Anda di halaman 1dari 124

PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

Media Bantu Pemetaan Swadaya 1


Media Bantu Kelengkapan Data Hasil PS 7
Media Bantu Perencanaan Masyarakat Tahun 2009-2011 8
Media Bantu Realisasai Penanggulangan Kemiskinan Tahun 2009-2011 9
Media Bantu Penerima manfaat Kegiatan Lngkungan Tahun 2007-2011 10
Media Bantu Contoh Peta Wilayah, Peta Sebaran Rumah, Diagram 12
Bahan Bacaan PJM Pronangkis; Perencanaan Partisipatif 16
Media Bantu Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas 18
Bahan Bacaan Best Practise PLPBK 22
Bahan Bacaan Outcome Pendampingan PLPBK 35
Bahan Bacaan Manajemen Konstruksi 38
Bahan Bacaan Mengelola Perencanaan Teknis Kegiatan Infrastruktur 43
Bahan Bacaan Pengadaan Barang dan Jasa 62
Bahan Bacaan Pengendalian Pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur Program
PLPBK 81
Bahan Bacaan Operasional dan Pemeliharaan 101
Media Bantu Mengapa Terjadi? 118

Bahan Bacaan | Infrastruktur i


PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

ii Bahan Bacaan | Infrastruktur


PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

Pemetaan Swadaya

PEMETAAN SWADAYA

Pemetaan Swadaya

„ Merupakan proses identifikasi masalah


(kebutuhan) yang saling terkait dengan
refleksi kemiskinan, sehingga terjadi refleksi
– kajian – refleksi.

Bahan Bacaan | Infrastruktur 1


PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

Kegiatan dalam PS
9 Menggali informasi , kondisi nyata dari
masalah – masalah yang diidentifikasi
bersama
9 Mengkaji, proses analisa kritis terhadap
informasi dan fakta yang sudah didapatkan
9 Merumuskan masalah, masalah yang sudah
didapat dikelompokkan dan dianalisa
hubungan sebab akibatnya.

Mengapa disebut Swadaya?


„ Pengertian swadaya, bahwa semua proses
penggalian informasi, analisa dan perumusan
masalah dilakukan oleh masyarakat .
„ masyarakatlah yang menjadi peneliti bagi
dirinya sendiri melalui diskusi – diskusi warga ,
“orang luar” hanyalah sebagai Fasilitator .
„ masyarakatlah yang menjadi aktor utama
pembangunan, sesuai dengan prinsip
pembangunan partisipatif

2 Bahan Bacaan | Infrastruktur


PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

Mengapa Masyarakat penting untuk


Meneliti sendiri ?
„ Wujud tanggungjawab sosial sebagai manusia
„ Penghargaan terhadap manusia yang merdeka
untuk menentukan nasibnya sendiri
„ Kesempatan untuk saling berbagi pengetahuan
dan informasi
„ Meminimalkan bias – bias dalam penelitian,
karena ‘orang luar’ dalam meneliti seringkali
melihat dan mengkaji berdasarkan sudut
pandangnya yang belum tentu sesuai dengan
sudut pandang masyarakat.

Bias orang luar dalam memahami


kemiskinan
„ Bias musim, kajian dilakukan hanya pada musim tertentu
„ Bias tempat/lokasi,kajian dilakukan hanya di lokasi-lokasi
yang mudah terjangkau
„ Bias tokoh,kajian dilakukan hanya dengan tokoh
masyarakat
„ Bias gender,kajian dilakukan hanya dengan kelompok
laki laki saja atau perempuan saja
„ Bias profesi, kecenderungan untuk memahami
masyarakat dari aspek profesi peneliti
„ Bias lainnya????

Bahan Bacaan | Infrastruktur 3


PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

Pembelajaran Nilai dalam PS

Melalui kegiatan yang dilakukan bersama,


diharapkan :
„ Tumbuh saling menghargai

„ Saling mengerti

„ Saling berbagi pengetahuan dan informasi

„ Saling peduli terhadap permasalahan


pihak lain

Topik Kajian dan Penggalian


Informasi
„ Topik kajian dalam pemetaan swadaya
didasarkan kepada masalah – masalah
yang muncul dalam refleksi kemiskinan
(dilihat dari hasil pohon persoalan
kemiskinan).

4 Bahan Bacaan | Infrastruktur


PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

KEMISKINAN
Kajian Kkdan
Jiwa Miskin
(daftar dan
profil)

Cari kerja sulit Biaya


pendidikan tinggi
Masalah Sosial
Kebijakan LEVEL 3
Pendidikan
Masalah rendah
ekonomi Tidak punya Kajian
pekerjaan
Masalah
peraturan
Tidak punya Tidak punya politik dan
penghasilan keterampilan program
Tidak ada
peluang
Kemiskinan
Kurang Tidak ada
dipercaya informasi
Malas Masalah
Akses
Frustrasi informasi LEVEL 2
Masalah (apatis)
Perilaku
Lembaga/pengambil
Kajian
Percaya miskin = keputusan tidak mampu Kelembagaan
nasib menegakkan keadilan.

ƒMenipisnya kepedulian
ƒMeningkatnya keserakahan
Refleksi
ƒLunturnya nilai nilai kemanusiaan kepemimpinan
LEVEL 4
LEVEL 1
Masalah Perilaku
(akar masalah)
Kajian masalah
sosial, ekonomi
dan lingkungan

Keluaran yang Diharapkan


„ Adanya data – data dan rumusan permasalahan warga miskin
menyangkut permasalahan sosial , ekonomi dan lingkungan.
„ Adanya daftar KK dan jiwa miskin serta permasalahan yang khusus
dari masing – masing jiwa.
„ Adanya peta wilayah, peta sebaran warga miskin dan peta – peta
topikal (kesehatan, pendidikan, sarana – prasarana lingkungan, dan
sebagainya sesuai kebutuhan).
„ Adanya kriteria kepemimpinan yang disepakati oleh masyarakat
sebagai dasar bagi pemilihan anggota ” Badan Keswadayaan
Masyarakat”
„ Teridentifikasinya lembaga pengambil keputusan untuk
penanggulangan kemiskinan di tingkat Kelurahan/Desa , yang
sesuai dengan kriteria BKM – P2KP
„ Adanya kebutuhan masyarakat terhadap lembaga untuk
penanggulangan kemiskinan yang demokratis.
„ Adanya daftar potensi untuk pemecahan masalah – masalah sosial,
ekonomi dan lingkungan.

Bahan Bacaan | Infrastruktur 5


PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

Manfaat :
„ Bagi masyarakat : merupakan proses belajar
dan penyadaran tentang keadaan kehidupan dan
lingkungan yangmereka hadapi, sehingga
diharapkan tumbuh kepedulian terhadap warga
sekitar dan mencari jalan keluar dari keadaan –
keadaan yang dianggap mengganggu ( masalah)

„ Bagi ‘orang luar’ : merupakan proses belajar


dan penyadaran dalam memahami keadaan
masyarakat, dan mendapatkan dukungan
terhadap program yang dikembangkan.

Terima Kasih

6 Bahan Bacaan | Infrastruktur


PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

Bahan Bacaan | Infrastruktur 7


PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

Tabel 3.3 PERENCANAAN MASYARAKAT TAHUN 2009-2011 WIL-2 (WB)


VOLUME KEGIATAN
JENIS KEGIATAN PRONANGKIS
TH. 2009 TH. 2010 TH. 2011
Jalan meter 10,234,443 10,803,506 5,729,054
Drainase meter 1,756,596 1,417,227 1,014,689
Jembatan meter 362,536 304,136 59,928
Perumahan unit 75,182 77,602 36,014
MCK unit 191,065 80,623 21,015
TPA/Gerobak Sampah unit 80,353 53,821 16,051
Air Bersih meter 595,135 656,065 238,712
Penerangan Umum unit 78,480 48,078 26,590
Sarana Pendidikan unit 42,890 22,743 4,632
Irigasi meter 519,698 359,948 152,961
Sarana Kesehatan unit 18,751 112,976 3,209
Sarana Perdagangan unit 4,905 11,335 2,455
Saluran Pembuangan Limbah meter 324,977 436,844 42,663
Tambatan Perahu unit 28,342 72,897 8,638
Infrastruktur lannya unit/mtr 354,473 532,600 179,677
Santunan Sosial/Hibah orang 161,763 121,141 66,478
Peningkatan SDM orang 715,213 674,240 195,758
Beasiswa orang 205,080 145,506 61,433
Peningkatan Kesehatan orang 670,580 510,847 179,963
Sosial Lainnya orang 839,458 768,844 259,992
Pinjaman Bergulir orang 470,997 405,454 150,305

Perencanaan masyarakat dalam kegiatan lingkungan cenderung didominasi oleh kegiatan-kegiatan


yang sifat kemanfaatannya bersifat komunal seperti pembangunan jalan, drainase, jembatan, air
bersih, dan irigasi. Kecenderungan ini menunjukkan adanya realitas kebutuhan yang cukup besar
terkait dengan sarana lingkungan yang bersifat umum. Selain itu pertimbangan aspek jumlah
penerima manfaat menjadi salah satu faktor yang turut menentukan dalam penetapan prioritas
kegiatan oleh masyarakat.

8 Bahan Bacaan | Infrastruktur


PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

REALISASI KEGIATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN


TAHUN 2009-2011, WILAYAH-2 (WB)

VOLUME (TH 2009-2011)


JENIS KEGIATAN satuan %
PRENCANAAN REALISASI
Jalan meter 26,767,003 4,863,896 18.2%
Drainase meter 4,188,512 2,038,488 48.7%
Jembatan meter 726,599 39,431 5.4%
Perumahan unit 188,798 27,678 14.7%
MCK unit 292,703 21,717 7.4%
TPA/Gerobak Sampah unit 150,225 9,145 6.1%
Air Bersih meter 1,489,911 243,077 16.3%
Penerangan Umum unit 153,148 14,399 9.4%
Sarana Pendidikan unit 70,265 2,488 3.5%
Irigasi meter 1,032,608 57,690 5.6%
Sarana Kesehatan unit 134,936 689 0.5%
Sarana Perdagangan unit 18,695 178 1.0%
Saluran Pembuangan Limbah meter 804,484 161,100 20.0%
Tambatan Perahu unit 109,876 231 0.2%
Infrastruktur Lainnya unit/m 1,066,749 36,278 3.4%
Santunan Sosial/Hibah orang 349,382 78,263 22.4%
Peningkatan SDM orang 1,585,211 276,922 17.5%
Beasiswa orang 412,019 91,879 22.3%
Peningkatan Kesehatan orang 1,361,390 387,249 28.4%
Sosial lainnya orang 1,868,295 265,709 14.2%
Pinjaman Bergulir orang 1,026,756 269,778 26.3%
Sumber : SIM PNPM Perkotaan, status 29-Feb-2012

Bahan Bacaan | Infrastruktur 9


PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

KK MISKIN PENERIMA MANFAAT KEGIATAN LINGKUNGAN TAHUN 2007-2011


Source data: Data SIM BLM
Update Data: Data SIM P2KP_31 Mei 2012
< 65 % Merah
KEGIATAN LINGKUNGAN
KK
NO PROVINSI JUMLAH KK
MISKIN
PENERIMA %
PENERIMA
MANFAAT
MANFAAT
1 ACEH 359,546 240,382 67%
2 SUMATERA UTARA 849,454 525,915 62%
3 SUMATERA BARAT 346,898 179,132 52%
4 RIAU 253,807 117,080 46%
5 JAMBI 611,783 130,124 21%
6 SUMATERA SELATAN 674,205 454,073 67%
7 BENGKULU 167,635 88,522 53%
8 LAMPUNG 547,590 318,841 58%
9 BANGKA BELITUNG 84,376 42,867 51%
10 KEPULAUAN RIAU 330,278 127,594 39%
11 DKI JAKARTA 440,666 234,796 53%
12 JAWA BARAT 8,081,736 5,238,168 65%
13 BANTEN 798,285 506,084 63%
14 KALIMANTAN BARAT 125,956 69,603 55%
SUB JUMLAH 13,672,215 8,273,181 61%
1 JAWA TENGAH 4,647,014 2,949,831 63%
2 D.I. YOGYAKARTA 484,980 277,252 57%
3 JAWA TIMUR 2,430,073 1,390,913 57%
4 BALI 312,014 94,903 30%
5 NUSA TENGGARA BARAT 559,882 364,754 65%
6 NUSA TENGGARA TIMUR 184,696 132,089 72%
7 KALIMANTAN TENGAH 132,837 86,728 65%
8 KALIMANTAN SELATAN 299,468 197,815 66%
9 KALIMANTAN TIMUR 366,841 154,210 42%

10 Bahan Bacaan | Infrastruktur


PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

10 SULAWESI UTARA 211,266 145,126 69%


11 SULAWESI TENGAH 98,847 71,505 72%
12 SULAWESI SELATAN 409,085 241,810 59%
13 SULAWESI TENGGARA 366,345 114,396 31%
14 GORONTALO 13,520 12,311 91%
15 SULAWESI BARAT 20,860 16,759 80%
16 MALUKU 172,385 119,796 69%
17 MALUKU UTARA 157,765 82,307 52%
18 PAPUA BARAT 62,478 42,110 67%
19 PAPUA 56,506 38,880 69%
SUB JUMLAH 10,986,862 6,533,495 59%
TOTAL NASIONAL 24,659,077 14,806,676 60%

Bahan Bacaan | Infrastruktur 11


PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

Contoh
Peta Wilayah (Peta Dasar)

Contoh
Peta Sebaran Rumah Warga Miskin

12 Bahan Bacaan | Infrastruktur


PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

Diagram Batang (kepemilikan MCK, akses air bersih, rumah tidak layak huni, dll) :

Contoh
Bagan Masukan dan Keluaran Air

Bahan Bacaan | Infrastruktur 13


PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

Contoh
Bagan Masukkan dan Keluaran Pengelolaan Sampah

Contoh
Bagan Sistem Pembuangan Air

14 Bahan Bacaan | Infrastruktur


PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

Contoh
Kalender Musim Kondisi Lingkungan

Bahan Bacaan | Infrastruktur 15


PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

PJM Pronangkis; Perencanaan Partisipatif


Proses perencanaan dan pengambilan keputusan dalam program pembangunan seringkali dilakukan
dari atas ke bawah (top down). Masyarakat seringkali diikutkan tanpa diberikan pilihan dan
kesempatan untuk memberikan masukan atau peranan. Hal ini disebabkan adanya anggapan bahwa
terhadap masyarakat, masyarakat tidak mempunyai kemampuan untuk menganalisa kondisi dan
merumuskan persoalan serta kebutuhan – kebutuhannya. Dalam hal ini masyarakt ditempatkan pada
posisi objek pembangunan, program yang dilakukan dengan pendekatan dari atas ke bawah (top
down) seringkali tidak berhasil dan kurang memberi manfaat, karena masyarakat kurang terlibat,
sehingga mereka merasa kurang bertanggungjawab terhadap program dan keberhasilannya.

Dari kondisi ini, pendekatan dikembangkan dengan menempatkan masyarakat sebagai pihak utama
atau subjek pembangunan. Pendekatan ini lebih bersifak memberdayakan masyarakat dimana
pengalaman dan pengetahuan masyarakat tentang keberadaannya yang sangat luas dan berguna
serta kemauan mereka untuk menjadi lebih baik.

Proses ini bertitik tolak untuk memandirikan masyarakat agar dapat meningkatkan taraf hidupnya,
menggunakan dan mengakses sumberdaya sebaik mungkin baik sumberdaya dari luar maupun
sumber daya yang ada di wilayahnya sendiri.

Apa itu perencanaan partisipatif ?


Perencanaan adalah suatu proses atau kegiatan menyusun rencana kegiatan, dengan demikian
rencana adalah suatu hal yang belum dilakukan dan diharapkan akan dilakukan.

Perencanaan partisipatif adalah suatu proses untuk menghasilkan rencana yang dilakukan oleh
semua pihak yang terkait dengan bidang yang direncanakan secara bersama – sama (partisipatif)
dan terbuka yang dimulai dari penjajagan kebutuhan / permasalahan dan potensi sampai dengan
penentuan dan perumusan tujuan kegiatan.

Apa saja proses perencanaan partisipatif ?

x Pengumpulan informasi yang biasanya disebut sebagai analisis situasi, identifikasi kebutuhan dan
Proses perencanaan partisipatif dilakukan melalui beberapa tahap, diantaranya :

x Penentuan masalah dan kebutuhan yang dianggap prioritas untuk ditangani.


permasalahan serta potensi.

x Perumusan tujuan – tujuan program yang ingin dicapai : jangka panjang, jangka menengah dan

x Penyusunan rencana program, yang terdiri dari target yang ingin dicapai, kapan, dengan cara
jangka pendek.

x Penyusunan rencana aksi / kegiatan jangka pendek yang merupakan rincian kegiatan, yang
apa, siapa yang bertanggung jawab, sumber daya yang dibutuhkan.

terdiri dari nama kegiatan, jadwal, anggaran, pendanaan, organisasi pelaksana.

Dalam tahapan siklus PNPM Mandiri Perkotaan, refleksi kemiskinan dan pemetaan swadaya
merupakan bagian dari perencanaan partisipatif, dimana di dalam kegiatan tersebut diidentifikasi
penyebab, masalah, potensi serta dilakukan analisa masalah melalui pembuatan pohon masalah. Di
lanjutkan dengan penyusunan PJM Pronangkis yang merupakan rencana tindak lanjut dari
pemecahan permasalahan kemiskinan yang terjadi.

16 Bahan Bacaan | Infrastruktur


PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

Dalam perencanaan partisipatif sangat penting bahwa masyarakat terlibat dalam proses baik secara
langsung maupun secara tidak langsung diajak diskusi mulai awal. Karena kalau tidak terlibat dalam
proses dan mereka masyarakat tinggal beres, hal ini dapat menyebabkan kurangnya rasa
tanggungjawab terhadap kegiatan dan tidak menutup kemungkinan bahwa pelaksanaan kegiatan
tidak sesuai dengan harapan atau kebutuhan masyarakat.

Dalam membuat suatu perencanaan program tentunya harus dirumuskan terlebih dahulu kondisi
ideal yang diharapkan, hal ini disebut membangun “Visi”. Pengertian visi adalah gambaran masa
depan yang ideal dan menjadi dasar dalam proses perencanaan, karena itu visi merupakan kondisi
ideal yang ingin dicapai atau direalisasikan pada akhir periode perencanaan.

Visi sangat penting peranannya karena merupakan arah yang ingin dicapai. Sehingga harus
dirumuskan langkah atau upaya – upaya yang akan dilakukan agar visi tercapai. Hal ini disebut
“misi”.

Bahan Bacaan | Infrastruktur 17


PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

Slide 1

Slide 2

18 Bahan Bacaan | Infrastruktur


PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

Slide 3

Slide 4

Bahan Bacaan | Infrastruktur 19


PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

Slide 5

Slide 6

20 Bahan Bacaan | Infrastruktur


PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

Slide 7

Slide 8

Bahan Bacaan | Infrastruktur 21


PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

Slide 9

22 Bahan Bacaan | Infrastruktur


PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

Best Practices PLPBK

Slide 1

Slide 2

Bahan Bacaan | Infrastruktur 23


PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

Slide 3

Slide 4

24 Bahan Bacaan | Infrastruktur


PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

Slide 5

Slide 6

Bahan Bacaan | Infrastruktur 25


PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

Slide 7

Slide 8

26 Bahan Bacaan | Infrastruktur


PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

Slide 9

Slide 10

Bahan Bacaan | Infrastruktur 27


PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

Slide 11

Slide 12

28 Bahan Bacaan | Infrastruktur


PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

Slide 13

Slide 14

Bahan Bacaan | Infrastruktur 29


PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

Slide 15

Slide 16

30 Bahan Bacaan | Infrastruktur


PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

Slide 17

Slide 18

Bahan Bacaan | Infrastruktur 31


PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

Slide 19

Slide 20

32 Bahan Bacaan | Infrastruktur


PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

Slide 21

Bahan Bacaan | Infrastruktur 33


PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

34 Bahan Bacaan | Infrastruktur


PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

Slide 1

Slide 2

Bahan Bacaan | Infrastruktur 35


PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

Slide 3

Slide 4

36 Bahan Bacaan | Infrastruktur


PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

Slide 5

Slide 6

Bahan Bacaan | Infrastruktur 37


PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

Manajemen Konstruksi

Konsep Earned Value untuk Pengelolaan Proyek Konstruksi


BIEMO W. SOEMARDI, MUHAMAD ABDUH,
REINI D. WIRAHADIKUSUMAH DAN NURUDDIN PUJOARTANTO
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung

1. PENDAHULUAN

Proyek konstruksi berkembang semakin besar dan rumit dewasa ini baik dari segi fisik maupun
biaya. Pada prakteknya suatu proyek mempunyai keterbatasan akan sumber daya, baik berupa
manusia, material, biaya ataupun alat. Hal ini membutuhkan suatu manajemen proyek mulai dari
fase awal proyek hingga fase penyelesaian proyek. Dengan meningkatnya tingkat kompleksitas
proyek dan semakin langkanya sumberdaya maka dibutuhkan juga peningkatan sistem pengelolaan
proyek yang baik dan terintegrasi.
Perencanaan dan Pengendalian Biaya dan Waktu merupakan bagian dari manajemen proyek
konstruksi secara keseluruhan. Selain penilaian dari segi kualitas, prestasi suatu proyek dapat pula
dinilai dari segi biaya dan waktu. Biaya yang telah dikeluarkan dan waktu yang digunakan dalam
menyelesaikan suatu pekerjaan harus diukur secara kontinyu penyimpangannya terhadap rencana.
Adanya penyimpangan biaya dan waktu yang signifikan mengindikasikan pengelolaan proyek yang
buruk. Dengan adanya indikator prestasi proyek dari segi biaya dan waktu ini memungkinkan
tindakan pencegahan agar pelaksanaan proyek berjalan sesuai dengan rencana.
Konsep “earned value” merupakan salah satu alat yang digunakan dalam pengelolaan proyek yang
mengintegrasikan biaya dan waktu. Konsep earned value menyajikan tiga dimensi yaitu
penyelesaian fisik dari proyek (the percent complete) yang mencerminkan rencana penyerapan
biaya (budgeted cost), biaya aktual yang sudah dikeluarkan atau yang disebut dengan actual cost
serta apa yang yang didapatkan dari biaya yang sudah dikeluarkan atau yang disebut earned value.
Dari ketiga dimensi tersebut, dengan konsep earned value, dapat dihubungkan antara kinerja biaya
dengan waktu yang berasal dari perhitungan varian dari biaya dan waktu (Flemming dan
Koppelman, 1994). Berdasarkan kinerja biaya dan waktu ini, seorang manajer proyek dapat
mengidentifikasi kinerja keseluruhan proyek maupun paket-paket pekerjaan di dalamnya dan
kemudian memprediksi kinerja biaya dan waktu penyelesaian proyek. Hasil dari evaluasi kinerja
proyek tersebut dapat digunakan sebagai early warning jika terdapat inefisiensi kinerja dalam
penyelesaian proyek sehingga dapat dilakukan kebijakan-kebijakan manajemen dan perubahan
metode pelaksanaan agar pembengkakan biaya dan keterlambatan penyelesaian proyek dapat
dicegah.

38 Bahan Bacaan | Infrastruktur


PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

2. MANAJEMEN WAKTU
Manajemen waktu pada suatu proyek (Project Time Management) memasukkan semua proses yang
dibutuhkan dalam upaya untuk memastikan waktu penyelesaian proyek,terdapat lima proses utama
dalam manajemen waktu proyek, yaitu:
• Pendefinisian Aktivitas. Merupakan proses identifikasi semua aktivitas spesifik yang harus
dilakukan dalam rangka mencapai seluruh tujuan dan sasaran proyek (project deliveriables).
Dalam proses ini dihasilkan pengelompokkan semua aktivitas yang menjadi ruang lingkup proyek
dari level tertinggi hingga level yang terkecil atau disebut Work Breakdown Structure (WBS).
• Urutan Aktivitas. Proses pengurutan aktivitas melibatkan identifikasi dan dokumentasi dari
hubungan logis yang interaktif. Masing-masing aktivitas harus diurutkan secara akurat untuk
mendukung pengembangan jadwal sehingga diperoleh jadwal yang realisitis. Dalam proses ini
dapat digunakan alat bantu komputer untuk mempermudah pelaksanaan atau dilakukan secara
manual. Teknik secara manual masih efektif untuk proyek yang berskala kecil atau di awal tahap
proyek yang berskala besar, yaitu bila tidak diperlukan pendetailan yang rinci.
• Estimasi Durasi Aktivitas. Estimasi durasi aktivitas adalah proses pengambilan informasi yang
berkaitan dengan lingkup proyek dan sumber daya yang diperlukan yang kemudian dilanjutkan
dengan perhitungan estimasi durasi atas semua aktivitas yang dibutuhkan dalam proyek yang
digunakan sebagai input dalam pengembangan jadwal. Tingkat akurasi estimasi durasi sangat
tergantung dari banyaknya informasi yang tersedia.
• Pengembangan Jadwal. Pengembangan jadwal berarti menentukan kapan suatu aktivitas dalam
proyek akan dimulai dan kapan harus selesai. Pembuatan jadwal proyek merupakan proses iterasi
dari proses input yang melibatkan estimasi durasi dan biaya hingga penentuan jadwal proyek.
• Pengendalian Jadwal. Pengendalian jadwal merupakan proses untuk memastikan apakah kinerja
yang dilakukan sudah sesuai dengan alokasi waktu yang sudah direncanakan. Hal yang perlu
diperhatikan dalam pengendalian jadwal adalah:
a.Pengaruh dari faktor-faktor yang menyebabkan perubahan jadwal dan memastikan perubahan
yang terjadi disetujui.
b. Menentukan perubahan dari jadwal.
c. Melakukan tindakan bila pelaksanaan proyek berbeda dari perencanaan awal proyek.

3. MANAJEMEN BIAYA
Manajemen biaya proyek (project cost management) melibatkan semua proses yang diperlukan
dalam pengelolaan proyek untuk memastikan penyelesaian proyek sesuai dengan anggaran biaya
yang telah disetujui. Hal utama yang sangat diperhatikan dalam manajemen biaya proyek adalah
biaya dari sumber daya yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek, sebagai berikut:
• Perencanaan Sumber Daya. Perencanaan sumber daya merupakan proses untuk menentukan
sumber daya dalam bentuk fisik (manusia, peralatan, material) dan jumlahnya yang diperlukan
untuk melaksanakan aktivitas proyek. Proses ini sangat berkaitan erat dengan proses estimasi
biaya.
• Estimasi Biaya. Estimasi biaya adalah proses untuk memperkirakan biaya dari sumber daya yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek. Bila proyek dilaksanakan melalui sebuah kontrak, perlu
dibedakan antara perkiraan biaya dengan nilai kontrak. Estimasi biaya melibatkan perhitungan
kuantitatif dari biaya-biaya yang muncul untuk menyelesaikan proyek. Sedangkan nilai kontrak

Bahan Bacaan | Infrastruktur 39


PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

merupakan keputusan dari segi bisnis di mana perkiraan biaya yang didapat dari proses estimasi
merupakan salah satu pertimbangan dari keputusan yang diambil.
• Penganggaran Biaya. Penganggaran biaya adalah proses membuat alokasi biaya untuk masing-
masing aktivitas dari keseluruhan biaya yang muncul pada proses estimasi. Dari proses ini
didapatkan cost baseline yang digunakan untuk menilai kinerja proyek.
• Pengendalian Biaya. Pengendalian biaya dilakukan untuk mendeteksi apakah biaya aktual
pelaksanaan proyek menyimpang dari rencana atau tidak. Semua penyebab penyimpangan biaya
harus terdokumentasi dengan baik sehingga langkah-langkah perbaikan dapat dilakukan.

4. KONSEP EARNED VALUE


Sejalan dengan perkembangan tingkat kompleksitas proyek yang semakin besar, seringkali terjadi
keterlambatan penyelesaian proyek dan pembengkakan biaya. Sistem pengelolaan yang digunakan
biasanya memisahkan antara sistem akuntansi untuk biaya dan sistem jadwal proyek konstruksi.
Dari sistem akuntansi biaya dapat dihasilkan laporan kinerja dan prediksi biaya proyek, sedangkan
dari sistem jadwal dihasilkan laporan status penyelesaian proyek. Informasi pengelolaan proyek dari
kedua sistem tersebut saling melengkapi, namun dapat menghasilkan informasi yang berbeda
mengenai status proyek. Dengan demikian, dibutuhkan suatu sistem yang mampu mengintegrasikan
antara informasi waktu dan biaya,untuk kepentingan tersebut, konsep earned value dapat
digunakan sebagai alat ukur kinerja yang mengintegrasikan antara aspek biaya dan aspek waktu.
konsep earned value memberikan dimensi yang ketiga selain biaya aktual dan biaya rencana.
Dimensi yang ketiga ini adalah besarnya pekerjaan secara fisik yang telah diselesaikan atau disebut
earned value/percent complete. Dengan adanya dimensi ketiga ini, seorang manajer proyek akan
dapat lebih memahami seberapa besar kinerja yang dihasilkan dari sejumlah biaya yang telah
dikeluarkan
Ada tiga elemen dasar yang menjadi acuan dalam menganalisa kinerja dari proyek berdasarkan
konsep earned value. Ketiga elemen tersebut adalah:
• Budgeted Cost for Work Scheduled (BCWS) merupakan anggaran biaya yang dialokasikan
berdasarkan rencana kerja yang telah disusun terhadap waktu. BCWS dihitung dari akumulasi
anggaran biaya yang direncanakan untuk pekerjaan dalam periode waktu tertentu. BCWS pada
akhir poyek (penyelesaian 100 %) disebut Budget at Completion (BAC). BCWS juga menjadi tolak
ukur kinerja waktu dari pelaksanaan proyek. BCWS merefleksikan penyerapan biaya rencana
secara kumulatif untuk setiap paket-paket pekerjaan berdasarkan urutannya sesuai jadwal yang
direncanakan.
• Actual Cost for Work Performed (ACWP) adalah representasi dari keseluruhan pengeluaran yang
dikeluarkan untuk menyelesaikan pekerjaan dalam periode tertentu. ACWP dapat berupa
kumulatif hingga periode perhitungan kinerja atau jumlah biaya pengeluaran dalam periode
waktu tertentu.
• Budgeted Cost for Work Performed (BCWP) adalah nilai yang diterima dari penyelesaian
pekerjaan selama periode waktu tertentu. BCWP inilah yang disebut earned value. BCWP ini
dihitung berdasarkan akumulasi dari pekerjaan-pekerjaan yang telah diselesaikan. Ada beberapa
cara untuk menghitung BCWP diantaranya adalah: Fixed formula, Milestone weights, Milestone
weights with percent complete, Unit complete, Percent complete, Level of effort.

40 Bahan Bacaan | Infrastruktur


PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

5. KRITERIA EARNED VALUE MANAGEMENT SYSTEM


Walaupun konsep earned value terlihat sederhana, namun implementasinya dalam pengelolaan
proyek tidaklah mudah karena harus didukung oleh sistem manajemen yang mampu menyediakan
input data yang lengkap dalam perhitungan kinerja proyek. Bila kinerja proyek buruk, sistem akan
mampu menelusuri bagian mana yang bermasalah yang menyebabkan pembengkakan biaya dan
terjadinya keterlambatan pelaksanaan proyek. Dengan demikian, langkah perbaikan dapat dilakukan
dan semua data terdokumentasi dengan baik untuk keperluan di masa datang pada pengelolaan
proyek berikutnya. Fleming dan Koppelman (1994) menjelaskan 10 kriteria bagi terselenggaranya
pengelolaan proyek yang berdasarkan pada konsep earned value, sebagai berikut:
• Komitmen manajemen. Pada penerapan konsep earned value, harus ada kebulatan tekad dari
manajer proyek untuk memanfaatkan konsep earned value di dalam sistem manajemen pada
proyek yang ditanganinya. Komitmen juga harus ada pada organisasi utama perusahaan dalam
mendukung keputusan penggunaan konsep earned value pada manajemen proyek.
• Menetapkan lingkup proyek dengan work breakdown structure (WBS). Pada setiap proyek, hal
pertama yang harus dilakukan adalah menentukan lingkup proyek agar pada saat
pelaksanaannya lingkup proyek tidak meluas yang menyebabkan kegagalan proyek. Salah satu
teknik yang dapat digunakan dan terbukti ampuh dalam membatasi lingkup proyek adalah
dengan WBS. WBS memperlihatkan hirarki perencanaan pekerjaan yang berorientasi pada
produk yang dihasilkan proyek. WBS menjadi acuan dalam menentukan aktivitas dan sumber
daya yang akan digunakan untuk mencapai sasaran proyek.
• Menciptakan management control cells (cost account). Cost account adalah pertemuan antara
level terendah WBS dengan fungsi dari organisasi. Cost account harus memiliki empat elemen
yaitu: memperlihatkan pekerjaan di level tugas; mempunyai kerangka waktu pelaksanaan yang
spesifik bagi masing-masing tugas; mempunyai anggaran biaya untuk penggunaan sumber daya;
dan mempunyai pihak yang bertanggung jawab untuk masing-masing sel.
• Menetapkan tanggung jawab fungsional untuk setiap bagian terkecil dari manajemen proyek
(project’s management control cells). Dibutuhkan organisasi proyek yang dalam strukturnya
terdapat pembagian tanggung jawab yang jelas. Organisasi proyek dibagi dalam divisi dan
subdivisi. Masing-masing divisi dan subdivisi mempunyai tugas dan tanggung jawab yang
berbeda-beda. Tugas dan tanggung jawab ini sesuai dengan kepemilikan cost account masing-
masing divisi dan subdividivisi.
• Membuat earned value baseline. Langkah selanjutnya adalah menetapkan baseline yang
digunakan dalam menghitung kinerja proyek. Basis ukuran kinerja proyek harus memasukkan
semua cost account dan biaya-biaya tidak langsung proyek seperti biaya tak terduga dan profit.
Untuk memperolah basis ukuran kinerja proyek, digunakan proses perencanaan formal proyek
mulai dari proses estimasi, penjadwalan dan penganggaran. Untuk keperluan pengendalian,
pihak manajemen harus menentukan batasan untuk penilaian kinerja proyek.
• Penggunaan proses formal penjadwalan proyek. Penggunaan earned value membutuhkan alat
bantu pengendalian proyek seperti master schedule, kurva S dan bar chart. Alat bantu
pengendalian proyek dibuat melalui proses penjadwalan. Alat bantu ini menunjukkan kerangka
waktu dari masing-masing paket pekerjaan dan anggaran biayanya.

Bahan Bacaan | Infrastruktur 41


PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

• Pengelolaan biaya tidak langsung (indirect cost). Biaya tidak langsung perlu dikelompokkan
tersendiri/terpisah dari biaya langsung proyek. Terkadang biaya tidak langsung mempunyai
porsi yang lebih besar dari biaya keseluruhan proyek. Oleh karena itu biaya tidak langsung
proyek perlu diperhatikan dan ditangani secara baik.
• Secara periodik, mengestimasi biaya penyelesaian proyek. Salah satu manfaat dari konsep
earned value adalah mampu memprediksi biaya penyelesaian proyek (EAC). Dengan dasar
kinerja aktual proyek (SPI dan CPI), dapat diprediksi secara akurat berapa lagi dana yang
dibutuhkan untuk menyelesaikannya.
• Pelaporan status proyek. Batasan varian yang sudah ditentukan manajemen menjadi acuan kapan
manajemen akan bertindak. Bila kinerja proyek berada diluar batasan yang telah ditetapkan, hal
tersebut merupakan sinyal peringatan bagi pihak manajemen untuk bertindak. Penerapan
earned value dalam menajemen proyek merupakan salah satu contoh penerapan management
by exception. Management by exception adalah tipe sistem manajemen yang baru melakukan
tindakan ketika ada penyimpangan.
• Menyusun historical database. Pembentukan historical database memungkinkan perbaikan
proyek yang akan dikerjakan menjadi lebih baik. Historical database digunakan sebagai acuan
dalam pengelolaan proyek di masa yang akan datang.

42 Bahan Bacaan | Infrastruktur


PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

MENGELOLA PERENCANAAN TEKNIS KEGIATAN INFRASTRUKTUR

x Peserta memahami Lingkup Kegiatan dan Mekanisme Pelaksanaan Kegiatan Tahap


Tujuan:

x Peserta memahami dan menyadari Sasaran, Ukuran Sasaran dan Langkah-langkah


Perencanaan Teknis Kegiatan Infrastruktur

teknis pelaksanaan kegiatan perencanaan (Penyediaan Lahan, Desain/Spesifikasi


Teknis/Gambar, Safeguards, Penyusunan RAB, Pengorganisasian Pelaksanaan

x Peserta memahami dan mampu melakukan Pengorganisasian Pelaksanaan


Konstruksi, Dokumen Proposal Pelaksanaan);

Perencanaan Teknis
x Peserta memahami langkah-langkah dan mekanisme Verifikasi Kelayakan Proposal

I. TAHAP PERENCANAAN
Perencanaan teknis infrastruktur secara sederhana merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan
untuk menyusun rencana opersional/pelaksanaan pembangunan infrastruktur atau dalam
Implementasi Program P2KP adalah proses Penyusunan Usulan Proposal Kegiatan infrastruktur yang
dilakukan oleh Pelaksana Kegiatan (Masyarakat) sebelum melaksanakan tahapan pembangunan
fisik/konstruksi.

1. MENENTUKAN TUJUAN/SASARAN
Tujuan Proyek Pembangunan Infrastruktur : terwujudnya infrastruktur yang diinginkan sesuai
dengan ketentuan, standar mutu teknis bangunan dalam kurun waktu dan biaya yang telah
ditetapkan (secara efektif dan efisien).
Sasaran perencanaan teknis pelaksanaan kegiatan infrastruktur P2KP adalah tersedianya
rencana teknis pelaksanaan pembangunan infrastruktur (dokumen proposal) yang dapat
menjamin terwujudnya infrastruktur yang diinginkan sesuai dengan ketentuan, kriteria/ standar
teknis bangunan (mutu yang dipersyaratkan) secara efektif dan efisien serta dapat bermanfaat
secara berkelanjutan.

Ukuran dan standar keluaran yang yang ingin dicapai adalah :


a) Jenis Kegiatan yang diusulkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan dokumen
perencanaan RPLP dan RTPLP;
b) Luas lahan yang diperoleh/tersedia, sesuai kebutuhan bangunan yang dan tidak
menimbulkan dampak sosial bagi masyarakat (pemilik lahan dan warga sekitarnya);
c) Tersedianya rencana teknis bangunan (Desain/Gambar, Spesifikasi Teknis) yang memenuhi
kriteria/standar teknis bangunan (oleh instansi teknis seperti PU);

Bahan Bacaan | Infrastruktur 43


PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

d) Tersedianya rencana teknis pengamanan dampak lingkungan dan sosial sesuai ketentuan
pembangunan yang berlaku;
e) Tersedianya rencana biaya pembangunan yang efisien (termasuk tidak menimbulkan biaya
tinggi atau sesuai dengan kebutuhan kegiatan dilapangan);
f) Tersedianya rencana waktu pelaksanaan pembangunan yang efektif (dapat dicapai,
termasuk tidak melampaui batas yang ditentukan oleh program);
g) Tersedianya rencana pengadaan yang sesuai dengan metode pengadaan yang telah
ditetapkan program.
h) Adanya Komitmen warga penerima manfaat untuk pemeliharaan bersama;
i) Progres kegiatan perencanaan teknis telah mencapai 100% (selesai);
j) Waktu pelaksanaan tidak melampaui batas waktu yang telah ditetapkan program;

2. MENENTUKAN LINGKUP KEGIATAN PERENCANAAN TEKNIS


Menentukan lingkup kegiatan/proyek yang akan dilaksanakan pada dasarnya berkaitan dengan
menentukan apa yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan/sasaran yang diinginkan. Lingkup
perencanaan teknis adalah keseluruhan kegiatan atau pekerjaan perencanaan teknis yang harus
dilakukan untuk mencapai sasaran kegiatan yang telah ditetapkan (menghasilkan dokumen
perencanaan yang layak sesuai persyaratan).
Untuk mencapai sasaran tersebut maka lingkup kegiatan perencanaan teknis infrastruktur meliputi

x Penyediaan lahan;
kegiatan:

x Survey & Investigasi (Teknis Infrastruktur, Swadaya Masyarakat, Harga Satuan Dasar (Upah,

x Kesepakatan Swadaya Masyarakat; Kesepakatan Harga Satuan Dasar;


Bahan, Alat);

x Penyusunan Desain/Gambar/Spesifikasi Teknik;


x Pengamanan Dampak Lingkungan & Sosial;
x Perhitungan RAB;
x Penyusunan Jadwal Pelaksanaan;
x Penyusunan Jadwal Pengadaan;
x Pernyataan Kesanggupan O&P.
Keseluruhan Lingkup kegiatan tersebut dilaksanakan secara partisipatif.

44 Bahan Bacaan | Infrastruktur


PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

Gambar 2 : DIAGRAM ALIR TAHAP PERSIAPAN DAN PERENCANAAN TEKNIS (PENYUSUNAN DED dan PROPOSAL) KEGIATAN PLPBK

PENILAIAN KELAYAKAN
PERSIAPAN PELAKSANAAN PERENCANAAN TEKNIS / PENYUSUNAN DED dan PROPOSAL & PENETAPAN PROYEK

DOKUMEN Pembentukan
RPLP-TPLP Tim penyusun
DED
Survey
Teknis Pihak
Prasarana
(Photo 0%) Ketiga Pembentukan Panitia Pengadaan, Pengumuman,
COACHING / Rembug
Pendaftaran, Undangan, Penjelasan Kantor/Lapangan
KONSOLIDASI Penyusunan Pengadaan
TIM PENYUSUN DED
DED
PENETAPAN
Peta Lokasi/ PROYEK
Kepastian
legalitas Site Plan,
lahan

Masyarakat
Gambar Teknis,

Swakelola
Survey
Menyusun
Harga Satuan Perkiraan Penilaian Kelayakan
Upah/Bahan/ Proposal
Waktu & Biaya
Alat Pekerjaan
L K M / UPL

KSM PEMBENTUKAN
ORGANISASI
PELAKSANA
Swadaya Rembug

SURVEY & INVESTIGASI


Masyarakat Kesepakatan
Swadaya
COACHING
PELAKSANA Harga
Pengorganisasian & Rembug Penyusunan
Satuan Kesepaka RAB
Teknis Penyusunan Upah/Bahan
Proposal Kegiatan tan Harga

Calon Tenaga Rencana


Jadwal
Kerja

Rencana
Pengadaan

Organisasi
Lapangan

Pernyataan
Kesiapan
O&P

Penyusunan
Dok. Proposal
& Penyampaian ke BKM/TPP

Buku Perencanaan Teknis Kegiatan Infrastruktur

Secara garis besar langkah kegiatan diuraikan garis besarnya sebagai berikut :
1) Penyiapan Lahan/Tanah Lokasi Pembangunan Infrastruktur;
Untuk mewujudkan bangunan infrastruktur, diperlukan ketersediaan lahan/tanah (termasuk
bangunan/tanaman produktif/aset berharga lainnya yang terkena) sebagai lokasi
pembangunannya. Dimana lahan tersebut memiliki sifat yang terbatas dan keberadaannya
dilindungi oleh hukum.
Ukuran dan standar keluaran kegiatan, adalah : Luas lahan bangunan; Jumlah
kontribusi penyediaan lahan; Jumlah pemilik/warga yang terkena dampak
pembangunan; Jumlah pemilik/warga terkena dampak yang terlibat; Jumlah
pemilik/warga terkena dampak yang puas atas terselesaikannya persyaratan-
persyaratan atau tuntutan yang diinginkan; Jumlah dan kelengkapan bukti-bukti
administratif hasil proses musyawarah.
Beberapa prinsip dalam proses penyediaan lahan adalah :
Menghindarkan atau meminimalkan adanya dampak sosial bagi masyarakat;
Transparan, Partisipatif dan Akuntabel
3 pola penyediaan lahan yang umumnya terjadi dalam kegiatan pembangunan
infrastruktur P2KP, yaitu :
a. Penyediaan lahan melalui kontribusi lahan oleh warga penerima manfaat
langsung;
b. Penyediaan lahan melalui mekanisme kompensasi (ganti rugi tunai);

Bahan Bacaan | Infrastruktur 45


PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

c. Penyediaan lahan melalui kontribusi pemerintah setempat.


Sedangkan cara kontribusinya, dapat dilakukan melalui :
a. Hibah, kontribusi secara sukarela yang disertai dengan pelepasan hak milik
dari pemiliknya kepada pihak lain tanpa ada batas waktu tertentu (selamanya);
b. Ijin pakai, kontribusi secara sukarela tanpa disertai pelepasan hak milik dari
pemiliknya kepada pihak lain dan hanya dalam kurun waktu tertentu;
c. Ijin dilalui, pada prinsipnya sama dengan ijin pakai, hanya disini bahwa pemilik
masih tetap diperbolehkan memanfaatkan tanah tersebut sepanjang tidak
merusak kepentingan pihak yang diberi ijin. Contoh sederhana adalah ijin
pemasangan pipa air bawah tanah yang melewati pekarangan rumah warga,
dimana pemilik masih diperbolehkan memanfaatkan tanah tersebut (bagian
atas/permukaannya) sebagai tempat lalulintas orang atau ternaknya, dll.
d. Kompensasi atau gantirugi tunai, penyediaan lahan yang diberikan oleh pihak
pemilik dengan persyaratan ada ganti rugi tunai.
Langkah-langkah Pelaksanaan Kegiatan
Proses pelaksanaan kegiatan ini dilakukan secara partisipatif dengan langkah-
langkah kegiatan adalah sebagaimana terlihat pada diagram proses penyediaan
lahan. Diagram tersebut dapat diuraikan sebagai berikut. :
a. Pemeriksaan apakah kegiatan infrastruktur yang diusulkan membutuhkan
pembebasan tanah.
b. Pengumpulan informasi dasar/minimum berupa: Kebutuhan luas lahan;
Alamat lokasi tanah; pemilik; Status tanah dan peruntukan lahan saat ini.
c. Melakukan pertemuan/rembug dengan pihak pemilik/yang terkena dampak
dan melibatkan pihak-pihak lain seperti Lurah/Kades, Ketua RT/RW, tokoh
masyarakat/adat, BKM/LKM dan lain-lain yang dianggap perlu.
d. Berdasarkan hasil kesepakatan yang dicapai, buatlah administrasi
pertanggungjawaban yang diperlukan sesuai bentuk kontribusinya :
x Hibah : Surat Pernyataan Hibah, Surat Pelepasan Hak Milik, Surat
Permohonan Pemisahan Hak Milik dari Pemilik dan Surat Pemisahan Hak
Milik dari Pejabat Pembuat Akta Tanah/intansi lain yang berwenang
setempat.
x Ijin Pakai/Ijin Dilalui : Surat Pernyataan Ijin Pakai atau Ijin Dilalui, yang
juga mencantumkan batasan waktu dan sanksi/syarat-syaratnya.
x Kompensasi : Surat Pernyataan Ganti Rugi, Surat Pelepasan Hak Milik,
Surat Permohonan Pemisahan Hak Milik dari Pemilik, Kwitansi
Pembayaran/Bukti Pelunasan Ganti rugi dan Surat Pemisahan Hak Milik
dari Pejabat Pembuat Akta Tanah/intansi lain yang berwenang setempat.

46 Bahan Bacaan | Infrastruktur


PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

e. Seluruh proses dan administrasi yang diperlukan selanjutnya diverifikasi


bersama

Diagram Proses Penyediaan Lahan Lokasi Infrastruktur


Apakah Subproyek
Tidak SELESAI
membutuhkan
(Verifikasi)
Pembebasan Lahan ?
Ya
Kumpulkan Informasi Dasar :
1. Berapa Luas Lahan Yang Dibutuhkan? Penyerahan
2. Dimana Alamat Lokasi tersebut? Lahan
3. Siapa Pemiliknya?
4. Apa Status Kepemilikan-nya
(probadi/keluarga/adat/dll
5. Apa Peruntukan Lahan tersebut saat ini? Notulen &
Photo2
Lakukan Rembug2 Kesepakatan
Pembebasan Lahan Daftar Hadir
(dengan Pemilik)

Pernyataan
Apakah
Kesepakatan Buat Surat : Hibah
Pembebasan Lahan Ya 1. Pernyataan HIBAH dari Surat
: Pemilik; Pemisahan Hak
“HIBAH” 2.Surat Pelepasan Hak Milik; Milik (PPAT)
? 3. Permhnan Pemisahan Hak
Tidak

Apakah
Kesepakatan Buat Surat Kesepakatan Pernyataan Ijin
Pembebasan Ya “ Ijin Pakai atau Ijin Dilalui” Pakai/Ijin
Lahan : (dengan Pemilik Lahan)
Ijin Pakai/ Dilalui”
?

Tidak

Surat Pernyataan
Apakah Buat Surat Kesepakatan Gantirugi
Tidak Kesepakatan Ya “Ganti Rugi”
Pembebasan ( dengan Pemilik Lahan)
Lahan :
“Gantirugi” Kuitansi
? Membuat Surat : Surat
1. Bukti Pelunasan Gantirugi. Pemisahan Hak
2. Surat Pelepasan Hak Milik; Milik (PPAT)
3. Permhnan Pemisahan Hak

Bahan Bacaan | Infrastruktur 47


PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

2) Melakukan Survey & Investigasi

A). Survey Teknis Prasarana


Sasaran Survey Teknis prasarana ini adalah untuk mendapatkan data-data/informasi
kondisi/situasi awal lokasi pembangunan infrastruktur, yang selanjutnya akan dipergunakan
dalam menentukan desain dan gambar rencana.
Sebelum melakukan survey, masyarakat yang memiliki keahlian teknik dan relawan/
masyarakat yang berminat perlu dibekali pemahaman teknik, terutama mencakup Jadwal dan
Urutan kegiatan; Pembentukan Tim Survey dan pembagian tugas masing-masing; Kebutuhan
data-data yang diperlukan (sesuai jenis prasarana); Teknik pengumpulan data/Cara pengisian
formulir survey; Cara penggunaan alat survey yang digunakan; Persiapan peralatan yang
dibutuhkan.
Hal – hal lain yang penting untuk disurvei berkaitan dengan desain dan pelaksanaan adalah :
Gambar lokasi dan lingkungan prasarana; Situasi lokasi dan tata letak prasarana, meliputi :
ukuran letak prasarana, ketinggian/elevasi, ukuran letak dengan bangunan lain yang ada, dll;
Kondisi lingkungan lokasi, seperti jenis tanah, kedalaman tanah keras, air tanah, saluran air,
material yang ada, dll; Akses/jalan masuk lokasi untuk pengangkutan material/alat.
Pada kegiatan survey teknis ini, juga membuat dokumentasi/photo awal (0%) kegiatan.

B). Survey & Investigasi Swadaya Masyarakat


Prasarana yang dibangun melalui dana Bantuan Langsung Masyarakat P2KP merupakan
prioritas kebutuhkan masyarakat yang direncanakan, dilaksanakan dan diawasi serta
dimanfaatkan sendiri oleh masyarakat. Oleh karena itu maka P2KP mendorong sebesar
besarnya kegiatan dilaksanakan secara swadaya/gotong royong.
Ukuran dan standar keluarannya kegiatan ini adalah : untuk mengetahui siapa, apa saja
bentuknya dan berapa besarnya swadaya yang akan diberikan oleh masyarakat untuk
pelaksanaan kegiatan infrastruktur.

C). Survey & Investigasi Harga Satuan Upah/Bahan/Alat


Yang dimaksudkan dengan harga satuan upah/bahan/alat disini adalah harga per satu satuan
pengukuran upah tenaga kerja.
Sesuai dengan prinsip-prinsip PNPM MP/P2KP, khususnya untuk meningkatkan adanya
transparansi dan akuntabilitas, maka pihak Pelaksanaa harus melakukan survey Harga Satuan
ini minimal pada 3 toko/pemasok setempat/terdekat, yang harus dilakukan oleh Tim Survey
yang dipilih secara terbuka dari anggota Organisasi Pelaksana yang dipercaya dan minimal
berjumlah 3 (tiga) orang.

D). Survey & Investigasi Calon Tenaga Kerja


Selain ketiga survey sebagaimana telah diuraikan diatas maka dalam perencanaan teknis ini
juga perlu dilakukan survey ketersediaan calon tenaga kerja yang akan terlibat nantinya dalam
pelaksanaan kegiatan pembangunan fisik.
Ukuran dan standar keluarannya adalah Jumlah Calon tenaga kerja sesuai kualifikasi dan
kebutuhan pekerjaan (swadaya maupun tenaga kerja yang akan dibayar).

48 Bahan Bacaan | Infrastruktur


PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

3) Melakukan Rembug ”Kesepakatan Swadaya Masyarakat”

Hasil Survey & Investigasi Swadaya masyarakat yang telah dilaksanakan sebelumnya,
selanjutnya harus disepakati bersama oleh warga pemanfaat melalui Forum Rembug atau
Musyawarah warga. Forum ini dilakukan oleh pihak pelaksana pekerjaan bersama-sama dengan
seluruh warga selaku penerima manfaat kegiatan.

4) Melakukan Rembug ”Kesepakatan Harga”

Seperti halnya swadaya masyarakat, Hasil Survey Harga Satuan Upah/Bahan/Alat yang telah
dilaksanakan sebelumnya, harus disepakati bersama oleh warga pemanfaat melalui Forum
Rembug atau Musyawarah warga. Forum ini dilakukan oleh pihak pelaksana pekerjaan
bersama-sama dengan seluruh warga selaku penerima manfaat kegiatan.
Ukuran dan standar keluarannya adalah Kesepakatan swadaya harga upah/bahan/alat dibuat
dalam Berita Acara dan Daftar Hadir Peserta dibuat;

5) Membuat Desain, Spesifikasi Teknis & Gambar-gambar Bangunan


Dalam praktek pengelolaan proyek infrastruktur, lazimnya pernyataan-pernyataan tentang
mutu bangunan (syarat yang memenuhi penggunaan bangunan dan dalam proses
penyusunannya diawali dari proses Desain/perancangan, Gambar-gambar & Spesifikasi Teknis,
kemudian diuraikan juga secara terbatas dalam Daftar Kuantitas (jenis pekerjaan dan
volumenya), RAB (jenis pekerjaan, volume yang diperhitungkan/dibiayai) dan Surat Perjanjian
Kerjasama seperti SPPD-L/SPPB. Dan pada tahap pelaksanaan pembangunannya, semua
dokumen tersebut menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan sebagai pedoman mewujudkan
mutu bangunan. Dengan demikian maka dapat dikatakan bahwa Membuat Desain, Spesifikasi &
Gambar-gambar perencanaan teknik, pada dasarnya adalah menentukan persyaratan
bangunan yang diinginkan agar bangunan dapat berfungsi baik, menjamin
keamanan/keselamatan termasuk kenyamanan dan kesehatan masyarakat penggunanya.
Sedangkan kKriteria desain untuk setiap jenis infrastruktur yang direncanakan harus mengacu
pada kriteria desain standar yang dikeluarkan oleh instansi teknis terkait seperti Dinas
Pekerjaan Umum atau instansi teknis terkait lainnya
Sasarannya adalah untuk menentukan persyaratan mutu sesuai kriteria dan persyaratan teknis
bangunan.
Langkah-langkah pelaksanaan kegiatan :
a) Desain, pembuatan berdasarkan hasil survey dan persyaratan/kriteria desain bangunan
yang telah ditetapkan. Ada pemilihan alternatif-alternatif desain/rancangan bangunan
yang sesuai. Hasil proses Survey dan Desain ini kemudian dituangkan dalam Gambar-
Gambar teknik (gambar Perencanaan).
b) Spesifikasi Teknis, dibuat untuk memberikan informasi lebih lengkap mengenai semua
persyaratan teknis dan ketentuan pelaksanaan pekerjaan/bangunan.

Bahan Bacaan | Infrastruktur 49


PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

c) Gambar-gambar, yang dibuat berdasarkan desain/sketsa hasil perhitungan dan


spesifikasi teknis ini, dengan mencantunmkan juga hal-hal penting yang berkenaan
dengan mutu prasarana yang diinginkan.
Beberapa macam gambar rencana yang lazim dibuat pada tahap ini, yaitu : Gambar Situasi;
Gambar Denah; Gambar Pandangan/Tampak; Gambar Penampang/Potongan. Khusus untuk
bangunan yang mempunyai bentuk sama atau sebahagian dapat menggunakan gambar typikal.

6) Menyusun Rencana Pengamanan Dampak Lingkungan;


Selain ketentuan terkait dengan penyediaan tanah/lahan, ketentuan/peraturan lain yang
menjadi persyaratan pelaksanaan pembangunan infrastruktur adalah adanya
perlindungan/pelestarian terhadap dampak lingkungan.
Prinsip-prinsip dasar dalam penilaian kelayakan lingkungan adalah :
a) Usulan yang diajukan sedapat mungkin menghindari atau mengurangi dampak negatif
terhadap lingkungan.
b) Usulan tersebut harus mengacu pada Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) dan Rencana
Detail Tata Ruang (RTDR),
c) Usulan yang membawa dampak negatif terhadap lingkungan, dilengkapi dengan
perencanaan pengelolaan dampak.
Ukuran dan standar keluarannya adalah : Ada/tidaknya kegiatan yang dibangun atau bahan
bangunan yang digunakan tidak termasuk dalam Daftar/List Negatif yang telah ditetapkan;
Ada/tidaknya Dampak negatif terhadap Lingkungan dari bangunan yang dibangun; Tersedia
atau tidaknya tindakan antisipasi/pengamanan dampak negatif sosial dan lingkungan sesuai
dengan prosedur dan ketentuan PNPM;
Prinsip dasar yang melandasi pengendalian dampak lingkungan dalam program ini adalah
meminimumkan efek negatif dan memaksimumkan dampak positif dari setiap kegiatan
konstruksi (termasuk dampak negatif atas pembebasan lahan). Oleh sebab itu, maka
pendekatan penanganan pengamaman dampak (safeguards) kegiatan, akan dilakukan melalui :
a). Desain perencanaan teknis bangunan yang mengacu pada kriteria desain/standar teknis
pembangunan infrastruktur yang telah ditetapkan instansi teknis seperti Departemen Pekerjaan
Umum; dan b). Pemeriksaan terhadap dampak lingkungan kegiatan skala kecil/sederhana
melalui prosedur khusus atau prosedur operasi standar/POS untuk setiap kegiatan infrastruktur
yang diusulkan, yaitu Daftar Periksa/Uji Identifikasi Dampak Lingkungan dan Daftar Periksa
Kegiatan Terlarang.
Catatan : untuk lebih detail bisa dilihat di Pedoman Safeguard Lingkungan
7) Menentukan Lingkup Pekerjaan Konstruksi
Lingkup pekerjaan konstruksi/proyek adalah keseluruhan pekerjaan/kegiatan konstruksi yang
harus dilakukan untuk menghasilkan bangunan yang memenuhi persyaratan mutu yang telah
ditetapkan. Dalam kaitan ini maka pada dasarnya kita hendak menentukan/merencanakan
kegiatan-kegiatan dan sumberdaya apa yang diperlukan dalam setiap kegiatan-kegiatan
tersebut. Hal-hal yang
— Menentukan/Mengidentifikasi Jenis-jenis pekerjaan konstruksi;

50 Bahan Bacaan | Infrastruktur


PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

Berdasarkan gambar/desain rencana dan spesifikasi maka dapat ditentukan identifikasi


jenis-jenis pekerjaan dan kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan. Selain itu dari jenis
pekerjaan yang diidentifikasi ini nantinya akan menjadi dasar perhitungan biaya proyek.

— Menentukan Kuantitas/Volume Jenis-jenis pekerjaan


Volume pekerjaan yang dimaksudkan disini adalah banyaknya pekerjaan yang harus
dibuat (rencana) menurut satuan pengukuran pekerjaannya. Acuan yang dipergunakan
adalah Daftar Pekerjaan yang telah diidentifikasi dan Gambar rencana.
Membuat Rekapitulasi Daftar Kuantitas/Volume seluruh pekerjaan. Daftar Rekapitulasi
Kuantitas ini berupa tabel yang menggambarkan/memuat volume dan satuan tiap jenis
pekerjaan secara keseluruhan kegiatan (proyek).

— Menentukan Metode/Cara Pelaksanaan Pekerjaan


Secara sederhana yang dimaksudkan dengan metode kerja disini adalah cara
bagaimana setiap kegiatan/pekerjaan akan dilaksanakan atau lebih terkait dengan
teknologi apa yang akan dipergunakan, Apakah setiap pekerjaan akan dilakukan dengan
menggunakan tenaga kerja (manual) atau dengan peralatan (mekanis).
Untuk menentukan metode kerja ini, diperlukan data dari hasil survey tentang
ketersediaan tenaga kerja atau peralatan yang ada (dapat disediakan) dan kondisi lokasi
pekerjaan, seperti apakah memungkinkan untuk melakukan pekerjaan dengan cara
manual atau mekanis, termasuk apakah kondisi jalan kerja dan ketersediaannya dari
dan kelokasi pekerjaan memungkinkan bila akan menggunakan peralatan berat/besar.
Selain itu juga harus dipertimbangkan seberapa besar rencana volume pekerjaan yang
harus dibuat dengan metode yang dipilih, dikaitkan dengan waktu yang tersedia
sehingga pemilihan metode kerja ini betul-betul dapat mendorong upaya pencapaian
kualitas yang baik dan kegiatan dapat diselesaikan dalam waktu yang tersedia.

— Menentukan Urutan pekerjaan


Kegiatan pelaksanaan pembangunan infrastruktur adalah kegiatan yang dilaksanakan
secara sistematis (berurut-urutan) untuk menghasikan bangunan/infrastruktur.
Urutan atau susunan kegiatan pelaksanaan pembangunan infrastruktur tersebut dibuat
berdasarkan urut-urutan (logika) pelaksanaan kegiatan dilapangan. Acuannya adalah
selain pada urutan logika konstruksi bangunan juga mempertimbangkan metode kerja
yang dipergunakan (khususnya bila ada penggunaan peralatan berat).
Sebagai alat bantu sederhana untuk mengecek urut-urutan kegiatan pembangunan
infrastruktur, maka terhadap setiap kegiatan dapat dibuat pertanyaan :
‰ Apakah Kegiatan ini didahului oleh kegiatan sebelumnya ?
‰ Apakah kegiatan ini diikuti oleh kegiatan berikutnya ?

Bahan Bacaan | Infrastruktur 51


PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

8) Menyusun Anggaran Biaya Pelaksanaan Konstruksi


Anggaran Biaya kegiatan infrastruktur haruslah disusun secara realistis (paling mendekati
pelaksanaan) dengan tetap mengacu pada prinsip efisiensi (tidak menimbulkan biaya tinggi)
dan dapat dipertanggungjawabkan sekaligus harus sebanding dengan kualitas yang harus
dipenuhi (biaya yang ekonomis). Perhatian utama terhadap anggaran biaya ini adalah agar tidak
terjadi kekurangan atau berlebihan dilapangan sedangkan pada tahap pelaksanaan harus
benar-benar dipedomani.
Adapun manfaat Rencana Anggaran Biaya (RAB) adalah : untuk mengetahui berapa besar
rencana biaya yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek/sub-proyek; Mengetahui
jumlah/volume kebutuhan tenaga kerja, bahan dan alat yang diperlukan; dan Sebagai pedoman
pada saat pelaksanaan kegiatan pembangunan prasarana, khususnya pada saat melakukan
pengadaan tenaga kerja, bahan dan alat, baik menyangkut jumlah, jenis, maupun harga
satuannya masing-masing.
Adapun ukuran dan standar keluarannya adalah : Tersedianya keseluruhan Perhitungan/Analisa
Volume tiap jenis kebutuhan pekerjaan (tenaga kerja/bahan/alat) sesuai dengan volumenya
(termasuk kualitas) dan menggunakan referensi Analisa Harga (Koefisien) yang dapat
dipertanggungjawabkan; Tersedianya perhitungan RAB proyek/sub-proyek sesuai dengan
volume kebutuhan (tenaga kerja/bahan/alat) setiap pekerjaan, termasuk administrasi yang
diperlukan; Dipergunakannya hasil Kesepakatan Swadaya Masyarakat dan Kesepakatan Harga
Hasil Survey sebagai acuan dalam perhitungan RAB proyek/sub-proyek;
Pendekatan proses perhitungan RAB yang ditempuh adalah melakukan perhitungan volume
kebutuhan tiap jenis tenaga kerja, bahan, alat, administrasi terlebih dahulu kemudian
berdasarkan volume kebutuhan tersebut, dihitung keseluruhan nilai biayanya untuk
memperoleh total biaya (RAB) baik swadaya masyarakat, Dinas/APBD maupun BLM/APBN yang
diperlukan. Perhitungan RAB disini adalah mencakup perhitungan RAB Prasarana yang untuk
masing-masing sumber dana yang akan dipergunakan.
Hasil akhir dari perhitungan RAB ini adalah diperolehnya gambaran besarnya nilai rencana
swadaya masyarakat dan APBD/BLM PNPM yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan

x Volume/kuantitas kebutuhan komponen biaya dari Swadaya Masyarakat


pembangunan prasarana, meliputi :

x Besarnya nilai/biaya Swadaya Masyarakat, APBD/BLM yang diperlukan;


maupun sumberdana BLM atau dari pihak lain;

9) Menyusun Jadwal Pelaksanaan Kegiatan


Secara sederhana Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan adalah formulir yang menggambarkan rencana
waktu pelaksanaan dari semua jenis kegiatan yang akan dilaksanakan dalam pembangunan
suatu prasarana. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan pada dasarnya memberikan gambaran tentang
rencana waktu dan urut-urutan pelaksanaan dari semua jenis kegiatan yang akan dilaksanakan
dalam pembangunan infrastruktur.
Sedangkan manfaat dari Rencana Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan ini adalah :
a) Mengetahui berapa lama pekerjaan pembangunan prasarana dapat dilaksanakan;
b) Mengetahui kapan harus memulai pelaksanaan setiap jenis kegiatan dan berapa lama
kegiatan tersebut dapat diselesaikan;

52 Bahan Bacaan | Infrastruktur


PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

c) Mengetahui berapa banyak volume setiap jenis kegiatan yang harus dibuat;
d) Sebagai pedoman untuk memantau perkembangan pelaksanaan kegiatan pada saat
pelaksanaan pembangunan prasarana;
Sasaran Kegiatan adalah Diketahuinya jangka waktu pelaksanaan proyek/keseluruhan
pekerjaan yang paling realistis dan tidak melampaui batasan yang telah ditetapkan oleh
program.

10) Menyusun Rencana Pengadaan

Pengadaan yang dimaksudkan disini adalah Pengadaan Barang (Pembelian bahan bangunan
atau Sewa Peralatan Konstruksi) atau penyediaan Jasa Pelaksana Pekerjaan Konstruksi untuk
memenuhi kebutuhan dalam rangka pelaksanaan pembangunan sarana/prasarana.
Sasaran/keluaran yang diharapkan adalah adanya rencana pengadaan yang dimiliki oleh setiap
pelaksana kegiatan sejak awal yang sekaligus nantinya untuk menjadi pedoman dalam
pelaksanaan pengadaan kegiatan.
Adapun ukuran dan standar keluarannya adalah :
a) Nilai setiap pengadaan yang direncanakan sesuai dengan metode pengadaan
yang ditetapkan dalam pedoman teknis PNPM-MP;
b) Adanya Rencana Pengadaan kegiatan yang sesuai formulir yang rencana
pengadaan yang ditentukan program;
Penekanan utama dalam penyusunan rencana pengadaan ini lebih difokuskan kepada
tercapainya prinsip transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan pengadaan sesuai dengan
metode pengadaan yang diterapkan dalam PNPM-MP.

11) Membuat Pernyataan Kesanggupan O&P


Sesuai dengan sasaran dari program dimana selain penyediaan infrastruktur yang berkualitas
maka juga harus disiapkan keberlanjutan dari prasarana tersebut. Untuk mewujudkan
keberlanjutan parasara tersebut maka salah satu upaya awal pada tahap perencanaan ini
adalah penyusunan Surat Pernyataan Kesanggupan Pemanfaatan & Pemeliharaan Sarana &
Prasarana yang akan dibangun sebagai bentuk kesediaan dan janji/komitmen dari masyarakat
untuk memanfaatkan dan memelihara sarana & prasarana. Nantinya, setelah usulan pekerjaan
ditetapkan untuk dilaksanakan maka pihak pelaksana pekerjaan tersebut harus segera
melanjutkan upaya ini dengan membentuk Organisasi Operasi & Pemeliharaan Infrastruktur
sekaligus Rencana Kerja & Kesepakatan Pembiayaannya sebelum pekerjaan fisik dilaksanakan.
Sasaran Kegiatan adalah Adanya komitmen bersama warga pengguna prasarana untuk
melaksanakan Operasi & Pemeliharaan (O&P) prasarana.

12) Pengorganisasian Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi/Pembangunan


Setelah semua rencana kegiatan disusun maka langkah pengelolaan berikutnya adalah
mengorganisasikannya.

Bahan Bacaan | Infrastruktur 53


PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

Pengorganisasian diartikan sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan cara bagaimana
mengatur dan mengalokasikan kegiatan serta sumberdaya kepada para anggota kelompok
(organisasi) secara tepat agar dicapai adanya ketertiban, kelancaran dan efisiensi dalam
pelaksanaan kegiatan.
Pengorganisasian juga adalah berkaitan dengan Yang Akan Melaksanakan Seluruh Rencana
yang telah dibuat sebelumnya. Dalam hal ini maka diperlukan struktur organisasi yang
memberikan pengaturan peran masing-masing anggota. Peran ini kemudian dijabarkan menjadi
pembagian tugas dan tanggungjawab.
Adapun langkah-langkah pengorganisasian, meliputi :
1. Menyusun Struktur Organisasi
Mengelompokan kegiatan yang akan dilaksanakan pada dasarnya adalah
pengelompokan/klasifikasi kegiatan-kegiatan kedalam unit atau bagian pekerjaan yang
memiliki kesamaan fungsi. Kemudian mengkoordinasikan bermacam-macam
kegiatan/unit kerja tersebut, agar semua orang/unit kerja bekerja secara benar, terarah
dan mengindari adanya tumpang tindih pelaksanaan tugas yang dilakukan antara satu
orang/unit kerja dengan yang lainnya.
2. Menentukan tugas/pekerjaan dan tanggungjawab yang akan dilakukan oleh setiap
orang/unit kerja Organisasi;
Berdasarkan pengelompokan kegiatan/unit kerja dalam struktur organisasi maka disusun
tugas-tugas atau pekerjaan yang akan dilakukan oleh setiap orang/unit kerja dalam
organisasi tersebut. Hal penting yang harus diperhatikan disini adalah agar tidak ada
tugas/kegiatan yang sama, dilakukan oleh lebih dari satu unit kerja sehingga tidak terjadi
tumpang tindih pekerjaan/tugas dan pemahaman bahwa tugas atau pekerjaan yang
dilakukan oleh tiap orang/unit kerja ini adalah merupakan tugas bersama/organisasi.
Struktur unit kerja dapat mencakup : Ketua; Sekretaris; Bendahara/Keuangan; Bagian
Pengadaan/Logistik; Pelaksana Lapangan; Pengendalian Kualitas/Kuantitas; Ketua Regu
Kerja/Mandor.
3. Menyusun Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Perencanaan Teknis
Berdasarkan jenis kegiatan dan urut-urutan pelaksanaan kegiatan perencanaan
sebagaimana diuraikan pada lingkup kegiatan perencanaan teknis diatas (juga dapat
menggunakan referensi Diagram Alir Kegiatan Perencanaan Teknis) maka dapat disusun
Rencana Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Perencanaan Teknis.
Penting bagi Fasilitator : Menjadi perhatian atas waktu pelaksanaan, mengingat waktu
pelaksanaan program dan kemampuan masyarakat yang terbatas sehingga beberapa
upaya fasilitasi percepatan/antisipasi dalam perencanaan teknis adalah : Penyediaan
Gambar-gambar Prototype/Typikal dengan Penyediaan List/Daftar Kegiatan untuk tiap
jenis sub-proyek (perhatian mungkin daftar ini belum termasuk galian, timbunan,
bangunan pelengkapnya sesuai kondisi lapangan), Volume tiap jenis pekerjaan, Volume
Kebutuhan Tiap jenis pekerjaan/keseluruhan sub proyek, formulir-formulir perencanaan
yang diperlukan.

54 Bahan Bacaan | Infrastruktur


PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

4. Pengorganisasian Pelaksanaan Perencanaan Teknis


Setelah memahami Sasaran yang ingin dicapai, Lingkup Kegiatan, Rencana Biaya, Jadwal
Pelaksanaan termasuk Kebutuhan Pengadaan Bahan/Alat yang diperlukan untuk Kegiatan
pelaksanaan Perencanaan Teknis maka langkah selanjutnya adalah Pengorganisasian
Masyarakat/Panitia untuk dapat melaksanakan kegiatan perencanaan teknis/penyusunan
Proposal.
Adapun langkah-langkah pengorganisasian dalam perencanaan, meliputi :
x Menyusun Struktur Organisasi;
x Menentukan tugas dan tanggungjawab setiap orang/unit kerja Organisasi;
x Memilih/Menentukan orang-orang yang akan melaksanakan pekerjaan atau tugas
dan tanggungjawab tersebut (Tim Kerja);
x Menjelaskan/Membagi tugas dan menyerahkan tanggungjawab kepada setiap
orang/unit kerja agar mereka memahami dan melaksanakan dengan benar;
x Bimbingan, konsultasi dn kordinasi agar kegiatan dapat berjalan dengan baik;

II. PELAKSANAAN & PENGENDALIAN PERENCANAAN TEKNIS


Setelah semua rencana disusun, organisasi telah ditetapkan, orang-orang telah ditunjuk dan
memahami tugas dan tanggungjawabnya, maka tahap selanjutnya adalah pelaksanaan kegiatan
yang telah direncanakan sesuai urut-urutannya. Pelaksanaan hakekatnya adalah kegiatan
menggerakkan, memotivasi dan mengkoordinasikan orang-orang atau unit kerja dalam organisasi
agar dapat (Mampu dan Mau) melakukan tugas menurut aturan, efisiensi, produktif serta terkendali
sehingga tujuan dapat dicapai sebaik-baiknya. Dalam hal ini maka peran yang dilakukan adalah
Memimpin/Mendampingi mereka dalam melaksanakan Apa Yang diInginkan (Tugas/kegiatan yang
mereka lakukan).

Seluruh kegiatan perencanaan teknis pelaksanaan kegiatan infrastruktur merupakan penjaminan


mutu pembangunan infrastruktur. Oleh karena itu maka kegiatan-kegiatan tahap perencanaan
teknis harus dapat direncanakan, diorganisasi, dilaksanakan dan dikendalikan sehingga
sasaran/keluaran yang ingin dicapai (termasuk lingkup aktivitasnya) dari setiap kegiatan
perencanaan teknis dapat tercapai sesuai dengan yang telah ditetapkan/dipersyaratkan.
Dengan pelaksanaan yang sesuai mekanisme dan substansi sasaran setiap kegiatannya, maka proses
ini sangat diharapkan bahwa prasarana yang akan dibangun telah diseleksi secara bertahap dengan
memperhatikan faktor-faktor seperti Dampak Lingkungan dan Sosial, kelayakan secara teknis
(memenuhi kaidah teknis) dan biaya (biaya seimbang/wajar dengan kualitas & kuantitasnya),
kemanfaatan, kesesuaian dengan kondisi yang ada dilapangan, kesiapan masyarakat dan
kelembagaannya untuk melaksanakan sesuai potensi SDA/SDM serta terbangunnya kesadaran
masyarakat untuk siap mengelola hasil pembangunan yang dimiliki secara bersama-sama.
Selain itu, pada tahap ini juga dilakukan verifikasi atas proses dan hasil kegiatan tersebut oleh
Konsultan Pendamping dan Pokja untuk memastikan bahwa proses yang telah dilakukan dan hasil
kegiatan yang dicapai telah memenuhi persyaratan, kriteria yang telah ditentukan.

Bahan Bacaan | Infrastruktur 55


PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

Sebagai dasar untuk dapat mengendalikan setiap kegiatan tersebut maka dapat mengacu pada
Mekanisme Kegiatan Perencanaan Teknis, Ukuran & standar sasaran yang telah ditetapkan pada
setiap kegiatan tersebut (merupakan persyaratan kualitasnya), Jadwal Pelaksanaan Perencanaan
Teknis dan Struktur Organisasi Pelaksanaan Perencanaan Teknis yang telah disepakati sebelumnya.
Seperti telah diuraikan pada rencana pengendalian diatas, Pengendalian/Pengawasan pelaksanaan
perencanaan teknis pembangunan prasarana pada prinsipnya dilakukan terhadap semua aspek
kegiatan, namun demikian dengan menetapkan prioritas pengawasan, maka dapat difokuskan pada
3 (tiga) aspek-aspek pengawasan pelaksanaan, seperti diuraikan pada tabel Aspek pengendalian
berikut.
Tabel Aspek Pengendalian Mutu Pelaksanaan Infrastruktur
Kegiatan Tahap Perencanaan Teknis (Penyusunan Proposal Pelaksanaan)

No Aspek Hal/Kegiatan yang perlu disupervisi/ kendalikan

1. Lingkup Kegiatan x Cakupan Lingkup Kegiatan Perencanaan Teknis


perencanaan teknis secara umum

2. Mutu/Kualitas Kegiatan x Penyediaan Lahan


x Survey Teknis Prasarana
x Survey dan Kesepakatan Swadaya Masyarakat
x Survey dan Kesepakatan Harga Satuan
Upah/Bahan/Alat
x Survey Calon Tenaga Kerja
x Desain/Spesifikasi Teknis/Gambar
x Daftar Kuantitas Pekerjaan/Lingkup Kegiatan
Konstruksi
x Pengamanan Dampak Lingkungan
x RAB Pelaksanaan Konstruksi
x Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi
x Rencana Pengadaan
x Rencana Organisasi Pelaksanaan Kegiatan
Konstruksi
x Pernyataan Kesanggupan O&P
x Dokumen Proposal

3. Waktu x Waktu memulai dan lama waktu Pelaksanaan


Kegiatan

56 Bahan Bacaan | Infrastruktur


PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

III. VERIFIKASI PROPOSAL KEGIATAN INFRASTRUKTUR

Untuk mewujudkan hasil pembangunan sarana & prasarana yang berkualitas, berfungsi baik dan
dapat bermanfaat bagi masyarakat secara berkesinambungan maka prosesnya tidak hanya
dilakukan pada saat pelaksanaan konstruksi dan pemeliharaan saja, tetapi harus dimulai sejak awal
persiapan dan perencanaan teknisnya.
Salah satu upaya yang didesain secara terprogram untuk memastikan bahwa proses dan hasil
perencanaan teknis kegiatan yang dilakukan oleh pihak pelaksana pekerjaan benar-benar telah
memenuhi ketentuan-ketentuan yang dipersyaratakan maka dokumen Proposal sebagai hasil
perencanaan teknis kegiatan harus diverifikasi kelayakannya.
Verifikasi kelayakan usulan kegiatan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memeriksa dan
menilai kebenaran/kelayakan dari dokumen proposal usulan kegiatan yang telah dibuat oleh
pelaksana pekerjaan.
Penanggungjawab pelaksanaan kegiatan adalah Pokja sedangkan Pendekatan pelaksanaannya
adalah dilakukan secara bersama-sama oleh TPP dan Tim Konsultan.

1) Sasaran Hasil Yang diharapkan


a. Sasaran/keluaran yang diharapkan dari kegiatan Verifikasi adalah agar kualitas hasil
perencanaan pelaksanaan pembangunan infrastruktur dapat tercapai (layak) untuk
dibangun/dilaksanakan sesuai dengan ketentuan/standar teknis yang di persyaratkan;
b. Standar dan ukuran pencapaian keluaran :
x Terbentuknya Tim Verifikasi Pekerjaan yang melibatkan unsur Pokja dan Konsultan (Askot
Infra/Fasilitator Teknik);
x Kemajuan kegiatan Verifikasi telah mencapai 100% (selesai);
x Diketahuinya rekomendasi atas kelayakan (kualitas dan manfaat) dari rencana
pelaksanaan kegiatan infrastruktur sesuai hasil verifikasi;
x Dibuat/adanya Berita Acara Verifikasi Pekerjaan sesuai Rekomendasi hasil verifikasi;

2) Materi Verifikasi
Materi Verifikasi Proposal Usulan Pelaksanaan Kegiatan infrastruktur disajikan dalam Format

Verifikasi yang berisi pertanyaan-pertanyaan atau informasi yang perlu diperiksa, mencakup

Aspek Organisasi Pelaksana Pekerjaandan Aspek Manajemen & Teknik Kegiatan.

3) Mekanisme Pelaksanaan
Mekanisme pelaksanaan kegiatan verifikasi adalah sebagaimana ditunjukan pada Gambar
Diagram. Mekanisme Pelaksanaan Verifikasi. Diagram tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut :

Bahan Bacaan | Infrastruktur 57


PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

a. Verifikasi dilakukan terhadap dokumen proposal usulan kegiatan pihak pelaksana


pekerjaan yang telah selesai/disampaikan kepada TPP.
b. Proses Verifikasi dilakukan secara bersama/tim yang terdiri dari TPP dan pihak Konsultan
Pendamping (Fasilitatorl Teknik dan Askot Infrastruktur).
c. Setelah proses verifikasi selesai, dilanjutkan Kesimpulan verifikasi berupa Rekomendasi
Akhir yang disepakati bersama oleh Tim. Adapun alternatif kesimpulan dan
tindaklanjutnya sebagai berikut :
i. Kegiatan Layak : Dibuat Berita Acara Kelayakan Kegiatan;
ii. Layak dengan Penyempurnaan : Proposal & Formulir Hasil Verifikasinya dikembalikan
kepada pelaksana pekerjaan untuk dilakukan penyempurnaan sesuai catatan hasil
verifikasinya. Tim juga menyepakati batas waktu penyempurnaan ini. Segera setelah
penyempurnaan selesai maka dapat langsung meyampaikan dokumen perbaikan
tersebut untuk diverifikasi kembali oleh Tim.
iii. Tidak Layak : Proposal & Formulir Hasil Verifikasinya dikembalikan kepada pelaksana
pekerjaan dan diteruskan kepada Pokja untuk dibahas status usulan tersebut dalam
forum rapat Pokja (Rapat ini harus mengundang BKM, Dinas dan Pihak Pelaksana
bersangkutan). Apabila hasil kesepakatan Rapat mengakibatkan perubahan usulan
kegiatan maka harus mengacu prioritas pada RPLP dan RTPLP (harus ada Berita Acara
Kesepakatan Perubahan Kegiatan) dan mekanisme selanjutnya adalah melakukan
pembentukan Panitia kembali (bila ternyata usulan kegiatan pengganti tidak akan
dilaksanakan oleh pengusul semula), penyusunan proposal usulan kegiatan dan proses
verifikasi usulan.
d. Setelah proses verifikasi selesai dan hasil rekomendasinya adalah layak maka dilakukan
penyusunan Berita Acara Kelayakan yang ditandatanagani bersama oleh Tim Verifikasi dan
disetujui oleh Ketua Pokja. Seluruh Proposal (termasuk penyempurnaanya) dan formulir
Verifikasi yang telah diisi agar diarsipkan dikantor BKM dan Korkot.

58 Bahan Bacaan | Infrastruktur


PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

Diagram Alir Mekanisme Verifikasi Usulan Kegiatan Lingkungan

4). Langkah-langkah Teknis Pelaksanaan Verifikasi


A. Persiapan
x Askot Infra/Fasilitator Teknik memfasilitasi TPP untuk menyelenggarakan pertemuan
membahas rencana Verifikasi Proposal, mencakup antara lain :
9 Membahas/menyepakati Instrumen Penilaian Verifikasi yang akan digunakan
(Kriteria pada Formulir yang sudah disediakan dapat ditambahkan sesuai
kesepakatan bersama sepanjang hanya untuk mendorong pemberdayaan
masyarakat dan meningkatkan kualitas & keberlanjutan Infrastruktur);
9 Menyepakati waktu & tempat pelaksanaan;
9 Menyepakati Tim Verifikasi (unsur TPP dan Askot Infra/Fastek);
x
x
Semua anggota Tim memahami cara melaksanakan verifikasi;
Tim Menyiapkan Dokumen Proposal yang sudah diterima dari Pelaksana Pekerjaan;
B. Pelaksanaan Verifikasi :
1. Verifikasi dilakukan dengan cara memeriksa/menilai kebenaran atau kelayakan dari
setiap dokumen proposal yang ada. Panduan pemeriksaan ini menggunakan
ceklist/formulir yang telah disediakan sebelumnya. Cara pemeriksaan
kebenaran/kelayakan untuk setiap aspek verifikasi.
2. Apabila terdapat bagian tertentu dari dokumen proposal yang memerlukan
pemeriksaan lapangan/konfirmasi langsung dengan KSM/Panitia, maka Tim
Menyepakati rencana kunjungan tersebut (waktu dan siapa yang melakukan).
3. Hasil Pemeriksaaan/Jawaban atas setiap pertanyaan Verifikasi dituliskan pada formulir
(Kolom Penilaian Kelayakan

Bahan Bacaan | Infrastruktur 59


PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

4. Setelah proses pemeriksaan selesai maka Tim membahas bersama


Kesimpulan/Rekomendasi Hasil Verifikasi dengan ketentuan berikut :
x Layak : bila semua aspek yang dinilai mempunyai jawaban Ya/Terpenuhi.
x Layak dengan Penyempurnaan : bila hasil Penilaian terdapat satu atau lebih
Jawaban aspek ”Tidak Layak” atau terdapat catatan penyempurnaan;
x Tidak Layak : bila ada jawaban ”Tidak Layak”/tidak sesuai kriteria, yaitu aspek
organisasi dan aspek manajemen dan teknis kegiatan.
5. Cantumkan rekomendasi yang sesuai/dipilih tersebut, pada bagian akhir formulir
dengan cara mencoret semua alternatif rekomendasi yang tidak dipilih;
6. Tindaklanjut hasil Rekomendasi :
a. Kegiatan Layak : Dibuat Berita Acara Kelayakan Kegiatan;
b. Layak dengan Penyempurnaan : Proposal & Formulir Hasil Verifikasinya
dikembalikan kepada Pelaksana untuk dilakukan penyempurnaan sesuai catatan
hasil verifikasinya. Tim juga menyepakati batas waktu penyempurnaan ini.
c. Tidak Layak : Proposal & Formulir Hasil Verifikasinya dikembalikan kepada
pelaksana dan diteruskan kepada TPP untuk dibahas status usulan tersebut dalam
forum rapat TPP (Rapat ini harus mengundang BKM/Dinas terkait dan Pelaksana
bersangkutan). Apabila hasil kesepakatan Rapat mengakibatkan perubahan usulan
kegiatan maka harus mengacu prioritas pada dokumen perencanaan (harus ada
Berita Acara Kesepakatan Perubahan Kegiatan).
7. Apabila proposal kegiatan telah dinilai layak, Buatlah Berita Acara Kelayakan Verifikasi
yang ditandatanagani bersama oleh Tim Verifikasi dan disetujui oleh TPP.

Secara garis besar beberapa aspek yang diverifikasi adalah sebagai berikut:

ASPEK YANG DIVERIFIKASI URAIAN


A. ASPEK ORGANISASI 1. Apakah Organisasi KSM telah ada dan disetujui.
2. Apakah telah dibuat Pernyataan Kesanggupaan
Pemanfaatan & Pemeliharaan Prasarana oleh BKM.
B ASPEK MANAJEMEN, 1. Apakah Prasarana yang diusulkan sesuai dokumen
TEKNIS KEGIATAN RTPLP
2. Apakah rencana lahan lokasi Bangunan telah
dibebaskan (tidak akan ada dampak sosial)
3. Adakah calon tenaga kerja yang akan terlibat ?
4. Adakah Kesepakatan Harga Hasil Survey (minimal 3
toko setempat)
5. Adakah Gambar-gambar/Spesifikasi teknis
Infrastruktur ?
6. Adakah dokumentasi/photo kondisi awal (0%) ?
7. Apakah rencana Bangunan tidak bertentangan
dengan Daftar Kegiatan Terlarang ?

60 Bahan Bacaan | Infrastruktur


PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

ASPEK YANG DIVERIFIKASI URAIAN

8. Apakah rencana Bangunan tidak berpotensi


menimbulkan Dampak Negatif (merusak)
Lingkungan?
9. Adakah Daftar Kuantitas Pekerjaan?
10. Adakah Perhitungan RAB
11. Adakah Jadwal Pelaksanaan Kegiatan?
12. Adakah Rencana Pengadaan?
13. Adakah Struktur Organisasi Tim Pelaksanaan
Kegiatan
14. Apakah rencana Bangunan layak secara teknis?
15. Kesesuaian spesifikasi/desain dengan standar
teknis, Kualitas Bahan Utama, Pencapaian Manfaat,
dan Keselamatan/Keamanan/kenyamanan Pemakai

Bahan Bacaan | Infrastruktur 61


PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

Pengadaan Barang dan Jasa


I. PENGERTIAN DAN KONSEP PENGADAAN

Pengadaan diartikan /definisikan adalah Serangkaian kegiatan untuk menyediakan


barang/jasa dengan cara menciptakan persaingan yang sehat diantara penyedia
barang/jasa yang setara dan memenuhi syarat, berdasarkan metode dan tata cara
tertentu yang telah ditetapkan dan diikuti oleh pihak-pihak yang terkait secara taat
azas sehingga terpilih penyedia terbaik.

Pengadaan yang dimaksudkan disini adalah pembelian bahan atau pembelian/sewa


peralatan atau pengadaan jasa atau ketiganya yang dilakukan oleh masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan dalam rangka pelaksanaan pekerjaan Lingkungan.
Prinsip-prinsip dasar pengadaan barang dan jasa adalah sebagai berikut:
x Efisien, berarti pengadaan barang/jasa harus diusahakan dengan menggunakan
dana dan daya yang terbatas untuk mencapai sasaran yang ditetapkan dalam
waktu sesingkat-singkatmya dan dapat dipertanggung-jawabkan.
x Efektif, berarti pengadaan barang/jasa harus sesuai dengan kebutuhan yang
telah ditetapkan dan dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya sesuai
sasaran yang ditetapkan.
x Terbuka dan Bersaing, berarti pengadaan barang/jasa harus terbuka bagi
penyedia barang.jasa yang memenuhi persyaratan dan dilakukan melalui
persaingan yang sehat di antara penyedia barang dan jasa setara dan memenuhi
syarat/kriteria tertentu berdasarkan ketentuan dan prosedur yang jelas dan
transparan.
x Transparan, berarti semua ketentuan dan informasi mengenai pengadaan
barang/jasa, termasuk syarat teknis adiministrasi pengadaan, tata cara evaluasi,
hasil evaluasi, penetapan calon penyedia barang/jasa, sifatnya terbuka bagi
peserta penyedia barang/jasa yang berminat serat bagi masyarakat luas pada
umumnya.
x Adil/tidak diskreminatif, berarti memberikan perlakuan yang sama bagi semua
calon penyedia barang/jasa dan tidak mengarah untuk memberikan keuntungan
kepada pihak tertentu, dengan cara dan atau alasan apa pun.
x Akuntabel, berarti dapat dipertanggungjawabkan - semua proses pengadaan
barang/jasa dilakukan secara benar sesuai ketentuan yang berlaku, Keputusan
yang telah disepakati dibuat secara tertulis dan ditandatangani oleh kedua

62 Bahan Bacaan | Infrastruktur


PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

belah-pihak dan para saksi yang terkait. Seluruh proses pengadaan dan hasil
kesepakatan panitia pengadaan tersebut wajib didokumentasikan sebagai
bagian dari tertib adiministrasi

II. KETENTUAN UMUM PENGADAAN BARANG/JASA

1. Untuk sub-proyek yang berskala semi publik, maka calon pemanfaat dapat
mengorganisasi diri dalam KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat) dan bertindak
sebagai pelaksana kegiatan. Untuk sub-proyek yang berskala publik, maka BKM/LKM
dapat membentuk satu atau lebih Panitia selaku pelaksana kegiatan yang dalam
lingkup kerjanya akan dikoordinasikan oleh unit pengelola.
2. Untuk mendorong peningkatan partisipasi masyarakat, kualitas infrastruktur,
efisiensi biaya dan ketepatan waktu dalam pelaksanaan pembangunan infrastruktur
maka masyarakat (KSM/Panitia) diperkenankan melakukan kerjasama dengan pihak
ketiga yang lebih mampu menyediakan bahan/alat, tenaga ahli/terampil dan jasa
pelaksana konstruksi;
3. Penyedia Barang/Jasa/pihak ketiga yang dapat bekerjasama dengan masyarakat
dalam pengadaan ini meliputi :
Penyedia Barang (Bahan/Alat) yaitu : a). Toko/Pemasok Bahan Bangunan atau
b). Pemasok/Penyewa Alat Besar/Berat;
Penyedia Jasa Pelaksana Konstruksi : a). Kelompok Tenaga Kerja Masyarakat
(Borongan Upah) atau b). Kontraktor/penyedia jasa pelaksana konstruksi yang
mempunyai keahlian/pengalaman dan lebih mampu melaksanakan pekerjaan.
Tenaga Ahli, Orang/perorangan yang mempunyai keahlian/pengalaman dan
lebih mampu melaksanakan tugas/pekerjaan yang dibutuhkan;
4. KSM/Panitia dalam melakukan proses pengadaan harus berpedoman pada tata cara
pengadaan yang telah ditetapkan dalam proyek ini.
5. Pelaksanaan pengadaan bahan/alat/jasa konstruksi/jasa tenaga ahli/terampil harus
dilakukan sendiri oleh KSM/Panitia melalui Tim Pengadaan pada
toko/penyedia/individu yang menyediakan hal yang dibutuhkan tersebut. Tidak
boleh menggunakan pihak ketiga (orang atau badan yang bukan toko / penyedia /
individu) sebagai calo pemasok bahan/alat/tenaga yang dibutuhkan.
6. Setiap langkah pengadaan diumumkan secara tertulis bagi seluruh warga
kelurahan/desa di tingkat RW/dusun maupun kelurahan/desa, termasuk daftar
kebutuhan barang / jasa, jadwal penawaran & pengadaan, daftar calon pemasok,
tawaran yang masuk, serta keputusan pemilihan pemasok oleh Tim Pengadaan.
7. Pedoman harga satuan bagi KSM/Panitia dalam pelaksanaan pengadaan adalah
harga satuan terendah hasil survei dari sekurang-kurangnya 3 toko / penyedia /
individu setempat atau yang terdekat.

Bahan Bacaan | Infrastruktur 63


PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

8. Agar kualitas/mutu bangunan memenuhi standar teknis maka bahan/alat yang


dibeli/sewa harus memenuhi kuantitas dan kualitas yang baik sesuai persyaratan
kualitas/standar teknis bangunan yang dilaksanakan. Khusus untuk pekerjaan
pemadatan jalan perkerasan (Sirtu/Kerikil, Telford/Makadam) agar
mempertimbangkan penggunaan mesin pemadat;
9. Ketua KSM/Panitia harus mengatur waktu pelaksanaan pengadaan sedemikian rupa
sehingga tidak mengakibatkan keterlambatan pelaksanaan pekerjaan dilapangan.
Oleh karena itu perlu mengkoordinasikan Tim Pengadaan dengan Tim Pelaksana
Pekerjaan dilapangan dengan sebaik-baiknya.
10. Bagi KSM/Panitia yang melaksanakan kegiatan pembangunan infrastruktur lebih dari
1 (satu) bulan maka sebelum melakukan kegiatan pengadaan bahan/alat pada bulan
berikutnya, terlebih dahulu harus melakukan kembali survei harga guna penyesuaian
harga satuan bahan/alat di RAB.
11. Tiap warga dewasa kelurahan/desa berhak menjadi pemasok dengan menunjukkan
bukti referensi kerja sebagai pemasok dan tidak dibenarkan untuk bertindak sebagai
perantara/calo.
12. Tiap warga dewasa kelurahan/desa yang memiliki keterampilan sebagai pekerja
konstruksi hendaknya diprioritaskan untuk bekerja dalam kegiatan konstruksi sejauh
memiliki kualitas kerja sesuai standar yang dipersyaratkan dan bersedia menerima
upah kerja sesuai aturan yang berlaku dalam proyek ini.
13. Semua toko bahan bangunan/peralatan konstruksi di wilayah kelurahan/desa lokasi
proyek berhak menjadi calon pemasok bahan / alat konstruksi dan dipilih
berdasarkan aturan pengadaan yang berlaku dalam proyek ini.
14. Jajaran Tim KMW/Konsultan/Fasilitator program ini tidak dibenarkan duduk sebagai
Tim Pengadaan atau sebagai Pelaksana Pengadaan

64 Bahan Bacaan | Infrastruktur


PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

III. METODE PENGADAAN BARANG/JASA PELAKSANA PEKERJAAN KONSTRUKSI DITINGKAT MASYARAKAT

1. Meningkatkan peranserta kelompok masyarakat dalam pengadaan barang/jasa;


KEBIJAKAN 2. Menyederhanakan ketentuan dan tatacara untuk mempercepat proses pengambilan keputusan dalam pengadaan barang/jasa;
3. Meningkatkan profesionalisme, kemandirian dan tanggungjawab pengguna barang/jasa, panitia/tim pengadaan dan penyedia barang jasa;

Kriteria/ Pelaksana Penyedia Jasa


No Metode Pengadaan Peruntukan Penjelasan
Batasan Pengadaan Pekerjaan
1 Swadaya Barang/Jasa Diharapkan kontribusi dari masyarakat jumlahnya Masyarakat/ Masyarakat/Wa 1. Swadaya Masyarakat
Masyarakat, sebanyak-banyaknya (tidak dibatasi volume/nilainya) Warga selaku rga yang berupa barang dalam
merupakan sesuai dengan kebutuhan pekerjaan; Pelaksana memberikan bentuk : bahan, alat,
(Bahan, Alat,
Kontribusi Pekerjaan swadaya administrasi, lahan,
Administrasi,
masyarakat untuk konsumsi untuk
Konsumsi,
pelaksanaan pelaksanaan pekerjaan
Lahan/Tenaga
kegiatan 2. Swadaya Masyarakat
Kerja)
dengan cara gotong-
royong untuk
pelaksanaan
sebagian/keseluruhan
pekerjaan atau bentuk
kontribusi sebagian
tenaga kerja tertentu
untuk pelaksanaan
pekerjaan;
3. Swadaya ini sejak
awal/perencanaan,
harus disurvey oleh
Pelaksana Pekerjaan
dan disepakati bersama
oleh warga.

Bahan Bacaan | Infrastruktur 65


PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

Kriteria/ Pelaksana Penyedia Jasa


No Metode Pengadaan Peruntukan Penjelasan
Batasan Pengadaan Pekerjaan

2. Secara Langsung, Barang (Bahan/ Nilai Pengadaan sampai dengan Rp. 50 Juta Toko/Pemasok/ Nilai Biaya Pengadaan
Pengadaan Barang Alat) Masyarakat Bahan/Alat perjenisnya
/Jasa Pelaksana pada saat dilakukan
Pekerjaan Konstruksi pengadaan;
yang dilaksanakan
sendiri secara Borongan Upah 1. Nilai Pengadaan s/d Rp. 50 Juta; Kelompok Bahan untuk Pekerjaan
langsung oleh pekerjaan 2. Pekerjaan yang hanya menggunakan tenaga kerja Tenaga Kerja tetap disediakan langsung
Masyarakat (seperti & alat kerja sederhana, tidak memerlukan tenaga Masy. oleh Masyarakat, dan
KSM/ Pakem/ TPP); ahli/terampil. Dan pekerjaan tidak membahayakan tenaga kerja yang bekerja
Pelaksana
keselamatan umum & harta benda (Teknologi disediakan oleh Kelompok
Pekerjaan
Sederhana dan Resiko Kecil), Atau Tenaga Kerja (cara
(Pengadaan Konstruksi
borongan Upah Kerja). Dan
Bahan/Alat 3. Pekerjaan menggunakan sedikit peralatan dari
untuk peralatan kerja
dilaksanakan berat/besar & memerlukan sedikit tenaga Masyarakat
sederhana disediakan oleh
minimum oleh 2 terampil/ahli yang dapat disediakan sendiri. Dan (KSM/
kelompok tenaga kerja
Orang dengan pekerjaan dapat membahayakan keselamatan Pakem/ TPP)
sendiri;
menggunakan umum, harta benda dan jiwa manusia (Teknologi
perbandingan harga Madya dan Resiko Sedang)
minimum pada 3 4. Adanya Pertimbangan bahwa pilihan metode ini
(tiga) pemasok/ menguntungkan bagi Masyarakat, yaitu dapat
penyedia jasa mendorong : peningkatan partisipasi masyarakat,
pengadaan; penghematan biaya, peningkatan kualitas
konstruksi, ketepatan waktu penyelesaiaan
pekerjaan;
3. Terbatas, Pengadaan Barang Nilai Pengadaan diatas Rp. 50 Juta Toko/Pemasok/ Nilai Biaya Pengadaan
Barang/Jasa (Bahan/Alat) Tim Masyarakat Bahan/Alat dilihat
Pelaksana Pekerjaan Pengadaan perjenisnya pada saat
Konstruksi yang dilakukan pengadaan;

66 Bahan Bacaan | Infrastruktur


PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

Kriteria/ Pelaksana Penyedia Jasa


No Metode Pengadaan Peruntukan Penjelasan
Batasan Pengadaan Pekerjaan
menggunakan pihak Jasa Pelaksana 1. Pekerjaan yang menggunakan sedikit peralatan Kontraktor Sebagian atau keseluruhan
ketiga yang lebih Pekerjaan berat/besar & memerlukan sedikit tenaga Pekerjaan dapat
mampu sebagai Konstruksi terampil/ahli yang tidak dapat disediakan sendiri. diserahkan pelaksanaannya
Penyedia Jasa (Borongan Dan pekerjaan dapat membahayakan keselamatan kepada pihak
Pengadaan Pekerjaan) umum, harta benda dan jiwa manusia (Teknologi ketiga/Kontraktor (Tenaga
Madya dan Resiko Sedang), Atau kerja/Bahan/ Alat
(minimum ada 2. Pekerjaan yang menggunakan banyak alat disediakan sendiri oleh
penawaran dari 3 berat/besar dan memerlukan banyak tenaga pihak ketiga)
penyedia jasa ahli/terampil, Dan pekerjaan dapat
pengadaan yang membahayakan keselamatan umum dan harta
berbeda). benda, jiwa manusia dan Lingkungan (Teknologi
Tinggi dan Resiko Tinggi);
3. Adanya Pertimbangan bahwa pilihan metode ini
menguntungkan bagi Masyarakat, yaitu
penghematan biaya, peningkatan kualitas
konstruksi, ketepatan waktu penyelesaiaan
pekerjaan bila dikerjakan sendiri secara langsung
oleh masyarakat;
Dalam keadaan tertentu dimana Metode Pengadaan Terbatas ini tidak dapat dilakukan, karena calon pemasok Bahan/Tenaga kerja/Kontraktor
yang menyediakan Jasa Pengadaan yang diperlukan hanya ada satu (satu-satunya) diwilayah provinsi bersangkutan dan atau karena berada
diluar wilayah provinsi bersangkutan (lokasi pekerjaan jauh) maka metode Pengadaa Terbatas ini dapat dilakukan secara khusus. Kata
kuncinya adalah jika jumlah calon Penyedia Jasa Pengadaan yang ada, hanya ada satu-satunya diwilayah provinsi setempat dan atau
kedudukannya berada diluar wilayah provinsi bersangkutan (jauh dari lokasi pekerjaan). Penggunaan metode khusus ini hanya dapat dilakukan
apabila telah mendapat persetujuan dari Konsultan Pendamping (KMW/Korkot P2KP Advanced).

Bahan Bacaan | Infrastruktur 67


PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

IV. MEKANISME PELAKSANAAN PENGADAAN PENGADAAN BAHAN / ALAT

1. Swadaya Masyarakat
Masyarakat dapat juga mengkontribusikan tenaga, dana, barang, administrasi,
konsumsi dan tanah dalam pelaksanaan suatu pembangunan sub-
proyek/proyek di dalam kelurahan/desa yang bersangkutan. Meskipun
merupakan kontribusi keswadayaan masyarakat, perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
Tenaga kerja, semua warga dapat saja bergotong royong
mengkontribusikan tenaga kerja masing-masing, tetapi bila dibutuhkan
tenaga ahli/terampil dapat dilakukan pengadaan sesuai pedoman ini.
Dana, untuk kontribusi dana harus dicatat secara baik dan benar oleh
Tim Pengadaan KSM/Panitia.
Barang, untuk kontribusi barang/bahan bangunan harus memenuhi
kualitas yang baik sesuai dengan standar teknis yang disyaratkan
sehingga tidak menurunkan mutu bangunan atau malah membahayakan
masyarakat dan lingkungan.
Tanah (lahan) harus dicatat dan dipastikan ada surat serah terima hak
guna/pakai atau hibah dari pemilik ke Lurah/Kades;
Administrasi dan Konsumsi harus dicatat secara baik dan benar oleh Tim
Pengadaan KSM/Panitia.
Berdasarkan hasil kesepakatan Swadaya Masyarakat pada tahap perencanaan
sebelumnya maka pelaksanaan pengadaannya pada tahap pelaksanaan
konstruksi adalah :
a. Tentukan jenis-jenis, volume dan nama-nama yang akan memberikan
swadaya berupa : dana tunai, bahan, alat, administrasi, konsumsi
sebagaimana hasil kesepakatan swadaya awal;
b. Sampaikan kepada setiap warga yang akan berswadaya, waktu
penyerahan swadaya kepada pihak pelaksana pekerjaan. Waktu
penyerahan swadaya ini agar disesuaikan dengan kebutuhan pekerjaan
dilapangan dan diusahakan lebih awal terealisasi. Penyerahan swadaya
tersebut sebaiknya dilakukan langsung oleh yang bersangkutan tetapi
dapat juga diwakilkan.
c. Swadaya yang diterima oleh pelaksana pekerjaan (KSM/Panitia) harus
diperiksa kesesuaian jumlah dan kualitasnya, kemudian dicatat pada
Nota Penerimaan atau buku administrasi Bahan/Alat Swadaya dan
mengarsipkannya dengan baik sebagai bahan pertanggungjawab kepada
masyarakat. Selanjutnya bahan/alat tersebut dapat langsung
dipergunakan dilapangan atau disimpan sementara digudang dengan
aman dan baik.

68 Bahan Bacaan | Infrastruktur


PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

Khusus untuk swadaya tanah/lahan, mengacu pada penjelasan tatacara


penyediaan lahan, buku Pedoman Pelaksanaan dan Pedoman Teknis
Pengamanan Dampak (Safeguards) Lingkungan dan Sosial proyek ini.

2. Pengadaan Langsung/Survei Harga


Untuk pengadaan yang bernilai kurang dari/sama dengan Rp 50.000.000,-
(lima belas juta rupiah) dapat dilakukan dengan cara survei harga bahan/alat
di sekurang-kurangnya 3 toko/pemasok setempat/terdekat dan kemudian
membandingkan serta memilih harga yang terendah dengan mengacu pada
harga survei awal/Rencana Anggaran Biaya (RAB) sebagaimana tercantum
dalam proposal yang disetujui.
Secara rinci langkah-langkah pelaksanaannya dapat dilakukan sebagai berikut
:
Tentukan jenis-jenis bahan/alat yang akan dibeli/sewa.
Lakukan Survey Harga sekurang-kurangnya 3 toko/pemasok
setempat/terdekat.
Tim pengadaan (sekurang-kurangnya 3 orang atau lebih berjumlah ganjil)
melakukan survey harga bahan/alat yang akan dibeli/sewa pada
sekurang-kurangnya 3 toko/pemasok setempat/terdekat. Hasil Survey ini
harus dicatat dan diarsipkan sebagai bahan pertanggungjawaban.
Apabila waktu survey/investigasi harga yang telah disepakati pada waktu
perencanaan awal (penyusunan RAB Proposal) belum melewati satu
bulan maka Hasil Survey Harga tersebut dapat langsung dipergunakan
sebagai acuan harga. Namun apabila waktunya telah melewati satu
bulan (dari tanggal Survey) maka harus dilakukan survey kembali. Masa
berlakunya survey harga hanya satu bulan dan bila telah lebih harus
dilakukan survey kembali sebelum melaksanakan pengadaan.
Bila harga terendah yang diperoleh di lapangan lebih tinggi dari harga
yang digunakan dalam menghitung rencana anggaran biaya (RAB), maka
dianjurkan ditempuh langkah-langkah berikut :
a. Bila kenaikan harga kurang dari 10%.
¾ Mengurangi volume pekerjaan tanpa mengorbankan mutu
pekerjaan
¾ Mempertahankan volume pekerjaan dengan menambah porsi
swadaya.
b. Bila kenaikan harga melebihi dari 10%
Dalam kondisi seperti ini dan tambahan dana tidak mungkin dicari
dan disediakan maka keputusan kebijakan yang akan ditempuh harus
dikonsultasikan dan disetujui oleh konsultan wilayah.

Bahan Bacaan | Infrastruktur 69


PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

Tetapkan Toko/Pemasok yang akan memasok bahan/alat.


Berdasarkan hasil survey harga (langkah 2 diatas) maka Tim pengadaan
mengevaluasi harga hasil survey untuk memilih dan menyepakati
toko/pemasok dengan harga terendah untuk setiap jenis bahan/alat
dengan mengacu pada harga survei awal/Rencana Anggaran Biaya (RAB)
sebagaimana tercantum dalam proposal yang disetujui.
Sesuiai dengan rencana pengadaan (jenis, kuantitas, spesifikasi dan
waktu) yang telah disusun sebelumnya, Tim Pengadaan
membuat/menyampaikan Pesanan Bahan/Alat yang ditujukan kepada
Toko/Pemasok yang dipilih. Pesanan tersebut sebaiknya dibuat dalam
bentuk surat pesanan (tertulis) dan disampaikan juga ke bagian
keuangan KSM/Panitia untuk persiapan pembayarannya. Hal ini
dilakukan untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas kegiatan
baik internal KSM/Panitia maupun dengan pihak pemasok itu sendiri.
Bahan yang diterima di proyek dari pemasok harus diperiksa kesesuaian
jumlah dan kualitasnya. Tim Pengadaan harus tegas/berani menolak
bahan yang diserahkan oleh pemasok/toko bila cacat/tidak sesuai
dengan kualitas yang diinginkan. Bila telah dilakukan pemeriksaan dan
diterima, kemudian dicatat pada Nota Penerimaan Bahan untuk
selanjutnya dapat langsung dipergunakan dilapangan atau disimpan
sementara digudang dengan aman dan baik. Penting untuk diperhatikan,
agar Nota Penerimaan Bahan/Alat ini juga disampaikan kebagian
bendahara/keuangan untuk pembayarannya.
Tatacara pembayaran material/alat dilakukan oleh bendahara atau
bagian keuangan yang telah ditetapkan oleh KSM/Panitia.

Beberapa hal penting yang harus diperhatikan :


9 Pembelian material, pembelian/sewa alat harus sesuai dengan kebutuhan
(termasuk persyaratan kualitas) pekerjaan dilapangan pada saat itu,
sebab jika pembelian terlampau banyak (tidak terkontrol) maka dapat
berlebih (merupakan pemborosan), akibatnya dana yang ada bisa-bisa
tidak cukup untuk membeli bahan lain atau membayar upah, dll.
9 Harus memperhatikan kecukupan dana yang ada untuk kebutuhan lain,
misalnya membayar upah pekerjaan dilapangan (pemasangan bahan yang
dibeli). Hal ini penting untuk menjaga agar kegiatan dilapangan tetap
berjalan terus-menerus (ada kemajuan pekerjaan). Jangan sampai
dilakukan pembelian bahan/alat tetapi tidak dapat dipasang dilapangan
karena tidak ada dana untuk membayar upah kerja;
9 Harus memperhatikan kemampuan gudang untuk menyimpan bahan/alat
yang dibeli secara baik dan aman, karena kalau sampai pembelian
material terlampau banyak sedangkan ruang gudang tidak cukup maka
bisa mengakibatkan bahan yang dibeli bisa rusak/hilang sebelum
digunakan.
70 Bahan Bacaan | Infrastruktur
PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

9 Harus selalu memperhatikan/membandingkan total volume pembelian


yang sudah dilakukan dengan volume yang direncanakan pada RAB untuk
tiap jenis bahanalat, apabila ditemukan kemungkinan bahwa volume
pembelian akan melebihi volume RAB maka segera lakukan konsultasi
dengan Tim Konsultan.

3. Pengadaan Terbatas / Pemilihan dengan Penawaran


Untuk pengadaan yang bernilai diatas atau lebih dari Rp 50.000.000,- (lima
belas juta rupiah) dapat dilakukan dengan cara memilih sekurang-kurangnya 3
toko/pemasok yang dianggap memiliki reputasi yang baik dan dapat
diandalkan serta mengundangnya untuk mengajukan penawaran. Untuk itu
Tim Pengadaan KSM/Panitia akan menyusun Daftar Kebutuhan Bahan atau
Alat yang dibutuhkan dengan jumlah masing-masing bahan/alat dan
spesifikasi yang dipersyaratkan termasuk lokasi pengiriman untuk diserahkan
ke toko/pemasok yang akan mengajukan penawaran. Contoh Daftar diberikan
di lampiran 2. Di mana perlu, ditambahkan keterangan seperti ukuran,
kualitas, lokasi (bila tidak di tepi jalan kendaraan roda empat), dan tanggal
barang / alat diperlukan di lapangan. Daftar ini diberikan kepada para calon
pemasok bersama formulir Surat Penawaran untuk dilengkapi dan
ditandatangani.
Pada waktu penawaran diterima;
untuk KSM maka penawaran yang diterima kemudian dibuka di suatu
rapat anggota KSM, dibaca bergiliran, dibahas dan dipilih yang paling
murah sebagai pemenang,
untuk Panitia, penawaran yang diterima harus dibuka dalam rapat
Panitia dan BKM/LKM yang diselenggarakan khusus untuk itu dan dibaca
dengan suara keras dan kemudian dibahas.
Pemasok dengan harga terendah ditetapkan sebagai pemenang. Tim
Pengadaan KSM/Panitia akan membuat berita acara untuk itu. Keputusan
pemenang ini kemudian secara tertulis di sampaikan ke pemasok yang
menang. Keputusan beserta penawaran dari toko/pemasok harus
dipublikasikan di beberapa tempat yang strategis. Tim Pengadaan
KSM/Panitia mencatat seluruh proses pengadaan dan menyimpan dokumen
asli dalam arsip yang rapi.
¾ Acuan yang digunakan adalah rencana pengadaan yang telah disusun
sebelumnya.
Adapun langkah-langkah pengadaan secara terbatas adalah sebagaimana
diuraikan pada table dibawah ini:

Bahan Bacaan | Infrastruktur 71


PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

Langkah-langkah Pelaksanaan Pengadaan Secara Terbatas :

Jadwal Pelaksanaan Penanggung


No. Uraian Kegiatan Output/Hasil Kegiatan
Mulai Selesai Durasi jawab
1. Pembentukan Tim Pengadaan, Selambat- Selambat-lambatnya 1 2 hr BKM/LKM/UPL Terbentuknya Tim Pengadaan
o Tim ini dibentuk dan lambatnya 1 hari hari sebelum
ditetapkan oleh setelah pengumuman
BKM/LKM/UPL. BKM/LKM
o Jumlah Tim Pengadaan melakukan
minimal terdiri dari 5 orang pencairan Dana
dan harus berjumlah ganjil; ke rekening KSM
o Anggota Tim Pengadaan harus
terdapat wakil UPL dan KSM
terkait dan boleh ditambah
pihak ketiga yang dianggap
lebih mampu (tidak boleh
Konsultan PNPM duduk
sebagai Anggota Tim
Pengadaan)
2 Penyusunan dokumen pengadaan Selambat-lambatnya 1 2 hr Tim Pengadaan Dokumen pengadaan/RKS yang minimal
hr sebelum memuat :
Contoh bentuk Dokumen RKS, Pendaftaran/ Nama/Volume/Spesifikasi Teknis Pekerjaan,
terlampir. pengambilan dokumen Sumber Dana, Tempat Pekerjaan dan
Pemberi pekerjaan; Jadwal Pengadaan
(Penjelasan Kantor/Lapangan, Pemasukan
Penawaran), Ketentuan Penawaran (bentuk
surat penawaran, bentuk Rincian Harga
Penawaran, Cara penyampaian penawaran),
persyaratan penyedia jasa, Metode Evaluasi
Penawaran.

72 Bahan Bacaan | Infrastruktur


PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

3 Pengumuman selambat- Tim Pengadaan Pengumuman melalui media yang ada.


lambatnya 1 hari Diupayakan informasi ini dapat diketahui
setelah Ada-nya oleh pihak pemasok yang ada di desa
Tim Pengadaan setempat/terdekat;

4 Pendaftaran Peserta & pada hari Selambat-lambatnya 3 3 hr Tim Pengadaan Daftar Peserta & Tanda Terima Dokumen
Pengambilan Dokumen dikeluarkan-nya hr sejak pengumman Pengadaan
pengu-muman.
5 Undangan/Penyampaian Sejak hari Selambat-lambatnya 1 3 hr Tim Pengadaan Undangan diterima Pemasok
Undangan kepada Calon Peserta pertama hari setelah
untuk mengikuti Penjelasan pendaftaran berakhirnya
Kantor pengambilan dokumen
6 Penjelasan Kantor (diikuti 1 hari setelah - 1 hr Tim Pengadaan Daftar Hadir Peserta Pemasok dan BA
Penjelasan Lapangan bila berakhirnya Penjelasan (masing-masing untuk kantor &
diperlukan) pendaftaran Lapangan)

¾ Daftar Hadir seluruh Peserta (baik Peserta


7 Pemasukan, Pembukaan 3 hr setelah Pada Jam yang 1 hr Tim Pengadaan
Penawaran, Evaluasi Penawaran penjelasan disepakti oleh Tim &
undangan maupun Peserta Pemasok)
& Penetapan Pemenang kantor seluruh Peserta
(Musyawarah Pengadaan) Pemasok bahwa ¾ BA Hasil Pemasukan, Pembukaan
Catatan : Pembukaan Penawaran, Evaluasi Penawaran &
Untuk meningkatkan Penawaran telah Penetapan Pemenang
¾ Sebaiknya Daftar Hadir Pemasok dan
transparanasi dan akuntabilitas selesai hari yang sama
kegiatan maka pada acaran : dengan pemasukan) Undangan dibuat terpisah.
Pemasukan, pembukaan, Evaluasi
& Penetapan Pemenang ini, Tim
Pengadaan harus mengundang
seluruh anggota KSM terkait,
wakil BKM/LKM, wakil UPL,
Kepala Desa/Lurah, Tomas
setempat dan Faskel.

Bahan Bacaan | Infrastruktur 73


PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

Penjelasan Tatacara Pemasukan, Pembukaan Penawaran, Penilaian/Evaluasi Penawaran & Penetapan Pemenang :
1. Peserta Pemasok menyampaikan penawaran dalam satu sampul tertutup kepada Tim Pengadaan, selanjutnya peserta mengisi daftar hadir;
2. Setelah waktu/Jam yang ditentukan (sesuai jadwal pemasukan pada dokumen pengadaan) untuk pemasukan selesai, Tim Pengadaan menyampaikan kepada
peserta bahwa waktu pemasukan penawaran telah selesai/ditutup;
3. Tim Pengadaan meminta 2 orang dari wakil peserta pemasok yang berbeda untuk menjadi saksi pembukaan penawaran;
4. Tim membuka satu-persatu penawaran yang di terima dihadapan seluruh peserta/undangan yang hadir, lalu membacakan kelengkapan dokumen penawaran
yang disampaikan (besarnya nilai penawaran, Surat Pernyataan Kesanggupan Pengadaan dan Surat Pernyataan Kebenaran Usaha);
5. Segera setelah poin 2 selesai, Tim secara langsung melakukan pengecekan kebenaran hasil perkalian/penjumlahan nilai biaya penawaran seperti yang tertera
pada Rincian harga penawaran yang diajukan pemasok (koreksi aritmetika), lalu menyampaikan kebenaran atau kesalahan yang terjadi apabila ditemukan.
6. Apabila ditemukan perbedaan antara Nilai Penawaran yang ditulis dalam Angka dan Huruf maka Nilai yang dipakai harus yang tertera sesuai tulisan huruf.
7. Apabila hasil koreksi aritmetika ditemukan ada kesalahan maka Nilai akhir penawaran peserta yang digunakan adalah nilai hasil koreksi aritmetika (bukan
sebagaimana yang tertulis dalam surat penawaran).
8. Apabila ada Nilai penawaran pemasok yang berubah menjadi terendah diantara seluruh penawaran yang ada, maka Tim wajib melakukan klarifikasi langsung
kepada pemasok bersangkutan yang hadir, apakah masih sanggup menyediakan seluruh bahan/alat sesuai volume dan spesifikasi yang dipersyaratkan?
Apabila untuk menjawab pertanyaan tersebut, pemasok yang bersangkutan membutuhkan waktu untuk klarifikasi/konfirmasi kepada atasannya/Tuan Toko,
maka Tim harus menyepakati dengan seluruh peserta besarnya tambahan/kelonggaran waktu yang akan diberikan pemasok tersebut. Apabila sesuai waktu
yang diberikan tidak ada tanggapan atau tanggapannya menyatakan tidak mampu maka langsung dinyatakan bahwa pemasok tersebut GUGUR.
9. Dalam proses pengadaan ini sedapat mungkin diupayakan tidak ada peserta yang gugur, kecuali (peserta dinyatakan gugur) apabila :
a. Didalam Dokumen Penawarannya tidak terdapat rincian harga penawaran;
b. Dinyatakan gugur berdasarkan prosedur poin 8 diatas.
c. Ketiadaan salah satu atau ketiga-tiganya dari surat pernyataan tidak menuntut ganti rugi, pernyataan kesanggupan penyediaan bahan/alat yang
diadakan dan surat Pernyataan Kebenaran Usaha, tidak dapat menggugurkan pemasok, kecuali bila pemasok yang bersangkutan tidak dapat
menyediakan surat-surat tersebut dalam waktu 2 jam (waktu ini hendaknya disepakati bersama oleh semua peserta).
d. Peserta/Pemasok yang tidak mengambil dokumen dan atau tidak mengikuti Acara Penjelasan Kantor/Lapangan tidak dapat dijadikan alasan untuk
digugurkan.
10. Panitia menetapkan peringkat pemenang berdasarkan urutan nilai penawaran mulai dari nilai penawaran terendah sampai tertinggi;
11. Peserta dengan Peringkat Pemenang Pertama dinyatakan sebagai Pemenang sekaligus berhak melakukan perjanjian Kerjasama dengan KSM.

8 Penandatangan Perjanjian Selambat- 2 hr Ketua KSM Surat Perjanjian Pengadaan Bahan/Alat.


Kerjasama antara KSM selaku lambatnya 2 hari
Pemberi Kerja dengan Pemasok setelah
Pengumuman

74 Bahan Bacaan | Infrastruktur


PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

Pemenang

Catatan :
Bentuk perjanjian kerjasama ini dapat berbentuk Harga Satuan atau Lampsum dan tanpa kompensasi berupa kenaikan harga meskipun ada perubahan harga
kemudian hari;

Bahan Bacaan | Infrastruktur 75


PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

4. Pengadaan Khusus/Penunjukan Langsung


Bila di wilayah kerja proyek/sub proyek hanya tersedia 1 toko/pemasok atau
jenis barang/alat yang dibutuhkan bersifat khusus yang tidak tersedia di banyak
toko/pemasok maka Tim Pengadaan KSM/Panitia dapat melakukan penunjukan
langsung tanpa terikat pada jumlah nilai harga pengadaan. Untuk itu Tim
Pengadaan KSM/Panitia akan menyusun daftar kebutuhan bahan/alat dengan
spesifikasinya dan jumlah masing-masing bahan/alat untuk diserahkan ke
toko/pemasok yang bersangkutan. Satuan harga yang digunakan adalah satuan
harga hasil survei yang telah dievaluasi oleh konsultan, adapun langkah-
langkahnya adalah sebagai berikut:
a. Tentukan jenis-jenis bahan/alat yang akan dibeli/sewa.
Acuan yang digunakan adalah rencana pengadaan yang telah disusun
sebelumnya.
Beberapa hal penting yang harus diperhatikan :
9 Pembelian material/alat harus sesuai dengan kebutuhan pekerjaan
dilapangan pada saat itu, sebab jika pembelian terlampau banyak (tidak
terkontrol) maka dapat berlebih (merupakan pemborosan), akibatnya
dana yang ada bisa-bisa tidak cukup untuk membeli bahan lain atau
membayar upah, dll.
9 Harus memperhatikan kecukupan dana yang ada untuk kebutuhan lain,
misalnya membayar upah pekerjaan dilapangan (pemasangan bahan yang
dibeli). Hal ini penting untuk menjaga agar kegiatan dilapangan tetap
berjalan terus-menerus (ada kemajuan pekerjaan). Jangan sampai
dilakukan pembelian bahan/alat tetapi tidak dapat dipasang dilapangan
karena tidak ada dana untuk membayar upah kerja;
9 Harus memperhatikan kemampuan gudang untuk menyimpan bahan/alat
yang dibeli secara baik dan aman, karena kalau sampai pembelian
material terlampau banyak sedangkan ruang gudang tidak cukup maka
bisa mengakibatkan bahan yang dibeli bisa rusak/hilang sebelum
digunakan.
9 Harus selalu memperhatikan/membandingkan total volume pembelian
yang sudah dilakukan dengan volume yang direncanakan pada RAB untuk
tiap jenis bahan, apabila ditemukan kemungkinan bahwa volume
pembelian akan melebihi volume RAB maka segera lakukan konsultasi
dengan Tim Konsultan.
b. Tetapkan Toko/Pemasok yang akan memasok bahan/alat tersebut.
Acuan yang digunakan adalah Daftar Toko/Pemasok yang telah ditentukan
berdasarkan Rencana Pengadaan/Kesepakatan Harga Satuan Hasil Survey.
c. KSM membuat Surat Pesanan Bahan/Alat yang ditujukan kepada
Toko/Pemasok yang dipilih. Penting untuk diperhatikan bahwa surat
pesanan ini agar sampaikan juga ke bagian keuangan untuk persiapan
pembayarannya. Upaya ini dilakukan untuk meningkatkan transparansi
dan akuntabilitas kegiatan baik internal KSM/Warga maupun dengan
pihak pemasok itu sendiri.
76 Bahan Bacaan | Infrastruktur
PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

d. Bahan yang diterima di proyek harus diperiksa kesesuaian jumlah dan


kualitasnya, kemudian dicatat pada Nota Penerimaan Bahan untuk
selanjutnya dapat langsung dipergunakan dilapangan atau disimpan
sementara digudang dengan aman dan baik. Penting untuk diperhatikan,
agar Nota Penerimaan Bahan/Alat ini juga disampaikan kebagian
bendahara/keuangan untuk pembayarannya.
e. Tatacara pembayaran material/alat dilakukan oleh bendahara atau
bagian keuangan atau petugas khusus yang telah ditetapkan oleh KSM
untuk tugas itu.

V. PENGADAAN JASA TENAGA AHLI / TERAMPIL

Bila dalam melaksanakan pekerjaan sub-proyek/proyek masyarakat memerlukan


bantuan teknik dari tenaga ahli atau tenaga terampil tertentu maka masyarakat dapat
melakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Kualifikasi tenaga ahli/terampil, sebelum diadakan harus terlebih dahulu
dikonsultasikan dan disetujui oleh konsultan
2. Pengadaan Langsung/Survei tenaga ahli/terampil, adalah pengadaan tenaga
ahli/terampil tanpa lamaran tetapi dengan langsung mengumpulkan referensi
mengenai beberapa tenaga ahli/terampil dan memilih salah satu yang dianggap
paling cocok baik dari segi biaya, karakter dan keahlian/keterampilan.
3. Pengadaan Terbatas/Pemilihan tenaga ahli/terampil adalah pengadaan jasa
tenaga ahli/terampil dengan membandingkan sekurang-kurangnya 3
pelamar atau lebih dan memilih kualifikasi yang paling sesuai dengan
kebutuhan.
4. Pengadaan Khusus/Penunjukan Langsung, (bila pengadaan terbatas gagal atau
Tenaga Ahli/terampil yang tersedia hanya 1), adalah pengadaan dimana pihak
KSM/Panitia melakukan penunjukan langsung kepada salah satu Tenaga
Ahli/terampil sesuai kualifikasi yang dibutuhkan karena pengadaan
terbatas/pemilihan gagal, atau satu-satunya Tenaga Ahli/terampil sesuai
kualifikasi yang dibutuhkan di wilayah kerja proyek/sub-proyek tersebut

Pengadaan Tenaga ahli Pendamping PLPBK :


1. Tenaga Ahli Pendamping Perencanaan Partisipatif PLP BK
2. Tenaga Ahli Pendamping Pemasaran PLP BK

Catatan:
Pengadaan tenaga ahli pendamping PLBPK untuk lebih jelas/lengkap merujuk pada buku
Pedoman Teknis Pengadaan Barang dan Jasa.

Bahan Bacaan | Infrastruktur 77


PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

Detil aktifitas seleksi dapat dilihat dalam tabel berikut :

No Jenis Kegiatan Pelaku Gambaran Aktifitas Alat Bukti


1 Bimbingan Rekruitmen SF/Askot PLP- 1. SF/Askot memberikan x Berita acara

x Daftar Hadir
Tenaga pendamping BK, BKM, serta bimbingan dan diskusi kepada Bimbingan

x Mengapa perlu Tenaga


tim TIPP BKM dan kelurahan tentang:
kelurahan

x Apa dan siapa tenaga


Pendamping.

x Kriteria Umum tenaga


pendamping

x Mekanisme rekruitmen.
pendamping

Azas-azas perekrutan tenaga


pendamping (profesionalisme,
akuntabilitas, keterbukaan dll)
2 Perumusan Kriteria dan BKM, 2. BKM dan Lurah serta TIPP a. Berita acara
syarat-syarat Tenaga Ahli Lurah/Kepala melakukan FGD/rembug penyepakatan
pendamping Desa, Tim Inti menentukan kebutuhan, kriteria dan
Perencanaan menyepakati kriteria, syarat, syarat
dengan di tenaga Ahli Pendamping. b. Berita acara
fasilitasi oleh (kegiatan ini dilakukan penyepakatan
SF & Askot PLP- dengan mengacu kepada mekanisme
BK Buku Pedoman Pelaksanaan pengumuman,
PLP-BK) mekanisme
3. Melakukan rembug untuk pendaftaran,
mekanisme pengumuman penilaian
kebutuhan tenaga administrasi
pendamping di media massa, serta
mekanisme wawancara,
pendaftaran/penerimaan serta mekanisme
berkas lamaran, penilaian pengumuman
calon (administratif dan pemenang
wawancara) serta c. Daftar Panitia
mekanisme penentuan seleksi
Tenaga pendamping d. Daftar Hadir
4. Penyepakatan &
Pembentukan Panitia seleksi
3 Pengumuman Rekruitmen BKM & 1. BKM & Kelurahan x Draft materi
Kelurahan menyepakati materi tayangan
pengumuman, serta pilihan
x Kontrak
pengumuman
media yang paling
mewadahi kepentingan kerjasama
masyarakat setempat dengan
2. BKM & kelurahan media/bukti
menghubungi pihak media pembayaran
dan melakukan negoisasi,
x Bukti
penayangan
penawaran dan kesepakatan
mengenai harga, jumlah penayangan
tayang, serta hal-hal teknis
lainnya

78 Bahan Bacaan | Infrastruktur


PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

No Jenis Kegiatan Pelaku Gambaran Aktifitas Alat Bukti


4 Pendaftaran/pemasukan BKM & 1. Panitia seleksi menyiapakan x Daftar / bukti
Berkas lamaran Kelurahan segala keperluan pemasukan

x Dokumen
penerimaan pendaftaran berkas
(ATK, Petugas penerima
lamaran, tanda bukti lamaran dari
pendaftaran/stempel) peserta

5 Penilaian administrasi BKM & 1. Panitia seleksi di fasilitasi x Berita acara

x Daftar hadir
Calon Tenaga Kelurahan oleh SF/ Askot serta tim penilaian
Pendamping dengan di Teknis melakukan pengujian
fasilitasi terhadap berkas peserta penilaian
SF,ASKOT dan administrasi pelamar
Tim Teknis 2. hasil pengujian di
rekapitulasi dan di pilah.
Dokumen yang lolos
adminstrasi dipersiapkan
untuk dipanggil dalam
wawancara sementara
dokumen yang tidak lolos di
simpan sebagai arsip
3. Panitia seleksi membuat
berita acara penilaian
dokumen yang diperkuat
dengan tanda tangan para
penilai dan saksi-saksi
(Askot/SF, Tim Teknis)
6 Penilaian Wawancara BKM & 1. Panitia seleksi melakukan x Berita Acara
Kelurahan persiapan wawancara seleksiswawanc

x
dengan di dengan menyepakati ara
fasilitasi panduan pertanyaan serta Berita Acara
SF,ASKOT dan sistim skoring wawancara. ( hasil
Tim Teknis wajib mengedepankan asas
x
wawancara
transparansi dan Daftar hadir
akuntabilitas) peserta
2. Panitia seleksi mengirimkan wawancara
surat/informasi panggilan
wawancara bagi peserta
terpilih
3. Panitia seleksi melakukan
wawancara terhadap
peserta yang terpilih dan
melakukan penilaian.
4. Panitia seleksi membuat
berita acara dan tabulasi
nilai hasil wawancara
7 Rapat/Rembug Penetapan BKM & 1. Panitia Seleksi menyiapkan x Berita acara

x
tenaga Ahli pendamping Kelurahan , SF, segala berkas hasil seleksi rapat
ASKOT dan Tim 2. BKM , Lurah serta TIPP Daftar hadir
Teknis dengan di fasilitasi Askot&
x
peserta
SF melakukan FGD/rembug Berita acara
dengan agenda utama pengumuman
mendengarkan paparan tim pemeng seleksi

Bahan Bacaan | Infrastruktur 79


PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

No Jenis Kegiatan Pelaku Gambaran Aktifitas Alat Bukti


seleksi mengenai proses
serta hasil seleksi (penilaian
administratif maupun hasil
wawancara)
3. Rapat memberikan
klarifikasi dan tanggapan
terhadap tim sebelum
memutuskan pemenang
seleksi
4. Tim Seleksi dengan
mempertimbangkan
masukan forum membuat
keputusan pemenang
seleksi

8 Pengumuman, Penjelasan BKM, 1. BKM dan Lurah berdasarkan x Berita acara


pekerjaan dan Pembuatan Kelurahan, dan berita acara pengumuman rapat

x
Kontrak kerja SF/ASKOT pemenang seleksi penjelasan
pendamping Masyarakat memanggil peserta lols Daftar Hadir
seleksi.
x
peserta
2. Dibantu dengan SF dan Kontrak
askot BKM dan kelurahan kerjasama
melakukan diskusi dengan
pemenang sleksi mengenai
tugas, hak dan kewajiban
calon tenaga pendamping
3. Setelah dicapai
kesepahaman maka
dilanjutkan dengan
membuat kontrak
kerjasama antara
BKM/Kelurahan dengan
Tenaga Ahli pendamping
tersebut

80 Bahan Bacaan | Infrastruktur


PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

PENGENDALIAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR


PROGRAM PLPBK

I. Pengertian :

Penggunaan Istilah Pengendalian sering diartikan sama dengan pengawasan/supervisi tetapi


juga sering diartikan berbeda. Dalam istilah yang berbeda, pengawasan berhenti sampai
pada proses adanya temuan/penyimpangan pelaksanaan dari rencana/standarnya, termasuk
rekomendasi/tindaklanjutnya sedangkan pengendalian sampai pada dilakukannya tindakan
perbaikan atas penyimpangan tersebut. Pengawas hanya sampai pada memberikan saran
tindaklanjut/perbaikan atas temuan sedangkan tindaklanjutnya dilakukan oleh pengendali.
Jadi Pengendalian lebih luas dari sekedar pengawasan/supervisi

Pengendalian/Pengawasan (Controlling) adalah merupakan bagian terakhir dari fungsi


Manajemen Proyek. Kasus-kasus yang banyak ditemukan pada pelaksanaan konstruksi
adalah akibat masih lemahnya Pengendalian sehingga terjadilah berbagai penyimpangan
antara yang direncanakan dengan yang dilaksanakan/dihasilkan, seperti MCK tanpa
septictank, tanpa drainase, dll; Drainase yang tidak mengalirkan air sampai pembuangan
terakhir, longsornya lokasi pekerjaan, jalan tanpa drainase, dan lain-lain kualitas konstruksi
yang tidak memenuhi persyaratan teknis.
Selanjutnya penjelasan dalam bagian ini menggunakan istilah supervisi/pengawasan yang
mempunyai arti yang sama dengan pengendalian dalam diarti sebagai tindakan yang
dilakukan untuk menjadikan segala kegiatan di proyek berlangsung dan berhasil sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan atau sampai dilakukakannya tindakan
perbaikan/penyelesaiaan atas penyimpangan yang ditemukan.
Selama proses pelaksanaan kegiatan pembangunan infrastruktur maka harus dilakukan
Pengendalian kegiatan, untuk menjaga agar sumberdaya yang dipergunakan dan proses
pelaksanaan kegiatan yang dilakukan berjalan secara efektif dan efisien dan
terarah/terkendali menuju pencapaian tujuan/sasaran yang telah ditetapkan. Dengan
demikian maka pengendalian juga merupakan proses untuk mencapai tujuan. Sedangkan
tujuan pengendalian pada dasarnya juga merupakan tujuan dari pelaksanaan pembangunan
infrastruktur itu sendiri, yaitu Terwujudnya bangunan/infrastruktur secara tepat Mutu,
Tepat Waktu, Tepat Biaya dan Tertib Administrasi;

II. Sasaran/Keluaran Pengendalian :

ƒ Kegiatan/Pekerjaan terlaksana secara benar, lancar (terkoordinasi) dan terarah menuju


perwujudan bangunan yang direncanakan;
ƒ Meningkatnya kemampuan dari personil organisasi pelaksana pekerjaan untuk
melaksanakan tugas/kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya secara benar dan teliti;
ƒ Dilakukan tindakan perbaikan atau penyelesaiaan atas temuan penyimpangan/
kesalahan/kekurangan dari setiap pekerjaan sehingga dapat kembali sesuai dengan
standar yang telah dipersyaratkan/direncanakan sebelumnya

Bahan Bacaan | Infrastruktur 81


PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

III. Ukuran Sasaran/Keluaran Pengendalian :

ƒ Jumlah Kuantitas dan Kualitas hasil pekerjaan yang dilaksanakan memenuhi standar
yang dipersyaratkan/direncanakan (Tepat Kualitas);
ƒ Jumlah Waktu dan jumlah biaya pelaksanaan pekerjaan konstruksi sesuai dengan jadwal
(Tepat Waktu) dan Biaya (Tepat Biaya) yang telah direncanakan.
ƒ Jumlah Instrumen/Administrasi pemeriksaan & pengukuran hasil pekerjaan yang dibuat
sesuai dengan standar administrasi yang telah ditetapkan/direncanakan.
ƒ Jumlah laporan yang dibuat secara benar dan tepat waktu sesuai instrumen dan periode
pelaporan yang telah direncanakan;
ƒ Jumlah temuan/permasalahan/penyimpangan pelaksanaan pekerjaan dilapangan,
termasuk konflik yang terjadi;
ƒ Jumlah bukti fisik/administrasi tindakan perbaikan atau penyelesaiaan permasalahan
atas temuan/penyimpangan negatif/kesalahan atau kekurangan dari pekerjaan yang
dilaksanakan;
ƒ Jumlah personil/unit kerja organisasi lapangan yang bekerja sesuai dengan
tugas/tanggungjawabnya sebagaimana yang telah ditetapkan sebelumnya;
ƒ Koordinator/Ketua Organisasi Pelaksana Pekerjaan dilapangan mengkoordinasikan
pelaksanaan tugas setiap unit kerja dan bertanggungjawab atas keseluruhan
penyelenggaraan pelaksanaan kegiatan;

IV. Langkah-Langkah Pelaksanaan Pengendalian :


Pengawasan/pengendalian secara teratur merupakan cara yang diperlukan untuk
menghindari hasil yang tidak dapat diterima yang disebabkan oleh faktor-faktor seperti
bentuk/ukuran konstruksi yang dibuat dilapangan tidak sesuai dengan desain/gambar
kerja, ketrampilan kerja yang kurang, perubahan bahan (bermutu jelek), peralatan yang
tidak memadai, kuantitas yang kurang dan kondisi lain yang merugikan/menghambat
kelancaran pekerjaan di lapangan.
Untuk menjalankan pengendalian ini maka perlu mempersiapkan rencana
pengendalian, mencakup :
(1). Ditentukan/dipilih ”mana yang ingin dikendalikan”. Diperlukan prioritas tentang
pelaksanaan Apa yang telah direncanakan untuk dikendalikan sehingga tidak terlampau
berlebih;
(2). Tetapkan ”suatu satuan ukuran”. Ukuran-ukuran yang ditetapkan hendaknya
dinyatakan dalam bentuk yang bisa terukur bukan kata sifat, seperti prosen progres
kemajuan perminggu, waktu penyelesaiaan pekerjaan, biaya tenaga kerja, Kuantitas
pekerjaan, dll;
(3). Tetapkan ”suatu Patokan”, dengan suatu patokan/satuan ukuran yang jelas pada
tingkat pelaksanaan, patokan akan menjadi tingkat yang akan kita coba
pertahankan/capai. Misalnya nilai progres kemajuan perminggu, volume pekerjaan per
minggu, kualitas yang kuantitatif dari keluaran kegiatan, dll;
(4). Buat instrumen pengukuran dilapangan sesuai satuan ukuran pekerjaan yang telah
ditetapkan sebelumnya (administrasi dan mekanisme pelaporan).

82 Bahan Bacaan | Infrastruktur


PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

Selanjutnya dilakukan fungsi/tugas berikut :


5) Lakukan Supervisi/Pengawasan (Membimbing, Mengarahkan) agar kemampuan mereka
(personil pelaksana pekerjaan) terus meningkat dalam melaksanakan tugas dengan
benar dan teliti. Supervisi Konstruksi terutama diberikan berkaitan dengan teknik
konstruksi, teknologi dan metode kerja. Pengawasan pelaksanaan pekerjaan sesuai
standar konstruksi/rencana yang telah ditetapkan. Pengawasan secara teratur
merupakan cara yang diperlukan untuk menghindari hasil yang tidak dapat diterima
yang disebabkan oleh faktor-faktor seperti bentuk/ukuran konstruksi yang dibuat
dilapangan tidak sesuai dengan desain/gambar kerja, ketrampilan kerja yang kurang,
perubahan bahan (bermutu jelek), peralatan yang tidak sesuai atau tidak memadai,
kuantitas yang kurang dan kondisi lain yang merugikan / menghambat kelancaran
pekerjaan di lapangan. Dengan pengawasan / pengendalian yang baik sejak awal
pelaksanaan konstruksi maka diharapkan suatu pekerjaan dilaksanakan dengan benar
atau tidak terjadi kesalahan pekerjaan sejak awal pelaksanaannya sampai selesai (Zero
defect/kesalahan nol). Khusus untuk pelaksanaan tahap pekerjaan konstruksi, perlu
diingatkan bahwa pekerjaan konstruksi adalah pekerjaan berat/keras dan dilakukan
dialam terbuka yang mudah menyulut emosi orang. Oleh karena itu, dalam memberikan
perintah, supervisi dan kegiatan lain perlu dilakukan secara bijaksana
6) Lakukan Inspeksi atau pengecekan/pemeriksaan terhadap pelaksanaan tugas/kegiatan
yang dilaksanakan. Pemeriksaan adalah pengamatan secara teliti atas hasil pekerjaan
yang dicapai. Dapat mencakup kemajuan volume pekerjaan, waktu, mutu, biaya,
penggunaan sumberdaya, tindakan keselamatan kerja, dll.
7) Lakukan Pengukuran dan pelaporan hasil pemeriksaan berdasarkan instrumen yang
telah Anda persiapkan, Lalu Evaluasi Hasil Pelaksanaan (Bandingkan hasil pengukuran
dengan standar/patokannya dan lakukan penilaian untuk mengetahui apakah ada
penyimpangan). Pengukuran/penilaian pelaksanaan sesuai standar pengukuran
kegiatan tersebut.
8) Tentukan dan Lakukan tindakan koreksi/penyelesaian masalah yang terjadi
(penyimpangan negatif) bila ada atau Berikan pujian yang sesuai atas keberhasilan
(penyimpangan positif);
Point (1) sampai dengan (7) sering diistilahkan sebagai pengawasan/supervisi, sedangkan
s/d poin (8) disebut Pengendalian.
Tanggungjawab Pengendalian/Supervisi ini dilakukan secara rutin selama proses pelaksanaan
kegiatan oleh Tim Pelaksana Pembangunan bersama Tim Konsultan (korkot, Askot Infra dan
Fasilitator teknik) sebagai fungsi yang melekat pada tugas/tanggungjawabnya.

V. Hal-hal Yang Perlu Di Kendalikan Dalam Kegiatan Infrastruktur :


A. Pengendalian Kualitas
1. Cakupan Kualitas Kegiatan Infrastruktur P2KP :
ƒ Persyaratan Mutu Infrastruktur P2KP tidak hanya dilihat pada sekedar kualitas fisik
konstruksi tetapi haruslah meliputi :
1. Infrastruktur sesuai dengan kebutuhan masyarakat,
2. Infrastruktur dapat dioperasikan/berfungsi,
3. Tersedia akses yang mudah/aman untuk digunakan oleh warga pemanfaat,
Bahan Bacaan | Infrastruktur 83
PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

4. Infrastruktur Menjamin keselamatan (Keamanan, Kekuatan) dan Kesehatan warga


pemanfaat,
5. Infrastruktur Menjamin Tidak menimbulkan dampak negatif atas Sosial dan
Lingkungan.
ƒ Mutu pekerjaan Konstruksi meliputi : lingkup aktivitas setiap pekerjaan (termasuk
Jadwal pelaksanaan setiap aktivitas dan pengamanan keselamatan kerja),
kuantitas/volume pekerjaan yang harus diselesaikan, Metode Kerja, Persyaratan
Bahan/alat, Komposisi Campuran, Dimensi/Ukuran Pekerjaan, dan lain-lain yang
tercantum dalam spesifiksi teknis/gambar rencana.

2. Upaya-upaya Pendekatan Peningkatan Kualitas Konstruksi/Supervisi Kualitas


Infrastruktur yang dibangun Masyarakat :
1. Targetkan Kualitas, bukan kuantitas;
2. Harus Tegas dari awal;
3. Manfaatkan musim kemarau;
4. Antisipasi hari-hari libur besar/keagamaan/adat setempat;
5. Pelatihan/coaching yang kontinyu;
6. Gunakan sistem On The Job Training/Praktek lapangan/Trial;
7. Seleksi Mandor;
8. Beli Alat/Bahan yang bermutu baik;
9. Ketat dalam penerimaan bahan/alat;
10. Kader Teknis
11. Segera laporkan masalah;
12. Rapat Rutin Evaluasi Lapangan;
1) Targetkan Kualitas, bukan kuantitas, Kebiasaan didesa adalah mengejar target fisik,
karena dianggap P2KP sebagai kesempatan yang jarang terjadi dan kapan lagi bisa
membangun prasarana yang dibutuhkan. Padahal diprogram P2KP tidak ada tekanan
untuk menentukan target yang sangat tinggi. Oleh karena itu dalam pembicaran dengan
panitia atau masyarakat, aparat pemda dan konsultan pendamping harus mengatur
pembicaraan supaya tidak memberi kesan mengejar target fisik;
2) Harus Tegas dari awal, Pengawas berkecenderungan untuk membiarkan pekerjaan yang
kurang baik pada awal konstruksi, tetapi hal ini akan mempersulit usaha meningkatkan
kualitas. Sangat sulit untuk meningkatkan kualitas ditengah program apalagi sudah
menjelang berakhir. Oleh karena itu lebih baik untuk memulai dengan sangat ketat.
3) Manfaatkan musim kemarau, Sebagian besar pekerjaan prasarana P2KP lebih mudah
dibangun pada musim kemarau. Pengangkutan bahan/alat lebih muda jika belum hujan.
Pemadatan tanah sangat susah apabila tanah sudah terlalu basah. Petani juga ingin
bercocok tanam kalau hujan sudah turun, sehingga sering kesulitan dalam penyediaan
tenaga kerja proyek.
4) Antisipasi hari-hari libur besar/keagamaan/adat setempat, biasanya pada hari-hari
besar/keagamaan atau libur nasional masyarakat juga libur sehingga seringkali
pelaksanaan pekerjaan dilapangan menjadi terbengkalai karena tidak ada tenaga kerja.
Oleh karena itu Konsultan dan pemda harus mendorong masyarakat untuk mengerjakan
pekerjaan seawal mungkin (tidak diulur-ulur). Konsultan juga harus dapat menghitung
perkiraan waktu pekerjaan masyarakat sehingga lebih realistis/tidak terlalu lama;
84 Bahan Bacaan | Infrastruktur
PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

5) Pelatihan/coaching yang kontinyu, karena tenaga kerja kurang terampil dan Panitia
kurang memiliki pengalaman/keterampilan dalam pengelolaan pembangunan prasarana,
maka perlu dilakukan kegiatan pelatihan secara terus menerus oleh Konsultan
Pendamping maupun Aparat Kabupaten/kota setempat. Peningkatan kemampuan
masyarakat merupakan salah satu tujuan utama program P2KP.
6) Gunakan sistem On The Job Training/Praktek lapangan/Trial, adalah merupakan cara
yang dipergunakan untuk melatih masyarakat sambil meningkatkan kualitas konstruksi.
Dalam pelaksanaan sistem trial contoh harus betul-betul dibuat dengan kualitas yang
benar/memenuhi persyaratan teknis, karena contoh akan dianggap sebagai batas
maksimal kualitas yang akan dikejar/ikuti oleh masyarakat.
Sistem trial terdiri dari tiga langkah :
Contoh dibuat bersama konsultan pendamping/Dinas terkait. Orang yang ikut membuat
contoh adalah mandor, Ketua Kelompok/Ketua Regu Kerja, Kader Teknis/UPL, Pelaksana
Lapangan Panitia dan beberapa masyarakat yang lain. Konsultan ikut bekerja dan
memberi instruksi kepada mereka.
Atau Percobaan oleh masyarakat dibawah pimpinan orang yang memberikan contoh
diatas. Setelah trial selesai (misalnya panjang jalan 10-20 meter), kualitas dinilai oleh
Konsultan pendamping. Jika kualitas masih kurang baik maka harus dilatih lagi dan
diperiksa lagi.
Jika kualitas telah baik, pelaksanaan diteruskan.
Perlu ada contoh dan trial untuk tiap macam situasi yang dihadapi dilapangan. Misalnya
trial jalan ditempat yang sudah mempunyai tanah dasar yang kokoh, trial jalan didaerah
sawah yang dibuat contoh tersendir. Trial tidak diperlukan untuk bagian yang sangat
kecil yang dapat diawasi secara langsung oleh konsultan.
Trial juga diterapkan tidak hanya pada pekerjaan jalan, misalnya ada pekerjaan MCK maka
MCK yang dibangun pertama dianggap sebagai trial.
Trial juga dapat diterapkan mengikuti jenis pekerjaan yang akan dilakukan dilapangan,
yaitu dimulai pada tahap awal pelaksanaan pekerjaan tersebut.
Untuk Jenis pekerjaan yang lain, trial dapat dilakukan pada pekerjaan kunci (paling
menentukan kualitas), misalnya pekerjaan beton/beton bertulang dimana dilakukan
praktek pemasangan tulangan, bekesting, pencampuran, pengangkutan dan pemadatan
beton dilapangan, dll.
7) Seleksi Mandor, Mandor seringkali menjadi kunci dalam peningkatan kualitas, karena
mandor berada ditempat kerja setiap hari dan secara langsung memberikan instruksi
dan umpan balik kepada masyarakat/pelaksana pekerjaan. Mandor harus mengetahui
cara-cara meningkatkan kualitas, dan dia harus tegas pada masyarakat demi pencapaian
kualitas/manfaat yang akan dirasakan bersama oleh warga nantinya. Diperlukan Mandor
yang mempunyai kemampuan teknis konstruksi, dan sebaiknya dipercaya oleh
masyarakat.
8) Beli Alat/Bahan yang bermutu baik, penghematan biaya untuk peralatan/bahan sering
menjadi penghematan yang palsu, karena mempengaruhi produktivitas dan kualitas
konstruksi. Seringkali ada harga alat/bahan yang lebih murah padahal kualitas/hasil
kerjanya lebih lama/kurang memuaskan. Konsultan Pendamping dan Pemda terkait
harus mendorong masyarakat untuk membeli bahan/sewa peralatan yang mutunya

Bahan Bacaan | Infrastruktur 85


PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

lebih tinggi agar dapat tahan lama dan memudahkan pelaksanaan. Ini juga termasuk
peralatan seperti kereta dorong.
9) Ketat dalam penerimaan bahan/alat, Masyarakat harus dilatih supaya dapat
menentukan bahan/alat yang memenuhi persyaratan teknis dan mereka harus
dibimbing supaya berani menolak bahan/alat yang tidak sesuai mutu atau volumenya.
Perlu diantisipasi pemasok yang sering mengirim bahan kelokasi proyek ketika
konsultan/pihak pelaksana pekerjaan masyarakat tidak berada dilapangan dan mencoba
menipu masyarakat.
10) Kader Teknis (dalam P2KP adalah personil UPL), Kader Teknis dipilih oleh
masyarakat untuk membantu/memfasilitasi masyarakat yang melaksanakan pekerjaan
dilapangan. Tugas-tugas Kader Teknis ini pada dasarnya adalah melaksanakan fungsi-
fungsi dasar yang relatif sama dengan yang dilakukan oleh Fasilitator. Oleh karena itu
dapat dilihat sebagai perpanjangan tangan/membantu konsultan pendamping yang
tidak secara penuh setiap hari ada lokasi pekerjaan. Pemilihan Kader Teknis hendaknya
warga yang cukup kuat secara fisik (misalnya pemuda) dan berbakat teknis/administrasi
dan ingin belajar. Jumlah kader teknis ini juga perlu mempertimbangkan jumlah dan
sebaran geografis kegiatannya.
11) Segera laporkan masalah, Ditiap desa/kelurahan masalah kemungkinan besar pasti
ada. Kalau laporan tidak ada, mungkin yang terbaik adalah Konsultan pendamping perlu
bertanya kepada diri sendiri, Apakah ada yang salah? Mungkin mereka punya masalah
tetapi takut melaporkannya. Fasilitator perlu melaporkan masalah yang tidak dapat
diselesaikan dalam timnya kepada konsultan diatasnya, supaya mereka dapat
mengutamakan desa/kelurahan yang ada masalah pada waktu melakukan monitoring.
Diharapkan tidak ada masalah yang baru muncul pada waktu ada kunjungan tim/aparat
pusat maupun daerah karena seharusnya sudah ditangani fasilitator yang ada
dilapangan. Hal-hal yang belum dilaporkan dianggap masalah konsultan pendamping,
hal-hal yang sudah dilaporkan dianggap masalah bersama.
12) Rapat Rutin Evaluasi Lapangan, merupakan pertemuan yang dilaksanakan ditingkat
lapangan oleh Tim pelaksana kegiatan bersama Konsultan/TPP secara rutin pada setiap
periode waktu tertentu (sesuai periode waktu yang disepakati/minimum 3 kali dalam
mulai awal sampai akhir pekerjaan konstruksi) untuk mengevaluasi sejauh mana
kemajuan pelaksanaan kegiatan telah dicapai, menggali permasalah-permasalahan yang
menggangu kelancaran kegiatan, dan merumuskan tindakan-tindakan penyelesaian
masalah atau antisipasi masalah yang dapat mengganggu kelancaran pelaksanaan
dilapangan. Hasil pembahasan setiap agenda/permasalahan hendaknya dapat
memberikan/menyepakati apa bentuk penyelesaian/antisipasi, siapa yang bertanggung
jawab untuk pelaksanaannya, bagaimana cara pelaksanaannya dilapangan dan kapan
akan dilakukan tindakan tersebut.

Catatan Khusus Dalam Pengendalian :


Hal-hal berikut merupakan kasus yang sering kali menjadi kesulitan dalam supervisi/pengendalian
peningkatan mutu pekerjaan konstruksi yang dikelola masyarakat:
Masyarakat Seringkali Memandang Program P2KP Sebagai Kesempatan Emas Untuk
Mewujudkan Semua Bangunan Yang Dibutuhkan Sehingga Banyak Yang Mengejar Target
Kuantitas Pekerjaan, Padahal P2KP Tidak Mematok Hal Itu. Lalu apa target infrastruktur P2KP?
Seringkali Konsultan Pendamping Membiarkan Pekerjaan Yang Salah Diawal, Padahal Dia Tahu
Bahwa Sulit Untuk Meminta Masyarakat Melakukan Perbaikan Kesalahan Ditengah Atau Ketika

86 Bahan Bacaan | Infrastruktur


PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

Pekerjaan Hampir Selesai. (Kapan kita harus tegas untuk meminta kepada masyarakat, agar
pekerjaan yang tidak sesuai dibongkar/diperbaiki kembali?)
Tenaga Kerja Kurang Terampil Dan Panitia Kurang Memiliki Pengalaman/Keterampilan Dalam
Pengelolaan Pembangunan Prasarana. (Bagaimana mengantisipasi kesalahan metode kerja
masyarakat akibat kurangnya kemampuan/ketrampilan teknis? & kurangnya pengalaman
masyarakat dalam mengelola proyek infrastruktur?)
Pendamping Seringkali Terlalu Yakin Bahwa Semua Pelaksana Pekerjaan/Masyarakat Telah
Tahu/Mampu Melaksanakan Pekerjaan Konstruksi Sejak Selesai Pelatihan Yang Diberikannya.
Sehingga Dia Memberikan Kewenangan Penuh Kepada Masyarakat Untuk Melaksanakan
Pekerjaannya Hingga Selesai, Lalu Ia Datang Melihatnya Setelah Pekerjaan Selesai (Bagaimana
mengantisipasi, agar masyarakat tidak melakukan kesalahan pekerjaan sejak awal memulai ?)
Masyarakat Seringkali Mengabaikan Waktu Untuk Segera Memulai Pelaksanaan Dilapangan.
Sebagian Besar Pekerjaan Prasarana P2KP Lebih Mudah Dibangun Pada Musim Kemarau.
Pengangkutan Bahan/Alat Lebih Muda Jika Belum Hujan. Pemadatan Tanah Sangat Susah
Apabila Tanah Sudah Terlalu Basah. Petani Juga Ingin Bercocok Tanam Kalau Hujan Sudah Turun
Dan Belum Lagi Kalau Ada Hari-Hari Libur Nasional/Keagamaan/Adat Pasti Masyarakat Yang Juga
Ikut Libur, Sehingga Sering Kesulitan Dalam Penyediaan Tenaga Kerja Proyek. (Bagaimana
mengantisipasi gangguan cuaca/musim hujan agar pelaksanaan konstruksi tetap berjalan dan
kualitas tetap tercapai ?)
Masyarakat Sering Mengejar Penghematan Biaya Untuk Peralatan/Bahan Yang Terkadang
Menjadi Penghematan Yang Palsu. Seringkali terkecoh oleh Harga Alat/Bahan Yang Lebih Murah
Padahal Kualitas/Hasil Kerjanya Lebih Lama/Kurang Memuaskan. Selain Hal Tersebut Masyarakat
masih Kurang Memahami Bahan/Alat Yang Memenuhi Persyaratan Teknis Dan Kadang-Kadang
juga Coba Ditipu Oleh Pemasok Dengan Mengirim Bahan Kelokasi Proyek Ketika
Konsultan/Masyarakat Tidak Berada Dilapangan. (Bagaimana mengantisipasi penggunaan
bahan/alat yang tidak sesuai & ketidak tahuan persyaratan teknis bahan/alat?)
Mandor Seringkali Menjadi Kunci Dalam Peningkatan Kualitas, Tetapi Masih Banyak Ditemui
Mandor Tidak Berada Ditempat Kerja Setiap Hari, Mandor Kurang Mengetahui Cara-Cara
Meningkatkan Kualitas, Dan Tidak Tegas Pada Masyarakat Demi Pencapaian Kualitas/Manfaat
Yang Akan Dirasakan Bersama Oleh Warga Nantinya. (Apa yang diperlukan agar mandor
menjadi bagian dari upaya peningkatan mutu?)
Seringkali Masalah Muncul/Ditemukan Ketika Konsultan/Tim Pusat Turun Kelapangan Atau
Setelah Ada Dimedia Massa Atau Ditemukan Oleh Insitusi Pengawasan Proyek. Terkadang
Masalah Tersebut Tidak Mampu Ditangani Oleh Oleh Masyarakat/Fasilitator Sendiri Dilapangan.
(Bagaimana alternatif menyelesaikan masalah lapangan yang diluar kemampuan tetapi dalam
lingkup tugas anda?)

3. Pengendalian Mutu Pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur


Mutu/kualitas dalam pelaksanaan pembangunan infrastruktur P2KP diartikan sebagai
memenuhi persyaratan teknis, kriteria dan ketentuan yang telah ditetapkan/berlaku.
Persyaratan, kriteria dan ketentuan dimaksud adalah sebagaimana yang telah ditetapkan
dalam Pedoman Pelaksanaan program, Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pembangunan
Infrastruktur yang ditetapkan Program, Kriteria/Standar Teknis Bangunan yang ditetapkan
oleh instansi pemerintah terkait.
Persyaratan Mutu Infrastruktur P2KP tidak hanya dilihat pada sekedar kualitas fisik
konstruksi tetapi haruslah meliputi : memenuhi kesesuaian infrastruktur dengan kebutuhan
masyarakat, Prasarana dapat dioperasikan/berfungsi, Tersedia akses yang mudah/aman
Bahan Bacaan | Infrastruktur 87
PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

untuk digunakan oleh warga pemanfaat, Prasarana Menjamin keselamatan (Keamanan,


Kekuatan) dan Kesehatan warga pemanfaat, Tidak menimbulkan dampak negatif atas Sosial
dan Lingkungan.
Mutu pekerjaan Konstruksi meliputi : lingkup aktivitas setiap pekerjaan (termasuk Jadwal
pelaksanaan setiap aktivitas dan pengamanan keselamatan kerja), kuantitas/volume
pekerjaan yang harus diselesaikan, Metode Kerja, Persyaratan Bahan/alat, Komposisi
Campuran, Dimensi/Ukuran Pekerjaan, dan lain-lain yang tercantum dalam spesifiksi
teknis/gambar rencana.

Bersama dengan kegiatan-kegiatan perencanaan teknis yang telah dilaksanakan sebelumnya


maka pada dasarnya seluruh lingkup kegiatan tahap pelaksanaan pembangunan
infrastruktur juga merupakan penjaminan mutu dari infrastruktur yang dibangun. Oleh
karena itu maka kegiatan-kegiatan tahap pembangunan infrastruktur (lihat Lingkup
Kegiatan/Mekanisme Pelaksanaan Tahap Pelaksanaan Konstruksi, Modul Mengelola
Pelaksanaan) harus dapat direncanakan, diorganisasi, dilaksanakan dan dikendalikan
sehingga sasaran/keluaran yang ingin dicapai (termasuk lingkup aktivitasnya) dari setiap
kegiatan dapat tercapai sesuai dengan yang telah ditetapkan/dipersyaratkan. Dalam
penjaminan kualitas ini, maka khusus untuk pekerjaan konstruksi juga perlu dilakukan
pengendalian kualitas konstruksi (Quality Control) melalui pengujian mutu dilaboratorium,
guna memastikan kesesuaian kualitasnya, seperti pengujian mutu beton struktur, kualitas
air bersih, dll yang diperlukan.
Selain Lingkup kegiatan tahap pembangunan infrastruktur yang dilaksanakan oleh pelaksana
pekerjaan, maka pada akhir tahap ini juga dilakukan Sertifikasi atau Pemeriksaan atas proses
dan hasil kegiatan tersebut secara bersama-sama oleh Pihak Pelaksana, Pokja dan Konsultan
Pendamping guna memastikan bahwa proses yang telah dilakukan dan hasil kegiatan
(infrastruktur) yang dibangun telah sesuai dengan yang dipersyaratkan/direncanakan
sebelumnya.
Dengan pelaksanaan yang sesuai mekanisme dan substansi sasaran setiap kegiatan pada
tahap ini, kemudian dilakukan pengawasan/pengendalian selama pelaksanaan tersebut
maka melalui proses ini sangat diharapkan bahwa prasarana yang telah dibangun berkualitas
baik sesuai dengan yang telah dipersyaratkan/direncanakan, tepat waktu, tepat biaya, tertib
administrasi dan siap dikelola pemanfaatan/operasi & pemeliharaannya secara bersama-
sama oleh masyarakat.
Seperti telah diuraikan pada rencana pengendalian diatas, Pengendalian/Pengawasan
pelaksanaan pembangunan prasarana pada prinsipnya dilakukan terhadap semua aspek
kegiatan, namun demikian dengan menetapkan prioritas pengawasan, maka dapat
difokuskan pada 5 (lima) aspek-aspek pengawasan pelaksanaan, seperti diuraikan pada tabel
Aspek pengendalian berikut.

88 Bahan Bacaan | Infrastruktur


PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

Tabel Aspek Pengendalian Mutu Pelaksanaan Infrastruktur

Cara melakukannya (Periksa dilapangan, Ukur/hitung &


No Hal-hal yang perlu Catat hasilnya, evaluasi apakah ada penyimpangan dari
Aspek rencananya, berikan rekomendasi/lakukan perbaikan
diSupervisi/diKendalikan
agar sesuai rencana semula).

1. Lingkup Cakupan Lingkup Kegiatan 9 Apakah macam/jenis-jenis kegiatan untuk


Kegiatan Tahap Pelaksanaan secara tahap pembangunan infrastruktur yang
Pelaksanaan keseluruhan dilaksanakan sesuai dengan yang telah
Pembangunan direncanakan/ditetapkan dalam Program.
Infrastruktur 9 Apakah urutan pelaksanaan kegiatan tahap
pembangunan infrastruktur yang dilakukan
dilapangan sesuai urutan/mekanisme
pelaksanaan yang telah direncanakan/
ditetapkan dalam Program;
9 Apakah sasaran/keluaran yang ingin dicapai
dari setiap kegiatan yang dilaksanakan
sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam
program;
2. Mutu/Kualitas a. Lingkup Pekerjaan 9 Apakah macam/jenis-jenis pekerjaan yang
Pekerjaan Konstruksi, termasuk dilaksanakan sesuai dengan yang telah
pekerjaan konstruksi direncanakan, termasuk pekerjaan
untuk pengamanan konstruksi untuk pengamanan dampak
dampak lingkungan dan lingkungan dan kelengkapan bangunan
kelengkapan bangunan untuk menjamin keamanan/keselamatan
untuk menjamin pengguna;
keamanan/keselamatan 9 Apakah urutan pelaksanaan pekerjaan
pengguna; dilapangan dilakukan sesuai urutan logis
pelaksanaan konstruksi dilapangan;
9 Apakah ada jenis pekerjaan tambahan yang
diperlukan untuk menjamin kualitas
Bangunan agar sesuai persyaratan teknis,
kriteria konstruksi yang dipersyaratkan
dalam standar bangunan termasuk dampak
lingkungan; memudahkan akses
penggunaan prasarana secara aman,
kenyamanan penggunaan. Bila ada usulkan
perubahan untuk dilaksanakan.
b. Spesifikasi Teknis 9 Apakah dapat diketahui kondisi lokasi
Pekerjaan Konstruksi pekerjaan konstruksi sesuai dengan
persyaratan konstruksi yang direncanakan
(kondisi tanah sesuai
desain/spesifikasi/gambar) yang telah
ditetapkan;
9 Apakah semua lingkup aktivitas dari
pekerjaan untuk menghasilkan volume
pekerjaan yang berkualitas dilakukan,
termasuk penentuan elevasi/bouwplank;
9 Apakah dapat diketahui jenis tindakan

Bahan Bacaan | Infrastruktur 89


PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

Cara melakukannya (Periksa dilapangan, Ukur/hitung &


No Hal-hal yang perlu Catat hasilnya, evaluasi apakah ada penyimpangan dari
Aspek rencananya, berikan rekomendasi/lakukan perbaikan
diSupervisi/diKendalikan
agar sesuai rencana semula).
pengamanan keselamatan bagi tenaga kerja
proyek atau warga sekitar atau warga yang
menggunakan bangunan selama kegiatan
konstruksi (seperti pekerjaan galian,
timbunan yang dapat mengakibatkan
longsor, dll);
9 Apakah waktu pelaksanaan setiap aktivitas
dalam pekerjaan tersebut sesuai
persyaratan spesifikasinya, Perhatian
khusus pada pekerjaan beton struktur atau
yang menggunakan mortar/campuran.
9 Apakah komposisi campuran dilaksanakan
sesuai persyaratan dalam
spesifikasi/Gambar yang telah
direncanakan?
9 Apakah Persyaratan bahan/alat, termasuk
sumbernya, kuantitas, ukurannya yang
dipergunakan memenuhi persyaratan dalam
spesifikasi teknis pekerjaannya;
9 Apakah metode/cara kerja yang
dilaksanakan sesuai persyaratan teknis
dalam spesifikasinya, dll yang tercantum
dalam spesifikasi teknis pekerjaan
bersangkutan.
9 Apakah Dimensi/ukuran konstruksi yang
dibuat telah sesuai dengan yang
direncanakan/Gambar;
9 Apakah telah dilakukan pengujian
laboratorium dan apakah hasil pengujian
kualitas pekerjaan yang dilakukan
memenuhi yang dipersyaratkan dalam
spesifikasi teknisnya, khususnya Air Bersih
yang sumber airnya bukan dari Air
PDAM/Sejenis, Air Hujan, dan Beton
Struktur yang yang telah ditentukan;

c. Volume pekerjaan a. Apakah Volume Pekerjaan yang telah


konstruksi dicapai sesuai dengan yang direncanakan
(sesuai dengan Gambar/ Daftar
Kuantitas/RAB). Perhatikan kesesusaiannya
dengan spesifikasi teknisnya, seperti
dimensi/ukuran konstruksi

d. Bangunan dapat 9 Apakah Ujicoba Operasi Bangunan/system


bangunan yang dilakukan berhasil. Misalnya

90 Bahan Bacaan | Infrastruktur


PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

Cara melakukannya (Periksa dilapangan, Ukur/hitung &


No Hal-hal yang perlu Catat hasilnya, evaluasi apakah ada penyimpangan dari
Aspek rencananya, berikan rekomendasi/lakukan perbaikan
diSupervisi/diKendalikan
agar sesuai rencana semula).
berfungsi/ bermanfaat; Air Bersih Perpipaan, Apakah Air dapat
mengalir/keluar dari kran dan debitnya
cukup sesuai kebutuhan; MCK apakah air
kloset mengalir ke septicktank, apakah ada
air di MCK sesuai kebutuhan; Drainase
apakah air dapat mengalir sampai
kepembuangan yang direncanakan, dll;
9 Apakah dapat diketahui ketersediaan akses
yang aman & mudah bagi warga pengguna
untuk menggunakan prasarana yang
dibangun.
Pengamanan Dampak 9 Sebagai pengecekan ulang, Apakah dapat
Lingkungan & Sosial diketahui bahwa semua persyaratan
tuntutan warga atas kontribusi lahan telah
diselesaikan (bila ada); Apakah semua
administrasi Kontribusi lahan telah dibuat
secara benar & lengkap.
9 Apakah jenis kegiatan pengamanan dampak
lingkungan yang dilaksanakan telah sesuai
dengan yang direncanakan (tidak
bertentangan dengan List Negatif dan sesuai
Rencana Tindakan dalam Daftar Uji
Identifikasi Dampak atau sesuai yang
tercantum dalam matriks UKL);
9 Apakah dapat diketahui kapan pemantauan
pengamanan dampak lingkungan dilakukan
oleh pelaksana pekerjaan dilapangan;
a. Koordinasi pelaksanaan/ 9 Apakah dapat diketahui hasil koordinasi
perijinan yang dengan dinas pertambangan setempat atau
diperlukan dengan pihak perindustrian/geologi/sejenisnya (khusus
terkait : untuk pembangunan Sumur dalam/Bor);
9 Apakah dapat diketahui hasil koordinasi
dengan dinas Pendidikan/sejenis setempat
(khusus untuk pembangunan Prasarana
Pendidikan);
9 Apakah dapat diketahui hasil koordinasi
dengan dinas kesehatan/sejenis setempat
(khusus untuk pembangunan prasarana
kesehatan);
9 Apakah dapat diketahui hasil koordinasi
dengan dinas kebersihan kota/sejenis
(khusus untuk pembangunan Prasarana
persampahan);
9 Apakah dapat diketahui hasil

Bahan Bacaan | Infrastruktur 91


PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

Cara melakukannya (Periksa dilapangan, Ukur/hitung &


No Hal-hal yang perlu Catat hasilnya, evaluasi apakah ada penyimpangan dari
Aspek rencananya, berikan rekomendasi/lakukan perbaikan
diSupervisi/diKendalikan
agar sesuai rencana semula).
koordinasi/kesepakatan dengan warga
sekitar lokasi pekerjaan, khusus terkait
dengan pengamanan keselamatan warga
akibat kegiatan konstruksi (lihat juga pont
untuk pengendalian terkait spesifikasi teknis
pekerjaan);
3 Waktu Waktu memulai dan lama 9 Apakah waktu memulai pelaksanaan
waktu pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan jadwal yang telah
pekerjaan direncanakan;
9 Apakah waktu memulai pekerjaan sesuai
dengan urutan logis pekerjaan konstruksi
dilapangan;
9 Apakah lama waktu yang digunakan untuk
mengahsilkan volume pekerjaan sesuai
dengan jadwal yang telah direncanakan.
9 Apabila terjadi keterlambatan waktu
pelaksanaan pekerjaan maka harus
diperhitungkan perubahan waktu kerja
tersebut terhadap jadual kerja sehingga
dapat dipastikan bahwa seluruh pekerjaan
dapat diselesaikan tepat waktu sesuai
jangka waktu yang ditetapkan.
9 Apabila diperkirakan seluruh pekerjaan
tidak dapat diselesaikan sesuai jadual, maka
konsultan memberikan
justifikasi/pertimbangan teknis kepada
pelaksana kegiatan untuk : memperpanjang
jangka waktu pelaksanaan kontrak atau
menghentikan pekerjaan/pemutusan
kontrak (bila perlu).
4 Biaya Proyek a. Kesesuaian jenis 9 Apakah dapat diketahui pembelanjaan atau
pengeluaran (Upah, penggunaan dana pada komponen
Bahan, Alat, pekerjaan (Tenaga Kerja, Bahan, Alat,
Administrasi) dengan Administrasi) sesuai dengan jenis, kualitas
Rencana; dan kuantitas yang sesuai dengan yang telah
direncanakan sebelumnya;
9 Apakah dapat diketahui penggunaan dana
b. Penyelewengan dana;
c. Administrasi transaksi hanya untuk kegiatan yang telah
selalu disertai dengan direncanakan sebelumnya;
bukti-bukti tertulis; 9 Apakah dapat diketahui administrasi
d. Apakah dilaksanakan transaksi penggunaan dana selalu disertai
dengan bukti-bukti tertulis.
9 Apakah dapat diketahui pembukuan
pembukuan Keuangan
dengan baik;
Keuangan telah dikaukan dengan benar dan
e. Apakah aspek kontribusi

92 Bahan Bacaan | Infrastruktur


PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

Cara melakukannya (Periksa dilapangan, Ukur/hitung &


No Hal-hal yang perlu Catat hasilnya, evaluasi apakah ada penyimpangan dari
Aspek rencananya, berikan rekomendasi/lakukan perbaikan
diSupervisi/diKendalikan
agar sesuai rencana semula).
swadaya masyarakat teliti sesuai dengan ketentuan program;
dipenuhi. 9 Indikasi penyelewengan dana bisa dilihat
antara lain :
Tidak adanya laporan pembukuan;
Ketidak sesuaian antara pencatatan
pada buku kas dengan bukti-bukti
pengeluaran;
Realisasi keuangan jauh lebih besar
dibanding realisasi fisiknya;
Adanya bukti pembayaran yang
kosong tetapi ada tanda tangan
penerimanya; dll.
9 Apakah dapat diketahui kapan, bagaimana
kualitasnya, dan berapa volume dari setiap
kontribusi/swadaya masyarakat yang telah
diterima/digunakan dilapangan sesuai
kesepakatan swadaya sebelumnya;
5 Administrasi a. Tertib Administrasi 9 Apakah dapat diketahui jenis
Proyek administrasi/laporan harian/mingguan/
b. Transparansi dan bulanan yang dibuat sesuai dengan jenis
akuntabilitas kegiatan administrasi/laporan yang telah ditetapkan/
dan Dana direncanakan;
9 Apakah dapat diketahui pencatatan
administrasi dilakukan secara benar,
lengkap dan sesuai kondisi sebenarnya
dilapangan sesuai data-data yang
administrasi yang telah ditetapkan;
9 Apakah dapat diketahui jenis
administrasi/laporan dibuat/disampaikan
secara tepat waktu;
9 Apakaah dapat diketahui arsip semua
dokumen administrasi/laporan yang dibuat,
tersimpan dengan baik pada satu tempat
dan mudah dilihat setiap saat oleh siapa
saja yang berkepentingan;

B. Pengendalian Bahan & Peralatan Konstruksi


Beberapa langkah teknis untuk mengendalikan Bahan/Alat pada tahap pelaksanaan konstruksi,
antara lain meliputi :
1. Bahan/Alat yang telah disepakati dari swadaya harus direalisasikan pada saat pelaksanaan
konstruksi sebab jika tidak direalisasikan akan mengakibatkan kekurangan dana
pembangunan;

Bahan Bacaan | Infrastruktur 93


PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

2. Diutamakan bahan/alat setempat asal memenuhi standar kualitas bahan/alat yang


dipersyaratkan;
3. Bahan lokal yang dikumpulkan oleh masyarakat harus diukur volumenya dan diperiksa
kualitasnya oleh Fasilitator Teknik dilapangan; Bila bahan bukan swadaya maka harus
dibayar berdasarkan volumenya dan sesuai harga satuan bahan dilapangan tetapi tidak
melampaui pada RAB;
4. Penggunaan Contoh Bahan yang telah diperiksa/disetujui oleh fasilitator teknik (disimpan
dilapangan/gudang panitia) sebagai pembanding untuk pelaksanaan pengadaan oleh
masyarakat;
5. Tatacara Pengadaan Bahan/alat harus mengikuti mekanisme pengadaan bahan/alat, yaitu :
Pembelian bahan/alat yang bernilai s/d dari Rp. 50 Juta harus berdasarkan hasil survey
minimal pada 3 toko/pemasok terdekat;
Penunjukan Suplier/pemasok bahan, alat, yang bernilai diatas Rp. 50 Juta harus
dilakukan oleh Tim Pengadaan secara terbuka dengan penawaran tertulis minimal 3
pemasok yang berbeda. Proses penawaran hingga Penetapan Pemasok/Suplier terpilih
dilakukan melalui Rembug pengadaan yang dihadiri oleh warga dan penawar.
Semua pelaksanaan pengadaan diatas Rp. 50 Juta (Terbuka) harus ada Perjanjian
tertulis antara pelaksana pekerjaan dan pemasok.
6. Bahan yang dikirim oleh Pemasok/Suplier harus ada Nota Penerimaan secara terperinci
sesuai bahan yang diterima dilapangan. Bahan harus diukur dan diperiksa kualitasnya oleh
masyarakat/Pelaksana Pekerjaan. Bahan yang tidak memenuhi standar harus ditolak panitia.
7. Penggunaan Alat Berat seperti wales/mesin pemadat untuk pemadatan timbunan atau
perkerasan jalan harus dilakukan untuk meningkatkan kualitas konstruksi. Oleh karena itu
harus dipastikan dianggarkan sejak awal dalam RAB.
8. Keputusan untuk penggunaan alat berat seperti excavator/buldoser untuk pekerjaan
pembentukan badan jalan, penggalian saluran, dll meskipun lebih mudah dan mungkin lebih
murah dari pada dikerjakan secara manual harus disepakati secara bersama-sama, terutama
adanya pertimbangan khusus untuk menciptakan kesempatan kerja sebanyak mungkin bagi
warga desa, khususnya warga kurang mampu (dana proyek sebanyak mungkin tinggal
dikel/desa).

C. Pengendalian Tenaga Kerja Konstruksi


Beberapa langkah teknis untuk mengendalikan Tenaga Kerja pada tahap pelaksanaan konstruksi,
antara lain meliputi :
1. Semua orang yang bekerja diproyek baik secara swadaya maupun dibayar harus terdaftar
pada Daftar Tenaga Kerja dan Daftar Hadir Harian Tenaga Kerja secara lengkap dan diketahui
berapa lamanya bekerja (HOK) setiap hari.
2. Pada Sistem Pembayaran Upah Harian, satu HOK dibayar untuk minimum 6 jam kerja tidak
termasuk istirahat (sesuai kebiasaan tenaga kerja setempat biasanya 6-8 Jam Kerja). Untuk
Sistem Borongan Upah, besarnya pembayaran Upah disesuaikan dengan HOK dari Volume
Pekerjaan yang diborongkan tersebut sesuai RAB.
3. Pembayaran Upah harus langsung kepada setiap orang yang bekerja, tidak boleh diwakilkan
kepada Kepala Kelompok atau Mandor.
4. Besarnya Upah yang dibayarkan kepada setiap tenaga kerja yang melaksanakan pekerjaan
harus tidak boleh melampaui Harga Satuan Upah sesuai RAB.

94 Bahan Bacaan | Infrastruktur


PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

D. Pengendalian Waktu Pelaksanaan Konstruksi

Waktu pelaksanaan, yang perlu disupervisi antara lain, adalah :


1. Apakah Pelaksanaan tiap-tiap item pekerjaan tetap mengacu pada jadual yang telah
direncanakan.
2. Apabila terjadi keterlambatan dan/atau percepatan waktu pelaksanaan pekerjaan maka
harus diperhitungkan perubahan waktu kerja tersebut terhadap jadual kerja sehingga dapat
dipastikan bahwa seluruh pekerjaan dapat diselesaikan tepat waktu sesuai jangka waktu
yang ditetapkan dalam SPPD-L atau perubahannya (bila ada)
3. Apabila diperkirakan seluruh pekerjaan tidak dapat diselesaikan sesuai jadual, maka
konsultan memberikan justifikasi/pertimbangan teknis kepada UPL/BKM untuk :
memperpanjang jangka waktu pelaksanaan kontrak atau menghentikan
pekerjaan/pemutusan kontrak (bila perlu).

E. Pengendalian Biaya Konstruksi


Biaya, yang perlu disupervisi antara lain, adalah :
1. Apakah tidak terjadi pembelanjaan atau penggunaan dana yang berlebihan pada suatu
kegiatan sehingga dapat mengakibatkan pekerjaan tidak dapat diselesaikan secara
keseluruhan;
2. Apakah tidak terjadi penyelewengan dana;
3. Apakah proses transaksi selalu disertai dengan bukti-bukti tertulis;
4. Apakah dilaksanakan pembukuan Keuangan dengan baik;
5. Apakah aspek kontribusi swadaya masyarakat dipenuhi.

F. Tertib Administrasi :
Administrasi pelaksanaan, yang perlu disupervisi, adalah :
1. Apakah semua administrasi yang diperlukan dibuat lengkap, benar dan sesuai kondisi
lapangan/yang sebenanya’
2. Apakah semua administrasi diarsipkan dan dipelihara dengan baik,
Tanggungjawab Supervisi ini dilakukan secara rutin selama proses pelaksanaan kegiatan
konstruksi oleh pihak UPL bersama Konsultan (pihak diluar KSM/Panitia) dan tentunya juga
oleh KSM/Panitia secara internal sebagai fungsi yang melekat pada
tugas/tanggungjawabnya. Termasuk hasil monitoring partisipatif yang dilakukan oleh warga
masyarakat sebagai masukan dalam proses pengawasan ini.

G. Rapat Rutin
Dalam Rapat rutin bersama membahas/mengevaluasi hasil pekerjaan lapangan, antara lain :

1. Rapat Evaluasi Kemajuan Lapangan


Kegiatan evaluasi pada prinsipnya merupakan bagian dari proses pengawasan/pengendalian
pelaksanaan kegiatan, hanya umumnya dilakukan untuk periode waktu tertentu, meskipun
juga dapat dilakukan sewaktu-waktu (mendesak).
Rapat Evaluasi Kemajuan Pelaksanaan Kegiatan adalah merupakan pertemuan yang
dilaksanakan oleh KSM/Panitia (tim pelaksana kegiatan) pada setiap peride waktu tertentu

Bahan Bacaan | Infrastruktur 95


PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

(biasanya mingguan atau sesuai periode waktu yang disepakati) untuk mengevaluasi
sejauhmana kemajuan pelaksanaan kegiatan telah dicapai, termasuk penyelesaiaan masalah
yang muncul. Rapat ini dihadiri oleh semua pengurus/pelaksana kegiatan (termasuk dapat
mengundang pihak-pihak terkait lainnya yang diperlukan).
Rapat Evaluasi ini sangat penting dilakukan karena selain untuk membagi/memberikan
informasi hasil-hasil kegiatan yang telah dicapai juga untuk melaksanakan evaluasi (menilai
laporan atau hasil temuan dalam pengawasan) dan merumuskan tindakan-tindakan yang
perlu diambil apabila hasil pengawasan menunjukan adanya penyimpangan yang berarti dari
rencana semula atau terdapat permasalahan-permasalahan yang mengganggu kelancaran
kegiatan. Sehingga dengan adanya rapat-rapat rutin ini maka diharapkan semua
permasalahan yang terjadi dapat diselesaikan secara bersama-sama, terjadi koordinasi kerja
yang baik antar semua unsur pelaksana yang pada gilirannya akan membawa kelancaran
pelaksanaan kegiatan dilapangan sesuai dengan yang diharapkan/direncanakan.
Beberapa hal penting yang perlu menjadi agenda evaluasi berkaitan dengan pelaksanaan
kegiatan dilapangan, antara lain :
9 Apakah Volume pekerjaan (kemajuan pelaksanaan) yang telah dicapai sesuai dengan
yang direncanakan?
9 Apakah Realisasi Volume Pengadaan Bahan/Alat/Tenaga Kerja sampai saat ini sesuai
atau apakah masih cukup/memungkinkan untuk menyelesaikan seluruh pekerjaan
sesuai dengan yang direncanakan? Coba bandingkan total Volume dari hasil
pengadaan Tenaga/Bahan/Alat sampai saat ini dengan Volume yang masih harus
dibeli/dibayar lagi sampai proyek selesai;
9 Apakah Realisasi Biaya Pengadaan Bahan/Alat/Tenaga Kerja sampai saat ini sesuai
dan cukup/masih memungkinkan untuk menyelesaikan seluruh pekerjaan sesuai
dengan yang direncanakan? Coba Bandingkan total biaya dari hasil pembayaran
Upah/Bahan/Alat sampai saat ini dengan Biaya yang masih harus
dikeluarkan/dibayar lagi sampai proyek selesai (termasuk total dana yang Belum
dicairkan).
9 Apakah Realisasi Swadaya Masyarakat sesuai rencana swadaya ?
9 Apakah Administrasi/laporan-laporan sudah dibuat dan diarsipkan ?
9 Apakah masalah-masalah yang timbul dilapangan, termasuk dampak
lingkungan/sosial sudah diselesaikan?, dll.
Hasil pembahasan setiap agenda/permasalahan hendaknya dapat memberikan/menyepakati
apa bentuk penyelesaian, siapa yang bertanggung jawab untuk pelaksanaannya, bagaimana
cara pelaksanaannya dilapangan dan kapan akan dilakukan tindakan tersebut.
Hasil-hasil kesepakatan/pembahasan tersebut dicatat pada Notulen/Catatan Hasil Rapat
Mingguan dan diarsipkan dengan baik.

2. Pemantauan Dampak Lingkungan kondisi 50% & 100%


Pengamanan dampak lingkungan adalah pelaksanaan seluruh kegiatan penanganan dampak
lingkungan sebagaimana telah direncanakan sebelumnya. Sedangkan Pemantauan Dampak
Lingkungan disini adalah merupakan monitoring atau pengecekan atas hasil pelaksanaan
rencana tindakan penanganan dampak/mitigasi tersebut. Apakah telah dikerjakan atau
belum selesai?
Kegiatan Pemantauan ini dilakukan pada Pada tahap pelaksanaan Konstruksi/pelaksanaan
pembangunan dengan menggunakan instrumen pemantauan berupa Ceklist/Daftar Uji
96 Bahan Bacaan | Infrastruktur
PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

Identifikasi Dampak Lingkungan (sesuai Form-7, Proposal) yang telah dibuat sebelumnya,
yaitu :
a) Kira-kira pertengahan proses konstruksi (kondisi kemajuan 50%), disaat peluang
untuk memperbaiki masih ada maka dilakukan pemantauan kelapangan dimana
daftar yang sama (checklist tadi) di cocokkan lagi, apakah semua tindakan yang telah
direncanakan telah dilakukan atau belum. Dan terakhir,
b) Di akhir konstruksi (kondisi kemajuan selesai 100%), daftar yang sama (checklist tadi)
dicocokkan lagi dibandingkan dengan rencana aslinya guna memastikan bahwa
semua tindakan pengamanan yang telah direncanakan.
Keseluruhan kegiatan pemantauan diatas dilakukan baik oleh KSM sendiri maupun oleh UPL
dan Tim Konsultan dilapangan.

3. Perubahan Pekerjaan dilapangan


Dalam pelaksanaan pekerjaan infrastruktur, seringkali tidak dapat dihindari adanya
perubahan pekerjaan karena kesalahan desain atau perubahan kondisi lokasi prasarana yang
mengakibatkan perubahan kontrak kerja/SPPD-L. Meskipun demikian, sedapat mungkin
perubahan pekerjaan dilapangan dihindari karena bila terjadi kekurangan dana/volume
pekerjaan dari rencana awal maka harus diupayakan dengan mengusahakan melalui
swadaya. Dalam keadaan tertentu, dimana usaha swadaya atau lainnya tidak cukup juga
untuk menutupi volume sesuai rencana awal maka dapat dilakukan perubahan kegiatan dari
rencana awal atau perubahan SPPD-L sehingga kegiatan tetap dapat selesai sesuai kontrak.
Perubahan SPPD-L adalah cukup dengan membuat Berita Acara Perubahan yang memuat
adanya perubahan kegiatan yang terjadi dilapangan dari keadaan awal (SPPD-L sebelumnya).
Apabila terjadi perubahan demikian maka KSM/Panitia akan melaksanakan kegiatan
dilapangan sesuai perubahan tersebut. Adapun yang boleh mengusulkan perubahan
tersebut adalah TPP/Tim Pelaksana Pembangunan (bila menurut keputusan TPP perlu
perubahan) atau boleh diajukan oleh KSM/panitia karena menurut KSM/Panitia harus
dilakukan adanya perubahan dilapangan. Semua perubahan tersebut harus disetujui oleh
Askot.
Perubahan SPPD-L tersebut dapat dilakukan diawal, ditengah atau diakhir pelaksanaan
pekerjaan, apabila :
a) Adanya perubahan total Volume Pekerjaan menjadi lebih kecil dari rencana awal
sedangkan jumlah total dana BLM/PNPM tetap (tidak berubah). Misalnya Jalan
Kerikil direncanakan 100 meter berubah menjadi 90 meter, dll;
b) Adanya perubahan berupa penambahan volume item kegiatan tertentu atau
pengurangan/penghilangan item pekerjaan tertentu pada pekerjaan, sedangkan nilai
total dana BLM tetap (tidak berubah);
c) Adanya perubahan jumlah total dana BLM yang digunakan dari rencana semula,
misalnya SPPD-L semula Rp. 15 Juta berubah menjadi Rp. 14 Juta;

4. Penyelesaiaan pekerjaan KSM


Penyelesaian pekerjaan adalah pencapaian realisasi pelaksanaan pekerjaan dilapangan
sesuai kuantitas/volume dan Nilai/biaya pekerjaan sebagaimana dicantumkan dalam SPPD-
L beserta semua dokumen perjanjian yang merupakan bagian tak terpisahkan dari SPPD-L.

Bahan Bacaan | Infrastruktur 97


PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

Dengan demikian maka Pekerjaan hanya dapat dikatakan selesai apabila dana BLM yang
diusulkan oleh KSM/Panitia sesuai SPPD-L (atau perubahannya), sudah habis dimanfaatkan
untuk kegiatan pembangunan infrastruktur dan volume pekerjaan yang dilaksanakan telah
sesuai rencana sebagaimana tercantum dalam SPPD-L atau perubahannya. Jadi ukuran
untuk menyatakan bahwa kegiatan BLM telah selesai adalah dana BLM yang sudah habis
(tidak ada sisa) dan jumlah volume pekerjaan yang dibuat dilapangan sudah dicapai sesuai
dengan rencana (dinyatakan dalam dokumen SPPD-L).
Setelah pekerjaan selesai 100% atau minimal 97%, KSM berhak mengajukan secara tertulis
kepada TPP dan Konsultan untuk melakukan Sertifikasi Pekerjaan. Hasil Sertifikasi Pekerjaan
yang dilaksanakan secara bersama-sama oleh kedua belah pihak dan Korkot/Askot ini
dituangkan dalam Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan (BAP2).

¾ Dana BLM hanya boleh dipakai untuk membiayai pembangunan infrastruktur (Biaya
Penting diperhatikan :

¾ Tidak diperbolehkan dana BLM digunakan untuk insentif atau fee/keuntungan bagi
Upah, Bahan, Alat, Administrasi);

PAKEM/Panitia.

x Bagaimana jika pada akhir pelaksanaan pekerjaan masih terdapat sisa dana yang
belum digunakan untuk pembangunan infrastruktur?

Apabila terdapat sisa dana pelaksanaan kegiatan infrastruktur maka sisa dana tersebut
dapat dimanfaatkan kembali oleh KSM/Panitia bersangkutan untuk meningkatkan fungsi
pelayanan prasarana/sarana yang dibangun.
Caranya adalah dengan :
1. Menambah volume item kegiatan yang sudah ada, misalnya pembangunan
jalan kerikil yang semula hanya 200 meter ditambah panjangnya menjadi
210 meter;
2. Menambah item kegiatan baru (masih satu kesatuan) dilokasi prasarana
yang bersangkutan, misalnya semula hanya direncanakan membangun
perkerasan kerikil, tetapi karena ada sisa dana maka dapat digunakan untuk
membuat saluran atau penahan tanah ditempat yang memerlukan
disepanjang jalan kerikil yang dibangun.
3. Menambah kegiatan baru dilokasi yang berbeda tetapi masih mendukung
secara langsung peningkatan fungsi layanan prasarana yang bersangkutan,
misalnya semula hanya direncanakan membangun jembatan kayu, namun
karena ada sisa dana maka dapat digunakan untuk membangun gorong-
gorong pada jalan yang menghubungkan jembatan tersebut, dll.
Untuk mendukung pemanfaatan dana tersebut, maka administrasi yang perlu dibuat
oleh PAKEM adalah :
1. Surat Pernyataan Kesanggupan KSM/Panitia untuk menyelesaikan seluruh
kegiatan fisik (100%) sebelum berakhirnya masa pencairan BLM;
2. Perubahan SPPD-L disertai Justifikasi/alasan Teknisnya.

98 Bahan Bacaan | Infrastruktur


PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

x Bagaimana jika hasil pelaksanaan pekerjaan tidak sama dengan bestek/perencanaan


awal?
Jika hasil pekerjaan melebihi rencana volume pekerjaan awal maka kelebihan itu
merupakan prestasi KSM/Panitia dan dapat dicatat sebagai keswadayaan yang
dilakukan.
Namun jika hasil pelaksanaan pekerjaan tidak sesuai dengan yang diperjanjikan dalam
SPPDL, baik yang ditemukan sebelum maupun setelah Sertifikasi maka pihak KSM selaku
pelaksana pekerjaan wajib memperbaiki ketidak sesuaian tersebut dengan cara
swadaya, dan dalam waktu yang disepakati antara KSM dengan pihak TPP. Masa
perbaikan/penyempurnaan ini selambat-lambatnya harus selesai sebelum laporan

x
pertanggungjawaban PAKEM/Panitia dilaksanakan.
Bagaimana jika terdapat sisa dana tetapi PAKEM/Panitia sudah tidak bersedia
memanfaatkan kembali sisa tersebut untuk pembangunan infrastruktur ?

Pada dasarnya dana kegiatan fisik yang dianggarkan untuk tiap kegiatan PAKEM harus
dimanfaatkan seluruhnya untuk pembangunan infrastruktur, namun apabila volume
pekerjaan yang dibuat sudah sesuai SPPD-L dan masih terdapat sisa dana, sedangkan
pihak KSM/Panita sudah tidak bersedia memanfaatkan sisa dana tersebut untuk
menambah volume kegiatannya, maka KSM harus mengembalikan semua sisa dana
kepada TPP dengan melampirkan surat pernyataan.

VI. POLA PELAKSANAAN KEGIATAN INFRASTRUKTUR PLPBK

Pelaksanaan pembangunan infrastruktur PLPBK mengakomodir berbagai sumber pembiayaan, oleh


karena itu perlu dikembangkan suatu pola pelaksanaan kegiatan infrastruktur yang dapat
mendorong penyederhanaan ketentuan dan tatacara untuk mempercepat proses pengambilan
keputusan bagi semua pihak yang akan terlibat dalam pemenuhan kebutuhan infrastruktur
masyarakat (baik masyarakat maupun pihak penyandang dana lainnya). Beberapa pola pelaksanaan
yang diusulkan adalah :

1. Swakelola Masyarakat, Dilaksanakan langsung oleh Masyarakat/kelompok masyarakat.


Pekerjaan Konstruksi dikelola sendiri secara langsung oleh Masyarakat. Didalam pelaksanaan
kegiatan-kegiatannya maka kelompok masyarakat memungkinkan melakukan kerjasama
dengan pihak ketiga penyedia barang/jasa seperti Suplier Bahan/Alat atau borongan Upah
pekerjaan (tidak termasuk Jasa Kontraktor). Pengadaan pihak ketiga ini akan ditentukan
kemudian setelah kelompok masyarakat ditetapkan selaku pelaksana pekerjaan. Pola ini
diterapkan untuk pekerjaan skala kecil/sederhana;
2. Swakelola Kemitraan, Dilaksanakan Bersama melalui Kemitraan antar masyarakat dengan
Dinas/Pemda dan Kelompok Peduli; Pelaksanaan pekerjaan yang sumberdananya berasal dari
masyarakat dan dana dari Dinas/Pemda setempat. Sumberdana dari masyarakat dapat
berupa swadaya masyarakat, dan dana bantuan/hibah kepada masyarakat (baik dari
pemerintah pusat, daerah maupun pihak swasta/ketiga lainnya); Tim/Panitia Kemitraan yang
dibentuk sebagai pelaksana pekerjaan melibatkan minimum unsur dari Masyarakat,
Dinas/Pemda dan Kelompok Peduli setempat dan masing-masing unsur tersebut memilki
tugas/tanggungjawab yang sama dalam Tim. Pembentukan Tim ini disepakati bersama
minimal oleh masyarakat dan Dinas/Pemda terkait. Pelaksanaan Pekerjaannya dapat
dilakukan seperti swakelola masyarakat;

Bahan Bacaan | Infrastruktur 99


PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

3. Kerjasama Operasional (KSO), Dilaksanakan bersama melalui Kerjasama Operasional (KSO)


antar Kelompok Masyarakat/Kemitraan dengan pihak ketiga yang lebih mampu (Kontraktor);
Pelaksanaan sebahagian pekerjaan konstruksi yang memiliki tingkat resiko sedang/tinggi dan
memerlukan teknologi sedang/tinggi yang tidak dapat dilaksanakan sendiri oleh masyarakat
diserahkan kepada pihak ketiga/kontraktor untuk dilaksanakan. BKM/TPP merupakan
penanggungjawab utama (leader) keseluruhan kegiatan. Porsi kegiatan kelompok masyarakat
merupakan kesepakatan masyarakat yang dibuat/ditetapkan sejak awal perencanaan
sehingga merupakan nilai tetap dalam penawaran kontraktor/tidak ditawar dan tidak dapat
dikenakan overhead/profit oleh Kontraktor;
4. Swakelola Pihak Ketiga, Seluruh kegiatan pembangunan diserahkan kepada pihak ketiga. Pola
ini dapat dilakukan oleh pihak penyandang dana kegiatan (Masyarakat, Pemda/Dinas dan
pihak Ketiga lainnya/swasta) baik secara sendiri-sendiri maupun dalam kelompok kemitraan,
dengan pihak penyedia jasa pekerjaan. Kontrak kerjasama dilakukan langsung antar penyedia
Dana dengan dengan pihak kontraktor.

VII. PEMAKETAN PEKERJAAN


Pemaketan Pekerjaan pada dasarnya merupakan penentuan/pengelompokan proyek/sub-proyek
untuk dilaksanakan oleh pihak penyedia jasa pelaksana pekerjaan (kelompok masyarakat/pihak
kontraktor).
Ketentuan Pemaketan pekerjaan yang perlu diikuti adalah :

1. Memaksimalkan penggunaan material dan tenaga kerja lokal yang berkualitas dan perluasan
kesempatan kerja bagi kelompok masyarakat;
2. Masyarakat/Pengguna Barang/Jasa wajib Mendorong sebanyak-banyaknya paket pekerjaan
untuk kelompok masyarakat dengan tetap mengutamakan prinsip efisiensi, kesatuan sistem
infrastruktur, kualitas dan kemampuan teknis kelompok masyarakat;
3. Masyarakat/Pengguna Barang/Jasa dilarang :
a. Menyatukan atau memusatkan beberapa proyek/sub-proyek yang tersebar dibeberapa
tempat yang menurut sifat pekerjaan dan tingkat efisiensinya seharusnya dilakukan
ditempat masing-masing;
b. Menggabungkan/menyatukan beberapa proyek/sub-proyek yang menurut sifat
pekerjaan dan besaran nilainya seharusnya dilakukan oleh kelompok masyarakat
menjadi satu paket pekerjaan untuk dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa selain
masyarakat;

Pemaketan pekerjaan ini pada dasarnya mengacu pada hasil kesepakatan perencanaan sebelumnya,
yaitu Indikasi Program/Kegiatan yang akan dilaksanakan pada Rencana Pelaksanaan Pembangunan
(RPP) / Kawasan Prioritas. Khususnya terkait dengan adanya komitmen-komitmen sumber
pembiayaan yang sudah disepakati, misalnya dari Pemda/Dinas;

100 Bahan Bacaan | Infrastruktur


PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

Operasional dan Pemeliharaan

Pentingnya Kegiatan O&P

Salah satu kegiatan penting dari seluruh proses PNPM Mandiri Perkotaan, khususnya pada
pendekatan pelaksanaan kegiatan lingkungan ini adalah kegiatan Pemanfaat dan Pemelihara (atau
Operasi dan Pemeliharaan, disingkat O&P) yang dilakukan melalui inisiatif dan kesadaran masyarakat
oleh KSM/Pengelola O&P sebagai penggerak utama dari kegiatan ini.

Hampir semua pembangunan prasarana yang selesai dibangun ternyata mengalami kerusakan
karena tidak terpelihara. Hal ini kemungkinan disebabkan tidak tersedianya dana rehabilitasi dari
sektor/instansi terkait, tidak ada swadaya masyarakat untuk pemeliharaan dan belum adanya
kesadaran masyarakat untuk memelihara prasarana tersebut. Sehingga manfaat yang diterima oleh
masyarakat dengan adanya pembangunan prasarana tersebut tidak optimal dan belum
berkelanjutan. Atau walaupun dapat dinikmati akan tetapi jangka waktu pemanfaatannya menjadi
terbatas (kurang dari umur yang direncanakan). Selain itu, kualitas prasarana yang dibangun menjadi
kurang terjamin dan harapan diperolehnya manfaat yang berkelanjutan tidak dapat tercapai.

Bila prasarana yang dibangun tidak memberikan manfaat jangka panjang akibat lemahnya
pengelolaan, akan berakibat pada tidak tercapainya harapan masyarakat dan tujuan program. Oleh
karena itu perlu adanya ketegasan, penanggungjawab dan rencana pengelolaan (Pemanfaat dan
Pemelihara) prasarana yang baik sesuai kebutuhan terhadap sarana & prasarana yang telah
dibangun.

Kesadaran akan kondisi tersebut, maka pembangunan melalui program P2KP dengan entry poin
pemberdaayan masyarakat mengupayakan langkah antisipasi hal tersebut melalui pengembangan
dan penguatan peranserta masyarakat mulai dari tahap perencanaan, yaitu bahwa masyarakat yang
paling mengetahui permasalahan yang mereka hadapi, mengetahui kebutuhan mereka (solusi
permasalahan), merencanakan teknis pelaksanaan dan memutuskan sendiri prasarana yang akan
dibangun. Selanjutnya pada tahap pelaksanaan, masyarakat melaksanakan sendiri dan mengawasai
kegiatan pembangunan prasarananya.

Dari mekanisme peran serta tersebut, “rasa membutuhkan prasarana (tahap perencanaan)” dan
“rasa memiliki prasarana (tahap pelaksanaan)“ ini diharapkan muncul “kesadaran dan rasa
tanggungjawab” untuk memelihara sarana dan prasarana yang telah dibangunnya sehingga dapat
memberikan manfaat yang berkesinambungan dan lestari. Untuk melaksanakan pemeliharaan perlu
ditanamkan kesadaran kepada warga masyarakat bahwa pemeliharaan prasarana & sarana harus
dilakukan oleh semua warga pemakai, baik dari segi pembiayaan maupun pelaksanaan
pemeliharaan. Peran serta masyarakat sangat diperlukan agar :
¾ Masyarakat dapat merasakan manfaatnya apabila prasarana tersebut dipelihara
¾ Masyarakat menjadi lebih mandiri dalam pengelolaan prasarana
¾ Tidak menuntut pemerintah secara terus menerus karena keterbatasan dana pemerintah untuk
membiayai pemeliharaan, dana pemerintah dipergunakan untuk membangun prasarana dan
sarana.

Bahan Bacaan | Infrastruktur 101


PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

Pengertian dan Tujuan O&P


Pengertian Operasi atau Pemanfaatan dan Pemeliharaan (O&P) adalah serangkaian kegiatan
terencana dan sistematis yang dilakukan secara rutin maupun berkala untuk menjaga agar prasarana
yang telah dibangun tetap dapat berfungsi dan bermanfaat sesuai rencana.
Sesuai dengan mekanisme kegiatan Infrastruktur, maka penyiapan organisasi pelaksanaan O&P
Prasarana dilakukan sejak awal pembangunan prasarana, sehingga dengan demikian
masyarakat/anggota pengelola O&P dapat terlibat dan memahami berbagai kegiatan perencanaan
dan pelaksanaan fisik (termasuk teknis dan administrasi kegiatan). Sehingga setelah kegiatan
pembangunan selesai, mereka sudah siap melaksanakan kegiatan O&P prasarana yang telah
dibangun tersebut.

Tujuan O&P:
1. Memelihara prasarana secara berkelanjutan
2. Adanya jaminan terhadap kualitas prasarana
3. Adanya keuntungan yang berkelnjutan dari hasil pemanfaatan prasarana
4. Masyarakat mempunyai kemandirian dan kemampuan dalam hal memelihara dan
mengembangkan prasarana yang ada di daerahnya

Sasaran kegiatan Pembentukan Organisasi O&P ini adalah :


1. Masyarakat memahami pentingnya O&P, Manfaat dan Tujuan O&P;
2. Masyarakat menyepakati organisasi Pengelola O&P dari prasarana yang mereka butuhkan;
3. Masyarakat siap untuk melaksanakan operasi & pemeliharaan prasarana yang mereka
bangun sendiri secara bersama-sama;

Ukuran sasaran/keluaran yang ingin dihasilkan :


1. Jumlah Berita Acara Kesepakatan pembentukan Organisasi O&P yang dibuat;
2. Jumlah pengurus Organisasi sesuai struktur organisasi O&P yang disepakati;
3. Jumlah pengurus yang memahami tugas/tanggungjawabnya;

Langkah-langkah Pelaksanaan :
1. Persiapan :
Panitia selaku Penanggunjawab kegiatan pembangunan, Menentukan Tempat/Waktu dan
Undangan/Peserta warga pemanfaat prasaran serta fasilitator pertemuan. Lalu,
menyampaikan Undangan kepada seluruh peserta.

x Jelaskan konsep Organisasi O&P : Perlunya/pentingnya dibentuk pengelola


2. Kegiatan Rembug/Pertemuan :

prasarana; untung ruginya bila dibentuk dan bila tidak dibentuk, Apa tujuannya,

x Lalu, mintalah pendapat warga Apakah perlu membentuk O&P ?


Tugas Pokok/Kegiatan Apa yang akan dilakukan, Bentuk-bentuk Organisasi O&P.

x Bila warga telah bersepakat membentuk organisasi, Meminta pendapat warga

x Kemudian dijelaskan, tugas-tugas dari setiap unit kerja dalam struktur organisasi
Bagaimanakah bentuk Organisasinya (bentuk manakah yang dipilih)?

yang disepakati sebelumnya, (bila perlu ajaklah warga bersama menentukan tugas-
tugas ini). Selanjutnya Mintalah pendapat warga, siapa saja yang akan duduk
sebagai pengurus/pelaksana Organisasi O&P.
3. Buat Berita Acara Pembentukan Pengelola Pemanfaatan & Pemeliharaan prasarana.

102 Bahan Bacaan | Infrastruktur


PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

Sumber-sumber Pembiayaan Kegiatan Pengelolaan O&P Prasarana secara umum dapat diupayakan
melalui :
1. Bantuan Pemerintah Kab/Kota atau Kel/Desa setempat;
2. Bantuan dari pihak lain yang tidak mengikat, seperti swasta atau lembaga lainnya;
3. Usaha-usaha lain yang sah dari Pengurus;
4. Kontribusi Warga Pemanfaat, seperti Iuran/Retribusi atau dalam bentuk natura lainnya
5. Dll yang disepakati bersama masyarakat

Pengorganisasian Pengelola O&P

1. Tugas Pokok Organisasi Pengelola O&P


Sejalan dengan tujuan O&P, maka tugas pokok Pengelola selaku penggerak utama kegiatan atau
Penanggungjawab O&P, adalah :
1) Menyusun rencana pemanfaatan prasarana
2) Menyusun rencana penerimaan dan belanja Pengelola
3) Menyusun rencana kegiatan pemeliharaan, perbaikan, dan peningkatan pembangunan
prasarana;
4) Mengorganisasikan kegiatan pemeliharaan, perbaikan dan peningkatan pembangunan
prasarana;
5) Membuat laporan pertanggungjawaban kerja Pengelolaan Sarana & Prasarana yang menjadi
tanggungjawabnya.

2. Bentuk Organisasi Pengelola O&P

Untuk melaksanakan Kegiatan O&P, maka perlu dibentuk organisasi Pengelola O&P sehingga
pelaksanaan kegiatan dapat berjalan dengan efektif, efisien dan terarah menuju pencapaian
tujuan O&P yang diinginkan.

Dalam pelaksanaannya, pembentukan O&P ini tidak harus merupakan Organisasi baru tetapi
dapat menggunakan organisasi O&P/Sejenisnya yang telah tumbuh dimasyarakat, misalnya
Organisasi O&P yang dibentuk melalui PNPM MP/program lain dan atau revitalisasi lembaga
keswadayaan masyarakat yang sudah ada.

Bentuk Organisasi Pengelola O&P dapat dilakukan sesuai dengan kebutuhan prasarana,
kemampuan warga pemanfaat dan karakteristik kelompok penerima manfaat (gender). Meski
demikian, sebagai referensi dari beberapa bentuk yang pernah diterapkan, setidaknya terdapat
pendekatan 2 bentuk yang umum dilakukan, yaitu : satu pengelola untuk semua jenis prasarana
atau satu pengelola untuk setiap jenis prasarana. Misalnya satu Organisasi Pengelola yang
dibentuk memiliki dua jenis parasana yang dimanfaatkan yaitu Air Bersih dan Jalan maka bentuk
organisasinya dapat berupa satu Pengelola untuk Air Bersih dan satu Pengelola untuk Jalan atau
satu Pengelola untuk Air Bersih dan Jalan.

Bentuk Pengelolaan mana yang dipilih, apakah pengelola perjenis prasarana atau satu pengelola
untuk lebih dari satu jenis prasarana, hendaknya mempertimbangkan kemampuan SDM
pengelola dan potensi sumber pembiayaan pemeliharaannya. Kemampuan SDM dimaksud

Bahan Bacaan | Infrastruktur 103


PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

adalah dapat berupa kemampuan manajemen pengelolaan dan ketersediaan orang yang sesuai
dengan kebutuhan didalam Organisas. Sedangkan kemungkinan untuk memperoleh sumber
pembiayaan O&P adalah berkenaan dengan potensi dari setiap prasarana untuk dapat
menghasilkan/memperoleh dana dari warga pemafaat guna membiayai sendiri
pemeliharaannya. Misalnya dari contoh Air bersih dan Jalan diatas, maka bila pengelolaannya
dilakukan sendiri-sendiri maka potensi memperoleh pembiayaan untuk Air bersih dari
pemanfaat cukup tinggi dibandingkan dengan Jalan, tetapi bila pengelolaannya adalah satu
maka dapat dilakukan subsidi silang, yaitu dana yang diperoleh dari Air bersih dapat disisihkan
sebahagian untuk pembiayaan pemeliharaan Jalan.
Berdasarkan kedua bentuk organisasi pengelola O&P tersebut, maka struktur organisasi
Pengelolanya dapat dibbuat sederhana, yaitu : untuk satu jenis prasarana dapat dibuat dengan
struktur organisasi yang terdiri dari Ketua, Sekretaris, Bendahara, Petugas Teknis/Lapangan dan
Anggota, sedangkan untuk Pengelola yang lebih dari satu jenis prasarana maka struktur
organisasinya dapat dibuat dengan struktur yang terdiri dari Ketua, Bendahara, Sekretaris,
Petugas Teknis/Lapangan pada setiap jenis prasarana dan Anggota. Perbedaan kedua bentuk
tersebut hanya terletak pada unit kerja Petugas Lapangannya saja, dimana untuk Pengelola yang
mencakup lebih dari satu jenis prasarana maka Petugas Lapangan dibuat sesuai jumlah jenis
prasarana yang dikelola. Secara diagram kedua struktur tersebut dapat digambarkan seperti
gambar berikut.

KETUA KETUA

BENDAHARA SEKRETARIS BENDAHARA SEKRETARIS

PETUGAS PETUGAS PETUGAS


LAPANGAN LAPANGAN LAPANGAN

ANGGOTA ANGGOTA
Struktur Organisasi Pengelola O&P Struktur Organisasi Pengelola O&P
(Dua jenis Prasarana) (satu jenis Prasarana)

3. Tugas-Tugas Unit Kerja Organisasi Pengelola O&P

Sejalan dengan struktur organisasi dan lingkup kegiatan O&P yang akan dilaksanakan, maka dari
contoh struktur Organisasi diatas dapat diuraikan masing-masing tugas dari setiap unit kerjanya,
yaitu :
1) Ketua, Memimpin/Penanggungjawab utama seluruh kegiatan dan usaha organisasi. Ketua
bertanggung jawab atas seluruh kegiatan organisasi sesuai peraturan organisasi serta program
kerja yang telah diputuskan bersama. Antara lain mencakup tugas :
¾ Mengkoordinir Tim Pengelola/pengurus O&P
¾ Mengundang dan menyelenggarakan Rapat-rapat rutin atau Musyawarah

104 Bahan Bacaan | Infrastruktur


PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

¾ Melakukan kerjasama kemitraan dengan pemerintah desa/kelurahan, Dinas/Instansi


terkait dan pihak swasta atau lainnya guna meningkatkan peroleh pembiayaan
pemeliharaan atau pengembangan layanan prasarana.
¾ Mendorong peningkatan kesadaran dan kontribusi warga untuk melakukan pemeliharaan
prasarana.
¾ Bersama seluruh Tim Pengelola membuat laporan baik secara berkala maupun
Pertanggungjawaban Kegiatan Pengelola;
¾ Bersama seluruh Tim Pengelola, mensosialisasikan kegiatan-kegiatan pemanfaatan &
pemeliharaan, khususnya kepada warga pemanfaat;
¾ Bersama seluruh Tim Pengelola menyusun draft peraturan dasar, program kerja O&P dan
rencana pendanaan O&P untuk ditetapkan dalam Musyawarah Warga (bila belum
ditetapkan sebelumnya).

2) Sekretaris atau bagian administrasi, melaksanakan kegiatan administrasi


umum/ketatausahaan O&P, antara lain mencakup :
¾ Menyiapkan surat menyurat
¾ Mengarsip surat masuk dan surat keluar
¾ Menyimpan dan memelihara dokumen/dokumentasi kegiatan
¾ Membuat notulen rapat/ musyawarah warga pemanfaat
¾ Menginvebtarisasi anggota atau warga pemanfaat

3) Bendahara atau bagian Keuangan, melaksanakan :


¾ Menerima dan menyimpan uang/dana O&P;
¾ Mengeluaran uang dengan persetujuan ketua
¾ Membuat dan menyimpan bukti penerimaan dan bukti pengeluaran
¾ Mencatat pembukuan keuangan O&P
¾ Membuat laporan keuangan secara periodik dan laporan pertanggungan jawab keuangan;

4) Petugas Lapangan atau bagian Teknik, melakukan :


¾ Monitoring dan inventarisasi kondisi prasarana,
¾ Menyusun rencana kebutuhan, biaya dan jadwal pemeliharaan & perbaikan prasarana,
¾ Membimbing dan mengkoordinir pelaksanaan pemeliharaan yang dilakukan oleh warga;
¾ Melaporkan hasil-hasil pelaksanaan kegiatan pemeliharaan.

5) Anggota :
¾ Mendapatkan informasi, pelayanan dan kesempatan berpartisipasi yang sama dalam
setiap kegiatan;
¾ Mengikuti rapat-pertemuan/Musyawarah yang dilakukan Pengelola
¾ Melaksanakan/terlibat aktif dalam setiap kegiatan pemeliharaan yang dilakukan
¾ Membangun kebersamaan, kekompakan, persatuan dan kesatuan
¾ Memikirkan dan mengusahakan pengembangan organisasi O&P
¾ Membayar iuran atau memberikan kontribusi lainnya untuk pemeliharaan prasarana
sesuai ketentuan yang telah disepakati bersama.

Untuk mendukung tugas-tugas Tim Pengelola yang ada, maka Ketua Pengelola dapat melakukan
penugasan kepada anggota terkait aspek kegiatan pemanfaatan dan pemeliharaan, baik berupa
kegiatan yang bersifat rutin maupun yang bersifat insidentil. Kesepakatan mengenai penugasan
ini hendaknya diputuskan berdasarkan kesepakatan bersama warga pemanfaat. Contoh
penugasan dalam pelaksanaan kegiatan seperti siapa yang piket atau penugasan pemeliharaan
kebersihan MCK secara bergiliran.
Bahan Bacaan | Infrastruktur 105
PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

Hal yang sangat penting dan harus diperhatikan oleh Tim Pengelola adalah bahwa seluruh
peraturan dasar organisasi yang akan dijalankan oleh Tim Pengelola dan Anggota, seperti
Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga, Masa Tugas Tim Pengelola, Program Kerja maupun
Pertanggungjawaban Tim Pengelola harus dibuat dan disepakati secara bersama-sama oleh
anggota warga pemanfaat melalui forum Musyawarah Warga Pemanfaat atau forum pengambilan
keputusan tertinggi organisasi yang ada (bukan ditentukan sendiri oleh Tim Pengelola).

Catatan :
Pada prinsipnya semua prasarana yang telah dibangun harus dipelihara. Namun demikian,
mengingat pemanfaat setiap prasarana tidak seluruhnya sama maka
pembentukan/pengorganisasian O&P disini hanya diprioritaskan pada prasarana yang berifat
publik/umum dan prasarana kelompok. Sedangkan untuk prasarana yang bersifat individu atau
pengunaan oleh satu keluarga saja, tidak perlu dibentuk Organisasi Pengelolanya, seperti
Jamban Keluarga, Saluran Limbah Rumah Tangga, karena sudah langsung dipelihara oleh masing-
masing keluarga pengguna.
Apabila terdapat beberapa Organisasi Pengelola O&P prasarana yang mengelola prasarana yang
mempunyai keterkaitan fungsional atau kesamaan penerima manfaat maka dapat saja organisasi
O&Pnya disatukan, melalui pengembangan organisasi O&P, dengan alternatif yang dapat
dilakukan antara lain adalah menggabungkan organisasi Pengelolanya (satu Organisasi/Tim
Pengelola) atau melakukan kesepakatan kerja sama pengelolaannya.

4. Penentuan Personil Organisasi Pengelola O&P


Setelah Organisasi dibentuk maka selanjutnya dilakukan Pemilihan orang-orang yang akan
diberikan tugas atau duduk dalam Tim/Organisasi. Dalam pemilihan personil ini hendaknya
mempertimbangkan kesesuaian antara kemampuan yang dimiliki setiap personil dengan tugas-
tugas yang akan dilaksanakannya. Meskipun demikian bila terdapat keterbatasan kemampuan
personil yang ada, maka penting menempatkan orang-orang yang memiliki komitmen/kemauan
kerja. Adanya komitmen/kemauan kerja pada dasarnya merupakan modal utama untuk terus
belajar meningkatkan kemampuannya dengan cara diberikan bimbingan/pengarahan oleh Ketua
Tim/Koordinator unit kerjanya.
Setelah ditentukan personil organisasi maka perlu dijelaskan/membagi Tugas kepada setiap
Personil/Unit Kerja Organisasi agar mereka memahami dan melaksanakan dengan benar.

Rembug Pembentukan Organisasi Pengelola O&P

Untuk mencapai tujuan kegiatan pemanfaatan & pemeliharaan prasarana maka perlu dilaksanakan
kegiatan O&P. Selanjutnya untuk dapat menjamin pelaksanaan kegiatan pemanfaatan &
pemeliharaan prasarana dapat berjalan terarah, efektif, efisien menuju tercapainya tujuan
pemanfaatan & pemeliharaan prasarana itu sendiri maka perlu dibentuk wadah/organisasi Pengelola
O&P. Wadah tersebut diharapkan merupakan lembaga/organisasi keswadayaan masyarakat
sehingga lebih mandiri dan indepanden dari struktur pemerintahan (pemerintah selaku pembina
organisasi).

Lingkup Kegiatan Pengelolaan O&P

Lingkup kegiatan O&P pada dasarnya mencakup seluruh kegiatan yang diperlukan untuk menjamin
tercapainya tujuan pemanfaatan & pemeliharaan prasarana. Secara umum lingkup kegiatan O&P
pada semua jenis prasarana adalah mencakup :
106 Bahan Bacaan | Infrastruktur
PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

1) Kegiatan Pendataan Anggota


2) Penggalian sumber-sumber pembiayaan
3) Monitoring dan Inventarisasi kondisi prasarana;
4) Menyusun Rencana Teknis Pemanfaatan dan Pemeliharaan Prasarana
5) Penyusunan RAB dan Jadwal Perbaikan (termasuk pengembangan bila perlu);
6) Rapat-rapat Berkala
7) Pelaporan secara Berkala
Hal yang berbada dari Lingkup kegiatan ini pada setiap jenis prasarana adalah terletak pada
Rencana Teknis Opersi & Pemeliharaan Prasarananya. Misalnya teknis pemeliharaan Jalan akan
berbeda dengan teknis pemeliharaan Sumur Pompa Tangan, dst.
Masing-masing kegiatan dapat diuraikan sebagai berikut :
1). Pendataan Anggota
Pendataan anggota ini sangat penting, selain untuk mengetahui jumlah dan siapa saja warga
pemanfaat juga akan berkaitan dengan potensi kontribusi dalam pemeliharaan dari prasarana yang
dikelola atau pengaturan pemanfaatan bila diperlukan.
Hal-hal yang perlu dicatat berkaitan dengan Anggota ini adalah : Nama, Jenis Kelamin (Laki-laki /
Perempuan), Alamat tempat tinggal dan Pekerjaannya, bila perlu dapat dilengkapi dengan status
kondisi sosial ekonomi masing-masing. Selain itu perlu ditetapkan sebaiknya pendataan ini dilakukan
secara periodik, seperti per bulan atau triwulan atau tahunan.
Contoh bentuk formulir Pendataan Anggota ini dapat dibuat seperrti contoh berikut.

Cara Pengisian :
Kolom 1 : Diisi Nomor Urut
Kolom 2 : Diisi Nama Masyarakat yang secara langsung memanfaatkan prasarana
Kolom 3 : Diisi Jenis Kelamin (Laki-laki / Perempuan)
Kolom 4 : Diisi Alamat tempat tinggal / domisili
Kolom 5 : Diisi Pekerjaan Petani / Pengusaha / PNS / Lainnya
Kolom 6 : diisi Catatan/Keterangan lain yang diperlukan (bila ada)

2). Penggalian sumber sumber – sumber pembiayaan


Yang membiayai kegiatan O&P pada dasarnya adalah warga pemanfaat prasarana berlandaskan
gotong royong dan kasadaran bahwa pemeliharaan, perbaikan dan pengembangan prasarana
adalah tugas bersama seluruh warga pemanfaat, karena prasarana tersebut memang milik semua
warga pemanfaat, bukan milik pemerintah atau aparat. Meskipun demikian, Ini tidak berarti bahwa
menutup peluang bagi Pengelola untuk mendapatkan sumber dana lain diluar dari warga pemanfaat
prasarana.
Dana pemeliharaan bisa diupayakan dari berbagai sumber. Dalam hal ini perlu usaha untuk menggali
sumber-sumber dana tersebut baik dari masyarakat maupun dari sumber-sumber lainnya, antara
lain :
Bahan Bacaan | Infrastruktur 107
PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

ƒ Retribusi/Iuran penggunaan prasarana, seperti prasarana jalan, tambatan perahu, air bersih,
prasarana sanitasi dan irigasi;
ƒ Donatur;
ƒ Bantuan dari Pemda Kabupaten, Kecamatan atau Desa;
Secara lebih rinci bagaimana penggalian sumber-sumber pembiayaan ini dapat dilihat pada
penjelasan Modul berikutnya atau Buku O&P Bagian IV. Pembiayaan kegiatan O&P.

3). Inventarisasi Kondisi Prasarana


Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui kondisi prasarana yang telah dibangun, apakah ada
kerusakan atau kekurangan ataupun permasalahan-permasalahan yang perlu ditangani segera.
Cara pelaksanaannya adalah dengan melakukan monitoring/pengecekan langsung kelapangan,
sedangkan pelakunya dapat dilakukan oleh Tim Pengelola, khususnya Petugas Lapangan/Teknis
sendiri atau Penugasan kepada anggota secara rutin dan bergilir. Anggota dapat dibagi menjadi
beberapa grup untuk melakukan kegiatan ini secara bergiliran misalnya per RT atau KK. Waktu
pengecekan dapat diatur sesuai dengan kesepakatan diantara anggota, seperti mingguan atau
bulanan.
Agar proses kegiatan inventarisasi kondisi prasarana ini berjalan secara efektif maka perlu
dilakukan fokus pengecekan yaitu pada setiap jenis system atau bagian bagian prasarana.
Hal-hal yang perlu dicatat pada saat inventarisasi satiap komponen system prasarana
tersebut, adalah : jumlah/volume yang ada, kondisi pada saat pengecekan, apakah baik
atau rusak. Kemudian bila ada kerusakan, dapat juga ditentukan rencana
penanganan/perbaikannya, termasuk berapa perkiraan biayanya. Dari hal tersebut juga
dapat ditentukan apakah tingkat kerusakannya ringan atau dapat diselesaikan melalui
pemeliharaan rutin atau permasalahannya adalah berat dan harus dilakukan perbaikan
khusus. Juga dapat ditentukan apakah tingkat kerusakan tersebut sangat mendesak untuk
segera ditangani atau dapat ditunda demi untuk menjaga kualitas perbaikan.
Contoh bentuk formulir Pendataan Anggota ini dapat dibuat seperrti contoh Form-3, terlampir.

Cara Pengisian :
Kolom 1 : Diisi Nomor Urut
Kolom 2 : Diisi jenis komponen prasarana yang ada, misal : Pipa pralon, Kran air dll (untuk prasarana
air bersih), Paving blok, Jalan Rabat Beton dll (untuk prasarana jalan), Atap, Dinding Bata,
Pipa Udara, septik tank dll (untuk prasarana MCK)
Kolom 3 : Diisi volume total komponen prasarana
Kolom 4 : Diisi satuan volume disesuaikan dengan komponen prasarana, misal : meter kubik (M3),
meter pesegi (M2), buah, unit dll.
Kolom 5 dan 6 : Diisi dengan jumlah volume kondisi komponen/bagian/kelengkapan prasarana pada
saat melakukan inventarisasi/pengamatan dilapangan, jumlah kondisi baik diisi pada
kolom (5) dan jumlah kondisi rusak (diisi pada kolom (6);
Kolom 7 : Diisi dengan rencana usulan penanganan kerusakan sesuai komponen prasarana misal:
penggantian kran air, penambalan lantai rabat beton, penggantian atap seng dll.
108 Bahan Bacaan | Infrastruktur
PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

Kolom 8 : Diisi dengan nilai rupiah perkiraan biaya perbaikan kerusakan yang ada pada masing-
masing kompoen prasarana.

4). Menyusun Rencana Teknis Pemanfaatan & Pemeliharaan Prasarana


a. Rencana Teknis Pemanfaatan Prasarana
Rencana teknis pemanfaatan atau penggunaan prasarana yang dimaksudkan disini adalah
berkaitan dengan penggunaan prasarana sesuai fungsi utamanya. Dalam kaitan ini, ada 2 hal
prinsip yang harus diperhatikan, yaitu :

1) Penggunaan Prasarana Secara Optimal


Setiap jenis prasarana yang dibangun tentu mempunyai cara penggunaan tertentu pula. Artinya
bahwa jenis prasarana yang berbeda tentu mempunyai cara penggunaan yang berbeda pula,
sesuai dengan jenis prasarananya.
Banyak ditemukan dilapangan adanya pemakaian prasarana yang tidak sesuai dengan fungsi
yang sesungguhnya dari prasarana tersebut atau fungsinya berubah, misalnya prasarana MCK
atau saluran irigasi juga dipergunakan sebagai tempat memandikan kerbau, Lantai Jemur
dipergunakan sebagai tempat parkir atau bermain, jalan Sirtu/jembatan kayu yang seharusnya
untuk mobil beban ringan tetapi dilalui oleh Mobil bermuatan berat, dll. Apabila terjadi
kesalahan penggunaan seperti ini maka akan berakibat pada kerusakan yang lebih cepat
sehingga prasarana tersebut tidak dapat dipergunakan lebih lama.
Untuk menghindari penggunaan prasarana di luar peruntukannya tersebut maka perlu dibuat
dan disepakati cara penggunaan prasarana secara benar atau sesuai fungsinya. Setelah
ditetapkan kemudian perlu di sosialisasikan agar dipahami dan dilaksanakan secara bersama-
sama oleh semua warga pemanfaat.
Secara rinci tatacara pemanfaatan setiap prasarana dapat mengacu pada tatacara
pemanfaatan prasarana yang telah ditetapkan sesuai buku Petunjuk Teknis Pembangunan dan
Pemeliharaan Sarana dan Prasarana.
2) Pengaturan Penggunaan Prasarana
Untuk prasarana tertentu diperlukan pengaturan penggunaan prasarana, agar tidak terjadi
konflik ataupun tidak sesuai dengan fungsi utamanya. Pengaturan ini dilakukan dengan
membagi jadwal giliran penggunaannya. Tentunya cara pengaturan penggunaan prasarana ini
juga harus disesuaikan dengan kebutuhan pemanfaatan dan jenis prasarannya. Sebagai contoh,
perlu dilakukan pengaturan pemakaian air Irigasi atau air bersih pada saat-saat tertentu agar
semua pemanfaat dapat memperoleh manfaat yang sama dan tetap optimal.
Hal penting yang perlu diperhatikan juga disini adalah bilamana diperlukan suatu pengaturan
semacam ini maka harus disepakati bersama oleh semua warga pemanfaat.
b. Rencana Teknis Pemeliharaan Prasarana
Rencana pemeliharaan merupakan serangkaian kegiatan pemeliharaan yang dilakukan untuk
menjaga prasarana agar tidak rusak atau tetap berfungsi secara optimal. Rencana pemeliharaan
disini mencakup pemeliharaan yang dilaksanakan secara rutin, berkala dan insidentil/mendesak.
o Pemeliharaan rutin dilakukan secara terus menerus, biasanya dalam periode waktu seperti
setiap hari atau setiap minggu atau setiap bulan. Umumnya kegiatan ini bersifat pekerjaan
pencegahan untuk menjaga agar prasarana tidak rusak, biasanya terdiri atas tugas-tugas
yang berulang-ulang dengan teknik yang sederhana, misalnya kegiatan pembersihan.
Bahan Bacaan | Infrastruktur 109
PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

o Pemeliharaan Berkala dilakukan dalam periode waktu tertentu misalnya setiap 3 bulan,
setiap 6 bulan atau setiap tahun. Umumnya kegiatannya mencakup kegiatan pemeliharaan
yang sudah dapat diperkirakan atau direncanakan terlebih dahulu, seperti perawatan dan
semua perbaikan ringan serta penggantian bagian-bagian kecil/sekunder, termasuk
perbaikan sederhana. Tujuannya adalah untuk mengembalikan kondisi prasarana pada
tingkat kemampuan yang dimilikinya atau fungsi secara yang seharusnya dari parasaran.
Misalnya kegiatan pengecatan komponen prasarana, pemberian pelumas pada pintu air,
penggantian kran air yang rusak, dll.
o Pemeliharaan Insidentil/mendesak, pekerjaan yang mendesak yang memerlukan
penanganan segera, yang umumnya tidak direncanakan terlebih dahulu. Sifat kemedesakan
ini biasanya karena dapat membahayakan pemanfaat, Bisa membawa akibat kerusakan
besar atas milik pribadi masyarakat (seperti rumah, lahan produktif, dll) dan kerusakan yang
bisa menjadi penyebab kerusakan yang lebih besar. Misalnya penggantian lantai jembatan,
kerusakan akibat banjir/ longsor, dll.
Pelaksanaan kegiatan ini pada dasarnya adalah menjadi tanggungjawab bersama warga
pemanfaat, dilakukan secara bersama-sama dan dikoordinir oleh Petugas Lapangan. Selain hal
tersebut, juga dapat dilakukan dengan cara Penugasan kepada anggota secara rutin dan bergilir.
Misalnya anggota dapat dibagi menjadi beberapa grup untuk melakukan kegiatan ini secara
bergiliran misalnya per RT atau KK. Waktu pelaksanaannya dapat diatur sesuai periode
pemeliharaan rutin prasarana, seperti harian, mingguan atau bulanan.
Untuk kegiatan perawatan seperti pemberian pelumas pada mesin pompa, pintu air, atau
perbaikan kecil seperti penutupan lubang-lubang kecil pada jalan yang rusak hendaknya
dilakukan oleh Petugas atau penugasan kepada warga yang mempunyai pengalaman melakukan
hal tersebut agar tetap sesuai dengan standar perawatan yang benar.
Setiap jenis prasarana telah dilengkapi dengan standar teknis pemeliharaan baik rutin maupun
berkala. Oleh karena itu, maka penentuan jenis kegiatan atau hal-hal yang perlu dilakukan
dalam pemeliharaan ini hendaknya mengacu pada Pedoman Teknis Pembangunan Prasarana,
khususnya pada Bagian Pemeliharaan.

5). Menyusun RAB dan Jadwal Perbaikan


Penyusunan Rencana Anggaran Biaya dan Jadwal Pelaksanaan Perbaikan, pada dasarnya dibuat
sesuai kebutuhan dilapangan. Artinya bahwa kegiatan ini dilakukan karena ada kebutuhan perbaikan
kerusakan prasarana.
Kegiatan ini pada dasarnya merupakan tindaklanjut hasil inventarisasi kondisi prasarana. Dimana
ternyata ditemui adanya kerusakan yang perlu dilakukan perbaikan. Adapun pelaksanan kegiatan
perbaikan ini dapat dilakukan pada saat pemeliharaan rutin atau berkala atau insidentil.
Disini juga dapat termasuk rehabilitasi dan perbaikan besar, yang bertujuan untuk
meningkatkan kondisi prasarana dari kondisi yang sudah tidak layak menjadi layak kembali.
Perhitungan RAB disini pada prinsipnya adalah menentukan apa saja kebutuhan perbaikan
tersebut dan berapa besar dana yang diperlukan sedangkan Jadwal disini adalah
menentukan kapan waktu kegiatan perbaikan tersebut akan dilaksanakan, termasuk berapa
lama pelaksanaannya.

110 Bahan Bacaan | Infrastruktur


PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

Secara lebih detail bagaimana langkah-langkah perhitungan RAB dan Penyusunan Jadwal
Pelaksanaan Kegiatan dapat mengacu pada buku Petunjuk Teknis Tatacara Persiapan dan
Perencanaan Teknis Kegiatan Lingkungan (Penyusunan Proposal).
Bentuk Format penyusunan RAB dan dapat mengacu pada Contoh berikut :

dibutuhkan untuk perbaikan kerusakan

Kolom 4 : Diisi satuan volume disesuaikan dengan komponen prasarana, misal : meter kubik (M3),
meter pesegi (M2), buah, unit dll.
Kolom 5 : Diisi dengan harga satuan masing-masing bahan
Kolom 6 : Diisi Jumlah biaya yang dibutuhkan masing-masing bahan (volume x harga satuan)

Bentuk Format penyusunan Jadwal Pelaksanaan dapat mengacu pada Contoh berikut :.

Cara Pengisian :
Kolom 1 : Diisi Nomor Urut kegiatan
Kolom 2 : Diisi dengan jenis kegiatan yang akan dilaksanakan
Kolom 3 : Diisi dengan volume kegiatan yang akan dilakasnakan,
Kolom 4 : Diisi satuan volume, misal : meter kubik (M3), meter pesegi (M2), buah,
Kolom 5 : Diisi lamanya waktu pelaksanaan tiap kegiatan (hari, minggu, dst)
Kolom 6-10 : Tempat menggambarkan waktu pelaksanaan (berbentuk balok datar)
Kolom 11 : diisi dengan catatan yang diperlukan.

6). Melaksanakan Rapat-rapat rutin


ƒ Rapat rutin dapat dilakukan tiap bulan atau peride waktu tertentu yang disepakati, dilakukan
untuk melihat atau mengevaluasi hasil-hasil kegiatan pemeliharaan yang telah dilakukan dan
untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ditemukan (memutuskan rencana
penyelesaiaan masalah), atau agenda lain yang dianggap penting untuk dibahas bersama.
ƒ Pertemuan ini dipimpin oleh Ketua, jika memang diperlukan peserta rapat rutin tidak hanya
pengurus namun juga dari masyarakat yang berkepentingan dalam kegiatan pemanfaatan dan
pemeliharaan prasarana yang bersangkutan.
ƒ Pada setiap rapat harus selalu dibuat daftar hadir peserta dan catatan hasil rapat (notulen) dan
diarsipkan oleh sekretaris.

Bahan Bacaan | Infrastruktur 111


PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

7. Melaksanakan Pelaporan secara berkala


Pelaporan seluruh kegiatan pemanfaatan dan pemeliharaan merupakan tanggung jawab ketua
kelompok dibantu oleh Tim Pengelola. Dalam laporan tersebut terkandung unsur-unsur sebagai
berikut :
a) Pelaporan Keuangan
Pelaporan keuangan dilakukan oleh bendahara. Dalam kaitan dengan kegiatan tersebut
bendahara melaporkan penerimaan dan pengeluaran baik berkaitan dengan administrasi
Pengelola maupun yang berkaitan dengan kegiatan pemanfaatan dan pemeliharaan. Laporan ini
mencakup minimal : keadaan kas, laporan penerimaan yang diperoleh dari sumber-sumber
pendanaan (seperti iuran, retribusi, donatur, dll), laporan pengeluaran baik untuk kegiatan
administrasi maupun kegiatan pemeliharaan/perbaikan, dll.
b) Pelaporan Pelaksanaan Kegiatan
Laporan kegiatan, mencakup laporan hasil pelaksanaan pemeliharaan rutin, berkala dan
insidentil, termasuk hasil Inventarisasi kondisi prasarana maupun hasil-hasil pertemuan yang
dilaksanakan.
c) Data Mengenai Barang Inventaris
Data dan penggunaan barang inventaris kelompok perlu dilaporkan untuk mengetahui jumlah,
jenis, dan kondisi barang yang ada. Hal ini dilakukan untuk memperkirakan kebutuhan
penambahan ataupun perbaikan barang untuk masa yang akan datang.

Bentuk & Penyusunan Rencana Kerja Pengelolaan O&P

Rencana kerja O&P pada dasarnya merupakan rencana pelaksanaan seluruh kegiatan O&P yang
diperlukan untuk menjamin tercapainya tujuan pemanfaatan & pemeliharaan prasarana. Dengan
kata lain pada tahap ini hendak menjawab pertanyaan Apa yang akan dilakukan; Bagaimana
Melakukan, Kapan akan dilakukan dan Berapa Besar Biaya yang diperlukan, termasuk darimana
sumber dana tersebut diperoleh.

Langkah-langkahnya :
1) Tentukan jenis-jenis kegiatan yang akan dilaksanakan. Hal ini sesuai dengan Lingkup Kegiatan
O&P. Tentukan juga aktivitas Apa saja yang akan dilaksanakan dalam setiap kegiatan tersebut.
Ini lebih merupakan bagaimana kegiatan akan Atau tugas-tugas/kegiatan yang akan dilakukan
dalam rangka pelaksanaan dari kegiatan tersebut.
2) Tentukan Kapan waktu pelaksanaan setiap kegiatan tersebut. Oleh karena kegiatan
pemeliharaan akan berlangsung secara terus-menerus, yang berarti bahwa setiap kegiatan akan
berlangsung secara berulang-ulang maka dalam menentukan Kapan kegitan akan dilakukan,
cukup dengan menuliskan frekwensi atau periode pelaksanaannya. Misalnya Pendataan Anggota
setiap 1 atau 2 bulan sekali, dst;
3) Tentukan Perkiraan besarnya Biaya dan dari mana sumber pembiayaan yang akan dipergunakan
untuk pelaksanaan dari setiap kegiatan tersebut;

112 Bahan Bacaan | Infrastruktur


PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

Sebagai referensi, bentuk Rencana Kerja O&P tersebut dapat dibuat seperti Tabel berikut :

RENCANA KEGIATAN PEMELIHARAAN PRASARANA


Nama O&P :
Prasarana :
Form O&P
Lokasi Desa :
1
Kecamatan :
Kab/Kota :

Perkiraan
raan
n
Sumber
be
err
e
No Jenis Kegiatan
an Frekwensi
nsi Tugas-Tugas
as Biaya
ya
Biaya
ya
(Rp)
1 2 3 4 5 6
1. Pendataan 1 x Sebulan Melakukan Pendataan warga yang
Anggota menjadi anggota pemanfaat
Pemanfaat prasarana (Mengisi Form-2)
2. Penggalian Sumber 1 x Sebulan Melakukan pencarian dana untuk
Dana membiayai kegiatan pemeliharaan
prasarana (termasuk untuk
pengembangan bila perlu) dari
berbagai sumber pembiayaan yang
dianggap sah seperti Iuran,
Retribusi, Bantuan Pemda/Desa,
Donatur, dll)
3. Inventarisasi 1 x Sebulan Melakukan pemantauan langsung
Kondisi Prasarana dan menginventarisasi kondisi
bagian-bagian prasarana. (Mengisi
Form-3)
4. Pemeliharaan :
a. Rutin Diisi Sesuai Uraian tugas/rincian kegiatan yang
b. Berkala periode akan dilakukan diisi sesuai
yang sudah pelaksanaan pemeliharaan (Rutin,
ditentukan Berkala) dari tiap jenis prasarana
(mengacu pada Cara Pemeliharaan,
Buku Pedoman Teknis Sederhana
Pembangunan Prasarana yang
sudah ada)
5. Menyusun RAB & Sesuai 1. Menyusun Rencana Anggaran
Jadwal Perbaikan rencana Biaya untuk Perbaikan
perbaikan Kerusakan Prasarana (Contoh
yang Format : Form 4);
diperlukan 2. Menyusun Jadwal Pelaksanaan
Perbaikan dilapangan, termasuk
menetapkan penanggungjawab
pelaksanaan dilapangan
(Mengisi Form-5)
6. Rapat-rapat Membahas perkembangan
Berkala pelaksanaan kegiatan, menggali
permasalahan dan menyusun

Bahan Bacaan | Infrastruktur 113


PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

Perkiraan
raan
n
Sumber
be
err
e
No Jenis Kegiatan
an Frekwensi
nsi Tugas-Tugas
as Biaya
ya
Biaya
ya
(Rp)
1 2 3 4 5 6
tindakan penyelesaiaannya
7. Pelaporan Berkala Menyusun Laporan Pelaksanaan
Kegiatan O&P

…………………….., …………………………… 20.....

Ketua/Koordinator O&P

(…………………………….)

Petunjuk Pengisian :
Nama O & P diisi sesuai hasil kesepakan misal : O & P Melati, Gotong Royong dll.
Prasarana diisi Jenis Prasarana yang telah dibangun, misal : MCK, Air Bersih, Jalan Rabat Beton dll
Lokasi / Desa, Kecamatan, Kab/Kota diisi dengan nama desa/kel, kecamatan dan kab/kota
(sesuaikan)
Kolom 1 : Diisi Nomor Urut
Kolom 2 : Diisi Uraian Kegiatan Pemanfaatan & Pemeliharaan prasarana yang akan dilaksanakan;
Kolom 3 : Diisi Jumlah frekwensi/periodik pelaksanaan kegiatan;
Kolom 4 : Diisi rincian Tugas-tugas yang akan dilaksanakan;
Kolom 5 : Diisi Besarnya Perkiraan Biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan/tugas-tugas;
Kolom 6 : Diisi Perkiraan Sumber Pembiayaan kegiatan (Iuran/Retribusi/Donatur/Bantuan Pemda
atau Desa/ Lain-lain pendapatan yang sah);

Catatan Penjelasan Tambahan kepada fasilitator :


Khusus Format ini, contoh pada kolom jenis kegiatan dan kolom frekwensi adalah minimum pada
rencana kerja dan dapat dikembangkan sesuai kebutuhan lapangan. Sedangkan untuk kolom tugas-
tugas, khususnya point 4. pemeliharaan rutin agar disesuaikan kembali dengan jenis prasarana yang
akan dimanfaatkan. Sebagai referensi agar mengacu pada Buku Petunjuk Teknis Infrastruktur yang
sudah ada (lihat Bab III Pemeliharaan)

114 Bahan Bacaan | Infrastruktur


PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

Sumber-sumber Pembiayaan Kegiatan O&P

Yang membiayai kegiatan O&P pada dasarnya adalah warga pemanfaat prasarana berlandaskan
gotong royong dan kasadaran bahwa pemeliharaan, perbaikan dan pengembangan prasarana
adalah tugas bersama seluruh warga pemanfaat, karena prasarana tersebut memang milik semua
warga pemanfaat, bukan milik pemerintah atau aparat. Meskipun demikian, Ini tidak berarti bahwa
menutup peluang bagi Pengelola untuk mendapatkan sumber dana lain diluar dari warga pemanfaat
prasarana.

Dana pemeliharaan dapat berasal dari berbagai sumber, namun perlu usaha untuk menggali
sumber-sumber dana tersebut. Sumber dana potensial pendanaan kegiatan pemanfaatan dan
pemeliharaan prasarana dapat diperoleh dari kontribusi masyarakat pengguna, pihak swasta (yang
juga turut memetik manfaat dari pembangunan prasarana tersebut), serta pemerintah (pemerintah
Desa/Kelurahan, Dinas/Instansi terkait setempat). Masing-masing sumber tersebut dapat diuraikan
sebagai berikut :

1) Bantuan pemerintah
Kepala Desa/Lurah dapat memberikan bantuan yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Desa/Kelurahan yang sudah dituangkan dalam peraturan desa. Besarnya tentu disesuaikan
dengan kemampuan masing-masing desa. Selain itu bisa dari Subsidi dari Dinas/Instansi Teknis
terkait dikabupaten/Kota. Umumnya bantuan dari Pemerintah ini memungkinkan jika terjadi
kerusakan berat yang memerlukan perbaikan besar pada fasilitas umum atau fasilitas vital seperti
jalan, jembatan, tambatan perahu dan saluran air, ataupun prasarana lainnya.

2) Bantuan dari pihak lain yang tidak mengikat


Bantuan yang dimaksudkan disini, seperti dari organisasi lain atau perusahaan swasta. Umumnya
potensi bantuan ini akan ada bilamana terjadi pemanfaatan bersama suatu prasarana. Misalnya
jalan yang dibangun masyarakat juga dipergunakan oleh pihak lain tersebut.

3) Usaha-usaha sah lain dari pengurus


Usaha lain yang dimaksud disini misalnya adalah adanya pemberlakuan aturan bagi pemasangan
baru. Bisa juga upaya-upaya lain yang dimungkinkan.

4) Kontribusi warga pemanfaat


Salah satu alternatif sumber pembiayaan O&P adalah melalui kontribusi warga sesuai dengan
budaya setempat dan kesepakatan yang telah dilakukan. Hal ini merupakan bentuk kompensasi
pemanfaat terhadap penggunaan prasarana tersebut.

Adapun jenis kontribusi atau sumbangan warga pemanfaat adalah :


a. Sumbangan berupa uang, yang didapatkan dari iuran anggota kelompok pemanfaatan dan
pemeliharaan, ataupun retribusi dari penggunaan prasarana secara langsung.
b. Sumbangan selain uang seperti material, penyediaan fasilitas penunjang, tenaga kerja, peralatan
dalam rangka kegiatan pemeliharaan

Sedangkan cara pengumpulan dana tersebut adalah bergantung pada kondisi sosial budaya
masyarakat setempat, yang secara umum terbagi atas dua golongan sebagai berikut :
a. Sumbangan/iuran ditarik langsung pada saat menggunakan prasarana yang bersangkutan, hal ini
dapat diberlakukan untuk para pengguna yang tidak secara rutin menggunakan prasarana. Hal ini
bisa diterapkan untuk individu atau perusahaan swasta yang menjadi pengguna prasarana yang
bersangkutan. Sebagai contoh adalah tambatan perahu, fasilitas penggilingan padi, dan lain-lain.

Bahan Bacaan | Infrastruktur 115


PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

Hal yang sangat penting dan harus diperhatikan berkaitan dengan “iuran/retribusi” yang akan
diberlakukan oleh KSM/Tim Pengelola adalah bahwa hendaknya disesuaikan dengan situasi
budaya dan kemampuan warga pemanfaat dan kebutuhan akan biaya pemeliharaan/perbaikan.
Besarnya iuran atau retribusi yang akan dikenakan baik perorangan atau per keluarga yang
memanfaatkan prasarana harus dimusyawarahkan dan disepakati secara bersama-sama oleh
seluruh anggota KSM/warga pemanfaat yang ada.

b. Sumbangan/Iuran rutin, hal ini dapat diberlakukan untuk pengguna prasarana yang secara rutin
menggunakan prasarana yang bersangkutan seperti irigasi, penyewa kios di pasar, MCK, fasilitas
air bersih dan prasarana lainnya.

Bentuk Iuran/retribusi sangat dipengaruhi oleh beberapa hal berikut :

SKALA PELAYANAN PRASARANA


Skala pelayanan merupakan cakupan luas daerah (jumlah warga pemanfaat) yang dapat dilayani
oleh suatu prasarana. Berdasarkan pada cakupan layanan prasarana yang dibangun maka secara
umum prasarana yang dibangun melalui PNPM Mandiri Perkotaan dapat dibedakan menjadi 3,
yaitu:
a. Prasarana Umum (Publik), Setiap orang boleh mempergunakan prasarana tersebut. Dalam
arti bahwa tidak ada orang yang dapat dikecualikan dalam penggunaannya, misalnya jalan.
b. Prasarana Kelompok, Prasarana yang hanya dapat manfaatkan oleh sekelompok orang,
misalnya saluran irigasi. Yang mempergunakan saluran irigasi ini antara lain adalah petani-
petani yang mempunyai lahan di sekitar saluran irigasi tersebut, orang-orang yang
mempunyai kolam di sekitarnya, dll.
c. Prasarana Pribadi/Individual, Prasarana yang hanya dapat dimanfaatkan oleh orang
seorang/individual. Prasarana ini biasanya dibangun oleh perseorangan/keluarga untuk
mencukupi kebutuhannya, misalnya jamban keluarga. Pemakai jamban tersebut adalah
keluarga yang membangunnya.

Skala pelayanan prasarana sangat ditentukan oleh jenis prasarana yang dibangun. Apakah prasarana
itu menyentuh kebutuhan semua keluarga atau masyarakat baik secara langsung maupun tidak
langsung. Misalnya jalan akan memiliki skala pelayanan yang cukup luas dibandingkan dengan MCK
yang skala pelayanannya hanya pada warga pemanfaat disekitarnya (kelompok tertentu) saja.

Gambar tersebut memperlihatkan skala pelayanan sebuah ruas jalan dan MCK pada suatu
kelurahan/desa. Rumah tangga yang digambarkan dengan kota-kotak tersebut adalah penerima
manfaat dengan adanya pembangunan jalan tersebut, tanpa harus memperhatikan rumah tangga
apakah berada di dalam maupun di luar desa. Sedangkan MCK hanya dimanfaatkan oleh keluarga

116 Bahan Bacaan | Infrastruktur


PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

disekitarnya saja (4 rumah). Identifikasi pelayanan ini sangat penting untuk melihat seberapa banyak
jumlah warga pemanfaat dapat dilibatkan.

Selain itu, identifikasi prasarana berdasarkan jenisnya ini akan menentukan “mudah tidaknya
pembiayaan (cost recovery)” prasarana untuk operasi dan pemeliharaan. Sebagai contoh seperti
tabel berikut.

Tabel Kemungkinan Cost Recovery Berdasarkan Jenis Prasarana


Prasarana Umum Prasarana Kelompok
Kemungkinan mudah menarik - Tambatan perahu - Saluran irigasi
“retribusi” - Lantai jemur
- Gudang penyimpanan
- MCK
- Air bersih
Kemungkinan sulit menarik “retribusi” - Jalan
- Jembatan

MANFAAT YANG DITERIMA OLEH MASYARAKAT


Khusus untuk prasarana yang termasuk dalam prasarana umum, seperti jalan, jembatan,
tambatan perahu, pasar, dll, perlu dipikirkan apakah memiliki skala pelayanan yang lebih luas,
sehingga perlu diidentifikasi hal-hal sebagai berikut :
a. Penerima manfaat langsung
Yaitu Warga yang memperoleh manfaat secara langsung karena mempergunakan prasarana
yang bersangkutan. Sebagai contoh adalah prasarana jalan, penerima manfaat langsung
adalah orang yang mempergunakan jalan tersebut. Orang tersebut akan memperoleh
manfaat dengan kemudahan dalam transportasi, waktu tempuh menjadi pendek dll.
b. Penerima manfaat tidak langsung
Yaitu Warga yang memperoleh manfaat dari pembangunan prasarana tanpa harus
mempergunakan prasarana tersebut. Sebagai contoh adalah pembangunan prasarana jalan,
penerima manfaat tidak langsung misalnya orang yang mempunyai toko/warung di pinggir
jalan tersebut, orang yang mempunyai tanah di pinggir jalan tersebut karena harga tanah
meningkat dll.

Besarnya manfaat yang diterima oleh seseorang akan mempengaruhi kemungkinan dapat
tidaknya penerima manfaat tersebut dikenai “iuran/retribusi”. Semakin besar manfaat yang
diterima, maka semakin besar kemungkinan dikenakan iuran/retribusi.

PROFIL KELOMPOK PENERIMA MANFAAT


Tinjauan profil kelompok pemanfaat terutama dipergunakan untuk prasarana yang termasuk
dalam public goods/parasarana umum, kelompok pemanfaat sangat beraneka ragam tergantung
pada berbagai karakteristik tertentu, misalnya :
1. Karakteristik Fungsional :
Klasifikasi berdasarkan karakteristik fungsional berkaitan dengan posisi pengguna dalam
kaitannya dengan pemanfaatan prasarana. Misalnya :
a. Bis yang memanfaatkan prasarana jalan maka kelompok pengguna dapat diklasifikasikan
sebagai berikut :
Perusahaan bis
Sopir bis
Penumpang bis
Bahan Bacaan | Infrastruktur 117
PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

b. Perahu yang memanfaatkan prasarana tambatan perahu maka kelompok pengguna dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
Pemilik perahu
Pengemudi perahu
Penumpang perahu

Karakteristik penerima manfaat akan mempengaruhi kemungkinan dapat tidaknya penerima


manfaat tersebut dikenai “iuran”. Semakin banyak orang menerima manfaat, maka semakin
besar kemungkinan dikenakan retribusi.
2. Karakteristik Sosial Ekonomi :
Tinjauan terhadap karakteristik sosial ekonomi adalah berdasarkan status sosial ekonomi
kelompok pemanfaat, dapat mencakup :
a. Frekwensi Penggunaan Prasarana, Sebagai contoh adalah seorang petani yang
memanfaatkan prasarana tertentu dapat dikelompokkan menjadi :
Petani yang memiliki lahan cukup luas
Petani pemilik lahan sempit
Petani penggarap

Dapat dilihat sampai seberapa banyak frekwensi penggunaan prasarana oleh ketiga
kelompok pemanfaat tersebut. Frekwensi penggunaan prasarana kemungkinan akan
dapat mempengaruhi besarnya “iuran” yang dapat ditarik dari pengguna. Semakin sering
seseorang/sekolompok menggunakan prasarana maka semakin besar pentensi
dikenakan iuran dan sebaliknya.

b. Tingkat kemampuan ekonomi masyarakat, Misalkan seseorang yang menggunakan Air


Bersih, maka dapat dikelompokan apakah tergolong :
warga Mampu;
warga Kurang Mampu (miskin)

Dapat dilihat apakah sesorang tergolong mampu atau tidak mampu secara ekonomi. Hal
ini juga akan mempengaruhi besarnya iuran yang akan dikenakan. Semakin mampu
seseorang maka semakin besar potensi nilai iuran yang dapat dikenakan.

118 Bahan Bacaan | Infrastruktur


PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

Bahan Bacaan | Infrastruktur 119


PNPM MANDIRI | PERKOTAAN

120 Bahan Bacaan | Infrastruktur

Anda mungkin juga menyukai