COVID-19, ki
's keschetan masyamkat yang perting di scluruh dunia,
Kesehatan Dunia (WHO) pada Januari 2020 sebagai
‘wabah penyakit virus corona baru dan dilaporkan sebagai pandemi pada Maret 2020.
(WHO, 2019). Pandemi COVID-19 menyebabkan beberapa sekolah dan perguruan,
diumumkan oleh Organis
tinggi di
jerbagai negara diharuskan ditutup sementara. Pendidikan tatap mua telah
berakhir di berbagai sekolah, universitas, dan perguruan
vagi. Ini akan berdampak
negatif pada kegiatan pendidikan, karena jarak sosial sangat penting pada tahap i
(Lestari, 2020)
Kemudian, i
tansi_pendidikan berusaha mencarialternatif’ cara untuk
mengatasi keadaan sul
(Dhawan, 2020). Ditutupnya kegiatan tatap muka dalam
belajar ini mendorong tumbuhnya kegiatan_pendi
‘an Online untuk merjaga
kkegiatan pembelajaran tetap berjalan dan tidak ada gangguan pendidikan. Banyak
fakulas telah cerlibat dalam cara terbaik untuk menawarkan mate
wursus Online,
melibatkan mahasiswa, dan melakukan evaluasi. (Mukhtar et al, 2020). Masalan ini
akan membuat teknologi ant diterima oleh organisasi yang sebelumnya resisten
untuk beradaptasi: Ini adalah waktu yang sulit bagi
menghadapi
sektor pendidikan untuk
tuasi saat ini. (Kaur, 2020)
E-learning digambarkan sebagai pengalaman belajar menggunakan berbagai
perangkat elektronik (misalnya komputer, laptop, smartphone, dll) dengan
kketersediaan internet dalam kondi
ingkungan sinkron atau asinkton. E-learning bisa
menjac
dan fleksibel. (Singh, 2019 : Rusman, 2011 ; Mungania, 2003). E-learning dipandang
platform yang membuat proses pendidikan lebih berpusat pada siswa, kreatif,
oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan WHO sebagai alat yang berguna untuk
memenuhi kebutuhen pendidikan, terutama di negara-negara berkembang. (Colace,
2006)