Analisa Daya Tarik Ekowisata Pesisir Berbasis Persepsi Masyarakat Di Kabupaten Pasaman Barat
Analisa Daya Tarik Ekowisata Pesisir Berbasis Persepsi Masyarakat Di Kabupaten Pasaman Barat
TESIS
OLEH :
SYAHIDULLAH HABIBIE
NIM : 187020003/AR
FAKULTAS TEKNIK
2021
ANALISA DAYA TARIK EKOWISATA PESISIR
BERBASIS PERSEPSI MASYARAKAT
DI KABUPATEN PASAMAN BARAT
TESIS
OLEH
SYAHIDULLAH HABIBIE
NIM : 187020003/AR
FAKULTAS TEKNIK
MEDAN
2021
PERNYATAAN
ANALISA DAYA TARIK EKOWISATA PESISIR
BERBASIS PERSEPSI MASYARAKAT
DI KABUPATEN PASAMAN BARAT
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
(Syahidullah Habibie)
Tanggal Diuji : 13 Juli 2021
Anggota Komisi Penguji : 1. Dr. Ar. Achmad Delianur Nasution, ST, MT, IAI,AA, IAP
analisis yang dilakukan pelaku wisata dalam memahami dan mengartikan suatu
destinasi wisata. Sehingga dalam penelitian ini perlu diketahui persepsi masyarakat
sehingga dapat menghasilkan suatu hasil penilaian yang bersifat subjektif dan objektif,
alamya.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengalanisa daya tarik ekowisata pesisir
metode campuran yaitu kualitatif dengan studi survei lapangan dan melakukan
untuk masyarakat dan 50 untuk pengunjung. Hasil dan kesimpulan dari penelitian ini
Kata kunci : Pasaman Barat, Daya Tarik Wisata, Ekowisata, Persepsi Masyarakat.
i
ABSTRACT
Tourism is an industry that can increase the growth of a region, the economy
and the welfare of a society in the region. In the development of tourism, it is very
can produce a subjective and objective assessment result, so that it can increase the
role of the tourism sector in improving and supporting the economic activities of
West Pasaman Regency, as well as increasing theprosperity and welfare of its people,
coastal ecotourism in West Pasaman Regency. In this study using a mixed method,
namely qualitative with field survey studies and conducting interviews and
quantitative with the distribution of questionnaires totaling 100, of which 50 are for
the public and 50 for visitors. The results and conclusions of this study can be the
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini tanpa mengalami suatu hambatan yang
berarti. Adapun tesis ini berjudul “Analisa Daya Tarik Ekowisata Pesisir Berbasis
Persepsi Masyarakat Di Kabupaten Pasaman Barat” sebagai salah satu syarat untuk
Utara. Dengan ini pula, perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang
Arsitektur Universitas Sumatera Utara serta sekretaris Program studi Magister Teknik
Arsitektur. Terimakasih kepada Pembimbing I, ibu Ir. Nurlisa Ginting, M.Sc, PhD,
IPM dan Pebimbing II, Bapak Dr. Achmad Delianur Nasution, ST, MT, IAI, AA, IAP
serta kepada dosen penguji yang telah banyak memberikan masukan, arahan serta ikut
membantu dalam penyusunan hasil laporan penelitian hingga selesai pada waktu yang
telah ditetapkan. Akhir kata, penulis mengharapkan kiranya laporan hasil penelitian
ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi penulis sendiri, pembaca dan untuk
kita semua.
Syahidullah Habibie
187020003/AR
iii
RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Agama : Islam
Golongan Darah :A
Pekerjaan : Freelancer
PENDIDIKAN
iv
DAFTAR ISI
Hal
ABSTRAK ..................................................................................................................... i
ABSTRACT ...................................................................................................................ii
v
2.2.2 Konservasi Lingkungan .............................................................. 28
vi
4.1.1 Kondisi Geografis Dan Dministrasi Pasaman Barat .................... 90
LAMPIRAN
vii
DAFTAR GAMBAR
Hal
No Judul
4.6. Jarak Tempuh Dari Pusat Kota Menuju Air Bangis ............................................. 96
5.2. Pemandangan Indah dan Alami Pesisir Pasaman Barat ..................................... 106
5.3. Kondisi Muara Sungai dan Pesisir yang bewarna kecoklatan ............................ 107
viii
5.6. Batu Penahan Abrasi Pantai Pada Kawasan Pesisir Pasaman Barat ................... 112
5.7. Dampak Dari Aktifitas Wisata dengan Sampah Yang Berserakan. .................... 112
5.8. Salah satu pengelolahan yang dilakukan kelompok masyarakat ........................ 114
5.13. Permukiman masyarakat yang menghadap dan berioentasi terhadap laut ........ 124
5.14. Masyarakat yang berjemur ikan asin serta hewan ternak di pinggiran pantai .. 125
5.18. Kondisi Pesisir Dengan Tidak Adanya Aktivitas di Hari Biasa ....................... 136
5.20. Aktivitas Wisata Yang Ditawarkan Ketika Hari Besar Saja .................................... 143
5.22. Suasana Pesisir Pasaman Barat Yang Sunyi sehingga tidak adanya
5.24. Tari Pilin Salapan Air Bangis yang Sarat Akan Filosofi di Dalamnya ............. 148
5.25. Masjid Nurul Yaqin Bukti Penyebaran Islam di Air Bangis ............................ 149
ix
5.27. Keunikan Masyarakat Pesisir Pasaman Barat ................................................... 151
5.32. Analisis Lokasi Mudah Dicapai dan Jarak Tempuh Tidak Lama Berbasis
5.33. Fasilitas Yang Tersedia Hanya Berupa Mushallah Dan Warung ..................... 166
x
DAFTAR TABEL
No Judul Hal
xi
3.6. Daftar Pertanyaan Kusioner .................................................................................. 68
3.14. Tabel Rangkuman Uji Validitas Daya Tarik Alam dan Buatan Terhadap
Wisatawan .......................................................................................................... 83
5.1. Nilai Rata-Rata Keindahan Alam Ekowisata Berbasis Persepsi Pesisir ............. 104
5.3. Nilai Rata-Rata Keunikan Alam Ekowisata Berbasis Persepsi Pasaman Barat . 134
5.4. Nilai Rata-Rata Aktivitas Ekowisata Berbasis Persepsi Pesisir Pasaman Barat . 140
5.6. Nilai Rata-Rata Fasilitas Ekowisata Berbasis Persepsi Pesisir Pasaman Barat .. 162
5.7. Nilai Rata-Rata Potensi Daya Tarik Wisata Berbasis Persepsi .......................... 169
xii
1
BAB I
PENDAHULUAN
sektor industri kecil yang dapat memberikan faktor ekonomi di masyarakat (lubis,
merupakan suatu bentuk konsep pariwisata yang sangat bertanggung jawab terhadap
kelestarian lingkungan alam, serta memberikan manfaat secara ekonomi dan dapat
Dalam mengembangkan suatu daerah agar dapat menjadi tujuan wisata ada
beberapa faktor yang perlu diperhatikan agar daerah tersebut dapat menarik dan
dikunjungi oleh wisatawan yaitu dengan adanya; Daya tarik wisata (Buhalis,
2000). Daya tarik wisata merupakan faktor pertimbangan pertama seseorang dalam
melakukan perjalan wisata. Dikarenakan, segala sesuatu alasan yang dapat menarik
minat seseorang untuk melakukan kegiatan pariwisata merupakan daya tarik wisata
(Rif'an, A. A. 2018). Oleh sebab itu, salah satu unsur yang menjadi faktor utama
suatu daya tarik wisata (Lubis, 2012). Dengan begitu daya tarik wisata merupakan
keunikan pada suatu kawasan, dimana masyarakat memiliki ikatan batin yang kuat
1
Universitas Sumatera Utara
2
yang diperoleh dari suatu obek, lingkungan, dan peristiwa sehingga dapat
citra total dari suatu destinasi wisata sebagai sumber informasi maupun promosi
bagi wisatawan yang akan mengunjungi destinasi tersebut (Suwena & Widyatama,
2017).
keindahan alam berupa pegunungan, lembah, danau, pantai, laut, pulau, maupun
adat istiadat yang dimiliki masyarakatnya. Akan tetapi, dimana jumlah penyebaran
wisatawan hanya terpusat kearah selatan seperti Padang dengan jumlah 843.296
Barat yang berada di utara dengan jumlah 28.603 pengunjung (Bps, 2019). Dilihat
dari potensi alamnya, Kabupaten Pasaman Barat tidak kalah menarik dibandingkan
Pantai sepanjang 152 km dengan pantai berpasir yang landai yang sangat cocok
untuk wisata pesisir, akan tetapi dalam penyebaran dan jumlah pengunjung
Sumatera Barat. Adapun salah satu penyebab penurunan julah wisatawan dapat
suatu kawasan sangat dipengaruhi oleh suatu persepsi, Dimana persepsi dalam
dalam memahami suatu destinasi wisata (Fentri 2017). Dengan semakin baiknya
persepsi yang didapat dari wisatawan terhadap produk wisata yang ditawarkan,
tentu akan semakin dapat menarik minat wisatawan untuk berkunjugn ke destinasi
wisata tersebut (Anggela & Sofia, 2017). Berdasarkan paparan isu-isu dan potensi
yang terdapat pada kawasan pesisir Kabupaten Pasaman Barat, maka penting
dilakukan penelitian tentang analisa daya tarik ekowisata pesisir berbasis persepsi
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di dapat, maka tujuan dari
masyarakat
untuk dikaji yaitu, daya tarik wisata. Adapun permasalahan pada daya tarik
wisata fokus terhadap daya tarik alam dan daya tarik buatan. Sedangkan persepsi
masyarakat pada penelitian ini terbagi atas kriteria masyarakat lokal, dan
wisatawan yang sudah berkunjung lebih dari satu kali. Mengenai pengembangan
wisata pada penilitian fokusnya adalah hanya mengkaji daya tarik ekowisata
beberapa tahapan proses berfikir, leh sebab itu peneliti mengaplikasikan dalam
beberapa proses tahapan, yaitu dimulai dari proses pengamatan awal yang
mengkaji studi pendahuluan, tahapan pengumpulan data, dan tahapan analisa utuk
mendapatkan hasil penelitain dan pemaparan kesimpulan serta saran. Untuk detail
LATAR BELAKANG
LANDASAN TEORI
a. Kabupaten Pasaman Barat sangat
memiliki potensi wisata pesisir a. Daya tarik merupakan faktor utama
untuk dikembangkan, akan tetapi keberhasilan suatu pariwisata (Lubis,
penyebaran dan jumlah 2012; Kodhyat, 1996; Aryunda,
pengunjung kalah menarik 2011)
dibanding kabupaten lainnya.
b. konsep ekowisata merupakan suatu
b. Daya tarik merupakan faktor bentuk wisata yang berkomitmen
utama keberhasilan suatu terhadap kelestarian area yang
pariwisata masih alami, memberi manfaat
secara ekonomis dan
c. Ekowisata merupakan konsep mempertahankan keutuhan budaya
wisata yang memberikan manfaat masyarakat setempat (Fandeli,
terhadap masyarakat serta dapat 2005)
menjaga kondisi lingkungan alam
c. Persepsi suatu metode untuk
d. Persepsi merupakan suatu proses mengetahui suatu objek atau
yang dilakukan untuk mendapat peristiwa secara objektif
respon suatu objek secara objektif (Chalin, 1989)
ANALISA
DATA a. Menganalisis permasalahan daya
tarik ekowisata pesisir pada
a. mengidentifikasi permasalahan pada kabupaten Pasaman Barat.
daya tarik ekowisata pandangan
masyarakat terhadap daya tarik b. Menganalisis persepsi masyarakat
ekowisata pesisir terhadap daya tarik ekowisata
b. menemukan daya tarik wisata pesisir pesisir pada Kabupaten Pasaman
paling potensial Barat.
HASIL TEMUAN
METODE PENELITIAN
a. Mix Methode
b. Kuantitaif dengan penyebaran KESIMPULAN
kuisoner
c. Kualitatif dengan melakukan
observasi dan wawancara Universitas Sumatera Utara
Gambar 1.1. Kerangka Berpikir
6
BAB I
Pada BAB II Merupakan BAB Tinjauan Pustaka yang mengemukakan dasar teori
yang menjadi landasan kajian yang digunakan peneliti. Adapaun tinjauan teori
mengenai persepsi daya tarik wisata, ekowisata, daya tarik ekowisata berdasarkan
persepsi.
BAB III
Pada BAB III Metodologi penelitian yang berisi, jenis penelitian, variabel dan
indikator, populasi sampel, dan metode pengumpulan data
BAB IV
Pada BAB V Hasil dan Pembahasan yang berisikan hasil kajian dan analisa
terhadap landasan teori dan rumusan temuan penelitian yang diperoleh oleh
peneliti. Terdiri dari analisa dan pembahasan terhadap daya tarik ekowisata
terhadap persepsi masyarakat.
BAB VI
Pada BAB VI Kesimpulan dan Saran yang didapat dari pembahasan pada tahap-
tahap sebelumnya, berisi tentang keterkaitan hasil temuan dengan rumusan masalah
dan landasan teori
TINJAUAN PUSTAKA
Salah satu unsur yang menjadi faktor utama dalam keberhasilan dalam
ketat dalam menjual produk wisatanya maka dari itu daerah tujuan wisata harus
mengembangkan daya tarik dan produk wisata unik dan menarik di daerahnya
(Purba, 2012). Hal itu dikarenakan adanya sesuatu yang menarik dan bernilai
(Pendit 2003).
memiliki potensi wisata yang sangat bagus untuk dikembangkan menjadi destinasi
wisata. Dilihat dari potensi alamnya wisata pesisir sangat potensial untuk
dikembangkan baik dari segi pantai, laut, dan pulau dengan memilik garis pantai
yang panjang dan dikung oleh pantai yang landai. Akan tetapi, dengan potensi
yang dimilikinya wisata pesisir pada kabupaten Pasaman Barat dirasa masih
melihat laut saja. Maka itu, diperlukan suatu pegembangan agar dapat menarik
minat wisatawan untuk berkunjung dan tidak merasa bosan dengan pengembangan
daya tarik wisata. Suatu wilayah yang terbelakang apabila memiliki potensi daya
tarik wisata yang menarik tentu dapat dikembangkan sehingga menjadi daerah
tujuan wisata yang potensial (Kušen, 2010). Maka dari itu, suatu kawasan apabila
memiliki potensi daya tarik wisata yang baik serta menarik, maka akan
7
8
Daya tarik wisata adalah suatu produk yang dihasilkan oleh suatu destinasi
mengembangkan destinasi wisata dapat berupa, daya tarik alam, daya tarik sosial,
daya tarik budaya, daya tarik buatan (Middleton, 2009). Daya tarik wisata juga
menemukan potensi tersebut maka harus menemukan apa yang ingin di cari oleh
wisatawatan. Adapun modal maupun daya tarik wisata yang dapat menarik
wisatawan yaitu dapat berupa, Natural Resources (daya tarik alam), daya tarik
Daya tarik wisata dapat dibagi ke dalam dua faktor yaitu; Daya tarik alam
dan daya tarik buatan, daya tarik alam adalah daya tarik wisata yang melekat pada
keindahan dan keunikan alam dari pencipta yang mana terdiri dari keindahan
(uncommon vegetation & animals), hutan (the sylvan elements), dan sumber
kesehatan (health centre) seperti sumber air panas belerang, dan mandi lumpur,
sedangkan daya tarik buatan adalah suatu daya tarik wisata yang sengaja
diciptakan atau dibuat oleh manusia, misalnya monumen, candi, art gallery,
(Suwantoro, 2004).
2018), salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam mengembangkan daya
tarik suatu wilayah adalah elemen identitas dari wilayah tersebut (Ginting, 2017).
9
elemen daya tarik wisata terhadapa wilayah tersebut, adapun elemen-elemen daya
tarik pada wilayah terebut dapat berupa pemandangan alam, kebudayaan, dan
Daya tarik wisata dapat juga dijelaskan sebagai segala sesuatu yang
hayati, budaya, serta hasil buatan manusia yang dapat menarik wisatawan
jenisnya daya tarik dapat terbagi menjadi tiga jeins yaitu; Daya tarik alam berupa
keadaan alam, flora dan fauna di lokasi wisata; Daya tarik buatan dapat berupa
hasil karya tangan manusia seperti museum, seni, budaya, komplek hiburan; Serta
daya tarik minat khusus seperti mendaki gunung, gua, indutstri dan kerajinan,
wisata memiliki daya tarik wisata. Adapun jenis-jenis daya tarik yang seharusya
dimiliki oleh suatu destinasi wisata dapat berupa daya tarik alam, daya tarik
buatan, daya tarik kegiatan dapat berupa event (Buhalis, 2000). Dalam
macam faktor yaitu, daya tarik alam, daya tarik buatan, daya tarik minat khusus
(Sunaryo, 2013). Berdasarkan kajian literatur yang telah dilakukan peneliti terkait
pengembangan daya tarik wisata pesisir, maka dapat disimpulkan beberapa aspek
pengembangan daya tarik wisata pesisir adalah, daya tarik wisata alam, dan
bentukan geografis dari situasi destinasi wisata maupun sumber daya alam
(Middleton, 2009). Daya tarik wisata alam adalah segala sesuatu pengembangan
daya tarik yang lebih banyak di fokuskan pada keindahaan dan keunikan yang
tersedia di alam, seperti pantai dengan pasirnya, deburan ombak, serta visualisasi
pantai terhadap matahari terbit maupun tenggelam (Sunaryo, 2013). Tujuan utama
sesorang dalam melakukan perjalan wisata jelas terletak pada wilayah geografis
daerah tersebut, yang mana bagian dari wilayah tersebut itu selalu ditandai oleh
ciri-ciri fisik yang khas dengan atraksi wisata potensial yang nyata, serta hubungan
spasial antara satu objek dan objek wisata lainnya (Kušen, 2010). Maka dari itu
suatu wilayah yang memiliki karakterisktik sendiri tentu akan mempunyai daya
Ada delapan unsur daya tarik wisata berbentuk pantai yang dapat
kebersihan dan keyamanan, dan lebar pantai (dapat diukur waktu surut terendah)
wisatawan, sehingga jumlah sampah dan limbah akan meningkat tentu akan
Potensi wisata dan daya tarik wisata pesisir tentu sangat di tentukan oleh
(Rifan, 2012). Oleh karena itu, suatu daya tarik wisata pada wilayah pesisir dapat
berupa bentang pesisir pantai, bentang laut, dan dasar laut (PP No 50 Tahun
terbatasnya ruang bagi pengunjung, serta muda merusak alam (Ketjulan 2010).
Dengan pengembangan pariwisata pesisir yang tidak dapat terkendali tentu akan
berdampak terhadap kerusakan sumber daya alam dan ekosistem yang berada di
pengelolahan yang baik serta menjaga kualitas lingkungan tentu dapat menarik
sehingga dapat menarik minat wisatawan untuk Kembali (Assaker, 2011). Dengan
tidak adanya pencemaran oleh sampah maupun limbah tentu lokasi wisata tersebut
berkunjung kembali.
13
ke wisata pesisir sehingga menjadi daya tarik tersendiri yaitu keunikan yang
pepohanan cemara yang berbaris rapih dan rindang di sepanjang wilayah pesisir
sehingga menambah kesan asrih dan eksotis, sangat berbeda dengan pantai pada
dalam melakukan tujuan wisata, pepohonan merupakan salah satu fitur visual
yang menggambarkan tentang sesuatu yang alami, eksostik, dan otentik sehingga
pada pesisir, dan laut. Tentu dengan keanekaragaman hayati pada wilayah pesisir
pesisir akan dapat memberikan nilai yang spektakuler bagi wisatawan yang
(tuwo, 2011), dengan adanya keunikan yang terdapat pada wilayah pesisir tentu
akan dapat menjadikan daya tarik potensial apabila dikembangkan dengan baik.
pengembangan daya tarik wisata pesisir, maka dapat disimpulkan beberapa aspek
yang memengaruhi daya tarik wisata alam pada wisata pesisir terdapat pada Tabel
2.2.
14
yang berpengaruh terhadap daya tarik alam wisata pesisir yaitu; Keindahan alam
pantai; Kebersihan dan kenyamanan pantai; Keunikan pada lokasi pantai, pada
telah merangkum semua aspek-aspek yang berpengaruh terhadap daya tarik alam
wisata pesisir.
Daya tarik wisata buatan adalah segala sesuatu hasil buatan maupun binaan
minat wisatawan untuk berkunjung (Middleton, 2001). Daya tarik wisata buatan
juga merupakan segala sesuatau yang diciptakan oleh manusia sehingga dapat
ritual, upacara tradisional (Suwantoro, 2004). Maka dari itu pada penelitian ini
kesenian, budaya, dan adat istiadat budaya termasuk didalam daya tarik buatan.
pesisir sangat kental dengan budayanya, karena sejak dahulu masyarakat pesisir
tradisional, dimana setiap daerah pasti memiliki sistem yang berbeda (Tuwo,
2011). Selain itu, tampak jelas keunikan kebudayaan pada masyarakat pesisir
keunikan budaya pada masyarakat pesisir tersebut tentu akan menjadikan daya
16
Pada kegiatan wisata pesisir selalu terkait erat dengan laut, dimana wisata
bahari yang menjadi kegiatan utama dan menjadi daya tariknya seperti, berlayar,
melakukan wisata pesisir yaitu dengan istirahat dan rekrasi dengan pemandangan
pantai dan matahari yang menjadi daya tarik tersebut (Martinez, 2001). Selain itu,
pesisir yaitu, mencari pengalam alam, ingin mencari pengetahuan, nostalgia, dan
relaksasi diri (Kruger, 2010). Dengan begitu dalam pengembangannya, daya tarik
pesisir sangat memerlukan daya dukung wisata untuk menunjang kegiatan wisata
maka aktivitas yang dilakukan oleh wisatawan juga semakin meningkat dan
beragam. Tentu tingginya aktivitas yang dilakukan oleh wisatawan akan mebuat
dari itu suatu kegiatan wisata harus memperhatikan aspek safety dan security
aktivitasnya tidak merasa terganggu oleh ubur-ubur, ular laut, dan bulu babi
(Yulisa, 2016)
17
(Francoa, 2018). Pada wisata pesisir dan laut selalu menawarkan berbagai macam
alternatif wisata bagi wisatawan, maka dari itu sangat penting untuk melakukan
dan menawarkan produk dan layanan yang sesuai dengan pengalaman dan
permintaan bagi wisatawan (Francoa, 2020). Faktor layanan dan fasilitas yang
di lokasi tempat wisata (Hudson, 1998). Ini menunjukkan bahwa suatu tempat
yang dilengkapi dengan infrastruktur, fasilitas, akomodasi, daya tarik dan lain-
lain, akan sangat membuat seseorang nyaman, akan akan tinggal lebih lama di
tempat tersebut. Berdasarkan kajian literatur yang telah dilakukan peneliti terkait
pengembangan daya tarik wisata pesisir, maka dapat disimpulkan beberapa aspek
yang memengaruhi daya tarik wisata buatan pada wisata pesisir terdapat pada
tabel 2.3.
yang berpengaruh terhadap daya tarik alam pada wisata pesisir yaitu; aktivitas
wisaat; keunikan dan kekhasan pada masyrakat; serta fasilitas yang memadai
merangkum semua aspek-aspek yang berpengaruh terhadap daya tarik alam pada
wisata pesisir.
19
2.2 Ekowisata
keunggulan dan nilai dari daya tarik wisatanya dengan mempromosikan potensi dari
Triska, E. 2020; Fandeli, 2005). Salah satu konsep pariwisata yang dapat
merupakan suatu bentuk konsep wisata yang menekankan tanggung jawab terhadap
aspek Pendidikan dan interpretasi terhadap lingkungan alam dan budaya masyarakat
R. 2020). Salah satu pengembangan ekowisata yang baik adalah dapat membuka
negatif (Tuwo, 2011). Ada beberapa hal yang perlu di perhatikan untuk dapat
melihat sisi positif dan negatif dari pengembangan ekowisata yaitu, jumlah
3 Peraturan a. Edukasi
Mentri no 33 b. Konservasi
tahun 2009 c. Ekonomi
d. Kesesuaian jenis dan
karakteristik wisata
e. Kepuasan dan pengalaman
f. Partisipasi masyarakat
4 Fandeli a. Kelestarian alam
2005 b. Ekonomi
c. Mempertahankan budaya
masyarakat
Birawa a. Pelestarian lingkungan
2016 b. Partispasi masyarakat
c. Ekonomi
5 The a. Kelestarian lingkungan
Internasional b. Ekonomi
Ecotourism c. Edukasi
Society, d. Pengalaman
2000 e. Partispasi masyarakat
menginkatnya pendapatan masyarakat dan daerah tersebut (Ginting, N., & Sasmita,
masyarakat menjadi pemilik usaha serta dapat menciptakan pasar untuk produk
bentuk ekowisata yang lebih spesifik dan sebagai alat untuk mewujudkan
(Kehati, 1998).
menjadi suatu kelompok masyarakat yang pola tingkah laku kehidupannya bersifat
(Diraputra, 2003, Indarti, I., & Wardana, D. S. 2013), oleh karena itu, masyarakat
jalan keluarnya (Indarti, I., & Wardana, D. S. 2013). Akan tetapi dalam
dan lemah. Salah satu konsep penguatan kelembagaan pada masyarakat pesisir
harus berfokus pada tiga unsur utama yaitu; Aturan dan Prosedur (norms and
dapat terciptanya hubungan yang baik antara masyarakat lokal, sumber daya alam,
lingkungan dengan cara konservasi; Adanya faktor ekonomi dalam menikmati hasil
(Natori, 2001). Selain itu dengan adanya partispasi masyarakat pada lokasi wisata
(Ginting, N., & Siregar, C. R. 2020 ). Berdasarkan kajian di atas maka faktor-faktor
yang terdapat pada ekowisata berbasis msyarakat dapat dilihat pada Tabel 2.5
27
masyarakat; Masyarakat menerima dampak dari wisata: Pelayanan yang baik pada
lokasi wisata .
28
alam, yaitu dari wilayah daratan dan laut (zona intertidal) yang bisa menimbulkan
satu cara dalam menangani masalah tersebut dengan prisip koservasi, yaitu dengan
luas, meliputi banyak aspek dan faktor, akan tetapi pembangunan pada wilayah
lingkungan tidak diperhatikan (Baransano, 2011). Dimana sumber daya alam pada
sekitarnya.
diterima akibat aktivitas yang terjadi di tempat lain seperti penggunaan pestisida
yang berlebihan pada daerah pertanian tentu akan berdampak terhadap penurunan
habitat pesisir dan daya dukung lingkungan pesisir (Tuwo, 2001). Oleh karena itu
Selain itu, ada lima alasan faktor kehidupan pada wilayah pesisir dan laut dapat
mengancam dan berisiko terhadap keanekaragaman hayati dan laut, yaitu; Dengan
kepadatan tingkat penduduk yang tinggi dan kemiskinan; Tingkat komsumsi yang
tinggi sumberdaya serta penyebaran sumberdaya yang tidak merata; Tidak adanya
Table 2.6 Aspek yang berpengaruh pada ekowisata berbasis konservasi lingkungan
merupakan faktor utama, semakin kuat faktor visual suatu lingkungan, maka
(Lynch, 1981). Dengan begitu persepsi merupakan suatu cara untuk dapat
yang sesuai dan diinginkan oleh wisatawan (Zebua, 2016; Tuwo, 2011). Salah satu
cara untuk mengetahui apa keinginan yang seusai dan karakteristik yang diiginkan
merupakan suatu metode untuk menjelaskan suatu peristiwa yang terjadi pada
suatu objek, maupun suatu individu di suatu lokasi, pada dasarnya persepsi
suatu objek (Reisinger, 2003). Pada suatu kegiatan pariwisata, persepi merupakan
untuk memahami suatu lingkungan destinasi wisata (Fentri, 2017). Tentu dalam
32
suatu kegiatan pariwisata harus bisa menyesuaiakan terhadap segala sesuatu bentuk
dari wisatawan, pendapat tersebut dapat berupa persepsi dan keinginan wisatawan
berpengaruh terhadap image dari destinasi wisata tersebut, yanga akan berdampak
(Suwena, 2017), dengan semakin tinggi jumlah persepsi yang baik dari wisatawan,
(Anggela, 2017). Dengan begitu persepsi merupakan salah satu unsur intrepetasi
yang akan menentukan suatu kepuasan wisatawan (Nasution, 2005), maka dari itu,
gambaran sebuah citra total dari suatu destinasi wisata (Gatner, 1993).
Faktor internal , dimana faktor yang berpengaruh berasal dari dalam diri seseorang
eksternal adalah segala sesuatu tanggapan terhadap objek atau lingkungan dengan
penilain terhadap hal yang menarik perhatian, ukuran, atapun segala sesuatu yang
baru (Sobur, 2003). Selain itu, ada beberapa faktor yang juga mempengaruhi
adanya keinginan, dan pengalaman orang lain yang menjadi referensi (kurniansah,
Pada sub-bab ini peneliti akan melakukan kajian literatur yang mengaitkan
antara landasan teori daya tarik wisata ekowisata pesisir dengan persepsi
pembahasan sub-bab ini akan dibagi menjadi dua bagian yaitu; Daya tarik alam
wisata pesisir berdasarkan ekowisata; Serta daya tarik buatan pesisir berdasarkan
ekowisata.
34
Daya tarik alam adalah suatu pengembangan wisata yang lebih banyak di
fokuskan pada keindahaan dan keunikan yang tersedia di alam (Sunaryo, 2013).
Indonesia sangat memiliki sumber daya alam beserta ekosistemnya dapat berupa
keindahan alam dan keunikan flora dan fauna, kondisi lingkungan serta gejala alam
yang merupakan kekayaan alam yang dapat dimanfaatkan sebagai daya tarik dari
sebuah objek ekowisata. Selain itu, dalam instrumen pengembangan daya tarik alam
ekowisata nilai tentang alam merupakan penilaian pertama yang dapat berupa nilai
keindahan alam dan keunikan alam (Nafi, M., Supriyadi, B., & Roedjinandari, N.,
2017).
dalam sub-bab ini akan dibagi menjadi tiga bagian yaitu; Keindahan alam;
oleh ecotour adalah daya tarik daerah yang alami (Fandeli, 2005). Sedangkan itu
ekowisata apabila dilihat sebagai produk merupakan suatu atraksi wisata yang
berbasis pada sumber daya alam (Helmut, 2006). Maka dari itu daya tarik utama
dari pengembangan keindahan alam ekowisata ini terletak pada lingkungan yang
alami dan asri. Tujuan wisatawan jelas pada ekowisata ini karena wisatawan ingin
(Sopyandi, 2015), dimana semakin indah kualitas keindahan alam suatu lingkungan
wisata tentu akan menimbulkan gambaran yang indah dalam persepsi wisatawan
yang akan berkunjung. Maka dari itu, suatu persepsi dapat diartikan suatu metode
dalam menilai dan menandai suatu fenomena atau obejk suatu lingkungan, dimana
faktor kekuatan visual (image) merupakan faktor utama, semakin kuat faktor visual
maka akan semakinmudah dalam mengenal objek atau lingkungan itu untuk
dipahami (lynch, 1981). Selain itu, persepsi dapat diketahui melalui hubungan
pada suatu kejadian visual yang meliputi: tempat, warna, bentuk, dan ukuran,
dimana suatu objek dapat dirasakan menonjol karena sifatnya dan keberadaanya
yang menonjol diantara objek lainnya (Laurens, 2005). Tentu, dengan adanya
keindahan alam yang alami akan menjadi pembedah dan menjadi daya tarik
pesisir. Semakin cerah suatu perairan, maka semakin mudah wisatawan merasakan
keindahan dalam perairan yang dapat dinikmati (Yulius, 2018), sedangkan tentang
mutu air laut, nilai kecerahan air laut untuk kegiatan wisata ada pada > 6 (enam)
meter (Kepmen No 51, 2004). Tentu dengan perairan yang dangkal tentu dapat
dijadikan sebagai kegiatan rekresi renang. Kedalam yang baik untuk berenang ada
pada kedalam 0-5 meter. Lebar pantai juga sangat mempengaruhi terhadap aktivitas
yang dilakukan wisatawan. Semakin lebar pantai yang dimiliki suatu objek wisata
(Rahmawati, 2009). ada beberapa jenis tipe pantai pada umumnya terbagi menjadi
36
empat yaitu, pantai datar, landau, curam, dan terjal, pantai landau memliki
ekowisata. Oleh sebab itu, dalam pengembangan ekowisata pesisir dan laut harus
lebih dekat kepada aspek pelestarian. Dalam pengembangan ekowisata pesisir dan
laut sesungguhnya tidak menjual objek dan tujuan, akan tetapi yang dijual berupa
filosofi dan rasa (Tuwo, 2011). Rasa ini dapat menciptakan ketenangan,
ketentraman dengan keaslian alam dan lingkungan, seni budaya, dan kebiasan
alam sekitarnya. Rasa tersebut tercipta dari adanya suatu keunikan atau indetitas
tempat yang menciptakan pengalaman yang tak terlupakan bagi wisatawan (Ginting
menjual rasa kepada wisatawan, rasa tersebut dapat dieskpresikan dengan senang
hati dengan berbagi rasa dengan orang lain (Tuwo, 2011). Dimana rasa tersebut
dapat berbentuk kepuasan terhadap lokasi wisata tersebut. Di dalam suatu persepsi,
kepuasan tersebut didapat dari hasil penilaian wisatawan terhadap produk wisata
memiliki kekhasan atau berbeda dengan lainnya. Kekhasan itu sendiri merupakan
faktor yang menciptakan minat wisatawan untuk berkunjung kelokasi wista, salah
satu faktor yang mempengaruhi kekhasan suatu tempat yaitu dengan keunikan
keuntungan didapatkan oleh investor dan kaum elit (Ginting, 2016), maka dari itu
dampak secara ekonomi agar dapat taraf hidup yang lebih baik. Dimana Kondisi
sosial ekonomi masyarakat pesisir saat ini sangat didominasi oleh kegiatan yang
seperti wisata pesisir dan laut belum berkembang dengan baik (Indarti, I., &
Wardana, D. S. 2013).
dan laut belum maksimal dikarenakan tidak adanya sistem kelembagaan yang
masalah yang paling menonjol dalam pengelolahan wilayah pesisir adalah dengan
penduduk dengan kesenjangan sosial (Tuwo, 2011), oleh sebab itu di perlukan
lembaga atau kelompok dalam mengelolah keindahan alam sebagai daya tarik
wisata agar tidak terjadi kesenjangan di antara masyarakat pesisir dan selalu
berpihak terhadap masyarakat pesisir. Pola pengelolahan sumber daya alam pesisir
dan laut harus menjaga kepentingan secara ekonomi dan pemanfaatan secara
gangguan bersama dan untuk kepentingan generasi yang medatang, maka dari itu
dapat menikmati bagian tertentu dari pantai sebagai tempat wisata dan sebagian
tempat lainnya sebagai kegiatan yang dapat menambah sumber pendapatan; Open
pembangunan fisik dalam bentuk apaun tidak boleh karena akan menghambat
tersebut telah digunakan sejak dahulu kala oleh masyarakat secara turun-temurun
persepsi masyarakat dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2.8
berupa kegiatan ekonomi dan dampak negatif. Adapun Dampak negatif yang
diakibatkan oleh wisatawan akan selalu terjadi dan tidak dihilangkan, akan tetapi
pariwisata seperti polusi akibat limbah padat, polusi akibat pembuangan kotoran,
mempengaruhi kondisi laut dan wisata pesisr pada akhirnya (Yulius, 2018; Yoeti
2008). Dengan begitu Kualitas kebersihan tentu sangat penting dalam menciptakan
kebersihan merupakan suatu kondisi yang nyaman bagi wisatawan tentu dapat
diciptakan oleh pengelola itu sendiri (Violinaa, 2016). Selain dari pengelola wisata
tentu baik masyarakat, wisatawan harus turut andil dalam menjaga kualitas
kebersihan pada lokasi wisata. Didalam kriteria pemilihan daya tarik ekowisata
berbentuk pantai ada beberapa yang berpengaruh terhadap kriteria kebersihan dan
perairan pesisir dan laut melalui aliran sungai (Tuwo, 2011). Tentu pengaruh
kondisi kualitas air sungai sangat berpengaruh terhadap kriteria kebersihan dan
pantai pada lokasi wisata harus; Tidak ada sampah (bebas bau); Tidak adanya coret-
coretan (vandal); Bebas dari kebisingan; Tidak adanya gangguan binatang; Serta
40
tidak adanya gangguan manusia (Dirjen PHKA, 2003). Pengelolaan sampah yang
menurunnya nilai estetika atau nilai keindahan terhadap suatu lokasi wisata. Selain
kenyamanan bagi wisatawan yang berkunjung ke lokasi wisata tersebut (Haris Dkk,
2017).
lokasi wisata (Sopyan, 2015), dalam artian persepsi merupakan suatu penilaian
lokasi wisata dalam kunjungannya suatu wisatawan sangat memiliki motif yang
berbeda untuk mendapatkan suasana baru yang dapat menciptakan perasaan tenang
dan nyaman (Witarsana, 2017). dengan begitu suatu pengalaman wisatawan dapat
dijadikan suatu standart atau acuan dalam menilai suatu destinasi wisata, dan
membentuk citra total dari suatu destinasi tersebut (Gatner, 1993). Dimana, kualitas
Pada kawasan pesisir terdapat suatu ekosistem yang saling terkait, dan
merupakan suatu ekosistem yang unik diantara lainnya yaitu, ekosistem terumbu
kenaekaragaman hayati dan tentu dapat memberi manfaat ekologi dan ekonomi
yang besar (Tuwo, 2011). Tentu dengan keunikan alam tersebut akan menjadi daya
organisme secara alami (Tuwo, 2011). Tentu dengan begitu suatu ekosistem dapat
terbiasa melakukan pemanfaatan sumber daya pesisir dan laut dengan cara yang
bertentangan dengan kelestarian lingkungan (Tuwo, 2011). Maka dari itu dalam
pengendalian yang baik (Tuwo, 2011), dengan pengendalian yang baik tentu akan
dapat menjaga kelestraian alam dan dapat mewarisinya untuk kepentingan bersama
ekonomi saja. Maka dari itu pengembangan wilayah pesisir harus mampu
masyarakat pesisir serta dapat menjaga pemanfaatan sumber daya alam pesisir dan
laut yang dilakukan dengan secara rasioanl agar menghindari kerusakan alam dan
pelatihan yag berkaitan dengan pengelolahan dan teknik yang baik dalam
Suatu pengelolahan sumber daya hayati pada daerah pesisir adalah suatu
penting dalam menjaga ekosistem pantai, hal ini tertera dalam Keputusan Presiden
khususnya ikan, yang terdapat dalam Undang-undang nomor 9 tahun 1985 tentang
Perikanan. Dan pengelolahan sumber daya Terumbu karang yang mana telah
sumber daya alam terhadap kriteria ekoligis terdiri atas, adanya keankeragaman
yang mencakup flora dan fauna, adanya keunikan, perlindungan terhadap biota
kecepatan arus dan lainya, konservasi, serta keaslian (Tuwo, 2011) . Dalam suatu
kegiatan pariwisata dengan adanya keunikan alam tentu menjadi nilai tersendiri
bagi wisatawan yang berkunjung. Selain itu, dalam suatu proses persepsi dapat
diketahui melalui dengan adanya hubungan pada suatu kejadian yang meliputi :
tempat, warna, bentuk, dan ukuran (laurens, 2005). Dengan begitu, dengan adanya
keunikan alam pada suatu lokasi wisata akan menjadi suatu daya tarik yang
potensi dibanding lokasi wisata lainnya. Dengan begitu, seorang manusia sebagai
seorang pengamat selalu melakukan penilaian pada sekitar objek maupun feomena
Tabel 2.11 Keterkaitan antara Daya Tarik alam dan ekowisata (Lanjutan)
Daya tarik buatan adalah suatu pengembangan wisata dengan hasil buatan
dan binaan manusia meliputi bangunan, dan infrastrukur pariwisata sehingga dapat
menarik minat wisatawan untuk berkunjung (Middleton, 2001). Suatu objek wisata
potensi dari wilayahnya secara efektik, serta dapat bertanggung jawab dan
& Triska, E. 2020). Suatu pengembangan wisata yang baik adalah dapat membuka
menciptakan pasar untuk produk lokal, transportasi, akomodasi, serta pemandu jasa
(Ginting, N., & Siregar, C. R. 2020). Berdasarkan latar belakang diatas, dalam
pembahasan daya tarik buatan dalam sub-bab ini akan dibagi menjadi tiga bagian
bentang darat pantai dapat dilakukan kegiatan seperti rekreasi, olahraga, berkemah,
hubungan antara manusia dengan lingkungannya, dan pengaruh dari ruang tersebut
terhadap sikap dan tingkah manusiat tersebut (Hall, 1996). Tentu dalam memahami
adalah pemahaman dan penilaian seorang manusia yang didasarkan oleh latar
2010). Tentu dengan adanya suatu aktivitas wisata pada suatu destinasi akan
akan berdampak terhadap jumlah pengunjung dan daya tarik wisata pada destinasi
tersebut. Peran Pengalaman dalam suatu persepsi sangat erat hubungannya antara
Dalam perencanaan suatu kawasan ekowisata ada beberapa hal yang perlu
berwisata, tipe atau aktivitas ekowisata yang ditawarkan pada lokasi wisata,
jumlah wisatawan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap daya
kapasitas jumlah wisatwasan dalam suatu lokasi wisata dalam menyentuh batas
atau melampaui batas lokasi wisata tersebut sehingga tidak mengubah keadaan fisik
dan ruang untuk pengunjung terbatas, maka perlu dilakukan perhitungan daya
dukung kawasan. Daya dukung kawasan ini menurut konsep yang dikembangkan
Yulianda (2007)
zonasi pesisir yang dapat berupa zona pengangkapan ikan, zona konvervasi maupun
zona lainnya yang sesuai dengan kebutuhan dan pemanfaatn zona tersebut
batas pengelolahan perlu di tentukan, karena tidak sedikit konflik yang terjadi di
daerah pesisir di sebabkan oleh kurang jelasnya batas wilayah dari suatu
seperti dalam kepemilikan tanah, tatan sosial, serta budaya dalam masyarakat
lokal, dikarenakan masyarakat disini berperan sebagai pelaku dan juga sebagai
Bangsa kita memiliki keindahan alam, kekayaan budaya nan beragam, serta
berkunjung (Yulius, 2018). Seperti pada masyarakat pesisir yang merupakan suatu
kelompok masyarakat yang memiliki tingkah laku kehidupan yang khas, yang
tersebut dapat dijadikan daya tarik wisata pesisir sebagai keanekaragam aktivitas,
akan tetapi tetap harus diperhatian dengan adanya pariwisata dikemudian hari
struktur sosial dan aspek budaya dari masyarakat sekitar, di karenakan adanya
parah dapat terjadinya penjajahan budaya, dimana budaya pendatang lebih dominan
dari destinasi, dimana persepsi tersebut dapat sebagai promosi dan sebagai suatu
media informasi bagi wisatawan baru yang ingin mengunjunginya (Suwena, 2017).
Tentu, dengan adanya dan ditonjolkan suatu keunikan masyarakat dapat menjadi
media informasi dan promosi sehingga dapat menjadi daya tarik wisata. Dimana
sutau objek semakin menerima persepsi yang baik dari suatu individu, maka akan
Adapun keterkaitan antara aktivitas Ekowisata dengan persepsi dalam penelitian ini
fasilitas yang baik, dimana kepuasan wisatawan tidak hanya berdasaekan daya tarik
yang ditawarkan, akan tetapi juga dari fasilitas yang di tawarkan (Ginting, N., &
Sasmita, A. 2018)
Sarana utama, merupakan usaha kegiatan yang memberikan pelayanan pokok atau
wisata seperti biro perjalan wisata, dan pelayanan yang memberikan pelayan di
lokasi wisata seperti hotel dan restaurant; Sarana pelengkap, yaitu fasilitas
pelayanan yang melengkapi sarana utama sehingga wisatawan dapat lebih tinggal
fasilitas yang di perlukan wisatawan dapat berupa toko souvenir, adapun kriteria
air bersih, infrastruktur listrik, dan kelembagan. ( Ginting, N., & Sasmita, A. 2018,
51
Tuwo, 2011). Selain itu, pada kegiatan ekowisata pesisir, ketersediaan air bersih
berupa air tawar sangat diperlukan untuk menunjang kegiatan aktivitas wisata
berupa layanan dan fasilitas kegiatan. Tentu dengan adanya air bersih merupakan
2010). Maka dari itu, aspek fasilitas berupa sarana dan prasarana merupakan faktor
yang penting di dalam pengembangan ekowisata yaitu, sebagai alat yang memenuhi
dengan upaya pelestarian sumber daya alam di sekitar lokasi yang berdampak
positif terhadap perekenomian dapat dilakukan seperti, usaha yang dibangun oleh
maupun lahan wisata (Yulius, 2018). Dalam suatu kegiatan pariwisata seharusnya
mengetahui apa yang diinginkan oleh wisatawan (zebua, 2016). Dimana, untuk
mengetahui apa yang diinginkan oleh wisatawan dapat dilakukan dengan suatu
metode persepsi. Maka dari itu, persepsi merupakan suatu pemahaman atau
(Tantrisna, 2006). Salah satu faktor utama dalam atribut pariwisata adalah dengan
adanya fasilitas. Dimana fasilitas merupakan suatu alat untuk memenuhi kebutuhan
wisatawan (Ginting, N., & Sasmita, A. 2018). Adapuun Keterkaitan antara fasilitas
2.5 kesimpulan
Pada sub-bab ini peneliti akan melakukan kajian literatur yang mengaitkan
antara landasan teori pengembangan potensi daya tarik ekowisata pesisir dan konsep
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
campuran (Mixed methods), dalam penelitian ini peneliti ingin menganalisa dan
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang- orang dan perilaku
penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan daya tarik wisata pesisir berbasis
ekowisata, terhadap apa yang terjadi pada observasi yang dilakukan pada
peneliti dalam pengumpulan data, oleh karena itu penelitian yang dilakukan
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
merupakan sesuatu yang dipakai sebagai ciri, sifat, maupun sifat yang
(Notoatmojo, 2002).
kajian literatur yang telah dilakukan terdapat dua variabel pada daya Tarik
wisata yaitu; Daya tarik ekowisata alam, dan daya tarik ekowisata buatan.
maupun variabel daya tarik ekowisata pesisir berdasarkan persepsi (Gambar 2.1).
kesimpulan dari indikator yang didapat melalui kajian literatur tentang daya tarik
wisata pesisir dan ekowisata. Variabel dan indikator yang digunakan pada
kesimpulan dari indikator yang didapat melalui kajian literatur tentang daya tarik
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
n= N …………………………..…………………..(3.1)
N x d2 + 1
Keterangan
n = Jumlah Sampel
N = Jumlah Populasi
D = level signifikansi yang diinginkan, nilai yang diambil sebesar 10 %
sehingga menunjukkan bahwa tingkat kepercayaan penelitian sebesar
90 %
jiwa (Bps, 2018). Berdasarkan data diatas, maka jumlah sampel yang akan
…………(3.2)
Sampel yang akan diambil dalam penelitian ini berjumlah 100 respoden
hasil secara subjeytif dan objektif. Dimana, dalam suatu kegiatan pariwisata
terdapat suatu pelaku wisata, pelaku pariwisata adalah segala sesuatu yang
memiliki peran dan terlibat dalam kegiatan pariwisata, adapun yang menjadi
produk dan layanan wisata yang ditawarkan, sedangkan masyarakat lokal sebagai
pemeran utama dalam kegiatan pariwisata dimana berperan sebagai produk dan
terhadap wisatawan, dan masyrakat lokal agar mendapatkan hasil yang lebih
usia mulai 20 tahun hingga diatas 50 tahun , dengan Pendidikan terakhir tamatan
SD-Sarjana.
Pasaman Barat yaitu melalui Dinas Pariwisata, 1 orang melalui tokoh masyarakat,
1 orang melalui kepala desa pada lokasi wisata, 2 orang melalui pelaku bisnis
wisata disekitar objek wisata, serta 2 orang melalui asosiasi pariwisata maupun
penelitian ini. Adapun jumlah responden narasumber pada penelitian ini dapat
Jumlah 7 Orang
Dalam sebuah peneltian terdapat 2 (dua) jenis data yaitu data primer dan
data sekunder (Khotari, 2004). Dalam penelitian ini metode pengumpuan data
1. Data Primer
Pada penelitian ini Teknik pengumpulan data primer terdiri dari data
W O K
1 Daya Keindahan Kondisi lingkungan alam yang X X X
Tarik Alam alami dan asri
Alam Memberikan rasa pengalaman X X
yang bernilai bagi wisatawan
Masyarakat menerima dampak X X
ekonomi
Pengelolahan lahan pantai X X X
mayoritas dilakukan oleh
masyarakat lokal
W O K
Pengelolahan diarahkan X X X
terhadap kelestarian
lingkungan.
Adanya lembaga atau X X
kelompok masyarakat yang
mendukung sektor pariwisata
Adanya perangkat kebijakan X X
dalam menata kegiatan
pariwisata
Kriteria Jenis pengelolahan X X X
lahan wisata
W O K
Adanya Keanekaragaman X X X
flora dan fauna pada lokasi
Dapat memberikan manfaat X X
ekonomi dari keunikan alam
dan ekosistem pesisir
Adanya kegiatan perlindungan X X X
terhadap ekosistem pesisir
Kegiatan pengelolahan yang X X
baik terhadap sumber daya
alam
W O K
Kelengkapan sarana dan X X X
prasarana wisata
a. Observasi
daya tarik wisata alam pesisir , dan daya tarik wisata buatan pesisir
b. Penyebaran kuesioner
No Pertanyaan SS S N TS STS
1. Daya Tarik Alam
A. Keindahan Alam
1 Saya merasa pemandangan yang indah
dengan lingkungan yang alami dan asri
2 Saya merasakan pengalaman yang
indah dan bernilai pada lokasi wisata ini
3 Dengan adanya keindahan alam pada
lokasi wisata ini, saya merasa
masyarakat harus dapat menerima
dampak ekonomi
4 Dalam pengelolahan lahan pantai
seharusnya dilakukan oleh masyarakat
lokal
5 Saya merasa pengelolahan objek wisata
harus diarahkan untuk menjaga
kelestarian lingkungan dan sumber daya
alam
6 Saya merasa perlu adanya suatu
organisasi atau kelompok masyarakat
dalam mendukung pariwisata di lokasi
ini
No Pertanyaan SS S N TS STS
7 Dalam pengelolahan objek wisata saya
merasa perlu kebijakan atau aturan dalam
menata kegiatan pariwisata
8 Saya merasa lahan pantai harus bebas dari
segala bentuk bangunan fisik
B. Kebersihan Dan Kenyamanan
C. Keunikan Alam
15 Saya merasa pada lokasi wisata terdapat
suatu keunikan alam (lingkungan, Flora,
Fauna)
No Pertanyaan SS S N TS STS
No Pertanyaan SS S N TS STS
B. Keunikan Masyarakat
No Pertanyaan SS S N TS STS
19 Saya merasa pada lokasi wisata ini ada
suatu organisasi atau kelompok
masyarakat dengan adanya fasilitas
dapat meningkatkan ekonomi
masyarakat seperti (melalui aktivitas
seperti ukm, koperasi, dll)
Berdasarkan tabel diatas maka nilai yang terdapat pada setiap jawaban
respoden berupa nilai 1 sampai 5 yang tergantung pada kriteria- kriteria yanga
ada atau yang tidak ada pada setiap variabel. Nilai-nilai tersebut kemudian akan
indikatornya. Adapun arti nilai- nilai tersebut dapat dijelaskan pada Tabel 3.7
No Keterangan Nilai
1 SS (Sangat Setuju) 5
2 S (setuju) 4
3 N (Netral) 3
4 TS (Tidak Setuju) 2
c. Wawancara
2. Data Sekunder
yang diperoleh bersifat valid dan berkualitas, maka perlu dilakukan uji validitas
kategori masyarakat lokal 34, maka diperoleh r tabel sebesar 0.339. jika r hasil
analisis kurang dari (<) r tabel, maka kesmipulannya adalah item-item tersebut
tidak valid Berdasarkan uji valditas yang dilakukan terhadap 34 item, diperoleh r
hasil analisis dengan jumlah lebih besar dari r tabel, sehingga item instrument
Tabel. 3.11. Tabel Rangkuman Uji Validitas Daya Tarik Alam dan Buatan
terhadap Penduduk Lokal
Tabel. 3.11. Tabel Rangkuman Uji Validitas Daya Tarik Alam dan Buatan
terhadap Penduduk Lokal (Lanjutan)
No. Butir R Hitung Keterangan Interpretasi
29 0.693 ≥ 0.339 VALID
Dari hasil analisis diperoleh nilai Alpha sebesar 0.946, adapun nilai r kritis pada
Cronbach’s N of Items
Alpha
.946 40
kategori wistawan, sehingga n=34 dengan r tabel pada signifikansi sebesar 5%.
Berdasarkan hal tersebut diperoleh r tabel sebesar 0.339, sehingga apabila r hasil
analisis kurang dari r tabel, maka item-item tersebut tidak valid. Berdasarkan uji
valditas yang dilakukan terhadap 40 item, diperoleh r hasil analisis dengan jumlah
lebih besar dari r tabel, sehingga item instrument penelitian tersebut bersifat valid.
Adapun rangkuman hasil uji validitas dapat dilihat pada (Tabel 3.14).
Tabel. 3.14. Tabel Rangkuman Uji Validitas Daya Tarik Alam dan Buatan
terhadap Wisatawan
No. Butir R Hitung Keterangan Interpretasi
1 0.686 ≥ 0.339 VALID
2 0.419 ≥ 0.339 VALID
3 0.434 ≥ 0.339 VALID
4 0.505 ≥ 0.339 VALID
5 0.863 ≥ 0.339 VALID
6 0.712 ≥ 0.339 VALID
7 0.778 ≥ 0.339 VALID
8 0.440 ≥ 0.339 VALID
9 0.863 ≥ 0.339 VALID
10 0.746 ≥ 0.339 VALID
11 0.745 ≥ 0.339 VALID
Tabel. 3.14. Tabel Rangkuman Uji Validitas Daya Tarik Alam dan Buatan
terhadap Wisatawan (Lanjutan)
No. Butir R Hitung Keterangan Interpretasi
12 0.700 ≥ 0.339 VALID
13 0.863 ≥ 0.339 VALID
14 0.751 ≥ 0.339 VALID
15 0.434 ≥ 0.339 VALID
16 0.386 ≥ 0.339 VALID
17 0.434 ≥ 0.339 VALID
18 0.419 ≥ 0.339 VALID
19 0.416 ≥ 0.339 VALID
20 0.434 ≥ 0.339 VALID
21 0.395 ≥ 0.339 VALID
22 0.692 ≥ 0.339 VALID
23 0.788 ≥ 0.339 VALID
24 0.440 ≥ 0.339 VALID
25 0.700 ≥ 0.339 VALID
26 0.863 ≥ 0.339 VALID
27 0.751 ≥ 0.339 VALID
28 0.505 ≥ 0.339 VALID
29 0.434 ≥ 0.339 VALID
30 0.692 ≥ 0.339 VALID
31 0.690 ≥ 0.339 VALID
32 0.671 ≥ 0.339 VALID
33 0.434 ≥ 0.339 VALID
34 0.788 ≥ 0.339 VALID
35 0.411 ≥ 0.339 VALID
36 0.572 ≥ 0.339 VALID
37 0.712 ≥ 0.339 VALID
38 0.362 ≥ 0.339 VALID
39 0.863 ≥ 0.339 VALID
40 0.486 ≥ 0.339 VALID
Dari hasil analisis diperoleh nilai Alpha sebesar 0.959 adapun nilai rkritis
pada signifikansi 5% terhadap n=34 dengan r tabel sebesar 0.339, maka dapat
3.16)
Cronbach’s N of Items
Alpha
.959 40
Adapun data yang diperoleh secara kuantitatif merupakan data dari hasil
kuesioner manual kepada 100 responden yang kemudian data hasil penyebaran
tujuan memperoleh data hasil nilai rata-rata yang objektif. Adapun agar dapat
yang dilakukan pengukuran adalah variabel penelitian, yaitu daya tarik wisata.
Adapun untuk mengukur daya tarik wisata pada lokasi kajian berdasarkan
tarik wisata pada lokasi kajian. Adapun perhitungan terhadap daya tarik wisata
pada berdasarkan distribusi normal yang diperoleh dari nilai rata-rata dan
Data yang diperoleh secara kualitatif adalah data yang berasal dari studi
Kedua metode tersebut kemudian dihubungkan satu sama lain. Dimana data
(Ginting & Veronica, 2016). Adapun setelah data-data tersebut telah terkumpul,
daya tarik wisata pesisir. Pada penilaian kesiapan daya tarik wisata pesisir
melalui metoda observasi lapangan terlebih dahulu. Hasil data yang didapatkan
perangkingan untuk mendapatkan daya tarik dengan potensial yang tinggi pada
Temuan
Kesimpulan
Rekomendasi
BAB IV
Kabupaten Pasaman Barat merupakan salah satu wilayah yang berada di Provinsi
Sumater Barat yang mudah ditempuh dari kota Medan ibu kota Sumatera Utara dan
kota Padang ibu kota Sumatera Barat, dengan menggunakan kendaraan umum seperti
bus, taxi, maupun melalui udara dari kota Medan. Selama perjalanan melalui darat
akan disugui pemandangan indah yang sangat menajubkan seperti menyelusuri kaki
jalur lintas pesisir barat Sumatera yang letaknya berada di perbatasan yang
tranportasi yang cukup ramai seperti pada Gambar 4.1, dan 4.2
89
90
Kabupaten Pasaman Barat terletak antara 0⁰ 33’ Lintang Utara sampai 0⁰ 11’
Lintang Selatan dan antara 99⁰10’ - 100⁰ 04’ Bujur Timur dan dilalui oleh garis
equator atau garis khatulistiwa yang terletak pada garis lintang 00.2. Kabupaten
Pasaman Barat mempunyai luas wilayah sekitar 3.887,77 Km2 dan memiliki luas
lautan seluas 800,47 Km2 dengan panjang garis pantai 152 km.3 dengan Berbatasan
Pasaman (Timur), Kabupaten Agam dan Kabupaten Pasaman (Selatan) dan Samudera
Indonesia (Barat)
Sungai Beremas, Ranah Batahan, Koto Balingka, Sungai Aur, Lembah Melintang,
Gunung Tuleh, Talamau, Pasaman, Luhak Nan Duo, Sasak Ranah Pasisie dan Kinali
(Tabel 4.1). Kondisi topografi Kabupaten Pasaman Barat sangat bervariasi dengan
terletak pada ketinggian antara 0 - 2.913 m di atas permukaan laut, dengan titik
tertinggi yang berada di Gunung tertinggi di Kabupaten Pasaman Barat yaitu Gunung
Talamau denga ketinggian 2.912 m di atas permukaan laut. Wilayah datar dengan
Banyaknya
Kecamatan Luas Persentase Ibukota Nagari Jorong
Daerah Luas
(Km2)
Sungai Beremas 440,48 11,33 Air Bangis 1 15
Ranah Batahan 354,88 9,13 Sitaping 2 30
Koto Balingka 340,78 8,77 Parit 1 26
Sungai Aur 420,16 10,81 Koto Dalam 1 22
Lembah 263,77 6,78 Ujung Gading 1 16
Melintang
Gunung Tuleh 453,97 11,68 Simpang Tiga Alin 2 20
Talamau 324,24 8,34 Talu 3 20
Pasaman 508,93 13,09 Simpang Ampek 3 23
Luhak Nan Duo 174,21 4,48 Simpang Tigo 2 14
Sasak Ranah 123,71 3,18 Sasak 1 7
Pasisie
Kinali 482,64 12,41 Kinali 2 13
Total 3887,77 100 19 206
Sumber : Pasamn Barat Dalam Angka 2019
Potensi wisata di Provinsi Sumatera Barat sangat besar, masuh banyak yang
Pasaman Barat termasuk daerah yang banyak memiliki potensi alamya , sehingga
dalam hal ini pemerintah dan masyarakat sangat berperan penting dalam mengelolah
dan meningkatkan fasilitas dan sarana dan prasarana wisata untuk mendukung
perkembangan destonasi wisata tersebut. Hal tersebut tertera dalam Peraturan Daerah
Potensi wisata di Kabupaten pasaman Barat sangat besar dan menarik untuk
andalan dari objek-objek wisata lainnya. Objek wisata tersebut terbagi dalam
berbagai macam jenis (Tabel 4.2), namum keterpaduan pengembangan daya tarik
Sungai Beremas 11 1 - -
Ranah Batahan - 1 - -
Koto Balingka 1 - 1 -
Sungai Alur 3 2 - -
Lembah Melintang - 1 - 2
Gunung Tuleh - 5 1 1
Talamau - 2 - 1
Pasaman - - - -
Luhak Nan Duo - 2 - -
Sasak Ranah Pasisie 5 2 - -
Kinali 2 3 - -
Pasaman Barat 22 19 2 4
Sebagian besar objek wisata tersebut didominasi oleh wisata bahari/ wisata
pesisir. Sebagian besar objek wisata tersebut tidk dimanfaatkan secara optimal,
padahal sangat memiliki daya tarik potensial yang sangat mungkin untuk
dikembangkan. Maka dari itu peneliti ingin pengembangan daya tarik wisata pesisir
2 (dua) objek wisata sebagai penelitian pengembangan daya tarik wisata pesisir, 2
(dua) objek wisata tersebut adalah Kawasan pesisir di kawasan Air Bangis, serta
Kawasan pesisir Muaro Sasak dapat dilihat pada Gambar 4.4 dan 4.5
Adapun kawasan “A” yaitu kawasan lokasi penelitian yang berada di kawasan
pesisir Air Bangis, sedangkan kawasan “B” yaitu kawasan pesisir yang berada di
kawasan pesisir Muaro Sasak. Kedua lokasi tersebut merupakan lokasi penelitian
Kawasan pesisir Air Bangis merupakan suatu kawasan yang berada di Nagari
Provinsi Sumatra Barat. Adapun jarak yang dapat ditempuh dari pusat pemerintahan
Kabupaten Pasaman Barat menuju lokasi penelitian kawasan pesisir Air Bangis
kurang lebih berjarak ± 80 km dengan jarak tempuh ± 2 jam perjalanan mealaui darat
(Gambar 4.6)
Gambar 4.6 Jarak Tempuh Dari Pusat Kota Menuju Lokasi Air Bangis
Sumber: Google Maps, 2019
langsung berbatasan dengan Samudera Hindia dan dikelilingi oleh perbukitan serta
panorma alamnya (Gambar 4.7). Pengunjung dapat merasakan suasana tenang untuk
melepas penat dengan suara deburan ombak dan angin yang sepoi-sepoi,dengan
ombak yang tidak terlalu besar dengan begitu anakanak dapat bermain di pinggir
pantai dengan tidak takut. Di wilayah pesisir Air bangis Masih ditemukan sisa
kejayannya pada masa dahulu kala dengan bentukan muaranya yang lebar dan dilauli
oleh lalu lalang kapal nelayan yang sangat menarik apabilah dikembangkan menjadi
Selain itu, dikawasan pesisir Air Bangis wisatan bisa terdapat 9 (sembilan)
pulau yang ada di sekitaran perairan Air Bangis dengan menggunakan kapal kecil
yang telah tersedia di sekitar pantai, tentu ini menjadi daya tarik tersendiri. Salah satu
pulau yang paling terkenal dan sering dikunjungi adalah Pulau Panjang dan Pulau
Pada wisata Air Bangis ini aktivitas wisata yang di tawarkan sangat
Sasak Ranah Pasisie, Kabupaten Pasaman Barat, Provinsi Sumatra Barat. Luas
Nagari: 123,71 kilometer persegi. Adapun jarak yang dapat ditempuh dari pusat
kabupaten Pasaman Barat. Pantai di kawasan pesisir sasak ini selalu dan sangat
ramai dikunjungi oleh wisatawan ketika hari libur dan hari-hari besar dan tanggal
merah dikarenakan lokasinya yang tidak terlalu jauh dari pusat kota kabupaten
kota. Dengan kondisi pantainya yang berwarna putih serta deburan ombak yang
Kawasan pesisir sasak Pada lokasi aktivitas wisata yang di tawarkan sangat
BAB V
Berdasarkan kajian literatur yang telah dilakukan terhadap aspek daya tarik
ekowisata alam, terdapat beberapa indikator yang membentuk suatu daya tarik
ekowisata alam pada lokasi penelitian ini. Adapun indikator tersebut adalah
keindahan alam, kebersihan dan kenyaman, serta keunikan alam pada lokasi
penelitian yaitu kawasan sasak, dan kawasan pesisir Air Bangis yang mewakili
Salah satu kekuatan pada daya tarik wisata di Pulau Bali terletak pada
keindahan alam yang alami, dan pada kekuatan budaya adat dan istiadatnya
(Disparda, 2012), tentu keindahan merupakan salah satu aspek daya tarik yang
Pasaman Barat salah satu keindahan alamya terletak pada pantainya yang
101
102
Hal ini seperti diungkapkan oleh Bapak Hendra Yama Putra sebagai
tokoh masyarakat Sasak dan juga sebagai wakil ketua DPRD Pasaman barat :
daya tarik ekowisata alam pada keindahan alam ekowisata berbasis persepsi
memperoleh nilai sebesar 3.81. Melalui rating scale (Tabel 3.17) bahwa nilai rata-
rata total keseluruhan keindahan alam ekowisata pesisir Pasaman Barat masuk
dalam skala daya tarik dengan kategori tinggi. dimana aspek perlu adanya suatu
penilaian terendah pada keindahan alam ekowisata berbasis persepsi adalah lahan
pantai harus terbebas dari segala macam bangunan fisik dengan nilai rata-rata
Tabel 5.1 Nilai Rata-Rata Keindahan Alam Ekowisata Berbasis Persepsi Pesisir
Pasaman Barat
Daya Tarik Pertanyaan Nilai Rata-rata Nilai Rata-rata
Nilai Rata-
Ekowisata Alam Masyarakat Masyarakat
Wisatawan Wisatawan rata Total
Berbasis Lokal Lokal Air
Sasak Air Bangis Keseluruhan
Persepsi Sasak Bangis
105
wisatawan adalah suatu daya tarik daerah yang masih alami (fandeli, 2005), selain
itu salah satu unsur kekuatan pada daya tarik wisata di pulau Bali terletak pada
keindahan alam yang alami dan kekuatan budaya adat dan istiadatnya (Disparda,
merupakan salah satu aspek daya tarik wisata yang utama dalam mendkung suatu
destinasi wisata.
peneliti keindahan alamnya terletak pada hamparan pasir putih pantai yang luas,
lingkungan yang alami. Dimana, pada suatu kegiatan ekowisata tujuan wisata
jelas tertuju inin merasakan langsung keindahan alam yang alami (Kaltenbom &
Bjerke, 2002). Dalam hal ini seperti diungkakan oleh Bapak Hendra Yama Putra
sebagai tokoh masyarakat Sasak dan juga sebagai wakil ketua DPRD Pasaman
barat :
Padang dan lainya. Hal ini dikarenakan kondisi air laut yang bewarna kecoklatan
lainnya di provinsi Sumatera Barat dengan kondisi air laut yang cerah bewarna
syarat dan faktor penilaian utama dalam kegiatan wisata pesisir, dengan semakin
Hal ini seperti diungkapkan oleh Bapak Hendra Yama Putra sebagai
tokoh masyarakat Sasak dan juga sebagai wakil ketua DPRD Pasaman barat
“Pada dasarnya Wilayah pesisir Pasaman Barat ini memiliki warna perairan
kecoklatan disebabkan oleh terdapatnya aliran muara sungai yang besar yang
mengarah langsung kelaut, dimana aliran muara sungai ini bewarna kecoklatan
yang dipenuhi oleh lumpur (Gambar 5.3)
Gambar 5.3 Kondisi Muara Sungai dan Pesisir yang bewarna kecoklatan
alam pesisir Pasaman Barat dengan aspek pemandangan yang indah memperoleh
rata-rata nilai sebesar 4.41 dimana melalui rating scale termasuk dalam kategori
daya tarik sangat tinggi, pemadangan yang indah pada analisa ini dirasa sudah
cukup dan tinggi untuk mengembangkan menjadi sebuah daya tarik, sehingga
tarik yang sangat diminati oleh wisatawan adalah daya tarik yang alami (Fandeli,
2005), akan tetapi faktor kecerahan perairan menjadi masalah utama dimana
Sumatera Barat.
108
Dengan begitu, dengan tingkat kecerahan yang lebih rendah pada pesisir
Pada kondisi tertenu ketika libur hari besar masyarakat di wilayah Kabupaten
maupun Agam seperti pantai Tiku, disebabkan dengan tingkat kecerahan air yang
lebih terang dengan air beawrna putih kebiruan serta jarak yang tidak terlalu jauh
pengalaman merupakan suatu pilihan yang memiliki peran paling dasar (Gentile,
wisata ini. Dalam hal ini kepuasan merupakan tingkat perasaan seseroang dengan
2001)
serta adanya dermaga kayu yang menjorok ke lautan dimana dapat melihat lautan
yang berenang menambah kesan pengalaman yang indah dan menarik (Gambar
109
rasa pengalaman yang indah dirasakan oleh wisatawan. Hal ini seperti
diungkapkan oleh Bapak Defi Irawan, S.pd sebagai sekretaris Dinas Pariwisata
Pasaman Barat :
keindahan alam yang dimiliki pesisir Kabupaten Pasaman Barat pengalaman yag
lainnya di Provinsi Sumatera Barat. Dalam hal ini disebabkan masih banyaknya
sampah berserakan yang ditemukan di pesisir pantai (Gambar 5.5), tentu hal ini
110
Barat.
alam pesisir Pasaman Barat dengan aspek pengelolahan harus diarahkan menjaga
kelestarian dan sumber daya memperoleh rata-rata nilai sebesar 4.38 dimana
melalui rating scale termasuk dalam kategori daya tarik sangat tinggi, dimana
masih kurang dan harus di arahkan untuk menjaga kelestarian alam dan sumber
lebih rendah pada pesisir Pasaman Barat dibandingkan dengan kawasan pesisir
pesisir Pasaman Barat. Hal ini di sebabkan oleh banyaknya sampah yang
sangat penting dan harus diperhatikan (Dahuri, 2003). Dimana wilayah pesisir
wilayah lainnya, sebab wilayah merupakan wilayah yang paling rentan terhadap
perubahan baik secara alami maupun secara fisik sehingga dapat mengakibatkan
penurunan terhadap kualitas lingkungan pesisir tersebut (Huda, 2008), maka dari
pesisir Pasaman Barat ini menurut observasi peneliti masalah utama pada pesisir
Pasaman Barat yaitu adanya erosiyang disebabkan oleh ombak yang besar.
Dimana erosi dan abrasi pantai dapat mengakibatkan kemunduran terhadap garis
2009). Hal ini seperti diungkapkan oleh Bapak Defi Irawan, S.pd sebagai
“Pada lokasi wisata ini disebakan oleh gelombang yang arus ombak yang
tinggi telah menyebabkan abarasi terhadap lahan pantai, salah satu upayanya
agar lahan pantai tetap terjaga kelestariannya dengan membuat penahan ombak
dari batu-batu”. (Gambar 5.6)
112
Gambar 5.6 Batu Penahan Abrasi Pantai Pada Kawasan Pesisir Pasaman Barat
Salah satu dampak yang dihasilkan dari aktivitas wisata berupa dampak
fisik (Tuwo, 2011). Pada Pesisir Kabupaten Pasaman Barat dampak yang
dihasilkan dari adanya kegiatan wisata ini dengan banyaknya ditemtukan sampah
Gambar 5.7 Dampak Dari Aktifitas Wisata dengan Sampah Yang Berserakan
113
alam pesisir Pasaman Barat dengan aspek pengelolahan harus diarahkan menjaga
kelestarian dan sumber daya memperoleh rata-rata nilai sebesar 4.38 dimana
melalui rating scale termasuk dalam kategori daya tarik sangat tinggi,
destinasi masih kurang dan harus di arahkan untuk menjaga kelestarian alam dan
diarahkan menjaga masih lebih rendah pada pesisir Pasaman Barat dibandingkan
dengan kawasan pesisir lainnya di Provinsi Sumatera Barat, salah satu faktor
dan laut belum maksimal dikarenakan tidak adanya sistem kelembagaan yang
kualitas kondisi sosial dan masyarakat di sekitar lokasi wisata (Imran, 2012).
114
pengelolahan lahan pantai pada di lokasi wisata ini sebagian besar dilakukan oleh
5.8) Hal ini seperti yang diungkapkan oleh oleh Bapak Hendra Yama Putra
sebagai tokoh masyarakat Sasak dan juga sebagai wakil ketua DPRD
Pasaman Barat:
Nilai yang diperoleh pada keindahan alam pesisir Pasaman Barat dengan
Dimana melalui rating scale termasuk dalam kategori daya tarik sangat tinggi,
salah satunya mengenai harga makanan, Salah satu strategi yang baik dalam
menghambat akses ke laut tidak boleh (Tuwo, 2011). Pada pengelolahaan pesisir
Menurut hasil pengamatan peneliti pada lokasi pesisir Pasaman Barat pada
pesisir Pasaman Barat masih banyak berdiri bangunan fisik di sekitar pesisir
pantai dengan berupa permukimam masyarakat yang dapat (Gambar 5.9). Dalam
hal ini seperti diungkapkan oleh Bapak Defi Irawan, S.pd sebagai sekretaris Dinas
Selain itu, salah satu masalah yang paling menonjol dalam pengelolahan
wilayah pesisir adalah dengan penguasaan lahan atau tanah pantai oleh
seseorang (Tuwo, 2011). Dalam hal ini menurut hasil observasi peneliti pada
dengan bekerjasam dengan Pemda Hal ini seperti yang diungkapkan oleh oleh
Bapak Hendra Yama Putra sebagai tokoh masyarakat Sasak dan juga
sebagai wakil ketua DPRD Pasaman barat dan Bapak Zanrico, selaku
kawasan wisata tersebut (Satria, 2009). Dalam hal ini masyarakat setuju
faktor ekonomi dari bangunan tersebut (Gambar 5.10). Dalam hal ini seperti
117
diungkapkan oleh Bapak Defi Irawan, S.pd sebagai sekretaris Dinas Pariwisata
Pasaman Barat :
“Bangunan fisik yang boleh terbangun pada ruang lingkup pesisir pantai
hanya bangunan yang berfungsi sebagai fasilitas wisatawan berupa warung-
warung dengan begitu masyarakat juga mendapatkan keuntungan.”
alam pesisir Pasaman Barat dengan aspek lahan pantai harus terbebas dari
bangunan fisik memperoleh nilai rata-rata nilai sebesar 3.94,melalui rating scale
termasuk dalam kategori daya tarik tinggi, sedangkan menurut penilaian aspek ini
masyarakat terhadap aspek lahan pantai terbebas dari bangunan fisik kurang,
dimana masayarakat dan wisatawan setuju bangunan boleh berdiri dengan syarat
erbebas dari sampah bau dan kebisingan. Dalam penilaian suatu daya tarik alam
aktor kebersihan merupakan faktor utama dalam penilaian tersebut. dimana pada
asi wisata harus tidak ditemukan sampah, bebas bau, kebisingan serta gangguan
binatang pada lokasi wisata (Dirjen PHKA, 2003). Tentu kualitas kebersihan
citra total dari destinasi wisata tersebut. (Gatner, 1993). Dengan begitu faktor
Pada lokasi Kawasan pesisir Kabupaten Pasaman Barat ini sangat memiliki
sampah hasil dari aktivitas wisata, dimana menambah kesan tidak bersih dan
sangat menganggu kenyamanan wisatawan (Gambar 5.11). Dalam hal ini juga
diungkapkan oleh Bapak Hendra Yama Putra sebagai tokoh masyarakat Sasak dan
dan variasi pemadangannya, akan tetapi masih banyak dari masyarakat dan
dari Pemda dan pengelola telah disediakan tempat-tempat sampah. Kondisi ini
total daya tarik ekowisata alam pada kebersihan dan kenyamanan ekowisata berbasis
persepsi memperoleh nilai sebesar 3.89. Melalui rating scale (Tabel 3.17) bahwa nilai
Barat masuk dalam skala daya tarik dengan kategori tinggi. dimana aspek ketika
aspek penilaian tertinggi dengan nilai rata-rata tertingg sebesar 4.01, sedangkan
adalah aspek pada lokasi pantai harus terbebas dari sampah, bau, kebisingan, dan
kenyamanan pesisir Kabupaten Pasaman barat masuk dalam kategori dengan skala
penilaian daya tarik kategori tinggi, akan tetapi menurut hasil observasi dan
ditemukan sampah, hal ini menurut hasil wawancara peniliti didapat mengenai
masyarakat yang kurang baik dengan membuang sampah langsung menuju kelaut.
Dengan keadaan begitu, tentu wisatawan akan enggan untuk berkunjung maupun
Pasaman Barat, kawasan pesisir lainnya di Provinsi Sumatera Barat sangat tertata
Tabel 5.2 Nilai Rata-Rata Kebersihan Dan Kenyamanan Ekowisata Berbasis Persepsi
Pesisir Pasaman Barat
Ada beberapa krieria dalam penilaian kenyamanan pada daya tarik alam
berbentuk pantai yaitu pada lokasi wisata harus tidak ada sampah (bebas bau);
gangguan binatang; Serta tidak adanya gangguan manusia (Dirjen PHKA, 2003).
(Gatner, 1993). Dengan begitu faktor kebersihan dan kenyamanan dari suatu
Pada pesisir Pasaman Barat menurut hasil obsrvasi peneliti lahan pantai
kegiatan wisatanya di pesisir Pasaman Barat. Dalam hal ini juga diungkapkan
oleh Bapak Hendra Yama Putra sebagai tokoh masyarakat Sasak dan juga sebagai
oleh perilaku masyarakat yang kurang baik dan kurangnya pemahamam dalam
barat. Tentu hal ini sangat berpengaruh terhadap kunjungan wisatawan ke pesisir
Pasaman Barat, dimana kunjungan wisatawan pada pesisir Pasaman Barat merupakan
terendah di Provinsi Sumatera Barat (Bps, 2019). Dalam hal ini menurut hasil
banyaknya sampah berserakan, lokasi yang bau, serta banyaknya kotoran binatang
Pasaman Barat dengan aspek lokasi pantai terbebas dari sampah, bau, kebisingan,
serta binatang memperoleh rata-rata nilai sebesar 3.54 dimana melalui rating scale
termasuk dalam kategori daya tarik tinggi, dimana persepsi masyarakat atau penilaian
masyarakat terhadap kenyamanan berupa lahan pantai terbebas sampah, bauh, binatang
masih kurang. pada penilaian, aspek ini merupakan yang terendah pada kebersihan dan
dalam membentuk citra total dari destinasi wisata tersebut. (Gatner, 1999)
124
Ada beberapa krieria dalam penilaian kenyamanan pada daya tarik alam
berbentuk pantai yaitu pada lokasi wisata harus terbebas dari pengaruh pelabuhan,
mengikuti alur sepanjang pesisir pantai, dimana pola permukiman ini terbentuk untuk
(Sarman, S., & Wijaya, K, 2018). Pada pesisir kawasan Pasaman Barat pola
Gambar 5.13 Permukiman masyarakat yang menghadap dan berioentasi terhadap laut
pesisir pantai akan berdampak terhadap kualitas lingkungan di sekitarnya. Salah satu
penyebab sampah berserakan dipinggiran pantai sebagian besar berasal dari sampah
rumah tangga yang dibuang laut lansung kelaut (Cordova & Nurhati, 2019). Dengan
begitu, menurut hasil observasi sebagian besar sampah yang berada di pinggrian pesisir
pasaman barat berasal dari permukiman masyarakat. Hal ini seperti diungkapkan oleh
Bapak Bapak Defi Irawan, S.pd sebagai sekretaris Dinas Pariwisata Pasaman Barat :
125
permukiman yang dekat dengan bibir pantai, dimana posisi rumah menghadap pantai
Gambar 5.14 masyarakat yang menjemur ikan asin serta hewan ternak di
pinggiran pantai
Pasaman Barat dengan aspek lokasi pantai terbebas dari pelabuhan, permukimam,
pabrik, dan sumber pencemaran memperoleh rata-rata nilai sebesar 3.71 dimana
melalui rating scale termasuk dalam kategori daya tarik tinggi, dimana persepsi
akan mempengaruhi citra dari destinasi tersebut. persepsi wisatawan sangat berpengaruh
126
dalam membentuk citra total dari suatu destinasi wisata (Gatner, 1993). Pada kawasan
pesisir Pasaman Barat persepsi dan penilain yang akan terbentuk dikepala masyarakat
Pelayanaan dan sikap yang diberikan merupakan salah satu faktor penilaian
ekowisata yang diberikan oleh wisatawan terhadap lokasi wisata tersebut. Di mana
pelayanan merupakan kepuasan seseorang terhadap suatu yang diharapkan berupa atas
produk/jasa (Nasution, 2004). Salah satu bentuk kesiapan masyarakat bagi wisatawan
faktor kenyamanan bagi wisatawan yang berkunjung ke lokasi wisata tersebut (Haris
Dkk, 2017)
dan baik apabila ada wisatwan yang bertanya, karna sikap yang ramah tentu akan
berdampak baik dan positif bagi kawasan tersebut. Selain itu, masyarakat dapat
berkomunikasi secara normal, dan mengerti dengan apa yang ingin diutarakan oleh
wisata. Salah satu ada perilaku masyarakat yang kurang baik menurut hasil observasi
peneliti kebiasaan masyarakat membuang sampah sembarang kelaut. Hal ini seperti
diungkapkan oleh Bapak Bapak Defi Irawan, S.pd sebagai sekretaris Dinas Pariwisata
Pasaman Barat :
“Pada lokasi wisata ini masyarakat sangat positif dengan respon yang baik
apabila ada wisatwan yang bertanya, karna sikap yang ramah tentu akan berdampak
positif terhadap nilai dari daerah mereka tersebut, salah satunya dengan membuat
Nilai yang diperoleh pada kebersihan dan kenyamanan ekowisata pesisir Pasaman
Barat dengan aspek pelayanan yang baik di lokasi wisata memperoleh rata-rata nilai
sebesar 3.82 dimana melalui rating scale termasuk dalam kategori daya tarik tinggi,
dimana persepsi masyarakat atau penilaian masyarakat terhadap adanya pelayanan yang
baik di lokasi wisata sudah cukup baik. Dengan pelayanan yang baik tentu akan menjadi
daya tarik sendiri dimana wisatawan akan merasa nyaman ketika berada di kawasan
wisata. akan tetapi, perilaku masyarakat yang kurang baik seperti membuang sampah
kenyamanan bagi wisatawan dimana kondisi tersebut diciptakan oleh pengelolah itu
sendiri (Violinaa, 2016). Menurut hasil observasi peneliti pada lokasi penelitian ini
pengelolahan sampah pada lokasi kawasan pesisir ini masih buruk, masih banyak
sudah di sediakan berupah tong sampah, akan tetapi kapasitas dari tong sampah
tersebut tidak dapat menampung sampah dari aktifitas wisata tersebut (Gambar 5.16).
128
Dalam hal ini juga diungkapkan oleh Bapak Hendra Yama Putra sebagai tokoh
masyarakat Sasak dan juga sebagai wakil ketua DPRD Pasaman barat:
Pasaman Barat dengan aspek pengelolahan sampah yang baik memperoleh rata-rata
nilai sebesar 3.74 dimana melalui rating scale termasuk dalam kategori daya tarik
banyaknya sampah berserakan, tentu persepsi masyarakat akan mempengaruhi citra dari
destinasi tersebut. persepsi wisatawan sangat berpengaruh dalam membentuk citra total
dari destinasi wisata tersebut. (Gatner, 1993), dengan begitu didalam pemahaman
komponen ekologi dan fisik yang saling terkait dan berinteraksi (Djunaedi, 2011).
Oleh sebab itu, suatu wilayah pesisir sangat memiliki ekosistem yang menarik.
Pada suatu wilayah pesisir terdapat suatu ekosistem yang unik dan saling terkait
manfaat ekologi dan ekonomi yang besar (Tuwo, 2011). kan tetapi pada lokasi
penelitian kawasan pesisir Pasaman Barat ini, peneliti tidak menenukan suatu
gejala keunikan alam berupa adanya ekosistem mangrove, padang lamun, dan
terumbu karang maupun keanekaragaman flora maupun fauna. Akan tetapi pada
wilayah pesisir Sasak ini terdapat suatu fenomena keunikan yaitu deretan pohon
cemara laut yang tinggi dan berjejer yang menambah kesan indah dan visual
sehingga menjadi daya tarik sendiri (Gambar 5.17). Hal ini juga di ungkapkan
oleh Bapak Bapak Defi Irawan, S.pd sebagai sekretaris Dinas Pariwisata Pasaman
Barat:
“pada wilayah Sasak ini tidak terdapat suatu ekosistem yang menarik baik
berupa terumbu karang, padang lamun, dan lainnya, akan tetapi dengan adanya
deretan pohon cemara laut yang berjejer rai menambah kesan indah dan
menjadi keunikan alam tersendiri bagi wisatawan yang melihatnya, dan juga
banyak dari wisatawan menyebutnya dengan pantai pohon seribu.
Sedangkan Pada Wilayah Pesisir Air Bangis juga sama seperti wilayah
pesisir Sasak yaitu tidak terdapatnya suatu ekosistem yang unik pada wilayah
pesisir berupa terumbu karang. Mangrove, estuarsi, padang lamun dan lainnya.
Akan tetapi pada pulau-pulau yang berada di sekitaran kawasan pesisir Air Bangis
sangat kaya akan ekosistem Terumbu karang, dan Hutan Mangrove salah satunya
130
berada di pulau panjang dan pigago, selain itu adanya suatu fenomena alam yang
menjadi cerita rakyat pada masyarakat pesisir Air Bangis yaitu adanya “Pusa-
Pusa” pada muara Air Bangis yaitu lingkaran pada Air yang berputar-putar yang
dapat menghisap setiap benda yang lewat. Hal ini juga diungkapkan oleh Bapak
Wali Nagari dan juga Bapak Robi Zanrico Sebagai Asosiasi Wisata Pada
“ Pada Wilayah Pesisir Air Bangis ini terdapat suatu fenomena alam yaitu
adanya pusaran atau masyarakat disini menyebutnya denga “Pusa-Pusa” pada
muara yaitu suatau pusaran=pusaran yang dapat menghisap benda yang lewat di
atasnya, dalam fenomena ini beredar kisah di masyarakat bahwa setiap keturuan
raja-raja di Air Bangis ini tidak akan bisa berlayar dan pergi melaut dengan baik,
dikarenakan pada zaman dahulu kala kapal raja pernah tenggelam di perairan
Air Bangis sehingga arwahnya gentanyangan dalam bentuk “Pusa-pusa” untuk
mencari anak keturunan raja.” (Gambar 5.17)
pengelolahan dan teknik yang baik dalam mengelola sumber daya alam (Tuwo,
dalamnya agar tidak merusak alam (Tuwo, 2011). Dalam pengembangan wilayah
ekonomi dari sumber daya pesisir, dan dapat menjaga kelestarian alam di
kayu-kayu yang sudah tua dan terbuang sebagai bahan untuk rumah panggung,
dan untuk bahan membuat kapal/boat (Gambar 5.14). Sedangkan pada lokasi
kawasan pesisir Air Bangis tidak ditemukan pemanfaatan sumberdaya alam. Hal
ini juga diungkapkan oleh Bapak Hendra Yama Putra sebagai tokoh masyarakat
Sasak dan juga sebagai wakil ketua DPRD Pasaman barat yang sama juga oleh
Bapak Bapak Defi Irawan, S.pd sebagai sekretaris Dinas Pariwisata Pasaman
Barat :
secara baik, yaitu masyarakat hanya menggunakan kayu yang dianggap sudah
tua dan kayu yang terbuang di muara sebagai bahan membuat rumah panggung,
Berdasarkan hasil penyebaran kuisioner (Tabel 5.3), nilai rata-rata total daya
tarik ekowisata alam pada keunikan alam ekowisata berbasis persepsi memperoleh
nilai sebesar 4.04. Melalui rating scale (Tabel 3.17) bahwa nilai rata-rata total
keseluruhan keunikan alam ekowisata pesisir Pasaman Barat masuk dalam skala
daya tarik dengan kategori tinggi. dimana aspek perlu adanya kegiatan untuk
melindungi ekosistem pesisir menjadi aspek penilaian tertinggi dengan nilai rata-
rata tertinggi sebesar 4.24, sedangkan penilaian terendah pada keunikan alam
ekowisata berbasis persepsi adalah aspek pada lokasi ini terdapat berbagai macam
keankearagaman flora dan fauna dengan nilai total rata-rata sebesar 3.75 (Tabel.
5.3).
alam masuk dalam kategori skala penilaian daya tarik kategori tinggi, akan tetapi
menurut hasil obsrvasi dan wawancara peneliti pada kenyataanya kondisi pesisir
Kabupaten Pasaman Barat tidak memiliki keunikan alam baik dari flora maupun
faunanya. Dengan begitu perlu adanya daya tarik lainnya sehingga dapat menarik
adanya daya tarik lainnya yang ditawarkan, tentu akan menarik minat wisatawan
utnk berkunjung, selain itu masyarakat juga tidak hanya bergantung terhadap
pemandangan laut saja yang mana menurut hasil obervasi peneliti pada lokasi
Tabel 5.3 Nilai Rata-Rata Keunikan Alam Ekowisata Berbasis Persepsi Pesisir Pasaman Barat
Berdasarkan kajian literatur yang telah dilakukan terhadap aspek daya tarik
ekowisata buatan, terdapat beberapa indikator yang membentuk suatu daya tarik
ekowisata alam pada lokasi penelitian ini. Adapun indikator tersebut adalah
fasilitas pada lokasi penelitian yaitu kawasan sasak, dan kawasan pesisir Air
2018). Oleh sebab itu, suatu pengelolah wisata harus tau karakteristik dan
semua aktivitas itu hanya dilakukan ketika hari-hari besar saja. Sedangkan pada
hari biasa tidak ada aktivitas wisata yang dilakukan pada kawasan pesisir
pantai,setelah itu wisatawan pergi untuk pulang. (Gambar 5.18). Dalam hal itu
juga di ungkapkan oleh Bapak Hendra Yama Putra sebagai tokoh masyarakat
Sasak dan juga sebagai wakil ketua DPRD Pasaman Barat, serta Bapak Defi
Gambar 5.18 Kondisi Pesisir Degan Tidak Adanya Aktivitas Di hari Biasa
137
Dalam hal ini menurut hasil observasi peneliti dan hasil wawancara yang di
dapat masih kurangnya aktivitas wisata yang ditawarkan di pesisir Pasaman Barat
dan hanya ada ketika hari besar saja. Padahal wisata pesisir dan laut selalu
menawarkan berbagai macam alternatif wisata bagi wisatawan, maka dari itu
sangat penting untuk melakukan dan menawarkan produk dan layanan yang sesuai
(Muflih, 2015), sedangkan menurut hasil observasi peneliti pada pesisir Pasaman
Barat tidak ditemukan berbagai macam alternatif wisata lainnya dan hanya
Provinsi Sumatera Barat, aktivitas yang ditawarkan tidak hanya pada hari besar
akan tetapi pada hari biasa juga, dengan adanya alternatif wisata lainnya seperti
menyewa sampan atau bermian layangan dipinggir pantai, dalam hal ini tentu
aktivitas yang ditawarkan wisatawan akan betah dan tidak bosan di dalam
kegiatan wisatanya.
karakteristik dan apa yang menjadi keinginan wisatawan untuk berwisata, jenis
aktivitas ekowisata yang ditawarkan pada lokasi wisata, dimana fiungsi dari
pembatasan jumlah pengunjung dan zonasi dilakukan agar suatu daya dukung
(Tuwo, 2011). Menurut hasil obervasi peneliti pada kawasan pesisir Pasaman
Barat ini tidak terdapat pembatasan jumlah pengunjung maupun pembatasan antar
138
kegiatan wisata. Hal ini juga yang diungkapkan oleh Hal ini seperti yang
diungkapkan oleh Bapak Bapak Defi Irawan, S.pd sebagai sekretaris Dinas
Pariwisata Pasaman Barat, serta Bapak Hendra Yama Putra sebagai tokoh
masyarakat Sasak dan juga sebagai wakil ketua DPRD Pasaman Barat :
perubahan seperti dalam kepemilikan tanah, tatan sosial, serta budaya dalam
masyarakat lokal, dikarenakan masyarakat disini berperan sebagai pelaku dan juga
sebagai penerima keuntungan (Yulius, 2018), maka dari itu dalam pengembangan
kualitas ekonomi masyarakat disekitar lokasi wisata (Imran, 2012). Ketika berada
aktivitas wisata di lokasi ini peneliti melihat lebih banyak dilakukan oleh
masyarakat lokal. Hal ini juga di ungkapkan oleh Bapak Hendra Yama Putra
sebagai tokoh masyarakat Sasak dan juga sebagai wakil ketua DPRD Pasaman
Barat:
memperoleh nilai sebesar 3.85. Melalui rating scale (Tabel 3.17). Bahwa nilai
rata-rata total keseluruhan aktivitas ekowisata pesisir Pasaman Barat masuk dalam
139
skala daya tarik dengan kategori tinggi. dimana aspek perlu adanya pembatasan
zonasi agar tidak merusak alam menjadi aspek penilaian tertinggi dengan rata-rata
total bernilai 4.05, sedangkan penilaian terendah pada aktivitas ekowisata berbasis
persepsi adalah aspek pada lokasi pantai harus terdapat pembatasan jumlah
ekowisata pesisir Kabupaten Pasaman barat masuk dalam kategori dengan skala
penilaian daya tarik kategori tinggi, akan tetapi menurut hasil observasi dan
ditemukannya akivitas wisata yang beragam. Adanya aktivitas wisata hanya pada
waktu tertentu seperti hari besar. Dimana menurut hasil analisa wawancara dan
observasi masyarakat takut rugi apabila menyediakan aktivitas wisata pada hari
wisata yang lainnya yang ditawarkan tentu akan dapat menarik minat wisatawan.
Selain itu, masyarakat hanya bergantung terhadap pemandangan laut saja menurut
berkunjung.
140
140
Tabel 5.4 Nilai Rata-Rata Aktivitas Ekowisata Berbasis Persepsi Pesisir Pasaman Barat
dalam kegiatan wisata (Tuwo, 2011), dengan begitu suatu pengelolah destinasi
wisata harus mengetahui keinginan dari wisatawan tersebut. Salah satu aktivitas
ekowisata pesisir adalah seperti Seperti pada bentang laut dapat dilakukan
adanya variasi atau kegiatan wisata yang dilakukan pada hari biasa. Kegiatan
aktivitas wisata seperti hiburan, permainan hanya ada dan disediakan ketika hari-
hari besar seperti liburan hari raya maupun tanggal merah (Gambar 5.20). Tentu
Pasaman Barat ini. Dengan tersedianya berbagai macam aktivitas wisata tentu
pesisir ini. Hal ini juga di ungkapkan oleh Bapak Hendra Yama Putra sebagai
tokoh masyarakat Sasak dan juga sebagai wakil ketua DPRD Pasaman Barat:
tersebut hanya ada ketika hari-hari besar saja, dikarenakan masyarakat takut
keuntungan”.
143
Gambar 5.20 Aktivitas Wisata Yang Ditawarkan Ketika Hari Besar Saja
Nilai yang diperoleh pada aktivitas ekowisata pesisir Pasaman Barat dengan
rata-rata nilai sebesar 4.04 dimana melalui rating scale termasuk dalam kategori
daya tarik tinggi. Dimana persepsi masyarakat atau penilaian masyarakat terhadap
Dimana wisatawan memiliki motif atau tujuan yang berbeda dalam mengunjugi
lokasi ini. Tentu,salah satu bentuk pemecahan masalah dari aspek ini dengan
daya dukung lingkungan wisata (Hakim, 2004). Adapun fungsi dari pembatasan
jumlah pengunjung dan zonasi dilakukan agar suatu daya dukung alam tidak
Menurut hasil observasi peneliti pada lokasi penelitian ini, ketika peneliti
melakukan observasi kawasan pesisir Pasaman Barat sangat sepi (Gambar 5.21),
dimana tentu daya dukung lingkungan sanggup atau cukup untuk mengkoordinir
wisatawan. Akan tetapi, ketika hari libur dan tanggal merah kedua kawasan ini
sangat ramai untuk dikujungi wisatawan, dimana kedua kawasan ini merupakan
destinasi pesisir unggulan di Kabupaten Pasaman Barat. Salah satu upayah yang
dilakukan ketika kawasan pesisir ini sudah dirasa penuh, menurut Bapak Defi
memperoleh rata-rata nilai sebesar 3.35, dimana melalui rating scale termasuk
dalam kategori daya tarik tinggi. Aspek perlu adanya pembatasan jumlah
145
Dalam hal ini, persepsi masyarakat atau penilaian masyarakat tidak setuju dengan
merupakan salah satu cara di dalam ekowisata agar daya dukung lingkungan tidak
menurun.
pengelolahan, tidak sedikit konflik di daerah pesisir karena kurang jelasnya suatu
wisata dalam lokasi penelitian ini, peneliti melihat bahwa semua kegiatan
dilaksanakan dalam satu kawasan, tidak adanya pemisah antar zonasi di dalam
kawasan penelitian ini. Ketika hari libur maupun hari besar tentu dengan tidak
penelitian ini semua dilaksanakan dalam satu tempat, tentu sangat menganggu
dengan adanya zonasi tentu tidak menganggu aktivitas lainnya dan dapat
mendukung datya dukung lingkungan. Hal ini juga yang diungkapkan oleh Hal ini
seperti yang diungkapkan oleh Bapak Bapak Defi Irawan, S.pd sebagai sekretaris
Dinas Pariwisata Pasaman Barat, serta Bapak Hendra Yama Putra sebagai tokoh
masyarakat Sasak dan juga sebagai wakil ketua DPRD Pasaman Barat:
146
“ Pada dasarnya Air Bangis dan Sasak merupakan objek wisata yang
pada hari biasa sangat sepi. Oleh karena itu, dalam pengelolahannya tidak
Gambar 5.22 Suasana Pesisir Pasaman Barat Yang Sunyi sehingga tidak adanya zonasi
Sumber (Dokumentasi Pribadi, 2020)
Nilai yang diperoleh pada aktivitas ekowisata pesisir Pasaman Barat dengan
aspek adanya pembatasan zonasi memperoleh rata-rata nilai sebesar 405, dimana
melalui rating scale termasuk dalam kategori daya tarik tinggi. Persepsi penilaian
perlu pembatasan tiap zonasi antar kegiatan, sehingga tidak menganggu aktivitas
yang lainnya, selain itu merupakan salah strategi dalam mendukung daya dukung
mempunyai tingkah laku kehidupan yang sangat khas dan unit, dimana sangat
pesisir sangat kental akan budayanya, karena sejak dahulu masyarakat pesisir dan
dimana setiap daerah pasti memiliki sistem yang berbeda (Tuwo, 2011). Selain
itu, tampak jelas keunikan kebudayaan pada masyarakat pesisir dengan berbagai
dilakukan oelh suatu kelompok atau komunitas secara terus menerus dari generasi
pesisir Sasak. Dalam hal ini juga diungkapkan oleh Bapak Hendra Yama Putra
sebagai tokoh masyarakat Sasak dan juga sebagai wakil ketua DPRD Pasaman
Barat:
“ Gadang Lasuang salah satu kesenian yang ada pada masyarakat pesisir
sasak, pada zaman dahulu kesenian ini dilakukan hanya pada bulan terang untuk
aktivitas menghibur diri masyarakat, dimana masyarakat pada zaman dahulu
bermata pencaharian sebagai nelayan, sehingga pada bulan terang masyarakat
tidak melaut, dengan begitu masyarakat melakukan tukar pikiran dan segala
sesuatu yang di alami dengan bersenda gurau sambil memainkan Gadang
Lasuang.”
148
Selain itu, terdapat juga sebuah kesenian tarian yang khas pada Pada kawasan
pesisir kabupaten Pasaman Barat. Tarian itu bernama tarian pilin salapan yang
terdapat pada daerah pesisir Air Bangis. Tarian pilin salapan merupakan suatu
ada pada masyarakat Air Bangis (Gambar 5.24). Dalam hal ini seperti yang
diungkapkan oleh Bapak Bapak Defi Irawan, S.pd sebagai sekretaris Dinas
Pariwisata Pasaman Barat dan juga Oleh Bapak Wali Nagari Air Bangis:
“tarian pilin Salapan merupakan kebudayaan kesenian yang sanagt melekat pada
masyarakat Air Bangis. Dimana kata Salapan merupakan artinya delapan, dalam
prosesnya Tarian ini dimainkan dengan delapan orang dengan delapan untaian
tali yang menjutai di tengah panggung, dimana para penari mengaitka songket
mereka terhadap kain-kain yang menjutai tersebut. tarian ini memiliki pola
gerakan yang sangat dinamis dan rumit.
Gambar 5.24 Tari Pilin Salapan Air Bangis Yang Sarat Akan Filosopi di Dalamya
Sumber: https://www.indonesiakaya.com/jelajah-indonesia/detail/tari-pilin-salapan,
2020
149
sebagai salah satu pintu masuk ajaran agama islam. Hal ini, dibuktikan dengan
adanya bukti masjid yang berdiri mulai tahan 1879, yang berada dikawasan pesisir
Air Bangis dengan nama Masjid Nurul Yaqin (Gambar 5.25). Hal ini seperti yang
diungkapkan oleh oleh Bapak Bapak Defi Irawan, S.pd sebagai sekretaris Dinas
“ Wilayah Pesisir Air Bangis pada zaman dahulu kala merupakan sebuah
nagari yang ramai dikunjungi dikarenakan merupakan salah satu pusat
perdagangan penting di Sumatera Barat, dengan aktivitas pelabuhannya. Dengan
adanya aktivitas kegiatan perdagangan itu Agama Islam dapat berkembang di
wilayah Pasaman ini, salah satu buktinya dengan adanya Masjid Nurul Yaqin
yang dimana merupakan cikal bakal perkembangan masjid lainnya di wilayah
Pasaman yang dibangun 1860. Hal itu juga dibuktikan dengan lokasida posisi
Masjid yang menghadap ke Muara yang mengahdap langsung kelautan dengan
hilir mudiknya kapal-kapal nelayan di waktu sekarang ini.
Gambar 5.25 Masjid Nurul Yaqin Bukti Penyebaran Agama Islam di Air
Bangis
Selain itu, kawasan pesisir Pasaman Barat terkenal akan dengan seorang
ulama yag Bernama Tuanku Sasak. Tuanku Sasak merupakan seorang ulama yang
mengajarkan agama Islam yang lahir pada tahun 1879. Beliau merupakan seorang
ulama yang mendirikan SPA sekolah pendidikan Agama pertama dan satu-satunya
di wilayah Pasaman. Adapun jejak rekam beliau masih tertinggal hingga saat ini
berupa surau tempat beliau mengajar Agama Islam dan makam beliau walaupun
kondisi sekarang telah di renovasi (Gambar 5.26), dimana makam beliau sanagt
150
banyak di ziarahi dan dikunjungi oleh masyarakat. Dalam hal ini juga
diungkapkan oleh Bapak Hendra Yama Putra sebagai tokoh masyarakat Sasak dan
Selain adat dan budayanya pada masyarakat Air Bangis terkenal akan
yang terkenal dengan sebutan “Kain Sulam Emas Pasaman”. (Gambar 5.27).
Dalam hal ini juga diungkapkan oleh Bapak Bapak Robi Zanrico sebagai
Kain sulam emas Air Bangis merupakan salah satu icon Kabupaten
Pasaman Barat, kain sulaman Air Bangis terkenal sangat indah dengan nilai
jual yang tinggi, dikarenakan dibuat dengan manual yaitu dengan kreativitas
tangan sendiri, sehingga menjadi daya tarik kesenian yang dapat dikembangkan
dan akan membanggakan nama Air Bangis di kancah nasional.”
151
151
memperoleh nilai sebesar 4.04. Melalui rating scale (Tabel 3.17) bahwa nilai rata-
rata total keseluruhan keunikan masyarakat pesisir Pasaman Barat masuk dalam
skala daya tarik dengan kategori tinggi. dimana aspek keunikan budaya harus
ditonjolkan sebagai atraksi daya tarik wisata menjadi aspek penilaian tertinggi
dengan rata-rata total bernilai 4.16, sedangkan penilaian terendah pada keunikan
masyarakat berbasis persepsi adalah aspek pada lokasi wisata terdapat keunikan
budaya masyarakat lokal dengan nilai rata-rata total sebesar 3.85 (tabel 5.5)
pesisir Kabupaten Pasaman barat masuk dalam kategori dengan skala penilaian
daya tarik kategori tinggi, akan tetapi menurut hasil observasi dan wawancara
promosikan sebagai daya tarik wisata. Selain itu, kebudayaan yang ditonjolkan
153
sebagai atraksi utama akan menumbuhkan jati diri dan rasa bangga terhadap
penduduk setempat (Prihanta et al, 2017), dengan begitu suatu kebudayaan yang
ditonjolkan akan menghasilkan citra yang baik dalam ingatan wisatawan yang
Danau Toba dengan adat dan istiadat masyarakat Batak Toba. Dalam hal ini
atraksi wisata, tentu akan menarik minat wisatawan untuk berkujung dimana pada
Aspek keunikan budaya harus ditonjolkan sebagai atraksi daya tarik wisata
menjadi aspek penilaian tertinggi dengan rata-rata total bernilai 4.16, sedangkan
penilaian terendah pada keunikan masyarakat berbasis persepsi adalah aspek pada
lokasi wisata terdapat keunikan budaya masyarakat. Walaupun hasil yang didapat
dalam kategori dengan skala penilaian daya tarik kategori tinggi, akan tetapi
pesisir Pasaman Barat tidak ditonjolkan sebagai atraksi utama. kebudayaan yang
ditonjolkan sebagai atraksi utama akan menumbuhkan jati diri dan rasa bangga
akan menghasilkan citra yang baik dalam ingatan wisatawan yang berkunjung.
154
154
Tabel 5.5 Nilai Rata-Rata Keunikan Masyarakat Ekowisata Berbasis Persepsi Pesisir Pasaman Barat
Hasil observasi yang dilakukan peneliti, pada lokasi penelitian ini keunikan
dapat dikembangkan dan dipromosikan sebagai daya tarik wisata. Dalam hal ini
juga diungkapkan oleh Bapak Bapak Robi Zanrico sebagai Asosiasi pariwisata di
Pemda”
pesisir Pasaman Barat dengan aspek pada lokasi terdapat keunikan masyarakat
memperoleh rata-rata nilai sebesar 3.85, dimana melalui rating scale termasuk
dalam kategori daya tarik tinggi. Dimana penilaian pada lokasi wisata terdapat
penilaian dengan nilai rata-rata terendah. Dalam hal ini di dalam penilain dan
persepsi masyarakat bahwa pada pesisir Pasaman Barat tidak memiliki keunikan
masyarakat. Oleh sebab itu, di perlukan suatu media informasi atau promosi agar
masyarakat.
Daya tarik wisata buatan juga merupakan segala sesuatu yang diciptakan
Hasil observasi yang dilakukan peneliti, pada lokasi penelitian ini keunikan
kurang ditonjolkan sebagu atraksi daya tarik wisata, dimana keunikan budaya
ditonjolkan hanya ketika upacara-upacara adat, dan hari besar saja, oleh karena itu
hal ini juga diungkapkan oleh Bapak Bapak Robi Zanrico sebagai Asosiasi
pesisir Pasaman Barat dengan aspek pada lokasi terdapat keunikan masyarakat
ditonjolkan sebagai atraksi wisata memperoleh rata-rata nilai sebesar 4.16, dimana
melalui rating scale termasuk dalam kategori daya tarik tinggi. Dimana penilaian
pada lokasi wisata keunikan budaya harus ditonjolkan sebagai atrasik wisata di
dalam penilaian persepsi masyrakat merupakan aspek penilaian dengan nilai rata-
rata tertinggi. Dalam hal ini di dalam penilain dan persepsi masyarakat bahwa
pada pesisir Pasaman Barat keunikan masyarakat harus ditonjolkan mejadi daya
ekowisata yang terdiri dari aspek sarana dan prasaranan yang berfungsi sebagai
alat yang memenuhi kegiatan wisata (Tuwo, 2011). Dengan adanya fasilitas
Pada lokasi kawasan pesisir Pasaman Barat ini, fasilitas masih kurang
wisatawan bersantai, adanya rumah makan, mushallah, Wc, serta adanya juga
panggung untuk menampilkan wisata hiburan dan kesenian dengan kondisi yang
kurang terawat dan sulitnya ditemukan wc yang terbuka pada hari-hari biasa
Salah satu konsep ekowisata dengan adanya fasilitas ini seharusnya dapat
dipinggiran pantai dan menyewakan wc. Pada konsep fasilitas berupa rumah
makan memiliki suatu keunikan menurut hasil observasi peneliti, dimana harga
rumah makan yang satu dengan lainnya tidak boleh berbeda dengan rumah
makan yang lainnya dengan menu yang sama. Semua itu diatur oleh kelompok
Dalam hal ini, sama seperti yang diungkapkan oleh Bapak Hendra Yama Putra
159
sebagai tokoh masyarakat Sasak dan juga sebagai wakil ketua DPRD Pasaman
Barat:
dengan Pemda dalam mendukung dan melidungi destinasi wisata ini, peran
kelompok masyarakat juga ikut andil dalam menerapkan suatu kebijakan atau
mana harga satu warung dengan warung lainnya sama tidak boleh lebih maupun
kurang dengan menu makananan yang sama sehingga tidak akan menimbulkan
kecemburuan diantara satu sama lainnya, dan wisatawan tidak merasa tertipu”
Salah satu daya tarik wisata yang dapat menarik wisatawan asing dalam
berkunjung ke bali yaitu dengan pantai dengan segala daya tatriknya, serta
hargaharga produk wisata yang bersahabat/ wajar ( Suradnya, 2005). Tentu harga
yang ditawarkan pada produk wisata menjadi pilihan utama ketika melakukan
kegiatan wisata.
Berdasarkan hasil penyebaran kuisioner (Tabel 5.7), nilai rata-rata total daya
tarik ekowisata buatan pada fasilitas berbasis persepsi memperoleh nilai sebesar
3.83. Melalui rating scale (Tabel 3.17) bahwa nilai rata-rata total keseluruhan
fasilitas pesisir Pasaman Barat masuk dalam skala daya tarik dengan kategori
tinggi. dimana aspek masyarakat harus ikut andil dalam keamanan dan
terdapat upaya pencegahan resiko dengan nilai rata-rata total sebesar 3.90
160
(Tabel 5.7) Walaupun hasil yang didapat dengan penyebaran fasilitas pesisir
Kabupaten Pasaman barat masuk dalam kategori dengan skala penilaian daya tarik
kategori tinggi, akan tetapi menurut hasil observasi dan wawancara peneliti
kenyataanya fasilitas pesisir Pasaman Barat masih dirasa kurang baik dan
terawat. Selain itu faktor jarak dan aksesbilitas menurut hasil observasi peneliti
pesisir Pasaman Barat sangat jauh dari pusat kota dengan sarana dan prasarana
Sumatera Barat, seperti kabupaten Pariaman, Kota padang, Pesisir Selatan dimana
Barat yang jauh darin pusat perkotaan dan tidak terletak dipinggiran jaan besar
dengan fasilitas sarana dan parasana yang kurang mmedai. Sehingga faktor
Barat.
161
161
Tabel 5.6 Nilai Rata-Rata Fasilitas Ekowisata Berbasis Persepsi Pesisir Pasaman Barat
perjalanan wisata.
Hasil observasi yang dilakukan peneliti, pada lokasi penelitian ini kondisi
jalan menuju lokasi penelitian sangat mudah dicapai dengan jalan besar beraspal
dan adanya angkutan umum menuju lokasi penelitian. Jarak tempuh pada lokasi A
Gambar 5.32 Lokasi Mudah Dicapai Dan Jarak Tempuh Tidak Lama menuju lokasi
Nilai yang diperoleh pada fasilitas ekowisata pesisir Pasaman Barat dengan
aspek lokasi mudah dicapai yang sangat baik memperoleh rata-rata nilai sebesar
3.96, sedangkan aspek jarak tempuh mudah dicapai memperoleh rata-rata nilai
164
sebesar 3.81. Dimana melalui rating scale kedua aspek tersebut termasuk dalam
kategori daya tarik tinggi. Dimana, persepsi atau penilaian masyarakat kondisi
lokasi mudah dicapai dan jarak tempuh mudah dicapai cukup baik penilaiannya,
tentu semakin baik persepsi yang didapat dari wisatawan, tentu akan dapat
Air bersih merupakan faktor penting dalam kegiatan wisata. Adanya air
pantai (Handayawati, 2010). Hasil observasi yang dilakukan peneliti, pada lokasi
penelitian ini kondisi air bersih mudah ditemukan. Air bersih pada lokasi
penelitian berasal dari sumur galian bukan dari air PDAM tentu, air berasa Payau,
akan tetapi air bersih dan layak untuk digunakan. Permasalahan air bersih pada
lokasi penelitian ini adalah banyaknya wc yang digembok ketika hari biasa bukan
di hari libur, tentu wisatawan akan kesusahan mencari air bersih ketika selesai
beraktivitas berenang di pantai. Dalam hal ini juga diungkapkan oleh Bapak
“Salah satu masalah utama ketika mengunjungi pesisir Pasaman Barat ini
sulitnya ditemukan wc, dimana wc tersebut ketika hari biasa dikunci oleh
pesisir Pasaman Barat dengan aspek air bersih mudah dan layak dikomsumsi
memperoleh rata-rata nilai sebesar 3.60. Dimana melalui rating scale kedua aspek
tersebut termasuk dalam kategori daya tarik tinggi. Dimana, persepsi atau
penilaian masyarakat terhadap kondisi air bersih mudah ditemukan dan layak
digunakan sudah cuku baik. Akan tetapi, pada pelaksanaanya masih banyaknya
wc-wc yang digembok pada hari biasa tentu sangat menyulitkan wisatawan.
satu faktor keberhasilan suatu destinasi wisata adalah dengan fasilitas yang baik,
dimana kepuasan wisatawan tidak hanya berdasarkan daya tarik yang ditawarkan,
akan tetapi juga dari fasilitas yang di tawarkan (Ginting, N., & Sasmita, A. 2018).
Hasil observasi yang dilakukan peneliti, pada lokasi penelitian ini kondisi
fasilitas sarana dan prasarana dirasa cukup kurang, tidak tertata. Pada lokasi
penelitian fasilitas sarana dan prasarana hanya tersedia berupa rumah makan dan
mushalla (Gambar 5.34). Sedangkan untuk penginapan, Bank, toko souvenir, tidak
tersebut.Pada aspek angkutan umum pada lokasi penelitian ini sudah tersedia bus,
walaupun jam dan waktu keberangkatan tidak diketahui tergantung dari jumlah
penumpang bus. Dalam hal ini juga diungkapkan oleh Bapak Bapak Robi Zanrico
Gambar 5.33 Fasilitas Yang Tersedia Hanya Berupa Mushallah Dan Warung
ekowisata pesisir Pasaman Barat dengan aspek fasilitas sarana dan prasarana yang
memadai memperoleh rata-rata nilai sebesar 3.53. Dimana melalui rating scale
aspek tersebut termasuk dalam kategori daya tarik tinggi. Dimana, persepsi atau
masih kurang cukup baik penilaiannya, tentu semakin baik persepsi yang didapat
dari wisatawan, tentu akan dapat menarik keinginan wisatawan untuk berkunjung
167
harus terlibat dan dapat mengambil peran, dimana peran tersebut masyarakat lokal
dengan upaya pelestarian sumber daya alam di sekitar lokasi yang berdampak
positif terhadap perekenomian dapat dilakukan seperti, usaha yang dibangun oleh
masyarakat lokal banyak membuka warung makan, selain itu masyarakat lokal
juga berperan sebagai penyewa jasa berupa keliling pantai dengan kapal, maupun
penyediaa penyewaan alat bermain seperti permainan Atv dimana sejam Cuma
dipatok harga Rp 90.000. Tentu dengan adanya lokasi wisata dan fasilitas ini
menurut hasil peneliti pada lokasi penelitian ini dapat mendorong aktivitas
memperoleh rata-rata nilai sebesar 4.09. Dimana melalui rating scale aspek
tersebut termasuk dalam kategori daya tarik tinggi, dan penilaian tertinggi pada
adanya fasilitas dan lokasi wisata ini seharusnya dapat mendorong aktivitas
Daya Tarik Wisata Pesisir Di Kabupten Pasaman Barat Dapat Dijelaskan Pada
Tabel 5.
Tabel 5.7 Nilai Rata-Rata Potensi Daya Tarik Ekowisata Pesisir Berbasis Persepsi
Barat pada analisis daya tarik alam berbasis ekowisata berbasis persepsi aspek
yang paling berpengaruh adalah keunikan alam adalah dengan nilai rata-rata
tertinggi sebesar 4.04, sedangkan aspek penilaian terendah pada kebersihan dan
hal ini menurut peneliti sudah terlaksana dan terimpelementasikan dalam proses
dibandingkan pesisir lainnya kurang bagus dimana perairan pesisir pasaman Barat
bewarna coklat, dalam hal ini sanagt berdampak terhadap minat wisatawan. Selain
itu, dalam konsep ekowisata pesisir, lahan pesisir seharusnya bebas dari segala
bentuk bangunan agar wisatawan dapat merasakan langsung keindahan alam dan
menyatu dengan alam, akan tetapi dalam implementasinya dan penilaian persepsi
masyarakat tidak setuju lahan pantai bebas dari segala bentuk fisik, bahwa dengan
menurut hasil temuan peneliti dan penilaian masyarakat masih kurang, dan
merupakan penilaian dengan nilai rata-rata terendah pada daya tarik alam berbasis
persepsi. Dimana indikator lahan pantai terbebas dari sampah dan pengaruh
penilaian dengan nilai rata-rata terendah pada keindahan dan kenyaman ekowisata
menuju pantai serta menimbulakn bau tidak sedap. Tentu hal ini dapat
Barat, pada kawasan ini dari hasil observasi peneliti tidak terdapat gejala
171
fenomena alam pesisir yaitu adanya hutan mangrove estuari, padang lamun, akan
Selain itu, hasil penelitian peniliti pada analisis daya tarik buatan
terendah pada penilaian daya tarik buatan ekowisata berbasis persepsi adalah
aspek fasilitas. Dimana hasil nilai rata-rata fasilitas memperoleh nilai rata-rata
sebesar 3.83.
Kabupaten Pasaman Barat menurut hasil observasi dan penilaian masyarakat perlu
dirasa belum baik dikarenakan tidak tersedianya berbagai macam aktivitas yang
tersedianya berbagai macam aktivitas yang ditawarkan tentu akan dapat menarik
dirasa tidak suka dan tidak setuju dengan adanya pembatasan jumlah dan zonasi
sangat berguna dalam konsep ekowisata sehingga daya dukung lingkungan wisata
172
tidak menurun dan rusak, dan dalam pengaplikasiannya ketika hari libur tiba
lokasi pesisir akan penuh oleh wisatawan tanpa adanya pembatasan jumlah
sangat memiliki keunikan baik dari segi sosial, seni dan budaya, serta masyarakat
hasil observasi peneliti dan penilaian persepsi masyrakat, masyarakat luas maupun
wisatawan tidak mengetahui keunikan yang dimiliki masyarakat lokal baik dari
daya tarik wisata. Oleh karena itu, analisis persepsi dan penilaian masyarakat
keunikan masyarakat harus ditonjolkan sebagai daya tarik wisata dan ditingkatkan
berbasis persepsi adalah aspek fasilitas. Dimana hasil nilai rata-rata fasilitas
memperoleh nilai rata-rata sebesar 3.83. Tentu, fasilitas merupakan alat yang
dihabiskan oleh wisatawan (Tuwo, 2011). Tentu aspek fasilitas harus ditingkatkan
Dilihat dari 6(enam) indikator analisis daya tarik wisata pesisir berbasis
ekowisata dalam penerapannya masih kurang baik, terlebih aspek kebersihan dan
BAB VI
6.1. Kesimpulan
Adapun tujuan dari penelitian ini ingin mengkaji daya tarik ekowisata
hasil penelitian dan pembahasan diatas yang telah diuraikan dalam bab
pada analisis daya tarik alam aspek yang paling berpengaruh adalah
keunikan alam dengan nilai rata-rata tertinggi sedangkan aspek penilaian terendah
pada kebersihan dan kenyamanan. Sedangkan, hasil pada analisis daya tarik
Pada daya tarik alam dengan keindahan alam, tingkat keceraan perairan
laut merupakan penilaian utama wisatawan dalam wisata pesisir. Dalam hal ini
Provinsi Sumatera Barat yang memiliki tingkat kecerahan yang lebih dengan
Dengan begitu kunjungan wisatawan pada wilayah pesisir Pasaman Barat lebih
pemerintah dan tidak ada tindakan khusus yang diambil mengenai masyarakat
173
174
tidak takut dan sudah menjadi kebiasaan dalam membuang sampah sembarangan,
berkunjung.
Dari keunikan alam, Pada pesisir Pasaman Barat sering terjadinya abrasi
pantai. Oleh sebab itu perlunya kegiatan yang melindungi ekosistem pesisir
pantai, sehingga garis pantai tidak hilang atau menyusut kedaratan dengan begitu
wisatawan dapat bermain sepanjang pesisir pasir pantai, dengan andanya tindakan
kegiatan tersebut menurut pengamatan peneliti sudah dilakukan, akan tetapi harus
ditingkatkan.
tersedianya berbagai macam aktivitas yang ditawarkan dan tidak hanya pada hari-
kegiatan aktivitas tersebut. sehingga tidak hanya pemandangan laut saja yang
ditonjolkan sebagai daya tarik utama, sehingga dapat menarik dan meningkatkan
masyarakat tentu akan dapat menarik minat wisatawan untuk berkunjung. Dimana,
seperti budaya Batak di Danau Toba, atau upacara Tabuik di Pariaman. Akan
utama. Dengan di promosikan dan serta menjadi daya tarik utama tentu akan dapat
penginapan dan pengadaan air bersih, dimana fasilitas penginapan masih tidak
akan dapat menghabiskan waktu berlibur dalam waktu yang lama. Selain itu,
yang terkunci pada hari biasa sehingga menyulitkan wisatawan untuk melakukan
aktivitas wisata, dengan ditingkatkanya fasiitas sarana dan prasana tentu akan
Dilihat dari 7(tujuh) indikator analisis daya tarik wisata pesisir berbasis
kenyemanan wisatawan merupakan penilaian terendah. Tentu, hal ini akan sangat
6.2. Saran
pesisir Kabupaten Pasaman Barat, sehingga dapat merubah opini dan perilaku
masyarakat yang beranggapan membuang sampah kelaut itu hal yang biasa,yaitu
tetap terjaga dan tidak tercemar oleh limbah dengan begitu tentu wisatawan akan
masyarakat lokal sehingga tikdak hanya atraksi alam saja tetapi keunikan
masyarakat lokal dengan segala adat isitadatnya dapat dikenal oleh wisatawan,
dengan begitu masyarakat tentu akan diuntungkan selain itu keunikan masyarakat
dapat menjadi citra atau Landmark dari wilayah tersebut, seperti uapacara Tabuik
masyarakat sehingga masukan yang diberikan dapat menjadi ide maupun gagasan
177
Buhalis, D. 2000. Marketing the competitive destination of the future. Tourism
Management. 21(1), 97-116.
Darajati, W. 2004. Strategi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu
danBerkelanjutan. Makalah Sosialisasi Nasional MFCDP. Bappenas
Chaplin, J.P. 1989. Kamus Lengkap Psikologi. Terj. Dr. Kartono dan Kartini. Jakarta.
PT. Raja Grafindo Persada
Dirjen PHKA, 2003. Kriteria Penilaian Dan Pengembangan Obyek Dan Daya Tarik
Wisata Alam, Bogor
Diraputra , S.A. 2003. Sistem Hukum dan Kelembagaan dalam pengelolahan wilayah
pesisir secara terpadu. Coastal Re-sources Center, University Of Rhode
Island, Narragansett, Rhode Island, USA
Djunaedi, A. Perencanaan Pengembangan Kawasan Pesisir. Jurnal Teknologi
Lingkungan 3 (3), 2011. 7, 2011
DOMÍNGUEZ. T, JOSE A. FRAIZ AND ELISA ALÉN, Economic profitability of
accessible tourism for the tourism sector in Spain. Tourism Economics,
2013, 19 (6), 1385–1399
178
Fentri, D. M. (2017). Persepsi Pengunjung terhadap Daya Tarik Taman Wisata Alam
Hutan Rimbo Tujuh Danau di Desa Wisata Buluh Cina Kecamatan Siak
Hulu Kabupaten Kampar Riau. Jom Fisip, 4 (2): 1–11.
Francoa . C Wilmer, Motivation and segmentation of the demand for coastal and
marine destinations. Tourism Management Perspectives 34 (2020)
Gentile, C., Spiller, N., & Noci, G. 2007. How to Sustain the Customer Experience: An
Overview of Experience Components that Co-create Value with the
Customer. European Management Journal, 25(5), 395–410.
Gurning. Saut. R. Tegar. Dimas. Development of Marine and Coastal Tourism Based
on Blue Economy. Economy International Journal of Marine Engineering
Innovation and Research Vol 2 No 2, Maret 2018.
Ginting, Nurlisa. Pariwisata Berbasis Masyarakat Pasar Buah Berastagi. Prosiding
Temu Ilmiah, IPLBI, 2016.
Ginting, N., Nasution, A. D., & Rahman, N. V. More Attractive More Identified:
Distinctiveness in Embedding Place Identity. Procedia Environmental
Sciences. IOP Conf. Series: Materials Science and Engineering. 2017
Ginting, Nurlisa. Developing tourism facilities based on geotourism in Silalahi Village,
Geopark Toba Caldera. IOP Conf. Series: Earth and Environmental Science
126 (2018).
Ginting, N., & Siregar, N. (2018). Geotrail development to connect the dots in Muara
Caldera Toba, Indonesia. IOP Conference Series: Earth and Environmental
Science, 126, 12169
Hidayati, D. Linda Christanty. 2009. Ekosistem Pesisir dan Laut : Ancaman, Bencana,
dan Pengelolahan, Jakarta : COREMAP-LIPI 2009
Huda, N. 2008. Strategi Kebijakan Pengelolaan Mangrove Berkelanjutandi Wilayah
PesisirKabupaten Tanjung Jabung Timur Jambi. Program Pascasarjana,
UniversitasDiponegoro, Semarang.
Hudson, B.J. Waterfalls. Resources for tourism. Annals of Tourism Research. Vol 25
Issue 4, 1998.
Helmut F. 2006. Perencanaan Ekowisata Dari Teori Ke Aplikasi . Yogyakarta :
PUSBAR UGM & ANDI YOGYAKARTA
179
Hermawan, H. 2016. Dampak Pengembangan DesaWisata Nglanggeran Terhadap
Sosial BudayaMasyarakat Lokal. In Seminar Nasional Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi Komputer Nusa Mandiri Pertama Tahun 2016 (Vol. 1, pp. 426–
435). SNIPTEK Nusa Mandiri.
Imam Supardi. 2003. Lingkungan Hidup dan Kelestariannya. Bandung: PT. Alumni
Imran, A. N. (2012). Identifikasi Kapasitas Komunitas Lokal daalam Pemanfaatan
Potensi Ekowisata Bagi Pengembangan Ekowisata di Kawah Cibuni. Journal of
Regional and City Planning, 23(2), 85-102.
Ketjulan R. 2010. Daya Dukung Perairan Pulau Hari Sebagai Objek Ekowisata Bahari.
Paradigma. 14(2): 195−204.
Kruger, M. Travel Motivation of Tourists to Kruger and Tsitsikamma National Parks:
A Comparative Study. African Journal of Wildlife Research 40(Apr 2010):93-102
Kusuma, W. Sarwika, Penerapa Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Balawista Di
Pantai Kuta, Jurnal Destinasi Vol. 4 No. 1, 2016, ISSN: 2338-8811.
Kusmanto, E., & Setyawan, W. B. (2013). Arus Rip di Perairan Pesisir Pangandaran,
Jawa Barat (Rip Current in Pangandaran Coastal Water, West Java). ILMU
KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences, 18(2), 61-70.
180
Lubis, R. Sri. Studi Tingkat Ketergantungan Masyrakat Masyarakat Terhadap
eksistensi Objek Daerah Tujuan Wisata Di Kecamatn Pantai cermin, Jurnal
Ilmiah Pariwisata, Vol. 8 No.1 Juni 2012- Akademi Pariwsata Medan
Lynch, Kevin. 1981.A Theory Of Good City From, The MIT Press.Cambridge
Marpaung, H. 2002. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung: Alfa Beta
Martínez, R. 2001. Approximation to the study of the almerian tourism sector: Analysis
of the offer and demand in high season. Cuadernos de Turismo, 7, 81-91.
Montgomery, J. (1998). Making a city: urbanity, vitality and urban design. Journal of
Urban Design 3 (1), pp 93-116
Muflih.A., 2015. Kesesuaian dan Daya Dukung Wisata Pesisir Tanjung Pasir dan Pulau
Untung Jawa, Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia (JIPI), Agustus 2015, Vol. 20
(2): 141−149
Nawawi, A. (2013). Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Wisata Pantai Depok
di Desa Kretek Parangtritis. Jurnal Nasional Pariwisata, 103-109.
Nasution, M.N. 2004. Manajemen Jasa Terpadu: Total Service Management. Bogor:
Ghalia Indonesia.
Pendit, Nyoman. S. 2003. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengntar Perdana. Jakarta: Pradnya
Paramitha.
181
Perry, Potter, (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Edisi 4. Jakarta : EGC
Purba, M. Iskandar. Studi Potensi Pariwisata Kawasan Pesisir Di Kabupaten Serdang
Bedagai, Jurnal Ilmiah Pariwisata, Vol 6 no 1 juni 2010- Akamedisi
Pariwisata Medan )
Poernomosidhi ,2005. Penanganan Pasca Bencana; Materi Seminar Sehari: Mitigasi
Bencana Alam dalam Perencanaan Wilayah dan Kota. Bandung.
Rahmawati A. 2009. Studi Pengelolaan Kawasan Pesisir Untuk Kegiatan Wisata Pantai
(Kasus Pantai Teleng Ria Kabupaten Pacitan, Jawa Timur) [Skripsi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor
Sulistyan, R. B., Ariyono, K. Y., & Taufiq, M. (2018). Identifikasi Faktor-Faktor Kritis
Dalam Minat Berkunjung Kembali Ke Wisata Religi. UNEJ eProceeding
182
Suradnya, I Made. 2005. Analisis Faktor-Faktor Daya Tarik Wisata Bali dan
implikasinya Terhadap Perencanaan Pariwisata Daerah Bali, Denpasar:
Jurnal SOCA, Universitas Udayana
183
Violinaa, S. Kualitas Kebersihan Lingkungan SebagaiI Penunjang Daya tarik Wisata
Pantai Sanur Kaja. Jurnal Destinasi Pariwisata. Vol. 4 No. 1, 2016
Wahab, Salah. 2003. Manajemen kepariwisataan. Jakarta: Pradnya Paramitha
Wardhani, K. M. Kawasan Konservasi Mangrove : Suatu Potensi Ekowisata. Jurnal
Kelautan, Vol 4, No 1 April 2011 ISSN : 1907-9931
Wattimena, Roy. A. 2017. Strategi Pengembangan Pesisir Pantai Desa Liang
Sebagai Kawasan Objek Pariwisata. Jurnal Manis Volume 1 No 1, 1 Januari
2017
Wilkes, K.(2016).Whitness,weddings,and tourism in the Caribbean. Paradise for
Sale.New York : Palgrave MacMil
Więckowski, M. ROAD ACCESSIBILITY TO TOURIST DESTINATIONS OF THE
POLISH-SLOVAK BORDERLAND: 2010-2030 PREDICTION AND
PLANNING. Geographia Polonica Volume 87, Issue 1, pp. 5-26. 2014
Yoeti, A. Oka. 1991. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung: Angkasa
Yoeti, A. Oka. 2008. Ekonomi Pariwisata : Introduksi, Informasi, dan Implementasi.
Jakarta: Kompas
Yacob. Rusli. M. Management in Redang Island Marine Parks, Malaysia. International
Business Research. Vol. 4, No. 1; January 2011
Yuliana, F. 2019. Ekowisata Perairan. Ipb Press. Bogor
184
LAMPIRAN I
UJI VALIDITAS
Dari hasil analisis diperoleh nilai skor item dan skor jumlah. nilai yang
diperoleh dari skor item dan skor jumlah dibandingkan dengan r tabel. R
tabel dicari pada signifikan 5% dengan uji 2 sisi dan n =34, maka diperoleh
r tabel sebesar 0.339. jika r hasil analisis kurang dari (<) r tabel, maka
Tabel Rangkuman Uji Validitas Daya Tarik Alam dan Buatan terhadap Wisatawan
No. Butir R Hitung Keterangan Interpretasi
1 0.686 ≥ 0.339 VALID
2 0.419 ≥ 0.339 VALID
3 0.434 ≥ 0.339 VALID
4 0.505 ≥ 0.339 VALID
5 0.863 ≥ 0.339 VALID
6 0.712 ≥ 0.339 VALID
7 0.778 ≥ 0.339 VALID
8 0.440 ≥ 0.339 VALID
9 0.863 ≥ 0.339 VALID
10 0.746 ≥ 0.339 VALID
11 0.745 ≥ 0.339 VALID
12 0.700 ≥ 0.339 VALID
13 0.863 ≥ 0.339 VALID
14 0.751 ≥ 0.339 VALID
15 0.434 ≥ 0.339 VALID
16 0.386 ≥ 0.339 VALID
17 0.434 ≥ 0.339 VALID
18 0.419 ≥ 0.339 VALID
19 0.416 ≥ 0.339 VALID
20 0.434 ≥ 0.339 VALID
21 0.395 ≥ 0.339 VALID
22 0.692 ≥ 0.339 VALID
23 0.788 ≥ 0.339 VALID
24 0.440 ≥ 0.339 VALID
25 0.700 ≥ 0.339 VALID
26 0.863 ≥ 0.339 VALID
27 0.751 ≥ 0.339 VALID
28 0.505 ≥ 0.339 VALID
29 0.434 ≥ 0.339 VALID
30 0.692 ≥ 0.339 VALID
31 0.690 ≥ 0.339 VALID
32 0.671 ≥ 0.339 VALID
33 0.434 ≥ 0.339 VALID
34 0.788 ≥ 0.339 VALID
35 0.411 ≥ 0.339 VALID
36 0.572 ≥ 0.339 VALID
37 0.712 ≥ 0.339 VALID
38 0.362 ≥ 0.339 VALID
39 0.863 ≥ 0.339 VALID
40 0.486 ≥ 0.339 VALID
Tabel Rangkuman Uji Validitas Daya Tarik Alam dan Buatan terhadap Masyarakat
Lokal
Pengantar
Kuisioner ini di sebarkan dengan tujuan untuk mendapatkan informasi dan data penelitian yang
berjudul “Analisa Daya Tarik Ekowisata Pesisir Berbasis Persepsi Masyarakat Di Kabupaten
Pasaman Barat” guna menyelesaikan tesis pada Magister Teknik Arsitektur, bidang
studi Manajemen Pembangunan Kota, Universitas Sumatera Utara, Medan.
1. Identitas Responden :
Nama :
Alamat :
2. Saya Disini Sebagai
1. Penduduk Lokal
2. Wisatawan
A. Jenis Kelamin
1. Pria
2. Wanita
B. Usia Saudar/i
Pengantar
1. < 20 Tahun
2. 21 – 30iniTahun
Kuisioner di sebarkan dengan tujuan untuk mendapatkan informasi dan data penelitian yang
berjudul
3. 31 – 40“Kajian
Tahun Pengembangan Daya Tarik Wisata Pesisir Berbasiskan Ekowisata Di
Kabupaetn Pasaman Barat” guna menyelesaikan tesis pada Magister Teknik Arsitektur , bidang
4. > 40 Tahun
studi Manajemen Pembangunan Kota, Universitas Sumatera Utara, Medan. Terimah Kasih..
C. Pendidikan
1. SD
2. SMP
3. SMA
4. Sarjana
KUISIONER PENILAIAN DAYA TARIK WISATA PESISIR BERBASISKAN
EKOWISATA
Petunjuk berilah tanda (x) pada pilihan jawaban yang anda anggap benar sesuai dengan kondisi
objek wisata.
Objek Wisata : KAWASAN PESISIR PASAMAN BARAT (SASAK & AIR BANGIS)
Keterangan :
No Keterangan
1 SS (Sangat Setuju)
2 S (setuju)
3 N (Netral)
4 TS (Tidak Setuju)
5 TSS (Tidak Setuju Sama Sekali)
No Pertanyaan SS S N TS STS
A. Keindahan Alam
C. Keunikan Alam
A. Aktivitas Wisata
B. Keunikan Masyarakat
D. Fasilitas
TERIMA KASIH
Lampiran III (Wawancara)
TERIMA KASIH