasi pengalaman yang dirasakan

sangat bernilai dengan adanya warung-warung makanan yang menghadap ke laut,

serta adanya dermaga kayu yang menjorok ke lautan dimana dapat melihat lautan

dengan pemadangan pualau-pulau, beserta dapat melihat masyarakat di sore hari

yang berenang menambah kesan pengalaman yang indah dan menarik (Gambar
109

5.4), akan tetapi banyaknya sampah ditemukan dipinggiran pantai mengurangi

rasa pengalaman yang indah dirasakan oleh wisatawan. Hal ini seperti

diungkapkan oleh Bapak Defi Irawan, S.pd sebagai sekretaris Dinas Pariwisata

Pasaman Barat :

“Tentu wisatawan mendapatkan pengalaman yang bernilai dengan


mengunjungi wilayah pesisir ini dengan hamparan pasir yang luas akan
menamnah pengalaman yang menarik”

Gambar 5.4 Pengalaman Indah Pada Pesisir Pasaman Barat

Pengalaman merupakan salah satu faktor yang membentuk citra suatu

destinasi (Utama, 2016). Bedasarkan hasil observasi peneliti dengan adanya

keindahan alam yang dimiliki pesisir Kabupaten Pasaman Barat pengalaman yag

dirasakan oleh wisatawan masih kurang dibandingkan dengan wilayah pesisir

lainnya di Provinsi Sumatera Barat. Dalam hal ini disebabkan masih banyaknya

sampah berserakan yang ditemukan di pesisir pantai (Gambar 5.5), tentu hal ini
110

akan berdampak terhadap minat wisatawan untuk berkunjung ke pesisir Pasaman

Barat.

Gambar 5.5 Sampah Berserakan mengurangi Nilai Pengalaman Wisatawan

Berdasarkan penyebaran kuisioner nilai yang diperoleh pada keindahan

alam pesisir Pasaman Barat dengan aspek pengelolahan harus diarahkan menjaga

kelestarian dan sumber daya memperoleh rata-rata nilai sebesar 4.38 dimana

melalui rating scale termasuk dalam kategori daya tarik sangat tinggi, dimana

persepsi masyarakat atau penilaian masyarakat terhadap pengelolahan destinasi

masih kurang dan harus di arahkan untuk menjaga kelestarian alam dan sumber

daya. Dengan banyaknya sampah berserakan, tentu masyarakat menilai

pengelolahan pesisir Pasaman Barat harus selalu diarakan menjaga kelestarian

lingkungan dan sumber daya alam.

Walau begitu, menurut observasi peneliti tingkat pengalaman wisatawan

lebih rendah pada pesisir Pasaman Barat dibandingkan dengan kawasan pesisir

lainnya di Provinsi Sumatera Barat, wisatawan kurang berminat berkunjung ke

pesisir Pasaman Barat. Hal ini di sebabkan oleh banyaknya sampah yang

berserakan dipinggiran pesisir pantai.


111

Dalam kegiatan pariwisata aspek lingkungan merupakan sesuatu yang

sangat penting dan harus diperhatikan (Dahuri, 2003). Dimana wilayah pesisir

merupakan suatu wilayah yang paling banyak menerima tekanan dibadingkan

wilayah lainnya, sebab wilayah merupakan wilayah yang paling rentan terhadap

perubahan baik secara alami maupun secara fisik sehingga dapat mengakibatkan

penurunan terhadap kualitas lingkungan pesisir tersebut (Huda, 2008), maka dari

itu seharusnya pengelolahan destinasi pesisir harus selalu diarahkan untuk

menjaga lingkungan alam sekitarnya.

Salah satu faktor untuk menjaga suatu lingkungan dan memeliharanya

dengan menghindarkannya dari pencemaran dan kerusakan (Imam, 2003). Pada

pesisir Pasaman Barat ini menurut observasi peneliti masalah utama pada pesisir

Pasaman Barat yaitu adanya erosiyang disebabkan oleh ombak yang besar.

Dimana erosi dan abrasi pantai dapat mengakibatkan kemunduran terhadap garis

pantai dan dapat mengancam kehidupan dan pendapatan masyarakat (Wahyudi,

2009). Hal ini seperti diungkapkan oleh Bapak Defi Irawan, S.pd sebagai

sekretaris Dinas Pariwisata Pasaman Barat :

“Pada lokasi wisata ini disebakan oleh gelombang yang arus ombak yang
tinggi telah menyebabkan abarasi terhadap lahan pantai, salah satu upayanya
agar lahan pantai tetap terjaga kelestariannya dengan membuat penahan ombak
dari batu-batu”. (Gambar 5.6)
112

Gambar 5.6 Batu Penahan Abrasi Pantai Pada Kawasan Pesisir Pasaman Barat

Salah satu dampak yang dihasilkan dari aktivitas wisata berupa dampak

negatif yaitu, pencemaran lingkungan, polusi, kerusakan terhadap lingkungan

fisik (Tuwo, 2011). Pada Pesisir Kabupaten Pasaman Barat dampak yang

dihasilkan dari adanya kegiatan wisata ini dengan banyaknya ditemtukan sampah

yang berserakan di pinggiran Pantai (Gambar 5.7)

Gambar 5.7 Dampak Dari Aktifitas Wisata dengan Sampah Yang Berserakan
113

Berdasarkan penyebaran kuisioner nilai yang diperoleh pada keindahan

alam pesisir Pasaman Barat dengan aspek pengelolahan harus diarahkan menjaga

kelestarian dan sumber daya memperoleh rata-rata nilai sebesar 4.38 dimana

melalui rating scale termasuk dalam kategori daya tarik sangat tinggi,

dimana persepsi masyarakat atau penilaian masyarakat terhadap pengelolahan

destinasi masih kurang dan harus di arahkan untuk menjaga kelestarian alam dan

sumber daya. Dengan banyaknya sampah berserakan, tentu masyarakat menilai

pengelolahan pesisir Pasaman Barat harus selalu diarakan menjaga kelestarian

lingkungan dan sumber daya alam.

Walau begitu, menurut observasi peneliti tingkat pengolahan destinasi

diarahkan menjaga masih lebih rendah pada pesisir Pasaman Barat dibandingkan

dengan kawasan pesisir lainnya di Provinsi Sumatera Barat, salah satu faktor

wisatawan kurang berminat berkunjung ke pesisir Pasaman Barat. Hal ini di

sebabkan oleh banyaknya sampah yang berserakan dipinggiran pesisir pantai.

Salah satu penyebab belum terkelolahnya potensi wisata di wilayah pesisir

dan laut belum maksimal dikarenakan tidak adanya sistem kelembagaan yang

mendukung dalam sektor pengembangannya (Budiharsono, 2001). Salah satu

manfaat dari kegiatan ekowisata adalah terjadinya peningkatan penghasilan

dan tersedianya kesempatan kerja, serta berkembangnya usaha-usaha baru

(Tuwo, 2011). Dalam mengembangkan suatu kegiatan ekowisata sangat

membutuhkan dukungan dan partisipasi dari komunitas lokal, dengan

terlibatnya komunitas lokal tentu akan berkaitan lansung dengan peningkatan

kualitas kondisi sosial dan masyarakat di sekitar lokasi wisata (Imran, 2012).
114

Pada kawasan pesisir Pasaman Barat, peneliti menemukan dalam

pengelolahan lahan pantai pada di lokasi wisata ini sebagian besar dilakukan oleh

penduduk lokal dan masyarakat sekitar. Salah satu bentuk pengelolahanya

dengan adanya Pokdarwis yang bekerjasama dengan Pemda, serta warung-warung

yang berdiri di sekitar pantai mayoritas dimiliki oleh masyarakat lokal(Gambar

5.8) Hal ini seperti yang diungkapkan oleh oleh Bapak Hendra Yama Putra

sebagai tokoh masyarakat Sasak dan juga sebagai wakil ketua DPRD

Pasaman barat dan Bapak Zanrico, selaku Asosiasi Wisata di Kabupaten

Pasaman Barat:

“Keikutsertaan masyarakat lokal terlihat dari kesediaan masyarakat


menyerahkan tanah ulayat/adat kepada Pemda untuk dibangun sarana dan
prasarana pariwisata, peran kelompok masyarakat juga ikut andil dalam
menerapkan suatu kebijakan atau aturan, salah satunya mengenai harga
makanan di semua warung makanan di mana harga satu warung dengan warung
lainnya sama tidak boleh lebih maupun kurang dengan menu makananan yang
sama sehingga tidak akan menimbulkan kecemburuan diantara satu sama
lainnya, dan wisatawan tidak merasa tertipu”(gambar 5.8)

Gambar 5.8 Salah satu pengelolahan yang dilakukan kelompok masyarakat

Nilai yang diperoleh pada keindahan alam pesisir Pasaman Barat dengan

aspek perlu adanya suatu kelompok masyarakat dalam mendukung pariwisata

memperoleh rata-rata nilai sebesar 4.44, dan merupakan penilaian tertinggi.

Dimana melalui rating scale termasuk dalam kategori daya tarik sangat tinggi,

dimana persepsi masyarakat atau penilaian masyarakat terhadap pengelolahan


115

harus ada suatu kelompok masyarakat dalam mengkoordinir kegiatan pariwisata.

salah satunya mengenai harga makanan, Salah satu strategi yang baik dalam

pengembangan suatu wisata adalah dengan di susunya suatu pengembangan

persaingan yang baik antar pengelolah (Abdillah, 2015)

Dalam pengelolahan lahan ekowisata pesisir seharusnya wisatawan dapat

menikmati seluruh lingkungan pantai, dimana pembangunan fisik yang

menghambat akses ke laut tidak boleh (Tuwo, 2011). Pada pengelolahaan pesisir

terdapat masalah utama yaitu dengan menghadapi pembangunan yang padat

dengan permukiman penduduk, sehingga telah melampaui daya dukung

lingkungan terhadap ekosistem pesisir dan laut, yaitu pencemaran

lingkungan, penurunan habitat pesisir, serta abrasi pantai (Darajati, 2004).

Menurut hasil pengamatan peneliti pada lokasi pesisir Pasaman Barat pada

pesisir Pasaman Barat masih banyak berdiri bangunan fisik di sekitar pesisir

pantai dengan berupa permukimam masyarakat yang dapat (Gambar 5.9). Dalam

hal ini seperti diungkapkan oleh Bapak Defi Irawan, S.pd sebagai sekretaris Dinas

Pariwisata Pasaman Barat :

“Pada daerah pesisir banyak ditemukan rumah warga dimana mayoritas

bermata pencaharian sebagai nelayan, dengan dekatnya rumah para nelayan

tentu akan memudahkan ketika mereka pergi melaut.


116

Gambar 5.9 Permukiman masyarakat dipinggiran pantai

Selain itu, salah satu masalah yang paling menonjol dalam pengelolahan

wilayah pesisir adalah dengan penguasaan lahan atau tanah pantai oleh

seseorang (Tuwo, 2011). Dalam hal ini menurut hasil observasi peneliti pada

pesisir Kabupaten Pasaman Barat, pengelolahan dilakukan oleh masyarakat lokal

dengan bekerjasam dengan Pemda Hal ini seperti yang diungkapkan oleh oleh

Bapak Hendra Yama Putra sebagai tokoh masyarakat Sasak dan juga

sebagai wakil ketua DPRD Pasaman barat dan Bapak Zanrico, selaku

Asosiasi Wisata di Kabupaten Pasaman Barat:

“Keikutsertaan masyarakat lokal terlihat dari kesediaan masyarakat


menyerahkan tanah ulayat/adat kepada Pemda untuk dibangun sarana dan
prasarana pariwisata, peran kelompok masyarakat juga ikut andil dalam
menerapkan suatu kebijakan atau aturan.”

Dalam pengembangan ekowisata harus disesuaikan dengan kondisi

sosial, ekonomi masyarakat, dengan melibatkan masyarakat setempat agar

masyarakat dapat menikmati keuntungan secara ekonomi dari pengembangan

kawasan wisata tersebut (Satria, 2009). Dalam hal ini masyarakat setuju

bahwasanya lahan pantai boleh dibangun dengan maksud untuk mendapatkan

faktor ekonomi dari bangunan tersebut (Gambar 5.10). Dalam hal ini seperti
117

diungkapkan oleh Bapak Defi Irawan, S.pd sebagai sekretaris Dinas Pariwisata

Pasaman Barat :

“Bangunan fisik yang boleh terbangun pada ruang lingkup pesisir pantai
hanya bangunan yang berfungsi sebagai fasilitas wisatawan berupa warung-
warung dengan begitu masyarakat juga mendapatkan keuntungan.”

Gambar 5.10 Bangunan Fisik Berupa Fasilitas Wisatawan

Berdasarkan penyebaran kuisioner nilai yang diperoleh pada keindahan

alam pesisir Pasaman Barat dengan aspek lahan pantai harus terbebas dari

bangunan fisik memperoleh nilai rata-rata nilai sebesar 3.94,melalui rating scale

termasuk dalam kategori daya tarik tinggi, sedangkan menurut penilaian aspek ini

merupakan aspek penilaian terendah.Dimana persepsi masyarakat atau penilaian

masyarakat terhadap aspek lahan pantai terbebas dari bangunan fisik kurang,

dimana masayarakat dan wisatawan setuju bangunan boleh berdiri dengan syarat

fungsi bangunan tersebut sebagai penambah sumber peghasilan masyarakat.


118

5.1.2 Kebersihan Dan Kenyamanan Ekowisata

Kebersihan lingkungan merupakan suatu keadaan dimana lokasi tersebut

erbebas dari sampah bau dan kebisingan. Dalam penilaian suatu daya tarik alam

aktor kebersihan merupakan faktor utama dalam penilaian tersebut. dimana pada

asi wisata harus tidak ditemukan sampah, bebas bau, kebisingan serta gangguan

binatang pada lokasi wisata (Dirjen PHKA, 2003). Tentu kualitas kebersihan

sangat berpengaruh terhadap kondisi kenyamanan bagi wisatawan (Violinaa,

2016). Dengan begitu persepsi wisatawan sangat berpengaruh dalam membentuk

citra total dari destinasi wisata tersebut. (Gatner, 1993). Dengan begitu faktor

kebersihan dan kenyamanan dari suatu destinasi wisata sangat berpengaruh

terhadap citra destinasi wisata tersebut.

Pada lokasi Kawasan pesisir Kabupaten Pasaman Barat ini sangat memiliki

keunggulan pemandangannya dengan variasi pemandangan seperti pulau-pulau

serta hamparan perbukitan disekitarnya, akan tetapi masih banyaknya ditemukan

sampah hasil dari aktivitas wisata, dimana menambah kesan tidak bersih dan

sangat menganggu kenyamanan wisatawan (Gambar 5.11). Dalam hal ini juga

diungkapkan oleh Bapak Hendra Yama Putra sebagai tokoh masyarakat Sasak dan

juga sebagai wakil ketua DPRD Pasaman barat:

“ pesisir Pasaman Barat ini sangat memiliki potensi dengan keselarasan

dan variasi pemadangannya, akan tetapi masih banyak dari masyarakat dan

wisatawan yang membuang sampah sembarangan di pinggiran pantai, padahal

dari Pemda dan pengelola telah disediakan tempat-tempat sampah. Kondisi ini

menambah kesan jorok dengan banyaknya sampah berserakan”


119 119

Gambar 5.11 Kondisi Kebersihan Dan Kenyamanan Pesisir Pasaman Barat


120

Sedangkan berdasarkan hasil penyebaran kuisioner (Tabel 5.2), nilai rata-rata

total daya tarik ekowisata alam pada kebersihan dan kenyamanan ekowisata berbasis

persepsi memperoleh nilai sebesar 3.89. Melalui rating scale (Tabel 3.17) bahwa nilai

rata-rata total keseluruhan kebersihan dan kenyamanan ekowisata pesisir Pasaman

Barat masuk dalam skala daya tarik dengan kategori tinggi. dimana aspek ketika

berada di lokasi wisata dapat meningkatkan kesadaran menjaga lingkungan menjadi

aspek penilaian tertinggi dengan nilai rata-rata tertingg sebesar 4.01, sedangkan

penilaian terendah pada kebersihan dan kenyamanan ekowisata berbasis persepsi

adalah aspek pada lokasi pantai harus terbebas dari sampah, bau, kebisingan, dan

gangguan binatang 3.54 (Tabel. 5.2).

Walaupun hasil yang didapat dengan penyebaran kuisioner kebersihan dan

kenyamanan pesisir Kabupaten Pasaman barat masuk dalam kategori dengan skala

penilaian daya tarik kategori tinggi, akan tetapi menurut hasil observasi dan

wawancara peniliti kenyataanya kondisi pesisir Pasaman Barat sangat banyak

ditemukan sampah, hal ini menurut hasil wawancara peniliti didapat mengenai

kurangnya pemahaman masyarakat tentang menjaga lingkungan dan perilaku

masyarakat yang kurang baik dengan membuang sampah langsung menuju kelaut.

Dengan keadaan begitu, tentu wisatawan akan enggan untuk berkunjung maupun

berkunjung kembali ke pesisir Pasaman Barat. Dibandingkan dengan keadaan pesisir

Pasaman Barat, kawasan pesisir lainnya di Provinsi Sumatera Barat sangat tertata

kebersihan serta perilaku masyarakatnya. Tentu faktor kebersihan dan kenyamanan

merupakan faktor utama yang menyebabkan kurangnya minat wisatawan berkunjung

ke pesisir Kabupaten Pasaman Barat.


121
121

Tabel 5.2 Nilai Rata-Rata Kebersihan Dan Kenyamanan Ekowisata Berbasis Persepsi
Pesisir Pasaman Barat

4.11 3.89 3.61 3.43 3.89


122

Ada beberapa krieria dalam penilaian kenyamanan pada daya tarik alam

berbentuk pantai yaitu pada lokasi wisata harus tidak ada sampah (bebas bau);

Tidak adanya coret-coretan (vandal);Bebas dari kebisingan; Tidak adanya

gangguan binatang; Serta tidak adanya gangguan manusia (Dirjen PHKA, 2003).

Tentu kualitas kebersihan sangat berpengaruh terhadap kondisi kenyamanan

bagi wisatawan (Violinaa, 2016). Dengan begitu persepsi wisatawan sangat

berpengaruh dalam membentuk citra total dari destinasi wisata tersebut.

(Gatner, 1993). Dengan begitu faktor kebersihan dan kenyamanan dari suatu

destinasi wisata sangat berpengaruh terhadap citra destinasi wisata tersebut.

Pada pesisir Pasaman Barat menurut hasil obsrvasi peneliti lahan pantai

masih banyak ditemukan sampah yang berserakan, serta masih ditemukannya

warga yang mengembala hewan peliharaanya dipinggiran pantai (Gambar 5.12).

tentu hal ini sangat menganggu kenyamanan wisatawan dalam melakukan

kegiatan wisatanya di pesisir Pasaman Barat. Dalam hal ini juga diungkapkan

oleh Bapak Hendra Yama Putra sebagai tokoh masyarakat Sasak dan juga sebagai

wakil ketua DPRD Pasaman barat:

“ kemungkinan penyebab jorok dan sampah yang berserakan di sebabkan

oleh perilaku masyarakat yang kurang baik dan kurangnya pemahamam dalam

pentingnya menjaga lingkungannya, serta tidak adanya pengawasan lanjutan

dimana Pemda hanya melakukan sikap berupa himbauan saja”


123

Gambar 5.12 Sampah dan Hewan Ternak Di Lahan Pantai

Dengan banyaknya sampah berserakan tentu akan berpengaruh terhadap

kenyamanan wisatawan dalam melakukan kegiatan wisata di pesisir Pasaman

barat. Tentu hal ini sangat berpengaruh terhadap kunjungan wisatawan ke pesisir

Pasaman Barat, dimana kunjungan wisatawan pada pesisir Pasaman Barat merupakan

terendah di Provinsi Sumatera Barat (Bps, 2019). Dalam hal ini menurut hasil

observasi peniliti kurangnya minat wisatawan disebabkan ketidaknyamanan dengan

banyaknya sampah berserakan, lokasi yang bau, serta banyaknya kotoran binatang

serta binatang yang berseliweran dipinggiran pantai.

Nilai yang diperoleh pada kebersihan dan kenyamanan ekowisata pesisir

Pasaman Barat dengan aspek lokasi pantai terbebas dari sampah, bau, kebisingan,

serta binatang memperoleh rata-rata nilai sebesar 3.54 dimana melalui rating scale

termasuk dalam kategori daya tarik tinggi, dimana persepsi masyarakat atau penilaian

masyarakat terhadap kenyamanan berupa lahan pantai terbebas sampah, bauh, binatang

masih kurang. pada penilaian, aspek ini merupakan yang terendah pada kebersihan dan

kenyamanan. Dengan banyaknya sampah berserakan, tentu persepsi masyarakat akan

mempengaruhi citra dari destinasi tersebut. persepsi wisatawan sangat berpengaruh

dalam membentuk citra total dari destinasi wisata tersebut. (Gatner, 1999)
124

Ada beberapa krieria dalam penilaian kenyamanan pada daya tarik alam

berbentuk pantai yaitu pada lokasi wisata harus terbebas dari pengaruh pelabuhan,

permukimam, pabrik, dan sumber pencemaran lingkungna (Dirjen PHKA, 2003).

Pada umumnya permukimam masyarakat pesisir mengikuti pola linear dengan

mengikuti alur sepanjang pesisir pantai, dimana pola permukiman ini terbentuk untuk

memudahkan masyarakat pesisir yang sebagian besar beraktivitas sebagai nelayan

(Sarman, S., & Wijaya, K, 2018). Pada pesisir kawasan Pasaman Barat pola

permukiman masyarakat dengan pola lienar dengan memanjang mengikuti pesisir

pantai dengan orientasi muka bangunan permukiman masyarakat langsung menghadap

ke laut (Gambar 5.13)

Gambar 5.13 Permukiman masyarakat yang menghadap dan berioentasi terhadap laut

Tentu, dengan adanya aktivitas masyarakat yang bermukim di pinggiran

pesisir pantai akan berdampak terhadap kualitas lingkungan di sekitarnya. Salah satu

penyebab sampah berserakan dipinggiran pantai sebagian besar berasal dari sampah

rumah tangga yang dibuang laut lansung kelaut (Cordova & Nurhati, 2019). Dengan

begitu, menurut hasil observasi sebagian besar sampah yang berada di pinggrian pesisir

pasaman barat berasal dari permukiman masyarakat. Hal ini seperti diungkapkan oleh

Bapak Bapak Defi Irawan, S.pd sebagai sekretaris Dinas Pariwisata Pasaman Barat :
125

“ kemungkinan penyebab jorok dan sampah yang berserakan di sebabkan oleh

permukiman yang dekat dengan bibir pantai, dimana posisi rumah menghadap pantai

sehingga dengan posisi tersebut kemungkinan besar masyarakat membuang sampah ke

pantai maupun di pasir pantai. (Gambar 5.14)”

Gambar 5.14 masyarakat yang menjemur ikan asin serta hewan ternak di
pinggiran pantai

Nilai yang diperoleh pada kebersihan dan kenyamanan ekowisata pesisir

Pasaman Barat dengan aspek lokasi pantai terbebas dari pelabuhan, permukimam,

pabrik, dan sumber pencemaran memperoleh rata-rata nilai sebesar 3.71 dimana

melalui rating scale termasuk dalam kategori daya tarik tinggi, dimana persepsi

masyarakat atau penilaian masyarakat terhadap kenyamanan berupa lahan pantai

terbebas permukimam, sumber pencemaran masih kurang. tentu persepsi masyarakat

akan mempengaruhi citra dari destinasi tersebut. persepsi wisatawan sangat berpengaruh
126

dalam membentuk citra total dari suatu destinasi wisata (Gatner, 1993). Pada kawasan

pesisir Pasaman Barat persepsi dan penilain yang akan terbentuk dikepala masyarakat

adalah kurang nyaman dan bersih.

Pelayanaan dan sikap yang diberikan merupakan salah satu faktor penilaian

ekowisata yang diberikan oleh wisatawan terhadap lokasi wisata tersebut. Di mana

pelayanan merupakan kepuasan seseorang terhadap suatu yang diharapkan berupa atas

produk/jasa (Nasution, 2004). Salah satu bentuk kesiapan masyarakat bagi wisatawan

adalah dengan kemampuan bahasa, keramahan, kesiapan, dan kesanggupan

pengelola maupun masyarakat dalam mengarahkan wisatawan merupakan salah satu

faktor kenyamanan bagi wisatawan yang berkunjung ke lokasi wisata tersebut (Haris

Dkk, 2017)

Menurut hasil observasi peneliti respon masyarakat sangat positif dengan

dan baik apabila ada wisatwan yang bertanya, karna sikap yang ramah tentu akan

berdampak baik dan positif bagi kawasan tersebut. Selain itu, masyarakat dapat

berkomunikasi secara normal, dan mengerti dengan apa yang ingin diutarakan oleh

wisatawan, sehingga masyarakat tidak merasa kebingunga ketika berada di lokasi

wisata. Salah satu ada perilaku masyarakat yang kurang baik menurut hasil observasi

peneliti kebiasaan masyarakat membuang sampah sembarang kelaut. Hal ini seperti

diungkapkan oleh Bapak Bapak Defi Irawan, S.pd sebagai sekretaris Dinas Pariwisata

Pasaman Barat :

“Pada lokasi wisata ini masyarakat sangat positif dengan respon yang baik

apabila ada wisatwan yang bertanya, karna sikap yang ramah tentu akan berdampak

positif terhadap nilai dari daerah mereka tersebut, salah satunya dengan membuat

petugas untuk menjaga kendaraan wisatawan (Gambar 5.15)”


127

Gambar 5.15 Pelayanan Masyarakat Berupa Menjaga Kendaraan Wisatawan

Nilai yang diperoleh pada kebersihan dan kenyamanan ekowisata pesisir Pasaman

Barat dengan aspek pelayanan yang baik di lokasi wisata memperoleh rata-rata nilai

sebesar 3.82 dimana melalui rating scale termasuk dalam kategori daya tarik tinggi,

dimana persepsi masyarakat atau penilaian masyarakat terhadap adanya pelayanan yang

baik di lokasi wisata sudah cukup baik. Dengan pelayanan yang baik tentu akan menjadi

daya tarik sendiri dimana wisatawan akan merasa nyaman ketika berada di kawasan

wisata. akan tetapi, perilaku masyarakat yang kurang baik seperti membuang sampah

sembarangan akan berdampak terhadap minat wisatawan untuk berkunjung

kualitas kebersihan suatu lingkungan sangat berpengaruh terhadap kondisi

kenyamanan bagi wisatawan dimana kondisi tersebut diciptakan oleh pengelolah itu

sendiri (Violinaa, 2016). Menurut hasil observasi peneliti pada lokasi penelitian ini

pengelolahan sampah pada lokasi kawasan pesisir ini masih buruk, masih banyak

ditemukan sampah yang berserakan dipinggiran pantai. Dalam pengelolahan sampah

sudah di sediakan berupah tong sampah, akan tetapi kapasitas dari tong sampah

tersebut tidak dapat menampung sampah dari aktifitas wisata tersebut (Gambar 5.16).
128

Dalam hal ini juga diungkapkan oleh Bapak Hendra Yama Putra sebagai tokoh

masyarakat Sasak dan juga sebagai wakil ketua DPRD Pasaman barat:

“ kemungkinan penyebab jorok dan sampah yang berserakan di sebabkan oleh


perilaku masyarakat yang kurang baik dan kurangnya pemahamam dalam pentingnya
menjaga lingkungannya, serta tidak adanya pengawasan lanjutan dimana Pemda
hanya melakukan sikap berupa himbauan saja”

Gambar 5.16 Pengolahan Sampah Yang Buruk

Nilai yang diperoleh pada kebersihan dan kenyamanan ekowisata pesisir

Pasaman Barat dengan aspek pengelolahan sampah yang baik memperoleh rata-rata

nilai sebesar 3.74 dimana melalui rating scale termasuk dalam kategori daya tarik

tinggi, dimana persepsi masyarakat atau penilaian masyarakat terhadap

pengelolahan sampah dengan tersedianya tong sampah masih kurang. Dengan

banyaknya sampah berserakan, tentu persepsi masyarakat akan mempengaruhi citra dari

destinasi tersebut. persepsi wisatawan sangat berpengaruh dalam membentuk citra total

dari destinasi wisata tersebut. (Gatner, 1993), dengan begitu didalam pemahaman

wisatawan bahwa pesisir Pasaman Barat sangat jorok.


129

5.1.3 Keunikan Alam

Wilayah pesisir merupakan suatu tempat berkumpulnya dari suatu

komponen ekologi dan fisik yang saling terkait dan berinteraksi (Djunaedi, 2011).

Oleh sebab itu, suatu wilayah pesisir sangat memiliki ekosistem yang menarik.

Pada suatu wilayah pesisir terdapat suatu ekosistem yang unik dan saling terkait

diantaranya ekosisteterumbu karang, mangrove, estuaria, padang lamun, dimana

ekosistem tersebut memiliki kenaekaragaman hayati dan tentu dapat memberi

manfaat ekologi dan ekonomi yang besar (Tuwo, 2011). kan tetapi pada lokasi

penelitian kawasan pesisir Pasaman Barat ini, peneliti tidak menenukan suatu

gejala keunikan alam berupa adanya ekosistem mangrove, padang lamun, dan

terumbu karang maupun keanekaragaman flora maupun fauna. Akan tetapi pada

wilayah pesisir Sasak ini terdapat suatu fenomena keunikan yaitu deretan pohon

cemara laut yang tinggi dan berjejer yang menambah kesan indah dan visual

sehingga menjadi daya tarik sendiri (Gambar 5.17). Hal ini juga di ungkapkan

oleh Bapak Bapak Defi Irawan, S.pd sebagai sekretaris Dinas Pariwisata Pasaman

Barat:

“pada wilayah Sasak ini tidak terdapat suatu ekosistem yang menarik baik
berupa terumbu karang, padang lamun, dan lainnya, akan tetapi dengan adanya
deretan pohon cemara laut yang berjejer rai menambah kesan indah dan
menjadi keunikan alam tersendiri bagi wisatawan yang melihatnya, dan juga
banyak dari wisatawan menyebutnya dengan pantai pohon seribu.

Sedangkan Pada Wilayah Pesisir Air Bangis juga sama seperti wilayah

pesisir Sasak yaitu tidak terdapatnya suatu ekosistem yang unik pada wilayah

pesisir berupa terumbu karang. Mangrove, estuarsi, padang lamun dan lainnya.

Akan tetapi pada pulau-pulau yang berada di sekitaran kawasan pesisir Air Bangis

sangat kaya akan ekosistem Terumbu karang, dan Hutan Mangrove salah satunya
130

berada di pulau panjang dan pigago, selain itu adanya suatu fenomena alam yang

menjadi cerita rakyat pada masyarakat pesisir Air Bangis yaitu adanya “Pusa-

Pusa” pada muara Air Bangis yaitu lingkaran pada Air yang berputar-putar yang

dapat menghisap setiap benda yang lewat. Hal ini juga diungkapkan oleh Bapak

Wali Nagari dan juga Bapak Robi Zanrico Sebagai Asosiasi Wisata Pada

Kabupaten Pasaman Barat :

“ Pada Wilayah Pesisir Air Bangis ini terdapat suatu fenomena alam yaitu
adanya pusaran atau masyarakat disini menyebutnya denga “Pusa-Pusa” pada
muara yaitu suatau pusaran=pusaran yang dapat menghisap benda yang lewat di
atasnya, dalam fenomena ini beredar kisah di masyarakat bahwa setiap keturuan
raja-raja di Air Bangis ini tidak akan bisa berlayar dan pergi melaut dengan baik,
dikarenakan pada zaman dahulu kala kapal raja pernah tenggelam di perairan
Air Bangis sehingga arwahnya gentanyangan dalam bentuk “Pusa-pusa” untuk
mencari anak keturunan raja.” (Gambar 5.17)

Gambar 5.17 Pusa Pusa


Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=lmwbqz2t2tU, 2020
131 131

Gambar 5.17 Keunikan Alam Pesisir Pasaman Barat


132

Dalam suatu ekosistem pesisir harus dapat di perdayakan secara ekonomi.

Oleh sebab itu, dengan adanya kegiatan ekowisata dapat meningkatkan

kemampuan sumber daya manusia melalui pelatihan yag berkaitan dengan

pengelolahan dan teknik yang baik dalam mengelola sumber daya alam (Tuwo,

2011). Dengan begitu suatu ekosistem harus dapat di ambil keuntungan di

dalamnya akan tetapi harus tetap memperhatikan faktor-faktor kelestarian alam di

dalamnya agar tidak merusak alam (Tuwo, 2011). Dalam pengembangan wilayah

pesisir harus dapat memaksimalkan 2 kepentingan yaitu mendapat keuntungan

ekonomi dari sumber daya pesisir, dan dapat menjaga kelestarian alam di

lingkungan sekitarbtya (Diraputra, 2003).

Pada lokasi pesisir Sasak, masyarakat memanfaatkan sumberdaya alam

dengan baik sehingga dapat menghindari kerusakan alam dengan memanfaatkan

kayu-kayu yang sudah tua dan terbuang sebagai bahan untuk rumah panggung,

dan untuk bahan membuat kapal/boat (Gambar 5.14). Sedangkan pada lokasi

kawasan pesisir Air Bangis tidak ditemukan pemanfaatan sumberdaya alam. Hal

ini juga diungkapkan oleh Bapak Hendra Yama Putra sebagai tokoh masyarakat

Sasak dan juga sebagai wakil ketua DPRD Pasaman barat yang sama juga oleh

Bapak Bapak Defi Irawan, S.pd sebagai sekretaris Dinas Pariwisata Pasaman

Barat :

“ Masyarakat pesisir Sasak Sangat memanfaatkan sumber daya alam

secara baik, yaitu masyarakat hanya menggunakan kayu yang dianggap sudah

tua dan kayu yang terbuang di muara sebagai bahan membuat rumah panggung,

serta bahan membuat boat/perahu.”


133

Berdasarkan hasil penyebaran kuisioner (Tabel 5.3), nilai rata-rata total daya

tarik ekowisata alam pada keunikan alam ekowisata berbasis persepsi memperoleh

nilai sebesar 4.04. Melalui rating scale (Tabel 3.17) bahwa nilai rata-rata total

keseluruhan keunikan alam ekowisata pesisir Pasaman Barat masuk dalam skala

daya tarik dengan kategori tinggi. dimana aspek perlu adanya kegiatan untuk

melindungi ekosistem pesisir menjadi aspek penilaian tertinggi dengan nilai rata-

rata tertinggi sebesar 4.24, sedangkan penilaian terendah pada keunikan alam

ekowisata berbasis persepsi adalah aspek pada lokasi ini terdapat berbagai macam

keankearagaman flora dan fauna dengan nilai total rata-rata sebesar 3.75 (Tabel.

5.3).

Walaupun hasil yang didapat melalui penyebaran kuisoner pada keunikan

alam masuk dalam kategori skala penilaian daya tarik kategori tinggi, akan tetapi

menurut hasil obsrvasi dan wawancara peneliti pada kenyataanya kondisi pesisir

Kabupaten Pasaman Barat tidak memiliki keunikan alam baik dari flora maupun

faunanya. Dengan begitu perlu adanya daya tarik lainnya sehingga dapat menarik

minat wisatawan untk berkunjung ke pesisir Kabupaten Pasaman Barat. Dengan

adanya daya tarik lainnya yang ditawarkan, tentu akan menarik minat wisatawan

utnk berkunjung, selain itu masyarakat juga tidak hanya bergantung terhadap

pemandangan laut saja yang mana menurut hasil obervasi peneliti pada lokasi

penelitian masyarakat hanya menjadikan pemandangan laut sebagai daya tarik

utama bagi wisatawan yang berkunjung


134 134

Tabel 5.3 Nilai Rata-Rata Keunikan Alam Ekowisata Berbasis Persepsi Pesisir Pasaman Barat

4.07 3.80 4.27 4.01 4.04


135

5.2 Analisis Daya Tarik Buatan Ekowisata Pesisir Berbasis Persepsi


Masyarakat Di Kabupaten Pasaman Barat

Berdasarkan kajian literatur yang telah dilakukan terhadap aspek daya tarik

ekowisata buatan, terdapat beberapa indikator yang membentuk suatu daya tarik

ekowisata alam pada lokasi penelitian ini. Adapun indikator tersebut adalah

aktivitas wisata, keunikan masyarakat, keamanan dan keselamatan, serta fasilitas.

Proses pengumpulan data dilakukan secara kualitatif (observasi dan wawancara)

dan kuantitatif (penyebaran kuesioner), yang mana data tesebut berdasarkan

indikator aktivitas wisata, keunikan masyarakat, keamanan dan keselamatan, serta

fasilitas pada lokasi penelitian yaitu kawasan sasak, dan kawasan pesisir Air

Bangis yang mewakili pesisir Kabupaten Pasaman Barat

5.2.1 Aktivitas Wisata

Dalam pengembangan ekowisata, banyak hal yang dapat dilakukan dalam

pengembangan kegiatan ekowisata pesisir. Seperti pada bentang laut dapat

dilakukan kegiatan berenang, memancing, menyelam,berlayar, sedangkan pada

bentang darat pantai dapat dilakukan kegiatan seperti rekreasi, olahraga,

berkemah, berjemur, sekedar melihat pemandangan, dan relaksasi diri (Yulius,

2018). Oleh sebab itu, suatu pengelolah wisata harus tau karakteristik dan

keinginan wisatawan dalam kegiatan wisata (Tuwo, 2011).

Pada kawasan pesisir Kabupaten Pasaman Barat aktivitas yang ditawarkan

sangat beragam mulai dari bersantai, bermain di pinggiran pantai, berenang,

olahraga mendayung, bermain Atv, bermain Boat, Bermain Layang-layang,


136

berkeliling dengan kapal, mengunjungi pulau-pulau (Gambar 5.19), akan tetapi

semua aktivitas itu hanya dilakukan ketika hari-hari besar saja. Sedangkan pada

hari biasa tidak ada aktivitas wisata yang dilakukan pada kawasan pesisir

Pasaman Barat. Menurut hasil observasi peneliti wisatawan berkunjung hanya

sekedar melihat laut ataupun menikmati makanan di warung makan dipinggir

pantai,setelah itu wisatawan pergi untuk pulang. (Gambar 5.18). Dalam hal itu

juga di ungkapkan oleh Bapak Hendra Yama Putra sebagai tokoh masyarakat

Sasak dan juga sebagai wakil ketua DPRD Pasaman Barat, serta Bapak Defi

Irawan, S.pd sebagai sekretaris Dinas Pariwisata Pasaman Barat :

“ Sebenarnya aktivitas yang ditawarkan sangat beragam akan tetapi


aktivitas tersebut hanya ada ketika hari-hari besar saja. Dimana masyarakat
sebagai penyedia jasa wisata dalam hal ini sangat melihat kunjungan wisatan,
jikalau kunjungan wisatawan besar seperti hari libur tentu masyarakat akan
menyediakan berbagai macam aktivitas seperti menyediakan permainan, dimana
masyarakat tidak ingin rugi apabila dibuat pada hari biasa tidak ada menyewa
permainannya.”

Gambar 5.18 Kondisi Pesisir Degan Tidak Adanya Aktivitas Di hari Biasa
137

Dalam hal ini menurut hasil observasi peneliti dan hasil wawancara yang di

dapat masih kurangnya aktivitas wisata yang ditawarkan di pesisir Pasaman Barat

dan hanya ada ketika hari besar saja. Padahal wisata pesisir dan laut selalu

menawarkan berbagai macam alternatif wisata bagi wisatawan, maka dari itu

sangat penting untuk melakukan dan menawarkan produk dan layanan yang sesuai

dengan pengalaman dan permintaan bagi wisatawan (Francoa, 2020), dengan

begitu perlunya suatu kegiatan dalam mendukung kegiatan wisata pesisir

(Muflih, 2015), sedangkan menurut hasil observasi peneliti pada pesisir Pasaman

Barat tidak ditemukan berbagai macam alternatif wisata lainnya dan hanya

mengandalkan terhadap pemadangan laut saja, tidak seperti wilayah lainnya di

Provinsi Sumatera Barat, aktivitas yang ditawarkan tidak hanya pada hari besar

akan tetapi pada hari biasa juga, dengan adanya alternatif wisata lainnya seperti

menyewa sampan atau bermian layangan dipinggir pantai, dalam hal ini tentu

sangat berpengaruh terhadap minat kunjungan wisatawan. Dengan beragamnya

aktivitas yang ditawarkan wisatawan akan betah dan tidak bosan di dalam

kegiatan wisatanya.

Selain itu, dalam mengembangkan suatu aktivitas ekowisata ada berberapa

yang perlu diperhatikan agar dapat berkembang yaitu, jumlah wisatawan,

karakteristik dan apa yang menjadi keinginan wisatawan untuk berwisata, jenis

aktivitas ekowisata yang ditawarkan pada lokasi wisata, dimana fiungsi dari

pembatasan jumlah pengunjung dan zonasi dilakukan agar suatu daya dukung

alam tidak menurun diakibatkan oleh banyaknya wisatawan yang berkunjung

(Tuwo, 2011). Menurut hasil obervasi peneliti pada kawasan pesisir Pasaman

Barat ini tidak terdapat pembatasan jumlah pengunjung maupun pembatasan antar
138

kegiatan wisata. Hal ini juga yang diungkapkan oleh Hal ini seperti yang

diungkapkan oleh Bapak Bapak Defi Irawan, S.pd sebagai sekretaris Dinas

Pariwisata Pasaman Barat, serta Bapak Hendra Yama Putra sebagai tokoh

masyarakat Sasak dan juga sebagai wakil ketua DPRD Pasaman Barat :

“pada kawasan pesisir tidak ada pembatsan jumlah pengunjung jika


pengelola sudah merasa penuh wisatawan akan diarahkan menuju lokasi lainnya
seperti itu”

Dalam suatu konsep ekowisata pesisir tentu harus mecegah terjadinya

perubahan seperti dalam kepemilikan tanah, tatan sosial, serta budaya dalam

masyarakat lokal, dikarenakan masyarakat disini berperan sebagai pelaku dan juga

sebagai penerima keuntungan (Yulius, 2018), maka dari itu dalam pengembangan

ekowisata sangat memeperlukan keterlibatan masyrakat lokal sebab, dengan

keterlibatan masyarakat lokal akan berkaitan langsung dengan peningkatan

kualitas ekonomi masyarakat disekitar lokasi wisata (Imran, 2012). Ketika berada

di kawasan pesisir Pasaman Barat menurut observasi peneliti pengelolahan

aktivitas wisata di lokasi ini peneliti melihat lebih banyak dilakukan oleh

masyarakat lokal. Hal ini juga di ungkapkan oleh Bapak Hendra Yama Putra

sebagai tokoh masyarakat Sasak dan juga sebagai wakil ketua DPRD Pasaman

Barat:

“ pengelolahan Aktivitas wisata emang pada lokasi wisata dimiliki dan


dilaksanakan oleh masyarakat lokal, sehingga masyarakat dapat menambah
pemasukan bagi masyarakat sekitar seperti masyarakat mebuat warung makan
dipinggiran Pantai.”

Berdasarkan hasil penyebaran kuisioner (Tabel 5.4), nilai rata-rata total

daya tarik ekowisata buatan pada aktivitas ekowisata berbasis persepsi

memperoleh nilai sebesar 3.85. Melalui rating scale (Tabel 3.17). Bahwa nilai

rata-rata total keseluruhan aktivitas ekowisata pesisir Pasaman Barat masuk dalam
139

skala daya tarik dengan kategori tinggi. dimana aspek perlu adanya pembatasan

zonasi agar tidak merusak alam menjadi aspek penilaian tertinggi dengan rata-rata

total bernilai 4.05, sedangkan penilaian terendah pada aktivitas ekowisata berbasis

persepsi adalah aspek pada lokasi pantai harus terdapat pembatasan jumlah

pengunjung dengan nilai rata-rata total sebesar 3.35 (tabel 5.4)

Walaupun hasil yang didapat dengan penyebaran kuisioner aktivitas

ekowisata pesisir Kabupaten Pasaman barat masuk dalam kategori dengan skala

penilaian daya tarik kategori tinggi, akan tetapi menurut hasil observasi dan

wawancara peniliti kenyataanya kondisi pesisir Pasaman Barat tidak

ditemukannya akivitas wisata yang beragam. Adanya aktivitas wisata hanya pada

waktu tertentu seperti hari besar. Dimana menurut hasil analisa wawancara dan

observasi masyarakat takut rugi apabila menyediakan aktivitas wisata pada hari

biasanya dengan sedikitnya pengunjung. Di satu sisi, dengan adanya aktivitas

wisata yang lainnya yang ditawarkan tentu akan dapat menarik minat wisatawan.

Selain itu, masyarakat hanya bergantung terhadap pemandangan laut saja menurut

observasi peneliti pada wilayah lainnya seperti pesisir Kabupaten Pariaman

masyrakat menata pinggiran pantai dengan membuat sebuah lanscape taman,

sehingga adanya aktivitas lainya yang ditawarkan selain pemandangan ke laut.

Tentu, dengan ditawarkan berbagai akan dapat menarik wisatawan untuk

berkunjung.
140
140

Tabel 5.4 Nilai Rata-Rata Aktivitas Ekowisata Berbasis Persepsi Pesisir Pasaman Barat

3.94 2.72 4.14 2.90 3.85


141
141

Gambar 5.19 Aktivitas Wisata Pesisir Pasaman Barat


142

Suatu pengelolah wisata harus tau karakteristik dan keinginan wisatawan

dalam kegiatan wisata (Tuwo, 2011), dengan begitu suatu pengelolah destinasi

wisata harus mengetahui keinginan dari wisatawan tersebut. Salah satu aktivitas

ekowisata pesisir adalah seperti Seperti pada bentang laut dapat dilakukan

kegiatan berenang, memancing, menyelam,berlayar, sedangkan pada bentang

darat pantai dapat dilakukan kegiatan seperti rekreasi, olahraga, berkemah,

berjemur, sekedar melihat pemandangan, dan relaksasi diri (Yulius, 2018).

Menurut hasil observasi peneliti pada lokasi penelitian ini, wisatawan

berkunjung hanya untuk melihat-lihat dan bersantai-santai, dikarenakan tidak

adanya variasi atau kegiatan wisata yang dilakukan pada hari biasa. Kegiatan

aktivitas wisata seperti hiburan, permainan hanya ada dan disediakan ketika hari-

hari besar seperti liburan hari raya maupun tanggal merah (Gambar 5.20). Tentu

dengan tersedainya berbagai macam aktivitas wisata pengelolah akan mengetahui

karakteristik apa yang diinginkan wisatawan ketika berkunjung ke kawasan pesisir

Pasaman Barat ini. Dengan tersedianya berbagai macam aktivitas wisata tentu

wisatawan tidak merasa bosan dengan aktivitas yang dihabiskannya di kawasan

pesisir ini. Hal ini juga di ungkapkan oleh Bapak Hendra Yama Putra sebagai

tokoh masyarakat Sasak dan juga sebagai wakil ketua DPRD Pasaman Barat:

“Aktivitas yang ditawarkan sangat beragam akan tetapi aktivitas

tersebut hanya ada ketika hari-hari besar saja, dikarenakan masyarakat takut

merugi apabila sepi pengunjung tentu apabila dilaksanakan tidak mendapat

keuntungan”.
143

Gambar 5.20 Aktivitas Wisata Yang Ditawarkan Ketika Hari Besar Saja

Nilai yang diperoleh pada aktivitas ekowisata pesisir Pasaman Barat dengan

aspek pengelolah mengetahui apa yang dinginkan oleh wisatawan memperoleh

rata-rata nilai sebesar 4.04 dimana melalui rating scale termasuk dalam kategori

daya tarik tinggi. Dimana persepsi masyarakat atau penilaian masyarakat terhadap

pengelolah harus mengetahui apa yang dinginkan wisatawan cukup tinggi.

Dimana wisatawan memiliki motif atau tujuan yang berbeda dalam mengunjugi

lokasi ini. Tentu,salah satu bentuk pemecahan masalah dari aspek ini dengan

beragam berbagai macam aktivitas yang ditawarkan ditingkatkan dan bukan

bukan hanya tiap pada hari-hari tertentu saja.

Jumlah wisatawan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap

daya dukung lingkungan wisata (Hakim, 2004). Adapun fungsi dari pembatasan

jumlah pengunjung dan zonasi dilakukan agar suatu daya dukung alam tidak

menurun diakibatkan oleh banyaknya wisatawan yang berkunjung (Tuwo, 2011).


144

Menurut hasil observasi peneliti pada lokasi penelitian ini, ketika peneliti

melakukan observasi kawasan pesisir Pasaman Barat sangat sepi (Gambar 5.21),

dimana tentu daya dukung lingkungan sanggup atau cukup untuk mengkoordinir

wisatawan. Akan tetapi, ketika hari libur dan tanggal merah kedua kawasan ini

sangat ramai untuk dikujungi wisatawan, dimana kedua kawasan ini merupakan

destinasi pesisir unggulan di Kabupaten Pasaman Barat. Salah satu upayah yang

dilakukan ketika kawasan pesisir ini sudah dirasa penuh, menurut Bapak Defi

Irawan selaku Sekretaris Dinas Pariwisata dengan melakukan atau mengarahkan

wisatawan untuk menuju lokasi lainnya dmana Pemda bekerjasama dengan

kelompok masyarakat dalam hal ini.

Gambar 5.21 Suasana Pesisir Pasaman Barat Yang Sunyi

Melalui penyebaran kuisioner nilai yang diperoleh pada aktivitas

ekowisata pesisir Pasaman Barat dengan aspek pembatasan jumlah pengunjung

memperoleh rata-rata nilai sebesar 3.35, dimana melalui rating scale termasuk

dalam kategori daya tarik tinggi. Aspek perlu adanya pembatasan jumlah
145

pengunjung merupakan penilain terendah dalam indikator aktivitas ekowisata ini.

Dalam hal ini, persepsi masyarakat atau penilaian masyarakat tidak setuju dengan

adanya pembatasan jumlah pengunjung. Dimana Pembatasan jumlah pengunjung

merupakan salah satu cara di dalam ekowisata agar daya dukung lingkungan tidak

menurun.

Pengelolahan zonasi pesisir bertujuan sebagai strategi untuk memperbaiki

sutau ekosistem yang sudah rusak (Kepmeneg LH no 04 Tahun 2001 tentang

kriteria baku). Pengelolahan zonasi bertujuan untuk memberikan batas-batas

pengelolahan, tidak sedikit konflik di daerah pesisir karena kurang jelasnya suatu

batas zonasi pengelolahan (Tuwo, 2011).

Hasil observasi yang dilakukan peneliti pada lokasi penelitian ini,

kepemilikan lahan dalam pengelolahannya semua dimiliki oleh masyarakat

bekerjasama dengan Pemda dalam pengelolahanya. Pada pengelolahan aktivitas

wisata dalam lokasi penelitian ini, peneliti melihat bahwa semua kegiatan

dilaksanakan dalam satu kawasan, tidak adanya pemisah antar zonasi di dalam

kawasan penelitian ini. Ketika hari libur maupun hari besar tentu dengan tidak

adanya pembatasan zonasi, dalam pelaksanaan aktivitas wisatanya pada lokasi

penelitian ini semua dilaksanakan dalam satu tempat, tentu sangat menganggu

wisatawan yang mana motif wisatawan tertentu ingin merasakan ketenangan,

dengan adanya zonasi tentu tidak menganggu aktivitas lainnya dan dapat

mendukung datya dukung lingkungan. Hal ini juga yang diungkapkan oleh Hal ini

seperti yang diungkapkan oleh Bapak Bapak Defi Irawan, S.pd sebagai sekretaris

Dinas Pariwisata Pasaman Barat, serta Bapak Hendra Yama Putra sebagai tokoh

masyarakat Sasak dan juga sebagai wakil ketua DPRD Pasaman Barat:
146

“ Pada dasarnya Air Bangis dan Sasak merupakan objek wisata yang

pada hari biasa sangat sepi. Oleh karena itu, dalam pengelolahannya tidak

dilaksanakan membatasan jumlah pengunjung dan zonasi, dirasa pada lokasi

wisata ini masih cukup baik untuk menampung wisatawan.(Gambar 5.22)”

Gambar 5.22 Suasana Pesisir Pasaman Barat Yang Sunyi sehingga tidak adanya zonasi
Sumber (Dokumentasi Pribadi, 2020)

Nilai yang diperoleh pada aktivitas ekowisata pesisir Pasaman Barat dengan

aspek adanya pembatasan zonasi memperoleh rata-rata nilai sebesar 405, dimana

melalui rating scale termasuk dalam kategori daya tarik tinggi. Persepsi penilaian

masyarakat terhadap harus adanya zonasi merupakan penilaian tertinggi pada

aspek aktivitas wisata, dimana masyarakat menilai dalam pengelolahannya harus

perlu pembatasan tiap zonasi antar kegiatan, sehingga tidak menganggu aktivitas

yang lainnya, selain itu merupakan salah strategi dalam mendukung daya dukung

lingkungan agar tidak menurun.


147

5.2.2 Keunikan Masyarakat

Masyarakat pesisir merupakan suatu kelompok masyarakat yang

mempunyai tingkah laku kehidupan yang sangat khas dan unit, dimana sangat

berkesinambungan sebagai adat istiadat (Tuwo, 2011). Tentu pada masyarakat

pesisir sangat kental akan budayanya, karena sejak dahulu masyarakat pesisir dan

kepulauan sudah menjalin aktivitasnya berdasarkan pola kerja sama tradisional,

dimana setiap daerah pasti memiliki sistem yang berbeda (Tuwo, 2011). Selain

itu, tampak jelas keunikan kebudayaan pada masyarakat pesisir dengan berbagai

ritual upacaranya, seperti upacara lingkaran kehidupan, upacara tolak bala,

kalenderikal, serta upacara-upacara lainnya (Syam, 2005).

Pada lokasi kawasan pesisir kabupaten Pasaman Barat sangat memiliki

keunikan masyarakat (Gambar 5.23), dimana keunikan masyarakat dapat

berbentuk kebudayaan. Kebudayaan merupakan suatu fenomena aktivitas yang

dilakukan oelh suatu kelompok atau komunitas secara terus menerus dari generasi

ke generasi berikutnya (Budiwati, 2007). Salah satu keunikan masyararakat pesisir

kabupaten Pasaman Barat berupa kesenian Gadang Lasuang (Gambar 5.23).

Dimana Gadang lasuang merupakan kesenian khas yang dimiliki masyrakat

pesisir Sasak. Dalam hal ini juga diungkapkan oleh Bapak Hendra Yama Putra

sebagai tokoh masyarakat Sasak dan juga sebagai wakil ketua DPRD Pasaman

Barat:

“ Gadang Lasuang salah satu kesenian yang ada pada masyarakat pesisir
sasak, pada zaman dahulu kesenian ini dilakukan hanya pada bulan terang untuk
aktivitas menghibur diri masyarakat, dimana masyarakat pada zaman dahulu
bermata pencaharian sebagai nelayan, sehingga pada bulan terang masyarakat
tidak melaut, dengan begitu masyarakat melakukan tukar pikiran dan segala
sesuatu yang di alami dengan bersenda gurau sambil memainkan Gadang
Lasuang.”
148

Selain itu, terdapat juga sebuah kesenian tarian yang khas pada Pada kawasan

pesisir kabupaten Pasaman Barat. Tarian itu bernama tarian pilin salapan yang

terdapat pada daerah pesisir Air Bangis. Tarian pilin salapan merupakan suatu

tarian yang menggambarkan kekompakan atau kesatuan dan kebersamaan yang

ada pada masyarakat Air Bangis (Gambar 5.24). Dalam hal ini seperti yang

diungkapkan oleh Bapak Bapak Defi Irawan, S.pd sebagai sekretaris Dinas

Pariwisata Pasaman Barat dan juga Oleh Bapak Wali Nagari Air Bangis:

“tarian pilin Salapan merupakan kebudayaan kesenian yang sanagt melekat pada
masyarakat Air Bangis. Dimana kata Salapan merupakan artinya delapan, dalam
prosesnya Tarian ini dimainkan dengan delapan orang dengan delapan untaian
tali yang menjutai di tengah panggung, dimana para penari mengaitka songket
mereka terhadap kain-kain yang menjutai tersebut. tarian ini memiliki pola
gerakan yang sangat dinamis dan rumit.

Gambar 5.23 Kesenian Budaya Gadang Lasuang Di Sasak


Sumber: ttps://www.konfrontasi.com/content/budaya/dua-grup-seni-
jorongmandiangin-butuhperhatian-pemerintah, 2020

Gambar 5.24 Tari Pilin Salapan Air Bangis Yang Sarat Akan Filosopi di Dalamya
Sumber: https://www.indonesiakaya.com/jelajah-indonesia/detail/tari-pilin-salapan,
2020
149

Selain kesenianya, kawasan pesisir kabupaten Pasaman Barat merupakan

sebagai salah satu pintu masuk ajaran agama islam. Hal ini, dibuktikan dengan

adanya bukti masjid yang berdiri mulai tahan 1879, yang berada dikawasan pesisir

Air Bangis dengan nama Masjid Nurul Yaqin (Gambar 5.25). Hal ini seperti yang

diungkapkan oleh oleh Bapak Bapak Defi Irawan, S.pd sebagai sekretaris Dinas

Pariwisata Pasaman Barat :

“ Wilayah Pesisir Air Bangis pada zaman dahulu kala merupakan sebuah
nagari yang ramai dikunjungi dikarenakan merupakan salah satu pusat
perdagangan penting di Sumatera Barat, dengan aktivitas pelabuhannya. Dengan
adanya aktivitas kegiatan perdagangan itu Agama Islam dapat berkembang di
wilayah Pasaman ini, salah satu buktinya dengan adanya Masjid Nurul Yaqin
yang dimana merupakan cikal bakal perkembangan masjid lainnya di wilayah
Pasaman yang dibangun 1860. Hal itu juga dibuktikan dengan lokasida posisi
Masjid yang menghadap ke Muara yang mengahdap langsung kelautan dengan
hilir mudiknya kapal-kapal nelayan di waktu sekarang ini.

Gambar 5.25 Masjid Nurul Yaqin Bukti Penyebaran Agama Islam di Air
Bangis
Selain itu, kawasan pesisir Pasaman Barat terkenal akan dengan seorang

ulama yag Bernama Tuanku Sasak. Tuanku Sasak merupakan seorang ulama yang

mengajarkan agama Islam yang lahir pada tahun 1879. Beliau merupakan seorang

ulama yang mendirikan SPA sekolah pendidikan Agama pertama dan satu-satunya

di wilayah Pasaman. Adapun jejak rekam beliau masih tertinggal hingga saat ini

berupa surau tempat beliau mengajar Agama Islam dan makam beliau walaupun

kondisi sekarang telah di renovasi (Gambar 5.26), dimana makam beliau sanagt
150

banyak di ziarahi dan dikunjungi oleh masyarakat. Dalam hal ini juga

diungkapkan oleh Bapak Hendra Yama Putra sebagai tokoh masyarakat Sasak dan

juga sebagai wakil ketua DPRD Pasaman Barat:

“ Mendengar nama wilayah Sasak di Pasaman Barat, pasti tidak akan


lepas dari namanya Tuanku Sasak, dimana nama beliau sanagt dikenal dan
masyrakat sasak bangga terhadap sosok beliau, yang mana beliau merupakan
ulama besar dan di hormati yang lahir pada tahun 1879 dan wafat tahun 1975
pada usia 96 tahun. Jasa- jasa beliau sangat besar dalam mengajarkan Agama
Islam menyiarkan Agama Islam. Salah satu peninggaln beliau yang sekarang
adalah surau dimana beliau mengajar Agama Islam yang berada di Lubuk Anjali

Gambar 5.26 Surau Dan Makam Tuanku Sasak Di Sasak

Selain adat dan budayanya pada masyarakat Air Bangis terkenal akan

kesenian sulamannya dan sangat membanggakan bagi masyarakat Air Bangis,

yang terkenal dengan sebutan “Kain Sulam Emas Pasaman”. (Gambar 5.27).

Dalam hal ini juga diungkapkan oleh Bapak Bapak Robi Zanrico sebagai

Asosiasi pariwisata di Kabupaten pasaman Barat :

Kain sulam emas Air Bangis merupakan salah satu icon Kabupaten
Pasaman Barat, kain sulaman Air Bangis terkenal sangat indah dengan nilai
jual yang tinggi, dikarenakan dibuat dengan manual yaitu dengan kreativitas
tangan sendiri, sehingga menjadi daya tarik kesenian yang dapat dikembangkan
dan akan membanggakan nama Air Bangis di kancah nasional.”
151
151

Gambar 5.27 Keunikan Masyarakat Pesisir Pasaman Barat


152

Gambar 5.28 Kain Sulaman Emas Pasaman


Sumber: https://kerajinanindonesia.id/kerajinan-sulaman-benang-emas-di-
kabupatenpasaman/,2020

Berdasarkan hasil penyebaran kuisioner (Tabel 5.5), nilai rata-rata total

daya tarik ekowisata buatan pada keunikan masyarakat berbasis persepsi

memperoleh nilai sebesar 4.04. Melalui rating scale (Tabel 3.17) bahwa nilai rata-

rata total keseluruhan keunikan masyarakat pesisir Pasaman Barat masuk dalam

skala daya tarik dengan kategori tinggi. dimana aspek keunikan budaya harus

ditonjolkan sebagai atraksi daya tarik wisata menjadi aspek penilaian tertinggi

dengan rata-rata total bernilai 4.16, sedangkan penilaian terendah pada keunikan

masyarakat berbasis persepsi adalah aspek pada lokasi wisata terdapat keunikan

budaya masyarakat lokal dengan nilai rata-rata total sebesar 3.85 (tabel 5.5)

Walaupun hasil yang didapat dengan penyebaran keunikan masyarakat

pesisir Kabupaten Pasaman barat masuk dalam kategori dengan skala penilaian

daya tarik kategori tinggi, akan tetapi menurut hasil observasi dan wawancara

peniliti kenyataanya keunikan masyarakat pesisir Pasaman Barat tidak ditonjolkan

sebagai atraksi utama. Dimana penilaian kusioner tertinggi aspek kebudayaan

harus ditonjolkan sebagai aktraksi utama, akan tetapi kebudayaan kurang di

promosikan sebagai daya tarik wisata. Selain itu, kebudayaan yang ditonjolkan
153

sebagai atraksi utama akan menumbuhkan jati diri dan rasa bangga terhadap

penduduk setempat (Prihanta et al, 2017), dengan begitu suatu kebudayaan yang

ditonjolkan akan menghasilkan citra yang baik dalam ingatan wisatawan yang

berkunjung, seperti kabupaten Pariaman dengan upacara Tabuiknya, ataupun

Danau Toba dengan adat dan istiadat masyarakat Batak Toba. Dalam hal ini

dengan dipromosikan kebudayaan masyarakat pesisir Pasaman Barat menjadi

atraksi wisata, tentu akan menarik minat wisatawan untuk berkujung dimana pada

Pesisir Pasaman Barat sangat memiliki keragaman kebudayaan masyarakat

dengan kebudayaan alkuturasi adat mandailing dan Minang.

Aspek keunikan budaya harus ditonjolkan sebagai atraksi daya tarik wisata

menjadi aspek penilaian tertinggi dengan rata-rata total bernilai 4.16, sedangkan

penilaian terendah pada keunikan masyarakat berbasis persepsi adalah aspek pada

lokasi wisata terdapat keunikan budaya masyarakat. Walaupun hasil yang didapat

dengan penyebaran keunikan masyarakat pesisir Kabupaten Pasaman barat masuk

dalam kategori dengan skala penilaian daya tarik kategori tinggi, akan tetapi

menurut hasil observasi dan wawancara peniliti kenyataanya keunikan masyarakat

pesisir Pasaman Barat tidak ditonjolkan sebagai atraksi utama. kebudayaan yang

ditonjolkan sebagai atraksi utama akan menumbuhkan jati diri dan rasa bangga

terhadap penduduk setempat, dengan begitu suatu kebudayaan yang ditonjolkan

akan menghasilkan citra yang baik dalam ingatan wisatawan yang berkunjung.
154
154

Tabel 5.5 Nilai Rata-Rata Keunikan Masyarakat Ekowisata Berbasis Persepsi Pesisir Pasaman Barat

4.18 3.89 4.24 2.86 4.04


155

Budaya, relaksasi, dan mencari kesenangan merupakan salah satu alasan

seseorang melakukan perjalan wisata (Kozak, 2002). Menikmati kehidupan

masyarakat lokal seperti kuliner, dan kehidupan malam merupakan motivasi

seseroang melalukan perjalan ke wisata pesisir (Francoa, 2018).

Hasil observasi yang dilakukan peneliti, pada lokasi penelitian ini keunikan

masyarakat kurang ditonjolkan sebagai atraksi wisata, selain itu kurangnya

promosi yang dilakukan oleh pengelolah maupun Pemda dalam mempromosikan

keunikan masyarakat tersebut. Dalam melakukan observasi peneliti mengetahui

keunikan masyarakat pesisir, padahal pesisir Pasaman Barat sangat memiliki

keunikan masyarakat yang sangat potensial bila dikembangkan dan di

promosikan. Menurut hasil observasi masyarakat luas tidak mengetahui bahwa

pesisir kabupaten Pasaman Barat sangat memiliki keunikan masyarakat yang

dapat dikembangkan dan dipromosikan sebagai daya tarik wisata. Dalam hal ini

juga diungkapkan oleh Bapak Bapak Robi Zanrico sebagai Asosiasi pariwisata di

Kabupaten pasaman Barat :

“Pasaman barat sangat memiliki keunikan masyarakat dari adat

isitiadatnya akan tetapi pada kenyataanya masyarakat luas tidak mengetahui

keunikan yang dimilikinya, salah satu penyebabnya kurannya promosi dari

Pemda”

Pada Penyebaran Kuisioner nilai yang diperoleh pada keunikan masyarakat

pesisir Pasaman Barat dengan aspek pada lokasi terdapat keunikan masyarakat

memperoleh rata-rata nilai sebesar 3.85, dimana melalui rating scale termasuk

dalam kategori daya tarik tinggi. Dimana penilaian pada lokasi wisata terdapat

keunikan masyarakat menurut penilaian persepsi masyarakat merupakan aspek


156

penilaian dengan nilai rata-rata terendah. Dalam hal ini di dalam penilain dan

persepsi masyarakat bahwa pada pesisir Pasaman Barat tidak memiliki keunikan

masyarakat. Oleh sebab itu, di perlukan suatu media informasi atau promosi agar

masyarakat luas mengetahui pesisir Pasaman Barat sangat memiliki keunikan

masyarakat.

Daya tarik wisata buatan juga merupakan segala sesuatu yang diciptakan

oleh manusia sehingga dapat menarik wisatawan untuk berkunjung seperti

monument, kesenian, festival, pesta ritual, upacara tradisional (Suwantoro, 2004).

Tentu keunikan masyarakat berupa festival, pesta ritual upacara tradisonal

seharusnya ditonjolkan sebagai atraksi utama, dengan begitu masyarakat akan

mendapatkan keuntungan dan dapat menjaga keunikan tersebut.

Hasil observasi yang dilakukan peneliti, pada lokasi penelitian ini keunikan

masyarakat kurang ditonjolkan sebagai atraksi wisata, selain itu kurangnya

promosi yang dilakukan oleh pengelolah maupun Pemda dalam mempromosikan

keunikan masyarakat tersebut. Dalam pengelolahannya keunikan masyarakat

kurang ditonjolkan sebagu atraksi daya tarik wisata, dimana keunikan budaya

ditonjolkan hanya ketika upacara-upacara adat, dan hari besar saja, oleh karena itu

masyarakat luas tidak mengetahui keunikan yang dimiliki masyarakat. Dengan

ditunjukkan dan ditampilkannya keunikan masyarakat tersebut tentu masyarakat

akan mendapatkan keuntungan dan dapat melestarikan kebudayan tersebut.Dalam

hal ini juga diungkapkan oleh Bapak Bapak Robi Zanrico sebagai Asosiasi

pariwisata di Kabupaten pasaman Barat :

“Ketika Mengunjungi Pasaman Barat tentu di benak wisatawan hanya


tertuju kepada laut, padahal Pasaman Barat memiliki keunikan masyarakatnya,
yang apabila dijadikan atraksi utama tentu akan dapat megalahkan wiayah
lainnya di Sumatera Barat (Gambar 5.29).”
157

Gambar 5.29 Keunikan Masyarakat yang Tidak Menjadi Atraksi Utama

Pada Penyebaran kuisioner Nilai yang diperoleh pada keunikan masyarakat

pesisir Pasaman Barat dengan aspek pada lokasi terdapat keunikan masyarakat

ditonjolkan sebagai atraksi wisata memperoleh rata-rata nilai sebesar 4.16, dimana

melalui rating scale termasuk dalam kategori daya tarik tinggi. Dimana penilaian

pada lokasi wisata keunikan budaya harus ditonjolkan sebagai atrasik wisata di

dalam penilaian persepsi masyrakat merupakan aspek penilaian dengan nilai rata-

rata tertinggi. Dalam hal ini di dalam penilain dan persepsi masyarakat bahwa

pada pesisir Pasaman Barat keunikan masyarakat harus ditonjolkan mejadi daya

tarik wisata utama. Dengan begitu, pegelola maupun Pemda harus

mempromosikan keunikan masyarakat dengan begitu masyarakat akan

mendapatkan dampak keuntungan, dan dapat melestarikan kebudayaan tersebut


158

5.2.3 Fasilitas Wisata

Fasilitas merupakan salah satu faktor penting dalam pengembangan

ekowisata yang terdiri dari aspek sarana dan prasaranan yang berfungsi sebagai

alat yang memenuhi kegiatan wisata (Tuwo, 2011). Dengan adanya fasilitas

yang memadai tentu akan dapat meningkatkan minat wisatawan untuk

berkunjung (Suchaina, 2014).

Pada lokasi kawasan pesisir Pasaman Barat ini, fasilitas masih kurang

memadai. Menurut hasil observasi peneliti adanya pondok-ondok untuk

wisatawan bersantai, adanya rumah makan, mushallah, Wc, serta adanya juga

panggung untuk menampilkan wisata hiburan dan kesenian dengan kondisi yang

kurang terawat dan sulitnya ditemukan wc yang terbuka pada hari-hari biasa

dimana wc dikunci oleh pemiliknya (Gambar 5.31). Selain itu, tidak

ditemukannya penginapan pada lokasi pesisir Pasaman Barat ini.

Salah satu konsep ekowisata dengan adanya fasilitas ini seharusnya dapat

dan bisa mendorong masyarakat dalam mengembangkan usahanya. Pada pesisir

Pasaman Barat, masyarakat menyediakan fasilitas berupa rumah makan

dipinggiran pantai dan menyewakan wc. Pada konsep fasilitas berupa rumah

makan memiliki suatu keunikan menurut hasil observasi peneliti, dimana harga

rumah makan yang satu dengan lainnya tidak boleh berbeda dengan rumah

makan yang lainnya dengan menu yang sama. Semua itu diatur oleh kelompok

atau organisasi masyarakat yang bekerjasama dengan Pemda sehingga

wisatawan tidak merasa ditipu ketika mengunjungi pesisir Pasaman Barat.

Dalam hal ini, sama seperti yang diungkapkan oleh Bapak Hendra Yama Putra
159

sebagai tokoh masyarakat Sasak dan juga sebagai wakil ketua DPRD Pasaman

Barat:

“Keikutsertaan masyarakat lokal terlihat dari kesediaan masyarakat

menyerahkan tanah ulayat/adat kepada Pemda untuk dibangun fasilitas

pariwisata, dan diakomodir oleh sebuah kelompok masyarakat yang bekerjasama

dengan Pemda dalam mendukung dan melidungi destinasi wisata ini, peran

kelompok masyarakat juga ikut andil dalam menerapkan suatu kebijakan atau

aturan, salah satunya mengenai harga makanan di semua warung makanan di

mana harga satu warung dengan warung lainnya sama tidak boleh lebih maupun

kurang dengan menu makananan yang sama sehingga tidak akan menimbulkan

kecemburuan diantara satu sama lainnya, dan wisatawan tidak merasa tertipu”

Salah satu daya tarik wisata yang dapat menarik wisatawan asing dalam

berkunjung ke bali yaitu dengan pantai dengan segala daya tatriknya, serta

hargaharga produk wisata yang bersahabat/ wajar ( Suradnya, 2005). Tentu harga

yang ditawarkan pada produk wisata menjadi pilihan utama ketika melakukan

kegiatan wisata.

Berdasarkan hasil penyebaran kuisioner (Tabel 5.7), nilai rata-rata total daya

tarik ekowisata buatan pada fasilitas berbasis persepsi memperoleh nilai sebesar

3.83. Melalui rating scale (Tabel 3.17) bahwa nilai rata-rata total keseluruhan

fasilitas pesisir Pasaman Barat masuk dalam skala daya tarik dengan kategori

tinggi. dimana aspek masyarakat harus ikut andil dalam keamanan dan

keselamatan merupakan penilaian tertinggi dengan rata-rata total bernilai 4.04,

sedangkan penilaian terendah pada keamanan dan keselamatan dengan apek

terdapat upaya pencegahan resiko dengan nilai rata-rata total sebesar 3.90
160

(Tabel 5.7) Walaupun hasil yang didapat dengan penyebaran fasilitas pesisir

Kabupaten Pasaman barat masuk dalam kategori dengan skala penilaian daya tarik

kategori tinggi, akan tetapi menurut hasil observasi dan wawancara peneliti

kenyataanya fasilitas pesisir Pasaman Barat masih dirasa kurang baik dan

memuaskan untuk sebuah kegiatan pariwisata. dimana fasilitas sangat tidak

terawat. Selain itu faktor jarak dan aksesbilitas menurut hasil observasi peneliti

pesisir Pasaman Barat sangat jauh dari pusat kota dengan sarana dan prasarana

yang kurang memadai dibandingkan dengan Kabupaten lainnya di Provinsi

Sumatera Barat, seperti kabupaten Pariaman, Kota padang, Pesisir Selatan dimana

letak lokasi berada di pinggiran jalan besar/jalanProvinsi dan dekat perkotaan

sehingga sangat memudahkan wisatawan. Sangat berbalik dengan pesisir Pasaman

Barat yang jauh darin pusat perkotaan dan tidak terletak dipinggiran jaan besar

dengan fasilitas sarana dan parasana yang kurang mmedai. Sehingga faktor

tersebut menjadi pertimbangan wisatawan dalam mengunjugi pesisir Pasaman

Barat.
161
161

Gambar 5.30 Fasilitas Pesisir Pasaman Barat


162
162

Tabel 5.6 Nilai Rata-Rata Fasilitas Ekowisata Berbasis Persepsi Pesisir Pasaman Barat

4.06 3.41 4.31 3.53 3.83


163

Dalam konsep ekowisata pesisir ada beberapa kriteria kelayakan fasilitas

diantaranya aksesbilitas, kondisi infrastruktur, air bersih, infastruktur listrik, dan

kelompok masyarakat (Tuwo, 2011). Tentu faktor aksesbilitas kemudahan untuk

dicapai merupakan faktor pertimbangan pertama seseorang dalam melakukan

perjalanan wisata.

Hasil observasi yang dilakukan peneliti, pada lokasi penelitian ini kondisi

jalan menuju lokasi penelitian sangat mudah dicapai dengan jalan besar beraspal

dan adanya angkutan umum menuju lokasi penelitian. Jarak tempuh pada lokasi A

(Kawasan Sasak) ditempuh dengan ± 30 menit dari Ibukota Kabupaten .

Sedangkan Jarak Tempuh menuju Lokasi B (Kawasan Air Bangis) ditempuh

dengan h± 2 jam dari pusat ibukota kabupaten (Gambar 5.32)

Gambar 5.32 Lokasi Mudah Dicapai Dan Jarak Tempuh Tidak Lama menuju lokasi

Nilai yang diperoleh pada fasilitas ekowisata pesisir Pasaman Barat dengan

aspek lokasi mudah dicapai yang sangat baik memperoleh rata-rata nilai sebesar

3.96, sedangkan aspek jarak tempuh mudah dicapai memperoleh rata-rata nilai
164

sebesar 3.81. Dimana melalui rating scale kedua aspek tersebut termasuk dalam

kategori daya tarik tinggi. Dimana, persepsi atau penilaian masyarakat kondisi

lokasi mudah dicapai dan jarak tempuh mudah dicapai cukup baik penilaiannya,

tentu semakin baik persepsi yang didapat dari wisatawan, tentu akan dapat

menarik keinginan wisatawan untuk berkunjung kembali ke lokasi wisata tersebut

(Anggela, 2017). Tentu faktor aksesbilitas merupakan faktor pertama

pertimbangan seseorang dalam melakukan perjalan wisata.

Air bersih merupakan faktor penting dalam kegiatan wisata. Adanya air

bersih merupakan faktor utama dalam kriteria pengembagan kelayakan ekowisata

pantai (Handayawati, 2010). Hasil observasi yang dilakukan peneliti, pada lokasi

penelitian ini kondisi air bersih mudah ditemukan. Air bersih pada lokasi

penelitian berasal dari sumur galian bukan dari air PDAM tentu, air berasa Payau,

akan tetapi air bersih dan layak untuk digunakan. Permasalahan air bersih pada

lokasi penelitian ini adalah banyaknya wc yang digembok ketika hari biasa bukan

di hari libur, tentu wisatawan akan kesusahan mencari air bersih ketika selesai

beraktivitas berenang di pantai. Dalam hal ini juga diungkapkan oleh Bapak

Bapak Robi Zanrico sebagai Asosiasi pariwisata di Kabupaten pasaman Barat :

“Salah satu masalah utama ketika mengunjungi pesisir Pasaman Barat ini

sulitnya ditemukan wc, dimana wc tersebut ketika hari biasa dikunci oleh

pemiliknya (Gambar 5.33)”


165

Gambar 5.33 Fasilitas Wc Yang Sulit Ditemukan dan Dikunci

Melalui penyebaran kuisioner nilai yang diperoleh pada fasilitas ekowisata

pesisir Pasaman Barat dengan aspek air bersih mudah dan layak dikomsumsi

memperoleh rata-rata nilai sebesar 3.60. Dimana melalui rating scale kedua aspek

tersebut termasuk dalam kategori daya tarik tinggi. Dimana, persepsi atau

penilaian masyarakat terhadap kondisi air bersih mudah ditemukan dan layak

digunakan sudah cuku baik. Akan tetapi, pada pelaksanaanya masih banyaknya

wc-wc yang digembok pada hari biasa tentu sangat menyulitkan wisatawan.

fasilitas merupakan suatu alat untuk memenuhi kebutuhan wisatawan. Salah

satu faktor keberhasilan suatu destinasi wisata adalah dengan fasilitas yang baik,

dimana kepuasan wisatawan tidak hanya berdasarkan daya tarik yang ditawarkan,

akan tetapi juga dari fasilitas yang di tawarkan (Ginting, N., & Sasmita, A. 2018).

Hasil observasi yang dilakukan peneliti, pada lokasi penelitian ini kondisi

fasilitas sarana dan prasarana dirasa cukup kurang, tidak tertata. Pada lokasi

penelitian fasilitas sarana dan prasarana hanya tersedia berupa rumah makan dan

mushalla (Gambar 5.34). Sedangkan untuk penginapan, Bank, toko souvenir, tidak

ditemukan di lokasi penelitian ini. Tentu aspek tersebut sangat berpengaruh

terhadap kenyamanan dan waktu lama tinggalnya wisatawan di lokasi


166

tersebut.Pada aspek angkutan umum pada lokasi penelitian ini sudah tersedia bus,

walaupun jam dan waktu keberangkatan tidak diketahui tergantung dari jumlah

penumpang bus. Dalam hal ini juga diungkapkan oleh Bapak Bapak Robi Zanrico

sebagai Asosiasi pariwisata di Kabupaten pasaman Barat :

“Fasilitas pendukung untuk wisatawan dirasa masih kurang, terlebih tidak

adanya peginapan. Dimana dengan adanya penginapan tentu akan dapat

menambah masa liburan wisatawan tersebut.”

Gambar 5.33 Fasilitas Yang Tersedia Hanya Berupa Mushallah Dan Warung

Bedasarkan penyebaran kuisioner nilai yang diperoleh pada fasilitas

ekowisata pesisir Pasaman Barat dengan aspek fasilitas sarana dan prasarana yang

memadai memperoleh rata-rata nilai sebesar 3.53. Dimana melalui rating scale

aspek tersebut termasuk dalam kategori daya tarik tinggi. Dimana, persepsi atau

penilaian masyarakat kondisi fasilitas sarana dan prasarana di lokasi penelitian

masih kurang cukup baik penilaiannya, tentu semakin baik persepsi yang didapat

dari wisatawan, tentu akan dapat menarik keinginan wisatawan untuk berkunjung
167

kembali ke lokasi wisata tersebut (Anggela, 2017). faktor fasilitas merupakan

faktor utama pertimbangan seseorang dalam menghabiskan waktu dalam

melakukan perjalan wisata. Dan Menikmati kehidupan masyarakat lokal seperti

kuliner, dan kehidupan malam merupakan motivasi seseroang melalukan perjalan

ke wisata pesisir (Francoa, 2018).

Dalam pengembangan sarana dan prasarana ekowisata masyarakat lokal

harus terlibat dan dapat mengambil peran, dimana peran tersebut masyarakat lokal

sebagai penerima dampak keuntungan dari pariwisata tersebut (Tuwo, 2011).

Salah satu partisipasi masyarakat terhadap pengembangan destinasi wisata

dengan upaya pelestarian sumber daya alam di sekitar lokasi yang berdampak

positif terhadap perekenomian dapat dilakukan seperti, usaha yang dibangun oleh

masayarakat diantaranya penginapan, warung makanan, toko souvenir, serta

layanan berupa, jasa pemandu, fotografi, menjadi pemilik pengelolahan atraksi,

maupun lahan wisata (Yulius, 2018).

Hasil observasi yang dilakukan peneliti, pada lokasi penelitian dengan

adanya fasilitas sarana dan prasaran dapat mendorong aktivitas ekonomi

masyarakat lokal. Salah satu aspek yang mendorong aktivitas ekonomi,

masyarakat lokal banyak membuka warung makan, selain itu masyarakat lokal

juga berperan sebagai penyewa jasa berupa keliling pantai dengan kapal, maupun

penyediaa penyewaan alat bermain seperti permainan Atv dimana sejam Cuma

dipatok harga Rp 90.000. Tentu dengan adanya lokasi wisata dan fasilitas ini

menurut hasil peneliti pada lokasi penelitian ini dapat mendorong aktivitas

ekonomi masyrakat lokal (Gambar 5.34)


168

Gambar 5.34 Fasilitas Yang Mendorong Aktifitas Ekonomi

Melalui penyebaran kuisioner nilai yang diperoleh pada fasilitas ekowisata

pesisir Pasaman Barat dengan aspek dapat mendorong aktivitas ekonmi

memperoleh rata-rata nilai sebesar 4.09. Dimana melalui rating scale aspek

tersebut termasuk dalam kategori daya tarik tinggi, dan penilaian tertinggi pada

aspek fasilitas ekowisata. Tentu, persepsi atau penilaian masyarakat dengan

adanya fasilitas dan lokasi wisata ini seharusnya dapat mendorong aktivitas

ekonomi pada masyarakat lokal, dan masyarakat lokal harus menerima

keuntungan dari hasil kegiatan wisata pada lokasi penelitan ini


169

5.3. Hasil Temuan

Adapun yang menjadi temuan penelitian ini mengenai kajian Pengembangan

Daya Tarik Wisata Pesisir Di Kabupten Pasaman Barat Dapat Dijelaskan Pada

Tabel 5.

Tabel 5.7 Nilai Rata-Rata Potensi Daya Tarik Ekowisata Pesisir Berbasis Persepsi

No Nilai Rata-Rata Nilai Rata-Rata Nilai Rata-


Keterangan Sasak Air Bangis Rata Total
Wisat Wisat
Masyarakat Masyarakat Keseluruhan
awan awan
1 Keindahan 3.85 3.81 3.89 3.65 3.81
Alam
2 Kebersihan 4.11 3.89 3.61 3.43 3.78
kenyamanan
3 Keunikan 4.07 3.80 4.27 4.01 4.04
Alam
4 Aktifitas 3.94 2.72 4.14 2.90 3.85
Wisata
5 Keunikan 4.18 3.89 4.24 2.86 4.04
Masyarakat
6 Fasilitas 4.06 3.41 4.31 3.53 3.83

Dari hasil penelitian peneliti pada kawasan pesisir kabupaten Pasaman

Barat pada analisis daya tarik alam berbasis ekowisata berbasis persepsi aspek

yang paling berpengaruh adalah keunikan alam adalah dengan nilai rata-rata

tertinggi sebesar 4.04, sedangkan aspek penilaian terendah pada kebersihan dan

kenyamanan memperoleh nilai rata-rata sebesar 3.78.

Pada indikator keindahan alam ekowisata berbasis persepsi dalam

penilaian masyarakat dan implementasinya, dimana terdapat suatu pemandangan

yang indah, masyarakat mendapatkan keuntungan ekonomi dari keigatan

pariwisata, dan adanya suatu kebijakan dalam menata kegiatan pariwisata

merupakan penilaian tertinggi yang dinginkan dalam persepsi masyarakat dalam


170

hal ini menurut peneliti sudah terlaksana dan terimpelementasikan dalam proses

pengembangan wisata pesisir di Kabupaten Pasaman Barat. Akan tetapi

dibandingkan kabupaten lainya di Provinsi Sumatera Barat, tingkat kecerahan air

dibandingkan pesisir lainnya kurang bagus dimana perairan pesisir pasaman Barat

bewarna coklat, dalam hal ini sanagt berdampak terhadap minat wisatawan. Selain

itu, dalam konsep ekowisata pesisir, lahan pesisir seharusnya bebas dari segala

bentuk bangunan agar wisatawan dapat merasakan langsung keindahan alam dan

menyatu dengan alam, akan tetapi dalam implementasinya dan penilaian persepsi

masyarakat tidak setuju lahan pantai bebas dari segala bentuk fisik, bahwa dengan

adanya bangunan fisik dapat membantu perekonomian masyarakat.

Dari indikator kebersihan dan kenyamanan ekowisata berbasis persepsi

menurut hasil temuan peneliti dan penilaian masyarakat masih kurang, dan

merupakan penilaian dengan nilai rata-rata terendah pada daya tarik alam berbasis

persepsi. Dimana indikator lahan pantai terbebas dari sampah dan pengaruh

permukiman dalam penilaian dam implementasinya dirasa kurang dan merupakan

penilaian dengan nilai rata-rata terendah pada keindahan dan kenyaman ekowisata

berbasis persepsi, menurut hasil observasi peneliti dalam pengaplikasiannya

sampah masih berserakan dan lahan pantai terpengaruh oleh permukimam

masyarakat dimana posisi permukimam masyarakat membelakangi lahan pantai

yang berdampak terhadap masyarakat yang membuang limbah rumah tangga

menuju pantai serta menimbulakn bau tidak sedap. Tentu hal ini dapat

menurunkan minat wisatawan untuk berkunjug ke Pesisir Pasaman Barat

Untuk indikator keunikan Alam ekowisata berbasis persepsi pada Pasaman

Barat, pada kawasan ini dari hasil observasi peneliti tidak terdapat gejala
171

fenomena alam pesisir yaitu adanya hutan mangrove estuari, padang lamun, akan

tetapi dalam pengelolahan dan pengaplikasian pada lokasi penelitian ini

masyarakat mampu mengelolah sumberdaya alam dengan pengelolahan yang baik,

dan dengan adanya keunikan alam masyarakat dapat mendapatkan keuntungan

ekonomi. Kedua faktor tersebut merupakan penilaian dengan nilai rata-rata

tertinggi dalam persepsi masyarakat. Dimana dalam pengelolahannya menurut

hasil observasi peneliti sudah cukup baik.

Selain itu, hasil penelitian peniliti pada analisis daya tarik buatan

ekowisata berbasis persepsi, aspek yang paling berpengaruh adalah aspek

keunikan masyarakat dengan nilai rata-rata sebesar 4.04, Sedangkan aspek

terendah pada penilaian daya tarik buatan ekowisata berbasis persepsi adalah

aspek fasilitas. Dimana hasil nilai rata-rata fasilitas memperoleh nilai rata-rata

sebesar 3.83.

Untuk indikator aktifitas wisata ekowisata berbasis persepsi pada pesisir

Kabupaten Pasaman Barat menurut hasil observasi dan penilaian masyarakat perlu

ada berbagai macam aktivitas yang ditawarkan serta mengetahui keinginan

wisatawan merupakan penilaian tertinggi, akan tetapi dalam pengaplikasiannya

dirasa belum baik dikarenakan tidak tersedianya berbagai macam aktivitas yang

ditawarkan, sehingga wisatawan datang hanya memandangi laut saja. Dengan

tersedianya berbagai macam aktivitas yang ditawarkan tentu akan dapat menarik

minat wisatawan untuk berkunjung. Selain itu, menurut penilaian masyarakat

dirasa tidak suka dan tidak setuju dengan adanya pembatasan jumlah dan zonasi

dan merupakan penialain terendah, dimana pembatasan wisatawan dan zonasi

sangat berguna dalam konsep ekowisata sehingga daya dukung lingkungan wisata
172

tidak menurun dan rusak, dan dalam pengaplikasiannya ketika hari libur tiba

lokasi pesisir akan penuh oleh wisatawan tanpa adanya pembatasan jumlah

pengunjung, sehingga dapat menurunkan kualitas daya dukung alam.

Dari indikator keunikan masyarakat kawasan pesisir Pasaman Barat ini,

sangat memiliki keunikan baik dari segi sosial, seni dan budaya, serta masyarakat

lokal tingkat kebanggan terhadap keunikan masyarakat yang dimiliknya. Akan

tetapi, dalam pengaplikasiannya dan penilaian persepsi masyarakat terdapat

keunikan budaya masyrakat lokal merupakan aspek penilaian terendah. Menurut

hasil observasi peneliti dan penilaian persepsi masyrakat, masyarakat luas maupun

wisatawan tidak mengetahui keunikan yang dimiliki masyarakat lokal baik dari

seni maupun budaya, dikarenakan kurang ditonjolkan dan ditampilkan sebagai

daya tarik wisata. Oleh karena itu, analisis persepsi dan penilaian masyarakat

keunikan masyarakat harus ditonjolkan sebagai daya tarik wisata dan ditingkatkan

promsinya sehingga dapat meningkatkan kunjungan wisatawan.

Sedangkan aspek terendah pada penilaian daya tarik buatan ekowisata

berbasis persepsi adalah aspek fasilitas. Dimana hasil nilai rata-rata fasilitas

memperoleh nilai rata-rata sebesar 3.83. Tentu, fasilitas merupakan alat yang

memenuhi kebutuhan wisatawan serta sangat berperan terhadap waktu yang

dihabiskan oleh wisatawan (Tuwo, 2011). Tentu aspek fasilitas harus ditingkatkan

agar wisatawan dapat memenuhi keinginnya ketika berkunjung ke lokasi pesisir

Kabupaten Pasaman Barat.

Dilihat dari 6(enam) indikator analisis daya tarik wisata pesisir berbasis

ekowisata dalam penerapannya masih kurang baik, terlebih aspek kebersihan dan

kenyamanan yang buruk sehingga sangat berpengaruh terhadap minat wisatawan.


173

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Adapun tujuan dari penelitian ini ingin mengkaji daya tarik ekowisata

pesisir berbasis persepsi sehingga dapat meningkatkan kunjungan wisatawan. Dari

hasil penelitian dan pembahasan diatas yang telah diuraikan dalam bab

sebelumnya, dapat daimbil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

pada analisis daya tarik alam aspek yang paling berpengaruh adalah

keunikan alam dengan nilai rata-rata tertinggi sedangkan aspek penilaian terendah

pada kebersihan dan kenyamanan. Sedangkan, hasil pada analisis daya tarik

buatan aspek yang paling berpengaruh adalah aspek keunikan masyarakat

Sedangkan aspek terendah pada fasilitas.

Pada daya tarik alam dengan keindahan alam, tingkat keceraan perairan

laut merupakan penilaian utama wisatawan dalam wisata pesisir. Dalam hal ini

sangat berpengaruh terdapat kunjungan wisatawan. Dimana perairan pesisir

Pasaman Barat bewarna kecoklatan dibandingkan dengan wilayah lainya di

Provinsi Sumatera Barat yang memiliki tingkat kecerahan yang lebih dengan

warna putih kebiruan seperti di wilayah Pariaman, Padang, Pesisir Selatan.

Dengan begitu kunjungan wisatawan pada wilayah pesisir Pasaman Barat lebih

rendah dibandingkan wilayah lainnya.

Dari kebersihan dan kenyamanan, kurangnya perilaku masyarakat dan

ketidakpahamam masyarakat pentingnya menjaga lingkungan. Hal ini disebabkan

mudahnya masyarakat membuang sampah pesisir serta kurangnya pengawasan

pemerintah dan tidak ada tindakan khusus yang diambil mengenai masyarakat

173
174

yang membuang sampah sembarang, sehingga masyarakat maupun wisatawan

tidak takut dan sudah menjadi kebiasaan dalam membuang sampah sembarangan,

sehingga menimbulkan kesan jorok sehingga mengurangi minat wisatawan untuk

berkunjung.

Dari keunikan alam, Pada pesisir Pasaman Barat sering terjadinya abrasi

pantai. Oleh sebab itu perlunya kegiatan yang melindungi ekosistem pesisir

pantai, sehingga garis pantai tidak hilang atau menyusut kedaratan dengan begitu

wisatawan dapat bermain sepanjang pesisir pasir pantai, dengan andanya tindakan

tersebut tentu akan dapat meningkatkan minat wisatawan untu berkunjung,

kegiatan tersebut menurut pengamatan peneliti sudah dilakukan, akan tetapi harus

ditingkatkan.

Sedangkan dari daya tarik buatan dengan aktivitas wisata, harus

tersedianya berbagai macam aktivitas yang ditawarkan dan tidak hanya pada hari-

hari tertentu, dengan begitu wistawan dapat menghabiskan waktunya dengan

kegiatan aktivitas tersebut. sehingga tidak hanya pemandangan laut saja yang

ditonjolkan sebagai daya tarik utama, sehingga dapat menarik dan meningkatkan

minat wisatawan untuk berkunjung di pesisir Kabupaten Pasaman Barat

Dari keunikan masyarakat, dengan upaya memperkenalkan dan

mempromosikan keunikan masyarakat berupa kebudayaan yang ada pada

masyarakat tentu akan dapat menarik minat wisatawan untuk berkunjung. Dimana,

budaya masyarakat merupakan faktor utama seseorang melakukan tujuan wisata

seperti budaya Batak di Danau Toba, atau upacara Tabuik di Pariaman. Akan

tetapi dalam pelaksanaanya kebudayaan masih tidak ditonjolkan sebgai atraksi


175

utama. Dengan di promosikan dan serta menjadi daya tarik utama tentu akan dapat

mearik wisatawan untuk berkunjung ke pesisir Pasaman Barat.

Dari fasilitas wisata, fasilitas wisata masih kurang memadai dan

kondisinya sangat tidak terawat. Perlu adanya peningkatan fasilitas terutama

penginapan dan pengadaan air bersih, dimana fasilitas penginapan masih tidak

ditemukan di pesisir Pasaman Barat. Tentu, dengan adanya penginapan wisatawan

akan dapat menghabiskan waktu berlibur dalam waktu yang lama. Selain itu,

kebutuhan air bersih perlu ditingkatkan, dikarekan susahnya menemukan wc bagi

wisatawan yang berkunjung ke pesisir Pasaman Barat. Dikarenakan banyaknya wc

yang terkunci pada hari biasa sehingga menyulitkan wisatawan untuk melakukan

aktivitas wisata, dengan ditingkatkanya fasiitas sarana dan prasana tentu akan

dapat menarik minat wisatawan untuk berkunjung ke pesisir Pasaman barat.

Dilihat dari 7(tujuh) indikator analisis daya tarik wisata pesisir berbasis

ekowisata dalam penerapannya masih kurang, dimana kebersihan dan

kenyemanan wisatawan merupakan penilaian terendah. Tentu, hal ini akan sangat

mengurangi minat wisatawan untuk berkunjung kembali.

6.2. Saran

Dari berbagai macam masalah yang dihadapi dalam pengembangan

kawasan pesisir di Kabupaten Pasaman Barat yaitu beberapa solusinya, yaitu;

Pemerintah hendaknya lebih memperhatikan masalah kebersihan yang pada pada

pesisir Kabupaten Pasaman Barat, sehingga dapat merubah opini dan perilaku

masyarakat yang beranggapan membuang sampah kelaut itu hal yang biasa,yaitu

dengan mebuat himbauan maupun peraturan-peraturan sehingga lingkungan alam


176

tetap terjaga dan tidak tercemar oleh limbah dengan begitu tentu wisatawan akan

merasa nyaman ketika berkunjung ke pesisir Pasaman Barat.

Selain itu, hendaknya pemerintah ikut dalam mempromosikan keunikan

masyarakat lokal sehingga tikdak hanya atraksi alam saja tetapi keunikan

masyarakat lokal dengan segala adat isitadatnya dapat dikenal oleh wisatawan,

dengan begitu masyarakat tentu akan diuntungkan selain itu keunikan masyarakat

dapat menjadi citra atau Landmark dari wilayah tersebut, seperti uapacara Tabuik

pada wliayah pariaman dan upacara Sigale-gale pada Batak Toba.

Selain itu, Pemerintah harus dapat menampung aspirasi maupun masukan

dari segala jenis lapisan masyarakat, seperti organisasi maupun kelompok

masyarakat sehingga masukan yang diberikan dapat menjadi ide maupun gagasan

untuk memajukab pariwisata di pesisir Pasaman Barat


DAFTAR PUSTAKA
Abdillah, D. (2016). Pengembangan Wisata Bahari di Pesisir Pantai Teluk Lampung.
Jurnal Destinasi Kepariwisataan Indonesia Vol, 1(1), 45-66.

Anggela, M. M., Karini, N. M. O , & Wijaya, N. M. S. 2017. Persepsi dan Motivasi


Wisatawan yang Berkunjung ke Daya Tarik Wisata Jembong Di Kabupaten
Buleleng. Jurnal IPTA, 5(2): 76–91

Angelkova, T. SUSTAINABILITY AND COMPETITIVENESS OF TOURISM.


Procedia - Social and Behavioral Sciences 44 ( 2012 ) 221 – 227

AICST, A. 2006. Plan of Action for Sustainable Tourism, Creative-Based Tourism:


Management in Asia and the Pacific. Phase II (2006- 2012)

Aryunda, Hanny. Dampak Ekonomi Pengembangan Kawasan Ekowisata Kepulauan


Seribu. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol. 22 No. 1, April 2011.
Buhalis, D. Marketing The Competitive Destination Of The Future.
Tourism Management, Vol 21 No 1, 2000.
Assaker, G., Vinzi, V. E., & O’Connor, P. Examining the effect of novelty seeking,
satisfaction, and destination image on tourists’ return pattern: A two factor,
nonlinear latent growth model. Tourism Management, (2011). 32(4), 890–
901.
Ayob, N. M., & Masroni, T. (2014). Issues of Safety and Security: New Challenging
to Malaysia Industry. In SHS Web of Conferences (Vol. 12, pp. 1–10).
Baransano, K. Hengky, Eksploitasi Dan Konservasi Sumberdaya Hayati Laut Dan
Pesisir Di Indonesia. Jurnal Biologi Papua, Vol 3, No 1 April 2011
Bastuti, S., Muryanto, H., Purwanto, Y., & Septiyanto, A. (2020). PEMANFAATAN
SAMPAH UNTUK MENUMBUHKAN KESADARAN DAN
KENYAMAN LINGKUNGAN DI PULAU UNTUNG JAWA,
KEPULAUAN SERIBU. Abdi Laksana, 1(1).

Beerli, A. FACTORS INFLUENCING DESTINATION IMAGE. Annals of


Tourism Research, Vol. 31, No. 3, pp. 657–681, 2004.
Birawa & Sukarna. Zona Ekowisata Kawasan Konservasi Pesisir di Kecamatan
Katingan Kuala, Kabupaten Katingan, Provinsi Kalimantan Tengah Melalui
Pendekatan Ekologi Bentang Lahan. Jurnal Ilmu Kehutanan, Vol 10 No 1,
2016
Buana, W.W. Dwi, Peranan Sektor Informal Dalam Menjaga Kerbersihan Lingkungan
DI Daya Tarik Wisata Pantai Sanur, Jurnal Destinasi Pariwisata, Vol. 3 No
1, 2015, ISSN: 2338-8811.

177
Buhalis, D. 2000. Marketing the competitive destination of the future. Tourism
Management. 21(1), 97-116.

Darajati, W. 2004. Strategi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu
danBerkelanjutan. Makalah Sosialisasi Nasional MFCDP. Bappenas

Chaplin, J.P. 1989. Kamus Lengkap Psikologi. Terj. Dr. Kartono dan Kartini. Jakarta.
PT. Raja Grafindo Persada

Chiang, L. C. 2000. Strategies for safety and security in tourism: a conceptual


framework for the Singapore hotel industry. Journal of Tourism Studies,
11(2), 44.
Cooper, Fketcher, J., Gilbert, D., & Wanhill, S. (1995). Tourism, Principles and
Prantice.London: Logman
Dahuri, R. 2000. Pendayagunaan Sumberdaya Kelautan untuk Kesejahteraan Rakyat.
LISPI dan DKP. Jakarta.
Dahuri, R. 2003. Keankekaragaman Hayati Laut : Aset Pembangunan Berkelanjutan
Indonesia. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Debadyuti Das, FACTORS INFLUENCING THE ATTRACTIVENESS OF A
TOURIST DESTINATION: A CASE STUDY. Journal of Services
Research, Volume 7, Number 1 (April - September 2007).
Disparda Bali, 2015. Data perkembangan Jumlah kunjungan langsung wisatawan
Mancanegara ke Bali Tahun 2007 – 2014.

Dirjen PHKA, 2003. Kriteria Penilaian Dan Pengembangan Obyek Dan Daya Tarik
Wisata Alam, Bogor
Diraputra , S.A. 2003. Sistem Hukum dan Kelembagaan dalam pengelolahan wilayah
pesisir secara terpadu. Coastal Re-sources Center, University Of Rhode
Island, Narragansett, Rhode Island, USA
Djunaedi, A. Perencanaan Pengembangan Kawasan Pesisir. Jurnal Teknologi
Lingkungan 3 (3), 2011. 7, 2011
DOMÍNGUEZ. T, JOSE A. FRAIZ AND ELISA ALÉN, Economic profitability of
accessible tourism for the tourism sector in Spain. Tourism Economics,
2013, 19 (6), 1385–1399

Fandeli, C. 2005. Pengembangan Ekowisata berbasis konservasi di taman nasional.


Yogyakarta: Fakultas Kesehatan UGM.

178
Fentri, D. M. (2017). Persepsi Pengunjung terhadap Daya Tarik Taman Wisata Alam
Hutan Rimbo Tujuh Danau di Desa Wisata Buluh Cina Kecamatan Siak
Hulu Kabupaten Kampar Riau. Jom Fisip, 4 (2): 1–11.

Francoa . C Wilmer, Motivation and segmentation of the demand for coastal and
marine destinations. Tourism Management Perspectives 34 (2020)

Gartner, W. (1993), “Image formation process”, in Uysal, M. and Fesenmaier, D.


(Eds), Communication and Channel Systems in Tourism Marketing,
Haworth Press, New York, NY, pp. 191-215

Gentile, C., Spiller, N., & Noci, G. 2007. How to Sustain the Customer Experience: An
Overview of Experience Components that Co-create Value with the
Customer. European Management Journal, 25(5), 395–410.

Gurning. Saut. R. Tegar. Dimas. Development of Marine and Coastal Tourism Based
on Blue Economy. Economy International Journal of Marine Engineering
Innovation and Research Vol 2 No 2, Maret 2018.
Ginting, Nurlisa. Pariwisata Berbasis Masyarakat Pasar Buah Berastagi. Prosiding
Temu Ilmiah, IPLBI, 2016.
Ginting, N., Nasution, A. D., & Rahman, N. V. More Attractive More Identified:
Distinctiveness in Embedding Place Identity. Procedia Environmental
Sciences. IOP Conf. Series: Materials Science and Engineering. 2017
Ginting, Nurlisa. Developing tourism facilities based on geotourism in Silalahi Village,
Geopark Toba Caldera. IOP Conf. Series: Earth and Environmental Science
126 (2018).
Ginting, N., & Siregar, N. (2018). Geotrail development to connect the dots in Muara
Caldera Toba, Indonesia. IOP Conference Series: Earth and Environmental
Science, 126, 12169

Hidayati, D. Linda Christanty. 2009. Ekosistem Pesisir dan Laut : Ancaman, Bencana,
dan Pengelolahan, Jakarta : COREMAP-LIPI 2009
Huda, N. 2008. Strategi Kebijakan Pengelolaan Mangrove Berkelanjutandi Wilayah
PesisirKabupaten Tanjung Jabung Timur Jambi. Program Pascasarjana,
UniversitasDiponegoro, Semarang.

Hudson, B.J. Waterfalls. Resources for tourism. Annals of Tourism Research. Vol 25
Issue 4, 1998.
Helmut F. 2006. Perencanaan Ekowisata Dari Teori Ke Aplikasi . Yogyakarta :
PUSBAR UGM & ANDI YOGYAKARTA

179
Hermawan, H. 2016. Dampak Pengembangan DesaWisata Nglanggeran Terhadap
Sosial BudayaMasyarakat Lokal. In Seminar Nasional Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi Komputer Nusa Mandiri Pertama Tahun 2016 (Vol. 1, pp. 426–
435). SNIPTEK Nusa Mandiri.
Imam Supardi. 2003. Lingkungan Hidup dan Kelestariannya. Bandung: PT. Alumni
Imran, A. N. (2012). Identifikasi Kapasitas Komunitas Lokal daalam Pemanfaatan
Potensi Ekowisata Bagi Pengembangan Ekowisata di Kawah Cibuni. Journal of
Regional and City Planning, 23(2), 85-102.

Kaltenborn, B. P., & Bjerke, T. 2002. Associations between Environmental Value


Orientations and Landscape Preferences. Landscape and Urban Planning

Ketjulan R. 2010. Daya Dukung Perairan Pulau Hari Sebagai Objek Ekowisata Bahari.
Paradigma. 14(2): 195−204.
Kruger, M. Travel Motivation of Tourists to Kruger and Tsitsikamma National Parks:
A Comparative Study. African Journal of Wildlife Research 40(Apr 2010):93-102
Kusuma, W. Sarwika, Penerapa Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Balawista Di
Pantai Kuta, Jurnal Destinasi Vol. 4 No. 1, 2016, ISSN: 2338-8811.

Kusmanto, E., & Setyawan, W. B. (2013). Arus Rip di Perairan Pesisir Pangandaran,
Jawa Barat (Rip Current in Pangandaran Coastal Water, West Java). ILMU
KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences, 18(2), 61-70.

Kušen, Eduard. A System Of Tourism Attractions. Tourism Review Vol 58 No 4, 2010.


Kozak, M. Comparative analysis of tourist motivations by nationality and destinations.
Tourism Management, 23(3), 221–232. (2002).

Kodhyat, H. 1996. Sejarah Pariwisata dan Perkembangannya Di Indonesia. Jakarta: PT


Grasindo.
Koentjaraningrat. 2001. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Keliwar, S. Pola Pengelolaan Ekowisata Berbasis Komunitas di Taman Nasional
Gunung Halimun Salak. Jurnal Nasional Pariwisata. Vol 5 No 2, Agustus
2013.

Kurniansah,Rizal. 2016. Persepsi dan Ekspektasi Wisatawan Terhadap Komponen


Destinasi Wisata Lakey-hu’u Kabupaten Dompu. (Jumpa Vol.3 No.1 72-91).

180
Lubis, R. Sri. Studi Tingkat Ketergantungan Masyrakat Masyarakat Terhadap
eksistensi Objek Daerah Tujuan Wisata Di Kecamatn Pantai cermin, Jurnal
Ilmiah Pariwisata, Vol. 8 No.1 Juni 2012- Akademi Pariwsata Medan

Lynch, Kevin. 1981.A Theory Of Good City From, The MIT Press.Cambridge
Marpaung, H. 2002. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung: Alfa Beta
Martínez, R. 2001. Approximation to the study of the almerian tourism sector: Analysis
of the offer and demand in high season. Cuadernos de Turismo, 7, 81-91.

Montgomery, J. (1998). Making a city: urbanity, vitality and urban design. Journal of
Urban Design 3 (1), pp 93-116
Muflih.A., 2015. Kesesuaian dan Daya Dukung Wisata Pesisir Tanjung Pasir dan Pulau
Untung Jawa, Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia (JIPI), Agustus 2015, Vol. 20
(2): 141−149
Nawawi, A. (2013). Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Wisata Pantai Depok
di Desa Kretek Parangtritis. Jurnal Nasional Pariwisata, 103-109.

Nasution, M.N. 2004. Manajemen Jasa Terpadu: Total Service Management. Bogor:
Ghalia Indonesia.

Nasution, Solahuddin et al. 2005. Persepsi Wisatawan Mancanegara Terhadap Kualitas


Objek dan Daya Tarik Wisata Sumatera Utara. (Jurnal Studi Pembangunan
Vol.1 No.1 81-96).

Natori, Masahiko. 2001. “A guidebook for Tourism Based Community Development”.


Japan: Aptec
Nikijuluw, V.P.H. 2003. Aspek sosial ekonomi masyrakat pesisir dan startegi
pemberdayaan mereka dalam konteks pengelolahan sumber daya pesisir
1997-2003. Coastal Resources Center, Univesity of Rhode Island,
Narragansett, Rhode Island, USA.
Nontji, A. 2002. Laut Nusantara. PT. Djambatan. Jakarta.
Orams, M., & Lueck, M. 2016. Coastal tourism. In J. Jafari, & H. Xiao (Eds.).
Encyclopedia of tourism (pp. 157–158). Switzerland: Springer.

Prihanta, W., Syarifuddin, A., & Zainuri, A. M. (2017). Pembentukan kawasan


ekonomi melalui pengembangan ekowisata berbasis masyarakat. Jurnal
Dedikasi, 14, 73

Pendit, Nyoman. S. 2003. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengntar Perdana. Jakarta: Pradnya
Paramitha.

181
Perry, Potter, (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Edisi 4. Jakarta : EGC
Purba, M. Iskandar. Studi Potensi Pariwisata Kawasan Pesisir Di Kabupaten Serdang
Bedagai, Jurnal Ilmiah Pariwisata, Vol 6 no 1 juni 2010- Akamedisi
Pariwisata Medan )
Poernomosidhi ,2005. Penanganan Pasca Bencana; Materi Seminar Sehari: Mitigasi
Bencana Alam dalam Perencanaan Wilayah dan Kota. Bandung.
Rahmawati A. 2009. Studi Pengelolaan Kawasan Pesisir Untuk Kegiatan Wisata Pantai
(Kasus Pantai Teleng Ria Kabupaten Pacitan, Jawa Timur) [Skripsi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor

Rakhmat, Jalaludin (2003). Metode penelitian komunikasi. Bandung : PT. Remaja


Rosdakarya.
Ritonga, A. Kadir , Potensi Objek Wisata Aceh Selatan. Jurnal Ilmiah Pariwisata, Vol.
8 No.1 Juni 2012- Akademi Pariwsata Medan
Rif’an .A. Achmad, 2012. DAYA TARIK WISATA PANTAI WEDIOMBO
SEBAGAI ALTERNATIF WISATA BAHARI DI DAERAH ISTIMEWA
YOGYAKARTA, Jurnal Geografi Vol 10 No.1
Repulik Indonesia, Peraturan Menteri Dalam Negeri tentang Pedoman
UndangUndang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan.
Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam.
2003, Pedoman Analisis Daerah Operasi Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam
(ADO-ODTWA)

Republik Indonesia, Keputusan Mentri Kelautan 2002 tentang pedoman umum


perencanaan pengelolahan pesisir terpadu.

Reisinger,Yvette dan Turner, Lindsay W. (2003). Cross-Cultural Behaviour In


Tourism Concept Analysis. England: British Library.
Satria, D. (2009). Strategi pengembangan ekowisata berbasis ekonomi lokal dalam
rangka program pengentasan kemiskinan di wilayah Kabupaten Malang.
Journal of Indonesian Applied Economics, 3(1).

Setiawan, L. Karakteristik Dan PErsepsi Wisatawan Terhadap Daya Tarik Wisata


Pantai Kata Di Kota Pariaman, Jurnal Destinasi Pariwisata, Vol.4 No 1, 2016.

Sulistyan, R. B., Ariyono, K. Y., & Taufiq, M. (2018). Identifikasi Faktor-Faktor Kritis
Dalam Minat Berkunjung Kembali Ke Wisata Religi. UNEJ eProceeding

182
Suradnya, I Made. 2005. Analisis Faktor-Faktor Daya Tarik Wisata Bali dan
implikasinya Terhadap Perencanaan Pariwisata Daerah Bali, Denpasar:
Jurnal SOCA, Universitas Udayana

Sunaryo, Bambang. 2013. Kebijakan Pembangunan Destinasi Pariwisata Konsep dan


Aplikasinya di Indonesia. Yogyakarta : Gava Media
Syam, Nur, 2005, Islam Pesisir, Yogyakarta: LKiS.
Swarbrooke, J. (1995). The Development and Management of Visitor Attractions.
London: Butterworth.

Soekadijo, R. G. 2000. Anatomi pariwisata Memahami Pariwisata sebagai Systemic


Linkage. Jakarta : Gramedia Pustaka Umum.
Suchaina. 2014. Pengaruh Kualitas Fasilitas Sarana Dan Prasarana Terhadap
Peningkatan Jumlah Pengunjung Wisata Danau Ranu Grati. Jurnal Psikologi
2(2): 89-109.

Suwantoro, Gamal. 2004. Dasar-dasar Pariwisata. Yogyakarta : Penerbit Andi

Suwena, I Ketut & Widyatama, I. G. N. (2017). Pengetahuan Dasar Ilmu Pariwisata.


Denpasar: Pustaka Larasan.

Spillane, James. 1987. Ekonomi Pariwisata, Sejarah dan Prospeknya, Yogyakarta :


Kanisius.
Silva CP, Alves F, Rocha R. 2007. The Management of Beach Carrying Capacity: The
Case of Northern Portugal. Journal of Coastal Research JIPI, Vol. 20 (2):
141−149 149 (Proceedings of the 9th International Coastal Symposium). SI
50: 135−139.
Sihasale.A. Daniel. 2013. KEANEKARAGAMAN HAYATI DI KAWASAN
PANTAI KOTA AMBON DAN KONSEKUENSI UNTUK
PENGEMBANGAN PARIWISATA PESISIR, Journal of Indonesian
Tourism and Development Studies, Vol.1, No.1

Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum. Bandung: CV Pustaka Setia.

Tuwo , A. 2011. Pengelolahan Ekowisata Peisir Dan Laut: Pendekatatan Ekologi,


Sosial Ekonomi, Kelembagaan, dan Sarana Wilayah. Surabaya :Brilian
Internasional
Uchiyama. Y, Ryo Kohsaka, ognitive value of tourism resources and their relationship
with accessibility: A case of Noto region, Japan, Tourism Management
Perspectives, 2016

183
Violinaa, S. Kualitas Kebersihan Lingkungan SebagaiI Penunjang Daya tarik Wisata
Pantai Sanur Kaja. Jurnal Destinasi Pariwisata. Vol. 4 No. 1, 2016
Wahab, Salah. 2003. Manajemen kepariwisataan. Jakarta: Pradnya Paramitha
Wardhani, K. M. Kawasan Konservasi Mangrove : Suatu Potensi Ekowisata. Jurnal
Kelautan, Vol 4, No 1 April 2011 ISSN : 1907-9931
Wattimena, Roy. A. 2017. Strategi Pengembangan Pesisir Pantai Desa Liang
Sebagai Kawasan Objek Pariwisata. Jurnal Manis Volume 1 No 1, 1 Januari
2017
Wilkes, K.(2016).Whitness,weddings,and tourism in the Caribbean. Paradise for
Sale.New York : Palgrave MacMil
Więckowski, M. ROAD ACCESSIBILITY TO TOURIST DESTINATIONS OF THE
POLISH-SLOVAK BORDERLAND: 2010-2030 PREDICTION AND
PLANNING. Geographia Polonica Volume 87, Issue 1, pp. 5-26. 2014
Yoeti, A. Oka. 1991. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung: Angkasa
Yoeti, A. Oka. 2008. Ekonomi Pariwisata : Introduksi, Informasi, dan Implementasi.
Jakarta: Kompas
Yacob. Rusli. M. Management in Redang Island Marine Parks, Malaysia. International
Business Research. Vol. 4, No. 1; January 2011
Yuliana, F. 2019. Ekowisata Perairan. Ipb Press. Bogor

Yulianda F. 2007. Ekowisata Bahari sebagai Alternatif Pemanfaatan Sumberdaya


Pesisir Berbasis Konservasi. Seminar Sains pada Departemen MSP, FPIK
IPB. 21 Februari 2007; Bogor, Indonesia. Bogor (ID): Departemen MSP IPB
Yulius, 2018. Buku Panduan Kriteria Penetapan Zona Ekowisata Bahari, Pusat Riset
Kelautan Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan
Kementerian Kelautan dan Perikanan. Bogor : Penerbit IPB Press.

Yusila,Noerma. Analisis Kesesuaian Dan Daya Dukung Ekowisata Pantai Kategori


Rekreasi Pantai Laguna Desa Merpas Kabupaten Kaur. Jurnal Enggano Vol.
1, No. 1 , April 2016.

Walgito, Bimo. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: AndiO

Zebua, Manahati. 2016. Inspirasi Pengembangan Pariwisata Daerah. Yogyakarta:


Deepublish Publisher.

184
LAMPIRAN I

UJI VALIDITAS

Dari hasil analisis diperoleh nilai skor item dan skor jumlah. nilai yang

diperoleh dari skor item dan skor jumlah dibandingkan dengan r tabel. R

tabel dicari pada signifikan 5% dengan uji 2 sisi dan n =34, maka diperoleh

r tabel sebesar 0.339. jika r hasil analisis kurang dari (<) r tabel, maka

kesmipulannya adalah item-item tersebut tidak valid.

Tabel Rangkuman Uji Validitas Daya Tarik Alam dan Buatan terhadap Wisatawan
No. Butir R Hitung Keterangan Interpretasi
1 0.686 ≥ 0.339 VALID
2 0.419 ≥ 0.339 VALID
3 0.434 ≥ 0.339 VALID
4 0.505 ≥ 0.339 VALID
5 0.863 ≥ 0.339 VALID
6 0.712 ≥ 0.339 VALID
7 0.778 ≥ 0.339 VALID
8 0.440 ≥ 0.339 VALID
9 0.863 ≥ 0.339 VALID
10 0.746 ≥ 0.339 VALID
11 0.745 ≥ 0.339 VALID
12 0.700 ≥ 0.339 VALID
13 0.863 ≥ 0.339 VALID
14 0.751 ≥ 0.339 VALID
15 0.434 ≥ 0.339 VALID
16 0.386 ≥ 0.339 VALID
17 0.434 ≥ 0.339 VALID
18 0.419 ≥ 0.339 VALID
19 0.416 ≥ 0.339 VALID
20 0.434 ≥ 0.339 VALID
21 0.395 ≥ 0.339 VALID
22 0.692 ≥ 0.339 VALID
23 0.788 ≥ 0.339 VALID
24 0.440 ≥ 0.339 VALID
25 0.700 ≥ 0.339 VALID
26 0.863 ≥ 0.339 VALID
27 0.751 ≥ 0.339 VALID
28 0.505 ≥ 0.339 VALID
29 0.434 ≥ 0.339 VALID
30 0.692 ≥ 0.339 VALID
31 0.690 ≥ 0.339 VALID
32 0.671 ≥ 0.339 VALID
33 0.434 ≥ 0.339 VALID
34 0.788 ≥ 0.339 VALID
35 0.411 ≥ 0.339 VALID
36 0.572 ≥ 0.339 VALID
37 0.712 ≥ 0.339 VALID
38 0.362 ≥ 0.339 VALID
39 0.863 ≥ 0.339 VALID
40 0.486 ≥ 0.339 VALID

Tabel Rangkuman Uji Validitas Daya Tarik Alam dan Buatan terhadap Masyarakat

Lokal

No. Butir R Hitung Keterangan Interpretasi


1 0.482 ≥ 0.339 TIDAK VALID
2 0.693 ≥ 0.339 TIDAK VALID

3 0.454 ≥ 0.339 VALID

4 0.602 ≥ 0.339 VALID

5 0.433 ≥ 0.339 VALID


6 0.635 ≥ 0.339 VALID

7 0.450 ≥ 0.339 VALID


8 0.604 ≥ 0.339 VALID

9 0.605 ≥ 0.339 VALID

10 0.711 ≥ 0.339 VALID

11 0.607 ≥ 0.339 VALID


12 0.356 ≥ 0.339 VALID
13 0.517 ≥ 0.339 VALID
14 0.345 ≥ 0.339 VALID

15 0.418 ≥ 0.339 VALID


16 0.563 ≥ 0.339 VALID

17 0.482 ≥ 0.339 VALID


18 0.741 ≥ 0.339 VALID

19 0.435 ≥ 0.339 VALID

20 0.676 ≥ 0.339 VALID


21 0.620 ≥ 0.339 VALID
22 0.607 ≥ 0.339 VALID

23 0.486 ≥ 0.339 VALID


24 0.650 ≥ 0.339 VALID
25 0.671 ≥ 0.339 VALID

26 0.654 ≥ 0.339 VALID


27 0.737 ≥ 0.339 VALID

28 0.655 ≥ 0.339 VALID

29 0.693 ≥ 0.339 VALID

30 0.695 ≥ 0.339 VALID

31 0.629 ≥ 0.339 VALID

32 0.612 ≥ 0.339 VALID


33 0.503 ≥ 0.339 VALID
34 0.582 ≥ 0.339 VALID
35 0.611 ≥ 0.339 VALID
36 0.711 ≥ 0.339 VALID

37 0.517 ≥ 0.339 VALID

38 0.589 ≥ 0.339 VALID


39 0.607 ≥ 0.339 VALID

40 0.539 ≥ 0.339 VALID


LAMPIRAN II UJI RELIABILITIAS
Lampiran II (Kuisioner)

Pengantar

Kuisioner ini di sebarkan dengan tujuan untuk mendapatkan informasi dan data penelitian yang
berjudul “Analisa Daya Tarik Ekowisata Pesisir Berbasis Persepsi Masyarakat Di Kabupaten
Pasaman Barat” guna menyelesaikan tesis pada Magister Teknik Arsitektur, bidang
studi Manajemen Pembangunan Kota, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Terimah Kasih atas partisipasinya..

1. Identitas Responden :
Nama :
Alamat :
2. Saya Disini Sebagai
1. Penduduk Lokal
2. Wisatawan
A. Jenis Kelamin
1. Pria
2. Wanita
B. Usia Saudar/i
Pengantar
1. < 20 Tahun
2. 21 – 30iniTahun
Kuisioner di sebarkan dengan tujuan untuk mendapatkan informasi dan data penelitian yang
berjudul
3. 31 – 40“Kajian
Tahun Pengembangan Daya Tarik Wisata Pesisir Berbasiskan Ekowisata Di
Kabupaetn Pasaman Barat” guna menyelesaikan tesis pada Magister Teknik Arsitektur , bidang
4. > 40 Tahun
studi Manajemen Pembangunan Kota, Universitas Sumatera Utara, Medan. Terimah Kasih..
C. Pendidikan
1. SD
2. SMP
3. SMA
4. Sarjana
KUISIONER PENILAIAN DAYA TARIK WISATA PESISIR BERBASISKAN
EKOWISATA

Petunjuk berilah tanda (x) pada pilihan jawaban yang anda anggap benar sesuai dengan kondisi
objek wisata.
Objek Wisata : KAWASAN PESISIR PASAMAN BARAT (SASAK & AIR BANGIS)

Keterangan :

No Keterangan
1 SS (Sangat Setuju)
2 S (setuju)
3 N (Netral)
4 TS (Tidak Setuju)
5 TSS (Tidak Setuju Sama Sekali)
No Pertanyaan SS S N TS STS

1. Daya Tarik Alam Berbasis Ekowisata

A. Keindahan Alam

1 Saya merasa pemandangan yang indah pada


lokasi wisata ini dengan lingkungan yang alami
dan asri

2 Saya merasakan pengalaman yang indah dan


bernilai pada lokasi wisata ini

3 Dengan adanya keindahan alam pada lokasi


wisata ini, saya merasa masyarakat harus dapat
menerima dampak ekonomi

4 Dalam pengelolahan lahan pantai seharusnya


dilakukan oleh masyarakat lokal

5 Saya merasa pengelolahan objek wisata harus


diarahkan untuk menjaga kelestarian lingkungan
dan sumber daya alam

6 Saya merasa perlu adanya suatu organisasi atau


kelompok masyarakat dalam mendukung
pariwisata di lokasi ini

7 Dalam pengelolahan objek wisata saya merasa


perlu kebijakan atau aturan dalam menata
kegiatan pariwisata

8 Saya merasa lahan pantai harus bebas dari segala


bentuk bangunan fisik

9 Saya merasa lahan pantai boleh dibangun


bangunan agar masyarakat lokal dapat
menambah sumber pendapatan
B. Kebersihan Dan Kenyamanan

10 Saya merasa Pada lokasi Pantai ini terbebas dari


sampah, bau, kebisingan, dan gangguan binatang

11 Saya merasa pada lokasi Pantai ini terbebas dari


pengaruh pelabuhan, permukiman, pabrik, dan
sumber pencemaran lingkungan

12 Adanya pelayanan yang baik di lokasi wisata


seperti kemampuan bahasa, keramahan, dan
kesanggupan dalam mengarahkan wisatawan

13 Saya merasa pengelolahan sampah yang baik di


lokasi wisata dan dengan tersedianya tong
sampah dan tidak membuang sampah sembarang

14 Pada lokasi wisata ini saya merasa masyarakat


ikut andil dalam pengendalian sampah

15 Ketika berada di lokasi wisata, saya merasa


dapat meningkatkan kesadaran saya tentang
menjaga alam

C. Keunikan Alam

16 Saya merasa pada lokasi wisata terdapat suatu


keunikan alam (lingkungan, Flora, Fauna)

17 Pada lokasi wisata ini saya merasa terdapat


keanekaragaman ekosistem pesisir (Mangrove,
padang Lamun,Estuaia, dan Terumbu karang)

18 Saya merasa pada lokasi wisata ini terdapat


berbagai macam keanekaragaman flora dan
fauna

19 Dengan keunikan alam tersebut saya merasa


masyarakat lokal harus dapat mendapat manfaat
secara ekonomi
20 Saya merasa pada lokasi wisata ini perlu ada
suatu kegiatan yang melindungi ekosistem
pesisir

21 Pada lokasi wisata ini saya merasa masyarakat


mengelola sumber daya alam dengan
pengelolahan yang baik tidak merusak alam

2. Daya Tarik Buatan Berbasis Ekowisata

A. Aktivitas Wisata

1 Saya merasa pada lokasi wisata ini terdapat dan


perlu pembatasan jumlah pengunjung

2 Ketika berada di lokasi wisata ini saya merasa


perlu terdapat berbagai macam aktivitas/
kegiatan wisata yang di tawarkan

3 Saya merasa pengelola wisata perlu mengetahui


keinginan wisatawan dalam mengunjungi
(berenang, rekasi, relaksasi, memacing,
bersantai, dll)

4 Saya merasa dalam pengelolahan kegiatan


wisata harus dilaksanakan dan dimiliki
masyarakat lokal

5 Dalam lokasi wisata ini saya merasa harus


adanya zonasi atau pembatas-pembatas antar
kegiatan aktivitas wisata agar tidak merusak
lingkungan alam pesisir

B. Keunikan Masyarakat

6 Saya merasa pada lokasi wisata ini terdapat


keunikan budaya masyrakat lokal
7 Dengan adanya lokasi wisata ini saya merasa
dapat mengenalkan budaya masyarakat kepada
wisatawan

8 Saya merasa keunikan budaya itu harus


dilibatkan dan di tonjolkan sebagai atraksi daya
tarik wisata

9 Saya merasa dengan adanya objek wisata ini


dapat mengembangkan dan menjaga keunikan
yang terdapat pada masyarakat

C. Keamanan Dan Keselamatan

10 Saya merasa ketika berada di objek wisata


kondsi keamanan dan keselamatan yang ada
sangat baik (bebas dari ancaman alam, dan
manusia)

11 Saya merasa pada lokasi wisata ini terdapat


upaya dalam mecegah rsiko kecelakaan (papan
Informasi, papan peringatan, media informasi,
pembangunan keselamatan seperti pagar
pembatas, dan perkuatan wilayah seperti
perbaikan terhadap wilayah yang abrasi)

12 Saya merasa masyarakat ikut andil dalam


keamanan dan keselamatan wisatawan (petugas
keamanan, penjaga pantai, petugas parkir)

13 Saya merasa pada lokasi wisata ada suatu


organisasi atau kelompok masyarakat yang
memiliki tujuan untuk menjaga keamanan dan
kenyamanan wisatawan

D. Fasilitas

14 Saya merasa ketika menuju lokasi wisata mudah


di capai dengan kondisi jalan yang bagus
15 Saya merasa jarak tempuh menuju lokasi wisata
ini tidak lama

16 Saya merasa pada lokasi wisata ini air bersih


mudah di dapat dan layak untuk di komsumsi

17 Saya merasa sarana dan prasarana di lokasi


wisata ini sudah memadai.

(Penginapan, rumah makan, Puskesmas, rumah


ibadah, jaringan listrik, jaringan air minum,
pusat pasar, Bank, toko souvenir, dan angkutan
umum)

18 Dengan adanya lokasi wisata ini saya merasa


dapat mendorong masyarakat dalam
meningkatkan aktivitas ekonomi seperti usaha
perdagangan dan jasa

19 Saya merasa pada lokasi wisata ini ada suatu


organisasi atau kelompok masyarakat dengan
adanya fasilitas dapat meningkatkan ekonomi
masyarakat seperti (melalui aktivitas seperti
ukm, koperasi, dll)

TERIMA KASIH
Lampiran III (Wawancara)

WAWANCARA TENTANG POTENSI DAYA TARIK

BERBASIS EKOWISATA DI KABUPATEN PASAMAN BARAT

No Variabel Indikator Pertanyaan

1 Daya Tarik Keindahan 1. Bagaimana Kondisi lingkungan objek wisata


Alam Alam ini apakah masih alami dan asri..? dan
Berbasis Bagaimana dengan keindahan pemandangan
Ekowisata pantai pada lokasi wisata ?Apakah terdapat
variasi pemandangan pada lokasi pantai ?

2. Apakah wisatawan yang berkunjung


dapat mendapatkan pengalaman yang
berharga ketika mengunjungi lokasi
wisata ini?
3. Apakah masyarakat lokal menerima
dampak positif berupa ekonomi dari
adanya objek wisata ini?
4. Apakah dalam pengelolahan lahan pantai
banyak dilakukandan dimiliki oleh
masyarakat lokal
5. Apakah dalam pengelolahan objek wisata
ini selalu diarahkan terhadap kelestarian
alam ?
6. Apakah pada lokasi wisata ini ada suatu
organisasi atau kelompok masyarakat
dalam mendukung dan melindungi sektor
pariwisata ini ?
7. Apakah dalam lokasi wisata ini terdapat
perangkat kebijakan dalam menata
kegiatan pariwisata ini?
8. Apakah dalam lokasi wisata ini ada jenis
pengelolahan lahan yang bagaimana ? dan
pengelolahan lahan apa yang cocok pada
lokasi wisata ini ?
Kebersihan 1. Bagaimana dengan kebersihan lokasi
Dan wisata ini ? apakah pada lokasi wisata tidak
kenyamanan ditemukan sampah, bebas bau, kebisingan
dan gangguan binatang pada lokasi wisata

2. Bagaimana kenyamanan pada lokasi


wisata ini ? apakah pada lokasi wisata ini
terbebas dari pengaruh pelabuhan,
permukiman, pabrik, dan sumber
pencemaran lingkungan

3. Bagaimana pelayanan pada lokasi wisata


? dan bagaimana respon masyrakat
terhadap pariwisata dan wisatwan yang
datang ?
4. Bagaimana pengelolahan sampah di
lokasi wisata ? apakah masyarakat lokal
membuang samaph langsung ke laut ?

5. Apakah pada lokasi wisata masyarakat


ikut dalam mejaga kebersihan lokasi
wisata ?
6. Apakah ketika mengunjungi objek wisata
ini dapat menimbulkan rasa kesadaran
masyarakat dan wisatawan pentingnya
menjaga alam ?

Keunikan 1. Apakah pada lokasi wisata terdapat suatu


Alam fenomena atau kejadian sutau keunikan
alam ?
2. Apakah pada lokasi wisata ini terdapat
berbagai keanekaragaman ekosistem
pesisir ?
3. Apakah pada lokasi wisata ini terdapat
berbagai keanekaragaman flora dan
fauna?
4. Apakah dengan adanya keunikan alam
dan ekosistem ini dapat memberikan
manfaat secara eknomi bagi masyarakat
lokal ?
5. Dengan adanya berbagai ekosistem
pesisir tersebut, apakah ada suatu upaya
kegiatan dalam melindungi ekosistem dan
sumber daya alam pesisir ?

6. Apakah masyarakat pada lokasi wisata


memanfaatkan sumber daya alam dengan
pengelolahan yang baik sehingga dapat
menghindari kerusakan alam ?

2 Daya Tarik Aktivitas 1. Apakah pada lokasi wisata ini terdapat


Buatan Wisata pembatasan jumlah wisatawan ? dan
Berbasis bagaimana daya dukung lokasi wisata ini
Ekowisata terhadap jumlah pengunjung ketika hari
besar ?

2. Bagaimana dengan karakteristik


wisatawan ketika mengunjungi lokasi
wisata ini ? dan apa yang diinginkan
wisatawan ketika mengunjugi lokasi
wisata ini ?
3. Apakah pada lokasi wisata ini terdapat
penzonasi-an terhadap aktivitas wisata
pengunjung ? atau adanya suatu wilayah
yang tidak boleh dimasuki oleh wisatan ?

4. Apakah pengelolahan aktivitas dan


kegiatan wisata lebih banyak dmiliki dan
dilakukan oleh masyarakat lokal ?

Keunikan 1. Apakah pada lokasi wisata ini terdapat


Masyarakat keunikan budaya masyarakat ? dan apa
saja keunikan tersebut ?

2. Apakah dengan adanya objek wisata ini


dapat mengenalkan budaya masyrakat
terhadap wisatawan ?
3. Apakah keunikan masyarakat dilibatkan
dan ditonjolkan dalam kegiatan
pariwisata ? dan keunikan tersebut
dimasukkan dalam unsur apa saja ?

4. Apakah dengan adanya objek wisata ini


masyrakat bangga akan keunikan
budayanya serta dapat menjaga dan
melestarikannya ?

Keamanan 1. Bagaimana kondisi pada lokasi wisata ?


Dan apakah wisatawan merasa aman dan
Keselamatan selamat dari ancaman alam, dan manusia
?
2. Apakah ada upaya penanganan resiko
pada lokasi wisata ? dan bagaimana upaya
yang dilakukan dalam penangana resiko
kecelakaan tersebut ?

3. Apakah masyarakat dilibatkan dalam


faktor keamanan dan keselamatan
wisatawan ? dan bagaimana tindakan
yang dilakukan ?

4. Apakah pada lokasi wisata ada organisasi


atau kelompok masyrakat dalam tujuan
menjaga dan keamanan dan ketertiban
pada lokasi wisata ?

Fasilitas 1. Bagaimana kondisi jarak dan waktu


tempuh menuju lokasi wisata ini ?

2. Bagaimana dengan sarana dan prasarana


pada lokasi wisata? Apakah layak dan
dapat digunakan oleh wisatwan ?

3. Bagaimana pada lokasi wisata ini apakah


tersedia jaringan air bersih ? dan apakah
layak untuk di minum dan digunakan ?
4. Apakah dengan adanya fasilitas ini dapat
mendorong berkembangnya usaha
perdagangan dan jasa bagi masyarakat
sekitar sebagai pendukung aktivitas
wisata pesisir ?

5. Apakah dengan adanya peningkatan


fasilitas ini ada komunitas atau kelompok
masyarakat dalam meningkatkan
pendapatan masyarakat melalui aktivitas
seperti ukm, koperasi, dll ?

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai