JENIS-JENIS KONSELING
Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
MEI 2022
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah merupakan usaha membantu
peserta didik dalam pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kegiatan
belajar, serta perencanaan dan pengembangan karir. Pelayanan bimbingan dan
konseling memfasilitasi pengembangan peserta didik secara individual, kelompok, dan
atau klasikal, sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, perkembangan, kondisi,
serta peluang-peluang yang dimiliki. Pelayanan ini juga membantumengatasi
kelemahan dan hamba tan serta masalah yang dihadapi peserta didik.
PEMBAHASAN
c. Menurut Wren (2002), konseling individu adalah relasi antar pribadi yang
dinamis oleh dua orang yang berusaha memecahkan masalah dengan
mempertimbangkan secara bersama-sama sehingga pada akhirnya orang
yang mempunyai kesulitan dibantu oleh yang lain untuk memecahkan
masalahnya atas penentuannya sendiri.
a. Attending
b. Empati
(a) Empati primer yaitu bentuk empati yang hanya berusaha memahami
perasaan, pikiran, keinginan, dan keinginan klien, dengan tujuan agar
klien dapat terlibat dan terbuka.
(b) Empati tingkat tinggi yaitu keikutan konselor membuat klien tersentuh
dan terbuka untuk mengemukakan isi hati yang terdalam, berupa
perasaan, pikiran, pengalaman termasuk penderitaannya.
c. Refleksi
d. Eksplorasi
e. Paraphrasing
f. Open Question
g. Closed Question
h. Dorongan Minimal
Dorongan minimal adalah sebuah upaya yang dilakukan oleh konselor agar
klien selalu terlibat dalam pembicaraan. Dorongan minimal dapat berupa
sebuah ungkapan pendek dan singkat yang dilakukan apabila klien akan
mengurangi atau menghentikan pembicaraan, ketika klien kurang
memusatkan pembicaraan, dan ketika klien merasa ragu terhadap apa yang
dibicarakan oleh klien. Tujuan dorongan minimal adalah agar dapat membuat
klien terus berbicara dan mengarahkan klien agar pembicaraan klien
mencapai tujuan.
i. Interpretasi
j. Directing
k. Summarizing
l. Leading
m. Fokus
n. Konfrontasi
o. Clarifying
p. Faciliating
q. Diam
Teknik diam dalam proses konseling individual juga diperlukan. Diam ini
tidak berarti bahwa tidak ada komunikasi yang terjalin antara konselor
dengan klien, namun diam merupakan bahasa nonverbal yang ditunjukkan
oleh konselor yang dilakukan dengan tujuan untuk menanti klien yang sedang
berpikir, atau kondisi dimana konselor dalam keadaan sedang mendengarkan
pembicaraan klien. Diam yang paling ideal yang dilakukan oleh konsleor
yakni berkisar antara 5-10 detik. Tujuan dari diam ini adalah untuk menanti
klien yang sedang berpikir dan untuk menunjang perilaku attending dan
empati sehingga klien bebas berbicara.
r. Mengambil Inisiatif
s. Memberi Nasehat
t. Pemberian Informasi
u. Merencanakan
v. Menyimpulkan
Menurut Winkel dan Hastuti (2004), tujuan konseling kelompok adalah sebagai
berikut:
d. Para anggota kelompok menjadi lebih peka terhadap kebutuhan orang lain
dan lebih mampu menghayati perasaan orang lain. Kepekaan dan
penghayatan ini akan lebih membuat mereka lebih sensitif juga terhadap
kebutuhan-kebutuhan dan perasaan-perasaan sendiri.
f. Para anggota kelompok lebih berani melangkah maju dan menerima risiko
yang wajar dalam bertindak, dari pada tinggal diam dan tidak berbuat apa-
apa.
Konseling kelompok terdapat asas-asal yang harus dijalankan oleh setiap peserta
konseling. Menurut Winkel (1991) asas-asas konseling kelompok adalah sebagai
berikut:
d. Asas kegiatan. Hasil layanan konseling kelompok tidak akan berarti bila klien
yang dibimbing tidak melakukan kegiatan dalam mencapai tujuan-tujuan
bimbingan. Pemimpin kelompok hendaknya menimbulkan suasana agar klien
yang dibimbing mampu menyelenggarakan kegiatan yang dimaksud dalam
penyelesaian masalah.
Konseling kelompok terdapat asas-asal yang harus dijalankan oleh setiap peserta
konseling. Menurut Winkel (1991) asas-asas konseling kelompok adalah sebagai
berikut:
Menurut Salahudin (2010), terdapat beberapa teknik yang dapat digunakan dalam
pelaksanaan konseling kelompok, antara lain yaitu sebagai berikut:
Home room program yaitu suatu program kegiatan yang dilakukan dengan
tujuan agar pemimpin kelompok mengenal peserta kelompok lebih baik
sehingga dapat membantunya secara efisien. Kegiatan ini dilakukan di dalam
kelas dengan bentuk pertemuan antara konselor dan klien di luar jam-jam
pelajaran untuk membicarakan beberapa hal yang dianggap perlu. Dalam
program home room ini, hendaknya diciptakan suasana yang bebas dan
menyenangkan sehingga klien dapat mengutarakan perasaannya seperti di
rumah. Dengan kata lain, home room adalah membuat suasana kelas seperti
rumah. Dalam kesempatan ini diadakan tanya jawab, menampung pendapat,
merencanakan suatu kegiatan, dan sebagainya. Program home room dapat
diadakan secara berencana ataupun dapat dilakukan sewaktu-waktu.
b. Karyawisata
c. Diskusi kelompok
d. Kegiatan kelompok
e. Organisasi siswa
Adapun menurut Prayitno (2017), kegiatan yang dilakukan dalam tahapan konseling
kelompok adalah sebagai berikut:
a. Kegiatan Awal
b. Kegiatan Peralihan
c. Kegiatan Pokok
Tahap ketiga ini merupakan inti dari kegiatan kelompok, maka aspek-aspek
yang menjadi isi dan pengiringnya cukup banyak, serta masing-masing aspek
tersebut perlu mendapatkan perhatian yang saksama dari pemimpin
kelompok. Pada tahap inti mendapatkan alokasi waktu yang cukup lama
dalam keseluruhan kegiatan kelompok.
d. Kegiatan Pengakhiran
PENUTUP
1. Kesimpulan
Prayitno, E.A. 1994. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.
Prayitno. 2017. Konseling Profesional yang Berhasil; Layanan dan Kegiatan Pendukung.
Jakarta: Rajawali Pers.
Sukardi, D.K., dan Kusmawati, Nila. 2008. Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah.
Jakarta: Rineka Cipta.
Willis, Sofyan. 2010. Konseling Individual Teori dan Praktek. Bandung: Alfabeta.
Winkel, W.S dan Hastuti, Sri. 2004. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan.
Yogyakarta: Media Abadi.
Winkel, W.S. 1991. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: Gramedia
Widiasarana lndonesia