Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH SEJARAH INDONESIA

Analisis Perkembangan Kehidupan Pada Masa Kerajaan Islam Di Indonesia

Disusun Oleh
Cinta Zakia Purnama Sari
X IPS 2

SMA NEGERI 1 BEKASI


TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah
yang berjudul “Analisis Perkembangan Kehidupan Pada Masa Kerajaan Islam di
Indonesia” dapat tersusun sampai dengan selesai.
Tidak lupa saya mengucapkan terimakasih kepada ibu Hendriyati yang telah
memberikan tugas makalah analisis ini.
Saya sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca.
Bagi saya sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman saya.
Untuk itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.

Bekasi, 29 Maret 2022


Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................2
DAFTAR ISI.......................................................................................................3
BAB I.................................................................................................................4
PENDAHULUAN...............................................................................................4
1.1 Latar Belakang......................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian..................................................................................4
BAB II................................................................................................................5
PEMBAHASAN.................................................................................................5
1. Masuknya Islam ke Nusantara………………………………………………5
2. Penyebaran Islam di Indonesia……………………………………………..7
3. Kehidupan masyarakat di masa kerajaan Islam…………..………………9
4. Sistem pemerintahan masa Islam………………………….…..…………..11
5. Sistem kebudayaan pada masa kerajaan Islam…………………...……..13
6. Peninggalan kerajaan yang masih ada sampai sekarang…………….…15
BAB III…………………………………………………………………………….…..17
KESIMPULAN…………………………………………………………….………….17
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara dengan penganut agama Islam terbesar di dunia,
karena 87 persen penduduk Indonesia adalah pemeluk agama Islam. Islam sudah
mulai berkembang lagi sejak abad ke-7 dan berkembang secara pesat ke seluruh dunia
dari waktu ke waktu. Dalam penyebarannya secara otomatis Islam telah meletakkan
nilai-nilai kebudayaannya.
Kedatangan agama Islam ke wilayah Nusantara mempunyai cukup banyak versi,
diantara lain adalah teori dari Gujarat dan dari orang Arab yang singgah dalam
pelayaranya. Berkenaan dengan teori Arab ini, di Indonesia sudah beberapa kali
diadakan seminar tentang masuknya Islam ke Indonesia.
Kebudayaan islam digunakan sebagai pedoman agar manusia tidak terjerumus
dalam hal-hal yang negatif dan manusia akan lebih dapat memilah-milah bagian-bagian
yang positif dan negative untuk diri pribadi dan orang lain.
Dengan peradaban manusia yang semakin modern maka pola hidup manusia
akan lebih berkembang. Apabila dikaitkan dengan kebudayaan islam maka manusia
merupakan suatu fungsi yang di gunakan untuk meneruskan kebudayaan islam dimasa
lalu untuk menjalankan peradaban modern.
Dan inilah hasil analisis saya tentang kebudayaan islam yang masih berkembang
dan berkelanjutan sampai sekarang.Dengan masuknya agama Islam dari negara Arab,
maka dimulailah peradaban Islam di Indonesia.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah proses masuknya agama Islam ke Indonesia?
2. Bagaimana terjadinya penyebaran Islam ke Nusantara?
3. Bagaimanakah kehidupan masyarakat, pemerintahan, dan kebudayaan pada
masa kerajaan Islam?
4. Apa saja peninggalan kerajaan Islam yang masih ada sampai sekarang?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui proses masuknya agama Islam ke Indonesia
2. Untuk mengetahui terjadinya penyebaran Islan ke Nusantara
3. Agar mengetahui kehidupan masyarakat, pemerintahan, dan kebudayaan
yang terjadi pada masa kerajaan Islam
4. Mengetahui ada apa saja peninggalan kerajaan Islam yang masih ada hingga
detik ini yang terletak di Indonesia

BAB II

PEMBAHASAN

1. Masuknya Islam ke Nusantara


Islam merupakan agama yang dianut oleh mayoritas masyarakat Nusantara. Ada
banyak teori yang menyebutkan bagaimana awal mula sejarah masuknya agama Islam
ke Indonesia dan akhirnya menjadi agama yang banyak dianut oleh Sebagian besar
masyarakat di nusantara pada kala itu. Teori-teori tersebut juga memiliki bukti sehingga
dipercaya sejarah masuknya agama Islam ke Indonesia sesuai dengan teori-teori yang
ada. Para ahli sejarah memberikan 4 teori bagaimana proses masuknya Islam ke
Nusantara. Masing-masing teori dijelaskan berdasarkan rentan waktu yang berbeda.
Mulai dari abad ke 7, hingga ada pula yang menyebutkan abad ke 13.

Teori Gujarat
Teori ini dicetuskan oleh GWJ. Drewes dan di kembangkan oleh Snouck
Hurgronje dan kawan-kawan, selain itu teori india atau teori Gujarat ini juga disetujui
oleh sejarawan Indonesia Sucipto Wirjosuprato yang meyakini awal mula sejarah
masuknya islam di Indonesia adalah melalu india (Gujarat).
Teori ini beranggapan bahwa agama dan kebudayaan Islam dibawa oleh para
pedagang dari daerah Gujarat, India yang berlayar melewati selat Malaka. Teori ini
menjelaskan bahwa kedatangan Islam ke Nusantara sekitar abad ke 13, melalui kontak
para pedagang dan kerajaan Samudera Pasai yang menguasai selat Malaka pada saat
itu.
Teori Arab (Mekkah)
Teori ini didukung oleh J.C. van Leur hingga Buya Hamka atau Abdul Malik
Karim Amrullah. Dalam teori ini dijelaskan bahwa Islam di Nusantara dibawa langsung
oleh para musafir dari Arab yang memiliki semangat untuk menyebarkan Islam ke
seluruh dunia pada abad ke 7. Hal ini diperkuat dengan adanya sebuah perkampungan
Arab di Barus, Sumatera Utara yang dikenal dengan nama Bandar Khalifah.
Teori ini juga didukung oleh TW. Arnold yang menyatakan bahwa pada masa itu
Bangsa Arab merupakan bangsa yang dominan dalam perdagangan di nusantara.
Kemudian mereka menikah dengan warga pribumi dan berdakwah di nusantara.

Teori Persia (Iran)


Teori yang satu ini didukung oleh Husen Djadjadiningrat dan Umar Amir Husen.
Djajadiningrat berpendapat jika teori Persia ini selaras dengan awal mula masuknya
Islam ke Indonesia. Hal ini dikarenakan menurut Djajadiningrat kebudayaan Islam di
nusantara memiliki banyak kesamaan dengan kebudayaan Islam di Persia. Contohnya
adalah peringatan 10 Muharam Islam-Persia yang serupa dengan upacara peringatan
Tabuik/Tabut di beberapa wilayah Sumatera (Khususnya Sumatera Barat dan Jambi).

Teori Cina
Teori Cina merupakan teori yang menyebutkan bahwa asal mula sejarah
masuknya agama islam ke Indonesia berasal dari Cina, agama Islam sendiri
berkembang di Cina pada masa Dinasti Tang (618-905 Masehi). Islam masuk ke Cina
sendiri dibawa oleh panglima Muslim yang Bernama Saad bin Waqash yang berasal
dari Madinah pada masa kekhalifahan Utsman bin Affan. Bahkan salah satu kota di
Cina pada masa itu yakni kota Kanton pernah menjadi pusat dakwah muslim di Cina.
Teori ini berpendapat, bahwa migrasi masyarakat muslim China dari Kanton ke
Nusantara, khususnya Palembang pada abad ke 9 menjadi awal mula masuknya
budaya Islam ke Nusantara. Hal ini dikuatkan dengan adanya bukti bahwa Raden Patah
(Raja Demak) adalah keturunan China, penulisan gelar raja-raja Demak dengan istilah
China, dan catatan yang menyebutkan bahwa pedagang China lah yang pertama
menduduki pelabuhan di Nusantara.
2. Penyebaran Islam di Indonesia
Dalam sejarahnya, penyebaran agama Islam di Indonesia berlangsung secara cepat.
Ajaran yang memuat nilai ketakwaan pada Tuhan, kedamaian, dan kesetaraan antar
manusia menarik minat masyarakat Indonesia untuk menerima dan memeluk agama
Islam. Hal ini tercermin dengan adanya kerajaan-kerajaan Islam atau kesultanan di
berbagai wilayah Indonesia. Terdapat beberapa saluran penyebaran pengaruh Islam di
Indonesia sehingga bisa tersebar dan perkembangannya pesat di nusantara, antara lain

A. Saluran Perdagangan
Proses penyebaran Islam di Nusantara pertama kali melalui saluran
perdagangan. Pada abad ke-7 hingga abad ke-16 M, kaum saudagar muslim dari
berbagai belahan dunia seperti Arab, Persia (Iran), India, bahkan Cina, singgah di
berbagai tempat di Nusantara untuk melakukan transaksi perdagangan.
Relasi niaga ini kemudian memunculkan interaksi antara para pedagang asing
yang beragama Islam itu dengan orang-orang Nusantara di berbagai tempat yang
disinggahi. Tidak sedikit para saudagar muslim itu yang menetap di daerah-daerah
pesisir di Nusantara.
Selanjutnya, sejumlah pedagang memutuskan untuk menetapkan dan
mendirikan perkampungan. Adanya perkampungan itu membuat interaksi semakin
intens dan membuka kesempatan masyarakat sekitar untuk mengenal lebih jauh ajaran
Islam, apalagi budi dan suri teladan yang ditunjukan para pedagang semakin menarik
banyak orang untuk memeluk agama Islam.

B. Saluran Perkawinan
Saluran perkawinan adalah salah satu cara penyebaran Islam di Indonesia.
Pedagang muslim yang menetap ada yang menikah dengan putri raja atau putri
bangsawan setempat, karena kedudukan pedagang ini terhormat di mata masyarakat.
Pihak pedagang mensyaratkan pihak calon istri untuk mengucapkan kalimat syahadat
terlebih dahulu sehingga anak-anak hasil pernikahan mereka pun menganut agama
Islam yang dianut orang tuanya.
Pernikahan antara orang asing beragama Islam dengan pribumi juga terjadi di
kalangan bangsawan atau istana yang membuat penyebaran Islam semakin meluas
dan efektif. Saluran Islamisasi melalui pernikahan menjadi akar yang kuat untuk
membentuk masyarakat muslim. Inti dari masyarakat adalah keluarga. Setelah memiliki
keturunan, maka persebaran Islam semakin meluas.
C. Saluran Tasawuf
Tasawuf adalah ajaran ketuhanan yang telah bercampur dengan mistik dan hal-
hal magis. Kedatangan ahli tasawuf ke Indonesia diperkirakan sejak abad ke 13 yaitu
masa perkembangan dan penyebaran ahli-ahli tasawuf dari Persia dan India yang
sudah beragama Islam, dan baru berkembang pesat sekitar abad ke 17.
Pengaruh ajaran tasawuf banyak dijumpai dalam seni sastra berupa babad dan
hikayat. Ajaran ini terutama berkembang di Jawa karena ajaran Islam melalui tasawuf
disesuaikan dengan pola piker masyarakat yang masih berorientasi pada agama Hindu.
D. Saluran Pendidikan
Kaum wali, ulama, ustaz, syekh, guru agama, tokoh masyarakat, hingga para
pemimpin muslim memiliki peran besar dalam persebaran Islam di Nusantara. Mereka
menyebarkan islam dengan mendirikan pondok-pondok pesantren sebagai tempat
untuk memperdalam ajaran Islam.
Sebagai lembaga Islam, pesantren berperan melahirkan guru agama, kiai, atau
ulama. Maka dari pesantren inilah muncul tokoh ulama atau mubalig yang
menyebarkan Islam melalui dakwah dan anita. Disamping memberikan dakwah kepada
masyarakat, banyak juga lulusan dari pondok pesantren mendirikan pondok-pondok
pesantren baru, sehingga saluran anita Islam di Indonesia semakin tersebar.

E. Saluran Kesenian
Seni dan budaya juga bisa menjadi saluran Islamisasi yang efektif.
Berkembangnya agama Islam dapat melalui seni budaya seperti seni bangunan
(masjid), seni pahat (ukir), seni tari, seni anit, dan seni sastra. Melalui seni budaya para
kalangan ulama seperti Wali Songo mengajarkan Islam melalui pendekatan budaya
agar mudah diterima oleh kalangan masyarakat .
Di bidang seni pertunjukan, misalnya, pertunjukan wayang disisipi dengan cerita-
cerita atau tokoh-tokoh dalam ajaran Islam. Begitu pula dengan seni anit. Beberapa wali
sengaja menggubah tembang atau lagu dalam anita Jawa yang berisi tentang ajaran
Islam. Penggunaan gamelan juga demikian untuk menarik masyarakat.
3. Kehidupan masyarakat di masa kerajaan Islam

a. Kerajaan Aceh Darussalam


Di aspek sosial, Kerajaan Aceh begitu memberikan perhatian serius untuk
bidang agama, terutama agama Islam.
Kehidupan sosial di Kerajaan Aceh pada saat itu muncul dua golongan yang
saling berebut untuk menjadi golongan yang berpengaruh di Aceh. Dua golongan itu
ialah golongan Teuku dan golongan Teungku. Yang mana golongan Teuku ini
merupakan golongan dari orang-orang bangsawan yang memegang kekuasaan sipil.
Sedangkan golongan Teungku merupakan golongan dari para ulama’ yang memiliki
peran penting di dalam bidang agama. Di dalam golongan para ulama’ yang memegang
kekuasaan atas dasar agama, masih ada dua persaingan yaitu persaingan antara aliran
Syiah dengan aliran Ahlussunnah wal Jama’ah.
Pada saat kepemimpinan Sultan Iskandar Muda, aliran yang berkembang
dengan pesat adalah aliran syi’ah.Sultan Iskandar Muda juga Iskandar Thani selalu
memberikan jalan yang mulus kepada kalangan sufi anita memimpin dakwah di Aceh.
Akibatnya masyarakatnya dapat mengakses dengan mudah ajaran Islam secara
menyeluruh. Aceh juga dikenal hingga saat ini menerapkan syariat Islam dengan
sangat ketat di berbagai aspek kehidupan.

b. Kerajaan Mataram Islam


Kehidupan masyarakat di kerajaan Mataram, tertata dengan baik berdasarkan
hukum Islam tanpa meninggalkan norma-norma lama begitu saja. Dalam pemerintahan
Kerajaan Mataram Islam, Raja merupakan pemegang kekuasaan tertinggi, kemudian
diikuti oleh sejumlah pejabat kerajaan. Di bidang keagamaan terdapat penghulu, khotib,
naid, dan surantana yang bertugas memimpin upacara-upacara keagamaan. Di bidang
pengadilan, dalam istana terdapat jabatan jaksa yang bertugas menjalankan pengadilan
istana. Untuk menciptakan ketertiban di seluruh kerajaan, diciptakan peraturan yang
dinamakan anger-anger yang harus dipatuhi oleh seluruh penduduk.

c. Kerajaan Bima
Masyarakatnya memiliki tiga sifat yang berasal dari masa awal pendirian
Kerajaan Bima, yaitu sifat sabar, malu dan takut. Ketiga sifat ini diwariskan oleh Sang
Bima kepada kedua anaknya, yaitu Indra Zamrud dan Indra Kumala.
Penduduk asli di Kesultanan Bima adalah masyarakat Suku Donggo yang
menghuni wilayah pegunungan. Wilayah pemukimannya berada di Kecamatan Donggo
dan Kecamatan Wawo Tengah. Penduduk yang lainnya adalah Suku Bima. Suku ini
awalnya adalah para pendatang dari Suku Makassar dan Suku Bugis yang menghuni
wilayah pesisir Bima. Mereka kemudian menikahi penduduk asli dan menetap sebagai
penduduk di Bima pada abad ke-14. Para pendatang lain berasal dari Suku Melayu dan
Suku Minangkabau. Mereka menetap di wilayah Teluk Bima, Kampung Melayu, dan
Benteng. DI Kesultanan Bima juga terdapat pemukiman Arab yang terdiri dari para
pedagang dan mubalig.

d. Kerajaan Gowa-Tallo
Kehidupan sosial masyarakat Gowa sangat menjunjung tinggi agama Islam.
Islam telah menjadi poros utama dalam kehidupan mereka. Bahkan Ajaran Sufi telah
berkembang di Gowa berkat Syekh Yusuf al-Makasari.
Kehidupan masyarakatnya kental dengan norma Islam yang di sebut sebagai
Pangadakkang. Masyarakatnya juga mengenal anita kelas sosial. Golongan atas
adalah bangsawan dan keluarganya yang di kenal sebagai Anakarung. Rakyat di
golongan menengah di kenal sebagai Maradeka. Para budak di golongan bawah di
kenal sebagai Ata.

e. Kerajaan Salawati
Islam mengisi suatu aspek kultural mereka, karena sasaran pertama Islam hanya
tertuju kepada soal keimanan dan kebenaran tauhid saja. Oleh karena itu,
perkembangan Islam sangatlah lamban selain dikarenakan pada saat itu tidak ada
generasi penerus untuk terus mengeksiskan Islam di pulau Papua, dan merekapun
tidak memiliki wadah yang bisa menampungnya. Selain itu para raja di Maluku, Fak-fak,
dan Kalimana masih membatasi peredaran agama Islam karena jangkauan saat itu
masih susah dicapai.

4. Sistem pemerintahan masa Islam


Sebelum masa Islam yakni masa Hindu Buddha anita pemerintahan melalui
anita Kepala Suku, ini terlihat pada era sekarang adalah anita pemerintahan sudah
mengenal anita pemilihan melalui rakyatnya.
Sedangkan di masa Islam, kerajaan disebut dengan kesultanan, sehingga
pemimpinnya disebut dengan sultan (raja dalam Bahasa Arab). Ia merupakan pemipin
tertinggi. Selain sultan, sebutan lain untuk seorang pemimpin adalah maulana,
susuhan, dan panembahan.
Pengkultusan dewa yang dimiliki seorang raja tidak lagi terdapat di masa Islam.
Di masa Islam, seorang sultan memperkuat kedudukannya dengan mengaitkan dirinya
melalui garis keturunan pada Nabi Muhammad SAW. Selain itu, di dalam Islam tidak
ada anita kasta, sehingga seorang sultan bukanlah seseorang yang harus ditaati, dan
sultan juga bukan titisan dari Allah. Sultan hanyalah manusia biasa yang diberikan
kelebihan-kelebihan, sehingga pantas untuk memimpin suatu kerajaan.
Dalam hal pengangkatan raja di masa Islam, terdapat kesamaan dengan
pengangkatan raja di dalam anita pemerintahan agama Hindu Buddha. Sultan diangkat
berdasarkan garis keturunan. Jika dilihat mampu dan berwibawa untuk memimpin,
maka anak sultan akan mendapatkan takhta untuk memimpin kerajaan.

a. Kerajaan Aceh Darussalam


Menurut sejarah Aceh sebelum abat ke 13 sudah ada kerajaan-kerjaan yang
berkembang sangat gemilang dan dikenal negeri yang amat kaya dan anita. Pada
zaman itu kesultanan Aceh telah menjalin hubungan dengan kerajaan –kerajaan barat
termasuk Inggris, Ottoman dan Belanda. Kerajaan Aceh berkembang sebagai kerajaan
Islam dan mengalami kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda.
Kesultanan Aceh Darussalam sejak berdiri telah melandaskan asas negara
dengan ajaran Islam. Oleh sebab itu, kerajaan ini menjadi sebuah kerajaan Islam alias
kesultanan yang berkembang seiring mulai meredupnya pamor kerajaan-kerajaan
bercorak Hindu-Buddha di Nusantara.

b. Kerajaan Mataram Islam


Sistem pemerintahan yang dianut kerajaan Mataram Islam adalah anita Dewa-
Raja. Artinya pusat kekuasaan tertinggi dan mutlak ada pada diri sultan. Seorang sultan
atau raja sering digambarkan memiliki sifat keramat, yang kebijaksanaannya terpacar
dari kejernihan air muka dan kewibawannya yang tiada tara..

c. Kerajaan Bima
Kesultanan Bima menggunakan gelar Ruma kepada para sultannya. Gelar ini
melambangkan bahwa sultan adalah khalifah dan wakil Allah di bumi. Sultan diberi
wewenang oleh masyarakatnya untuk menjadi pemimpin dan pemerintah. Dalam
melaksanakan pemerintahan, sultan mengutamakan kepentingan masyarakat dan tidak
mementingkan keperluan pribadinya.
Pemerintahan sultan sepenuhnya dilaksanakan sesuai syariat Islam. Nilai-nilai
budaya yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam dipadukan dan membentuk tradisi
pemerintahan.
Pemerintah Hindia Belanda berkuasa di Kesultanan Bima pada tahun 1908 dan
menerapkan pemerintahan terpusat.

d. Kerajaan Gowa-Tallo
Kerajaan Gowa diperintah oleh seorang raja yang disebut Sombaya. Selain dari
raja Gowa yang pertama, tahta Kerajaan Gowa tidak pernah diduduki oleh seorang
wanita. Seorang raja Gowa yang paling dikehendaki dan yang paling memenuhi syarat,
adalah yang disebut Karaeng Ti’no (Karaeng = raja, Ti’no = masak atau matang) .
Karaeng Ti’no di Gowa ialah seorang yang baik ayah maupun Ibunya berdarah
bangsawan tertinggi dan harus seorang keturunan langsung dari Tumanurunga ri
Tamalate (Ratu atau raja Gowa yang pertama).
Raja Gowa mempunyai kekuasaan yang mutlak (absolut). Betapa mutlaknya
kekuasaan raja Gowa dapatlah kita gambarkan pada sebuah kalimat dalam anita
Makassar : “Makkanama’ Numammio’” yang artinya : “Aku berkata dan engkau
mengiyakan”

e. Kerajaan Salawati
Persekutuan-persekutuan hukum adat di Raja Ampat jika dilihat dari anita
hubungan kekuasaan dapat dikategorikan dalam suatu kesatuan pemerintahan yang
berbentuk konfederasi, yakni konfederasi persekutuan hukum adat. Bentuk konfederasi
dimaksud ditandai dengan adanya hubungan kekuasaan secara anita dari beberapa
persekutuan hukum pada salah satu persekutuan hukum yang disepakati bersama
sebagai yang memegang kekuasaan tertinggi terutama dalam hal melakukan hubungan
eksternal persekutuan.
Selain itu pada kerajaan tradisional atau yang menurut hukum ketatanegaraan
adat setempat dikenal dengan sebutan kapitla atau kalana. Itu hanya memiliki satu
anita persekutuan berupa bendera yang di pegang dan dikuasai kerajaan tradisional
Masing-masing persekutuan hukum dalam kelompok persekutuan Raja Ampat
dimaksud memiliki kemerdekaan dan kekuasaan-kekuasaan sendiri yang bersifat
internal dalam menyelenggarakan pemerintahan.

5. Sistem kebudayaan pada masa kerajaan Islam


Islam pada masa kerajaan Islam melalui seni budaya kehidupan masyarakatnya
yaitu atas peninggalan agama Hindu Buddha sendiri menghasilkan kesenian dan anita
Islam anita seni budaya tersebut berkembang untuk berdakwah. Di era zaman
sekarang, seni budaya tersebut berupa seni kaligrafi yang berupa lukisan dari ayat suci
Al-Quran, seni bangunannya memiliki masjid dengan pintu – pintu disekeliling masjid
untuk mempermudah jamaah masuk.
Berkembangnya kebudayaan islam tidak menggantikan atau memusnahkan
kebudayaan yang sudah ada. Hingga terjadilah Akulturasi Budaya, antara kebudayaan
Pra-Islam dengan Kebudayaan Islam.

a. Kerajaan Aceh Darussalam


Selain di bidang perekonomian, pengaruh letak yang strategis membuat
kehidupan sosial budaya di kerajaan Aceh tumbuh pesat. Hal ini disebabkan karena
interaksi dengan orang-orang luar seperti pedagang-pedagang dari Timur Tengah dan
Eropa.
Kehidupan sosial budaya dapat dilihat landasan hukum yang berlaku yang
didasari dari ajaran Islam. Hukum adat ini disebut hukum adat Makuta Alam.
Berdasarkan hukum ini, pengangkatan seorang sultan diatur dengan sedemikian rupa
dengan melibatkan ulama dan perdana anita.
Sisa-sisa arsitektur bangunan peninggalan kesultanan Aceh keberadaannya
tidak terlalu banyak, disebabkan karena sudah terbakar pada masa perang Aceh.
Beberapa bangunan yang masih tersisa contohnya seperti Istana Dalam Darud Donya
yang sekarang menjadi Pendopo Gubernur Aceh.
Selain istana, beberapa peninggalan yang masih dapat kita lihat sampai
sekarang seperti Masjid Tua Indrapuri, Benteng Indra Patra, Gunongan, Pinto Khop,
dan kompleks pemakaman keluarga kesultanan Aceh.

b. Kerajaan Mataram Islam


 Kebudayaan yang berkembang di Mataram antara lain seni tari, seni
pahat, seni sastra, dan sebagainya.
 Muncul kebudayaan kejawen yang merupakan perpaduan kebudayaan
Hindu dan Islam
 Upacara Grebeg merupakan upacara pemujaan roh nenek moyang yang
berupa keduri gunungan
 Munculnya Grebeg Syawal pada hari raya Idul Fitri
 Adanya Grebeg Maulud pada bulan Rabiul Awal
 Sultan Agung menulis kitab Sastra Gending, Nitisruti, dan Nitisastra
Astabrata

c. Kerajaan Bima
Pengaruh Islam terlihat nyata pada kebudayaan yang berkembang sesudah
agama ini mulai tumbuh dan berkembang di Bima. Perpaduan antara kebudayaan Islam
dan kebudayaan local terjalin indah dalam setiap adat dan budaya yang berkembang
dalam masyarakat. Hal ini terlihat dari berbagai kebudayaan antara lain;
Pertama “Rimpu” yang merupakan busana adat harian tradisional yang
berkembang pada masa kesultanan Bima. Sebagai pakaian yang mencerminkan
identitas Bima yang sesuai dengan ajaran agama Islam.
Kedua upacara memperingatan mauled nabi besar Muhammad SAW di oleh
masyarakat Bima di adakan acara Hanta Ua pua.
Ketiga Zikir (jiki) kepada Allah yang di lantunkan pada suklus hidup masyarakat.
Keempat Hadrah: Merupakan tari tradisional Bima yang berisi puji-pujian kepada
Allah SWT.
Kelima Dali merupakan Puisi yang di sebut “dali” ini dapat juga di sebut dalil yaitu
suatu petuah dan nasehat yang berdasar atas adat dan agama.
Keenam Acara khitan dan Khatam Al-qur’an Dalam adat Bima, proses
pendewasaan seorang anak manusia ditandai dengan dua macam upacara adat.
Upacara adat ini merupakan pengejawantahan syariat Islam yaitu kewajiban untuk
melaksanakan khitan bagi laki-laki serta anjuran untuk menamatkan pembelajaran baca
Al-Qur’an sebagai penuntun hidup seorang manusia untuk mendapatkan kebahagiaan
dunia dan akhirat

d. Kerajaan Gowa-Tallo
Hukum Pangadakkang menjadi hukum rakyat yang beredar sebagai adat atau
budaya yang diyakini oleh rakyat Kerajaan Gowa Tallo ini. Di mana di dalam aturan ini
banyak mengatur tentang kehidupan bermasyarakat.
Di dalam praktiknya, ada tigaa macam perbedaan nama kelas masyarakat Gowa
Tallo, yakni ada sebutan “to Maradeka” untuk golongan masyarakat kelas menengah,
Anakarung (Karaeng) untuk masyarakat kelas atas, dan “ata” untuk masyarakat kelas
bawah.

e. Kerajaan Salawati
 Adanya living monument
 Tradisi lisan yang menceritakan bahwa Islam pernah sampai Papua
 Masjid Patamburak
 Adanya masjid dan naskah-naskah kuno
 Adanya lima manuskrip kuno tentang mushaf Al-Quran

6. Peninggalan kerajaan yang masih ada sampai sekarang

a. Kerajaan Aceh Darussalam


 Masjid Raya Baiturrahman
 Makam Sultan Iskandar Muda
 Taman Sari Gunongan
 Benteng Indra Patra
 Meriam Kesultanan Aceh
 Uang emas Kerajaan Aceh

b. Kerajaan Mataram Islam


 Karya Sastra Ghending dari Sultan Agung
 Adanya tahun Saka
 Adanya kerajinan perak
 Adanya tradisi Kalang Obong
 Kuliner khas Kue Kipo
 Pertapaan Kembang Lampir
 Segara Wana dan Syuh Brata
 Puing-puing candi Hindu dan Budha di aliran Sungai Opak serta di sekitar
aliran Sungai Progo
 Batu Datar yang berada di Lipura.
 Pakaian peninggalan Kiai Gundil
 Masjid Agung Negara
 Masjid Jami Pakuncen
Dan masih banyak lagi.

c. Kerajaan Bima
 Asi Bou (Istana Baru),
 Bangunan darurat tempat tinggal Sultan Muhammad Salahuddin dan
keluarga selama Asi Mbojo dalam pembangunan.
 Masjid Sultan Muhammad Salahuddin Masjid Al-Munawahiddin Raja
Kerajaan Bima
d. Kerajaan Gowa-Tallo
 Istana Balla Lompoa.
 Istana Tamalate.
 Masjid Katangka.
 Benteng Somba Opu.
 Benteng Fort Rotterdam.

e. Kerajaan Salawati
 Adanya living monument
 Tradisi lisan yang menceritakan bahwa Islam pernah sampai Papua
 Masjid Patamburak
 Adanya masjid dan naskah-naskah kuno
 Adanya lima manuskrip kuno tentang mushaf Al-Quran

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Proses masuk dan berkembangnya Islam ke Indonesia pada dasarnya dilakukan
dengan jalan damai melalui beberapa jalur/saluran yaitu melalui perdagangan seperti
yang dilakukan oleh pedagang Arab, Persia, dan Gujarat. Dengan demikian Islam
semakin cepat berkembang dan diterima oleh masyarakat Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai