Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN

“PENGARUH OSMOTIK KONSENTRASI GARAM HARA


TERHADAP ABSORBSI AIR DAN PERTUMBUHAN
TANAMAN”

Disusun oleh :
Nama : Juan Rizki Pardosi
NIM : D1A018052
Kelas : B Agoekoteknologi

Dosen Pengampu:
1. Dr. Ir. Nerty Soverda, M.S.
2. Ir. Neliyati, M.Si.

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air merupakan sumber kehidupan, tidak hanya bagi manusia, makhluk
hidup yang lain juga sangat membutuhkan air. Air adalah faktor yang menentukan
kehidupan tumbuhan. Tanpa adanya air, tumbuhan tidak bisa melakukan berbagai
macam proses kehidupan apapun. Kira-kira 70% atau lebih daripada berat
protoplasma sel hidup terdiri dari air. Air juga merupakan salah satu komponen
fisik yang sangat vital dan dibutuhkan dalam jumlah besar untuk pertumbuhan
dan perkembangan tanaman. Ketersediaan air dalam tubuh tanaman diperoleh
melalui proses fisiologis absorbsi. Sedangkan hilangnya air dari permukaan
bagian-bagian tanaman melalui proses fisiologi, evaporasi dan transpirasi.
Peranan air yang sangat penting menimbulkan konsekuensi bahwa langsung atau
tidak langsung kekurangan air pada tanaman akan mempengaruhi semua proses
metaboliknya sehingga dapat menurunkan pertumbuhan tanaman (Muliana, 2011).

Tumbuhan memperoleh bahan dari lingkungan untuk hidup berupa O2,


CO2, air dan unsur hara. Mekanisme proses penyerapan dapat belangsung karena
adanya proses imbibisi, difusi, osmosis dan transpor aktif. Proses osmosis yang
terjadi merupakan proses perpindahan air dari daerah yang berkonsentrasi rendah
ke daerah yang berkonsentrasi tinggi melalui membran semipermiabel. Membran
semipermiabel adalah selaput pemisah yang hanya bisa ditembus oleh air dan zat
tertentu yang larut di dalamnya (Dwidjoseputro, 1984).

Akar mengabsorbsi air dengan cara osmosis. Oleh karena itu absorbs air
oleh tanaman mungkin dilakukan dengan mengendalikan potensial air larutan
dimana akar itu berada. Jika potensial osmotik larutan di luar lebih rendah dari
potensial osmotik sel-sel akar, maka air dapat masuk dari larutan di luar ke dalam
sistem akar. Dengan meningkatnya konsentrasi zat-zat terlarut maka masuknya air
ke dalam akar akan menjadi lebih lambat sampai arah pergerakkan air mungkin
akan terbalik (Johanes et al., 2014).
1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum ini adalah untuk melihat pengaruh osmotik
dari konsentrasi garam hara terhadap absorbsi air dan pertumbuhan
tanaman.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Sebagian besar unsur yang dibutuhkan tanaman diserap dari larutan tanah

melalui akar, kecuali karbon oksigen yang diserap dari udara oleh daun.

Penyerapan unsur hara secara umum lebih lambat dibandingkan dengan

penyerapan air oleh akar tanaman. Sistem perakaran tanaman lebih dikendalian

oleh sifat genetik dari tanaman yang bersangkutan, tetapi telah pula dibuktikan

bahwa sistem perakaran tanaman tersebut dapat dipengaruhi oleh kondisi tanah

atau media tumbuh tanaman. Faktor yang mempengaruhi pola penyuburan akar

antara lain adalah penghalang mekanis, suhu tanah, aerasi, ketersediaan air dan

ketersediaan unsur hara (Kimball, 1983).

Pemasukkan air dari dalam tanah ke dalam jaringan tananman melalui sel-

sel akar secara difusi dan osmosis. Pertumbuhan juga bergantung pada

pengambilan air dan banyak hal dalam hubungan air pertumbuhan bergantung

pada interaksi antara sel dengan lingkungan. Tumbuhan memeang merupakan

sistem yang dinamis dan sangat rumit, fungsi yang satu berinteraksi dengan fingsi

yang lain. Dengan kata lain, tumbuhan adalah sistem multidimensi (Dwijoseputro,

1984).

Pada potensial air, air akan meninggalkan sel itu dengan cara osmosis,

sehingga sel itu akan mengalami plasmolisis/mengkerut dan menjauh dari

dindingnya. Sel lembek ini memiliki potensial air yang lebih kecil karena

kehadiran zat terlarut dan akan memasuki sel melalui osmosis. Sel tersebut akan

mulai mengembang dan memberikan dorongan melawan dinding selnya


menghaslkan tekanan turgor. Ketika tekanan dinding ini cukup besar untuk

mengembangi kecenderungan air untuk masuk karena zat-zat terlarut dalam sel,

maka Ψp dan Ψs akan sama besar dan dengan demikian = 0. Besar potensial ini

akan menyamai potensial air dari lingkungan ekstraseluler (Campbell, 2008).

Potensial/tekanan osmotik (Ψs,π,PO) ini merupakan istilah yang sudah lama

digunakan untuk menguraikan osmosis. Larutan dengan konsentrasi lebih tinggi

mempunyai tekanan osmotic (PO). Berati bahwa air berpindah dari larutan dengan

PO rendah (hipotonis, PA tinggi) ke larutan PO tinggi (hipertonis, PA rendah)

lebih sering digunakan symbol Ψ sebanding dengan PO. Potensial osmotik (PO)

lebih menyatakan status larutan, dan status larutan dapat kita nyatakan dalam

satuan konsetrasi, tekanan atau energi, Po air murnni sama dengan nol atm atau 0

bar (Ismail, 2011).

Osmosis merupakan difusi air melintasi membran semipermeabel dari

daerah dimana air lebih banyak ke daerah dengan air yang lebih sedikit. Osmosis

sangat ditentukan oleh potensial kimia air atau potensial air, yang

menggambarkan kemampuan molekul air untuk dapat melakukan difusi. Sejumlah

besar volume air akan memiliki kelebihan energi bebas daripada volume yang

sedikit, di bawah kondisi yang sama. Energi bebas zuatu zat per unit jumlah,

terutama per berat gram molekul (energi bebas mol-1) disebut potensial kimia.

Potensial kimia zat terlarut kurang lebih sebanding dengan konsentrasi zat

terlarutnya. Zat terlarut yang berdifusi cenderung untuk bergerak dari daerah yang

berpotensi kimia lebih tinggi menuju daerah yang berpotensial kimia lebih kecil

(Ismail, 2011).
Di dalam proses osmosis, disamping komponen Potensial Air (PA) dan

Potensial Tekanan (PT), komponen lain yang juga berperan adalah Potensial

Osmotik (PO). Potensial osmotik dari suatu larutan lebih menyatakan status

larutan, dan status larutan dapat kita nyatakan dalam satuan konsentrasi, satuan

tekanan atau satuan energi. Potensial osmotik air murni memiliki nilai sama

dengan nol, sehingga kalau digunakan satuan tekanan maka nilainya menjadi 0

atm atau 0 bar. Kalau status suatu larutan tidak berubah, maka nilainya pun tidak

akan berubah. Hal ini perlu dipahami karena kalau terhadap suatu larutan kita beri

tekana, berapapun besarnya tekanan itu tidak akan mengubah status larutan tadi,

yang berarti tidak akan mengubah konsentrasinya dan nilainyapun akan tetap.

Adapun yang berubah di dalam larutan tersebut adalah potemsial airnya. Nilai

potensial osmotik suatu larutan dapat diukur dengan suatu alat yang disebut

osmometer. Tekanan yang timbul pada osmometer merupakan tekanan yang nyata

(Sasmitamihardja, 1996).

Apabila PA larutan luar sangat rendah sehingga menghambat absorbsi air

oleh akar maka akibatnya pertumbuhan tumbuhan akan terhambat.

Mengembangnya sel selama proses pembesaran terjadi akibat tekanan air yang

masuk sebagai respon terhadap perbedaan potensial air. Air yang masuk ini akan

menekan dinding sel ke arah luar, sehingga dinding sel merentang menjadi lebuh

besar (Johannes, et al., 2014).

Perakaran dari tanaman yang ditanam di lapangan biasanya tumbuh dalam

volum tanah yang besar. Terjadi kerapatan perakaran yang tinggi dalam profil

tanah sebelah atas tempat terjadinya pengambilan air dengan cepat, tetapi apabila

air menjadi terbatas dalm profil tanah sebelah atas, perakaran meluas ke profil
tanah yang lebih bawah yang airnya lebih banyak. Jadi pada tanaman yang

ditanam di lapangan perkembangan tekanan selama daur kekeringan itu jauh

lebih gradual, kemungkinan untuk mengembalikan Ψw, dalam semalam juga

besar, dan tanaman mempunyai waktu untuk beradaptasi terhadap kekurangan air

yang muncul (Fried, 2005).

Menurut Muliana (2011), kalsium diserap dalam bentuk ion Ca2+ untuk

menyokong pertumbuhan dengan baik. Kalsium tidak ditranslokasikan ke floem

sehingga terjadi defisiensi, dan akibatnya terjadi kekahatan pada jaringan yang

masih muda, sehingga jaringan mengerut dan berubah bentuk disebabkan oleh

kekurangan kalsium, dan daerah meristematik mati lebih awal. Begitupun klorin

diserap dalam bentuk ion Cl-, biasanya Cl diserap sangat banyak dari apa yang

tumbuhan butuhkan, sehingga pemakaiannya berlebihan. Fungsi Cl adalah

pembelahan sel daun dan linarut aktif dalam mengendalikan osmosis.


BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 05 Maret 2020 pukul
13.00 WIB sampai dengan selesai. Bertempat di Laboratorium Fisiologi
Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Jambi.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah 5 botol kultur, kapas,
steroform, dan cutter.

Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah 10 kecambah kacang hijau
(Phaseolus radiates), 500 ml larutan kalsium klorica 0,5 M.

3.3 Cara Kerja


1. Menanam/ mengecambahin kacang hijau Phaseolus radiatus.
2. Membuat larutan dengan aquades dan CaCl2 0,5 M sebanyak 20 ml

3. Memasukkan larutan CaCl2 ke dalam 4 botol kultur dan beri tanda pada batas

tinggi larutan tersebut, dan aquades pada satu botol kultur.

4. Pada lobang diatas botol kultur dimasukkan masing-masing satu kecambah

kacang hijau (Phaseolus radiatus), lakukan hal ini pada semua botol kultur.

5. Mengukur panjang batang kecambah kacang hijau (Phaseolus radiates) diatas

kotiledon menggunakan penggaris.

6. Mengamati keadaan cairan pada hari ke-2 kemudian mencatat panjang batang

kecambah kacang hijau (Phaseolus radiates) dan mengamati keadaan

tanaman serta menambahkan air destilata sampai pada batas awal larutannya.

Hal ini dilakukan dua hari sekali.


7. Mengukur dan mencatat panjang batang kacang hijau (Phaseolus radiates)
dan kedaan tanaman pada hari ke-7.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

No Larutan Tanaman Penambahan Panjang Batang Keadaan


air (ml) (cm) tanaman
2 4 0 2 4 7 0 2 4 7
1. Aquades A 3,8 - 3,2 4 - - S L L L
B 3,8 - 2,2 4 - - S S L L
2. CaCl2 A - - 2,5 7 11 11,4 S S S S
0,01 B - - 3 9 11,3 12 S S S S
3. CaCl2 A - - 4,6 7,1 8,6 8,6 S S S S
0,02 B - - 3 6,5 6,8 6,7 S S S L
4. CaCl2 A 2,5 - 3,1 3 - - S L M M
0,1 B 2,5 - 2,1 2,3 - - S L M M
5. CaCl2 A 4 - 2,5 2,5 - - S L M M
0,2 B 4 - 3 3 - - S L M M
Keterangan :
S : Segar
L : Layu
M : Mati

4.2 Pembahasan

Praktikum ini berjudul “Pengaruh Osmotik Konsentrasi Garam Hara


Terhadap Absorbsi Air Dan Pertumbuhan Tanaman”. Dengan tujuan untuk
melihat pengaruh osmotik dari konsentrasi garam hara terhadap absorbsi air dan
pertumbuhan tanaman. Konsentrasi garam hara yang tinggi pada suatu tanaman
disebut stress garam. Stres garam merupakan salah-satu dari antara enam bentuk
stres tanaman yaitu stress suhu, stres air, stres radiasi, stres bahan kimia dan stres
angin, tekanan, bunyi dan lainnya. Stres garam termasuk stres bahan kimia yang
meliputi garam, ion-ion, gas, herbisida, insektisida dan lain sebagainya.
Praktikum ini dilakukan selama seminggu (7 hari), kecambah yang digunakan
pada praktikum ini adalah kecambah yang umurnya kurang lebih 10 hari atau
telah ada akar dan daun. Praktikum ini dimulai dengan menyiapkan larutan CaCl2
20 ml ke dalam 4 botol kultur dan diberi label dan tanda tinggi larutan, dan
meyiapkan aquades 20 ml ke dalam 1 botol kultur diberi label dan tanda tinggi
aquades. Membuat tutup menggunakan steroform dan dibuat dua lubang
diatasnya. Pada lobang diatas botol kultur dimasukkan masing-masing satu
kecambah kacang hijau (Phaseolus radiatus), lakukan hal ini pada semua botol
kultur. Setelah itu mengukur panjang batang kecambah kacang hijau (Phaseolus
radiates) diatas kotiledon menggunakan penggaris. Mengamati keadaan cairan
pada hari ke-2 kemudian mencatat panjang batang kecambah kacang hijau
(Phaseolus radiates) dan mengamati keadaan tanaman serta menambahkan air
destilata sampai pada batas awal larutannya. Hal ini dilakukan dua hari sekali
hingga hari ketujuh.
Air merupakan sumber kehidupan, tanpa air tidak ada makhluk yang dapat
bertahan hidup temasuk tumbuhan. Tumbuhan memanfaatkan air dengan cara
mengabsorbsinya melalui partikel-partikel tanah. Proses ini dapat berlangsung
karena adanya perbedaan potensial air antara akar dan tanah itu sendiri. Besarnya
potensial air dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah potensial
osmotik. Potensial Osmotik terjadi disebabkan oleh adanya bahan terlarut dalam
tanah atau larutan yang dapat menurunkan energi bebas air karena ion dan
molekul bahan terlarut yang menarik molekul-molekul air (Sutandi, 2006).

Pada hari pertama praktikum dilakukan setelah diamati dan dilakukan


pengukuran tinggi tanaman (tabel 1.1), diketahui pada larutan aquades tinggi
tanamannya A = 3,2 cm, B2 = 2,2 cm, kondisi tanaman pada hari pertama masih
segar. Setelah dua hari dilakukan pengamatan kembali panjang tanaman
bertambah panjang yaitu menjadi A = 4 cm dan B 4 cm, keadaan tanaman A =
layu, dan B segar. Pada hari keempat dan ketujuh kondisi tanaman layu.

Pada hari pertama praktikum dilakukan setelah diamati dan dilakukan


pengukuran tinggi tanaman (tabel 1.1), diketahui pada larutan CaCl2 dengan
konsentrasi 0,01 tinggi tanamannya A = 2,5 cm, B2 = 3 cm, kondisi tanaman pada
hari pertama masih segar. Setelah dua hari dilakukan pengamatan kembali
panjang tanaman bertambah panjang yaitu menjadi A = 7 cm dan B 9 cm,
keadaan tanaman A = segar, dan B segar. Pada hari keempat tinggi tanaman
bertambah panjang lagi menjadi A = 11 cm dan B = 11,3 cm, dengan kondisi
tanaman masih segar dan hari ketujuh tinggi tanaman bertambah menjadi A =
11,4 cm dan B = 12 cm dengan kondisi tanaman keduanya masih segar. Pada
tanaman dengan larutan CaCl2 dengan konsentrasi 0,02, tinggi tanaman pada hari
pertama yaitu A = 4,6 cm dan B = 3 cm dengan kondisi tanaman keduanya segar.
Setelah dua hari tanaman bertambah panjang yaitu A = 7,1 dan B = 6,5 dengan
kondisi tanaman segar. Hari keempat tanman bertambah panjang yaitu A = 8,6
dan B = 6,8 dengan kondisi tanaman masih segar. Hari ketujuh tanaman A tidak
bertamabah panajang dengan kondisi tanaman masih segar, namun pada tanamn B
panjang tanaman menyusut menjadi 6,7 cm dari 6,8 cm.

Pada tanaman dengan larutan sukrosa CaCl2 dengan konsentrasi 0,1, pada
hari pertama tinggi tanaman yaitu A = 3,1 dan B = 2,1 kondisi tanaman segar.
Setelah dua hari tanaman menyusut menjadi A = 3 cm dengan kondisi layu,
namun tanaman B tidak yaitu menjadi 2,3 cm. pada hari keempat tanamn mati
sehingga tidak dilakukan pengamatan lagi. Pada tanaman dengan larutan sukrosa
CaCl2 dengan konsentrasi 0,1, pada hari pertama tinggi tanaman yaitu A = 2,5 cm
dan B = 3 cm, dengan kondisi segar. Setelah dua hari tinggi tanaman bertambah
panjang yaitu A = 2,3 cm dan B = 2,5 cm, dengan kondisi tanaman layu. Pada
hari keempat dan hari ketujuh tanaman mati sehingga tanaman tidak lagi
dilakukan pengamatan.
Akar mengabsorbsi air dengan cara osmotis. Oleh karena itu absobsi air
oleh tumbuhan mungkin dilakukan dengan mengaendalikan potensial air larutan
dimana akar itu berada. Jika PO larutan luar lebih rendah dari PO sel-sel akar,
maka air dapat masuk dari larutan maka masuknya air ke dalam sistem akar.
Dengan meningkatnya konsentrasi zat-zat terlarut air ke dalam akan menjadi lebih
lambat sampai arah pergerakan air mungkin akan terbalik (Ismail, 2011).
Garam memiliki sifat higroskopik atau memiliki kemampuan menyerap air
disekelilingnya. Semakin tinggi konsentrasi garam yang dilarutkan dalam air
maka semakin rendah konsentrasi air sehingga semakin cepat memicu terjadinya
stress garam hingga kekeringan fisiologis pada kecambah. Oleh karena itu
tanaman pada konsentrasi 0,02 dan 0,01 tanaman masih hidup pada hari ketuju
meski ada beberapa tanaman yang layu. Hal ini disebabkan karena konsentrasinya
lebih rendah.
Pada umumnya, keberadaan garam-garam terlarut di dalam medium
percobaan ini akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman dengan dua cara, yaitu:
dengan konsentrasi tinggi ion-ion Ca2+ dan Cl– yang terdisosiasi sempurna,
sehingga dapat meracuni dan menginduksi gangguan fisiologis tanaman. Kedua,
garam-garam terlarut dalam konsentrasi yang tinggi mampu menekan potensial
air di dalam medium sehingga menjadi lebih negatif daripada potensial air di
dalam tumbuhan itu sendiri. Rendahnya potensial air di dalam medium ini
disebabkan oleh konsentrasi zat terlarut, yang mampu menurunkan potensial air.
Dalam hal ini, walaupun air di dalam medium berlimpah, namun tidak dapat
diserap oleh tumbuhan. Mekanisme yang terjadi justru sebaliknya, air dalam
tumbuhan cenderung untuk keluar dari sel-sel tumbuhan menuju ke medium,
karena air pasti akan bergerak dari konsentrasi/potensial yang lebih tinggi ke
konsentrasi/potensial yang lebih rendah dalam sistem osmotik.
BAB V
PENUTUTP

5.1 Kesimpulan

1. Air merupakan sumber kehidupan, tidak hanya bagi manusia, makhluk hidup
yang lain juga sangat membutuhkan air.
2. Akar mengabsorbsi air dengan cara osmosis. Oleh karena itu absorbs air oleh
tanaman mungkin dilakukan dengan mengendalikan potensial air larutan
dimana akar itu berada. Jika potensial osmotik larutan di luar lebih rendah
dari potensial osmotik sel-sel akar, maka air dapat masuk dari larutan di luar
ke dalam sistem akar. Dengan meningkatnya konsentrasi zat-zat terlarut maka
masuknya air ke dalam akar akan menjadi lebih lambat sampai arah
pergerakkan air mungkin akan terbalik (Johanes et al., 2014).
3. Garam memiliki sifat higroskopik atau memiliki kemampuan menyerap air
disekelilingnya. Semakin tinggi konsentrasi garam yang dilarutkan dalam air
maka semakin rendah konsentrasi air sehingga semakin cepat memicu
terjadinya stress garam hingga kekeringan fisiologis pada kecambah. Oleh
karena itu tanaman pada konsentrasi 0,02 dan 0,01 tanaman masih hidup pada
hari ketuju meski ada beberapa tanaman yang layu. Hal ini disebabkan karena
konsentrasinya lebih rendah.

5.2 Saran
Adapun saran yang dapat saya berikan yaitu agar praktikan datang tepat
waktu dan praktikan diharapakan tenang dan mematuhi peraturan yang telah
ditentukan agar praktikum berjalan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, N. A., J. B. Reece, Urrt, L. A., Cain, S. A., Wasserman, P. V.,


MInorsky dana Jackson, R. B. 2004. Biologi. Jilid 2. Erlangga. Jakarta.

Dwidjoseputro, D., 1984. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia. Jakarta.

Fried, G. H. 2005. Schaum’s Outlines Biologi Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga.

Hamadayanti. 2010. Pengaruh Osmotik Konsentrasi Garam Hara Terhaadap


Absorbsi Air dan Pertumbuhan Tanaman. http://elysafit08.
Student.ipb.ac.id/organisasi. Diakses pada hari Jumat 13 Maret 2020. Pukul
22.15 WIB. Jambi.

Ismail. 2011. Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Jurusan Biologi FMIPA


UNM. Makasar.

Johanes, Eva, Tambaru, Elis, Suhadiyah, Sri, Latunra, Andi, Ilham, Ferial, W. E.
2014. Pedoman Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Universitas Hasanuddin
Makassar.

Kimball, John W., 2000. Biologi Jilid II Edisi Ketiga. Jakarta. Erlangga.

Muliana, 2011. Pengaruh osmotik konsentrasi garam hara terhadap absorpsi air
dan pertumbuhan tanaman. http://naturelovers-biomuli.pengaruh-osmotik-
konsentrasi-garam-hara-terhadap-absorpsi-air-dan-pertumbuhan-
tanaman.com/, diakses hari Sabtu, tanggal 14 Maret 2020.
LAMPIRAN

Tanaman setelah 2 hari

Tanaman setelah 4 hari

Tanaman hari ketujuh

Memasukkan air kedalam gelas ukur


Kecambah kajang hijau (Phaseolus radiates)

Mengukur tinggi tanmaan

Anda mungkin juga menyukai