Ebook BB Pelatihan Askot Fasilitator Inf
Ebook BB Pelatihan Askot Fasilitator Inf
Pemetaan Swadaya
PEMETAAN SWADAYA
Pemetaan Swadaya
Kegiatan dalam PS
9 Menggali informasi , kondisi nyata dari
masalah – masalah yang diidentifikasi
bersama
9 Mengkaji, proses analisa kritis terhadap
informasi dan fakta yang sudah didapatkan
9 Merumuskan masalah, masalah yang sudah
didapat dikelompokkan dan dianalisa
hubungan sebab akibatnya.
Saling mengerti
KEMISKINAN
Kajian Kkdan
Jiwa Miskin
(daftar dan
profil)
Menipisnya kepedulian
Meningkatnya keserakahan
Refleksi
Lunturnya nilai nilai kemanusiaan kepemimpinan
LEVEL 4
LEVEL 1
Masalah Perilaku
(akar masalah)
Kajian masalah
sosial, ekonomi
dan lingkungan
Manfaat :
Bagi masyarakat : merupakan proses belajar
dan penyadaran tentang keadaan kehidupan dan
lingkungan yangmereka hadapi, sehingga
diharapkan tumbuh kepedulian terhadap warga
sekitar dan mencari jalan keluar dari keadaan –
keadaan yang dianggap mengganggu ( masalah)
Terima Kasih
Contoh
Peta Wilayah (Peta Dasar)
Contoh
Peta Sebaran Rumah Warga Miskin
Diagram Batang (kepemilikan MCK, akses air bersih, rumah tidak layak huni, dll) :
Contoh
Bagan Masukan dan Keluaran Air
Contoh
Bagan Masukkan dan Keluaran Pengelolaan Sampah
Contoh
Bagan Sistem Pembuangan Air
Contoh
Kalender Musim Kondisi Lingkungan
Dari kondisi ini, pendekatan dikembangkan dengan menempatkan masyarakat sebagai pihak utama
atau subjek pembangunan. Pendekatan ini lebih bersifak memberdayakan masyarakat dimana
pengalaman dan pengetahuan masyarakat tentang keberadaannya yang sangat luas dan berguna
serta kemauan mereka untuk menjadi lebih baik.
Proses ini bertitik tolak untuk memandirikan masyarakat agar dapat meningkatkan taraf hidupnya,
menggunakan dan mengakses sumberdaya sebaik mungkin baik sumberdaya dari luar maupun
sumber daya yang ada di wilayahnya sendiri.
Perencanaan partisipatif adalah suatu proses untuk menghasilkan rencana yang dilakukan oleh
semua pihak yang terkait dengan bidang yang direncanakan secara bersama – sama (partisipatif)
dan terbuka yang dimulai dari penjajagan kebutuhan / permasalahan dan potensi sampai dengan
penentuan dan perumusan tujuan kegiatan.
x Pengumpulan informasi yang biasanya disebut sebagai analisis situasi, identifikasi kebutuhan dan
Proses perencanaan partisipatif dilakukan melalui beberapa tahap, diantaranya :
x Perumusan tujuan – tujuan program yang ingin dicapai : jangka panjang, jangka menengah dan
x Penyusunan rencana program, yang terdiri dari target yang ingin dicapai, kapan, dengan cara
jangka pendek.
x Penyusunan rencana aksi / kegiatan jangka pendek yang merupakan rincian kegiatan, yang
apa, siapa yang bertanggung jawab, sumber daya yang dibutuhkan.
Dalam tahapan siklus PNPM Mandiri Perkotaan, refleksi kemiskinan dan pemetaan swadaya
merupakan bagian dari perencanaan partisipatif, dimana di dalam kegiatan tersebut diidentifikasi
penyebab, masalah, potensi serta dilakukan analisa masalah melalui pembuatan pohon masalah. Di
lanjutkan dengan penyusunan PJM Pronangkis yang merupakan rencana tindak lanjut dari
pemecahan permasalahan kemiskinan yang terjadi.
Dalam perencanaan partisipatif sangat penting bahwa masyarakat terlibat dalam proses baik secara
langsung maupun secara tidak langsung diajak diskusi mulai awal. Karena kalau tidak terlibat dalam
proses dan mereka masyarakat tinggal beres, hal ini dapat menyebabkan kurangnya rasa
tanggungjawab terhadap kegiatan dan tidak menutup kemungkinan bahwa pelaksanaan kegiatan
tidak sesuai dengan harapan atau kebutuhan masyarakat.
Dalam membuat suatu perencanaan program tentunya harus dirumuskan terlebih dahulu kondisi
ideal yang diharapkan, hal ini disebut membangun “Visi”. Pengertian visi adalah gambaran masa
depan yang ideal dan menjadi dasar dalam proses perencanaan, karena itu visi merupakan kondisi
ideal yang ingin dicapai atau direalisasikan pada akhir periode perencanaan.
Visi sangat penting peranannya karena merupakan arah yang ingin dicapai. Sehingga harus
dirumuskan langkah atau upaya – upaya yang akan dilakukan agar visi tercapai. Hal ini disebut
“misi”.
Slide 1
Slide 2
Slide 3
Slide 4
Slide 5
Slide 6
Slide 7
Slide 8
Slide 9
Slide 1
Slide 2
Slide 3
Slide 4
Slide 5
Slide 6
Slide 7
Slide 8
Slide 9
Slide 10
Slide 11
Slide 12
Slide 13
Slide 14
Slide 15
Slide 16
Slide 17
Slide 18
Slide 19
Slide 20
Slide 21
Slide 1
Slide 2
Slide 3
Slide 4
Slide 5
Slide 6
Manajemen Konstruksi
1. PENDAHULUAN
Proyek konstruksi berkembang semakin besar dan rumit dewasa ini baik dari segi fisik maupun
biaya. Pada prakteknya suatu proyek mempunyai keterbatasan akan sumber daya, baik berupa
manusia, material, biaya ataupun alat. Hal ini membutuhkan suatu manajemen proyek mulai dari
fase awal proyek hingga fase penyelesaian proyek. Dengan meningkatnya tingkat kompleksitas
proyek dan semakin langkanya sumberdaya maka dibutuhkan juga peningkatan sistem pengelolaan
proyek yang baik dan terintegrasi.
Perencanaan dan Pengendalian Biaya dan Waktu merupakan bagian dari manajemen proyek
konstruksi secara keseluruhan. Selain penilaian dari segi kualitas, prestasi suatu proyek dapat pula
dinilai dari segi biaya dan waktu. Biaya yang telah dikeluarkan dan waktu yang digunakan dalam
menyelesaikan suatu pekerjaan harus diukur secara kontinyu penyimpangannya terhadap rencana.
Adanya penyimpangan biaya dan waktu yang signifikan mengindikasikan pengelolaan proyek yang
buruk. Dengan adanya indikator prestasi proyek dari segi biaya dan waktu ini memungkinkan
tindakan pencegahan agar pelaksanaan proyek berjalan sesuai dengan rencana.
Konsep “earned value” merupakan salah satu alat yang digunakan dalam pengelolaan proyek yang
mengintegrasikan biaya dan waktu. Konsep earned value menyajikan tiga dimensi yaitu
penyelesaian fisik dari proyek (the percent complete) yang mencerminkan rencana penyerapan
biaya (budgeted cost), biaya aktual yang sudah dikeluarkan atau yang disebut dengan actual cost
serta apa yang yang didapatkan dari biaya yang sudah dikeluarkan atau yang disebut earned value.
Dari ketiga dimensi tersebut, dengan konsep earned value, dapat dihubungkan antara kinerja biaya
dengan waktu yang berasal dari perhitungan varian dari biaya dan waktu (Flemming dan
Koppelman, 1994). Berdasarkan kinerja biaya dan waktu ini, seorang manajer proyek dapat
mengidentifikasi kinerja keseluruhan proyek maupun paket-paket pekerjaan di dalamnya dan
kemudian memprediksi kinerja biaya dan waktu penyelesaian proyek. Hasil dari evaluasi kinerja
proyek tersebut dapat digunakan sebagai early warning jika terdapat inefisiensi kinerja dalam
penyelesaian proyek sehingga dapat dilakukan kebijakan-kebijakan manajemen dan perubahan
metode pelaksanaan agar pembengkakan biaya dan keterlambatan penyelesaian proyek dapat
dicegah.
2. MANAJEMEN WAKTU
Manajemen waktu pada suatu proyek (Project Time Management) memasukkan semua proses yang
dibutuhkan dalam upaya untuk memastikan waktu penyelesaian proyek,terdapat lima proses utama
dalam manajemen waktu proyek, yaitu:
• Pendefinisian Aktivitas. Merupakan proses identifikasi semua aktivitas spesifik yang harus
dilakukan dalam rangka mencapai seluruh tujuan dan sasaran proyek (project deliveriables).
Dalam proses ini dihasilkan pengelompokkan semua aktivitas yang menjadi ruang lingkup proyek
dari level tertinggi hingga level yang terkecil atau disebut Work Breakdown Structure (WBS).
• Urutan Aktivitas. Proses pengurutan aktivitas melibatkan identifikasi dan dokumentasi dari
hubungan logis yang interaktif. Masing-masing aktivitas harus diurutkan secara akurat untuk
mendukung pengembangan jadwal sehingga diperoleh jadwal yang realisitis. Dalam proses ini
dapat digunakan alat bantu komputer untuk mempermudah pelaksanaan atau dilakukan secara
manual. Teknik secara manual masih efektif untuk proyek yang berskala kecil atau di awal tahap
proyek yang berskala besar, yaitu bila tidak diperlukan pendetailan yang rinci.
• Estimasi Durasi Aktivitas. Estimasi durasi aktivitas adalah proses pengambilan informasi yang
berkaitan dengan lingkup proyek dan sumber daya yang diperlukan yang kemudian dilanjutkan
dengan perhitungan estimasi durasi atas semua aktivitas yang dibutuhkan dalam proyek yang
digunakan sebagai input dalam pengembangan jadwal. Tingkat akurasi estimasi durasi sangat
tergantung dari banyaknya informasi yang tersedia.
• Pengembangan Jadwal. Pengembangan jadwal berarti menentukan kapan suatu aktivitas dalam
proyek akan dimulai dan kapan harus selesai. Pembuatan jadwal proyek merupakan proses iterasi
dari proses input yang melibatkan estimasi durasi dan biaya hingga penentuan jadwal proyek.
• Pengendalian Jadwal. Pengendalian jadwal merupakan proses untuk memastikan apakah kinerja
yang dilakukan sudah sesuai dengan alokasi waktu yang sudah direncanakan. Hal yang perlu
diperhatikan dalam pengendalian jadwal adalah:
a.Pengaruh dari faktor-faktor yang menyebabkan perubahan jadwal dan memastikan perubahan
yang terjadi disetujui.
b. Menentukan perubahan dari jadwal.
c. Melakukan tindakan bila pelaksanaan proyek berbeda dari perencanaan awal proyek.
3. MANAJEMEN BIAYA
Manajemen biaya proyek (project cost management) melibatkan semua proses yang diperlukan
dalam pengelolaan proyek untuk memastikan penyelesaian proyek sesuai dengan anggaran biaya
yang telah disetujui. Hal utama yang sangat diperhatikan dalam manajemen biaya proyek adalah
biaya dari sumber daya yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek, sebagai berikut:
• Perencanaan Sumber Daya. Perencanaan sumber daya merupakan proses untuk menentukan
sumber daya dalam bentuk fisik (manusia, peralatan, material) dan jumlahnya yang diperlukan
untuk melaksanakan aktivitas proyek. Proses ini sangat berkaitan erat dengan proses estimasi
biaya.
• Estimasi Biaya. Estimasi biaya adalah proses untuk memperkirakan biaya dari sumber daya yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek. Bila proyek dilaksanakan melalui sebuah kontrak, perlu
dibedakan antara perkiraan biaya dengan nilai kontrak. Estimasi biaya melibatkan perhitungan
kuantitatif dari biaya-biaya yang muncul untuk menyelesaikan proyek. Sedangkan nilai kontrak
merupakan keputusan dari segi bisnis di mana perkiraan biaya yang didapat dari proses estimasi
merupakan salah satu pertimbangan dari keputusan yang diambil.
• Penganggaran Biaya. Penganggaran biaya adalah proses membuat alokasi biaya untuk masing-
masing aktivitas dari keseluruhan biaya yang muncul pada proses estimasi. Dari proses ini
didapatkan cost baseline yang digunakan untuk menilai kinerja proyek.
• Pengendalian Biaya. Pengendalian biaya dilakukan untuk mendeteksi apakah biaya aktual
pelaksanaan proyek menyimpang dari rencana atau tidak. Semua penyebab penyimpangan biaya
harus terdokumentasi dengan baik sehingga langkah-langkah perbaikan dapat dilakukan.
• Pengelolaan biaya tidak langsung (indirect cost). Biaya tidak langsung perlu dikelompokkan
tersendiri/terpisah dari biaya langsung proyek. Terkadang biaya tidak langsung mempunyai
porsi yang lebih besar dari biaya keseluruhan proyek. Oleh karena itu biaya tidak langsung
proyek perlu diperhatikan dan ditangani secara baik.
• Secara periodik, mengestimasi biaya penyelesaian proyek. Salah satu manfaat dari konsep
earned value adalah mampu memprediksi biaya penyelesaian proyek (EAC). Dengan dasar
kinerja aktual proyek (SPI dan CPI), dapat diprediksi secara akurat berapa lagi dana yang
dibutuhkan untuk menyelesaikannya.
• Pelaporan status proyek. Batasan varian yang sudah ditentukan manajemen menjadi acuan kapan
manajemen akan bertindak. Bila kinerja proyek berada diluar batasan yang telah ditetapkan, hal
tersebut merupakan sinyal peringatan bagi pihak manajemen untuk bertindak. Penerapan
earned value dalam menajemen proyek merupakan salah satu contoh penerapan management
by exception. Management by exception adalah tipe sistem manajemen yang baru melakukan
tindakan ketika ada penyimpangan.
• Menyusun historical database. Pembentukan historical database memungkinkan perbaikan
proyek yang akan dikerjakan menjadi lebih baik. Historical database digunakan sebagai acuan
dalam pengelolaan proyek di masa yang akan datang.
Perencanaan Teknis
x Peserta memahami langkah-langkah dan mekanisme Verifikasi Kelayakan Proposal
I. TAHAP PERENCANAAN
Perencanaan teknis infrastruktur secara sederhana merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan
untuk menyusun rencana opersional/pelaksanaan pembangunan infrastruktur atau dalam
Implementasi Program P2KP adalah proses Penyusunan Usulan Proposal Kegiatan infrastruktur yang
dilakukan oleh Pelaksana Kegiatan (Masyarakat) sebelum melaksanakan tahapan pembangunan
fisik/konstruksi.
1. MENENTUKAN TUJUAN/SASARAN
Tujuan Proyek Pembangunan Infrastruktur : terwujudnya infrastruktur yang diinginkan sesuai
dengan ketentuan, standar mutu teknis bangunan dalam kurun waktu dan biaya yang telah
ditetapkan (secara efektif dan efisien).
Sasaran perencanaan teknis pelaksanaan kegiatan infrastruktur P2KP adalah tersedianya
rencana teknis pelaksanaan pembangunan infrastruktur (dokumen proposal) yang dapat
menjamin terwujudnya infrastruktur yang diinginkan sesuai dengan ketentuan, kriteria/ standar
teknis bangunan (mutu yang dipersyaratkan) secara efektif dan efisien serta dapat bermanfaat
secara berkelanjutan.
d) Tersedianya rencana teknis pengamanan dampak lingkungan dan sosial sesuai ketentuan
pembangunan yang berlaku;
e) Tersedianya rencana biaya pembangunan yang efisien (termasuk tidak menimbulkan biaya
tinggi atau sesuai dengan kebutuhan kegiatan dilapangan);
f) Tersedianya rencana waktu pelaksanaan pembangunan yang efektif (dapat dicapai,
termasuk tidak melampaui batas yang ditentukan oleh program);
g) Tersedianya rencana pengadaan yang sesuai dengan metode pengadaan yang telah
ditetapkan program.
h) Adanya Komitmen warga penerima manfaat untuk pemeliharaan bersama;
i) Progres kegiatan perencanaan teknis telah mencapai 100% (selesai);
j) Waktu pelaksanaan tidak melampaui batas waktu yang telah ditetapkan program;
x Penyediaan lahan;
kegiatan:
x Survey & Investigasi (Teknis Infrastruktur, Swadaya Masyarakat, Harga Satuan Dasar (Upah,
Gambar 2 : DIAGRAM ALIR TAHAP PERSIAPAN DAN PERENCANAAN TEKNIS (PENYUSUNAN DED dan PROPOSAL) KEGIATAN PLPBK
PENILAIAN KELAYAKAN
PERSIAPAN PELAKSANAAN PERENCANAAN TEKNIS / PENYUSUNAN DED dan PROPOSAL & PENETAPAN PROYEK
DOKUMEN Pembentukan
RPLP-TPLP Tim penyusun
DED
Survey
Teknis Pihak
Prasarana
(Photo 0%) Ketiga Pembentukan Panitia Pengadaan, Pengumuman,
COACHING / Rembug
Pendaftaran, Undangan, Penjelasan Kantor/Lapangan
KONSOLIDASI Penyusunan Pengadaan
TIM PENYUSUN DED
DED
PENETAPAN
Peta Lokasi/ PROYEK
Kepastian
legalitas Site Plan,
lahan
Masyarakat
Gambar Teknis,
Swakelola
Survey
Menyusun
Harga Satuan Perkiraan Penilaian Kelayakan
Upah/Bahan/ Proposal
Waktu & Biaya
Alat Pekerjaan
L K M / UPL
KSM PEMBENTUKAN
ORGANISASI
PELAKSANA
Swadaya Rembug
Rencana
Pengadaan
Organisasi
Lapangan
Pernyataan
Kesiapan
O&P
Penyusunan
Dok. Proposal
& Penyampaian ke BKM/TPP
Secara garis besar langkah kegiatan diuraikan garis besarnya sebagai berikut :
1) Penyiapan Lahan/Tanah Lokasi Pembangunan Infrastruktur;
Untuk mewujudkan bangunan infrastruktur, diperlukan ketersediaan lahan/tanah (termasuk
bangunan/tanaman produktif/aset berharga lainnya yang terkena) sebagai lokasi
pembangunannya. Dimana lahan tersebut memiliki sifat yang terbatas dan keberadaannya
dilindungi oleh hukum.
Ukuran dan standar keluaran kegiatan, adalah : Luas lahan bangunan; Jumlah
kontribusi penyediaan lahan; Jumlah pemilik/warga yang terkena dampak
pembangunan; Jumlah pemilik/warga terkena dampak yang terlibat; Jumlah
pemilik/warga terkena dampak yang puas atas terselesaikannya persyaratan-
persyaratan atau tuntutan yang diinginkan; Jumlah dan kelengkapan bukti-bukti
administratif hasil proses musyawarah.
Beberapa prinsip dalam proses penyediaan lahan adalah :
Menghindarkan atau meminimalkan adanya dampak sosial bagi masyarakat;
Transparan, Partisipatif dan Akuntabel
3 pola penyediaan lahan yang umumnya terjadi dalam kegiatan pembangunan
infrastruktur P2KP, yaitu :
a. Penyediaan lahan melalui kontribusi lahan oleh warga penerima manfaat
langsung;
b. Penyediaan lahan melalui mekanisme kompensasi (ganti rugi tunai);
Pernyataan
Apakah
Kesepakatan Buat Surat : Hibah
Pembebasan Lahan Ya 1. Pernyataan HIBAH dari Surat
: Pemilik; Pemisahan Hak
“HIBAH” 2.Surat Pelepasan Hak Milik; Milik (PPAT)
? 3. Permhnan Pemisahan Hak
Tidak
Apakah
Kesepakatan Buat Surat Kesepakatan Pernyataan Ijin
Pembebasan Ya “ Ijin Pakai atau Ijin Dilalui” Pakai/Ijin
Lahan : (dengan Pemilik Lahan)
Ijin Pakai/ Dilalui”
?
Tidak
Surat Pernyataan
Apakah Buat Surat Kesepakatan Gantirugi
Tidak Kesepakatan Ya “Ganti Rugi”
Pembebasan ( dengan Pemilik Lahan)
Lahan :
“Gantirugi” Kuitansi
? Membuat Surat : Surat
1. Bukti Pelunasan Gantirugi. Pemisahan Hak
2. Surat Pelepasan Hak Milik; Milik (PPAT)
3. Permhnan Pemisahan Hak
Hasil Survey & Investigasi Swadaya masyarakat yang telah dilaksanakan sebelumnya,
selanjutnya harus disepakati bersama oleh warga pemanfaat melalui Forum Rembug atau
Musyawarah warga. Forum ini dilakukan oleh pihak pelaksana pekerjaan bersama-sama dengan
seluruh warga selaku penerima manfaat kegiatan.
Seperti halnya swadaya masyarakat, Hasil Survey Harga Satuan Upah/Bahan/Alat yang telah
dilaksanakan sebelumnya, harus disepakati bersama oleh warga pemanfaat melalui Forum
Rembug atau Musyawarah warga. Forum ini dilakukan oleh pihak pelaksana pekerjaan
bersama-sama dengan seluruh warga selaku penerima manfaat kegiatan.
Ukuran dan standar keluarannya adalah Kesepakatan swadaya harga upah/bahan/alat dibuat
dalam Berita Acara dan Daftar Hadir Peserta dibuat;
c) Mengetahui berapa banyak volume setiap jenis kegiatan yang harus dibuat;
d) Sebagai pedoman untuk memantau perkembangan pelaksanaan kegiatan pada saat
pelaksanaan pembangunan prasarana;
Sasaran Kegiatan adalah Diketahuinya jangka waktu pelaksanaan proyek/keseluruhan
pekerjaan yang paling realistis dan tidak melampaui batasan yang telah ditetapkan oleh
program.
Pengadaan yang dimaksudkan disini adalah Pengadaan Barang (Pembelian bahan bangunan
atau Sewa Peralatan Konstruksi) atau penyediaan Jasa Pelaksana Pekerjaan Konstruksi untuk
memenuhi kebutuhan dalam rangka pelaksanaan pembangunan sarana/prasarana.
Sasaran/keluaran yang diharapkan adalah adanya rencana pengadaan yang dimiliki oleh setiap
pelaksana kegiatan sejak awal yang sekaligus nantinya untuk menjadi pedoman dalam
pelaksanaan pengadaan kegiatan.
Adapun ukuran dan standar keluarannya adalah :
a) Nilai setiap pengadaan yang direncanakan sesuai dengan metode pengadaan
yang ditetapkan dalam pedoman teknis PNPM-MP;
b) Adanya Rencana Pengadaan kegiatan yang sesuai formulir yang rencana
pengadaan yang ditentukan program;
Penekanan utama dalam penyusunan rencana pengadaan ini lebih difokuskan kepada
tercapainya prinsip transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan pengadaan sesuai dengan
metode pengadaan yang diterapkan dalam PNPM-MP.
Pengorganisasian diartikan sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan cara bagaimana
mengatur dan mengalokasikan kegiatan serta sumberdaya kepada para anggota kelompok
(organisasi) secara tepat agar dicapai adanya ketertiban, kelancaran dan efisiensi dalam
pelaksanaan kegiatan.
Pengorganisasian juga adalah berkaitan dengan Yang Akan Melaksanakan Seluruh Rencana
yang telah dibuat sebelumnya. Dalam hal ini maka diperlukan struktur organisasi yang
memberikan pengaturan peran masing-masing anggota. Peran ini kemudian dijabarkan menjadi
pembagian tugas dan tanggungjawab.
Adapun langkah-langkah pengorganisasian, meliputi :
1. Menyusun Struktur Organisasi
Mengelompokan kegiatan yang akan dilaksanakan pada dasarnya adalah
pengelompokan/klasifikasi kegiatan-kegiatan kedalam unit atau bagian pekerjaan yang
memiliki kesamaan fungsi. Kemudian mengkoordinasikan bermacam-macam
kegiatan/unit kerja tersebut, agar semua orang/unit kerja bekerja secara benar, terarah
dan mengindari adanya tumpang tindih pelaksanaan tugas yang dilakukan antara satu
orang/unit kerja dengan yang lainnya.
2. Menentukan tugas/pekerjaan dan tanggungjawab yang akan dilakukan oleh setiap
orang/unit kerja Organisasi;
Berdasarkan pengelompokan kegiatan/unit kerja dalam struktur organisasi maka disusun
tugas-tugas atau pekerjaan yang akan dilakukan oleh setiap orang/unit kerja dalam
organisasi tersebut. Hal penting yang harus diperhatikan disini adalah agar tidak ada
tugas/kegiatan yang sama, dilakukan oleh lebih dari satu unit kerja sehingga tidak terjadi
tumpang tindih pekerjaan/tugas dan pemahaman bahwa tugas atau pekerjaan yang
dilakukan oleh tiap orang/unit kerja ini adalah merupakan tugas bersama/organisasi.
Struktur unit kerja dapat mencakup : Ketua; Sekretaris; Bendahara/Keuangan; Bagian
Pengadaan/Logistik; Pelaksana Lapangan; Pengendalian Kualitas/Kuantitas; Ketua Regu
Kerja/Mandor.
3. Menyusun Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Perencanaan Teknis
Berdasarkan jenis kegiatan dan urut-urutan pelaksanaan kegiatan perencanaan
sebagaimana diuraikan pada lingkup kegiatan perencanaan teknis diatas (juga dapat
menggunakan referensi Diagram Alir Kegiatan Perencanaan Teknis) maka dapat disusun
Rencana Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Perencanaan Teknis.
Penting bagi Fasilitator : Menjadi perhatian atas waktu pelaksanaan, mengingat waktu
pelaksanaan program dan kemampuan masyarakat yang terbatas sehingga beberapa
upaya fasilitasi percepatan/antisipasi dalam perencanaan teknis adalah : Penyediaan
Gambar-gambar Prototype/Typikal dengan Penyediaan List/Daftar Kegiatan untuk tiap
jenis sub-proyek (perhatian mungkin daftar ini belum termasuk galian, timbunan,
bangunan pelengkapnya sesuai kondisi lapangan), Volume tiap jenis pekerjaan, Volume
Kebutuhan Tiap jenis pekerjaan/keseluruhan sub proyek, formulir-formulir perencanaan
yang diperlukan.
Sebagai dasar untuk dapat mengendalikan setiap kegiatan tersebut maka dapat mengacu pada
Mekanisme Kegiatan Perencanaan Teknis, Ukuran & standar sasaran yang telah ditetapkan pada
setiap kegiatan tersebut (merupakan persyaratan kualitasnya), Jadwal Pelaksanaan Perencanaan
Teknis dan Struktur Organisasi Pelaksanaan Perencanaan Teknis yang telah disepakati sebelumnya.
Seperti telah diuraikan pada rencana pengendalian diatas, Pengendalian/Pengawasan pelaksanaan
perencanaan teknis pembangunan prasarana pada prinsipnya dilakukan terhadap semua aspek
kegiatan, namun demikian dengan menetapkan prioritas pengawasan, maka dapat difokuskan pada
3 (tiga) aspek-aspek pengawasan pelaksanaan, seperti diuraikan pada tabel Aspek pengendalian
berikut.
Tabel Aspek Pengendalian Mutu Pelaksanaan Infrastruktur
Kegiatan Tahap Perencanaan Teknis (Penyusunan Proposal Pelaksanaan)
Untuk mewujudkan hasil pembangunan sarana & prasarana yang berkualitas, berfungsi baik dan
dapat bermanfaat bagi masyarakat secara berkesinambungan maka prosesnya tidak hanya
dilakukan pada saat pelaksanaan konstruksi dan pemeliharaan saja, tetapi harus dimulai sejak awal
persiapan dan perencanaan teknisnya.
Salah satu upaya yang didesain secara terprogram untuk memastikan bahwa proses dan hasil
perencanaan teknis kegiatan yang dilakukan oleh pihak pelaksana pekerjaan benar-benar telah
memenuhi ketentuan-ketentuan yang dipersyaratakan maka dokumen Proposal sebagai hasil
perencanaan teknis kegiatan harus diverifikasi kelayakannya.
Verifikasi kelayakan usulan kegiatan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memeriksa dan
menilai kebenaran/kelayakan dari dokumen proposal usulan kegiatan yang telah dibuat oleh
pelaksana pekerjaan.
Penanggungjawab pelaksanaan kegiatan adalah Pokja sedangkan Pendekatan pelaksanaannya
adalah dilakukan secara bersama-sama oleh TPP dan Tim Konsultan.
2) Materi Verifikasi
Materi Verifikasi Proposal Usulan Pelaksanaan Kegiatan infrastruktur disajikan dalam Format
Verifikasi yang berisi pertanyaan-pertanyaan atau informasi yang perlu diperiksa, mencakup
3) Mekanisme Pelaksanaan
Mekanisme pelaksanaan kegiatan verifikasi adalah sebagaimana ditunjukan pada Gambar
Diagram. Mekanisme Pelaksanaan Verifikasi. Diagram tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut :
Secara garis besar beberapa aspek yang diverifikasi adalah sebagai berikut:
belah-pihak dan para saksi yang terkait. Seluruh proses pengadaan dan hasil
kesepakatan panitia pengadaan tersebut wajib didokumentasikan sebagai
bagian dari tertib adiministrasi
1. Untuk sub-proyek yang berskala semi publik, maka calon pemanfaat dapat
mengorganisasi diri dalam KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat) dan bertindak
sebagai pelaksana kegiatan. Untuk sub-proyek yang berskala publik, maka BKM/LKM
dapat membentuk satu atau lebih Panitia selaku pelaksana kegiatan yang dalam
lingkup kerjanya akan dikoordinasikan oleh unit pengelola.
2. Untuk mendorong peningkatan partisipasi masyarakat, kualitas infrastruktur,
efisiensi biaya dan ketepatan waktu dalam pelaksanaan pembangunan infrastruktur
maka masyarakat (KSM/Panitia) diperkenankan melakukan kerjasama dengan pihak
ketiga yang lebih mampu menyediakan bahan/alat, tenaga ahli/terampil dan jasa
pelaksana konstruksi;
3. Penyedia Barang/Jasa/pihak ketiga yang dapat bekerjasama dengan masyarakat
dalam pengadaan ini meliputi :
Penyedia Barang (Bahan/Alat) yaitu : a). Toko/Pemasok Bahan Bangunan atau
b). Pemasok/Penyewa Alat Besar/Berat;
Penyedia Jasa Pelaksana Konstruksi : a). Kelompok Tenaga Kerja Masyarakat
(Borongan Upah) atau b). Kontraktor/penyedia jasa pelaksana konstruksi yang
mempunyai keahlian/pengalaman dan lebih mampu melaksanakan pekerjaan.
Tenaga Ahli, Orang/perorangan yang mempunyai keahlian/pengalaman dan
lebih mampu melaksanakan tugas/pekerjaan yang dibutuhkan;
4. KSM/Panitia dalam melakukan proses pengadaan harus berpedoman pada tata cara
pengadaan yang telah ditetapkan dalam proyek ini.
5. Pelaksanaan pengadaan bahan/alat/jasa konstruksi/jasa tenaga ahli/terampil harus
dilakukan sendiri oleh KSM/Panitia melalui Tim Pengadaan pada
toko/penyedia/individu yang menyediakan hal yang dibutuhkan tersebut. Tidak
boleh menggunakan pihak ketiga (orang atau badan yang bukan toko / penyedia /
individu) sebagai calo pemasok bahan/alat/tenaga yang dibutuhkan.
6. Setiap langkah pengadaan diumumkan secara tertulis bagi seluruh warga
kelurahan/desa di tingkat RW/dusun maupun kelurahan/desa, termasuk daftar
kebutuhan barang / jasa, jadwal penawaran & pengadaan, daftar calon pemasok,
tawaran yang masuk, serta keputusan pemilihan pemasok oleh Tim Pengadaan.
7. Pedoman harga satuan bagi KSM/Panitia dalam pelaksanaan pengadaan adalah
harga satuan terendah hasil survei dari sekurang-kurangnya 3 toko / penyedia /
individu setempat atau yang terdekat.
2. Secara Langsung, Barang (Bahan/ Nilai Pengadaan sampai dengan Rp. 50 Juta Toko/Pemasok/ Nilai Biaya Pengadaan
Pengadaan Barang Alat) Masyarakat Bahan/Alat perjenisnya
/Jasa Pelaksana pada saat dilakukan
Pekerjaan Konstruksi pengadaan;
yang dilaksanakan
sendiri secara Borongan Upah 1. Nilai Pengadaan s/d Rp. 50 Juta; Kelompok Bahan untuk Pekerjaan
langsung oleh pekerjaan 2. Pekerjaan yang hanya menggunakan tenaga kerja Tenaga Kerja tetap disediakan langsung
Masyarakat (seperti & alat kerja sederhana, tidak memerlukan tenaga Masy. oleh Masyarakat, dan
KSM/ Pakem/ TPP); ahli/terampil. Dan pekerjaan tidak membahayakan tenaga kerja yang bekerja
Pelaksana
keselamatan umum & harta benda (Teknologi disediakan oleh Kelompok
Pekerjaan
Sederhana dan Resiko Kecil), Atau Tenaga Kerja (cara
(Pengadaan Konstruksi
borongan Upah Kerja). Dan
Bahan/Alat 3. Pekerjaan menggunakan sedikit peralatan dari
untuk peralatan kerja
dilaksanakan berat/besar & memerlukan sedikit tenaga Masyarakat
sederhana disediakan oleh
minimum oleh 2 terampil/ahli yang dapat disediakan sendiri. Dan (KSM/
kelompok tenaga kerja
Orang dengan pekerjaan dapat membahayakan keselamatan Pakem/ TPP)
sendiri;
menggunakan umum, harta benda dan jiwa manusia (Teknologi
perbandingan harga Madya dan Resiko Sedang)
minimum pada 3 4. Adanya Pertimbangan bahwa pilihan metode ini
(tiga) pemasok/ menguntungkan bagi Masyarakat, yaitu dapat
penyedia jasa mendorong : peningkatan partisipasi masyarakat,
pengadaan; penghematan biaya, peningkatan kualitas
konstruksi, ketepatan waktu penyelesaiaan
pekerjaan;
3. Terbatas, Pengadaan Barang Nilai Pengadaan diatas Rp. 50 Juta Toko/Pemasok/ Nilai Biaya Pengadaan
Barang/Jasa (Bahan/Alat) Tim Masyarakat Bahan/Alat dilihat
Pelaksana Pekerjaan Pengadaan perjenisnya pada saat
Konstruksi yang dilakukan pengadaan;
1. Swadaya Masyarakat
Masyarakat dapat juga mengkontribusikan tenaga, dana, barang, administrasi,
konsumsi dan tanah dalam pelaksanaan suatu pembangunan sub-
proyek/proyek di dalam kelurahan/desa yang bersangkutan. Meskipun
merupakan kontribusi keswadayaan masyarakat, perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
Tenaga kerja, semua warga dapat saja bergotong royong
mengkontribusikan tenaga kerja masing-masing, tetapi bila dibutuhkan
tenaga ahli/terampil dapat dilakukan pengadaan sesuai pedoman ini.
Dana, untuk kontribusi dana harus dicatat secara baik dan benar oleh
Tim Pengadaan KSM/Panitia.
Barang, untuk kontribusi barang/bahan bangunan harus memenuhi
kualitas yang baik sesuai dengan standar teknis yang disyaratkan
sehingga tidak menurunkan mutu bangunan atau malah membahayakan
masyarakat dan lingkungan.
Tanah (lahan) harus dicatat dan dipastikan ada surat serah terima hak
guna/pakai atau hibah dari pemilik ke Lurah/Kades;
Administrasi dan Konsumsi harus dicatat secara baik dan benar oleh Tim
Pengadaan KSM/Panitia.
Berdasarkan hasil kesepakatan Swadaya Masyarakat pada tahap perencanaan
sebelumnya maka pelaksanaan pengadaannya pada tahap pelaksanaan
konstruksi adalah :
a. Tentukan jenis-jenis, volume dan nama-nama yang akan memberikan
swadaya berupa : dana tunai, bahan, alat, administrasi, konsumsi
sebagaimana hasil kesepakatan swadaya awal;
b. Sampaikan kepada setiap warga yang akan berswadaya, waktu
penyerahan swadaya kepada pihak pelaksana pekerjaan. Waktu
penyerahan swadaya ini agar disesuaikan dengan kebutuhan pekerjaan
dilapangan dan diusahakan lebih awal terealisasi. Penyerahan swadaya
tersebut sebaiknya dilakukan langsung oleh yang bersangkutan tetapi
dapat juga diwakilkan.
c. Swadaya yang diterima oleh pelaksana pekerjaan (KSM/Panitia) harus
diperiksa kesesuaian jumlah dan kualitasnya, kemudian dicatat pada
Nota Penerimaan atau buku administrasi Bahan/Alat Swadaya dan
mengarsipkannya dengan baik sebagai bahan pertanggungjawab kepada
masyarakat. Selanjutnya bahan/alat tersebut dapat langsung
dipergunakan dilapangan atau disimpan sementara digudang dengan
aman dan baik.
4 Pendaftaran Peserta & pada hari Selambat-lambatnya 3 3 hr Tim Pengadaan Daftar Peserta & Tanda Terima Dokumen
Pengambilan Dokumen dikeluarkan-nya hr sejak pengumman Pengadaan
pengu-muman.
5 Undangan/Penyampaian Sejak hari Selambat-lambatnya 1 3 hr Tim Pengadaan Undangan diterima Pemasok
Undangan kepada Calon Peserta pertama hari setelah
untuk mengikuti Penjelasan pendaftaran berakhirnya
Kantor pengambilan dokumen
6 Penjelasan Kantor (diikuti 1 hari setelah - 1 hr Tim Pengadaan Daftar Hadir Peserta Pemasok dan BA
Penjelasan Lapangan bila berakhirnya Penjelasan (masing-masing untuk kantor &
diperlukan) pendaftaran Lapangan)
Penjelasan Tatacara Pemasukan, Pembukaan Penawaran, Penilaian/Evaluasi Penawaran & Penetapan Pemenang :
1. Peserta Pemasok menyampaikan penawaran dalam satu sampul tertutup kepada Tim Pengadaan, selanjutnya peserta mengisi daftar hadir;
2. Setelah waktu/Jam yang ditentukan (sesuai jadwal pemasukan pada dokumen pengadaan) untuk pemasukan selesai, Tim Pengadaan menyampaikan kepada
peserta bahwa waktu pemasukan penawaran telah selesai/ditutup;
3. Tim Pengadaan meminta 2 orang dari wakil peserta pemasok yang berbeda untuk menjadi saksi pembukaan penawaran;
4. Tim membuka satu-persatu penawaran yang di terima dihadapan seluruh peserta/undangan yang hadir, lalu membacakan kelengkapan dokumen penawaran
yang disampaikan (besarnya nilai penawaran, Surat Pernyataan Kesanggupan Pengadaan dan Surat Pernyataan Kebenaran Usaha);
5. Segera setelah poin 2 selesai, Tim secara langsung melakukan pengecekan kebenaran hasil perkalian/penjumlahan nilai biaya penawaran seperti yang tertera
pada Rincian harga penawaran yang diajukan pemasok (koreksi aritmetika), lalu menyampaikan kebenaran atau kesalahan yang terjadi apabila ditemukan.
6. Apabila ditemukan perbedaan antara Nilai Penawaran yang ditulis dalam Angka dan Huruf maka Nilai yang dipakai harus yang tertera sesuai tulisan huruf.
7. Apabila hasil koreksi aritmetika ditemukan ada kesalahan maka Nilai akhir penawaran peserta yang digunakan adalah nilai hasil koreksi aritmetika (bukan
sebagaimana yang tertulis dalam surat penawaran).
8. Apabila ada Nilai penawaran pemasok yang berubah menjadi terendah diantara seluruh penawaran yang ada, maka Tim wajib melakukan klarifikasi langsung
kepada pemasok bersangkutan yang hadir, apakah masih sanggup menyediakan seluruh bahan/alat sesuai volume dan spesifikasi yang dipersyaratkan?
Apabila untuk menjawab pertanyaan tersebut, pemasok yang bersangkutan membutuhkan waktu untuk klarifikasi/konfirmasi kepada atasannya/Tuan Toko,
maka Tim harus menyepakati dengan seluruh peserta besarnya tambahan/kelonggaran waktu yang akan diberikan pemasok tersebut. Apabila sesuai waktu
yang diberikan tidak ada tanggapan atau tanggapannya menyatakan tidak mampu maka langsung dinyatakan bahwa pemasok tersebut GUGUR.
9. Dalam proses pengadaan ini sedapat mungkin diupayakan tidak ada peserta yang gugur, kecuali (peserta dinyatakan gugur) apabila :
a. Didalam Dokumen Penawarannya tidak terdapat rincian harga penawaran;
b. Dinyatakan gugur berdasarkan prosedur poin 8 diatas.
c. Ketiadaan salah satu atau ketiga-tiganya dari surat pernyataan tidak menuntut ganti rugi, pernyataan kesanggupan penyediaan bahan/alat yang
diadakan dan surat Pernyataan Kebenaran Usaha, tidak dapat menggugurkan pemasok, kecuali bila pemasok yang bersangkutan tidak dapat
menyediakan surat-surat tersebut dalam waktu 2 jam (waktu ini hendaknya disepakati bersama oleh semua peserta).
d. Peserta/Pemasok yang tidak mengambil dokumen dan atau tidak mengikuti Acara Penjelasan Kantor/Lapangan tidak dapat dijadikan alasan untuk
digugurkan.
10. Panitia menetapkan peringkat pemenang berdasarkan urutan nilai penawaran mulai dari nilai penawaran terendah sampai tertinggi;
11. Peserta dengan Peringkat Pemenang Pertama dinyatakan sebagai Pemenang sekaligus berhak melakukan perjanjian Kerjasama dengan KSM.
Pemenang
Catatan :
Bentuk perjanjian kerjasama ini dapat berbentuk Harga Satuan atau Lampsum dan tanpa kompensasi berupa kenaikan harga meskipun ada perubahan harga
kemudian hari;
Catatan:
Pengadaan tenaga ahli pendamping PLBPK untuk lebih jelas/lengkap merujuk pada buku
Pedoman Teknis Pengadaan Barang dan Jasa.
x Daftar Hadir
Tenaga pendamping BK, BKM, serta bimbingan dan diskusi kepada Bimbingan
x Mekanisme rekruitmen.
pendamping
x Dokumen
penerimaan pendaftaran berkas
(ATK, Petugas penerima
lamaran, tanda bukti lamaran dari
pendaftaran/stempel) peserta
x Daftar hadir
Calon Tenaga Kelurahan oleh SF/ Askot serta tim penilaian
Pendamping dengan di Teknis melakukan pengujian
fasilitasi terhadap berkas peserta penilaian
SF,ASKOT dan administrasi pelamar
Tim Teknis 2. hasil pengujian di
rekapitulasi dan di pilah.
Dokumen yang lolos
adminstrasi dipersiapkan
untuk dipanggil dalam
wawancara sementara
dokumen yang tidak lolos di
simpan sebagai arsip
3. Panitia seleksi membuat
berita acara penilaian
dokumen yang diperkuat
dengan tanda tangan para
penilai dan saksi-saksi
(Askot/SF, Tim Teknis)
6 Penilaian Wawancara BKM & 1. Panitia seleksi melakukan x Berita Acara
Kelurahan persiapan wawancara seleksiswawanc
x
dengan di dengan menyepakati ara
fasilitasi panduan pertanyaan serta Berita Acara
SF,ASKOT dan sistim skoring wawancara. ( hasil
Tim Teknis wajib mengedepankan asas
x
wawancara
transparansi dan Daftar hadir
akuntabilitas) peserta
2. Panitia seleksi mengirimkan wawancara
surat/informasi panggilan
wawancara bagi peserta
terpilih
3. Panitia seleksi melakukan
wawancara terhadap
peserta yang terpilih dan
melakukan penilaian.
4. Panitia seleksi membuat
berita acara dan tabulasi
nilai hasil wawancara
7 Rapat/Rembug Penetapan BKM & 1. Panitia Seleksi menyiapkan x Berita acara
x
tenaga Ahli pendamping Kelurahan , SF, segala berkas hasil seleksi rapat
ASKOT dan Tim 2. BKM , Lurah serta TIPP Daftar hadir
Teknis dengan di fasilitasi Askot&
x
peserta
SF melakukan FGD/rembug Berita acara
dengan agenda utama pengumuman
mendengarkan paparan tim pemeng seleksi
x
Kontrak kerja SF/ASKOT pemenang seleksi penjelasan
pendamping Masyarakat memanggil peserta lols Daftar Hadir
seleksi.
x
peserta
2. Dibantu dengan SF dan Kontrak
askot BKM dan kelurahan kerjasama
melakukan diskusi dengan
pemenang sleksi mengenai
tugas, hak dan kewajiban
calon tenaga pendamping
3. Setelah dicapai
kesepahaman maka
dilanjutkan dengan
membuat kontrak
kerjasama antara
BKM/Kelurahan dengan
Tenaga Ahli pendamping
tersebut
I. Pengertian :
Jumlah Kuantitas dan Kualitas hasil pekerjaan yang dilaksanakan memenuhi standar
yang dipersyaratkan/direncanakan (Tepat Kualitas);
Jumlah Waktu dan jumlah biaya pelaksanaan pekerjaan konstruksi sesuai dengan jadwal
(Tepat Waktu) dan Biaya (Tepat Biaya) yang telah direncanakan.
Jumlah Instrumen/Administrasi pemeriksaan & pengukuran hasil pekerjaan yang dibuat
sesuai dengan standar administrasi yang telah ditetapkan/direncanakan.
Jumlah laporan yang dibuat secara benar dan tepat waktu sesuai instrumen dan periode
pelaporan yang telah direncanakan;
Jumlah temuan/permasalahan/penyimpangan pelaksanaan pekerjaan dilapangan,
termasuk konflik yang terjadi;
Jumlah bukti fisik/administrasi tindakan perbaikan atau penyelesaiaan permasalahan
atas temuan/penyimpangan negatif/kesalahan atau kekurangan dari pekerjaan yang
dilaksanakan;
Jumlah personil/unit kerja organisasi lapangan yang bekerja sesuai dengan
tugas/tanggungjawabnya sebagaimana yang telah ditetapkan sebelumnya;
Koordinator/Ketua Organisasi Pelaksana Pekerjaan dilapangan mengkoordinasikan
pelaksanaan tugas setiap unit kerja dan bertanggungjawab atas keseluruhan
penyelenggaraan pelaksanaan kegiatan;
5) Pelatihan/coaching yang kontinyu, karena tenaga kerja kurang terampil dan Panitia
kurang memiliki pengalaman/keterampilan dalam pengelolaan pembangunan prasarana,
maka perlu dilakukan kegiatan pelatihan secara terus menerus oleh Konsultan
Pendamping maupun Aparat Kabupaten/kota setempat. Peningkatan kemampuan
masyarakat merupakan salah satu tujuan utama program P2KP.
6) Gunakan sistem On The Job Training/Praktek lapangan/Trial, adalah merupakan cara
yang dipergunakan untuk melatih masyarakat sambil meningkatkan kualitas konstruksi.
Dalam pelaksanaan sistem trial contoh harus betul-betul dibuat dengan kualitas yang
benar/memenuhi persyaratan teknis, karena contoh akan dianggap sebagai batas
maksimal kualitas yang akan dikejar/ikuti oleh masyarakat.
Sistem trial terdiri dari tiga langkah :
Contoh dibuat bersama konsultan pendamping/Dinas terkait. Orang yang ikut membuat
contoh adalah mandor, Ketua Kelompok/Ketua Regu Kerja, Kader Teknis/UPL, Pelaksana
Lapangan Panitia dan beberapa masyarakat yang lain. Konsultan ikut bekerja dan
memberi instruksi kepada mereka.
Atau Percobaan oleh masyarakat dibawah pimpinan orang yang memberikan contoh
diatas. Setelah trial selesai (misalnya panjang jalan 10-20 meter), kualitas dinilai oleh
Konsultan pendamping. Jika kualitas masih kurang baik maka harus dilatih lagi dan
diperiksa lagi.
Jika kualitas telah baik, pelaksanaan diteruskan.
Perlu ada contoh dan trial untuk tiap macam situasi yang dihadapi dilapangan. Misalnya
trial jalan ditempat yang sudah mempunyai tanah dasar yang kokoh, trial jalan didaerah
sawah yang dibuat contoh tersendir. Trial tidak diperlukan untuk bagian yang sangat
kecil yang dapat diawasi secara langsung oleh konsultan.
Trial juga diterapkan tidak hanya pada pekerjaan jalan, misalnya ada pekerjaan MCK maka
MCK yang dibangun pertama dianggap sebagai trial.
Trial juga dapat diterapkan mengikuti jenis pekerjaan yang akan dilakukan dilapangan,
yaitu dimulai pada tahap awal pelaksanaan pekerjaan tersebut.
Untuk Jenis pekerjaan yang lain, trial dapat dilakukan pada pekerjaan kunci (paling
menentukan kualitas), misalnya pekerjaan beton/beton bertulang dimana dilakukan
praktek pemasangan tulangan, bekesting, pencampuran, pengangkutan dan pemadatan
beton dilapangan, dll.
7) Seleksi Mandor, Mandor seringkali menjadi kunci dalam peningkatan kualitas, karena
mandor berada ditempat kerja setiap hari dan secara langsung memberikan instruksi
dan umpan balik kepada masyarakat/pelaksana pekerjaan. Mandor harus mengetahui
cara-cara meningkatkan kualitas, dan dia harus tegas pada masyarakat demi pencapaian
kualitas/manfaat yang akan dirasakan bersama oleh warga nantinya. Diperlukan Mandor
yang mempunyai kemampuan teknis konstruksi, dan sebaiknya dipercaya oleh
masyarakat.
8) Beli Alat/Bahan yang bermutu baik, penghematan biaya untuk peralatan/bahan sering
menjadi penghematan yang palsu, karena mempengaruhi produktivitas dan kualitas
konstruksi. Seringkali ada harga alat/bahan yang lebih murah padahal kualitas/hasil
kerjanya lebih lama/kurang memuaskan. Konsultan Pendamping dan Pemda terkait
harus mendorong masyarakat untuk membeli bahan/sewa peralatan yang mutunya
lebih tinggi agar dapat tahan lama dan memudahkan pelaksanaan. Ini juga termasuk
peralatan seperti kereta dorong.
9) Ketat dalam penerimaan bahan/alat, Masyarakat harus dilatih supaya dapat
menentukan bahan/alat yang memenuhi persyaratan teknis dan mereka harus
dibimbing supaya berani menolak bahan/alat yang tidak sesuai mutu atau volumenya.
Perlu diantisipasi pemasok yang sering mengirim bahan kelokasi proyek ketika
konsultan/pihak pelaksana pekerjaan masyarakat tidak berada dilapangan dan mencoba
menipu masyarakat.
10) Kader Teknis (dalam P2KP adalah personil UPL), Kader Teknis dipilih oleh
masyarakat untuk membantu/memfasilitasi masyarakat yang melaksanakan pekerjaan
dilapangan. Tugas-tugas Kader Teknis ini pada dasarnya adalah melaksanakan fungsi-
fungsi dasar yang relatif sama dengan yang dilakukan oleh Fasilitator. Oleh karena itu
dapat dilihat sebagai perpanjangan tangan/membantu konsultan pendamping yang
tidak secara penuh setiap hari ada lokasi pekerjaan. Pemilihan Kader Teknis hendaknya
warga yang cukup kuat secara fisik (misalnya pemuda) dan berbakat teknis/administrasi
dan ingin belajar. Jumlah kader teknis ini juga perlu mempertimbangkan jumlah dan
sebaran geografis kegiatannya.
11) Segera laporkan masalah, Ditiap desa/kelurahan masalah kemungkinan besar pasti
ada. Kalau laporan tidak ada, mungkin yang terbaik adalah Konsultan pendamping perlu
bertanya kepada diri sendiri, Apakah ada yang salah? Mungkin mereka punya masalah
tetapi takut melaporkannya. Fasilitator perlu melaporkan masalah yang tidak dapat
diselesaikan dalam timnya kepada konsultan diatasnya, supaya mereka dapat
mengutamakan desa/kelurahan yang ada masalah pada waktu melakukan monitoring.
Diharapkan tidak ada masalah yang baru muncul pada waktu ada kunjungan tim/aparat
pusat maupun daerah karena seharusnya sudah ditangani fasilitator yang ada
dilapangan. Hal-hal yang belum dilaporkan dianggap masalah konsultan pendamping,
hal-hal yang sudah dilaporkan dianggap masalah bersama.
12) Rapat Rutin Evaluasi Lapangan, merupakan pertemuan yang dilaksanakan ditingkat
lapangan oleh Tim pelaksana kegiatan bersama Konsultan/TPP secara rutin pada setiap
periode waktu tertentu (sesuai periode waktu yang disepakati/minimum 3 kali dalam
mulai awal sampai akhir pekerjaan konstruksi) untuk mengevaluasi sejauh mana
kemajuan pelaksanaan kegiatan telah dicapai, menggali permasalah-permasalahan yang
menggangu kelancaran kegiatan, dan merumuskan tindakan-tindakan penyelesaian
masalah atau antisipasi masalah yang dapat mengganggu kelancaran pelaksanaan
dilapangan. Hasil pembahasan setiap agenda/permasalahan hendaknya dapat
memberikan/menyepakati apa bentuk penyelesaian/antisipasi, siapa yang bertanggung
jawab untuk pelaksanaannya, bagaimana cara pelaksanaannya dilapangan dan kapan
akan dilakukan tindakan tersebut.
Pekerjaan Hampir Selesai. (Kapan kita harus tegas untuk meminta kepada masyarakat, agar
pekerjaan yang tidak sesuai dibongkar/diperbaiki kembali?)
Tenaga Kerja Kurang Terampil Dan Panitia Kurang Memiliki Pengalaman/Keterampilan Dalam
Pengelolaan Pembangunan Prasarana. (Bagaimana mengantisipasi kesalahan metode kerja
masyarakat akibat kurangnya kemampuan/ketrampilan teknis? & kurangnya pengalaman
masyarakat dalam mengelola proyek infrastruktur?)
Pendamping Seringkali Terlalu Yakin Bahwa Semua Pelaksana Pekerjaan/Masyarakat Telah
Tahu/Mampu Melaksanakan Pekerjaan Konstruksi Sejak Selesai Pelatihan Yang Diberikannya.
Sehingga Dia Memberikan Kewenangan Penuh Kepada Masyarakat Untuk Melaksanakan
Pekerjaannya Hingga Selesai, Lalu Ia Datang Melihatnya Setelah Pekerjaan Selesai (Bagaimana
mengantisipasi, agar masyarakat tidak melakukan kesalahan pekerjaan sejak awal memulai ?)
Masyarakat Seringkali Mengabaikan Waktu Untuk Segera Memulai Pelaksanaan Dilapangan.
Sebagian Besar Pekerjaan Prasarana P2KP Lebih Mudah Dibangun Pada Musim Kemarau.
Pengangkutan Bahan/Alat Lebih Muda Jika Belum Hujan. Pemadatan Tanah Sangat Susah
Apabila Tanah Sudah Terlalu Basah. Petani Juga Ingin Bercocok Tanam Kalau Hujan Sudah Turun
Dan Belum Lagi Kalau Ada Hari-Hari Libur Nasional/Keagamaan/Adat Pasti Masyarakat Yang Juga
Ikut Libur, Sehingga Sering Kesulitan Dalam Penyediaan Tenaga Kerja Proyek. (Bagaimana
mengantisipasi gangguan cuaca/musim hujan agar pelaksanaan konstruksi tetap berjalan dan
kualitas tetap tercapai ?)
Masyarakat Sering Mengejar Penghematan Biaya Untuk Peralatan/Bahan Yang Terkadang
Menjadi Penghematan Yang Palsu. Seringkali terkecoh oleh Harga Alat/Bahan Yang Lebih Murah
Padahal Kualitas/Hasil Kerjanya Lebih Lama/Kurang Memuaskan. Selain Hal Tersebut Masyarakat
masih Kurang Memahami Bahan/Alat Yang Memenuhi Persyaratan Teknis Dan Kadang-Kadang
juga Coba Ditipu Oleh Pemasok Dengan Mengirim Bahan Kelokasi Proyek Ketika
Konsultan/Masyarakat Tidak Berada Dilapangan. (Bagaimana mengantisipasi penggunaan
bahan/alat yang tidak sesuai & ketidak tahuan persyaratan teknis bahan/alat?)
Mandor Seringkali Menjadi Kunci Dalam Peningkatan Kualitas, Tetapi Masih Banyak Ditemui
Mandor Tidak Berada Ditempat Kerja Setiap Hari, Mandor Kurang Mengetahui Cara-Cara
Meningkatkan Kualitas, Dan Tidak Tegas Pada Masyarakat Demi Pencapaian Kualitas/Manfaat
Yang Akan Dirasakan Bersama Oleh Warga Nantinya. (Apa yang diperlukan agar mandor
menjadi bagian dari upaya peningkatan mutu?)
Seringkali Masalah Muncul/Ditemukan Ketika Konsultan/Tim Pusat Turun Kelapangan Atau
Setelah Ada Dimedia Massa Atau Ditemukan Oleh Insitusi Pengawasan Proyek. Terkadang
Masalah Tersebut Tidak Mampu Ditangani Oleh Oleh Masyarakat/Fasilitator Sendiri Dilapangan.
(Bagaimana alternatif menyelesaikan masalah lapangan yang diluar kemampuan tetapi dalam
lingkup tugas anda?)
F. Tertib Administrasi :
Administrasi pelaksanaan, yang perlu disupervisi, adalah :
1. Apakah semua administrasi yang diperlukan dibuat lengkap, benar dan sesuai kondisi
lapangan/yang sebenanya’
2. Apakah semua administrasi diarsipkan dan dipelihara dengan baik,
Tanggungjawab Supervisi ini dilakukan secara rutin selama proses pelaksanaan kegiatan
konstruksi oleh pihak UPL bersama Konsultan (pihak diluar KSM/Panitia) dan tentunya juga
oleh KSM/Panitia secara internal sebagai fungsi yang melekat pada
tugas/tanggungjawabnya. Termasuk hasil monitoring partisipatif yang dilakukan oleh warga
masyarakat sebagai masukan dalam proses pengawasan ini.
G. Rapat Rutin
Dalam Rapat rutin bersama membahas/mengevaluasi hasil pekerjaan lapangan, antara lain :
(biasanya mingguan atau sesuai periode waktu yang disepakati) untuk mengevaluasi
sejauhmana kemajuan pelaksanaan kegiatan telah dicapai, termasuk penyelesaiaan masalah
yang muncul. Rapat ini dihadiri oleh semua pengurus/pelaksana kegiatan (termasuk dapat
mengundang pihak-pihak terkait lainnya yang diperlukan).
Rapat Evaluasi ini sangat penting dilakukan karena selain untuk membagi/memberikan
informasi hasil-hasil kegiatan yang telah dicapai juga untuk melaksanakan evaluasi (menilai
laporan atau hasil temuan dalam pengawasan) dan merumuskan tindakan-tindakan yang
perlu diambil apabila hasil pengawasan menunjukan adanya penyimpangan yang berarti dari
rencana semula atau terdapat permasalahan-permasalahan yang mengganggu kelancaran
kegiatan. Sehingga dengan adanya rapat-rapat rutin ini maka diharapkan semua
permasalahan yang terjadi dapat diselesaikan secara bersama-sama, terjadi koordinasi kerja
yang baik antar semua unsur pelaksana yang pada gilirannya akan membawa kelancaran
pelaksanaan kegiatan dilapangan sesuai dengan yang diharapkan/direncanakan.
Beberapa hal penting yang perlu menjadi agenda evaluasi berkaitan dengan pelaksanaan
kegiatan dilapangan, antara lain :
9 Apakah Volume pekerjaan (kemajuan pelaksanaan) yang telah dicapai sesuai dengan
yang direncanakan?
9 Apakah Realisasi Volume Pengadaan Bahan/Alat/Tenaga Kerja sampai saat ini sesuai
atau apakah masih cukup/memungkinkan untuk menyelesaikan seluruh pekerjaan
sesuai dengan yang direncanakan? Coba bandingkan total Volume dari hasil
pengadaan Tenaga/Bahan/Alat sampai saat ini dengan Volume yang masih harus
dibeli/dibayar lagi sampai proyek selesai;
9 Apakah Realisasi Biaya Pengadaan Bahan/Alat/Tenaga Kerja sampai saat ini sesuai
dan cukup/masih memungkinkan untuk menyelesaikan seluruh pekerjaan sesuai
dengan yang direncanakan? Coba Bandingkan total biaya dari hasil pembayaran
Upah/Bahan/Alat sampai saat ini dengan Biaya yang masih harus
dikeluarkan/dibayar lagi sampai proyek selesai (termasuk total dana yang Belum
dicairkan).
9 Apakah Realisasi Swadaya Masyarakat sesuai rencana swadaya ?
9 Apakah Administrasi/laporan-laporan sudah dibuat dan diarsipkan ?
9 Apakah masalah-masalah yang timbul dilapangan, termasuk dampak
lingkungan/sosial sudah diselesaikan?, dll.
Hasil pembahasan setiap agenda/permasalahan hendaknya dapat memberikan/menyepakati
apa bentuk penyelesaian, siapa yang bertanggung jawab untuk pelaksanaannya, bagaimana
cara pelaksanaannya dilapangan dan kapan akan dilakukan tindakan tersebut.
Hasil-hasil kesepakatan/pembahasan tersebut dicatat pada Notulen/Catatan Hasil Rapat
Mingguan dan diarsipkan dengan baik.
Identifikasi Dampak Lingkungan (sesuai Form-7, Proposal) yang telah dibuat sebelumnya,
yaitu :
a) Kira-kira pertengahan proses konstruksi (kondisi kemajuan 50%), disaat peluang
untuk memperbaiki masih ada maka dilakukan pemantauan kelapangan dimana
daftar yang sama (checklist tadi) di cocokkan lagi, apakah semua tindakan yang telah
direncanakan telah dilakukan atau belum. Dan terakhir,
b) Di akhir konstruksi (kondisi kemajuan selesai 100%), daftar yang sama (checklist tadi)
dicocokkan lagi dibandingkan dengan rencana aslinya guna memastikan bahwa
semua tindakan pengamanan yang telah direncanakan.
Keseluruhan kegiatan pemantauan diatas dilakukan baik oleh KSM sendiri maupun oleh UPL
dan Tim Konsultan dilapangan.
Dengan demikian maka Pekerjaan hanya dapat dikatakan selesai apabila dana BLM yang
diusulkan oleh KSM/Panitia sesuai SPPD-L (atau perubahannya), sudah habis dimanfaatkan
untuk kegiatan pembangunan infrastruktur dan volume pekerjaan yang dilaksanakan telah
sesuai rencana sebagaimana tercantum dalam SPPD-L atau perubahannya. Jadi ukuran
untuk menyatakan bahwa kegiatan BLM telah selesai adalah dana BLM yang sudah habis
(tidak ada sisa) dan jumlah volume pekerjaan yang dibuat dilapangan sudah dicapai sesuai
dengan rencana (dinyatakan dalam dokumen SPPD-L).
Setelah pekerjaan selesai 100% atau minimal 97%, KSM berhak mengajukan secara tertulis
kepada TPP dan Konsultan untuk melakukan Sertifikasi Pekerjaan. Hasil Sertifikasi Pekerjaan
yang dilaksanakan secara bersama-sama oleh kedua belah pihak dan Korkot/Askot ini
dituangkan dalam Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan (BAP2).
¾ Dana BLM hanya boleh dipakai untuk membiayai pembangunan infrastruktur (Biaya
Penting diperhatikan :
¾ Tidak diperbolehkan dana BLM digunakan untuk insentif atau fee/keuntungan bagi
Upah, Bahan, Alat, Administrasi);
PAKEM/Panitia.
x Bagaimana jika pada akhir pelaksanaan pekerjaan masih terdapat sisa dana yang
belum digunakan untuk pembangunan infrastruktur?
Apabila terdapat sisa dana pelaksanaan kegiatan infrastruktur maka sisa dana tersebut
dapat dimanfaatkan kembali oleh KSM/Panitia bersangkutan untuk meningkatkan fungsi
pelayanan prasarana/sarana yang dibangun.
Caranya adalah dengan :
1. Menambah volume item kegiatan yang sudah ada, misalnya pembangunan
jalan kerikil yang semula hanya 200 meter ditambah panjangnya menjadi
210 meter;
2. Menambah item kegiatan baru (masih satu kesatuan) dilokasi prasarana
yang bersangkutan, misalnya semula hanya direncanakan membangun
perkerasan kerikil, tetapi karena ada sisa dana maka dapat digunakan untuk
membuat saluran atau penahan tanah ditempat yang memerlukan
disepanjang jalan kerikil yang dibangun.
3. Menambah kegiatan baru dilokasi yang berbeda tetapi masih mendukung
secara langsung peningkatan fungsi layanan prasarana yang bersangkutan,
misalnya semula hanya direncanakan membangun jembatan kayu, namun
karena ada sisa dana maka dapat digunakan untuk membangun gorong-
gorong pada jalan yang menghubungkan jembatan tersebut, dll.
Untuk mendukung pemanfaatan dana tersebut, maka administrasi yang perlu dibuat
oleh PAKEM adalah :
1. Surat Pernyataan Kesanggupan KSM/Panitia untuk menyelesaikan seluruh
kegiatan fisik (100%) sebelum berakhirnya masa pencairan BLM;
2. Perubahan SPPD-L disertai Justifikasi/alasan Teknisnya.
x
pertanggungjawaban PAKEM/Panitia dilaksanakan.
Bagaimana jika terdapat sisa dana tetapi PAKEM/Panitia sudah tidak bersedia
memanfaatkan kembali sisa tersebut untuk pembangunan infrastruktur ?
Pada dasarnya dana kegiatan fisik yang dianggarkan untuk tiap kegiatan PAKEM harus
dimanfaatkan seluruhnya untuk pembangunan infrastruktur, namun apabila volume
pekerjaan yang dibuat sudah sesuai SPPD-L dan masih terdapat sisa dana, sedangkan
pihak KSM/Panita sudah tidak bersedia memanfaatkan sisa dana tersebut untuk
menambah volume kegiatannya, maka KSM harus mengembalikan semua sisa dana
kepada TPP dengan melampirkan surat pernyataan.
1. Memaksimalkan penggunaan material dan tenaga kerja lokal yang berkualitas dan perluasan
kesempatan kerja bagi kelompok masyarakat;
2. Masyarakat/Pengguna Barang/Jasa wajib Mendorong sebanyak-banyaknya paket pekerjaan
untuk kelompok masyarakat dengan tetap mengutamakan prinsip efisiensi, kesatuan sistem
infrastruktur, kualitas dan kemampuan teknis kelompok masyarakat;
3. Masyarakat/Pengguna Barang/Jasa dilarang :
a. Menyatukan atau memusatkan beberapa proyek/sub-proyek yang tersebar dibeberapa
tempat yang menurut sifat pekerjaan dan tingkat efisiensinya seharusnya dilakukan
ditempat masing-masing;
b. Menggabungkan/menyatukan beberapa proyek/sub-proyek yang menurut sifat
pekerjaan dan besaran nilainya seharusnya dilakukan oleh kelompok masyarakat
menjadi satu paket pekerjaan untuk dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa selain
masyarakat;
Pemaketan pekerjaan ini pada dasarnya mengacu pada hasil kesepakatan perencanaan sebelumnya,
yaitu Indikasi Program/Kegiatan yang akan dilaksanakan pada Rencana Pelaksanaan Pembangunan
(RPP) / Kawasan Prioritas. Khususnya terkait dengan adanya komitmen-komitmen sumber
pembiayaan yang sudah disepakati, misalnya dari Pemda/Dinas;
Salah satu kegiatan penting dari seluruh proses PNPM Mandiri Perkotaan, khususnya pada
pendekatan pelaksanaan kegiatan lingkungan ini adalah kegiatan Pemanfaat dan Pemelihara (atau
Operasi dan Pemeliharaan, disingkat O&P) yang dilakukan melalui inisiatif dan kesadaran masyarakat
oleh KSM/Pengelola O&P sebagai penggerak utama dari kegiatan ini.
Hampir semua pembangunan prasarana yang selesai dibangun ternyata mengalami kerusakan
karena tidak terpelihara. Hal ini kemungkinan disebabkan tidak tersedianya dana rehabilitasi dari
sektor/instansi terkait, tidak ada swadaya masyarakat untuk pemeliharaan dan belum adanya
kesadaran masyarakat untuk memelihara prasarana tersebut. Sehingga manfaat yang diterima oleh
masyarakat dengan adanya pembangunan prasarana tersebut tidak optimal dan belum
berkelanjutan. Atau walaupun dapat dinikmati akan tetapi jangka waktu pemanfaatannya menjadi
terbatas (kurang dari umur yang direncanakan). Selain itu, kualitas prasarana yang dibangun menjadi
kurang terjamin dan harapan diperolehnya manfaat yang berkelanjutan tidak dapat tercapai.
Bila prasarana yang dibangun tidak memberikan manfaat jangka panjang akibat lemahnya
pengelolaan, akan berakibat pada tidak tercapainya harapan masyarakat dan tujuan program. Oleh
karena itu perlu adanya ketegasan, penanggungjawab dan rencana pengelolaan (Pemanfaat dan
Pemelihara) prasarana yang baik sesuai kebutuhan terhadap sarana & prasarana yang telah
dibangun.
Kesadaran akan kondisi tersebut, maka pembangunan melalui program P2KP dengan entry poin
pemberdaayan masyarakat mengupayakan langkah antisipasi hal tersebut melalui pengembangan
dan penguatan peranserta masyarakat mulai dari tahap perencanaan, yaitu bahwa masyarakat yang
paling mengetahui permasalahan yang mereka hadapi, mengetahui kebutuhan mereka (solusi
permasalahan), merencanakan teknis pelaksanaan dan memutuskan sendiri prasarana yang akan
dibangun. Selanjutnya pada tahap pelaksanaan, masyarakat melaksanakan sendiri dan mengawasai
kegiatan pembangunan prasarananya.
Dari mekanisme peran serta tersebut, “rasa membutuhkan prasarana (tahap perencanaan)” dan
“rasa memiliki prasarana (tahap pelaksanaan)“ ini diharapkan muncul “kesadaran dan rasa
tanggungjawab” untuk memelihara sarana dan prasarana yang telah dibangunnya sehingga dapat
memberikan manfaat yang berkesinambungan dan lestari. Untuk melaksanakan pemeliharaan perlu
ditanamkan kesadaran kepada warga masyarakat bahwa pemeliharaan prasarana & sarana harus
dilakukan oleh semua warga pemakai, baik dari segi pembiayaan maupun pelaksanaan
pemeliharaan. Peran serta masyarakat sangat diperlukan agar :
¾ Masyarakat dapat merasakan manfaatnya apabila prasarana tersebut dipelihara
¾ Masyarakat menjadi lebih mandiri dalam pengelolaan prasarana
¾ Tidak menuntut pemerintah secara terus menerus karena keterbatasan dana pemerintah untuk
membiayai pemeliharaan, dana pemerintah dipergunakan untuk membangun prasarana dan
sarana.
Tujuan O&P:
1. Memelihara prasarana secara berkelanjutan
2. Adanya jaminan terhadap kualitas prasarana
3. Adanya keuntungan yang berkelnjutan dari hasil pemanfaatan prasarana
4. Masyarakat mempunyai kemandirian dan kemampuan dalam hal memelihara dan
mengembangkan prasarana yang ada di daerahnya
Langkah-langkah Pelaksanaan :
1. Persiapan :
Panitia selaku Penanggunjawab kegiatan pembangunan, Menentukan Tempat/Waktu dan
Undangan/Peserta warga pemanfaat prasaran serta fasilitator pertemuan. Lalu,
menyampaikan Undangan kepada seluruh peserta.
prasarana; untung ruginya bila dibentuk dan bila tidak dibentuk, Apa tujuannya,
x Kemudian dijelaskan, tugas-tugas dari setiap unit kerja dalam struktur organisasi
Bagaimanakah bentuk Organisasinya (bentuk manakah yang dipilih)?
yang disepakati sebelumnya, (bila perlu ajaklah warga bersama menentukan tugas-
tugas ini). Selanjutnya Mintalah pendapat warga, siapa saja yang akan duduk
sebagai pengurus/pelaksana Organisasi O&P.
3. Buat Berita Acara Pembentukan Pengelola Pemanfaatan & Pemeliharaan prasarana.
Sumber-sumber Pembiayaan Kegiatan Pengelolaan O&P Prasarana secara umum dapat diupayakan
melalui :
1. Bantuan Pemerintah Kab/Kota atau Kel/Desa setempat;
2. Bantuan dari pihak lain yang tidak mengikat, seperti swasta atau lembaga lainnya;
3. Usaha-usaha lain yang sah dari Pengurus;
4. Kontribusi Warga Pemanfaat, seperti Iuran/Retribusi atau dalam bentuk natura lainnya
5. Dll yang disepakati bersama masyarakat
Untuk melaksanakan Kegiatan O&P, maka perlu dibentuk organisasi Pengelola O&P sehingga
pelaksanaan kegiatan dapat berjalan dengan efektif, efisien dan terarah menuju pencapaian
tujuan O&P yang diinginkan.
Dalam pelaksanaannya, pembentukan O&P ini tidak harus merupakan Organisasi baru tetapi
dapat menggunakan organisasi O&P/Sejenisnya yang telah tumbuh dimasyarakat, misalnya
Organisasi O&P yang dibentuk melalui PNPM MP/program lain dan atau revitalisasi lembaga
keswadayaan masyarakat yang sudah ada.
Bentuk Organisasi Pengelola O&P dapat dilakukan sesuai dengan kebutuhan prasarana,
kemampuan warga pemanfaat dan karakteristik kelompok penerima manfaat (gender). Meski
demikian, sebagai referensi dari beberapa bentuk yang pernah diterapkan, setidaknya terdapat
pendekatan 2 bentuk yang umum dilakukan, yaitu : satu pengelola untuk semua jenis prasarana
atau satu pengelola untuk setiap jenis prasarana. Misalnya satu Organisasi Pengelola yang
dibentuk memiliki dua jenis parasana yang dimanfaatkan yaitu Air Bersih dan Jalan maka bentuk
organisasinya dapat berupa satu Pengelola untuk Air Bersih dan satu Pengelola untuk Jalan atau
satu Pengelola untuk Air Bersih dan Jalan.
Bentuk Pengelolaan mana yang dipilih, apakah pengelola perjenis prasarana atau satu pengelola
untuk lebih dari satu jenis prasarana, hendaknya mempertimbangkan kemampuan SDM
pengelola dan potensi sumber pembiayaan pemeliharaannya. Kemampuan SDM dimaksud
adalah dapat berupa kemampuan manajemen pengelolaan dan ketersediaan orang yang sesuai
dengan kebutuhan didalam Organisas. Sedangkan kemungkinan untuk memperoleh sumber
pembiayaan O&P adalah berkenaan dengan potensi dari setiap prasarana untuk dapat
menghasilkan/memperoleh dana dari warga pemafaat guna membiayai sendiri
pemeliharaannya. Misalnya dari contoh Air bersih dan Jalan diatas, maka bila pengelolaannya
dilakukan sendiri-sendiri maka potensi memperoleh pembiayaan untuk Air bersih dari
pemanfaat cukup tinggi dibandingkan dengan Jalan, tetapi bila pengelolaannya adalah satu
maka dapat dilakukan subsidi silang, yaitu dana yang diperoleh dari Air bersih dapat disisihkan
sebahagian untuk pembiayaan pemeliharaan Jalan.
Berdasarkan kedua bentuk organisasi pengelola O&P tersebut, maka struktur organisasi
Pengelolanya dapat dibbuat sederhana, yaitu : untuk satu jenis prasarana dapat dibuat dengan
struktur organisasi yang terdiri dari Ketua, Sekretaris, Bendahara, Petugas Teknis/Lapangan dan
Anggota, sedangkan untuk Pengelola yang lebih dari satu jenis prasarana maka struktur
organisasinya dapat dibuat dengan struktur yang terdiri dari Ketua, Bendahara, Sekretaris,
Petugas Teknis/Lapangan pada setiap jenis prasarana dan Anggota. Perbedaan kedua bentuk
tersebut hanya terletak pada unit kerja Petugas Lapangannya saja, dimana untuk Pengelola yang
mencakup lebih dari satu jenis prasarana maka Petugas Lapangan dibuat sesuai jumlah jenis
prasarana yang dikelola. Secara diagram kedua struktur tersebut dapat digambarkan seperti
gambar berikut.
KETUA KETUA
ANGGOTA ANGGOTA
Struktur Organisasi Pengelola O&P Struktur Organisasi Pengelola O&P
(Dua jenis Prasarana) (satu jenis Prasarana)
Sejalan dengan struktur organisasi dan lingkup kegiatan O&P yang akan dilaksanakan, maka dari
contoh struktur Organisasi diatas dapat diuraikan masing-masing tugas dari setiap unit kerjanya,
yaitu :
1) Ketua, Memimpin/Penanggungjawab utama seluruh kegiatan dan usaha organisasi. Ketua
bertanggung jawab atas seluruh kegiatan organisasi sesuai peraturan organisasi serta program
kerja yang telah diputuskan bersama. Antara lain mencakup tugas :
¾ Mengkoordinir Tim Pengelola/pengurus O&P
¾ Mengundang dan menyelenggarakan Rapat-rapat rutin atau Musyawarah
5) Anggota :
¾ Mendapatkan informasi, pelayanan dan kesempatan berpartisipasi yang sama dalam
setiap kegiatan;
¾ Mengikuti rapat-pertemuan/Musyawarah yang dilakukan Pengelola
¾ Melaksanakan/terlibat aktif dalam setiap kegiatan pemeliharaan yang dilakukan
¾ Membangun kebersamaan, kekompakan, persatuan dan kesatuan
¾ Memikirkan dan mengusahakan pengembangan organisasi O&P
¾ Membayar iuran atau memberikan kontribusi lainnya untuk pemeliharaan prasarana
sesuai ketentuan yang telah disepakati bersama.
Untuk mendukung tugas-tugas Tim Pengelola yang ada, maka Ketua Pengelola dapat melakukan
penugasan kepada anggota terkait aspek kegiatan pemanfaatan dan pemeliharaan, baik berupa
kegiatan yang bersifat rutin maupun yang bersifat insidentil. Kesepakatan mengenai penugasan
ini hendaknya diputuskan berdasarkan kesepakatan bersama warga pemanfaat. Contoh
penugasan dalam pelaksanaan kegiatan seperti siapa yang piket atau penugasan pemeliharaan
kebersihan MCK secara bergiliran.
Bahan Bacaan | Infrastruktur 105
PNPM MANDIRI | PERKOTAAN
Hal yang sangat penting dan harus diperhatikan oleh Tim Pengelola adalah bahwa seluruh
peraturan dasar organisasi yang akan dijalankan oleh Tim Pengelola dan Anggota, seperti
Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga, Masa Tugas Tim Pengelola, Program Kerja maupun
Pertanggungjawaban Tim Pengelola harus dibuat dan disepakati secara bersama-sama oleh
anggota warga pemanfaat melalui forum Musyawarah Warga Pemanfaat atau forum pengambilan
keputusan tertinggi organisasi yang ada (bukan ditentukan sendiri oleh Tim Pengelola).
Catatan :
Pada prinsipnya semua prasarana yang telah dibangun harus dipelihara. Namun demikian,
mengingat pemanfaat setiap prasarana tidak seluruhnya sama maka
pembentukan/pengorganisasian O&P disini hanya diprioritaskan pada prasarana yang berifat
publik/umum dan prasarana kelompok. Sedangkan untuk prasarana yang bersifat individu atau
pengunaan oleh satu keluarga saja, tidak perlu dibentuk Organisasi Pengelolanya, seperti
Jamban Keluarga, Saluran Limbah Rumah Tangga, karena sudah langsung dipelihara oleh masing-
masing keluarga pengguna.
Apabila terdapat beberapa Organisasi Pengelola O&P prasarana yang mengelola prasarana yang
mempunyai keterkaitan fungsional atau kesamaan penerima manfaat maka dapat saja organisasi
O&Pnya disatukan, melalui pengembangan organisasi O&P, dengan alternatif yang dapat
dilakukan antara lain adalah menggabungkan organisasi Pengelolanya (satu Organisasi/Tim
Pengelola) atau melakukan kesepakatan kerja sama pengelolaannya.
Untuk mencapai tujuan kegiatan pemanfaatan & pemeliharaan prasarana maka perlu dilaksanakan
kegiatan O&P. Selanjutnya untuk dapat menjamin pelaksanaan kegiatan pemanfaatan &
pemeliharaan prasarana dapat berjalan terarah, efektif, efisien menuju tercapainya tujuan
pemanfaatan & pemeliharaan prasarana itu sendiri maka perlu dibentuk wadah/organisasi Pengelola
O&P. Wadah tersebut diharapkan merupakan lembaga/organisasi keswadayaan masyarakat
sehingga lebih mandiri dan indepanden dari struktur pemerintahan (pemerintah selaku pembina
organisasi).
Lingkup kegiatan O&P pada dasarnya mencakup seluruh kegiatan yang diperlukan untuk menjamin
tercapainya tujuan pemanfaatan & pemeliharaan prasarana. Secara umum lingkup kegiatan O&P
pada semua jenis prasarana adalah mencakup :
106 Bahan Bacaan | Infrastruktur
PNPM MANDIRI | PERKOTAAN
Cara Pengisian :
Kolom 1 : Diisi Nomor Urut
Kolom 2 : Diisi Nama Masyarakat yang secara langsung memanfaatkan prasarana
Kolom 3 : Diisi Jenis Kelamin (Laki-laki / Perempuan)
Kolom 4 : Diisi Alamat tempat tinggal / domisili
Kolom 5 : Diisi Pekerjaan Petani / Pengusaha / PNS / Lainnya
Kolom 6 : diisi Catatan/Keterangan lain yang diperlukan (bila ada)
Retribusi/Iuran penggunaan prasarana, seperti prasarana jalan, tambatan perahu, air bersih,
prasarana sanitasi dan irigasi;
Donatur;
Bantuan dari Pemda Kabupaten, Kecamatan atau Desa;
Secara lebih rinci bagaimana penggalian sumber-sumber pembiayaan ini dapat dilihat pada
penjelasan Modul berikutnya atau Buku O&P Bagian IV. Pembiayaan kegiatan O&P.
Cara Pengisian :
Kolom 1 : Diisi Nomor Urut
Kolom 2 : Diisi jenis komponen prasarana yang ada, misal : Pipa pralon, Kran air dll (untuk prasarana
air bersih), Paving blok, Jalan Rabat Beton dll (untuk prasarana jalan), Atap, Dinding Bata,
Pipa Udara, septik tank dll (untuk prasarana MCK)
Kolom 3 : Diisi volume total komponen prasarana
Kolom 4 : Diisi satuan volume disesuaikan dengan komponen prasarana, misal : meter kubik (M3),
meter pesegi (M2), buah, unit dll.
Kolom 5 dan 6 : Diisi dengan jumlah volume kondisi komponen/bagian/kelengkapan prasarana pada
saat melakukan inventarisasi/pengamatan dilapangan, jumlah kondisi baik diisi pada
kolom (5) dan jumlah kondisi rusak (diisi pada kolom (6);
Kolom 7 : Diisi dengan rencana usulan penanganan kerusakan sesuai komponen prasarana misal:
penggantian kran air, penambalan lantai rabat beton, penggantian atap seng dll.
108 Bahan Bacaan | Infrastruktur
PNPM MANDIRI | PERKOTAAN
Kolom 8 : Diisi dengan nilai rupiah perkiraan biaya perbaikan kerusakan yang ada pada masing-
masing kompoen prasarana.
o Pemeliharaan Berkala dilakukan dalam periode waktu tertentu misalnya setiap 3 bulan,
setiap 6 bulan atau setiap tahun. Umumnya kegiatannya mencakup kegiatan pemeliharaan
yang sudah dapat diperkirakan atau direncanakan terlebih dahulu, seperti perawatan dan
semua perbaikan ringan serta penggantian bagian-bagian kecil/sekunder, termasuk
perbaikan sederhana. Tujuannya adalah untuk mengembalikan kondisi prasarana pada
tingkat kemampuan yang dimilikinya atau fungsi secara yang seharusnya dari parasaran.
Misalnya kegiatan pengecatan komponen prasarana, pemberian pelumas pada pintu air,
penggantian kran air yang rusak, dll.
o Pemeliharaan Insidentil/mendesak, pekerjaan yang mendesak yang memerlukan
penanganan segera, yang umumnya tidak direncanakan terlebih dahulu. Sifat kemedesakan
ini biasanya karena dapat membahayakan pemanfaat, Bisa membawa akibat kerusakan
besar atas milik pribadi masyarakat (seperti rumah, lahan produktif, dll) dan kerusakan yang
bisa menjadi penyebab kerusakan yang lebih besar. Misalnya penggantian lantai jembatan,
kerusakan akibat banjir/ longsor, dll.
Pelaksanaan kegiatan ini pada dasarnya adalah menjadi tanggungjawab bersama warga
pemanfaat, dilakukan secara bersama-sama dan dikoordinir oleh Petugas Lapangan. Selain hal
tersebut, juga dapat dilakukan dengan cara Penugasan kepada anggota secara rutin dan bergilir.
Misalnya anggota dapat dibagi menjadi beberapa grup untuk melakukan kegiatan ini secara
bergiliran misalnya per RT atau KK. Waktu pelaksanaannya dapat diatur sesuai periode
pemeliharaan rutin prasarana, seperti harian, mingguan atau bulanan.
Untuk kegiatan perawatan seperti pemberian pelumas pada mesin pompa, pintu air, atau
perbaikan kecil seperti penutupan lubang-lubang kecil pada jalan yang rusak hendaknya
dilakukan oleh Petugas atau penugasan kepada warga yang mempunyai pengalaman melakukan
hal tersebut agar tetap sesuai dengan standar perawatan yang benar.
Setiap jenis prasarana telah dilengkapi dengan standar teknis pemeliharaan baik rutin maupun
berkala. Oleh karena itu, maka penentuan jenis kegiatan atau hal-hal yang perlu dilakukan
dalam pemeliharaan ini hendaknya mengacu pada Pedoman Teknis Pembangunan Prasarana,
khususnya pada Bagian Pemeliharaan.
Secara lebih detail bagaimana langkah-langkah perhitungan RAB dan Penyusunan Jadwal
Pelaksanaan Kegiatan dapat mengacu pada buku Petunjuk Teknis Tatacara Persiapan dan
Perencanaan Teknis Kegiatan Lingkungan (Penyusunan Proposal).
Bentuk Format penyusunan RAB dan dapat mengacu pada Contoh berikut :
Kolom 4 : Diisi satuan volume disesuaikan dengan komponen prasarana, misal : meter kubik (M3),
meter pesegi (M2), buah, unit dll.
Kolom 5 : Diisi dengan harga satuan masing-masing bahan
Kolom 6 : Diisi Jumlah biaya yang dibutuhkan masing-masing bahan (volume x harga satuan)
Bentuk Format penyusunan Jadwal Pelaksanaan dapat mengacu pada Contoh berikut :.
Cara Pengisian :
Kolom 1 : Diisi Nomor Urut kegiatan
Kolom 2 : Diisi dengan jenis kegiatan yang akan dilaksanakan
Kolom 3 : Diisi dengan volume kegiatan yang akan dilakasnakan,
Kolom 4 : Diisi satuan volume, misal : meter kubik (M3), meter pesegi (M2), buah,
Kolom 5 : Diisi lamanya waktu pelaksanaan tiap kegiatan (hari, minggu, dst)
Kolom 6-10 : Tempat menggambarkan waktu pelaksanaan (berbentuk balok datar)
Kolom 11 : diisi dengan catatan yang diperlukan.
Rencana kerja O&P pada dasarnya merupakan rencana pelaksanaan seluruh kegiatan O&P yang
diperlukan untuk menjamin tercapainya tujuan pemanfaatan & pemeliharaan prasarana. Dengan
kata lain pada tahap ini hendak menjawab pertanyaan Apa yang akan dilakukan; Bagaimana
Melakukan, Kapan akan dilakukan dan Berapa Besar Biaya yang diperlukan, termasuk darimana
sumber dana tersebut diperoleh.
Langkah-langkahnya :
1) Tentukan jenis-jenis kegiatan yang akan dilaksanakan. Hal ini sesuai dengan Lingkup Kegiatan
O&P. Tentukan juga aktivitas Apa saja yang akan dilaksanakan dalam setiap kegiatan tersebut.
Ini lebih merupakan bagaimana kegiatan akan Atau tugas-tugas/kegiatan yang akan dilakukan
dalam rangka pelaksanaan dari kegiatan tersebut.
2) Tentukan Kapan waktu pelaksanaan setiap kegiatan tersebut. Oleh karena kegiatan
pemeliharaan akan berlangsung secara terus-menerus, yang berarti bahwa setiap kegiatan akan
berlangsung secara berulang-ulang maka dalam menentukan Kapan kegitan akan dilakukan,
cukup dengan menuliskan frekwensi atau periode pelaksanaannya. Misalnya Pendataan Anggota
setiap 1 atau 2 bulan sekali, dst;
3) Tentukan Perkiraan besarnya Biaya dan dari mana sumber pembiayaan yang akan dipergunakan
untuk pelaksanaan dari setiap kegiatan tersebut;
Sebagai referensi, bentuk Rencana Kerja O&P tersebut dapat dibuat seperti Tabel berikut :
Perkiraan
raan
n
Sumber
be
err
e
No Jenis Kegiatan
an Frekwensi
nsi Tugas-Tugas
as Biaya
ya
Biaya
ya
(Rp)
1 2 3 4 5 6
1. Pendataan 1 x Sebulan Melakukan Pendataan warga yang
Anggota menjadi anggota pemanfaat
Pemanfaat prasarana (Mengisi Form-2)
2. Penggalian Sumber 1 x Sebulan Melakukan pencarian dana untuk
Dana membiayai kegiatan pemeliharaan
prasarana (termasuk untuk
pengembangan bila perlu) dari
berbagai sumber pembiayaan yang
dianggap sah seperti Iuran,
Retribusi, Bantuan Pemda/Desa,
Donatur, dll)
3. Inventarisasi 1 x Sebulan Melakukan pemantauan langsung
Kondisi Prasarana dan menginventarisasi kondisi
bagian-bagian prasarana. (Mengisi
Form-3)
4. Pemeliharaan :
a. Rutin Diisi Sesuai Uraian tugas/rincian kegiatan yang
b. Berkala periode akan dilakukan diisi sesuai
yang sudah pelaksanaan pemeliharaan (Rutin,
ditentukan Berkala) dari tiap jenis prasarana
(mengacu pada Cara Pemeliharaan,
Buku Pedoman Teknis Sederhana
Pembangunan Prasarana yang
sudah ada)
5. Menyusun RAB & Sesuai 1. Menyusun Rencana Anggaran
Jadwal Perbaikan rencana Biaya untuk Perbaikan
perbaikan Kerusakan Prasarana (Contoh
yang Format : Form 4);
diperlukan 2. Menyusun Jadwal Pelaksanaan
Perbaikan dilapangan, termasuk
menetapkan penanggungjawab
pelaksanaan dilapangan
(Mengisi Form-5)
6. Rapat-rapat Membahas perkembangan
Berkala pelaksanaan kegiatan, menggali
permasalahan dan menyusun
Perkiraan
raan
n
Sumber
be
err
e
No Jenis Kegiatan
an Frekwensi
nsi Tugas-Tugas
as Biaya
ya
Biaya
ya
(Rp)
1 2 3 4 5 6
tindakan penyelesaiaannya
7. Pelaporan Berkala Menyusun Laporan Pelaksanaan
Kegiatan O&P
Ketua/Koordinator O&P
(…………………………….)
Petunjuk Pengisian :
Nama O & P diisi sesuai hasil kesepakan misal : O & P Melati, Gotong Royong dll.
Prasarana diisi Jenis Prasarana yang telah dibangun, misal : MCK, Air Bersih, Jalan Rabat Beton dll
Lokasi / Desa, Kecamatan, Kab/Kota diisi dengan nama desa/kel, kecamatan dan kab/kota
(sesuaikan)
Kolom 1 : Diisi Nomor Urut
Kolom 2 : Diisi Uraian Kegiatan Pemanfaatan & Pemeliharaan prasarana yang akan dilaksanakan;
Kolom 3 : Diisi Jumlah frekwensi/periodik pelaksanaan kegiatan;
Kolom 4 : Diisi rincian Tugas-tugas yang akan dilaksanakan;
Kolom 5 : Diisi Besarnya Perkiraan Biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan/tugas-tugas;
Kolom 6 : Diisi Perkiraan Sumber Pembiayaan kegiatan (Iuran/Retribusi/Donatur/Bantuan Pemda
atau Desa/ Lain-lain pendapatan yang sah);
Yang membiayai kegiatan O&P pada dasarnya adalah warga pemanfaat prasarana berlandaskan
gotong royong dan kasadaran bahwa pemeliharaan, perbaikan dan pengembangan prasarana
adalah tugas bersama seluruh warga pemanfaat, karena prasarana tersebut memang milik semua
warga pemanfaat, bukan milik pemerintah atau aparat. Meskipun demikian, Ini tidak berarti bahwa
menutup peluang bagi Pengelola untuk mendapatkan sumber dana lain diluar dari warga pemanfaat
prasarana.
Dana pemeliharaan dapat berasal dari berbagai sumber, namun perlu usaha untuk menggali
sumber-sumber dana tersebut. Sumber dana potensial pendanaan kegiatan pemanfaatan dan
pemeliharaan prasarana dapat diperoleh dari kontribusi masyarakat pengguna, pihak swasta (yang
juga turut memetik manfaat dari pembangunan prasarana tersebut), serta pemerintah (pemerintah
Desa/Kelurahan, Dinas/Instansi terkait setempat). Masing-masing sumber tersebut dapat diuraikan
sebagai berikut :
1) Bantuan pemerintah
Kepala Desa/Lurah dapat memberikan bantuan yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Desa/Kelurahan yang sudah dituangkan dalam peraturan desa. Besarnya tentu disesuaikan
dengan kemampuan masing-masing desa. Selain itu bisa dari Subsidi dari Dinas/Instansi Teknis
terkait dikabupaten/Kota. Umumnya bantuan dari Pemerintah ini memungkinkan jika terjadi
kerusakan berat yang memerlukan perbaikan besar pada fasilitas umum atau fasilitas vital seperti
jalan, jembatan, tambatan perahu dan saluran air, ataupun prasarana lainnya.
Sedangkan cara pengumpulan dana tersebut adalah bergantung pada kondisi sosial budaya
masyarakat setempat, yang secara umum terbagi atas dua golongan sebagai berikut :
a. Sumbangan/iuran ditarik langsung pada saat menggunakan prasarana yang bersangkutan, hal ini
dapat diberlakukan untuk para pengguna yang tidak secara rutin menggunakan prasarana. Hal ini
bisa diterapkan untuk individu atau perusahaan swasta yang menjadi pengguna prasarana yang
bersangkutan. Sebagai contoh adalah tambatan perahu, fasilitas penggilingan padi, dan lain-lain.
Hal yang sangat penting dan harus diperhatikan berkaitan dengan “iuran/retribusi” yang akan
diberlakukan oleh KSM/Tim Pengelola adalah bahwa hendaknya disesuaikan dengan situasi
budaya dan kemampuan warga pemanfaat dan kebutuhan akan biaya pemeliharaan/perbaikan.
Besarnya iuran atau retribusi yang akan dikenakan baik perorangan atau per keluarga yang
memanfaatkan prasarana harus dimusyawarahkan dan disepakati secara bersama-sama oleh
seluruh anggota KSM/warga pemanfaat yang ada.
b. Sumbangan/Iuran rutin, hal ini dapat diberlakukan untuk pengguna prasarana yang secara rutin
menggunakan prasarana yang bersangkutan seperti irigasi, penyewa kios di pasar, MCK, fasilitas
air bersih dan prasarana lainnya.
Skala pelayanan prasarana sangat ditentukan oleh jenis prasarana yang dibangun. Apakah prasarana
itu menyentuh kebutuhan semua keluarga atau masyarakat baik secara langsung maupun tidak
langsung. Misalnya jalan akan memiliki skala pelayanan yang cukup luas dibandingkan dengan MCK
yang skala pelayanannya hanya pada warga pemanfaat disekitarnya (kelompok tertentu) saja.
Gambar tersebut memperlihatkan skala pelayanan sebuah ruas jalan dan MCK pada suatu
kelurahan/desa. Rumah tangga yang digambarkan dengan kota-kotak tersebut adalah penerima
manfaat dengan adanya pembangunan jalan tersebut, tanpa harus memperhatikan rumah tangga
apakah berada di dalam maupun di luar desa. Sedangkan MCK hanya dimanfaatkan oleh keluarga
disekitarnya saja (4 rumah). Identifikasi pelayanan ini sangat penting untuk melihat seberapa banyak
jumlah warga pemanfaat dapat dilibatkan.
Selain itu, identifikasi prasarana berdasarkan jenisnya ini akan menentukan “mudah tidaknya
pembiayaan (cost recovery)” prasarana untuk operasi dan pemeliharaan. Sebagai contoh seperti
tabel berikut.
Besarnya manfaat yang diterima oleh seseorang akan mempengaruhi kemungkinan dapat
tidaknya penerima manfaat tersebut dikenai “iuran/retribusi”. Semakin besar manfaat yang
diterima, maka semakin besar kemungkinan dikenakan iuran/retribusi.
b. Perahu yang memanfaatkan prasarana tambatan perahu maka kelompok pengguna dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
Pemilik perahu
Pengemudi perahu
Penumpang perahu
Dapat dilihat sampai seberapa banyak frekwensi penggunaan prasarana oleh ketiga
kelompok pemanfaat tersebut. Frekwensi penggunaan prasarana kemungkinan akan
dapat mempengaruhi besarnya “iuran” yang dapat ditarik dari pengguna. Semakin sering
seseorang/sekolompok menggunakan prasarana maka semakin besar pentensi
dikenakan iuran dan sebaliknya.
Dapat dilihat apakah sesorang tergolong mampu atau tidak mampu secara ekonomi. Hal
ini juga akan mempengaruhi besarnya iuran yang akan dikenakan. Semakin mampu
seseorang maka semakin besar potensi nilai iuran yang dapat dikenakan.