2. METODOLOGI....................................................................................................9
B. RENCANA KERJA..............................................................................................................................11
C. APRESIASI..........................................................................................................................................12
D. DUKUNGAN DATA............................................................................................................................51
E. URAIAN TUGAS.................................................................................................................................52
G. ORGANISASI......................................................................................................................................59
H. FASILITAS PENUNJANG................................................................................................................61
3. HASIL KERJA...................................................................................................63
A. LAPORAN-LAPORAN.......................................................................................................................63
4. PENUTUP..........................................................................................................63
Sebagai informasi, akses air minum layak dan sanitasi dasar merupakan bagian
dari target Millenium Development Goals (MDGs) yang ditetapkan oleh PBB
pada tahun 2000. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, Indonesia secara
nasional telah berhasil mewujudkan air minum layak bagi 68,36 persen
populasi dan akses sanitasi dan persampahan dasar kepada 61,04 persen
populasi pada tahun 2014.
Walaupun secara umum ada trend perbaikan sanitasi masyarakat dari waktu
ke waktu, namun masih banyak masyarakat yang belum mempunyai sanitasi
yang baik. Ada beberapa penyebab mengapa belum semua masyarakat dapat
menikmati sanitasi yang baik, karena :
Pendekatan Umum
Untuk mencapai Visi yang diharapkan dan menjalankan Misi yang diemban, maka
pekerjaan updating data base sanitasi harus dilaksanakan sebagai satu kesatuan
sistem, yang pelaksanaannya dapat dengan memanfaatkan berbagai pendekatan yang
relevan secara efektif, dan yang implementasinya agar dapat disesuaikan berdasarkan
kondisi lokal yang ada, yaitu:
Pendekatan Normatif
Pelaksanaan penyusunan updating data base sanitasi ini dilakukan dengan mengacu
pada stretegi dan kebutuhan pengembangan sanitasi lingkungan pada skala kota
secara komprehensif dan mengacu pada dokumen perencanaan pembangunan
(development plan) dan dokumen perencanaan penataan ruang (spatial plan) yang
terkait dengan pengembangan sanitasi lingkungan, ataupun ketentuan peraturan dan
perundangan terkait dengan substansi penyusunan updating data base sanitasi. Selain
itu proses penyusunan updating data base sanitasi ini harus berdasarkan kaidah-kaidah
teknis (antara lain standar teknis (SNI), prinsip-prinsip keterpaduan, arsitektur
kawasan dan lain sebagainya) dalam penataan dan perancangan teknis kawasan.
Pendekatan Teknis-Akademis
Pendekatan teknis akademis adalah pendekatan yang dilakukan dengan menggunakan
metodologi yang dapat dipertanggungjawabkan secara akademis, baik itu dalam
pembagian tahapan pekerjaan maupun teknik-teknik identifikasi, analisa, penyusunan
strategi maupun proses pelaksanaan penyepakatan. Dalam pendekatan ini, proses
penyusunan menggunakan beberapa metode dan teknik studi yang baku yang
sebelumnya telah disepakati bersama oleh tim kerja, pemberi kerja, dan tim pokjanis
2. TAHAPAN KEGIATAN
Rencana Kerja menjabarkan isi yang terkandung dalam Kerangka Acuan Kerja (TOR) dan
Usulan Teknis Konsultan seperti yang diuraikan pada bab-bab sebelumnya. Didalam bagian
ini akan diberikan rincian tentang :
4. Analisa data
6. Penyusunan dokumen
Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan dan dokumen hasil pemetaan kondisi prasarana
dan sarana sanitasi lingkungan di provinsi Banten.
C. APRESIASI
1. Pengertian Sanitasi Lingkungan
Sanitasi lingkungan adalah status kesehatan suatu lingkupan yang mencakup perumahan,
pembuangan kotoran, penyediaan air bersih dan sebagainya (Notoadmojo, 2003). Sanitasi
lingkungan dapat pula diartikan sebagai kegiatan yang ditujukan untuk meningkatkan dan
mempertahankan standar kondisi lingkungan yang mendasar yang mempengaruhi
kesejahteraan manusia. Kondisi tersebut mencakup: (1) pasokan air yang bersih dan aman;
(2) pembuangan limbah dari hewan, manusia dan industry yang efisien; (3) perlindungan
makanan dari kontaminasi bioogis dan kimia; (4) udara yang bersih dan aman (5) rumah
yang bersih dan aman.
Dari definisi tersebut, tampak bahwa sanitasi lingkungan ditujukan untuk memenuhi
persyaratan lingkungan yang sehat dan nyaman. Lingkungan yang sanitasinya buruk dapat
menjadi sumber berbagai penyakit yang dapat mengganggu keseharan manusia. Pada
akhirnya jika kesehatan terganggu, maka kesejahteraannya juga akan berkuran. Karena itu,
upaya sanitasi lingkungan menjadi bagian penting dalam meningkatkan kesejahteraan.
b. Tingkat kemampuan ekonomi
Bentuk dan ukuran rumah serta bahan yang akan digunakan sangat terkait pula
dengan kemampuan ekonomi. Namun demikian, tidak berarti mengabaikan persyaratan
keamanan, kesehatan dan kenyamanan. Persyaratan tersebut tidak selalu harus
dipenuhi dengan harga yang mahal. Sebagai contoh, untuk memenuhi tuntutan
keamanan, kesehatan dan kenyamanan dapat pula digunakan bahan yang sederhana
seperti bambu atau kayu.
Jika rumah dibangun, maka lingkungan rumah harus terjaga kesehatannya. Rumah
yang sehat memiliki sejumlah persyaratan, yaitu:
1. Bahan bangunan
Bahan bangunan tidak selalu harus mahal untuk memenuhi persyaratan kesehatan.
Bahkan, di daerah pedesaan banyak alternatif bahan bangunan yang murah seperti
Gambar 4.1: (a) Lantai yang bersih dan sehat, (b) Lantai yang kurang sehat
ii. Dinding
Dinding rumah sebaiknya dibuat dari tembok, tetapi dengan ventilasi yang cukup,
sebenarnya di daerah tropis yang lebih cocok adalah dari bamboo atau papan agar
lubang-lubang pada dinding atau papan dapat berfungsi sebagai ventilasi.
iv. Ventilasi
Rumah yang sehat harus memungkinkan pertukaran udara dengan luar rumah. karena
itu, rumah harus dilengkapi dengan ventilasi yang cukup. Ada dua macam ventilasi yaitu:
1) Ventilasi alamiah, yaitu ventilasi yang dibuat dalam bentuk lubang udara yang
memungkinkan udara keluar atau masuk secara alamiah. Ventilasi jenis ini memiliki
keuntungan yaitu tanpa menggunakan alat untuk mengalirkan udara, sehingga bisa
menghemat penggunaan energy. Namun, ventilasi alamiah ini merupakan jalan masuk
nyamuk dan serangga lainnya ke dalam rumah. untuk itu, sebaiknya ditutup dengan
ram kawat yang agak rapat.
2) Ventilasi buaan, yaitu alat-alat khusus untuk mengalirkan udara, misalnya kipas angina,
dan mesin penghisap udara. Selain tidak hemat energy, ventilasi jenis ini harus dijaga
agar udara tidak berhenti atau membalik lagi.
Ventilasi menjadi persyaratan mutlak suatu rumah yang sehat karena fungsinya yang sangat
penting. Pertama, untuk menjaga agar aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar.
Jika ventilasi kurang, maka ruangan mengalami kekurangan O2 dan bersamaan dengan itu
kadar CO2 yang bersifat racun meningkat. Kedua, aliran udara yang terus menerut dapat
membebaskan udara dalam ruangan dari bakteri-bakteri pathogen. Tidak cukupnya ventilasi
juga mengakibatkan kelembapan udara dalam ruangan meningkat. Udara yang lembab
menjadi media yang sangat baik bagi berkembangnya bakteri-bakteri pathogen (bakteri
penyebab penyakit). Ketiga, menjadi agar ruangan tetap memiliki kelembapan yang
optimum.
vi. Fasilitas-fasilitas di dalam rumah sehat
Sebuah rumah harus mempunyai fasilitas-fasilitas yang dapat mendukung kebutuhan
dan aktivitas penghuninya. Kebutuhan tersebut adalah kebutuhan akan air bersih dan
tempat pembuangan.
1. Penyediaan air bersih yang cukup
2. Pembuangan Tinja
Setiap rumah sebaiknya memiliki pembuangan tinja masing-masing. Tempat
pembuangan tinja yang dipakai secara bersama sama oleh banyak keluarga dapat
menimbulkan penularan berbagai penyakit. Tempat pembuangan tinja dibuat dari
bahan
yang muda
h mel oloska
n tinj a dan
harus selalu
bersi h atau
teraw at.
3. Pembuangan air limbah (air bekas)
Setiap penghuni pasti menggunakan air untuk berbagai keperluannya. Sebagian akan
4. Pembuangan sampah
Seperti halnya air limbah, pembuangan sampah menjadi penting untuk diperhatikan
karena alasan kesehatan, kenyamanan dan estetika. Tempat pembuangan sampah
diupayakan agar tersedia dalam jumlah yang cukup dan mudah dijangkau serta
tertutup agar tidak menjadi tempat berkembangnya berbagai penyebab penyakit.
5. Fasilitas dapur dan ruang keluarga
Dapur dalam rumah merupakan fasilitas penting dan perlu diperhatikan
pemeliharaanya. Biasanya sampah dan sisa-sisa makanan berada di dapur. Kondisi ini
mengundang berbagai binatang yang dapat menjadi vektor berbagai jenis penyakit
seperti tikus dan kecoa. Tempat memasak atau dapur yang bergabung dengan ruangan
lainnya sangat tidak sehat karena asap dan limbah lainnya akan langsung
mempengaruhi kesehatan dan kenyamanan penghuninya.
Di daerah pedesaan, rumah juga dilengkapi dengan fasilitas lainnya terkait dengan
aktivitas penghuninya. Fasilitas tersebut adalah:
1) Gudang sebagai tempat menyimpan hasil panen. Gudang dapat dibangun bersatu
dengan bangunan utama maupun terpisah.
2) Kandang ternak, lokasinya harus terpisah dari rumah. Kandang ternak yang
disimpan dekat rumah atau bahkan di dalam atau di bawah rumah dapat menjadi
sumber penyakit.
6. Sistem Pembuangan
Air limbah adalah air kombinasi dari cairan dan sampah cair yang berasal dari daerah
pemukiman, perdagangan, perkantoran dan industri, bersama-sama dengan air tanah,
air permukaan dan air hujan yang mungkin ada (Haryoto Kusnoputranto, 1985). Air
limbah tersebut harus terlebih dahulu di olah sebelum dibuang ke lingkungan.
Pengolahan air limbah dimaksudkan untuk melindungi lingkungan hidup terhadap
pencemaran air limbah tersebut. Dalam batas tertentu sebenarnya lingkungan mampu
menetralisir limbah atau melakukan pemurnian kembali. Namun, jika limbah yang
dibuang ke lingkungan jumlahnya besar dan mengandung bahan-bahan pencema
r
7. Halaman rumah
Halaman rumah, selain ditata secara estetis, juga perlu memperhatikan persyaratan
kesehatan. Halaman rumah yang tidak sehat dapat menimbulkan berbagai
macam penyakit. Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah:
1) Halaman rumah harus selalu kering dan rata, artinya mempunyai pengaliran air
(drainage) yang baik.
2) Halaman rumah harus dilakukan perkerasan dengan baik, tidak berdebu (musim
kemarau), dan tidak becek (musim hujan). Perkerasan halaman harus tetap ramah
Lingkungan yang tidak sehat akibat limbah yang dibuang ke lingkungan pada akhirnya
akan menimbulkan berbagai jenis penyakit. Berjangkitnya berbagai Limbah ber
upa kotoran manusia yang dibuang ke lingkungan dapat menimbulkan berbagai penyakit
seperti kolera, tipus, infeksi hati, polio, dan lain lain. Laporan WHO (World Health
Organization) tahun 2004 menyebutkan sekitar 1,8 juta penduduk meninggal dunia
setiap tahunnya karena penyakit diare yang umumnya balita terutama di n
egara- negara berkembang.
Sanitas yang buruk memungkinkan berbagai penyakit menular terus menyebar.
Diantara penyakit manusia yang disebabkan oleh parasit schistosomiasis menempati
peringkat kedua setelah malaria. Penyakit tersebut bersifat endemik di 74 negara
berkembang dan menginfeksi 200 juta penduduk dan 20 juta diantaranya sangat
menderita sebagai akibat dari penyakit tersebut.
Ascariasis ditemukan di berbagai belahan dunia. Penularan dengan frekuensi kejadia
n tertinggi terjadi di negara-negara tropis dan subtropis serta di wilayah yang sanitasinya
buruk. Ascariasis merupakan salah satu penyakit parasit yang paling umum dijumpai.
Penyakit Ascaris mengakibatkan 60.000 kematian setiap tahunnya terutama anak-anak.
Infeksi trematode disebabkan oleh parasit yang menginfeksi manusia dan binatang.Di
banyak wilayah, infeksi ini bersifat endemik. Tinja yang dibuang begitu saja ke kolam,
sungai, atau danau dari orang yang terinfeksi akan dimakan oleh ikan, kerang-
kerangan, dan lainnya. Manusia terinfeksi oleh trematode melalui ikan dan kerang-
kerangan tersebut.
Penyakit lainnya adalah infeksi oleh trachoma yang menyebabkan kebutaan. Trakhoma
sangat terkait dengan sanitasi yang buruk. Trakhoma disebarkan oleh kombinasi dari:
Sekitar empat milyar kasus diare per tahun menyebabkan 1,5 juta kematian yang
sebagian besar adalah balita. Penyakit malaria juga diderita oleh 300 juta penduduk.
Peyakit schistosomiasis mengakibatkan 20 juta penduduk mengalami gangguan
kesehatan.
Ancaman terhadap kesehatan manusia dan kerusakan lingkungan tidak hanya melalui
air dan kotoran manusia, tetapi juga melalui besi, material organik dan anorganik.
Ketika limbah industri dibuang ke lingkungan, khususnya ke sungai selama bertahun-
tahun, maka air sungai akan tercemar oleh limbah industri. Padahal sebagian penduduk
memanfaatkan air sungai tersebut untuk keperluan mandi, cuci dan kakus. Bahkan,
sebagian diantaranya masih memanfaatkannya untuk air minum. Akibatnya, muncul
berbagai penyakit seperti liver, kanker, dan lain-lain. Limbah juga bisa menimbulkan
eutrofikasi (pengkayaan nutrien), sehingga lingkungan perairan terlalu subur untuk
tumbuhnya berbagai jenis alga dan munculnya bakteri yang dapat menimbulkan iritasi
4. UPAYA MENCIPTAKAN SANITASI LINGKUNGAN YANG BAIK
Pengaruh buruk dari lingkungan sebenarnya dapat dicegah dengan mengembangkan
kebiasaan hidup sehat dan menciptakan sanitasi lingkungan yang baik. Kebiasaan
hidup sehat dilakukan dalam berbagai cara seperti mencuci tangan sebelum dan
sesudah makan, membuang sampah pada tempatnya, membersihkan rumah dan
halaman secara rutin, membersihkan kamar mandi dan bak mandi secara rutin dan
lain-lain. Kebiasaan tersebut dapat memutus siklus perkembang-biakan berbagai jenis
organisma pembawa penyakit. Gambaran tentang aktivitas-aktivitas untuk menciptakan
sanitasi lingkungan yang baik adalah:
1. Mengembangkan kebiasaan atau perilaku hidup sehat
Terjangkitnya penyakit seperti diare diakibatkan oleh kebiasaan hidup yang tidak sehat.
Kebiasaan yang dimaksud adalah tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah makan,
buang air besar atau kecil sembarangan, minum air yang belum dimasak secara benar
dan lain-lain.
Hasil kajian sejumlah lembaga menunjukkan masih cukup banyaknya masyarakat di
Indonesia yang belum mempraktekkan kebiasaan-kebiasaan tersebut. Sebagai contoh
Data dari Depkes menunjukkan hanya sebagian kecil masyarakat yang mempraktikkan
cuci tangan: 12 persen setelah buang air besar, 9 persen setelah membersihkan pantat
bayi, 14 persen sebelum makan, 7 persen sebelum memberi makan anak, dan 6 persen
sebelum menyiapkan makanan.
Studi Baseline Basic Human Services USAID terhadap 7.137 rumah tangga yang
memiliki anak berusia di bawah tiga tahun di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam,
Sumatera Utara, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Timur (di 30
kabupaten/kota), ternyata hanya 77 persen yang memiliki sikap positif terhadap cuci
tangan memakai sabun.
Sebagian masyarakat juga masih mempraktekkan BAB (Buang Air Besar) dan BAK
(Buang Air Kecil) secara sembarangan. Sebagian diantaranya ada yang masih BAB di
kebun dan sungai. Padahal sungai tersebut dipakai mandi dan mencuci oleh
masyarakat lainnya.
2. Membersihkan ruangan dan halaman rumah secara rutin
3. Membersihkan kamar mandi dan toilet
Kamar mandi dan toilet merupakan bagian dari rumah yang paling kondusif untuk
dijadikan tempat perkembangbiakan berbagai jenis organisma penyebab dan pembawa
penyakit. Lantai kamar mandi yang senantiasa lembap atau bahkan basah merupakan
tempat yang cocok bagi berkembangnya bakteri atau mikroorganisma penyebab
berbagai penyakit. Karena itu, kamar mandi dan toilet harus lebih sering dibersihkan
dibanding ruangan lainnya.
4. Menguras, menutup dan menimbun (3M)
Bak atau tempat penampungan air dapat menjadi tempat yang sangat baik bagi
perkembangbiakan nyamuk. Karena itu, bak dan tempat penampungan air harus
dibersihkan dan dikuras secara rutin minimal satu minggu sekali. Tempat
penampungan air diupayakan selalu tertutup.
Menutup tempat penyimpanan air dapat mencegah perkembangbiakan nyamuk.
Menutup tempat penampungan air juga mencegah masuknya organisma lainnya yang
dapat menimbulkan penyakit seperti tikus dan kecoa.
Aktivitas menimbun dilakukan agar barang-barang di lingkungan tidak dijadikan sarang
atau tempat perkembangbiakan organisma yang merugikan kesehatan. Kaleng, ban
bekas, plastik dan lain-lain sebaiknya ditimbun jika tidak akan dipakai lagi.
5. tidak membiarkan adanya air yang tergenang
Genangan air seringkali dianggap tidak membahayakan. Padahal, genangan air yang
dibiarkan lama, terutama pada musim hujan dapat menjadi tempat perkembangbiakan
6. Membersihkan saluran pembuangan air
Air bekas mencuci, mandi, masak, dan air dari kakus akan masuk ke salauran
pembuangan. Saluran tersebut biasanya terbuka dan air yang mengalir sangat kotor
dari limbah cair maupun sampah. Jika dibiarkan, tempat tersebut menjadi sumber
berbagai jenis penyakit dari organisma yang hidup di dalamnya. Karena itu, secara
individu maupun bersama-sama dengan warga masyarakat lainnya, secara rutin
saluran tersebut harus dibersihkan.
b. Profil Geografi
Kabupaten Serang secara geografis terletak pada 5O 501 – 6O 211 Lintang Selatan dan
105O71 – 106O221 Bujur Timur. Secara topografi Kabupaten Serang terdiri dari wilayah
dataran rendah dan pegunungan dengan ketinggian antara 0 - 1.778 m diatas permukaan
laut, serta wilayah perairan Laut Jawa dan Selat Sunda. Hampir seluruh daratan di
Kabupaten Serang merupakan daerah subur, karena tanahnya sebagian besar tertutup oleh
tanah endapan alluvial dan batu vulkanis kuarter, serta terdapat sungai - sungai besar yaitu
Ciujung, Cidurian, dan Cibanten.
Iklim di wilayah Kabupaten Serang termasuk tropis dengan musim hujan antara November –
April dan musim kemarau antara Mei – Oktober. Curah hujan rata-rata 1430,8 mm/thn.
Temperatur udara rata-rata berkisar antara 25,80 C – 27,60 C. Temperatur udara minimum
20,900 C dan maksimum 33,80 C sedangkan kelembaban nisbi rata-rata 81%. Kecepatan
angin rata-rata 2,80 knot dengan arah terbanyak adalah dari Barat.
c. Topografi
Secara topografi wilayah Kabupaten Serang berada pada ketinggian rata-rata 25,66 m diatas
permukaan laut (dpl), yaitu pada daerah pantai yang membentang dari Kecamatan Tanara di
pantai utara laut Jawa (pada ujung timur) sampai dengan Desa Pasauran Kecamatan
b. Batuan Terobosan
Batuan terobosan memiliki batuan yang sangat keras disbanding dengan
batuan sekitarnya. Sebagian besar terdapat di Gunung Pinang. Jenis batuan
terobosan gunung Pinang berpola hampir membulat, lereng curam hingga
miring dengan bagian timurnya lebih curam dan pola alirannya radial. Jenis
batuan yang ada adalah basalt berwarna kelabu kehitaman hingga hitam,
halus, tekstur diabasik, bagian luarnya berongga (veskuler).
c. Endapan Permukaan
Endapan permukaan merupakan endapan alluvial sungai yang terdiri dari
bongkahan, kerakal, kerikil, pasir, lempung dan lumpur. Endapan ini
penyebarannya luas terutama ditimur daerah ini, dilembah aliran Sungai
Ciujung dan Cidurian. Pada lembah kedua sungai besar ini, endapan terdiri
dari rombakan batuan sedimen yang berasal dari hulu (di selatan) daerah ini.
Sedangkan endapan alluvial sungai di tepi barat hingga barat laut daerah ini
hanya terdiri dari rombakan batuan gunung api.
Di bagian timur hingga timur laut daerah terdapat endapan rawa pada
daerah-daerah cekungan morfologi landai hingga datar yang memiliki air
permukaan buruk dan pada daerah akumulasi limpasan banjir. Endapan ini
terdiri dari pasir halus, lanau, lempung, lumpur organic dan gambut,
sedangkan endapan rawa yang terdapat di Danau Rawa.
d. Struktur Geologi
Struktur geologi ini merupakan struktur sesar yang memiliki ciri penampakan
berupa kelurusan lembah dan sungai, kelurusan gawir sesar, ketidak
menerusan batuan vulkanik serta pola pararel dan rectanguler sungai.
1) Andesit
Andesit merupakan batuan beku luar, termasuk batuan yang bersifat
intermediate dan berbutir halus sampai sedang. Bahan galian ini dijumpai
di Gunung Karang dan Gunung Pinang. Penyebaran andesit di Gunung
Karang, seluas 7.625 Ha dengan potensi deposit terindikasi sebanyak
110.781.872.000 m3. Di Gunung Pinang seluas 1.625 Ha dengan potensi
deposit diperkirakan sebanyak 412.643.614 m 3. Dari jumlah cadangan
tersebut memperlihatkan bahwa bahan galian tersebut cukup potensial
untuk diusahakan.
2) Diorit
Diorit merupakan batuan beku dalam, termasuk batuan yang bersifat
intermediate dan berbutir kasar. Kenampakan di lapangan berupa hasil
pembekuan magma. Penyebaran diorit di Gunung Karang seluas 125 Ha,
dengan deposit cadangan diperkirakan 24.920.330 m3. Sedang di wilayah
Baros seluas 251 Ha, dengan jumlah deposit diperkirakan 45.677.527 m 3.
3) Basalt
Basalt merupakan batuan beku luar yang terbentuk akibat pembekuan
magma dan sebagian besar terbentuk sebagai lava. Penyebarannya
dapat dijumpai di Gunung Pinang sebelah barat Kramatwatu.
Penyebaran basalt di Gunung Pinang meliputi seluas 775 Ha, dengan
perkiraan deposit sebanyak 412.643.614 m 3. Bahan galian ini berada
pada kawasan hutan produksi yang akan dirobah statusnya menjadi
hutan lindung atau hutan wisata, sehingga tidak dapat diusahakan atau
ditimbang. Kegunaan basalt dapat digunakan sebagai bahan bangunan
seperti untuk bahan konstruksi bangunan maupun untuk ornamen.
5) Batu Apung
Batu apung merupakan hasil letusan gunung berapi yang mengalami
pendinginan secara mendadak. Bentuknya menyudut hingga menyudut
tanggung. Penyebarannya ditemukan di bagian selatan Rawa Dano,
antara Padarincang hingga Baros, sehingga lokasi ini mudah dicapai.
Penyebaran batu apung di daerah ini cukup luas dan cadangannya sulit
dihitung karena bercampur dengan mineral lain. Lokasi ini terletak di
kawasan lindung sekitar Rawa Dano, sehingga sulit diusahakan secara
Sungai Ciujung merupakan sungai terbesar di daerah ini yang sumber mata airnya
berasal dari Gunung Halimun. Sungai Ciujung sebagian airnya telah dimanfaatkan
untuk keperluan irigasi yang dialirkan melalui bendungan. Sedangkan Sungai Cidurian
terletak di bagian timur yang sekaligus membatasi Kabupaten Serang dengan
Kabupaten Tangerang.
Sungai Cidanau mengalir dari lereng Gunung Karang melalui beberapa anak sungai
yang masuk ke Rawa Danau dan membentuk pola aliran rectanguler. Sungai ini
mengalir ke arah barat dan bermuara di Selat Sunda Air Sungai Cidanau telah
dimanfaatkan oleh PT Krakatau Steel yang dialirkan dan ditampung di Waduk
Krenceng dengan mendapat tambahan air dari Sungai Krenceng dan Sungai Cadas
Gantung.
Sungai Cibanten yang mengalir melalui Kota Serang sumber airnya berasal dari
Gunung Karang, Gunung Payung, dan Gunung Kupak; sebagian besar berasal dari
mata air yang cukup dan membentuk spring belt pada kaki Gunung Karang.
Pemanfaatan air Sungai Cibanten digunakan sebagai sumber air bersih untuk Kota
Air permukaan ini tidak saja berupa air sungai, tetapi juga berupa waduk dan situ.
Waduk yang ada di Kabupaten Serang adalah Waduk Ciukur, Jakung, Ciwaka, Cicinta,
Krenceng, Rawa Danau, dan Situ Tasikardi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel berikut,
Tabel 2-2. Sungai dan Debit Alirannya yang Melintasi Kabupaten Serang
Sumber: Laporan Studi Potensi dan Pengembangan Sumberdaya Air Tersebar di Prop.
Banten, Dinas PU Provinsi Banten
Akifer menerus dalam bentuk yang sarang, termasuk air tanah dalam kondisi
tertekan dan setengah tertekan,
Akifer tidak menerus dalam batuan berkekar, misalnya kekar dalam lava,
Kombinasi akifer menerus dan tidak menerus.
Luas
Volume
No Nama Situ Desa/Kec Genangan
(m³)
(Ha)
12 St Cikulur Kranji/Taktakan
13 St Jakung Cilowong/Taktakan
17 St Cirahab Cipayung/Padarincang
18 St Cibulakan Sukabana/Ciomas
19 St Rampones Sindangmandi/Pabuaran
20 St Citaman Tamansari/Baros
22 Wd Balungan Sentul/Kragilan 4
31 Wd Cilesung Sukacai/Baros
Sumber: Studi Potensi & Pengembangan Sumberdaya Air Tersebar di Prop. Banten,
Dinas PU Prop. Banten. Keterangan: St. = Situ; Rw. = Rawa; Wd. = Waduk.
Pada umumnya air tanah bebas di daerah dataran mempunyai kedalaman antara
0,5 m – 3,0 m; sedangkan di daerah perbukitan kedalamannya 15 m. Penyebaran
sumber air tanah ini terdapat di bagian tenggara dimana air tanah membentuk mata
air di lereng Gunung Karang.
Selain air tanah, Kabupaten Serang juga memiliki beberapa mata air dengan debit
yang cukup besar (> 100 lt/detik). Mata air ini jika diolah dengan baik dapat
memenuhi kebutuhan air bersih di Kabupaten Serang. Selengkapnya mengenai mata
air dapat dilihat pada tabel berikut,
Cibanta 150
Cacaban 200
Citundun 200
Bojong 100
Secara garis besar pemanfaatan lahan di Kabupaten Serang dapat dijabarkan sebagai
berikut:
Sistem sewerage yang dilengkapi dengan instalasi pengolahan air limbah (IPAL)
adalah system yang dibangun dilokasi terpisah dari penggunanya sehingga
dikategorikan sebagai system terpisah ( off-site). Sistem tersebut biasa dibangun
dalam skala kecil atau skala lingkungan, skala kecamatan sampai skala kota.
Sistem sewerage beserta system IPAL-nya sangat efektif untuk menghilangkan
bakteri penyakit maupun beban pencemaran organik yang berasal dari limbah
manusia maupun limbah cair dari kawasan perdagangan dan industri.
Pelayanan sanitasi dan air bersih yang baik, dapat memperkecil penularan
penyakit diare. Survei menunjukkan bahwa peningkatan 10 % pelayanan sanitasi
dapat menurukan 6,37 kasus per 1000 penyakit diare. Dari data kesehatan
(tingkat nasional) menunjukkan bahwa penyakit diare yang semula menempati
urutan ke 5 penyebab kematian (1995) berubah menempati urutan ke 9
penyebab kematian pada tahun 2000. Kontribusi penyakit diare sebagai penyakit
penyebab kematian adalah 13,9 % dari seluruh kasus kematian. Walaupun
demikian kasus-kasus diare masih harus diwaspadai karena angka kontribusinya
masih lebih tinggi dari angka rata-rata nasioal penyebab kematian. Selain
Berdasarkan data yang ada dari 84,295 RT yang diperiksa sebanyak 99.89 % RT
sudah menggunakan kakus (WC/Jamban) sendiri dengan tangki septic tank dan
sisanya 0.04 % menggunakan kakus umum.
2. Limbah Industri
Limbah industri adalah hasil sisa produksi (buangan) proses industri baik dalam
bentuk padat, cair maupun gas. Limbah industri sangat beragam tergantung
dari jenis industri yang bersangkutan, demikian juga volumenya sangat
tergantung dari jenis industri yang bersangkutan dan mode pengoperasiannya.
Ada industri tidak menghasilkan bahan limbah yang berarti misalnya industri
elektronika, industri tegel dan industri kayu lapis. Sebaliknya tidak sedikit industri
yang banyak menghasilkan bahan limbah seperti industri pulp & kertas, industri
gula, industri bumbu masak (MSG = Monosodium Glutamate), industri alkohol,
industri penyamakan kulit, industri tekstil dan masih banyak lagi. Disamping
banyak ragamnya, limbah industri pada umumnya fluktuatif yaitu baik volume
maupun konsentrasi bahan limbahnya selalu berubah-ubah setiap waktu. Aliran
limbah industri kadang-kadang tinggi kadang-kadang rendah karena industri ada
yang bekerja secara terus menerus dan ada yang berganti-ganti proses. Limbah
industri dapat dikualifikasikan sebagai berikut :
g. Organik tracer
Termasuk dalam kategori organik tracer adalah Phenol yang menyebabkan air
berbau dan rasa tidak enak khususnya apabila badan air tersebut
dipergunakan sebagai air baku air minum (ABAM).
Jumlah industri yang ada di wilayah Kabupaten Serang sampai tahun 1999
ada sejumlah 218 industri, dari sejumlah ini 17 industri menghasilkan limbah
B3, 73 industri menghasilkan limbah Non B3 dan sisanya (128) belum atau
tidak memberikan informasi mengenai jenis limbah yang dihasilkan. Dari
sejumlah industri yanga ada di wilayah Kabupaten Serang sampai saat ini
yang telah melengkapi dengan dokumen lingkungan (AMDAL atau UKL – UPL)
baru 24.77 %.
3. Limbah B3
Limbah bahan berbahaya dan beracun atau sering disingkat Limbah B3 adalah sisa
suatu usaha atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun
Yang dimaksud limbah B3 dari sumber tidak spesifik adalah limbah B3 yang pada
umumnya berasal dari proses utamanya, tepatnya berasal dari kegiatan
pemeliharaan alat, pencucian, pencegahan korosi, pelarutan kerak, pengemasan
dll. Dan yang dimaksud dengan limbah B3 dari sumber spesifik adalah limbah B3
sisa proses suatu industri atau kegiatan yang secara spesfik dapat ditentukan. Dari
218 industri yang ada di wilayah Kab.Serang 17 diantaranya menghasilkan limbah
B3, tetapi sampai saat ini belum ada data tentang bagaimana pengolahan limbah
B3 nya.
Berdasarkan koordinat sistem UTM ( Universal Transfer Mercator) Zone 48E wilayah Kota
Serang terletak pada koordinat 618.000 m sampai dengan 638.600 m dari Barat ke Timur
dan 9.337.725 m sampai dengan 9.312.475 m dari Utara ke Selatan. Berdasarkan koordinat
geografis, Kota Serang berada pada 105 0 7’-1060 22’ BT dan 50 50’-60 21’ LS. Jarak terpanjang
Secara administratif, luas wilayah Kota Serang sebesar 266,74 km² dan terdiri 6 kecamatan
(Kecamatan Serang, Kecamatan Cipocokjaya, Kecamatan Taktakan, Kecamatan Kasemen,
Kecamatan Curug, dan Kecamatan Walantaka), serta 20 Kelurahan dan 46 Desa.
Tabel 2.1
Data Administratif Wilayah Kota Serang
Ibu Kota Jumlah Luas Darat
No Nama Kecamatan
Kecamatan Desa/Kel (Km2)
Kota Serang mempunyai kedudukan yang strategis karena berada di jalur utama
penghubung lintas Jawa-Sumatera. Kota Serang juga dilintasi jalan negara lintas Jakarta-
Merak serta dilintasi jalur kereta api lintas Jakarta-Merak. Selain itu pula Kota Serang
merupakan pintu gerbang atau transit perhubungan darat antara Pulau Jawa dan Pulau
Sumatera.
Dari batuan yang tersingkap (outcrop) di Kota Serang, dapat diketahui stratigrafi dan sejarah
geologi pembentukan daratan, perairan laut, dan pulau-pulau kecil yang ada di daerah ini.
Secara umum semua batuan dan satuan sedimen yang ada berumur muda. Batuan tertua
berumur Pleistosen Bawah, mungkin sekitar tujuh (7) juta tahun lalu, pada saat mana
terbentuk batuan vulkanik lava andesit dan breksi vulkanik yang berkaitan dengannya akibat
proses desintregrasi/pelapukan fisik dan gerakan tanah ( land movement) pada daerah
gunung api, baik dalam bentuk runtuhan, longsor, ataupun rayapan tanah perbukitan
vulkanik yang terbentuk.
1. Kelompok aquifer air tanah tertekan yang terdapat pada Tufa Banten dimana air
mengalir melalui ruang antar butiran, lapisan ini dapat dijumpai pada kedalaman sampai
lebih dari 100 m dibawah permukaan laut.Air tanah dalam kelompok ini dapat dijumpai
sebagai air tanah bebas maupun tertekan.
2. Kelompok aquifer air tanah jarang yang terdapat pada lapisan-lapisan batuan vulkanik
tua seperti lava dan andesit. Lapisan aquifer ini terjadi karena formasi struktur
batuannya,seperti sesar atau kekar. Aquifer ini umumnya kurang produktif dan
berkelulusan rendah.
3. Kelompok aquifer produktif, dimana kelompok ini merupakan gabungan antara sistem
aquifer yang menerus dan tidak menerus. Kelompok ini terdapat pada bidang kontak
antara Tufa Banten dan kelompok batuan vulkanik. Wilayah Kota Serang umumnya
termasuk aquifer produktif dengan debit air 5-10 liter/detik.
Potensi air permukaan di wilayah Kota Serang bersumber dari sungai yang mengalir di
wilayah Kota Serang seperti sungai Cibanten (5 km). Iklim di wilayah Kota Serang termasuk
tropis dengan musim hujan antara November – April dan musim kemarau antara Mei –
Oktober. Curah hujan rata-rata 1430,8 mm/thn. Temperatur udara rata-rata berkisar antara
25,80 C – 27,60 C. Temperatur udara minimum 20,900 C dan maksimum 33,80 C sedangkan
kelembaban nisbi rata-rata 81%. Kecepatan angin rata-rata 2,80 knot dengan arah
terbanyak adalah dari Barat.
Kondisi Hidrologi di Kota Serang ditandai dengan terdapatnya Daerah Aliran Sungai (DAS)
yang dalam pengelolaan sungai dikenal sebagai bagian dari Satuan Wilayah Sungai (SWS).
Secara umum, baik SWS maupun DAS yang ada di Kota Serang relatif tidak luas. Sungai-
sungai yang terdapat di Kabupaten Serang memiliki lebar yang relatif kecil dan pendek.
Salah satu DAS yang terdapat di Kota Serang yaitu DAS Cibanten yang merupakan bagian
dari SWS Ciujung-Ciliman. Disamping keberadaan sungai, di Kota Serang terdapat pula jenis
air permukaan berupa rawa, situ dan waduk.
e. Profil Demografis
e.1 Jumlah dan Sebaran Penduduk
Jumlah penduduk Kota Serang pada tahun 2007 mencapai 677.638 jiwa atau sebesar
110.612 KK, yang terdiri dari 349.791 jiwa laki-laki dan 327.905 jiwa perempuan.
Berdasarkan hasil analisis Laju Pertumbuhan Penduduk tahun 2007, LPP Kota Serang
mencapai sekitar 2,6%.
TOTAL 677.638
Kendati Kota Serang merupakan kawasan perkotaan dengan fungsi sebagai ibukota
Provinsi Banten, namun bila dilihat lebih jauh, ternyata hampir di setiap kecamatan Kota
Serang terdapat keluarga miskin dengan jumlah yang signifikan. Jumlah keluarga miskin
di Kota Serang sampai akir tahun 2007 tercatat sebesar 19.145 keluarga (KK) dan untuk
rincinya dapat dilihat Tabel 3.
Tabel 2.5
Jumlah dan Sebaran KK Miskin di Kota Serang
Tabel 2.6
Data Rasio Ketergantungan Penduduk
RKTot 46.07
RKMuda 39.69
RKTua 6.38
Tabel 2.7
Jumlah Penduduk Usia Produkatif dan Non Produktif
0 – 14 537.335
15 – 60 1.353.862
60+ 86.428
D. DUKUNGAN DATA
1. Data Dasar
E. URAIAN TUGAS
Hubungan antar pihak-pihak yang terlibat dalam suatu proyek umumnya
dibedakan atas hubungan fungsional, yaitu pola hubungan yang berkaitan dengan
fungsi pihak-pihak tersebut dan hubungan kerja (formal), yaitu pola hubungan
yang berkaitan dengan kerja antara pihak-pihak yang terlibat dalam proyek yang
dikukuhkan dalam suatu dokumen kontrak.
1. Kualifikasi Tenaga Ahli
a. Ketua Tim / Ahli Teknik Sipil (1 orang)
BULAN - MINGGU
NO. KEGIATAN KET.
1 2 3 4
PERSIAPAN
PELAKSANAAN PEKERJAAN
1 Koordinasi
2 Inventarisasi data
3 Penyusunan Laporan
PELAPORAN
1 Laporan Pendahuluan
2 Laporan Akhir
TENAGA AHLI
TENAGA PENDUKUNG
TIM PELAKSANA
PEJABAT PEMBUAT ADMINISTRASI DAN
KOMITMEN TEKNIS
DIREKTUR
PT. EKA DWI SATYA
KETUA TIM
ADE HIDAYAT, ST
KETARANGAN
Garis Koordinasi
Garis Perintah ADMINISTRASI
RESTU WIDHI
SUSANTO, SE
SURVEYOR OPERATOR
KOMPUTER
RIFKI AULIA AKBAR RIFKY
KHOIRULLAH
Gambar Drone
3. HASIL KERJA
A. LAPORAN-LAPORAN
Laporan dokumen Updating Database Sanitasi terdiri dari:
1) Laporan Pendahuluan
Memuat tanggapan terhadap Kerangka Acuan Kerja dan rencana kerja
pelaksanaan secara keseluruhan dari kegiatan yang disampaikan oleh pemberi
tugas, terkait dengan rencan survey dan jenis survey yang akan dikerjakan.
Jumlah laporan pendahuluan yang harus diserahkan kepada pemberi tugas
sebanyak 2 (dua) buku, yang harus diserahkan selambat-lambatnya 15 (lima
belas) hari kalender sejak penandatanganan kontrak;
2) Laporan Akhir
Memuat penyempurnaan laporan Akhir yang dilengkapi dengan penggunaan
aplikasi database sanitasi, jumlah laporan Akhir yang harus diserahkan kepada
pemberi tugas sebanyak 2 (dua) buku, yang harus diserahkan selambat-
lambatnya 30 (tiga puluh) hari kalender sejak penandatanganan kontrak;
3) Hard disk
4. PENUTUP
Kegiatan updating data base sanitasi ini merupakan suatu kegiatan yang kompleks,
memerlukan keterlibatan beberapa pihak terkait, antara lain Pihak Pemilik, Konsultan,
Pemerintah Daerah maupun masyarakat. Dalam pelaksanaan suatu proyek, harus
dirumuskan, mulai dari tujuan, sasaran, keterlibatan pihak yang berkompetensi,
Dokumen Usulan Teknis ini disusun untuk keperluan ikut serta dalam pelaksanaan tender
(pelelangan) Pekerjaan updating data base sanitasi ini diselenggarakan oleh Dinas Perkim
Provinsi Banten.
Penyusunan dokumen Usulan Teknis ini didasarkan pada RKS (Rencana Kerja dan Syarat),
KAK (Kerangka Acuan Kerja), dan Berita Acara Penjelasan Pekerjaan, serta peraturan lain
yang berlaku. Konsultan telah mencermati dan memahami dengan seksama Kerangka
Acuan Kerja (KAK) yang mencakup latar belakang, maksud dan tujuan, sasaran, lingkup
pekerjaan, lokasi kegiatan, metodologi, jangka waktu pelaksanaan, kebutuhan tenaga ahli,
pelaporan, serta biaya yang dialokasikan untuk menyelesaikan Pekerjaan updating data
base sanitasi.
Berdasarkan pada seluruh kemampuan Konsultan, baik ketersediaan personil yang handal
dan profesional maupun pengalaman yang memadai, terutama yang berkaitan dengan
menyelesaikan Pekerjaan updating data base sanitasi maka konsultan berkeyakinan
mampu melaksanakan pekerjaan dengan sebaik-baiknya sesuai dengan Kerangka Acuan
Kerja