Materi Pertemuan Ke 3
Materi Pertemuan Ke 3
Calon karyawan yang telah melalui proses seleksi maka akan dapat diterima diperusahaan,
namun mereka belum dapat diharapkan untuk menghasilkan kinerja yang optimal karena
pengetahuan, sikap dan keterampilan yang mereka miliki perlu disesuaikan dengan organisasi.
Perkembangan tekhnologi juga mengakibatkan munculnya peralatan dan mesin yang lebih
canggih dari sebelumnya sehingga perlu keterampilan khusus dalam mengoperasikannya. Adanya
penemuan tekhnologi mengakibatkan ada beberapa pekerjaan yang hilang atau adanya pekerjaan
yang membutuhkan pengetahuan atau keterampilan tambahan, untuk itu perlu adanya pelatihan
dan pengembangan terus menerus agar perusahaan mampu bersaing dengan perusahaan lain dan
dapat terus berkembang.
Pelatihan dapat didefinisikan sebagai suatu cara yang digunakan untuk memberikan atau
meningkatkan keterampilan yang dibutuhkan untuk mengerjakan pekerjaan saat ini.
Rivai (2004) menyatakan bahwa, ”Pelatihan adalah proses secara sistematis mengubah/
memodifikasi tingkah laku karyawan untuk mencapai tujuan organisasi.
Pada umumnya, tujuan dilakukan program pelatihan dan pengembangan adalah untuk
kepentingan karyawan dan perusahaan.
Kepentingan karyawan:
Kepentingan perusahaan:
Menurut Sirait (2006), “Manfaat pelatihan juga dirasakan di kemudian hari, disamping kenyataan
bahwa apabila kita membicarakan pelatihan berarti kita bicara juga pengembangan. Ada
beberapa alasan mengapa pelatihan dan pengembangan diperlukan:
1). Program orientasi belum cukup bagi penyelesaian tugas-tugas, meskipun program orientasi
dilakukan secara lengkap.
2). Adanya perubahan-perubahan dalam teknik penyelesaian tugas. Adanya cara penyelesaian
tugas yang baru, ketidakmampuan itu akan meningkat sehingga orang perlu dilatih
Dimensi program pelatihan yang efektif yang diberikan perusahaan kepada karyawannya
dapat diukur melalui:
1. Isi pelatihan, yaitu apakah isi program pelatihan relevan dan sejalan dengan kebutuhan
pelatihan, dan apakah pelatihan itu up to date.
2. Metode pelatihan, apakah metode pelatihan yang diberikan sesuai untuk subjek itu dan
apakah metode pelatihan tersebut sesuai dengan gaya belajar peserta pelatihan.
3. Sikap dan keterampilan instruktur, yaitu apakah instruktur mempunyai sikap dan
keterampilan penyampaian yang mendorong orang untuk belajar.
4. Lama waktu pelatihan, yaitu berapa lama waktu pemberian materi pokok yang harus
dipelajari dan seberapa cepat tempo penyampaian materi tersebut.
5. Fasilitas pelatihan, yaitu apakah tempat penyelenggaraan pelatihan dapat dikendalikan oleh
instruktur, apakah relevan dengan jenis pelatihan, dan apakah makanannya memuaskan
(Sofyandi, 2008).
3). Program content and learning principles (penentuan isi program dan prinsip belajar)
5). Know about skill, knowledge ability of workers (mengetahui ketrampilan pengetahuan
para karyawan)
Metode Pelatihan
Ada berbagai metode yang dapat digunakan untuk pelatihan dan pengembangan dan pada
dasarnya dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok yaitu on the job training dan off the job
training.
Ada beberapa jenis metode pelatihan Off the job training, yaitu:
2. Pembelajaran terprogram
Suatu program sistematik untuk mengajarkan keterampilan mencakup penyajian
pertanyaan atau fakta, memungkinkan orang itu untuk memberikan tanggapan dan
memberikan peserta belajar umpan balik segera tentang kecermatan jawabannya.
3. Simulasi
Merupakan pelatihan yang dilakukan dalam suatu ruangan khusus terpisah dari tempat
kerja biasa dan disediakan peralatan yang sama seperti yag akan digunakan pada
pekerjaan sebenarnya.
4. Studi kasus
Dalam metode ini disajikan kepada petatar masalah-masalah perusahaan secara tertulis
kemudian petatar menganalisis kasus tersebut secaara pribadi, mendiagnosis masalah
dan menyampaikan penemuan dan pemecahannya di dalam sebuah diskusi.
5. Seminar
Metode seminar ini bertujuan mengembangkan keahlian kecakapan peserta untuk
menilai dan memberikan saran-saran yang konstruktif mengenai pendapat orang lain
(Panggabean, 2002).
Pelatihan menurut Munandar (2008) dalam Sikula (1976) adalah: Proses pendidikan jangka
pendek yang mempergunakan prosedur sistematis dan terorganisir sehingga tenaga kerja non
manajerial mempelajari pengetahuan dan keterampilan tekhnis untuk tujuan tertentu.
1. Meningkatkan produktivitas
2. Meningkatkan mutu/kualitas
3. Meningkatkan ketepatan dalam perencanaan sumber daya manusia
4. Meningkatkan semangat kerja, kegairahan kerja dan motivasi kerja.
5. Menarik dan mempertahankan tenaga kerja yang baik
6. Menjaga Kesehatan dan Keselamatan tenaga kerja
7. Menghindari keusangan
8. Menunjang pertumbuhan pribadi/need for achivement
Merupakan teori yang didasarkan pada pengembangan perilaku adalah hasil dari satu objek
yang dipaparkan kepada suatu rangsangan. Adapun yang termasuk penganut teori ini adalah Ivan
Pavlov (Rusia), Thorndike, Hull dan Chisnall
● Ivan Pavlov: melakukan eksperimen dengan seekor anjing, ia melihat bahwa anjing ketika
melihat makanan secara otomatis mengeluarkan air liur artinya ada rangsangan yang tidak
dipelajari atau tidak dikondisikan. Kemudian ia berusaha membuat rangsangan itu menjadi
terkondisi yaitu dengan membunyikan bel beberapa kali sebelum makanan diberikan
kepada anjing setelah bekali-kali anjing terbiasa mengeluarkan air liur ketika bel
dibunyikan. Hal ini disebutconditioning refleks.
● Thorndike : dikenal dengan teori The Law of effect (Hukum dari akibat). Ia melakukan
eksperimen dengan seekor kucing yang dimasukkan kedalam kotak. Kucing tersebut
berusaha mengeluarkan diri dari kotak tersebut dengan mencoba berulang kali dan salah,
hingga pada akhirnya kucing menemukan cara yang membuat dia dapat melepaskan diri,
artinya makhluk jika ingin memecahkan suatu masalah harus mencoba dan mencoba (trial
and errror) sampai akhirnya menemukan jalan keluar yang paling baik bagi dirinya dan
lingkungan.
● Hull: ia memperluas hukum akibat dari thorndike yaitu dengan memasukkan unsur
motivasi kedalamnya, artinya jika manusia dapat memecahkan masalahnya dengan baik
maka ia pantas diberikan penghargaaan/hadiah/ reward.
● Chisnall: menurut Chisnall pembelajaran dari Hull didasari oleh pembentukan kebiasaan
yang memilki empat variabel peubah yaitu a) jumlah dari pengukuhan atau cobaan, b)
besaran ( magnitude) dari hadiah c) penundaan waktu dari penerimaan hadiah dan d)
jangka waktu.
Ada lima konsep pembelajaran agar prosesnya dapat berjalan efektif, antara lain:
1. Motivasi
Pembelajaran terjadi jika seseorang memiliki motivasi untuk belajar. Sebagai contoh
mahasiswa yang mengikuti kursus bahasa Inggris karena mengharapkan bahwa selesai
kursus dia akan mudah mendapatkan pekerjaan atau ingin mendapatkan penghargaan dari
teman-temannya. Motif dapat juga berarti keinginan, hasrat atau desakan untuk melakukan
sesuatu. Adapun mengenai teori-teori motivasi sudah banyak dikupas dalam manajemen
sumber daya manusia dan perilaku organisasi.
2. Pengukuhan kembali (Reinforcement) B.F Skinner
artinya setiap kejadian yang meningkatkan kemungkinan timbulnya perilaku khusus
dianggap mengukuhkan kembali. Pengukuhan kembali yang positif perlu diusahakan jika
hasil proses pembelajaran menghasilkan sesuatu yang diharapkan. Dalam pelatihan
seorang trainee mampu memecahkan masalah manajerial dengan menggunakan teknik
pemecahan masalah tertentu dengan hasil baik, maka perilakunya perlu dikukuhkan
kembali secara positif dengan memberi pujian misalnya atau memberi kesempatan untuk
memecahkan masalah yang lain.
3. Pengetahuan tentang hasil.
Feedback (umpan balik) yang didapat dari peserta traningdapat membuat mereka
mengetahui mana yang telah dikuasai, telah dilakukan dengan baik dan yang belum
dikuasai.
4. Praktek Pembelajaran melalui penghayatan
Maksudnya adalah bahwa harus ada praktek yang aktif agar orang dapat mengulang-
ngulang apa yang harus mereka pelajari dan hayati sehingga akhrinya menguasai
pengetahuannya atau keterampilannya.
5. Transfer of Traning (pemindahan dari pelatihan)
Apa yang sudah dipelajari dalam traning seringkali tidak berhasil dibawa dan diterapkan
dalam kejadian nyata, sehingga perlu diciptakan unsur atau kejadian yang sama persis
antara situasi kerja yang sebenarnya dengan siatuasi pada saat pelatihan/ simulasi.
4.2. Prinsip Pembelajaran
Prinsip pembelajaran yang paling ideal untuk dilakukan terdiri atas proses pembelajaran
asosiatif, pembelajaran selektif (operant conditioning) pembedaan penginderaan, perolehan
keterampilanpemahaman dan insight serta perubahan sikap.
Penyusunan program pelatihan dan pengembangan terdiri dari beberapa tahap yaitu:
Biasanya ada empat (4) macam keterampilan yang sering dilatih yaitu:
a.Knowledge based skils (keterampilan berdasarkan pengetahuan)
b. Singular behavior skills (keterampilan perilaku sederhana)
c. Limited interpersonal skills (keterampilan antar pribadi terbatas) dan,
d. Social interaktif skills ( keterampilan interaktif sosial).
Studi pekerjaan dapat dilakukan melalui assessment dari tenaga kerja, yang dilakukan
langsung oleh atasan dalam rangka penilaian kinerja. Selain itu dapat pula dilakukan di assessment
center (pusat penaksiran) atau dapat juga dilakukan disuatu badan (Lebaga Manajemen, Lembaga
pelatihan, atau biro konsultan).
Pada dasarnya ada dua sasaran yang dituju yaitu sasaran umum dan sasaran khusus.
Sasaran umum ditujukan pada peserta pelatihan secara keseluruhan sedangkan sasaran khusus
terdiri dari:
1. Sasaran kognitif ( sasaran perilaku) seperti mampu menilai, mampu menganalisis, mampu
membedakan dan lain-lain.
2. Sasaran afektif meliputi perilaku yang berhubungan dengan perasaan dan sikap. Misalnya
perilaku tentang kesediaan, kecenderungan terhadap suatu hal dansebagainya.
3. Sasaran psikomotor meliputi perilaku gerak, misalnya mengetik, membuat laporan, dan
sebagainya.
Adapun model penilaian keefektifan program pelatihan dan pengembangan terdiri dari:
Pada model ini tes hanya diberikan pada akhir pelatihan (post test) yang terdiri dari
pertanyaan yang menggambarkan sasaran pembelajaran. Jika tujuan penilaian ialah apakah
sasaran program pelatihan ini tercapai, maka model after only dapat digunakan. Tetapi jika
tujuan penilaian ialah ingin mengetahui apakah terjadi perubahan (proses belajar) maka model
penilaian ini dinilai kurang tepat.
Pada model ini karyawan dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok eksperimental
(kelompok yang mengikuti pelatihan) dan kelompok kontrol (yang tidak mengikuti pelatihan).
Kedua kelompok mendapat pre –test dan post- test. Jika hasil pre tes dan post tes dari kelompok
eksperimental secara statistik lebih tinggi daripada kelompok kontrol maka berarti telah terjadi
perubahan, telah terjadi proses pembelajaran dan sasaran atau tujuan pelatihan telah tercapai.