Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

JENIS-JENIS KONSELING

Makalah Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bimbingan Konseling

Dosen Pengampu:

Roiyan One Febriani, M. Pd. I

Disusun Oleh:

Ivon Ravika H. (19180012)

Moh. Zaky Thohiri (19180055)

Moh. Wildan Firdausi R. (19180056)

JURUSAN TADRIS BAHASA INGGRIS

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM

NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

MEI 2022
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah merupakan usaha membantu
peserta didik dalam pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kegiatan
belajar, serta perencanaan dan pengembangan karir. Pelayanan bimbingan dan
konseling memfasilitasi pengembangan peserta didik secara individual, kelompok, dan
atau klasikal, sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, perkembangan, kondisi,
serta peluang-peluang yang dimiliki. Pelayanan ini juga membantumengatasi
kelemahan dan hamba tan serta masalah yang dihadapi peserta didik.

Dalam pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling tersebut terdapat


kategorisasi, yakni konseling secara individu dan berkelompok. Keduanya dilakukan
secara berbeda. Dengan kata lain, proses penanganan kedua jenis konseling tersebut
harus dibedakan karena tujuan maupun tahapan yang dilalui tidak bisa disamaratakan.

Tujuan Konseling Individu adalah perkembangan, pencegahan, perbaikan,


penyelidikan, penguatan, kognitif, fisiologis, dan psikologis. Sedangkan menurut
Winkel dan Hastuti (2004), Konseling Kelompok mempunyai sembilan tujuan yang
saling berkaitan satu sama lain.
B. Rumusan masalah
1. Berapa jenis konseling?
2. Apa pengertian dari Konseling Individu?
3. Apa tujuan dari Konseling Individu?
4. Apa fungsi dari Konseling Individu?
5. Ada berapa teknik yang dipakai dalam konseling individu?
6. Apa pengertian dari Konseling Kelompok?
7. Apa tujuan dari Konseling Kelompok?
8. Apa saja asas yang digunakan dalam Konseling Kelompok?
9. Apa saja tahapan-tahapan dalam konseling kelompok?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui jenis-jenis konseling
2. Untuk memahami pengertian konseling individu
3. Untuk mengetahui tujuan dari konseling individu
4. Untuk menjelaskan fungsi dari konseling individu
5. Untuk menjabarkan teknik-teknik dalam konseling individu
6. Untuk mengetahui pengertian konseling kelompok
7. Untuk memahami tujuan konseling kelompok
8. Untuk mengetahui asas-asas dalam konseling kelompok
9. Untuk mengetahui tahapan-tahapan dalam konseling kelompok.
BAB 2

PEMBAHASAN

1. Pengertian Konseling Individu


Konseling individu merupakan suatu layanan konseling yang diselenggarakan
oleh konselor terhadap klien dengan pertemuan yang bersifat individual, artinya
pertemuan tersebut dilakukan secara tatap muka oleh dua orang yang disebut
konselor dan klien, untuk membantu klien menyelesaikan masalahnya serta
bertujuan agar klien dapat mengaktualisasikan dirinya dan ke depannya klien dapat
mengatasi masalah yang ada pada dirinya.

Konseling individu memandang bahwa setiap manusia pada dasarnya


mempunyai perasaan rendah diri (inferiority), yaitu perasaan lemah dan tidak
berdaya yang timbul sebagai pengalaman dalam interaksinya dengan orang-orang
atau lingkungannya. Perasaan tersebut dapat bersumber kepada perbedaan-
perbedaan kondisi fisik, psikologis, maupun ataupun sosial. Berikut definisi dan
pengertian konseling individu dari beberapa sumber buku:

a. Menurut Prayitno (1994), konseling individu adalah proses pemberian


bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli
(konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (klien)
yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien.

b. Menurut Willis (2010), konseling individu adalah pertemuan konselor


dengan klien secara individual, di mana terjadi hubungan konseling yang
bernuansa rapport, dan konselor berupaya memberikan bantuan untuk
pengembangan pribadi klien serta klien dapat mengantisipasi masalah-
masalah yang dihadapinya.

c. Menurut Wren (2002), konseling individu adalah relasi antar pribadi yang
dinamis oleh dua orang yang berusaha memecahkan masalah dengan
mempertimbangkan secara bersama-sama sehingga pada akhirnya orang
yang mempunyai kesulitan dibantu oleh yang lain untuk memecahkan
masalahnya atas penentuannya sendiri.

d. Menurut Sukardi dan Kusmawati (2008), konseling individu adalah layanan


bimbingan dan konseling yang memungkinkan klien mendapatkan layanan
langsung secara tatap muka dengan konselor dalam rangka pembahasan dan
pengentasan permasalahan pribadi yang dideritanya.

e. Menurut Yusuf, dkk(2016), konseling individu adalah hubungan yang


dilakukan secara tatap muka antara konselor dan konseli, yang mana
konselor sebagai seseorang yang memiliki kompetensi khusus memberikan
suatu situasi belajar kepada klien yang sebagai orang normal untuk dibantu
dalam mengetahui dirinya sendiri, situasi yang dihadapi dan masa depan,
sehingga klien dapat menggunakan potensinya untuk mencapai kebahagiaan
pribadi maupun sosial dan lebih lanjut klien akan belajar mengenai
bagaimana memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhan di masa depan.

2. Tujuan Konseling Individu


Tujuan umum konseling individu adalah membantu klien menstrukturkan kembali
masalahnya dan menyadari life style serta mengurangi penilaian negatif terhadap
dirinya sendiri serta perasaan-perasaan inferioritasnya. Kemudian membantu dalam
mengoreksi persepsinya terhadap lingkungan, agar klien bisa mengarahkan tingkah
laku serta mengembangkan kembali minat sosialnya. Adapun menurut Rahman
(2003), tujuan dari konseling individu atau perorangan adalah sebagai berikut:

a. Tujuan perkembangan yakni klien dibantu dalam proses pertumbuhan dan


perkembangannya serta mengantisipasi hal-hal yang akan terjadi pada proses
tersebut (seperti kehidupan sosial, pribadi, emosional, kognitif, fisik dan
sebagainya).

b. Tujuan pencegahan yakni konselor membantu klien menghindari hasil-hasil


yang tidak diinginkan.

c. Tujuan perbaikan yakni konseli dibantu mengatasi dan menghilangkan


perkembangan yang tidak diinginkan.

d. Tujuan penyelidikan yakni menguji kelayakan tujuan untuk memeriksa


pilihan-pilihan, pengetesan keterampilan, dan mencoba aktivitas baru dan
sebagainya.

e. Tujuan penguatan yakni membantu konseli untuk menyadari apa yang


dilakukan, dipikirkan, dan dirasakan sudah baik.

f. Tujuan kognitif yakni menghasilkan fondasi dasar pembelajaran dan


keterampilan kognitif.
g. Tujuan fisiologis yakni menghasilkan pemahaman dasar dan kebiasaan untuk
hidup sehat.

h. Tujuan psikologis yakni membantu mengembangkan keterampilan sosial


yang baik, belajar mengontrol emosi, dan mengembangkan konsep diri positif
dan sebagainya.
3. Fungsi Konseling Individu
Menurut Hartono dan Soedarmadji (2014), kegiatan konseling individu atau
perorangan memiliki beberapa fungsi, yaitu sebagai berikut:
a. Fungsi pemahaman. Fungsi pemahaman yaitu fungsi pelayanan konseling
individual yang mengarahkan kepada pemahaman klien baik mengenai dirinya
maupun lingkungannya. Pemahaman tentang diri yang dimaksud meliputi
kepribadian, bakat, minat, dan lain sebagainya. Pemahaman tentang
lingkungan mencakup hubungan sosial, dan pemahaman mengenai informasi
lain yang dibutuhkan mencakup informasi pendidikan, karier, dan lainnya.
b. Fungsi pencegahan. Fungsi pencegahan atau preventive function yaitu fungsi
dari layanan konseling individual yang membantu klien agar klien terhindar
dari berbagai permasalahan yang mungkin timbul, yang dapat mengganggu,
menghambat, dan menimbulkan kesulitan bagi konseli.
c. Fungsi pengentasan. Fungsi pengentasan atau Currative function adalah fungsi
konseling individual yang membantu klien dalam upaya memecahkan
permasalahan yang dihadapinya.
d. Fungsi pemeliharaan. Fungsi pemeliharaan adalah fungsi dalam konseling
individual yang membantu klien agar memiliki kemampuan untuk memelihara
dan mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki.
e. Fungsi advokasi. Fungsi advokasi adalah fungsi konseling individual yang
menghasilkan kondisi pembelaan terhadap individu atas pengingkaran hak-
hak yang dialami oleh klien.
4. Teknik Konseling Individu
Menurut Willis (2010), teknik-teknik yang biasa digunakan dalam konseling
individu antara lain adalah sebagai berikut:

a. Attending

Attending merupakan salah satu teknik dalam kegiatan konseling


individual. Teknik ini dilakukan oleh konselor dalam upaya membangun rasa
aman dan kenyamanan dalam diri klien, sehingga memudahkan klien untuk
berekspresi secara bebas.

Perilaku Attending meliputi kontak mata, gesture, dan bahasa verbal.


Kontak mata ketika dalam proses konseling individual diusahakan tetap fokus
kepada klien, hal ini bertujuan agar klien merasa bahwa apa yang klien
bicarakan benar-benar didengar oleh konselor.

Gesture adalah bahasa tubuh konselor yang diperlihatkan ketika


menghadapi klien seperti ekspresi wajah yang tenang, posisi tubuh agak
condong ke arah klien. Bahasa verbal, bahasa merupakan alat komunikasi
termasuk juga dalam proses konseling individual, bahasa verbal yang
digunakan dalam proses konseling individual yakni dapat berupa anggukan
sebagai tanda persetujuan dan juga sebagai tanda bahwa konselor
mendengarkan pembicaraan klien.

b. Empati

Empati adalah kemampuan konselor untuk merasakan apa yang dirasakan


klien, merasa dan berpikir, bersama klien dan bukan untuk atau tentang klien.
Empati dilakukan bersama attending, tanpa perilaku attending mustahil
terbentuk empati. Terdapat dua macam empati, yaitu:

(a) Empati primer yaitu bentuk empati yang hanya berusaha memahami
perasaan, pikiran, keinginan, dan keinginan klien, dengan tujuan agar
klien dapat terlibat dan terbuka.

(b) Empati tingkat tinggi yaitu keikutan konselor membuat klien tersentuh
dan terbuka untuk mengemukakan isi hati yang terdalam, berupa
perasaan, pikiran, pengalaman termasuk penderitaannya.

c. Refleksi

Refleksi adalah keterampilan konselor untuk memantulkan kembali


perasaan, pikiran, dan pengalaman klien berdasarkan pengamatan konselor
terhadap bahasa verbal dan nonverbal dari klien. Refleksi ada tiga yaitu
refleksi perasaan, refleksi pengalaman dan refleksi pikiran.

d. Eksplorasi

Eksplorasi adalah suatu keterampilan yang dimiliki oleh konselor yang


bertujuan untuk menggali perasaan, pengalaman dan pikiran klien. Teknik ini
penting karena sering kali klien menyimpan rahasia sehingga menutup diri
dan tidak mampu mengemukakan pendapatnya secara bebas dan terus terang.
Teknik eksplorasi dilakukan untuk membantu klien agar klien dapat berbicara
secara bebas, tanpa rasa takut, tertekan, maupun terancam. Eksplorasi ada tiga
macam yaitu eksplorasi perasaan, eksplorasi pengalaman, eksplorasi pikiran.

e. Paraphrasing

Paraphrasing adalah kemampuan konselor untuk mengemukakan kembali


pesan atau inti pembicaraan yang telah diungkapkan oleh klien. Paraphrasing
ini bertujuan untuk menyamakan persepsi dan pemahaman konselor terhadap
apa yang telah diungkapkan oleh klien. Paraphrasing baiknya diungkapkan
dengan bahasa dan kata-kata yang sederhana serta kalimat yang mudah
dipahami oleh klien. Paraphrasing ini merupakan bentuk ringkasan dari
ungkapan yang disampaikan oleh klien, dalam penyampaian paraphrasing,
konselor melihat respon dari klien.

f. Open Question

Open Question adalah suatu bentuk pertanyaan yang mana memerlukan


jawaban yang berupa sebuah penjelasan. Pertanyaan ini digunakan apabila
klien merasa kesulitan dalam mengungkapkan permasalahanya atau ketika
konselor menghadapi klien yang tertutup. Tujuan pertanyaan ini adalah untuk
memperoleh informasi lebih dalam mengenai permasalahan klien. Hal yang
harus diperhatikan dalam open question adalah pertanyaan sebaiknya tidak
menggunakan kata "kenapa" atau "mengapa" hal ini dikarenakan pertanyaan
dengan menggunakan kata tersebut dapat membuat klien merasa kesulitan
dalam menjawab pertanyaan sehingga klien akan tertutup.

g. Closed Question

Dalam proses konseling individual, tidak hanya memerlukan pertanyaan


terbuka, tetapi penggunaan pertanyaan tertutup pun diperlukan. Pertanyaan
tertutup atau closed qestion merupakan jenis pertanyaan yang mana jawaban
dari pertanyaan tersebut tidak harus berupa penjelasan, artinya jawaban dari
pertanyaan tertutup dalam bentuk singkat seperti "ya" dan "tidak".

h. Dorongan Minimal
Dorongan minimal adalah sebuah upaya yang dilakukan oleh konselor agar
klien selalu terlibat dalam pembicaraan. Dorongan minimal dapat berupa
sebuah ungkapan pendek dan singkat yang dilakukan apabila klien akan
mengurangi atau menghentikan pembicaraan, ketika klien kurang
memusatkan pembicaraan, dan ketika klien merasa ragu terhadap apa yang
dibicarakan oleh klien. Tujuan dorongan minimal adalah agar dapat membuat
klien terus berbicara dan mengarahkan klien agar pembicaraan klien
mencapai tujuan.

i. Interpretasi

Interpretasi merupakan upaya yang dilakukan oleh konselor untuk


mengulas pemikiran, perilaku, pengalaman klien dengan merujuk kepada
teori-teori. Dalam teknik ini konselor berupaya memberikan penjelasan
kepada klien yang bertujuan agar klien mengerti dan memiliki pemahaman
serta dapat mengubah pandangannya terhadap sesuatu hal berdasarkan
rujukan teori yang dijelaskan oleh konselor.

j. Directing

Directing adalah suatu teknik dalam proses konseling individual yang


bertujuan untuk mengarahkan klien agar klien dapat berpartisipasi secara
penuh dalam proses konseling individual. Dengan kata lain, bahwa dalam
teknik ini konselor mengarahkan klien untuk berbuat sesuatu, misalnya
dengan bermain peran dengan konselor atau meminta klien untuk
berimajinasi atau mengkhayalkan sesuatu hal.

k. Summarizing

Summarizing merupakan suatu teknik konseling individual yang dilakukan


dengan menyimpulkan sementara pembicaraan klien dalam waktu tertentu.
Mengenai waktu kapan akan melakukan summarizing hal ini bergantung
kepada konselor. Summarizing diperlukan agar klien merasa bahwa konselor
benar-benar mendengar dan memahami apa yang telah dibicarakan. Selain
itu, untuk menyamakan persepsi mengenai apa yang dibicarakan klien dengan
apa yang didenger oleh konselor.

l. Leading

Leading merupakan teknik konseling individual yang dilakukan konselor


untuk memimpin arah pembicaraan dengan klien apabila pembicaraan dan
wawancara konseling tidak melantur atau menyimpang sehingga proses
konseling akan mencapai tujuan. Dengan kata lain, teknik digunakan apabila
dalam proses konseling pembicaraan klien melebar, sehingga konsleor perlu
untuk memimpin klien agar fokus pada permasalahan klien.

m. Fokus

Dalam proses konseling individual sering kali klien terpecah perhatiannya


sehingga arah pembicaraan klien menjadi melebar. Peran konselor disini
harus mampu membuat fokus dengan perhatiannya agar klien dapat
memusatkan perhatian pada pokok pembicaraannya. Terdapat beberapa hal
yang dapat dilakukan seorang konselor yaitu fokus pada diri klien, fokus pada
orang lain yang diceritakan klien, fokus pada topik yang tegah dibicarakan
klien, dan fokus mengenai budaya klien.

n. Konfrontasi

Konfrontasi adalah suatu teknik dalam konseling individual yang mana


teknik ini dilakukan apabila dalam proses konseling individual, konselor
menemukan bahwa gesture atau bahasa tubuh klien tidak sesuai atau tidak
konsisten dengan apa yang dikatakan. Misalnya dalam proses konseling
individual, klien mengatakan dalam keadaan sedih , namun ekspresi dari klien
terlihat tersenyum, dalam hal ini konselor akan melakukan teknik konfrontasi.

o. Clarifying

Clarifying adalah suatu teknik dalam konseling individual untuk


menjernihkan atau mengklarifikasi ucapan-ucapan klien yang terdengar
samar-samar, kurang jelas, atau agak meragukan. Tujuan dari teknik
clarifying ini adalah untuk meminta agar klien menyatakan pesannya kembali
dengan jelas, dengan ungkapan kata-kata yang tegas, dan dengan alasan-
alasan yang logis serta agar klien menjelaskan, mengulang, dan
mengilustrasikan perasaannya.

p. Faciliating

Faciliating merupakan suatu teknik yang dilakukan untuk membuka


komunikasi dengan klien, agar klien dengan mudah membuka
pembicaraannya dengan konselor sehingga klien dapat menyatakan perasaan,
pikiran, dan pengalamannya secara bebas. Teknik ini dilakukan apabila
konselor mendapati klien merasa kesulitan atau keraguan dalam
mengungkapkan perasaan dan pikirannya.

q. Diam

Teknik diam dalam proses konseling individual juga diperlukan. Diam ini
tidak berarti bahwa tidak ada komunikasi yang terjalin antara konselor
dengan klien, namun diam merupakan bahasa nonverbal yang ditunjukkan
oleh konselor yang dilakukan dengan tujuan untuk menanti klien yang sedang
berpikir, atau kondisi dimana konselor dalam keadaan sedang mendengarkan
pembicaraan klien. Diam yang paling ideal yang dilakukan oleh konsleor
yakni berkisar antara 5-10 detik. Tujuan dari diam ini adalah untuk menanti
klien yang sedang berpikir dan untuk menunjang perilaku attending dan
empati sehingga klien bebas berbicara.

r. Mengambil Inisiatif

Teknik Mengambil inisiatif ini dilakukan konselor apabila mendapati klien


kurang bersemangat untuk berbicara, hal ini dapat dilihat dari cara klien yang
sering diam, dan kurang partisipatif dalam proses konseling individual.
Dalam hal ini konselor akan mengucapkan kata-kata yang mengajak klien
untuk berinisiatif dalam menuntaskan diskusi. Tujuan dari teknik ini yakni
untuk mengambil inisiatif jika klien kurang bersemangat untuk mengambil
keputusan, dan jika klien merasa kesulitan mengambil keputusan serta jika
klien kehilangan arah pembicaraan.

s. Memberi Nasehat

Pemberian nasehat ini dilakukan oleh konselor apabila klien meminta


nasehat kepada konselor. Namun meskipun demikian konselor sebaiknya
mempertimbangkan nasehat yang diberikan kepada klien merupakan sesuatu
hal yang pantas. Hal ini disebabkan karena pemberian nasehat tetap harus
dijaga agar kemandirian yang merupakan tujuan dari konseling harus tetap
dicapai.

t. Pemberian Informasi

Tidak berbeda dengan pemberian nasehat pemberian informasi ini


dilakukan apabila klien meminta sebuah informasi dari konselor, artinya
konselor akan memberikan informasi jika klien meminta informasi. Namun,
perlu diperhatikan bahwa dalam pemberian informasi, konselor harus tetap
bersikap jujur, artinya apabila konselor tidak memiliki informasi sebaiknya
dikatakan kepada klien dengan apa adanya, berbeda jika konselor mengetahui
informasi yang diminta oleh klien maka konselor akan mengusahakan dan
memberinya informasi yang diminta klien.

u. Merencanakan

Teknik perencanaan ini dilakukan menjelang akhir sesi konseling


individual. Perencanaan maksudnya adalah konselor membantu klien untuk
membuat perencanaan tindakan-tindakan atau perbuatan dan hal-hal yang
harus dilakukan untuk kemajuan dari klien itu sendiri.

v. Menyimpulkan

Menyimpulkan merupakan suatu teknik yang terdapat pada akhir sesi


konseling individual. Dalam teknik ini konselor membantu klien untuk
menyimpulkan hasil pembicaraan yang menyangkut perasaan klien setelah
melakukan proses konseling. Selain itu pada tahap akhir sesi konseling, klien
akan memantapkan rencana yang telah dibuat, dan pokok-pokok yang
dibicarakan pada sesi berikutnya apabila sesi konseling individual masih
berlanjut.

5. Pengertian Konseling Kelompok


Menurut Kurnanto (2014), konseling kelompok adalah suatu bantuan kepada
individu dalam situasi kelompok yang bersifat pencegahan dan penyembuhan, serta
diarahkan pada pemberian kemudahan dalam perkembangan dan pertumbuhan.

Konseling kelompok adalah sebuah proses dalam pemberian bantuan yang


dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada
beberapa individu yang tergabung dalam suatu kelompok kecil (disebut client) yang
memiliki permasalahan yang sama dan membutuhkan bantuan yang bermuara pada
terselesaikannya masalah yang sedang dihadapi oleh segenap anggota kelompok.

Konseling kelompok merupakan pemberian bantuan dengan memanfaatkan


dinamika kelompok untuk mengetahui konsep diri masing-masing anggota.
Konseling kelompok biasanya dilakukan untuk jangka waktu yang pendek atau
menengah. Melalui konseling kelompok memungkinkan terjadinya komunikasi antar
clinet sehingga dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pemahaman dan
penerimaan diri terhadap nilai-nilai kehidupan dan segala tujuan hidup serta untuk
belajar perilaku tertentu ke arah yang lebih baik dari pada sebelumnya.

6. Tujuan Konseling Kelompok

Menurut Winkel dan Hastuti (2004), tujuan konseling kelompok adalah sebagai
berikut:

a. Masing-masing anggota kelompok memahami dirinya dengan baik dan


menemukan dirinya sendiri. Berdasarkan pemahaman diri itu dia lebih rela
menerima dirinya sendiri dan lebih terbuka terhadap aspek-aspek positif
dalam kepribadiannya.

b. Para anggota kelompok mengembangkan kemampuan berkomunikasi satu


sama lain sehingga mereka dapat saling memberikan bantuan dalam
menyelesaikan tugas-tugas perkembangan yang khas pada fase
perkembangan mereka.

c. Para anggota kelompok memperoleh kemampuan pengatur dirinya sendiri


dan mengarahkan hidupnya sendiri, mula-mula dalam kontra antar pribadi di
dalam kelompok dan kemudian juga dalam kehidupan sehari-hari di luar
kehidupan kelompoknya.

d. Para anggota kelompok menjadi lebih peka terhadap kebutuhan orang lain
dan lebih mampu menghayati perasaan orang lain. Kepekaan dan
penghayatan ini akan lebih membuat mereka lebih sensitif juga terhadap
kebutuhan-kebutuhan dan perasaan-perasaan sendiri.

e. Masing-masing anggota kelompok menetapkan suatu sasaran yang ingin


mereka capai, yang diwujudkan dalam sikap dan perilaku yang lebih
konstruktif.

f. Para anggota kelompok lebih berani melangkah maju dan menerima risiko
yang wajar dalam bertindak, dari pada tinggal diam dan tidak berbuat apa-
apa.

g. Para anggota kelompok lebih menyadari dan menghayati makna dan


kehidupan manusia sebagai kehidupan bersama, yang mengandung tuntutan
menerima orang lain dan harapan akan diterima orang.
h. Masing-masing anggota kelompok semakin menyadari bahwa hal-hal yang
memprihatinkan bagi dirinya sendiri kerap juga menimbulkan rasa prihatin
dalam hati orang lain. Dengan demikian dia tidak merasa terisolir, atau
seolah-olah hanya dialah yang mengalami ini dan itu.

i. Para anggota kelompok belajar berkomunikasi dengan anggota-anggota yang


lain secara terbuka, dengan saling menghargai dan menaruh perhatian.
Pengalaman bahwa komunikasi demikian dimungkinkan akan membawa
dampak positif dalam kehidupan dengan orang-orang yang dekat di kemudian
hari.

7. Asas-Asas Konseling Kelompok

Konseling kelompok terdapat asas-asal yang harus dijalankan oleh setiap peserta
konseling. Menurut Winkel (1991) asas-asas konseling kelompok adalah sebagai
berikut:

a. Asas kerahasiaan. Segala sesuatu yang dibicarakan klien kepada konselor


tidak boleh disampaikan oleh orang lain, karena konseling kelompok bersifat
pribadi, maka setiap anggota kelompok diharapkan bersedia menjaga semua
(pembicaraan ataupun tindakan) yang ada dalam kegiatan konseling
kelompok

b. Asas kesukarelaan. Kehadiran, pendapat, usulan, ataupun tanggapan dari


anggota kelompok harus bersifat sukarela, tanpa paksaan.

c. Asas keterbukaan. Keterbukaan dari anggota kelompok sangat diperlukan


sekali. Karena jika keterbukaan ini tidak muncul maka akan terdapat keragu-
raguan atau kekhawatiran dari anggota.

d. Asas kegiatan. Hasil layanan konseling kelompok tidak akan berarti bila klien
yang dibimbing tidak melakukan kegiatan dalam mencapai tujuan-tujuan
bimbingan. Pemimpin kelompok hendaknya menimbulkan suasana agar klien
yang dibimbing mampu menyelenggarakan kegiatan yang dimaksud dalam
penyelesaian masalah.

e. Asas kenormatifan. Dalam kegiatan konseling kelompok, setiap anggota


harus dapat menghargai pendapat orang lain, jika ada yang ingin
mengeluarkan pendapat maka anggota yang lain harus mempersilahkannya
terlebih dahulu atau dengan kata lain tidak ada yang berebut.

f. Asas kekinian. Masalah yang dibahas dalam kegiatan konseling kelompok


harus bersifat sekarang. Maksudnya, masalah yang dibahas adalah masalah
yang saat ini sedang di alami yang mendesak yang mengganggu keefektifan
kehidupan sehari-hari, yang membutuhkan penyelesaian segera bukan
masalah dua tahun lalu atau masalah waktu kecil.

8. Teknik dan Bentuk Konseling Kelompok

Konseling kelompok terdapat asas-asal yang harus dijalankan oleh setiap peserta
konseling. Menurut Winkel (1991) asas-asas konseling kelompok adalah sebagai
berikut:

Menurut Salahudin (2010), terdapat beberapa teknik yang dapat digunakan dalam
pelaksanaan konseling kelompok, antara lain yaitu sebagai berikut:

a. Home Room Program

Home room program yaitu suatu program kegiatan yang dilakukan dengan
tujuan agar pemimpin kelompok mengenal peserta kelompok lebih baik
sehingga dapat membantunya secara efisien. Kegiatan ini dilakukan di dalam
kelas dengan bentuk pertemuan antara konselor dan klien di luar jam-jam
pelajaran untuk membicarakan beberapa hal yang dianggap perlu. Dalam
program home room ini, hendaknya diciptakan suasana yang bebas dan
menyenangkan sehingga klien dapat mengutarakan perasaannya seperti di
rumah. Dengan kata lain, home room adalah membuat suasana kelas seperti
rumah. Dalam kesempatan ini diadakan tanya jawab, menampung pendapat,
merencanakan suatu kegiatan, dan sebagainya. Program home room dapat
diadakan secara berencana ataupun dapat dilakukan sewaktu-waktu.

b. Karyawisata

Di samping berfungsi sebagai kegiatan rekreasi atau sebagai metode


mengajar, karyawisata dapat berfungsi sebagai salah satu cara dalam konseling
kelompok. Dengan karyawisata, siswa meninjau objek-objek menarik dan
mereka mendapat informasi yang lebih baik dari objek itu. Siswa-siswa juga
dapat kesempatan untuk memperoleh penyesuaian dalam kehidupan kelompok,
misalnya pada diri sendiri. Juga dapat mengembangkan bakat dan cita-cita
yang ada.

c. Diskusi kelompok

Diskusi kelompok merupakan suatu cara yang memberikan kesempatan


kepada siswa untuk memecahkan masalah bersama-sama. Setiap siswa
mendapat kesamaan untuk menyumbangkan pikiran masing-masing dalam
memecahkan suatu masalah. Dalam diskusi tertanam pula rasa tanggung jawab
dari harga diri. Masalah-masalah yang dapat didiskusikan seperti; perencanaan
suatu kegiatan, masalah-masalah belajar, dan masalah penggunaan waktu
senggang dan sebagainya.

d. Kegiatan kelompok

Kegiatan kelompok merupakan cara yang baik dalam konseling karena


individu mendapat kesempatan untuk berpartisipasi dengan sebaik-baiknya.
Banyak kegiatan tentu lebih berhasil jika dilakukan dalam kelompok. Dengan
kegiatan ini, individu dapat menyumbangkan pikirannya dan dapat pula
mengembangkan rasa tanggung jawab.

e. Organisasi siswa

Organisasi siswa, baik dalam lingkungan sekolah maupun di luar sekolah


adalah salah satu cara dalam bimbingan kelompok. Melalui organisasi banyak
masalah yang sifatnya individual maupun kelompok dapat diselesaikan. Dalam
organisasi, siswa mendapat kesempatan untuk belajar mengenai berbagai aspek
kehidupan sosial. Klien dapat mengembangkan bakat kepemimpinannya, di
samping memupuk rasa tanggung jawab dan harga diri.

9. Tahapan Konseling Kelompok

Adapun menurut Prayitno (2017), kegiatan yang dilakukan dalam tahapan konseling
kelompok adalah sebagai berikut:

a. Kegiatan Awal

Tahap awal berjalan hingga berkumpulnya para (calon) anggota kelompok


dan dimulainya tahap pembentukan. Dalam tahap awal ini dilakukannya
upaya untuk menumbuhkan minat bagi terbentuknya kelompok, yang
meliputi pemberian penjelasan tentang kelompok yang dimaksud, tujuan dan
manfaat adanya kelompok, ajakan untuk memasuki dan mengikuti kegiatan
konseling kelompok dan memungkinkan adanya kesempatan dan kemudahan
bagi penyelenggara kelompok yang dimaksud.

b. Kegiatan Peralihan

Setelah suasana kelompok terbentuk dan dinamika kelompok sudah mulai


tumbuh, kegiatan kelompok hendaknya dilanjutkan ke arah lebih jauh oleh
pemimpin kelompok menuju kegiatan kelompok yang sebenarnya. Oleh
karena itu, perlu dilakukannya tahap peralihan.

c. Kegiatan Pokok

Tahap ketiga ini merupakan inti dari kegiatan kelompok, maka aspek-aspek
yang menjadi isi dan pengiringnya cukup banyak, serta masing-masing aspek
tersebut perlu mendapatkan perhatian yang saksama dari pemimpin
kelompok. Pada tahap inti mendapatkan alokasi waktu yang cukup lama
dalam keseluruhan kegiatan kelompok.

d. Kegiatan Pengakhiran

Setelah kegiatan kelompok memuncak pada tahap ketiga, maka dalam


tahap pengakhiran ini kegiatan kelompok lebih menurun dan selanjutnya
pemimpin kelompok akan mengakhiri kegiatan pada saat yang dianggap
tepat.
BAB 3

PENUTUP

1. Kesimpulan

a. Disebutkan bahwa pada dasarnya, bimbingan dan konseling adalah pelayanan


bantuan untuk peserta didik, baik perorangan maupun kelompok agar mandiri dan
berkembang secara optimal. Sehingga terdapat dua jenis bimbingan konseling, yakni
Konseling Individu dan Konseling Kelompok.
b. Konseling Individu adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui
wawancara konseling oleh seorang ahli (konselor) kepada individu yang sedang
mengalami sesuatu masalah (klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang
dihadapi klien (Prayitno, 2014).
c. Tujuan Konseling Individu adalah perkembangan, pencegahan, perbaikan,
penyelidikan, penguatan, kognitif, fisiologis, dan psikologis.
d. Sedangkan fungsi dari Konseling Individu adalah sebagai pemahaman, pencegahan,
pengentasan, pemeliharaan, dan advokasi
e. Terdapat 22 teknik dalam Konseling Individu (Willis, 2010)
f. Pengertian Konseling Kelompok adalah suatu bantuan kepada individu dalam situasi
kelompok yang bersifat pencegahan dan penyembuhan, serta diarahkan pada
pemberian kemudahan dalam perkembangan dan pertumbuhan (Kurnanto, 2014).
g. Menurut Winkel dan Hastuti (2004), Konseling Kelompok mempunyai sembilan
tujuan yang saling berkaitan satu sama lain.
h. Dalam pelaksanaan Konseling Kelompok, konselor harus memenuhi beberapa asas.
Asas Konseling Kelompok tersebut, menurut Winkel (1991) ada enam macam.
i. Tahapan Konseling Kelompok adalah kegiatan awal, kegiatan peralihan, Kegiatan
Pokok, dan Kegiatan Pengakhiran
DAFTAR PUSTAKA

Cg Wren. 2002. Layanan dan Konseling. Surabaya: Unesa University Press.

Kurnanto, Edi. 2014. Konseling Kelompok. Bandung: Alfabeta.

Prayitno, E.A. 1994. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.

Prayitno. 2017. Konseling Profesional yang Berhasil; Layanan dan Kegiatan Pendukung.
Jakarta: Rajawali Pers.

Salahudin, Anas. 2010. Bimbingan dan Konseling. Bandung: Pustaka Setia.

Sukardi, D.K., dan Kusmawati, Nila. 2008. Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah.
Jakarta: Rineka Cipta.

Willis, Sofyan. 2010. Konseling Individual Teori dan Praktek. Bandung: Alfabeta.

Winkel, W.S dan Hastuti, Sri. 2004. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan.
Yogyakarta: Media Abadi.

Winkel, W.S. 1991. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: Gramedia
Widiasarana lndonesia

Anda mungkin juga menyukai