Anda di halaman 1dari 16

REVIEW ARTICLE

IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) OBAT DIARE DAN


LAKSATIF PADA PASIEN GANGGUAN GASTROINTESTINAL

Penulis:

1. Arini Puspita Sari (1918031001)


2. Anastasya Dian Nurratri (1918031003)
3. Denia Tamara Vinca (1918031013)
4. Luhut Uli Arto N (1918031020)
5. Sekar Anastry Putri (1918031033)

Dosen Pengampu :
Apt. Citra Yuliyanda, M. Farm

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2021/2022

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................................................ i


DAFTAR ISI ....................................................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL .............................................................................................................................. iii
ABSTRAK ......................................................................................................................................... iv
PENDAHULUAN ............................................................................................................................... 1
Latar Belakang .............................................................................................................................. 1
Identifikasi Masalah ...................................................................................................................... 4
Tujuan Penulisan ........................................................................................................................... 4
METODE PENELITIAN .................................................................................................................... 4
HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................................................... 7
Drug Related Problems (DRPs) terkait Obat Diare pada Beberapa Rumah Sakit di Indonesia ... 7
Drug Related Problems (DRPs) terkait Obat Laksatif .................................................................. 9
KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................ 10

ii
DAFTAR TABEL

Table 1 Gambaran Umum Penelitian Obat Diare dan Laksatif ................................................ 5


Table 2. Profil Drug Related Problems (DRPs) Obat Diare pada Beberapa Rumah Sakit di
Indonesia .................................................................................................................................... 7
Table 3. Profil Drug Related Problems (DRPs) Obat Laksatif ................................................. 9

iii
IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) OBAT DIARE DAN
LAKSATIF PADA PASIEN GANGGUAN GASTROINTESTINAL

Arini Puspita Sari1, Anastasya Dian Nurratri1, Denia Tamara Vinca1, Luhut Uli Arto
Naenggolan1, Sekar Anastry Putri1

1
Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Abstrak
Latar Belakang : Diare atau mencret didefinisikan sebagai buang air besar dengan feses
tidak berbentuk (unformed stools) atau cair dengan frekuensi lebih dari 3 kali dalam 24 jam.
Konstipasi adalah kondisi dimana feses mengeras sehingga susah dikeluarkan melalui anus,
dan menimbulkan rasa kurang nyaman. Saat pasien menjalani pengobatan diare dan
konstipasi tidak sedikit yang gagal dalam menjalani terapi, sehingga mengakibatkan biaya
pengobatan semakin mahal dan berujung pada kematian. Penyimpangan-penyimpangan
dalam terapi tersebut disebut sebagai Drug Related Problems (DRPs). Drug Related
Problems (DRPs) adalah kejadian yang tidak diinginkan dari pengalaman pasien terkait terapi
obat dan secara nyata maupun potensial berpengaruh pada outcome yang diharapkan.
Identifikasi Masalah dan Tujuan Penulisan : Review Article bertujuan untuk mengetahui
profil Drug Related Problems (DRPs) terkait obat diare di beberapa rumah sakit di Indonesia
dan obat laksatif.
Metode Penelitian : Literatur yang kami pakai sebagian besar berasal dari jurnal dan
penelitian sebelumnya berupa skripsi dengan batasan waktu dari tahun 2011 hingga tahun
2021 dengan kata kunci pencarian yang digunakan yaitu Drug Related Problems (DRPs),
Diare, Konstipasi, Laksatif.
Hasil dan Pembahasan : Berdasarkan literatur yang kami ambil, profil Drug Related
Problems (DRPs) terkait obat diare di beberapa rumah sakit di Indonesia dan obat laksatif
yaitu sebagai berikut : Interaksi Obat, Terapi Tanpa Indikasi, Indikasi Tanpa Terapi,
Overdosis, Dosis Subetarpik (Underdose), Pemilihan Obat yang Kurang Tepat, dan Reaksi
Obat yang Tidak Dikehendaki.
Kesimpulan dan Saran : Drug related problems (DRPs) obat diare yang terjadi yaitu
interaksi obat, terapi tanpa indikasi, indikasi tanpa terapi, overdosis, dosis subterapik
(underdose), dan pemilihan obat yang kurang tepat sedangkan DRPs obat laksatif yaitu
interakasi obat dan efek samping obat. Perlu adanya penelitian dan monitoring lebih lanjut
mengenai identifikasi DRPs terutama mengenai terapi obat laksatif.

Kata kunci : Drug Related Problems (DRPs), Diare, Konstipasi, Laksatif

iv
IDENTIFICATION OF DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) DIARRHEA AND
LAXATIVE IN PATIENTS WITH GASTROINTESTINAL DISORDERS

Arini Puspita Sari1, Anastasya Dian Nurratri1, Denia Tamara Vinca1, Luhut Uli Arto
Naenggolan1, Sekar Anastry Putri1

1
Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Abstract

Background : Diarrhea is defined as defecation with unformed stools or liquid with a


frequency of more than 3 times in 24 hours. Constipation is a condition where the stool
hardens so that it is difficult to pass it through the anus, and it causes discomfort. When
patients undergo treatment for diarrhea and constipation, not a few fail to undergo therapy,
resulting in increasingly expensive treatment costs and leading to death. Deviations in
therapy are referred to as Drug Related Problems (DRPs). Drug Related Problems (DRPs)
are unwanted events from a patient's experience related to drug therapy and have a real or
potential effect on the expected outcome.
Identification of the Problems and Research Purpose: This review article aims to determine
the profile of Drug Related Problems (DRPs) related to diarrhea drugs in several hospitals in
Indonesia and laxative drugs.
Research Methods : The literature that we use comes mostly from journals and previous
research in the form of thesis with a time limit from 2011 to 2021 with the search keywords
used, namely Drug Related Problems (DRPs), Diarrhea, Constipation, Laxatives.
Results and Discussion : Based on the literature that we took, the profiles of Drug Related
Problems (DRPs) related to diarrhea drugs in several hospitals in Indonesia and laxative
drugs are as follows: Drug Interactions, Therapy Without Indications, Indications Without
Therapy, Overdose, Subetarpic Doses (Underdose), Inappropriate Drug Selection, and
Unwanted Drug Reaction.
Conclusions and Suggestions : Drug related problems (DRPs) for diarrhea that occur are
drug interactions, therapy without indications, indications without therapy, overdose,
subtherapeutic doses (underdose), and inappropriate drug selection, while the DRPs for
laxative are drug interactions and drug side effects. There is a need for further research and
monitoring regarding the identification of DRPs, especially regarding laxative drug therapy.

Keywords : Drug Related Problems (DRPs), Diarrhea, Constipation, Laxatives

v
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penyakit diare dan konstipasi dalam air, atau penularan dari satu orang
merupakan penyakit gastrointestinal yang ke orang lain4.
sampai saat ini masih menjadi masalah
Berdasarkan penyebabnya, diare dapat
kesehatan di seluruh dunia terutama di
dibedakan beberapa jenis diare yaitu diare
negara yang sedang berkembang dengan
akibat virus, bakteri, parasit, enterotoksin,
beberapa variasi antara wilayah geografis,
dan diare yang disebabkan oleh alergi
populasi dan individu1. WHO
makanan atau minuman, gangguan gizi,
memperkirakan 4 milyar kasus diare
kekurangan enzim, dan dapat pula karena
terjadi pada tahun 2000 dan 2,2 juta
pengaruh psikis (diare non spesifik). Diare
diantaranya meninggal, sebagian besar
infeksi akut diklasifikasikan secara klinis
anak-anak di bawah umur 5 tahun. Hal ini
dan patofisiologis menjadi diare non
sebanding dengan 1 anak meninggal setiap
inflamasi dan diare inflamasi. Diare
15 detik karena diare2. Di Indonesia,
inflamasi disebabkan invasi bakteri dan
penyakit diare merupakan penyakit
sitotoksin di kolon dengan manifestasi
endemis dan juga penyakit potensial KLB
sindrom disentri dengan diare disertai
yang sering disertai dengan kematian.
lendir dan darah. Pengobatan diare sangat
Berdasarkan data Riskesdas pada tahun
bervariasi, tergantung dari penyebab diare
2013, insiden dan prevalensi diare untuk
tersebut4.
seluruh kelompok usia di Indonesia adalah
3,5% dan 7,0%3. Terapi dengan menggunakan obat
diare dilakukan dengan cara mengobati
Diare atau mencret didefinisikan
pasien, mengurangi atau meniadakan
sebagai buang air besar dengan feses tidak
gejala sakit, menghentikan atau
berbentuk (unformed stools) atau cair
memperlambat proses penyakit serta
dengan frekuensi lebih dari 3 kali dalam
mencegah penyakit atau gejalanya. Pada
24 jam. Feses dapat dengan atau tanpa
penyakit diare infeksi yang disebabkan
lendir, darah, atau pus. Gejala penyerta
bakteri dan parasit, obat yang paling
dapat berupa mual, muntah, nyeri
banyak digunakan adalah antibiotik. Pada
abdominal, mulas, tenesmus, demam, dan
pengobatan diare akut infeksi yang
tanda-tanda dehidrasi. Agen yang dapat
disebabkan bakteri dan parasit,
menyababkan diare antara lain bisa
penggunaan obat antibiotik yang tidak
melalui tiga jalur, yaitu: pada makanan,

1
sesuai dengan pedoman terapi akan melalui anus, dan menimbulkan rasa
meningkatkan resistensi bakteri terhadap terganggu atau tidak nyaman pada rektum.
antibiotik, akan tetapi munculnya Konstipasi dapat terjadi pada semua
resistensi dapat dicegah dengan lapisan usia, yang pada umumnya ditandai
menggunakan antibiotik secara rasional dengan frekuensi buang air besar yang
dan terkendali3. rendah (kurang dari 3 kali dalam satu
minggu). Konstipasi masih sering
Konstipasi adalah gangguan
dianggap remeh oleh masyarakat. Mereka
gastrointestinal (GI) fungsional yang
menganggap kesulitan buang air besar
umum. Prevalensi konstipasi pada populasi
bukan masalah besar, hanya akibat dari
umum adalah sekitar 20% meskipun dapat
salah makan atau kurang minum air
berkisar antara 2% hingga 27%,
sehingga disepelekan dan dianggap akan
tergantung pada populasi yang diteliti.
sembuh dengan sendirinya. Padahal,
Pada populasi lanjut usia, insiden
konstipasi dapat mengakibatkan kanker
konstipasi lebih tinggi dibandingkan
usus besar (colon cancer) yang dapat
populasi yang lebih muda, dengan wanita
berujung pada kematian. Konstipasi dapat
lansia lebih sering menderita konstipasi
disebabkan oleh berbagai hal, seperti
parah5. Prevalensi konstipasi pada lansia di
kurangnya asupan serat, kurang asupan air,
Indonesia adalah sebesar 3,8% untuk
pengaruh obat yang dikonsumsi, pengaruh
lansia usia 60–69 tahun dan 6,3% pada
dari penyakit yang diderita, hingga akibat
lansia diatas usia 70 tahun6. Selain
kurangnya aktivitas fisik6.
bertambahnya usia, faktor risiko lain untuk
konstipasi yang diidentifikasi termasuk Perawatan untuk konstipasi memiliki
jenis kelamin, penyakit penyerta dan obat- berbagai tingkat kemanjuran. Pilihan terapi
7
obatan . Dalam kebanyakan penelitian, yang tersedia termasuk pelunak feses,
perempuan lebih mungkin untuk suplemen serat, laksatif osmotik dan
mengalami sembelit daripada laki-laki. stimulan, dan secretagogues lubiprostone
Dalam survey global yang terkait, serta linaclotide5. Beberapa penelitian
prevalensi kejadian konstipasi di Asia internasional telah melaporkan prevalensi
yang di wakili oleh Korea Selatan, Cina penggunaan laksatif pada lansia berkisar
dan Indonesia diperkirakan 15-23 % pada antara 10% hingga 25%7. Untuk gejala
perempuan dan sekitar 11 % di laki-laki8. ringan, peningkatan serat makanan atau
penggunaan serat obat mungkin
Konstipasi adalah kondisi dimana feses
diperlukan. Jika konstipasi berlanjut,
mengeras sehingga susah dikeluarkan

2
seseorang dapat mempertimbangkan untuk dengan terapi obat yang sedang diberikan
memulai agen osmotik seperti polietilen pada pasien. Sedangkan DRP potensial
glikol. Jika laksatif osmotik tidak adalah problem yang diperkirakan akan
mencukupi, maka laksatif stimulan seperti terjadi yang berkaitan dengan terapi obat
bisacodyl dapat ditambahkan. Untuk gejala yang sedang digunakan oleh penderita2.
refrakter, agen yang lebih baru seperti Suatu kejadian dapat disebut DRPs apabila
linaclotide, plecanotide, lubiprostone, atau terdapat dua kondisi, yaitu: (a) adanya
prucalopride mungkin berguna. Ketika kejadian tidak diinginkan yang dialami
mengejan, modifikasi konsistensi tinja pasien, kejadian ini dapat berupa keluhan
dengan agen osmotik, minyak mineral atau medis, gejala, diagnosa penyakit,
pencahar sekretori dapat membantu. ketidakmampuan (disability) yang
Namun, penting juga untuk merupakan efek dari kondisi psikologis,
mempertimbangkan gangguan buang air fisiologis, sosiokultur atau ekonomi; dan
besar9. (b) adanya hubungan antara kejadian
tersebut dengan terapi obat. Strand, et al.,
Saat pasien menjalani pengobatan
(1990) mengklasifikasikan DRPs menjadi
diare dan konstipasi, beberapa
8 kategori : (1) Pasien mempunyai kondisi
memperoleh hasil yang tepat atau berhasil
medis yang membutuhkan terapi obat,
menyembuhkan penyakit yang dideritanya.
tetapi pasien tidak mendapatkan obat
Namun, tidak sedikit yang gagal dalam
untuk kondisi tersebut; (2) Pasien
menjalani terapi, sehingga mengakibatkan
mempunyai kondisi medis dan menerima
biaya pengobatan semakin mahal dan
obat yang tidak mempunyai indikasi medis
berujung pada kematian. Penyimpangan-
yang valid; (3) Pasien mempunyai kondisi
penyimpangan dalam terapi tersebut
medis tetapi mendapatkan obat yang tidak
disebut sebagai Drug Related Problems
aman, tidak paling efektif, dan
(DRPs)3. Drug Related Problems (DRPs)
kontraindikasi dengan pasien tersebut; (4)
adalah kejadian yang tidak diinginkan dari
Pasien mempunyai kondisi medis dan
pengalaman pasien terkait terapi obat dan
mendapatkan obat yang benar, tetapi dosis
secara nyata maupun potensial
obat tersebut kurang; (5) Pasien
berpengaruh pada outcome yang
mempunyai kondisi medis dan
diharapkan10.
mendapatkan obat yang benar, tetapi dosis
DRP dibagi menjadi dua yaitu DRP obat tersebut lebih; (6) Pasien mempunyai
aktual dan potensial. DRP aktual adalah kondisi medis akibat dari reaksi obat yang
problem yang sedang terjadi berkaitan merugikan (adverse drug reaction/ADRs);

3
(7) Pasien mempunyai kondisi medis Tujuan Penulisan
akibat interaksi obat - obat, obat - Penulisan studi pustaka ini bertujuan
makanan, obat - hasil laboratorium; dan untuk:
(8) Pasien mempunyai kondisi medis,
1. Mengetahui profil drug related
tetapi tidak mendapatkan obat yang
problems (DRPs) terkait obat diare dan
diresepkan10.
laksatif pada beberapa rumah sakit di
Identifikasi profil DRPs ini sangat Indonesia.
penting dilakukan untuk meningkatkan 2. Mengetahui profil drug related
efektivitas terapi obat pada penyakit diare problems (DRPs) terkait obat laksatif.
dan konstipasi yang mana sering kali
disepelekan oleh masyarakat karena
kurangnya pemahaman terkait bahaya dari METODE PENELITIAN
penyakit tersebut. Oleh karena itu, perlu Literatur yang kami pakai sebagian
dilakukan penelitian untuk mengetahui besar berasal dari jurnal dan penelitian
drug related problems (DRPs) yang sebelumnya berupa skripsi dengan batasan
dialami pasien terkait terapi obat diare dan waktu dari tahun 2011 hingga tahun 2021
laksatif yang didapatkan. dan kata kunci pencarian yang digunakan
yaitu drug related problems (DRPs), diare,
konstipasi, dan laksatif. Penggunaan
Identifikasi Masalah literatur dapat dijadikan salah satu tolok
Berdasarkan latar belakang yang telah ukur kualitas suatu penelitian. Salah satu
dijelaskan di atas, masalah yang dapat kriteria penelitian yang baik adalah
dirumuskan yaitu: pemanfaatan jurnal terbaru dan dalam
jumlah yang cukup banyak sebagai dasar
1. Bagaimanakah profil drug related
melakukan penelitian. Dari sumber yang
problems (DRPs) terkait obat diare
kami gunakan terlihat bahwa sebagian
pada beberapa rumah sakit di
besar penelitian banyak menggunakan
Indonesia?
jurnal. Hal ini menunjukkan bahwa bila
2. Bagaimanakah profil drug related
dilihat dari pemanfaatan literatur
problems (DRPs) terkait obat laksatif?
kepustakaan sumber yang kami ambil
sangat baik kualitasnya.

4
Table 1 Gambaran Umum Penelitian Obat Diare dan Laksatif

Peneliti Jenis Lokasi Waktu Populasi Sampel Jenis dan Metode


Penelitian Peneliti Sumber Data Pengumpulan
an Data

Asyikin, Observasional Apotek Agustus Seluruh Catatan Data sekunder Pendataan


2017 deskriptif RSUD 2017 catatan rekam yang sumber seluruh obat
Pangkep rekam medik datanya yang diberikan
Sulawesi medik pasien dikumpulkan meliputi
Selatan pasien diare di dengan catatan karakteristik
diare di Ruang rekam medik pasien, diagnosis
Ruang Perawatan pasien diare di penyebab diare
Perawatan Anak Ruang yang didukung
Anak RSUD Perawatan oleh
RSUD Pangkep Anak RSUD laboratorium,
Pangkep periode Pangkep dan jenis obat
Sulawesi Januari – periode
Selatan April Januari – April
2017 2017

Chaliks, Observasional Apotek Januari Seluruh Semua Semua data Pengumpulan


Ratnah deskriptif rawat – data rekam yang relevan data secara
dan inap Oktober rekam medik dan dari rekam retrospektif
Karim, RSUD 2017 medik dan resep medik dan (dilakukan satu
2018 Labuang resep pasien resep kali selama
Baji pasien anak pasien anak penelitian). Data
Makassar anak rawat inap rawat inap di kemudian
rawat inap yang poli anak dan dimasukkan ke
di RSUD terdiagnos di dalam lembar
Makassar a diare di apotek rawat observasi yang
selama RSUD inap RSUD telah dibuat unuk
periode Makassar Labuang Baji penelitian ini,
Januari – selama Makassar kemudian
Juni 2017 periode selama periode dilakukan
Januari – penelitian identifikasi
Juni 2017 DRPs

Afqary, Observasional Instalasi Januari Seluruh Semua Nomor Pengambilan


Kurnia, deskriptif Rawat 2018 - rekam rekam rekam medis data sampel
dan Inap 31 medik dan medik dan yang ada di diambil secara
Sischa, Rumah Desemb resep resep Instalasi restrospektif dari
2019 Sakit er 2018 pasien pasien Rawat data rekam
Azra Instalasi Instalasi Inap Rumah medis di Instalasi
Bogor rawat inap rawat inap Sakit Azra Rawat Inap
rumah rumah Bogor untuk Rumah Sakit
sakit azra sakit azra melihat status Azra Bogor yang
bogor bogor pasien yang memenuhi
yang yang tercatat di kriteria inklusi
terdiagnos terdiagnos rekam medis dan ekslusi
a diare di a diare di yang ada di selama menjalani
RSUD RSUD ruang perawatan pada
Makassar Makassar penyimpanan periode Januari –
selama selama status pasien Juni 2017
periode periode atau ruang
Januari – Januari – rekam medik
Juni 2017 Juni 2017

5
Rahmat, Deskriptif dan Instalasi Agustus Data 49 Data sekunder Pengumpulan
2019 objektif Rawat - rekam rekam berupa rekam data dilakukan
Inap Septem medis medis medis pasien dengan cara
RSUD ber pasien yang anak-anak mengumpulkan
Dr. 2017 penderita pasien penderita diare rekam medis
Pirngadi Diare di memenuhi di instalasi pasien anak-anak
Medan Instalasi kriteria rawat inap penderita diare di
Rawat inklusi RSUD Dr. instalasi rawat
Inap dan tidak Pirngadi Kota Inap RSUD
RSUD Dr. memenuhi Medan periode Dr.Pirngadi Kota
Pirngadi kriteria Januari - Juni Medan periode
Kota eksklusi 2017 Januari – Juni
Medan 2017. Data yang
selama dikumpulkan
periode kemudian diolah
Januari- dan diidentifikasi
Juni 2017 berdasarkan
karakteristik
yang sama dari
pasien, seperti
jenis
kelamin, usia,
lama perawatan,
diagnosa, dan
catatan
penggunaan obat
Islami, Observasional Instalasi Seluruh Sampel Rekam medik Catatan seluruh
2014 non Rawat Agustus rekam minimal pasien rekam medik
eksperimental Inap di – medik yang biasa balita pasien balita
Rumah Novem pasien diambil penderita diare rawat inap
Sakit ber balita adalah yang penderita diare di
Bhayang 2014 rawat inap 100 pasien menjalani Rumah Sakit
kara penderita diare. rawat inap di Bhayangkara
Kendari diare di Kriteria RSU Kendari tahun
Sulawesi Rumah inklusi Bahteramas 2013 yang
Tenggara Sakit pada Provinsi menderita diare
Bhayangk penelitian Sulawesi
ara ini yaitu Tenggara
Kendari rekam
tahun medik
2013 yang pasien
berjumlah diare usia
124 kasus 0-49
bulan
berjumlah
47 pasien.
Kriteria
eksklusi
pada
penelitian
ini yaitu
rekam
medik
yang tidak
lengkap
dan
tidak
terbaca
Purwanti, Observasional Poli Catatan Catatan Rekam medik Data retrospektif
2016 deskriptif geriatri April - rekam rekam pasien geriatri (rekam medis)

6
RSUD Juli medik medik yang kemudian
Dr. 2016 seluruh pasien mengalami dibandingkan
Soetomo pasien geriatri konstipasi dan dengan
Surabaya geriatri yang mendapat Algoritma untuk
yang mengalam resep laksatif pengobatan
menderita i di poli geriatri pasien dewasa
konstipasi konstipasi RSUD Dr. dengan
di poli dan Soetomo konstipasi transit
geriatri mendapat Surabaya normal
RSUD Dr. resep fungsional.
Soetomo laksatif di
Surabaya poli
geriatri
RSUD Dr.
Soetomo
Surabaya
pada
periode 1
Mei – 31
Desember
2015 yang
memenuhi
kriteria

HASIL DAN PEMBAHASAN


Drug Related Problems (DRPs) terkait Obat Diare pada Beberapa Rumah Sakit di
Indonesia

Table 2. Profil Drug Related Problems (DRPs) Obat Diare pada Beberapa Rumah Sakit di Indonesia

Peniliti Interaksi Terapi Indikasi Overdosis Dosis Pemilihan Reaksi Obat Kegagalan
Obat Tanpa Tanpa Subterapik Obat yang Tidak Menerima
Indikasi Terapi (Underdose) yang Dikehendaki Obat
Kurang
Tepat
Asyikin, -   - -  - -
2017
Chaliks, - - -    - -
Ratnah
dan
Karim,
2018
Afqary,      - - -
Kurnia,
dan
Sischa,
2019
Rahmat,      - - -
2019
Islami, - - -    - -
2014

7
Berdasarkan hasil penelitian yang dosis juga ditemukan pada penggunaan
dilakukan oleh Asyikin pada tahun 2017 di zink yang overdose. Pada penelitian ini
Perawatan Anak RSUD Pangkep Sulawesi pula ditemukan penggunaan kortikosteroid
Selatan menunjukkan bahwa pada tanpa indikasi yang jelas. Penggunaan
pengkajian adanya DRPs dibatasi pada kortikosteroid pada anak hendaknya
kasus ketidaktepatan pemilihan obat untuk dipertimbangkan dengan benar, mengingat
pasien anak diare. Ketidaktepatan efek samping yang dapat terjadi.
pemilihan obat adalah suatu keadaan Selanjutnya pada penelitian ini tidak
dimana pasien mendapatkan terapi obat ditemukan adanya kejadian interaksi obat
yang tidak tepat seperti obat bukan yang dan duplikasi obat3.
paling efektif, pasien alergi atau
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
kontraindikasi dan tidak sesuai dengan
dilakukan oleh Afqary, Kurnia, dan Sischa
kondisi patologi pasien. Berdasarkan
pada tahun 2019, secara retrospektif pada
evaluasi kasus pada penelitian tersebut,
pasien diare usia 0-5 tahun di Instalasi
menunjukkan bahwa DRPs yang terjadi
Rawat Inap Rumah Sakit Azra Bogor
pada pasien anak diare di Perawatan Anak
tahun 2018. Terjadinya DRPs secara rinci
RSUD Pangkep periode Januari-April
dapet dijabarkan sebagai berikut: (a)
2017 adalah ketidaktepatan pemilihan obat
Sosiodemografi jenis kelamin yang diteliti
sebanyak 20 kasus (27,40%), indikasi
yaitu usia 0-5 tahun anak laki-laki lebih
tanpa obat sebanyak 19 kasus (26,03%),
banyak terkena diare yaitu sebanyak 56%
dan obat tanpa indikasi sebanyak 8 kasus
sedangkan anak perempuan 44%; (b)
(10,96%)4.
Berdasarkan pengelompokkan usia, diare
Berdasarkan hasil penelitian yang terjadi paling tinggi pada usia 0-12 bulan,
dilakukan oleh Chaliks, Ratnah dan Karim yaitu pada anak laki-laki 31 pasien dan
pada tahun 2018 di Rumah Sakit Umum anak perempuan 25 pasien. Serta
Daerah Labuang Baji Makassar pengelompokkan golongan dan jenis obat
menunjukkan bahwa terjadi DRPs pada diare dapat diketahui obat yang paling
kategori tepat obat dimana terdapat 10 banyak digunakan yaitu Probiotik 152
pasien atau 38,45% mendapatkan pasien (100%). Golongan obat dan jenis
antibiotik seftriakson dan 9 pasien atau obat lain yang digunakan bersamaan
34,61% mendapatkan suplemen zink dengan obat diare yang terbanyak
dengan dosis underdose (dosis subterapi). digunakan yaitu obat Antibiotik 138 pasien
Selain itu, DRP dengan kategori tepat (90,78%); dan (c) Kasus DRPs yang

8
terjadi pada penderita diare usia 0-5 tahun obat sebanyak 14 kasus (31,81%). DRPs
selama periode Januari – Juni 2017. Pada lain berturut-turut adalah dosis obat lebih
potensi interaksi obat terdapat 48 yang sebanyak 8 kasus (18,18%), obat tanpa
terdiri dari interaksi bermakna klinik 0 indikasi sebanyak 8 kasus (18,18%),
kasus (0,00%) dan interaksi tidak indikasi tanpa obat sebanyak 8 kasus
bermakna klinik 48 kasus (48%), terapi (18,18%), dosis obat kurang sebanyak 6
tanpa indikasi 20 kasus (20%), indikasi kasus (13,63%), dan obat salah (0%)11.
tanpa terapi 7 kasus (7%), overdosis 25
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
kasus (25%), dosis subterapetik 10 kasus
dilakukan oleh Islami pada tahun 2014,
(10%), pemilihan obat yang kurang tepat 0
pada 47 rekam medis pasien balita dengan
kasus (0,00%), reaksi obat yang tidak
diagnosis diare terdapat 31 pasien
dikehendaki 0 kasus (0,00%) dan
(75,6%) mengalami DRPs. Jenis DRPs
kegagalan menerima obat 0 kasus
yang paling banyak terjadi adalah kejadian
(0,00%)2.
tidak tepat indikasi 19 kasus (46,3%).
Berdasarkan hasil penelitian yang DRPs lain berturut-turut adalah dosis obat
telah dilakukan oleh Rahmat pada tahun terlalu tinggi sebanyak 8 kasus (19,5%),
2019, pada 49 rekam medis pasien anak dosis terlalu rendah sebanyak 4 kasus
dengan diagnosis diare terdapat 32 pasien (9,7%), dan pemberian obat yang salah
(65,30%) mengalami DRPs. Jenis DRPs sebanyak 0 kasus (0%)12.
yang paling banyak terjadi adalah interaksi

Drug Related Problems (DRPs) terkait Obat Laksatif

Table 3. Profil Drug Related Problems (DRPs) Obat Laksatif

Peneliti Interaksi Terapi Indikasi Overdosis Dosis Pemilihan Reaksi Obat Kegagalan
obat Tanpa Tanpa Subterapik Obat yang Tidak Menerima
Indikasi Terapi (Underdose) yang Dikehendaki Obat
Kurang
Tepat
Purwanti,  - - - - -  -
2016

Berdasarkan hasil penelitian yang Surabaya menunjukkan bahwa adanya


dilakukan oleh Purwanti pada tahun 2016 DRPs pada kategori efek samping obat
di Poli geriatri RSUD Dr. Soetomo yang kemungkinan terjadi pada pemerian

9
laksatif bisakodil (18 orang) merasa tidak Kami menyarankan adanya penelitian
nyaman perut, kehilangan cairan elektrolit, lebih lanjut mengenai identifikasi DRPs,
diare, reaksi hipersensitifitas; pemerian terutama bagian terapi obat laksatif
laksatif laktulosa (27 orang) yaitu kram dikarenakan masih terbatasnya referensi
perut atau flatulen, mual muntah, diare, yang kami peroleh dan sedikitnya
kehilangan banyak elektrolit; pemerian penelitian yang dilakukan untuk pasien
laksatif laxadine (21 orang) ruam kulit terapi obat laksatif. Selain itu, perlu
terbakar kehilangan cairan tubuh, pruritis, dilakukan monitoring pada pasien di setiap
diare, mual dan muntah. Adapun kategori rumah sakit yang kami jadikan sumber
Drug Related Problems (DRPs) yang data untuk mencegah terjadinya drug
potensial muncul pada pasien yang related problems (DRPs) lebih lanjut dari
mendapatkan resep laksatif yaitu interaksi obat diare dan laksatif yang diterima.
laksatif laktulosa dengan diuretik
furosemide13. DAFTAR PUSTAKA
1. Fosnes GS, Lydersen S, Farup PG.
Constipation and diarrhoea -
KESIMPULAN DAN SARAN
common adverse drug reactions? A
Berdasarkan hasil penelitian tentang
cross sectional study in the general
identifikasi drug related problems (DRPs)
population. BMC Clin Pharmacol.
obat diare dan laksatif pada penderita
2011;11(2):1–9.
gangguan gastrointestinal, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut: 2. Afqary M, Kurnia H G, Sischa.
1. Profil drug related problems (DRPs) Evaluasi Drug Related Problems
obat diare yang banyak terjadi pada (DRPs) Pengobatan Diare Pada
pasien rata-rata pada kategori interaksi Pasien Balita di Instalasi Rawat
obat, terapi tanpa indikasi, indikasi Inap Rumah Sakit Azra Bogor. J
tanpa terapi, overdosis, dosis Farmamedika. 2019;4(2):54–61.
subterapik (underdose), dan pemilihan
3. Chaliks R, Ratnah S, Karim D.
obat yang kurang tepat.
Identifikasi Drug Related Problems
2. Profil drug related problems (DRPs)
(DRPs) Dalam Pengobatan Diare
obat laksatif yang terjadi pada pasien
Pada Pasien Anak Rawat Inap di
ada pada kategori interakasi obat dan
Rumah Sakit Umum Daerah
efek samping obat.
Labuang Baji Makassar. Media
Farm. 2018;14(1):128–33.

10
4. Asyikin HA. Identifikasi Drug 9. Canning SD. Laxatives and Other
Related Problem’s (DRPs) Pada Drugs for Constipation [Internet].
Pasien Diare di Perawatan Anak 2nd ed. Encyclopedia of
RSUD Pangkep Sulawesi Selatan. Gastroenterology. Elsevier Inc.;
Media Farm. 2017;13(2):1–9. 2019. 333–337 p. Available from:
http://dx.doi.org/10.1016/B978-0-
5. Roque MV, Bouras EP.
12-801238-3.65642-8
Epidemiology and management of
chronic constipation in elderly 10. Utami MN. Identifikasi Drug
patients. Clin Interv Aging. Related Problems (DRPs) Pada
2015;10:919–30. Pasien Penyakit Ginjal Kronik di
Ruang Interna Pria Rumah Sakit
6. Kartika Sari AD, Wirjatmadi B.
Umum Pusat H. Adam Malik
Hubungan Aktivitas Fisik Dengan
Medan Periode September-
Kejadian Konstipasi Pada Lansia Di
November 2015. 2017.
Kota Madiun. Media Gizi Indones.
2016;11(1):40–7. 11. Rahmat M. Identifikasi Drug
Related Problems (DRPs) Pada
7. Werth BL, Williams KA, Pont LG.
Pengobatan Diare Terhadap Pasien
A longitudinal study of constipation
Anak di Instalasi Rawat Inap Rsud
and laxative use in a community-
Dr. Pirngadi Medan Periode Januari
dwelling elderly population. Arch
- Juni 2017. 2019.
Gerontol Geriatr [Internet].
2015;60(3):418–24. Available from: 12. Islami LOMI. Identifikasi Drug
http://dx.doi.org/10.1016/j.archger.2 Related Problems (DRP’s) Penyakit
015.02.004 Diare Pada Pasien Balita Rawat
Inap di Rumah Sakit Bhayangkara
8. Budianto, Novendy. Hubungan
Kendari Sulawesi Tenggara Tahun
konsumsi serat dengan kejadian
2013. 2014.
konstipasi pada mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas 13. Purwanti SP. Studi Penggunaan
Tarumanagara periode 1-13 Maret Laksatif Pada Pasien Geriatri. 2016.
2015. Tarumanagara Med J.
2018;1(1):35–40.

11

Anda mungkin juga menyukai