Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH DISAIN PEMBELAJARAN

TENTANG

MODEL-MODEL DISAIN PEMBELAJARAN

KELOMPOK 2 TBIO – 5A:

ANGGUN ARNITYA (1930106005)

AYNI ANANDA ALIF (1930106006)

FRENGKY GUNAWAN (1930106013)

DOSEN PENGAMPU:

NAJMIATUL FAJAR, M. Pd

JURUSAN TADRIS BIOLOGI

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

BATUSANGKAR
2021

2
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Alhamdulillahirobbilalamin, banyak nikmat yang Allah SWT berikan
tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah SWT
Tuhan seru sekalian alam atas segala berkah, taufik, rahmat serta hidayah-Nya
yang tak dapat terhitung banyaknya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Model-Model Disain Pembelajaran”. Untuk memenuhi
tugas mata kuliah Disain Pembelajaran.
Dalam penyusunannya penulis banyak mendapat bantuan dari orang
yang dicintai dan disayangi, oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih
sebesar-besarnya kepada mereka yang telah memberikan dukungan, kasih, dan
kepercayaan yang begitu besar. Dari sanalah semua kesuksesan ini berawal,
semoga semua ini bisa memberikan kebahagian dan menuntun pada langkah
yang lebih baik lagi.
Meskipun penulis berharap makalah ini bebas dari kekurangan dan
kesalahan, namun selalu ada yang kurang itu lah manusia tak lepas dari
kekurangan. Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi
semua pembacanya.
Wassallam warrahmatullahhiwabarakatuh

Batusangkar, 13 September 2021

(penulis)

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................2

C. Tujuan Penulisan...........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3

A. Pengertian Model Disain Pembelajaran........................................................3

B. Langkah–Langkah Masing Masing Model Pembelajaran Beserta Kelebihan


dan Kekurangan dari Masing – Masingnya..........................................................6

BAB III PENUTUP..............................................................................................20

A. Kesimpulan.................................................................................................20

B. Saran............................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah pendidikan yang masih dianggap penting untuk dipecahkan oleh
bangsa Indonesia, khususnya pendidikan islam adalah mengenai rendahnya
mutu pendidikan baik pendidikan persekolahan maupun luar persekolahan.
Pendidikan menjadi tolok ukur kemajuan negara jika hasil pendidikannya
sesuai dengan tujuan dari pendidikan Nasional. Dalam usaha perbaikan dan
memajukan pendidikan di Indonesia pemerintah memberikan peluang besar
bagi lembaga–lembaga sekolah berupa otonomi sekolah untuk mengelola
sekolah mereka dengan mandiri. Mereka diharapkan mampu mengelola
lembaga dalam segala bidang baik dari masukan, proses sampai pada hasil
dari pendidikan tersebut.
Salah satu bidang yang perlu kita pelajari dari segi proses pendidikan.
Proses pendidikan akan menyangkut masalah proses pembelajaran yang
berkaitan langsung dengan siswa sebagai subyek pendidikan. Banyak kita
temui pembelajaran saat ini tidak berorientasi pada bagimana siswa
mendapatkan pengetahuan dengan mudah dan memahami. Tetapi lebih pada
sisi bagaimana mana materi tersampaikan sampai tuntas, asumsinya bagi
siswa materi tersebut sebatas “tahu”. Sehingga siswa lebih cenderung
memahami materi dari sisi “kulit”nya pengetahuan saja. Padahal pengetahuan
itu dapat diketahui melaui proses yang panjang mulai dari melihat,
mengetahui, memahami, melakukan sampai menghasilkan pengetahuan secara
utuh.
Oleh sebab itu, fungsi guru sebagai fasilitator, motivator dan inovator
pendidikan dituntut melakukan perubahan minimal perbaikan proses
pembelajaran melalui desain pembelajaran yang jitu. Agar siswa mampu
memahami materi yang diajarkan hingga menjadi nilai-nilai (karakter) dalam
kehidupan siswa sehari-hari. Perbaikan terhadap proses pembelajaran dapat

1
dilakukan mulai dari penggunaan pendekatan, model, strategi, metode hingga
keterampilan pembelajaran. Salah satu ketrampilan yang dapat kita lakukan
dengan penggunaan strategi pembelajaran yang efektif dan efisien dengan
harapan pembelajaran dapat memposisikan siswa belajar dan dapat menggali
potensi siswa secara maksimal.
Dari uraian tersebut diatas penulis akan membahas tentang “Model-Model
Disain Pembelajaran” yang dapat digunakan dalam rangka memudahkan
penyampaian materi pada proses pembelajaran.

B. Rumusan Masalah
Adapun Rumusan Masalah dalam Makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan model disain pembelajaran?
2. Apa saja langkah–langkah masing masing model pembelajaran beserta
kelebihan dan kekurangan dari masing-masingnya?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian model disain pembelajaran.
2. Untuk mengetahui langkah–langkah masing masing model pembelajaran
beserta kelebihan dan kekurangan dari masing - masingnya.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Model Disain Pembelajaran


Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik
pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka
terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran. Jadi, model
pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar
dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain,
model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu
pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
Istilah pengembangan sistem instruksional (instructional system
development) dan desain instruksional (instructional design) sering dianggap
sama, atau setidak-tidaknya tidak dibedakan secara tegas dalam
penggunaannya, meskipun menurut arti katanya ada perbedaan antara “desain”
dan “pengembangan”. Kata “desain” berarti membuat sketsa atau pola atau
outline atau rencana pendahuluan. Sedang “Pengembangan” berarti membuat
tumbuh secara teratur untuk menjadikan sesuatu lebih besar, lebih baik, lebih
efektif dan sebagainya.
Disain pembelajaran dapat dimaknai dari berbagai sudut pandang,
misalnya sebagai disiplin, sebagai ilmu, sebagai sistem, dan sebagai proses.
Sebagai disiplin, desain pembelajaran membahas berbagai penelitian dan teori
tentang strategi serta proses pengembengan pembelajaran dan pelaksanaannya.
Sebagai ilmu, desain pembelajaran merupakan ilmu untuk menciptakan
spesifikasi pengembangan, pelaksanaan, penilaian, serta pengelolaan situasi
yang memberikan fasilitas pelayanan pembelajaran dalam skala makro dan
mikro untuk berbagai mata pelajaran pada berbagai tingkatan kompleksitas.
Sebagai sistem, desain pembelajaran merupakan pengembangan sistem
pembelajaran dan sistem pelaksanaannya termasuk sarana serta prosedur
untuk meningkatkan mutu belajar.

3
Desain pembelajaran sebagai proses. merupakan pengembangan
sistematis tentang spesifikasi pembelajaran dengan menggunakan teori
pembelajaran dan teori belajar untuk menjamin mutu pembelajaran. Disain
pembelajaran merupakan proses keseluruhan tentang kebutuhan dan tujuan
belajar serta sistem penyampaiannya. Termasuk di dalamnya adalah
pengembangan bahan dan kegiatan pembelajaran, uji coba dan penilaian
bahan, serta pelaksanaan kegiatan pembelajarannya. Untuk memahami lebih
jauh tentang teori dan aplikasi desain pembelajaran.
Disain Pembelajaran adalah praktek penyusunan media teknologi
komunikasi dan isi untuk membantu agar dapat terjadi transfer pengetahuan
secara efektif antara guru dan peserta didik. Proses ini berisi penentuan status
awal dari pemahaman peserta didik, rumusan tujuan pembelajaran dan
merancang “perlakuan” berbasis media untuk membantu terjadinya transisi.
Idealnya proses ini berdasar pada informasi dari teori belajar yang sudah 7
teruji secara pedagogis dan dapat terjadi hanya pada siswa, dipandu oleh guru,
atau dalam latar berbasis komunitas (Sari)
Model pembelajaran merupakan suatu rencana mengajar yang memper-
hatikan pola pembelajaran tertentu, hal ini sesuai dengan pendapat Briggs
(1978:23) yang menjelaskan model adalah “seperangkat prosedur dan
berurutan untuk mewujudkan suatu proses” dengan demikian model
pembelajaran adalah seperangkat prosedur yang berurutan untuk
melaksanakan proses pembelajaran.
Secara umum istilah model diartikan sebagai kerangka konseptual yang
digunakan sebagai pedoman atau acuan dalam melakukan suatu kegiatan.
Dalam pengertian lain, model juga diartikan sebagai barang atau benda tiruan
dari benda sesungguhnya, misalnya globe merupakan bentuk dari bumi.
Selanjutnya istilah model digunakan untuk menunjukkan pengertian petama
sebagai kerangka proses pemikiran.
Jadi Model pembelajaran merupakan bentuk pembelajaran yang
tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.
Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari

4
penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
Di luar istilah tersebut dalam proses pembelajaran dikenal juga istilah
desain pembelajaran. Jika model pembelajaran lebih berkenaan dengan pola
umum dan prosedur umum aktivitas pembelajaran, sedangkan desain
pembelajaran lebih menunjuk kepada cara-cara merencanakan suatu sistem
lingkungan belajar tertentu setelah ditetapkan strategi pembelajaran tertentu.
Herbert Simon mengartikan desain sebagai proses pemecahan masalah yang
memiliki tujuan untuk mencapai solusi terbaik dalam dalam memecahkan
masalah dengan memanfaatkan seumlah informasi yang tersedia.
Gagne (1992) menjelaskan bahwa desain pembelajaran disusun untuk
membantu proses belajar siswa, dimana proses belajar itu memiliki tahapan
segera dan tahapan jangka panjang. Menurut Gagne dalam proses belajar
seorang siswa dapat dipengaruhi oleh dua hal yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Sedangkan desain pembelajaran berkaitan dengan faktor eksternal
yaitu pengeturan lingkungan dan kondisi yang memungkinkan siswa dapat
belajar. Shambaugh mnejelaskan tentang desain pembelajaran yakni sebagai
“an intellectual process to help teachers systematically analyze learner needs
and construct structures possibilities to responsively address those needs.”
Dengan demikian dapat diartikan bahwa suatu desain pembelajaran diarahkan
untuk menganalisis kebutuhan siswa dalam pembelajaran kemudian berupaya
untuk membantu dalam menjawab kebutuhan tersebut.
Pendapat yang lebih spesifik dikemukakan oleh Gentry yang berpendapat
bahwa desain pembelajaran berkenaan dengan proses menentukan tujuan
pembelajaran, strategi dan tekhnik untuk mencapai tujuan serta merancang
media yang dapat digunakan untuk pencapaian efektivitas pencapaian tujuan.
Selanjutnya ia menguraikan bahwa penerapan suatu desain pembelajaran
memerlukan dukungan dari lembaga yang akan menerapkan, pengelolaan
kegiatan, serta pelaksanaan yang intensif berdasarkan analisis kebutuhan.
Dari beberapa pengertian diatas maka desain instruksional berkenaan
dengan proses pembelajaran yang dapat dilakukan siswa untuk mempelajari
suatu materi pelajaran yang di dalamnya mencakup rumusan tujuan yang

5
harus dicapai atau hasil belajar yang diharapkan, rumusan strategi yang dapat
dilaksanakan untuk mencapai tujuan termasuk metode, tekhnik dan media
yang dapat dimanfaatkan seta tekhnik evaluasi untuk mengukur atau
menentukan keberhasilan pencapaian tujuan.
B. Langkah–Langkah Masing Masing Model Pembelajaran
Beserta Kelebihan dan Kekurangan dari Masing – Masingnya
1. Model Dick and Carey
Perancangan pengajaran menurut sistem pendekatan model Dick &
Carey, dikembangkan oleh Walter Dick & Lou Carey. Menurut
pendekatan ini terdapat beberapa komponen yang akan dilewati di dalam
proses pengembangan dan perancangan tersebut yang berupa urutan
langkah-langkah. Urutan langkah-langkah ini tidaklah kaku. Tetapi
sebagaimana ditunjukkan Dick & Carey, bahwa telah banyak pengembang
perangkat yang mengikuti urutan secara ajek dan berhasil
mengembangkan perangkat yang efektif.
a. Mengidentifikasikan tujuan umum pembelajaran
b. Melaksanakan analisis pembelajaran
c. Mengidentifikasi tingkah laku masukan dan karakteristik siswa
d. Merumuskan tujuan performansi
e. Mengembangkan butir–butir tes acuan patokan
f. Mengembangkan strategi pembelajaran
g. Mengembangkan dan memilih materi pembelajaran
h. Mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif
i. Merevisi bahan pembelajaran
Menurut Prof. Atwi Suparman (Rektor UT), model ini cocok untuk
pembelajaran formal di sekolah dan untuk sistem pembelajaran yang
melibatkan komputer dalam proses pembelajaran. Analisis tentang media
dan metode tidak bersifat argumentatif guna mencapai berbagai alternatif
media.
Kelebihan dan kelemahan dari model pembelajaran ini adalah:

6
a. Kelebihan model Dick and Carey
1) Setiap langkah jelas dan terperinci, sehingga dapat dengan mudah di
ikuti 
2) Komponennya sangat lengkap, hampir mencakup semua yang
dibutuhkan dalam suatu perencanaan pembelajaran. 
3) Teratur, efektif dan Efisien dalam pelaksanaanya
4) Adanya revisi pada analisis instruksional, dimana hal tersebut
merupakan hal yang sangat baik, karena apabila terjadi kesalahan
maka segera dapat dilakukan perubahan pada analisis instruksional
tersebut, sebelum kesalahan didalamnya ikut mempengaruhi
kesalahan pada komponen setelahnya 
b. Kekurangan model Dick and Carey
1) Tidak semua prosedur pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dapat
di kembangkan sesuai dengan langkah-langkah tersebut 
2) Kaku, karena setiap langkahnya sudah ditentukan
3) Terlalu banyak prosedur yang harus dilakukan oleh guru dalam
melaksanakan proses pembelajaran
4) Kurang cocok jika diterapkan pada pembelajaran berskala besar
5) Uji coba tidak diuraikan secara jelas kapan harus dilakukan dan
kegiatan revisi baru dilaksanakan setelah diadakan tes formatif 
2. Model ASSURE
Model ASSURE merupakan suatu model yang merupakan sebuah
formulasi untuk Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) atau disebut juga
model berorientasi kelas. Menurut Heinich et al (2005) model ini terdiri
atas enam langkah kegiatan yaitu:
a. Analyze Learners
b. States Objectives
c. Select Methods, Media, and Material
d. Utilize Media and materials

7
e. Require Learner Participation
f. Evaluate and Revise
Kelebihan dan kelemahan disain model pembelajaran ini adalah:
a. Kelebihan disain model pembelajaran ASSURE
1) Mengutamakan partisipasi pembelajar dalam Poin Require Learner
Participation, sehingga di adakan pengelompokan-pengelompokan
kecil seperti pengelompokan belajar menjadi belajar mandiri dan
belajar tim dll. Serta penugasan yang bertujuan untuk memicu
keaktifan peserta didik
2) Membuat guru atau pendidik aktif untuk menemukan dan
memanfaatkan, bahan danmedia yang tepat dan memanfaatkan
secara optimal media yang telah ada
3) Komponennya lebih banyak, diantara lain ada analisis
pembelajaran, rumusan tujuan pembelajaran, strategi pembelajaran,
sistem penyampaian, penilaian proses belajar dan belajar
4) Model disain pembelajaran ini diterapkan sendiri oleh guru
b. Kekurangan disain model pembelajaran ASSURE
1) Walau komponennya cukup banyak, namun tidak semua komponen
disain pembelajaran masuk kedalamnya
2) Tidak semua mata pelajaran dicakupnya
3. Model Gerlach & Elly
Model pembelajaran Gerlach dan Ely merupakan suatu metode
perencanaan pengajaran yang sistematis. Model ini menjadi suatu garis
pedoman atau suatu peta pembelajaran karena dalam model ini
diperlihatkan keseluruhan proses belajar mengajar yang baik, sekalipun
tidak menggambarkan secara rinci setiap komponennya. Dalam model ini
juga diperlihatkan hubungan antara elemen yang satu dengan yang lainnya
serta menyajikan suatu pola urutan yang dapat dikembangkan dalam suatu
rencana untuk mengajar.
Model yang dikembangkan oleh Gerlach dan Ely (1971)

8
dimaksudkan sebagai pedoman perencanaan mengajar. Rincian
komponennya adalah sebagai berikut:
a. Merumuskan tujuan pembelajaran (Specification of Object) Tujuan
harus bersifat jelas (tidak abstrak dan tidak terlalu luas) dan
operasional agar mudah diukur dan dinilai.
b. Menentukan isi materi (Specification of Content) Isi materi harus
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Pemilihan materi haruslah
spesifik agar lebih mudah membatasi ruang lingkupnya dan lebih jelas
dan mudah dibandingkan dan dipisahkan dengan pokok bahasan
lainnya.
c. Penilaian kemampuan awal siswa (Assesment of Entering Bahaviors)
Kemampuan awal siswa ditentukan dengan memberikan tes awal.
Mengetahui kemampuan awal ini penting bagi pengajar agar dapat
memberikan dosis pelajaran yang tepat, tidak terlalu sukar dan tidak
terlalu mudah.
d. Menentukan strategi (Determination of Strategy) Strategi pembelajaran
merupakan pendekatan yang dipakai pengajar dalam memanipulasi
informasi, memilih sumber-sumber dan menentukan tugas/evaluasi
dalam kegiatan balajar mengajar.
e. Pengelompokkan belajar (Organization of Groups) Beberapa
pengelompokkan siswa diantaranya;
f. Pembagian waktu (Allocation of Time) Rencana penggunaan waktu
akan berbeda berdasarkan pokok permasalahan, tujuan-tujuan yang
dirumuskan, ruangan yang tersedia, pola-pola administrasi serta
kegunaan dan minat-minat para siswa.
g. Menentukan ruangan (Allocation of Space) Ada tiga alternatif ruangan
belajar agar proses elajar mengajar dapat terkondisikan;
h. Memilih media (Allocation of Resources) Gerlach & Elly membagi
media sebagai sumber belajar kedalam 5 kategori;
i. Evaluasi hasil belajar (Evaluation of Performance) Semua kegiatan

9
pembelajaran dikatakan berhasil atau tidak setelah tingkah laku akhir
belajar tersebut dievaluasi. Dalam tahap evaluasi, yang dilihat bukan
hanya hasil belajar siswa, melainkan juga keseluruhan sistem
pembelajaran.
j. Menganalisis umpan balik (Analysis of Feed Back) Data dari analisis
umpan balik yang diperoleh dari evaluasi, tes maupun tanggapan-
tanggapan tentang kegiatan pembelajaran ini menentukan apakah
sistem, metode maupun media yang dipakai dalam pembelajaran
tersebut sudah sesuai untuk tujuan yang dicapai atau masih perlu untuk
disempurnakan. Sehingga untuk kedepannya dapat diperbaiki agar
proses pembelajaran benar-benar berhasil.
Adapun kelebihan dan kekurangan dari model Gerlach&Ely
a. Kelebihan model desain belajar Gerlach & Ely
Model desain pembelajaran Gerlach & Ely memiliki perbedaan
tersendiri disbanding dengan model pembelajaran yang lainnya.
Perbedaan yang paling kentara adalah diadakannya pre-test (tes awal)
sebelum kegiatan belajar mengajar dilaksanakan. Adapun dalam model
Gerlach & Ely pre-test merupakan tahapan yang cukup dipandang
penting karena belumnya guru mengenal karakteristik siswa.
Disamping itu, model pembelajaran Gerlach & Ely sangat teliti
sekali dalam melaksanakan atau merencanakan pembelajaran, terbukti
dengan diadakannya tahapan pengelompokan belajar, penghitungan
pembagian waktu serta pengaturan ruang belajar. Ini merupakan
kelebihan tersendiri dari model Gerlach & Ely yang telah dikenal dan
dikembangkan sejak tahun 1971.
b. Kelemahan model desain belajar Gerlach & Ely
Model desain pembelajaran Gerlach & Ely memiliki sedikit
kekurangan, diantaranya adalah tidak adanya tahapan pengenalan
karakteristik siswa sehingga sedikitnya akan membuat guru kewalahan
dalam menganalisis kebutuhan belajar siswa selama proses

10
pembelajaran. Bahkan mungkin lebih jauhnya akan membuat guru
salah dalam memberikan dosis pelajaran karena tidak mengenal latar
belakang keluarga, psikologi, pendidikan, sosial, serta budaya dari
siswa tersebut.
4. Model ADDIE
Model desain pembelajaran yang menggunakan 5 tahap atau
langkah sederhana dalam pengaplikasinnya. Desain pembelajaran yang
mudah dipelajari. Sesuai dengan namanya tahap/ langkah dalam
pembelajarannya yaitu Analysis, Desain, Development, Implementation,
dan Evaluation. Ada lima langkah yang dikemukakan dalam model ini
sesuai dengan namanya, yaitu:
a. Analysis: menganalisis kebutuhan untuk menentukan masalah dan
solusi yang tepat dan menentukan kompetensi siswa.
b. Design: menentukan kompetensi khusus, metode, bahan ajar, dan
pembelajaran.
c. Development: memproduksi program dan bahan ajar yang akan
digunakan dalam program pembelajaran.
d. Implementation: melaksanakan program pembelajaran dengan
menerapkan desain atau spesifikasi program pembelajaran.
e. Evaluation: melakukan evaluasi program pembelajaran dan evaluasi
hasil belajar.
Kelebihan dan kekurangan dari disain model pembelajaran ini adalah
a. Kelebihan disain model pembelajaran ADDIE
Mudah dipelajari dan sederhana serta sistematis, model ini yang kita
ketahui bahwa memiliki 5 komponen yang saling berkaitan dan
sistematis yang artinya model ini harus digunakan secara sistematik
dan tak bisa diacak urutannya dalam penerapannya. Karenya model ini
bersifat sederhana dan terstruktur secara sistematis maka lebih mudah
dipahami oleh pendidik.  
b. Kekurangan disain model pembelajaran ADDIE

11
Ditahap analisis model ini bisa dibilang memerlukan waktu yang
lama dalam pengerjaannya, pendidik harus menganalisis siswa terlebih
dahulu untuk membagi menjadi 2 bagian yaitu analisis kebutuhan dan
analisis kinerja. Karena dalam tahapan ini sangat menentukan
berjalannya proses tahapan desain pembelajaran selanjutnya.
5. Model Degeng
Degeng (1997:13) mengemukakakan delapan langkah disain
pembelajaran yang berkonteks model elaborasi yaitu:
a. Analisis tujuan dan karakteristik Bidang Studi
b. Analisis sumber belajar (kendala)
c. Analisis karakteristik si-belajar
d. Menetapkan tujuan belajar dan isi pembelajaran
e. Menetapkan strategi pengorganisasian isi pembelajaran
f. Menetapkan strategi penyampaian isi pembelajaran
g. Menetapkan strategi pengelolaan pembelajaran, dan
h. Pengembangan prosedur pengukuran hasil pembelajaran.
Kelebihan dan kekurangan disain model pembelajaran ini adalah:
a. Kelebihan disain model pembelajaran Degeng
1) Menempatkan siswa sebagai subyek belajar, artinya siswa berperan
aktif dalam setiap proses pembelajaran dengan cara menggali
pengalamannya sendiri.
2) Pengetahuan yang dimiliki setiap individu selalu berkembang sesuai
dengan pengalaman yang dialaminya, oleh sebab itu setiap siswa
bisa terjadi perbedaan dalam memaknai hakikat pengetahuan yang
dimilikinya. Perbedaan ini bersifat positif untuk bertukar pendapat.
3) Mampu menggali kemampuan mengingat, berpikir dan pengalaman
setiap siswa.
b. Kekurangan disain model pembelajaran Degeng
1) Perlu banyak waktu untuk menggali, menghubungkan,

12
menganalisis, mengembangkan pengetahuan dan memerlukan
berpikir kreatif untuk menemukan sesuatu yang inovatif
2) Tidak semua peserta didik cocok dengan model pembelajaran ini
6. Model PPSI
Model gabungan dari perencanaan pengajaran versi Performance
Based Teacher Education (PBET), perencanaan pengajaran sistematika
dan perencanaan pengajaran model Davis. Di Indonesia dikembangkan
menjadi PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional). Istilah
sistem instruksional dalam PPSI, mengandung pengertian bahwa PPSI
menggunakan pendekatan sistem, maka PPSI 10 juga dapat disebut
menggunakan pendekatan yang berorientasikan pada tujuan. Model
pengembangan instruksional PPSI ini memiliki 5 langkah pokok, yaitu:
a. Perumusan tujuan, terdiri dari: Merumuskan tujuan instruksional
khusus (TIK), TIK ini harus memenuhi 4 kriteria yaitu:
1) Menggunakan istilah operasional
2) Berbentuk hasil belajar
3) Berbentuk tingkah laku
4) Hanya satu jenis tingkah laku
Dalam merumuskan tujuan instruksional yang dimaksud adalah
tujuan pembelajaraan khusus, yaitu rumusan yang jelas dan
operasional tentang kemampuan atau kompetensi yang diharapkan
dimiliki siswa setelah mengikuti suatu program pembelajaran.
Kemampuan-kemampuan atau kompetensi tersebut harus dirumuskan
secara spesifik dan terukur sehingga dapat diamati dan dievaluasi.
b. Pengembangan alat evaluasi, meliputi:
1) Menentukan jenis tes yang digunakan untuk menilai tercapai
tidaknya tujuan
2) Merencanakan pertanyaan (item) untuk menilai masing-masing
tujuan Kegiatan belajar, meliputi:
3) Merumuskan semua kemungkinan kegiatan belajar untuk mencapai

13
tujuan
4) Menetapkan kegiatan belajar yang tak perlu ditempuh
5) Menetapkan kegiatan yang akan ditempuh
Setelah tujuan pembelajaran dirumuskan, langkah selanjutnya
adalah mengembangkan alat evaluasi yaitu tes yang fungsinya untuk
menilai sejauh mana siswa telah menguasai kemampuan atau
kompetensi yang telah menguasai kemampuan atau kompetensi yang
telah dirumuskan dalam tujuan pembelajaran khusus tersebut.
Dalam model PPSI berbeda dari apa yang biasanya dilakukan,
pengembangan alat evaluasi tidak dilakukan pada akhir dari kegiatan
pembelajaran, tetapi pada langkah kedua sesudah tujuan pembelajaran
khusus ditetapkan. Hal ini didasarkan atas prinsip yang
berorientasikan pada tujuan (hasil), yaitu penilaian terhadap suatu
sistem pembelajaran didasarkan atas hasil yang dicapai.
c. Menentukan kegiatan belajar mengajar
Sesudah tujuan dan alat evaluasi ditetapkan, langkah selanjutnya
adalah menetapkan kegiatan belajar mengajar, yaitu kegiatan yang
harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam
menentukan kegiatan belajar mengajar hal yang harus dilakukan
adalah:
1) Merumuskan semua kemungkinan kegiatan belajar yang diperlukan
untuk mencapai tujuan
2) Menetapkan mana dari sekian kegiatan belajar tersebut yang perlu
ditempuh dan tidak perlu ditempuh lagi oleh siswa
3) Menetapkan kegiatan belajar yang masih perlu dilaksanakan oleh
siswa
Pada langkah ini sesudah kegiatan belajar siswa ditetapkan, perlu
dirumuskan pokok-pokok materi pembelajaran yang akan diberikan
kepada siswa sesuai dengan jenis kegiatan belajar yang telah
ditetapkan.

14
d. Merencanakan program kegiatan belajar mengajar
Setelah langkah satu sampai tiga telah ditetapkan, selanjutnya perlu
dimanfaatkan dalam suatu program pembelajaran. Titik tolak dalam
merencanakan program kegiatan belajar pembelajaran adalah suatu
pelajaran yang diambil dari kurikulum yang telah ditetapkan jumlah
jam/SKS-nya dan diberikan pada kelas dalam semester tertentu. Pada
langkah ini diperlukan penyusunan strategi proses pembelajaran
dengan cara merumuskan kegiatan mengajar dan kegiatan belajar yang
dirancang secara sistematis sesuai dengan situasi kelas. Pendekatan
dan metode pembelajaran yang akan digunakan dipilih sesuai dengan
tujuan dan karakteristik materi yang akan disampaikan. Termasuk
dalam langkah ini adalah penyusunan proses pelaksanaan evaluasi.
Pengembangan program kegiatan, meliputi
1) Merumuskan materi pelajaran
2) Menerapkan metode yang dipakai
3) Alat pelajaran atau buku yang dipakai
4) Menyusun jadwal
e. Pelaksanaan, meliputi:
1) Mengadakan pre-test
Tes yang diberikan kepada siswa adalah tes yang telah
disusun pada langkah kedua. Fungsi tes awal ini adalah untuk
memperoleh informasi tentang kemampuan awal siswa, sebelum
mereka mengikuti program pembelajaran yang telah disiapkan.
Apabila siswa telah menguasai kemampuan yang tercantum dalam
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, maka hal itu tidak perlu
diberikan lagi oleh pengajar dalam program pembelajaran yang
akan diberikan.
2) Menyampaikan materi pelajaran
Pada prinsipnya, penyampaian materi pelajaran harus
berpegang pada rencana yang telah disusun pada langkah keempat,

15
yaitu: “merencanakan kegiatan belajar mengajar”, baik dalam
materi, metode, maupun alat yang akan digunakan. Selain itu,
sebelum menyampaikan materi pelajaran, hendaknya guru
menjelaskan dahulu kepada siswa tujuan/kompetensi yang akan
dicapai, sehingga mereka mengetahui kemampuan-kemampuan
yang diharapkan setelah selesai pelajaran.
3) Mengadakan pos tes
Pot-test diberikan setelah selesai mengikuti program
pembelajaran. Tes yang diberikan identik dengan yang diberikan
pada tes awal, jadi bedanya terletak pada waktu dan fungsinya.
Tes awal (pre-test) berfungsi untuk menilai kemampuan awal
siswa mengenai materi pelajaran sebelum pembelajaran diberikan,
sedangkan tes akhir (post-test) berfungsi untuk menilai kemampuan
siswa mengenai penguasaan materi pelajaran setelah pembelajaran
dilaksanakan. Dengan demikian, dapat diketahui seberapa jauh
keberhasilan program pembelajaran yang telah dilakukan dalam rangka
mencapai tujuan atau kompetensi yang telah ditetapkan
Kelebihan dan kekurangan dari disain model PPSI ini adalah:
a. Kelebihan disain model PPSI
1) Ketika dikembangkan melibatkan penilaian para ahli sebelum
diiuji cobakan
2) Dapat digunakan sebagai dasar ketika mengembangkan perangkat
pembelajaran
3) Lengkap dan sistematis
b. kekurangan dari disain model PPSI
1) pendidik perlu waktu, tenaga dan pikiran yang lebih karena guru
harus memberikan pre test dan post test untuk setiap unit pelajaran
7. Model Kemp
Jerolsd E. Kemp dari California State University di Sanjose
mengembangan model pengembangan instruksional yang paling awal bagi

16
pendidikan. Model Kemp memberikan bimbingan kepada para
pemakainya untuk berpikir tentang masalah-masalah umum dan tujuan-
tujuan pengajaran. Model ini juga mengarahkan para pengembang
instruksional untuk melihat karakteristik para siswa serta menentukan
tujuan-tujuan belajar yang tepat. Langkah berikutnya adalah spesifikasi isi
pelajaran dan suatu pre-test dikembangkan dari tujuan-tujuan. Selanjutnya,
spesifikasi, melokalisasi, memproduksi, dan mengajarkan kegiatan belajar
mengajar dan sumber-sumber. Komponen-komponen isi kemudian
dievaluasi atas dasar tujuan-tujuan yang telah dirumuskan. Langkah-
langkah penunjang diidentifikasi dan dilakukan revisi didasarkan atas
hasil-hasil evaluasi.
Menurut Kemp (1977) pengembangan intruksional atau desain
intruksional itu terdiri dari 8 langkah yaitu:
a. Menentukan tujuan intruksional umum (TIU) atau Standar Kompetensi
dan Kompetensi Dasar, yaitu tujuan yang ingin dicapai dalam setiap
kegiatan pembelajaran
b. Menganalisis karakteristik peserta didik. Analisis ini diperlukan antara
lain untuk mengetahui, apakah latar belakang pendidikan dan sosial
budaya siswa memungkinkan untuk mengikuti program, dan langkah-
langkah apa yang perlu untuk diambil
c. Menentukan tujuan pembelajaran khusus atau indikator, yaitu tujuan
yang spesifik, operasional dan terukur, dengan demikian siswa akan
tau apa yang akan atau harus dipelajari, bagaimana mengerjakannya,
dan apa ukurannya bahwa siswa telah berhasil. Dari segi guru rumusan
itu akan berguna dalam menyusun tes kemampuan dan pemilihan
bahan atau materi yang sesuai
d. Menentukan materi atau bahan pelajaran yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran khusus
e. Menetapkan penjajakan awal (pre-assessment) atau pre-test, yaitu
untuk mengetahui sejauh mana siswa telah memenuhi persyaratan

17
belajar yang dituntut untuk mengetahui program pembelajaran.
Dengan demikian, dalam pembelajaran dapat memilih materi yang
dibutuhkan dan diperlukan tanpa harus menyajikan materi yang tidak
perlu dan siswa tidak cepat bosan
f. Menentukan strategi belajar mengajar dan sumber belajar yang sesuai.
Kriteria umum untuk pemilihan strategi pembelajaran yang sesuai
dengan tujuan pembelajaran khusus tersubut, yaitu:
1) Efisiensi
2) Keefektifan
3) Ekonomis
4) Kepraktisan, melalui suatu analisis alternatif
g. Mengkoordinasi sarana penunjang, yang meliputi tenaga fasilitas, alat,
waktu dan tenaga.
h. Mengadakan evaluasi, yaitu untuk mengontrol dan mengkaji
keberhasilan program secara keseluruhan, yaitu:
1) Siswa
2) Program pembelajaran
3) Instrument evaluasi
4) Metode yang digunakan
Kelebihan dan kekurangan disain model Kemp:
a. Kelebihan disain model Kemp
Setiap melakukan langkah-langkah selanjutnya terdapat perbaikan
terlebih dahulu sehingga meminimalisir kekurangan yang masih
terdapat
b. kekurangan disain model Kemp
1) Kekurangan dari disain model pembelajaran ini adalah butuh waktu
agak lama karena setiap menuju langkah berikutnya terdapat revisi
terlebih dahulu
2) Pada model ini peran guru cukup besar karena guru dituntut dalam

18
penyusunan program belajar, instrument evaluasi, dan strategi yang
digunakan
8. Model ISD (Instructional system design)
Rancangan sistem pembelajaran merupakan prosedur terorganisir
yang mencakup langkah-langkah menganalisis, merancang,
mengembangkan, melaksanakan dan menilai pembelajaran. Langkah-
langkah ini dalam setiap poses memiliki dasar yang terpisah dalam teori
maupun praktek seperti halnya pada proses ISD secara keseluruhan. Dalam
pengutaraannya yang lebih sederhana adalah sebagai berikut:
a. Menganalisis adalah mengidentifikasi apa yang dipelajari.
b. Merancang adalah menspesifikasi proses dan produk.
c. Mengembangkan adalah memandu dan menghasilkan materi
pembelajaran.
d. Melaksanakan adalah menggunakan materi dan strategi dalam konteks.
e. Menilai adalah menentukan kesesuaian pembelajaran.
9. Model Pengembangan Instruksional (MPI)
Model Pengembangan Instruksional (MPI) dalam Suparman (2001)
dikemukakan ada delapan langkah yaitu:
a. Mengidentifikasi kebutuhan instruksional dan menulis tujuan
instruksional umum;
b. Melakukan analisis instruksional
c. Mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal mahasiswa
d. Menulis tujuan instruksional khusus;
e. Menulis tes acuan patokan;
f. Menyusun strategi instruksional;
g. Mengembangkan bahan instruksional; dan
h. Mendisain dan melaksanakan evaluasi formatif yang termasuk di
dalamnya kegiatan merevisi.

19
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Desain pembelajaran merupakan rancangan atas proses pembelajaran
berdasarkan kebutuhan dan tujuan belajar serta sistem penyampaiannya
sehingga menjadi acuan dalam pelaksanaannya untuk menciptakan
pembelajaran yang efektif. Model-model desain rencana pembelajaran adalah
model PPSI, model Kemp, model Gerlach & Elly, model Dick & Carrey,
model ASSURE, model ADDIE, dan model Hanafin and Peck.
Dalam model PPSI pengajaran dipandang sebagai suatu sistem. Model
Kemp berorientasi pada perancangan pembelajaran yang menyeluruh. Model
Gerlach & Elly menjadi suatu garis pedoman atau suatu peta perjalanan
pembelajaran karena model ini memperlihatkan keseluruhan proses belajar
mengajar yang baik, sekalipun tidak menggambarkan secara rinci setiap
komponennya. Model Dick & Carrey diciptakan selain cocok untuk
pembelajaran formal di sekolah, juga untuk sistem pembelajaran yang
melibatkan komputer dalam proses pembelajaran. Model ASSURE merupakan
suatu model yang merupakan sebuah formulasi untuk Kegiatan Belajar
Mengajar (KBM) atau disebut juga model berorientasi kelas. Model ADDIE
menggunakan 5 tahap pengembangan yakni Analysis (analisa), Design
(disain /perancangan), Development (pengembangan), Implementation
(implementasi/eksekusi), Evaluation (evaluasi/ umpan balik).
Setiap model desain pembelajaran memiliki karakteristik tertentu, dalam
pelaksanaannya kondisi siswa, materi ajar dan situasi dan kondisi yang
dihadapi dalam proses pembelajaran menjadi indikator untuk memilih model
yang sesuai. Setiap upaya yang baik akan sangat bermakna dengan
perencanaan yang matang.

20
B. Saran
Sebaiknya pembaca memahami betul bagaimana disain model-model
pembelajaran sehingga tidak terjadi misskonsepsi dan bisa menerapkannya
ke kehidupan nyata

21
DAFTAR PUSTAKA

Carey, W. D. (1937). The Systematic Design of Instruction . Boston : Library of


Congress Cataloging in Publication Data.

Harjanto. (2008). Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

M, G. R. (1977). The Conditions of Learning Holt. New York .

Rusman. (2018). Belajar dan Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses


Pendidikan . Jakarta: Prenadamedia Group .

Sari, B. K. (n.d.). Desain Pembelajaran Model ADDIE dan Implementasinya


dengan Teknik Jigsaw. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (pp. 88-96). Sidoarjo : Prosiding
Seminar Nasional Pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai