Anda di halaman 1dari 4

TUGAS REVIEW ARTIKEL

KRISIS EKONOMI MONETER INDONESIA

1. Identitas artikel
Nama penulis : Prof. Dr. Lepi T. Tarmidi
Judul Artikel : Krisis Moneter Indonesia : Sebab, Dampak, Peran IMF dan Saran
Jumlah halaman : 125 halaman

2. Pendahuluan
Krisis moneter yang melanda Indonesia sejak awal Juli 1997, sementara ini telah
berlangsung hampir dua tahun dan telah berubah menjadi krisis ekonomi, yakni lumpuhnya
kegiatan ekonomi karena semakin banyak perusahaan yang tutup dan meningkatnya jumlah
pekerja yang menganggur. Memang krisis ini tidak seluruhnya disebabkan karena terjadinya
krisis moneter saja, karena sebagian diperberat oleh berbagai musibah nasional yang datang
secara bertubi-tubi di tengah kesulitan ekonomi seperti kegagalan panen padi di banyak
tempat karena musim kering yang panjang dan terparah selama 50 tahun terakhir, hama,
kebakaran hutan secara besar-besaran di Kalimantan dan peristiwa kerusuhan yang melanda
banyak kota pada pertengahan Mei 1998 lalu dan kelanjutannya. Krisis moneter ini terjadi,
meskipun fundamental ekonomi Indonesia di masa lalu dipandang cukup kuat dan
disanjung-sanjung oleh Bank Dunia (lihat World Bank: Bab 2 dan Hollinger).

3. Permasalahan
Penyebab dari krisis ini bukanlah fundamental ekonomi Indonesia yang selama ini
lemah, hal ini dapat dilihat dari data-data statistik di atas, tetapi terutama karena utang
swasta luar negeri yang telah mencapai jumlah yang besar. Yang jebol bukanlah sektor
rupiah dalam negeri, melainkan sektor luar negeri, khususnya nilai tukar dollar AS yang
mengalami overshooting yang sangat jauh dari nilai nyatanya1 . Krisis yang berkepanjangan
ini adalah krisis merosotnya nilai tukar rupiah yang sangat tajam, akibat dari serbuan yang
mendadak dan secara bertubi-tubi terhadap dollar AS (spekulasi) dan jatuh temponya utang
swasta luar negeri dalam jumlah besar.
Sementara menurut penilaian penulis, penyebab utama dari terjadinya krisis yang
berkepanjangan ini adalah merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS yang sangat
tajam, meskipun ini bukan faktor satu-satunya, tetapi ada banyak faktor lainnya yang
berbeda menurut sisi pandang masing-masing pengamat
4. Hasil Penelitian
Penyebab dari krisis ini bukanlah fundamental ekonomi Indonesia yang selama ini
lemah, hal ini dapat dilihat dari data-data statistik di atas, tetapi terutama karena utang
swasta luar negeri yang telah mencapai jumlah yang besar. Sementara menurut penilaian
penulis, penyebab utama dari terjadinya krisis yang berkepanjangan ini adalah merosotnya
nilai tukar rupiah terhadap dollar AS yang sangat tajam, meskipun ini bukan faktor satu-
satunya, tetapi ada banyak faktor lainnya yang berbeda menurut sisi pandang masing-masing
pengamat.
Timbulnya krisis berkaitan dengan jatuhnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS
secara tajam, yakni sektor ekonomi luar negeri, dan kurang dipengaruhi oleh sektor riil
dalam negeri, meskipun kelemahan sektor riil dalam negeri mempunyai pengaruh terhadap
melemahnya nilai tukar rupiah. Membenahi sektor riil saja, tidak memecahkan
permasalahan. Krisis pecah karena terdapat ketidak seimbangan antara kebutuhan akan valas
dalam jangka pendek dengan jumlah devisa yang tersedia, yang menyebabkan nilai dollar
AS melambung dan tidak terbendung.
Menurut IMF, krisis ekonomi yang berkepanjangan di Indonesia disebabkan
karena pemerintah baru meminta bantuan IMF setelah rupiah sudah sangat terdepresiasi.
Strategi pemulihan IMF dalam garis besarnya adalah mengembalikan kepercayaan pada
mata uang, yaitu dengan membuat mata uang itu sendiri menarik. Inti dari setiap program
pemulihan ekonomi adalah restrukturisasi sektor finansial. (Fischer 1998b). Sementara itu
pemerintah Indonesia telah enam kali memperbaharui persetujuannya dengan IMF, Second
Supplementary Memorandum of Economic and Financial Policies (MEFP) tanggal 24 Juni,
kemudian 29 Juli 1998, dan yang terakhir adalah review yang keempat, tanggal 16 Maret
1999. Program bantuan IMF pertama ditanda-tangani pada tanggal 31 Oktober 1997.
Program reformasi ekonomi yang disarankan IMF ini mencakup empat bidang:
1. Penyehatan sektor keuangan;
2. Kebijakan fiskal;
3. Kebijakan moneter;
4. Penyesuaian structural

5. Kelebihan Artikel
a) Artikl ini memiliki kelengkapan data yang diberikan seperti tentang asal mula krsisi ini
terjadi dan lain sebagainya.
b) Kelebihan artikel ini adalah dimana objek penelitian yang menarik dan banyak dicari
orang dalam mengokah informasi

6. Kekurangan Artikel
a) Kekurangan dari artikel ini adalah tidak kompleks atau tidak medetailnya dalam
melampirkan dampak dari krisis moneter tersebut

7. Kesimpulan
Perkembangan Perum Pegadaian dalam tiga tahun terakhir cukup pesat,
khususnya tahun 1998 (setahun terakhir) terjadi pelonjakan kinerja terutama karena
beralihnya sebagian nasabah perbankan ke Perum Pegadaian. Perum Pegadaian telah ikut
berperan dalam kegiatan pembiayaan usaha kecil. Jaringan Perum pegadaian yang didukung
oleh 633 kantor menjangkau seluruh wilayah Indonesia sampai ke pedesaan. Kredit yang
diberikan terutama kepada nasabah menengah ke bawah yang pada umumnya bergerak di
sektor informal dan tidak memiliki akses ke perbankan. Peran Perum Pegadaian dalam
mendukung pemberdayaan ekonomi rakyat cukup besar terlihat dari jumlah nasabah
mencapai 6,6 juta (September 1998) dengan mayoritas merupakan nasabah mikro (40,5%).
Secara makro dan jika dibandingkan dengan BPR dan BRI UDes yang memiliki pasar yang
hampir sama, sumbangan Perum Pegadaian dalam pemberian kredit masih lebih rendah.
Meskipun demikian, Perum Pegadaian memiliki keunggulan dalam kualitas pinjaman yang
diberikan, profitabilitas dan efisiensi. Keunggulan dalam profitabilitas dan efisiensi tersebut
terutama disebabkan oleh tingginya sewa modal yang dikenakan (hampir sama dengan suku
bunga perbankan), sementara dana yang diperoleh sebagian besar bersuku bunga rendah.
Dalam tiga tahun terakhir telah terjadi pergeseran pemberian kredit dari nasabah kecil ke
nasabah besar. Hal ini terutama disebabkan oleh perubahan orientasi kebijakan Perum
Pegadaian untuk meningkatkan laba serta kenaikan golongan pinjaman karena adanya
kenaikan harga barang jaminan. Pada periode Agustus s.d September 1998, Perum
Pegadaian mengalami kesulitan likuiditas akibat lonjakan permintaan nasabah dan
kurangnya peminat obligasi yang diterbitkan, sementara dana pelunasan obligasi yang
dihimpun (sinking fund) kurang memadai. Untuk memenuhi lonjakan tersebut, Perum
Pegadaian melakukan penarikan overdraft sangat besar sehingga mengakibatkan
penghentian pemberian fasilitas overdraft BRI. Untuk menutupi kekurangan dana tersebut
(khususnya modal kerja), Perum Pegadaian telah memperoleh fasilitas RDI dari Pemerintah
dan KLBI. Suku bunga (sewa modal) yang dikenakan Perum Pegadaian kepada nasabah saat
ini relatif tinggi. Namun masih terdapat peluang (room) bagi Perum Pegadaian untuk
menurunkan sewa modal khususnya untuk golongan B, C dan D dengan tetap memberikan
subsidi bagi golongan A, serta meningkatkan porsi pemberian kredit bagi golongan A tanpa
menimbulkan kerugian bagi Perum Pegadaian. Perum Pegadaian mempunyai beberapa
kelemahan struktural yang dapat menghambat peningkatan kinerja dan merupakan potensi
timbulnya berbagai penyimpangan yaitu : terlalu luasnya rentang kendali manajemen yang
tidak didukung dengan sistem dan sarana pengawasan/ pelaporan yang memadai, serta
sistem manajemen yang sangat sentralistik. Sistem manajemen pendanaan secara sentralistik
yang diterapkan Perum Pegadaian sampai saat ini nampaknya sangat sejalan dengan teori
FF, namun dari penelitian diperoleh temuan bahwa daerah juga mempunyai potensi
pendanaan (sesuai dengan teori RFM), sehingga Kanda berpotensi untuk mencari dana
pinjaman sendiri.

8. Daftar pustaka
Egaitsu, Fumio (1986). Rural Financial Markets : Two School of Thoughts, dalam Farm
Finance and Agricultural Development. Tokyo : Asian Productivity Organization.
Husnan, Suad (1985). Manajemen Keuangan : Teori dan Penerapan (Keputusan Jangka
Pendek) Jilid 2. Penerbit BPFE Yogyakarta.
PERUM PEGADAIAN (1997). Company Profile Perum Pegadaian
___________________. Pedoman Operasional Kantor Cabang.
___________________. Prospektus Obligasi V Perum Pegadaian Tahun 1998.
___________________ (1997). Pedoman Pemeriksaan Satuan Pengawasan Intern Perum
Pegadaian.
___________________. Surat-Surat Keputusan Direksi Perum Pegadaian.
___________________. Laporan-Laporan Operasional Bulanan dan Tahunan
___________________. Laporan-Laporan Keuangan
Robinson, Marguerite S (1992). Rural Financial Intermediation : Lessons From Indonesia
Part One The Bank Rakyat Indonesia : Rural Banking, 1970-91. Development
Discussion Paper No. 434. Harvard Institute for International Development. Harvard
University.
Tim Analisis Jabatan Perum Pegadaian (1990). Uraian Tugas dan Kegiatan : Direktorat
Operasi dan Pengembangan, Direktorat Keuangan, dan Direktorat Umum.
Weston, J. Fred dan Brigham, Eugene F (1981). Manajemen Keuangan Edisi ke-7 Jilid I
(Terjemahan dari Managerial Finance 7th edition). Penerbit Erlangga Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai