Anda di halaman 1dari 64

USULAN TEKNIS

UPDATING DATA BASE SANITASI


DAFTAR ISI

1. PEMAHAMAN TERHADAP KAK.......................................................................2

A. PEMAHAMAN TERHADAP KAK.......................................................................................................2

B. TANGGAPAN TERHADAP KAK........................................................................................................4

2. METODOLOGI....................................................................................................9

A. PENDEKATAN DAN METODOLOGI...............................................................................................9

B. RENCANA KERJA..............................................................................................................................11

C. APRESIASI..........................................................................................................................................12

D. DUKUNGAN DATA............................................................................................................................51

E. URAIAN TUGAS.................................................................................................................................52

F. JADWAL PELAKSANAAN DAN JADWAL PENUGASAN..........................................................54

G. ORGANISASI......................................................................................................................................59

H. FASILITAS PENUNJANG................................................................................................................61

3. HASIL KERJA...................................................................................................63

A. LAPORAN-LAPORAN.......................................................................................................................63

4. PENUTUP..........................................................................................................63

Updating Data Base Sanitasi 1


USULAN TEKNIS
UPDATING DATA BASE SANITASI

1. PEMAHAMAN TERHADAP KAK


A. PEMAHAMAN TERHADAP KAK

a. Pemahaman Terhadap Latar Belakang

Di setiap individu/orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat


tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat, yang
merupakan kebutuhan dasar manusia, dan yang mempunyai peran yang
sangat strategis dalam pembentukan watak serta kepribadian bangsasebagai
salah satu upaya memb angun manusia Indonesia seutuhnya,berjati diri,
mandiri, dan produktif. Negara bertanggung jawab melindungi segenap
bangsa Indonesia melalui penyelenggaraan perumahan dan kawasan
permukiman agar masyarakat mampu bertempat tinggal serta menghuni
rumah yang layak dan terjangkau di dalam perumahan yang sehat, aman,
harmonis, dan berkelanjutan diseluruh wilayah Indonesia.

Diantara kebutuhan dasar masyarakat, beberapa diantaranya adalah


tersedianya air bersih, sarana pembuangan air limbah, tidak adanya genangan
air dan tersedianya tempat penampungan sementara sampah (TPS
Sampah). Keempat kebututuhan tersebut, umumnya dikenal sebagai sanitasi
lingkungan.

Sebagai informasi, akses air minum layak dan sanitasi dasar merupakan bagian
dari target Millenium Development Goals (MDGs) yang ditetapkan oleh PBB
pada tahun 2000. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, Indonesia secara
nasional telah berhasil mewujudkan air minum layak bagi 68,36 persen
populasi dan akses sanitasi dan persampahan dasar kepada 61,04 persen
populasi pada tahun 2014.

Untuk menjamin keberhasilan pencapaian target Universal Access 2019,


pemerintah pusat dan pemerintah daerah bersama seluruh pemangku
kepentingan menganggarkan pembiayaan pembangunan air minum dan

Updating Data Base Sanitasi 2


sanitasi tiga kali lipat dari total anggaran 2010-2014. Diperkirakan untuk
kebutuhan pembiayaan air minum akan mencapai Rp 275 triliun, sedangkan
untuk sanitasi dan persampahan mencapai 273,7 triliun.

Walaupun secara umum ada trend perbaikan sanitasi masyarakat dari waktu
ke waktu, namun masih banyak masyarakat yang belum mempunyai sanitasi
yang baik. Ada beberapa penyebab mengapa belum semua masyarakat dapat
menikmati sanitasi yang baik, karena :

1) Keterbatasan anggaran Pemerintah (Baik Pusat maupun Daerah);


2) Luas wilayah yang harus dilayani; serta
3) Jumlah Penduduk yang harus dilayani

Khusus untuk Provinsi Banten, data mengenai kemajuan sanitasi di Provinsi


Banten menurut Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementrian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat tahun 2014 menunjukan bahwa tingkat keberhasilan
sanitasi dan persampahan di Provinsi Banten baru mencapai 65.795 % dari
target yang dibuat. Dan untuk tahun 2019, belum diketahui apakah terjadi
peningkatan atau stagnasi. Oleh sebab itu, perlu dilakukan updating database
sanitasi, yang berfungsi sebagai alat evaluasi sehingga perencanaan program
sanitasi di Provinsi Banten menjadi lebih tepat saran, tepat anggaran dan tepat
waktu.

b. Pemahaman Terhadap Maksud dan Tujuan


Maksud dan tujuan yang hendak dicapai dari pelaksanaan kegiatan ini adalah:
a) Menyusun Database Air Limbah dan Sanitasi Provinsi Banten;
b) Menyajikan data yang mendukung kegiatan PPAS dan GRK;
c) Memberikan rekomendasi kepada Pemerintah Provinsi Banten terkait
pelaksanaa air limbah sanitasi.

Updating Data Base Sanitasi 3


c. Pemahaman Terhadap Ruang Lingkup
 Ruang lingkup pekerjaan dari kegiatan ini meliputi:
Ruang lingkup Updating Database Sanitasi Provinsi Banten adalah :
a. Pengumpulan data sekunder dan primer Sanitasi di Provinsi Banten.
b. Menyusun laporan data untuk memperoleh gambaran eksisting sanitasi di
Provinsi Banten (8 Kab/Kota).
c. Integrasi data program dan kegiatan updating database sanitasi
Provinsi Banten (8 Kab/Kota).
 Ruang lingkup Lokasi Kegiatan
Lingkup lokasi kegiatan Updating Database Sanitasi Provinsi Banten berada di
8 (delapan) Kabupaten/Kota yaitu Kota Serang, Kabupaten Serang, Kabupaten
Pandeglang, Kabupaten Lebak, Kota Cilegon, Kota Tangerang, Kota Tangerang
Selatan dan Kabupaten Tangerang.

d. Pemahaman Terhadap Jangka Waktu Pelaksanaan


Jangka waktu pelaksanaan kegiatan ini diperkirakan 30 (tiga puluh) hari
kalender, terhitung sejak tanggal diterbitkannya Surat Perintah Mulai Kerja.

B. TANGGAPAN TERHADAP KAK


a. Tanggapan Terhadap Latar Belakang
Pengertian Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan Sanitasi
Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang
saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri.
Demikian pula pemecahan masalah kesehatan masyarakat, tidak hanya
dilihat dari segi kesehatannya sendiri tetapi harus dilihat dari seluruh segi
yang ada pengaruhnya terhadap masalah "sehat-sakit" atau kesehatan
tersebut. 
Sebelum lebih jauh membahas mengenai kesehatan lingkungan marilah
kita bahas lebih dulu pengertian dari kesehatan lingkungan. Menurut
Walter R. Lym kesehatan lingkungan adalah hubungan timbal balik antara
manusia dengan lingkungan yang berakibat atau mempengaruhi derajat
kesehatan manusia. Sedangkan menurut WHO kesehatan lingkungan
adalah ilmu dan keterampilan yang memusatkan perhatiannya pada usaha
pengendalian semua faktor yang ada pada lingkungan fisik manusia yang

Updating Data Base Sanitasi 4


diperkirakan menimbulkan atau akan menimbulkan hal-hal yang merugikan
perkembangan fisiknya, kesehatannya ataupun kelangsungan hidupnya.
Jadi Ilmu Kesehatan Lingkungan berkisar pada usaha manusia mengelola
lingkungan sedemikian rupa, sehingga derajat kesehatan manusia dapat
lebih ditingkatkan. 
Banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu
maupun kesehatan masyarakat. Untuk hal ini Hendrik L. Blum
menggambarkan adanya empat faktor yang mempengaruhi kesehatan,
yaitu: keturunan, lingkungan, perilaku dan pelayan kesehatan. Keempat
faktor tersebut disamping berpengaruh langsung kepada kesehatan, juga
saling berpengaruh satu sama lainnya. Status kesehatan akan tercapai
secara optimal bilamana keempat faktor tersebut secara bersama-sama
mempunyai kondisi yang optimal pula. Salah satu faktor saja berada dalam
keadaan yang terganggu (tidak optimal) maka status kesehatan akan
tergeser ke arah dibawah optimal.
Kesehatan lingkungan pada hakekatnya adalah suatu kondisi atau keadaan
lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap
terwujudnya status kesehatan yang optimum pula. Ruang lingkup
kesehatan lingkungan tersebut antara lain mencakup perumahan,
pembuangan kotoran manusia (tinja), penyediaan air bersih, pembuangan
sampah, pembuangan air kotor (air limbah), rumah hewan ternak
(kandang) dan sebagainya.
Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa kesehatan lingkungan adalah
Ilmu yang merupakan cabang dari ilmu kesehatan masyarakat yang lebih
menitikberatkan perhatiarnnya pada perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, pengawasan, pengkoordinasian dan penilaian dari semua
faktor yang ada pada lingkungan fisik manusia yang diperkirakan ada
hubungan atau berhubungan dengan perkembangan fisik, kesehatan
ataupun kelangsungan hidup manusia, sedemikian rupa sehingga derajat
kesehatan dapat lebih ditingkatkan.
Adapun yang dimaksud dengan usaha kesehatan lingkungan adalah suatu
usaha untuk memperbaiki atau mengoptimumkan lingkungan hidup
manusia agar merupakan media yang baik untuk terwujudnya kesehatan
optimum bagi manusia yang hidup di dalamnya. Usaha memperbaiki atau

Updating Data Base Sanitasi 5


meningkatkan kondisi lingkungan ini dari masa ke masa dan dari
masyarakat satu ke masyarakat yang lain bervariasi dan bertingkat-tingkat,
dari yang paling sederhana (primitif) sampai kepada yang paling mutakhir
(modern). Dengan perkataan lain bahwa teknologi di bidang kesehatan
lingkungan sangat bervariasi, dari teknologi primitif, teknologi menengah
(teknologi tepat guna) sampai dengan teknologi mutakhir.
Ruang lingkup kesehatan lingkungan tersebut antara lain mencakup
perumahan, pembuangan kotoran manusia (tinja), penyediaan air bersih,
pembuangan sampah, pembuangan air kotor (air limbah), rumah hewan
ternak (kandang) dan sebagainya. Adapun yang dimaksud dengan usaha
kesehatan lingkungan adalah suatu usaha untuk memperbaiki atau
mengoptimumkan lingkungan hidup manusia agar merupakan media yang
baik untuk terwujudnya kesehatan optimum bagi manusia yang hidup di
dalamnya.  Usaha memperbaiki atau meningkatkan kondisi lingkungan ini
dari masa ke masa dan dari masyarakat satu ke masyarakat yang lain
bervariasi dan bertingkat-tingkat, dari yang paling sederhana (primitif)
sampai kepada yang paling mutakhir (modern). Dengan perkataan lain
bahwa teknologi di bidang kesehatan lingkungan sangat bervariasi, dari
teknologi primitif, teknologi menengah (teknologi tepat guna) sampai
dengan teknologi mutakhir.

b. Tanggapan Terhadap Maksud dan Tujuan


Pekerjaan Updating Data Base Sanitasi merupakan usaha dalam upaya
peningkatan kualitas lingkungan di perkotaan, karena pengembangan
kualitas lingkungan merupakan salah satu sektor yang strategis dalam
upaya membangun manusia Indonesia seutuhnya. Selain sebagai salah
satu kebutuhan dasar manusia peningkatan kualitas sanitasi lingkungan,
permukiman di perkotaan juga berfungsi strategis didalam mendukung
terselengaranyan pendidikan keluarga, persemaian budaya dan
peningkatan generasi akan datang yang berjati diri.

Updating Data Base Sanitasi 6


c. Tanggapan Terhadap Lingkup Pekerjaan
Secara umum lingkup pekerjaan sudah cukup dimengerti. Tetapi
konsultan mencoba menguraikan lingkup pekerjaan yang akan
dilaksanakan :
 Inventarisasi Data dan review Studi Terdahulu
 Melakukan inventarisasi data pendahuluan seperti peta dan data-
data perencanaan terdahulu yang terkait dengan lokasi.
 Hasil review studi harus memberikan gambaran yang jelas tentang
konsep desain dan permasalahan yang terjadi dan konklusi
terhadap rencana survey lapangan dan pengumpulan data
selanjutnya.
 Survey Investigasi dan Pemetaan Lokasi Studi
Melakukan penyelidikan lokasi pekerjaan secara komperhensif berupa
pekerjaan lapangan :
 Pengukuran Bentuk Bangunan dan Lahan
Pengukuran bentuk lahan yang dilakukan untuk memberikan
gambaran situasi berikut penampang memanjang dan melintang
lokasi pembangunan gedung. Gambar situasi lokasi pembangunan
gedung tersebut menjadi acuan perencanaan teknis.
 Investigasi Kondisi
Investigasi kondisi dilakukan untuk mengetahui kondisi lahan di
sekitar lokasi perencanaan untuk memberikan gambaran pada ahli
desain, untuk menentukan konsep desain yang akan digunakan.
 Analisa Data
Melakukan analisa data hasil survey investigasi lapangan dan
pengumpulan data untuk mendapatkan gambaran karakteristik lokasi
pekerjaaan yang akan digunakan dalam penentuan konsep desain
Gedung.
Analisa data meliputi :
 Analisa Data bentuk lahan dan Penggambaran hasil Analisa
Topografi.
 Analisa Data kondisi, untuk mengetahui karakteristik lahan dan
daya dukung lahan.

Updating Data Base Sanitasi 7


d. Tanggapan Terhadap Metodologi
Agar proses perencanaan bisa berjalan dengan efisien, komprehensif dan
terkoordinasi dengan baik maka perlu dibuat metodologi/program kerja
untuk masing-masing tahapan pekerjaan.

Dalam penyusunan program kerja tersebut banyak faktor yang harus


diperhatikan dan dipertimbangkan :

 Tujuan : Harus diproyeksikan dengan cermat maksud, tujuan


dan sasaran setiap tahap pekerjaan.
 Metode : Metode masing-masing tahapan pekerjaan harus dibuat
dengan cermat dan tepat
 Tenaga : Estimasi kebutuhan tenaga yang terlibat untuk setiap
tahap pekerjaan harus dilakukan dengan cermat agar
pelaksanaan tahap-tahap pekerjaan tersebut bisa
berjalan dengan efektif.
 Waktu : Harus dialokasikan waktu yang tepat dan sesuai
dengan tiap-tiap tahapan pekerjaan sehingga waktu
yang disediakan untuk penyusunan (1 bulan kalender)
tersebut betul-betul bisa dimanfaatkan dengan baik
sehingga pekerjaan bisa selesai tepat waktu dengan
kualitas yang maksimal.

Updating Data Base Sanitasi 8


2. METODOLOGI
A. PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Pendekatan Umum
Untuk mencapai Visi yang diharapkan dan menjalankan Misi yang diemban, maka
pekerjaan updating data base sanitasi harus dilaksanakan sebagai satu kesatuan
sistem, yang pelaksanaannya dapat dengan memanfaatkan berbagai pendekatan yang
relevan secara efektif, dan yang implementasinya agar dapat disesuaikan berdasarkan
kondisi lokal yang ada, yaitu:
 Pendekatan Normatif
Pelaksanaan penyusunan updating data base sanitasi ini dilakukan dengan mengacu
pada stretegi dan kebutuhan pengembangan sanitasi lingkungan pada skala kota
secara komprehensif dan mengacu pada dokumen perencanaan pembangunan
(development plan) dan dokumen perencanaan penataan ruang (spatial plan) yang
terkait dengan pengembangan sanitasi lingkungan, ataupun ketentuan peraturan dan
perundangan terkait dengan substansi penyusunan updating data base sanitasi. Selain
itu proses penyusunan updating data base sanitasi ini harus berdasarkan kaidah-kaidah
teknis (antara lain standar teknis (SNI), prinsip-prinsip keterpaduan, arsitektur
kawasan dan lain sebagainya) dalam penataan dan perancangan teknis kawasan.

 Pendekatan Partisipatif dan Fasilitatif


Proses penyusunan dilakukan dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan yang
terkait dengan pengembangan kota maupun pengembangan permukiman dan
infrastruktur perkotaan, baik di tingkat kawasan, kota/kabupaten, maupun provinsi.
Hal ini dimaksudkan agar hasil penyusunan dapat dirasakan dan dimiliki oleh seluruh
pemangku kepentingan terkait di daerah khususnya di dalam kawasan permukiman
prioritas.

 Pendekatan Teknis-Akademis
Pendekatan teknis akademis adalah pendekatan yang dilakukan dengan menggunakan
metodologi yang dapat dipertanggungjawabkan secara akademis, baik itu dalam
pembagian tahapan pekerjaan maupun teknik-teknik identifikasi, analisa, penyusunan
strategi maupun proses pelaksanaan penyepakatan. Dalam pendekatan ini, proses
penyusunan menggunakan beberapa metode dan teknik studi yang baku yang
sebelumnya telah disepakati bersama oleh tim kerja, pemberi kerja, dan tim pokjanis

Updating Data Base Sanitasi 9


daerah. Adapun dalam penerapannya, pendekatan teknis-akademis ini umumnya
dicirikan dengan beberapa karakteristik sebagai berikut:

- Cara berpikirnya didasarkan pada cara berpikir yang eksploratif


- Melihat suatu kondisi atau situasi dari berbagai sudut pandang yang terkait
(komprehensif)
Penyelesaian terhadap suatu persoalan tidak dilihat dalam jangka pendek
melainkan dilihat sebagai suatu solusi jangka panjang yang berdasar pada
pembangunan keberlanjutan.

Updating Data Base Sanitasi 10


B. RENCANA KERJA
1. KAPASITAS KERJA
Kapasitas kerja merupakan penjelasan kemampuan personil atau suatu tim kerja untuk
menyelesaikan pekerjaan. Lebih lanjut, jumlah personil atau tim kerja yang dilibatkan dalam
pelaksanaan pekerjaan agar dapat diselesaikan sesuai dengan target waktu yang ditetapkan,
tergantung dari tingkat kapasitas kerja tim itu sendiri, serta volume kerja yang telah
ditetapkan.

2. TAHAPAN KEGIATAN

Rencana Kerja menjabarkan isi yang terkandung dalam Kerangka Acuan Kerja (TOR) dan
Usulan Teknis Konsultan seperti yang diuraikan pada bab-bab sebelumnya. Didalam bagian
ini akan diberikan rincian tentang :

a. Susunan dan rincian kegiatan.


b. Perhitungan jumlah waktu pelaksanaan kegiatan
c. Perhitungan jumlah dan jadwal penggunaan peralatan
Hasil perhitungan ini kemudian akan digunakan sebagai masukan dalam perhitungan biaya.
Susunan kegiatan untuk pekerjaan updating data base sanitasi ini adalah sebagai berikut:

1. Melakukan persiapan-persiapan untuk dapat melaksanakan pekerjaan lapangan dengan


sebaik-baiknya. Kegiatan persiapan itumeliputi:
- Menyiapkan personil pelaksana
- Menyiapkan bahan atau peralatan yang dibutuhkan.
- Melakukan orientasi lapangan untuk menetapkan dan menyesuaikan jumlah personil
dengan waktu yang direncanakan.
2. Kajian pustaka
Melakukan kajian pustaka mengenai kondisi eksisting dan potensi sanitasi lingkungan di
Provinsi Banten, pengembangan wilayah, dan sebagainya yang dapat mendukung
pelaksanaan kegiatan ini.

3. Survei dan pengumpulan data


Data yang dikumpulkan meliputi data demografi, sosial ekonomi, geografi, potensi dan
kondisi kondisi prasarana dan sarana sanitasi lingkungan di provinsi Banten, dan data-
data lain yang diperlukan.

4. Analisa data

Updating Data Base Sanitasi 11


Melakukan analisa data baik data primer maupun data sekunder untuk menyusun
rencana pengembangan prasarana dan sarana sanitasi lingkungan di provinsi Banten.

5. Diskusi dan pembahasan


Melakukan diskusi dan pembahasan dengan berbagai pihak terkait, baik pusat atau
daerah, untuk menjaring masukan-masukan dalam penyusunan rencana pengembangan
prasarana dan sarana sanitasi lingkungan di provinsi Banten.

6. Penyusunan dokumen
Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan dan dokumen hasil pemetaan kondisi prasarana
dan sarana sanitasi lingkungan di provinsi Banten.

C. APRESIASI
1. Pengertian Sanitasi Lingkungan
Sanitasi lingkungan adalah status kesehatan suatu lingkupan yang mencakup perumahan,
pembuangan kotoran, penyediaan air bersih dan sebagainya (Notoadmojo, 2003). Sanitasi
lingkungan dapat pula diartikan sebagai kegiatan yang ditujukan untuk meningkatkan dan
mempertahankan standar kondisi lingkungan yang mendasar yang mempengaruhi
kesejahteraan manusia. Kondisi tersebut mencakup: (1) pasokan air yang bersih dan aman;
(2) pembuangan limbah dari hewan, manusia dan industry yang efisien; (3) perlindungan
makanan dari kontaminasi bioogis dan kimia; (4) udara yang bersih dan aman (5) rumah
yang bersih dan aman.
Dari definisi tersebut, tampak bahwa sanitasi lingkungan ditujukan untuk memenuhi
persyaratan lingkungan yang sehat dan nyaman. Lingkungan yang sanitasinya buruk dapat
menjadi sumber berbagai penyakit yang dapat mengganggu keseharan manusia. Pada
akhirnya jika kesehatan terganggu, maka kesejahteraannya juga akan berkuran. Karena itu,
upaya sanitasi lingkungan menjadi bagian penting dalam meningkatkan kesejahteraan.

2. Meningkatkan Sanitasi Lingkungan


Lingkungan yang sanitasinya buruk akan berdampak buruk pula bagi kesehatan. Berbagai
jenis penyakit dapat muncul karena lingkungan yang bersanitasi buruk menjadi sumber
berbagai jenis penyakit. Agar kita terhindar dari berbagai penyakit tersebut, maka
lingkungan harus selalu terjaga sanitasnya, khusunya rumah dan lingkungan sekitar.
Rumah memiliki fungsi beragam, selain sebagai tempat berlindung dari panasnya sinar
matahari dan hujan, rumah juga menjadi tempat untuk melakukan sosialisasi antar

Updating Data Base Sanitasi 12


penghuninya. Rumah menjadi tempat bagi orang tua untuk membesarkan dan mendidik
anaknya, saling berbagi antar sesame anggota keluarga, dan menjadi tempat yang nyaman
untuk beristirahat dari kesibukan kerja.
Sebagian waktu manusia dihabiskan di rumah. karena itu, kondisi rumah dapat
mempengaruhi perkembangan fisik dan mental penghuniya. Rumah yang sehat akan
memberikan kesehatan penghuninya. Selain sehat rumah juga harus aman dan perlu
memperhatikan estetika agar dapat memberikan ketenangan dan kenyamanan. Karena itu,
dalam membangun rumah perlu diperhatikan hal-hal sberikut ini, yaitu:
a. Faktor lingkungan, baik lingkungan fisik, biologis maupung lingkungan sosial
Lingkungan fisik, biologis maupun sosial perlu diperhatikan dalam membangun rumah.
rumah di daerah pantai atau dataran rendah sebaiknya dibuat agar terhindar dari banjir.
Langit-langit  rumah  dibuat  lebih  tinggi  dan  lebih  banyak  ventilasi  udara  untuk
mengurangi  panas.  Di  daerah  dataran  tinggi  atau  di  pegunungan,  rumah  sebaikna
dibuat  agar  ruangan  dalam  lebih  hangat.  Rumah  di daerah rawan gempa juga  perlu
disesuaikan  agar  tidak  mudah  roboh.  Bagi  rumah  yang  dekat  dengan  hutan,dibuat
agar aman dari serangan binatang buas.
Faktor sosial, juga perlu diperhatikan agar rumah tidak terkesan aneh, lain dari yang
lain. Adat dan budaya setempat sebaiknya perlu diperhatikan dalam menentukan bentuk
rumah  karena  biasanya  merupakan  hasil  adaptasi  dengan  lingkungan  fisiknya.
Selain itu, tentu saja agar warisan budaya tetap terpelihara melalui bentuk rumah yang
kita bangun.

b. Tingkat kemampuan ekonomi
Bentuk dan ukuran rumah serta bahan yang akan digunakan sangat terkait pula
dengan kemampuan ekonomi. Namun demikian, tidak berarti mengabaikan persyaratan
keamanan, kesehatan dan kenyamanan. Persyaratan tersebut tidak selalu harus
dipenuhi  dengan   harga   yang   mahal.   Sebagai   contoh, untuk memenuhi tuntutan
keamanan, kesehatan dan kenyamanan dapat pula digunakan bahan yang sederhana
seperti bambu atau kayu.
Jika rumah dibangun,  maka lingkungan rumah harus terjaga kesehatannya. Rumah
yang sehat memiliki sejumlah persyaratan, yaitu:
1. Bahan bangunan
Bahan bangunan tidak selalu harus mahal untuk memenuhi persyaratan  kesehatan.
Bahkan, di daerah pedesaan banyak alternatif bahan bangunan yang murah  seperti

Updating Data Base Sanitasi 13


bambu dan kayu lokal.
i. lantai
Lantai sebaiknya dari ubin, keramik atau semen agar tidak lembap dan tidak
menimbulkan genangan atau kebecekan serta debu dibandingkan jika berlantaikan
tanah.  Walaupun  demikian,  karena  bahan- bahan tersebut cukup mahal bagi  keluarga
kurang mampu, maka sebaiknya dibuat rumah panggung yang lantainya dari bamboo
atau papan agar tidak bersentuhan langsung dengan tanah.

Gambar 4.1: (a) Lantai yang bersih dan sehat, (b) Lantai yang kurang sehat

ii. Dinding
Dinding rumah sebaiknya dibuat dari tembok, tetapi dengan ventilasi yang cukup,
sebenarnya di daerah tropis yang lebih cocok adalah dari bamboo atau papan agar
lubang-lubang pada dinding atau papan dapat berfungsi sebagai ventilasi.

iii. Atap Genteng


Atap genteng banyak dipakai oleh penduduk Indonesia, khususnya di Pulau Jawa.
Disamping atap genteng cocok untuk daerah tropis, juga dapat terjangkau oleh
masyarakat dan bahkan masyarakat dapat membuatnya sendiri. Namun demikian, ada
penduduk yang tidak mampu untuk membelinya, sehingga dapat diganti dengan atap
daun rumbai atau daun kelapa dengan resiko lebih mudah terbakar. Sejumlah wilayah di
Indonesia, atap seng biasa dipakai seperi di Padang, aceh dan lain-lain. Atap tersebut
sebenarnya kurang cocok dipakai di daerah tropis karena dapat menimbulkan suhu
panas di dalam rumah.

Updating Data Base Sanitasi 14


Berbagai jenis atap rumah

iv. Ventilasi
Rumah yang sehat harus memungkinkan pertukaran udara dengan luar rumah. karena
itu, rumah harus dilengkapi dengan ventilasi yang cukup. Ada dua macam ventilasi yaitu:
1) Ventilasi alamiah, yaitu ventilasi yang dibuat dalam bentuk lubang udara yang
memungkinkan udara keluar atau masuk secara alamiah. Ventilasi jenis ini memiliki
keuntungan yaitu tanpa menggunakan alat untuk mengalirkan udara, sehingga bisa
menghemat penggunaan energy. Namun, ventilasi alamiah ini merupakan jalan masuk
nyamuk dan serangga lainnya ke dalam rumah. untuk itu, sebaiknya ditutup dengan
ram kawat yang agak rapat.
2) Ventilasi buaan, yaitu alat-alat khusus untuk mengalirkan udara, misalnya kipas angina,
dan mesin penghisap udara. Selain tidak hemat energy, ventilasi jenis ini harus dijaga
agar udara tidak berhenti atau membalik lagi.
Ventilasi menjadi persyaratan mutlak suatu rumah yang sehat karena fungsinya yang sangat
penting. Pertama, untuk menjaga agar aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar.
Jika ventilasi kurang, maka ruangan mengalami kekurangan O2 dan bersamaan dengan itu
kadar CO2 yang bersifat racun meningkat. Kedua, aliran udara yang terus menerut dapat
membebaskan udara dalam ruangan dari bakteri-bakteri pathogen. Tidak cukupnya ventilasi
juga mengakibatkan kelembapan udara dalam ruangan meningkat. Udara yang lembab
menjadi media yang sangat baik bagi berkembangnya bakteri-bakteri pathogen (bakteri
penyebab penyakit). Ketiga, menjadi agar ruangan tetap memiliki kelembapan yang
optimum.

Updating Data Base Sanitasi 15


v. Cahaya
Rumah yang dibangun harus dirancang agar cahaya dapat masuk ke dalam rumah dalam
jumlah yang cukup. Artinya, cahaya yang masuk tidak kurang dan tidak lebih. Rumah dan
tidak terlalu banyak. Jika ruangan dalam rumah kurang cahata, maka udara dalam ruangan
akan menjadi media atau tempat yang kurang baik untuk hidup dan berkembangnya bibit-
bibit penyakit. Sebalikya, jika terlalu banyak cahaya di dalam rumah akan menyebabkan silau
dan dapat merusak mata. Cahaya yang lebih atau kurang tentunya juga akan mengurani
kenyamanan. Cahaya dalam ruangan dapat bersumber dari:
1) cahaya  alamiah,  yaitu  cahaya  matahari.  Cahaya ini  sangat  penting  karena  dapat
membunuh  bakteri-bakteri  patogen  di  dalam  rumah.  Karena  itu,  diupayakan  agar
setiap ruangan   dalam   rumah   dapat  memperoleh   cahaya   matahari   yang   cukup.
Jendela dibuat dengan luas minimal 15 -20 % dari luas lantai. Posisi jendela berada
di tengah-tengah tinggi dinding dan tidak boleh terhalang oleh bangunan lain
2) Cahaya   buatan,   yaitu   cahaya   yang   bersumber   bukan   dari cahaya   matahari,
misalnya lampu, lilin, dan lain-lain. Cahayadari sumber tidak alamiah ini
diupayakan cukup terang, terutama untuk keperluan membaca agar mata kita tidak
rusak.
Luas bangunan rumah
Rumah  yang  sehat  juga  harus  memperhatikan  kepadatan  penghuninya.  Selain  tidak
nyaman,  rumah  yang  jumlah  penghuninya  tidak  sebanding  dengan  luas  rumah  juga
tidak  sehat,  baik  secara  fisik  maupun  sosial.  Setiap  orang  yang  tinggal  dalam  rumah
membutuhkan  O2 yang  cukup.  Jika  penghuni  terlalu  banyak, maka  kebutuhan  O2 tidak
mencukupi   untuk   memenuhi   kebutuhan   setiap   penghuni   secara   sehat.  Selain   itu,
rumah   yang   terlalu   padat   (overcrowded)  lebih   memungkinkan   terjadinya  penularan
berbagai jenis penyakit. Karena itu, luas  bangunan yang optimum adalah apabila dapat
menyediakan 2,5 – 3 m2 untuk tiap orang.

vi. Fasilitas-fasilitas di dalam rumah sehat
Sebuah  rumah  harus  mempunyai  fasilitas-fasilitas  yang  dapat  mendukung  kebutuhan
dan  aktivitas  penghuninya.  Kebutuhan  tersebut  adalah  kebutuhan  akan  air  bersih  dan
tempat pembuangan.

1. Penyediaan air bersih yang cukup

Updating Data Base Sanitasi 16


Air   merupakan   kebutuhan   dasar   yang   harus   dipenuhi,   baik   untuk  minum, mandi
maupun mencuci. Rumah yang sehat harus didukung  oleh ketersediaan air bersih yang
dalam  jumlah  yang  cukup.  Air  yang  tidak  bersih dapat menimbulkan berbagai  penyakit
karena dapat menjadi tempah tumbuh berkembangnya bakteri.

2. Pembuangan Tinja
Setiap rumah sebaiknya memiliki pembuangan tinja masing-masing.   Tempat
pembuangan tinja  yang   dipakai   secara   bersama sama   oleh   banyak   keluarga   dapat
menimbulkan   penularan   berbagai   penyakit.   Tempat   pembuangan   tinja   dibuat   dari
bahan 
yang  muda
h mel oloska
n tinj a dan 
harus  selalu 
bersi h atau 
teraw at.

3. Pembuangan air limbah (air bekas)
Setiap  penghuni  pasti  menggunakan  air  untuk  berbagai  keperluannya.  Sebagian  akan

Updating Data Base Sanitasi 17


menjadi air limbah   yang   dibuang   ke   lingkungan.   Pembuangan   air   limbah   menjadi
sangat  penting,  bukan  hanya  karena  alasan  bau  dan pemandangan  yang  tidak  sedap,
tetapi   karena  air  limbah  sangat  berbahaya  bagi  kesehatan.   Karena  itu, air  limbah
diupayakan dibuang pada saluran dan tempat pembuangan yang tertutup.

4. Pembuangan sampah
Seperti  halnya  air  limbah,  pembuangan  sampah  menjadi  penting  untuk  diperhatikan
karena  alasan  kesehatan,   kenyamanan   dan   estetika.   Tempat   pembuangan   sampah
diupayakan  agar   tersedia   dalam   jumlah   yang   cukup   dan   mudah   dijangkau   serta
tertutup agar tidak menjadi tempat berkembangnya berbagai penyebab penyakit.

5. Fasilitas dapur   dan ruang keluarga
Dapur dalam rumah merupakan fasilitas penting dan perlu diperhatikan
pemeliharaanya.  Biasanya  sampah  dan  sisa-sisa  makanan  berada  di  dapur.  Kondisi  ini
mengundang  berbagai   binatang  yang  dapat   menjadi  vektor  berbagai  jenis  penyakit
seperti tikus dan kecoa. Tempat memasak atau dapur yang bergabung dengan ruangan
lainnya sangat tidak sehat karena asap dan limbah lainnya akan langsung
mempengaruhi kesehatan dan kenyamanan penghuninya.
Di   daerah  pedesaan,  rumah  juga  dilengkapi   dengan  fasilitas  lainnya  terkait   dengan
aktivitas penghuninya. Fasilitas tersebut adalah:
1) Gudang  sebagai  tempat  menyimpan  hasil  panen.  Gudang dapat  dibangun  bersatu
dengan   bangunan utama maupun   terpisah.
2) Kandang   ternak,   lokasinya   harus   terpisah   dari   rumah.   Kandang ternak   yang
disimpan  dekat  rumah  atau  bahkan  di  dalam  atau  di  bawah  rumah  dapat menjadi
sumber   penyakit.

6. Sistem Pembuangan
Air  limbah  adalah  air  kombinasi  dari  cairan  dan  sampah  cair  yang  berasal  dari  daerah
pemukiman,  perdagangan,  perkantoran  dan  industri,  bersama-sama  dengan  air  tanah,
air  permukaan  dan  air  hujan  yang  mungkin  ada  (Haryoto  Kusnoputranto,  1985). Air
limbah tersebut harus terlebih dahulu di olah sebelum dibuang ke lingkungan.
Pengolahan air limbah dimaksudkan untuk melindungi lingkungan hidup terhadap
pencemaran air limbah tersebut. Dalam  batas  tertentu sebenarnya  lingkungan  mampu
menetralisir limbah atau melakukan pemurnian kembali. Namun, jika limbah yang
dibuang   ke   lingkungan   jumlahnya   besar   dan   mengandung   bahan-bahan   pencema
r

Updating Data Base Sanitasi 18


berbahaya   dan   beracun,   maka   lingkungan   tidak   akan   mampu   untuk   melakukan
pemurnian kembali (self purification)Beberapa cara sederhana pengolahan air buangan antar
a  lain sebagai berikut :
1) Pengenceran (dilution)
Cara  ini  dilakukan  dengan  mengurangi  kekentalan  air  limbah  dengan  menambah  air
pada air limbah tersebut. Setelah encer, air limbah kemudian di buang ke badan-badan
air  seperti  sungai,  danau  dan  lain-lain.  Cara  ini  ternyata  memiliki  beberapa  
kelemahan
seperti  jumlah air  limbah  yang  terlalu  banyak  membutuhkan  air  yang  juga  banyak  da
n
masih terdapatnya bahan-bahan pencemar yang dapat mencemari lingkungan.
a. Kolam Oksidasi (Oxidation ponds)
Cara   ini   dilakukan   dengan   mengalirkan   limbah   cair   ke   dalam   kolam   oksidasi
berbentuk  segi  empat  dengan kedalaman antara  1  –  2 meter.  Pembersihan limbah
memanfaatkan   sinar   matahari,   ganggang   (algae),   bakteri   dan   oksigen.   Kolam
oksidasi   ditempatkan   jauh   dari   permukiman   dan   terbuka   agar   memungkinkan
sirkulasi angin.
b. Irigasi
Air  limbah  dari  rumah  tangga,  rumah  potong  hewan,  perusahaan  susu  sapi  dan
lain-lain   yang   kandungan   organik   dan   proteinnya   cukup   tinggi   dapat   dibuang
dengan  cara  irigasi.  Cara  ini  dilakukan  dengan  membuang  limbah  ke  parit-parit
terbuka  yang  digali,  dan  air  akan  merembes  masuk  kedalam  tanah  melalui  dasar
dan  dinding  parit  tersebut.  Air  limbah  seperti  ini  dapat  digunakan  untuk  pengaira
n ladang pertanian atau perkebunan dan sekaligus berfungsi untuk pemupukan.

7. Halaman rumah
Halaman  rumah,  selain  ditata  secara  estetis,  juga  perlu  memperhatikan  persyaratan
kesehatan.   Halaman   rumah   yang   tidak   sehat   dapat   menimbulkan   berbagai   
macam penyakit. Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah:
1) Halaman rumah harus selalu kering dan rata, artinya mempunyai pengaliran air
(drainage) yang baik.
2) Halaman rumah harus dilakukan perkerasan dengan baik, tidak berdebu (musim
kemarau), dan tidak becek (musim hujan).   Perkerasan halaman harus tetap ramah

Updating Data Base Sanitasi 19


lingkungan  artinya  dapat  dibuat  sumur  resapan,  tanam,  dan  dapat  meresapkan
air hujan.
3) Halaman ditanami rumput yang selalu dipotong pendek dan sebagian ditanami
pohon   rindang   (jangan   pohon   kelapa   dan   durian   yang   buahnya   dapat   j
atuh menimpa kepala orang)
4) Adanya pagar rumah dari tembok atau tumbuh-tumbuhan (jangan kawat berduri)
untuk mencegah terjadinya kecelakaan.
5) Jika halaman cukup luas, bagian halaman yang terletak di belakang rumah
disediakan untuk apotik hidup dengan tanaman obat-obatan seperti tanaman kumis
kucing, jambu batu, jahe, temu lawak, dan lain-lain
6) Halaman rumah terlihat bersih dari segala macam jenis sampah.
7) Adanya bak penampung air, resapan air, dan saluran drainase air hujan untuk
menunjang kebersihan, kesehatan, dan konservasi air tanah.
3. Sanitasi Lingkungan dan Kesehatan
Kesehatan masyarakat sangat dipengaruhi lingkungan, pelayanan kesehatan, perilaku,
keturunan. Lingkungan yang tidak sehat atau sanitasinya tidak terjaga dapat
menimbulkan masalah kesehatan. Begitu pula dengan pelayanan kesehatan yang
minim  atau  sulit  dijangkau  dapat  membuat  penduduk  yang  sakit tidak dapat diobati
secara cepat dan dapat menularkan penyakitnya pada yang  lain. Perilaku hidup yang
tidak  sehat  seperti  membuang  sampah  sembarangan,  tidak mencuci tangan sebelum
atau  sesudah  makan,  buang  air  besar  atau  kecil  dimana saja, mencuci  atau  mandi
dengan   air   yang   kotor merupakan perilaku yang dapat mengundang berjangkitnya
berbagai jenis penyakit. Akhirnya, kesehatan masyarakat juga dipengaruhi oleh faktor
keturunan karena sebagian dari penyakit diturunkan dari orang tuanya.
Lingkungan dapat berperan menjadi penyebab langsung, sebagai faktor yang
berpengaruh dalam menunjang terjangkitnya penyakit, sebagai medium transmisi
Penyakit dan sebagai faktor yang mempengaruhi perjalanan penyakit. Udara yang
tercemar secara langsung dapat mengganggu sistem pernapasan, air minum yang tidak
bersih secara langsung dapat membuat sakit perut, dan lain-lain. Udara yang lembap
dapat berpengaruh dalam menunjang terjangkitnya penyakit yang disebabkan   oleh
bakteri atau virus. Air dan udara dapat pula menjadi medium perpindahan penyakit dan
menjadi faktor yang mempengaruhi perjalanan penyakit.

Updating Data Base Sanitasi 20


Berdasarkan  hal  tersebut,  faktor  lingkungan  sangat  berpengaruh terhadap kesehatan
penduduk.  Limbah  cair  dan  padat  dari  hasil  aktivitas  manusia  serta  limbah  dari  t
ubuh manusia (kotoran dan air seni) yang dibuang ke lingkungan dapat mempengaruhi
kesehatan manusia melalui beberapa jalur, yaitu:
1)  melalui air minum yang terkena limbah.
2)  masuk dalam rantai makanan seperti melalui buah-buahan, sayuran, dan ikan.
3)  mandi, rekreasi dan kontak lainnya dengan air yang tercemar
4)  limbah menjadi tempat berkembangbiak lalat dan serangga
yang dapat menyebarkan penyakit.

Lingkungan yang tidak sehat akibat   limbah yang dibuang ke lingkungan   pada akhirnya
akan   menimbulkan   berbagai jenis   penyakit.   Berjangkitnya   berbagai   Limbah   ber
upa kotoran manusia yang dibuang ke  lingkungan dapat menimbulkan berbagai penyakit
seperti   kolera,   tipus, infeksi hati, polio, dan lain lain.   Laporan  WHO   (World   Health
Organization)  tahun  2004  menyebutkan  sekitar  1,8  juta  penduduk  meninggal dunia
setiap   tahunnya   karena   penyakit   diare   yang   umumnya   balita   terutama   di   n
egara- negara berkembang.
Sanitas yang buruk memungkinkan berbagai penyakit   menular   terus   menyebar.
Diantara  penyakit manusia yang disebabkan oleh parasit schistosomiasis menempati
peringkat   kedua   setelah   malaria.   Penyakit tersebut bersifat endemik di 74   negara
berkembang   dan   menginfeksi 200 juta penduduk dan 20 juta diantaranya sangat
menderita sebagai akibat dari penyakit tersebut.
Ascariasis  ditemukan  di  berbagai  belahan  dunia. Penularan dengan  frekuensi  kejadia
n tertinggi terjadi di negara-negara tropis dan subtropis serta di wilayah yang sanitasinya
buruk. Ascariasis merupakan salah satu  penyakit  parasit  yang  paling  umum  dijumpai.
Penyakit Ascaris mengakibatkan 60.000 kematian setiap tahunnya terutama anak-anak.
Infeksi  trematode disebabkan oleh parasit yang menginfeksi manusia dan binatang.Di
banyak  wilayah, infeksi  ini  bersifat  endemik. Tinja  yang dibuang begitu saja ke kolam,
sungai, atau danau dari orang   yang   terinfeksi   akan   dimakan   oleh   ikan,   kerang-
kerangan,  dan  lainnya.  Manusia  terinfeksi  oleh  trematode  melalui  ikan  dan kerang-
kerangan tersebut.

Penyakit lainnya adalah infeksi oleh  trachoma yang  menyebabkan kebutaan.  Trakhoma
sangat terkait dengan sanitasi yang buruk.   Trakhoma disebarkan oleh kombinasi dari:

Updating Data Base Sanitasi 21


1) Sanitasi yang buruk, yang memberikan kesempatan bagi lalat untuk
berkembangbiak.
2) kesehatan yang buruk akibat kelangkaan air dan kualitas air yang rendah.
3) rendahnya   pendidikan   dan   pemahaman   tentang   mudahnya   penularan   berb
agai penyakit di rumah dan antar manusia.

Komponen lingkungan yang berpotensi besar menjadi penyebab berbagai jenis


penyakit adalah air. Tidak cukupnya jumlah air dan kualitasnya menyebabkan jutaan
orang miskin meninggal setiap tahunnya. Air dapat berkaitan dengan kesehatan melalui
berbagai cara berikut ini.
1) Air yang tercemar dan dikonsumsi oleh manusia dapat mengakibatkan penyakit
yang bersumber dari air seperti hepatitis,   tipes, kolera, disentri dan penyakit
lainnya yang menyebabkan diare.
2) Tanpa   air   yang   cukup,   maka   infeksi   mata   dan   kulit   dapat   menyebar   d
engan mudah.
3) Air menjadi  habitat  bagi  nyamuk  dan  parasit  yang  dapat  menyebabkan  malaria
,schistomsomiasi dan lain-lain.
4) Mengkonsumsi air yang mengandung komponen kimia
berbahaya dapat
menimbulkan penyakit yang serius.

Sekitar empat milyar kasus diare per tahun menyebabkan 1,5 juta kematian yang
sebagian besar adalah balita. Penyakit malaria juga diderita oleh 300  juta  penduduk.
Peyakit schistosomiasis mengakibatkan 20 juta penduduk mengalami gangguan
kesehatan.
Ancaman  terhadap  kesehatan  manusia  dan kerusakan lingkungan tidak  hanya  melalui
air  dan  kotoran  manusia,   tetapi  juga  melalui   besi,  material  organik   dan  anorganik.
Ketika  limbah  industri  dibuang  ke  lingkungan,  khususnya  ke  sungai  selama  bertahun-
tahun, maka air sungai akan tercemar oleh limbah industri. Padahal sebagian penduduk
memanfaatkan  air  sungai  tersebut  untuk  keperluan  mandi,  cuci  dan  kakus.  Bahkan,
sebagian  diantaranya  masih  memanfaatkannya  untuk  air  minum.  Akibatnya,  muncul
berbagai  penyakit  seperti  liver,  kanker,  dan  lain-lain.  Limbah  juga  bisa  menimbulkan
eutrofikasi (pengkayaan   nutrien),   sehingga   lingkungan   perairan   terlalu   subur   untuk
tumbuhnya berbagai  jenis  alga  dan  munculnya  bakteri  yang  dapat  menimbulkan iritasi

Updating Data Base Sanitasi 22


kulit dan kerusakan hati.

4. UPAYA MENCIPTAKAN SANITASI LINGKUNGAN YANG BAIK
Pengaruh buruk dari lingkungan sebenarnya  dapat  dicegah  dengan  mengembangkan
kebiasaan   hidup   sehat   dan   menciptakan   sanitasi   lingkungan   yang   baik. Kebiasaan
hidup   sehat   dilakukan   dalam   berbagai   cara   seperti   mencuci   tangan sebelum   dan
sesudah   makan,   membuang   sampah   pada   tempatnya,   membersihkan   rumah   dan
halaman  secara  rutin,  membersihkan  kamar  mandi  dan  bak  mandi  secara  rutin  dan
lain-lain.  Kebiasaan  tersebut  dapat  memutus  siklus  perkembang-biakan  berbagai  jenis
organisma pembawa penyakit. Gambaran tentang aktivitas-aktivitas untuk menciptakan
sanitasi lingkungan yang baik adalah:
1. Mengembangkan kebiasaan atau perilaku hidup sehat
Terjangkitnya penyakit seperti diare diakibatkan oleh kebiasaan hidup yang tidak sehat.
Kebiasaan  yang  dimaksud  adalah  tidak  mencuci  tangan  sebelum  dan  sesudah  makan,
buang  air  besar  atau kecil  sembarangan,  minum  air  yang  belum  dimasak secara benar
dan lain-lain.
Hasil  kajian  sejumlah  lembaga  menunjukkan  masih  cukup  banyaknya  masyarakat  di
Indonesia  yang  belum  mempraktekkan  kebiasaan-kebiasaan  tersebut.  Sebagai  contoh
Data  dari  Depkes  menunjukkan  hanya  sebagian kecil masyarakat  yang  mempraktikkan
cuci tangan: 12 persen setelah buang air besar, 9 persen setelah membersihkan pantat
bayi, 14 persen sebelum makan, 7 persen sebelum memberi makan anak, dan 6 persen
sebelum menyiapkan makanan.

Studi Baseline   Basic   Human   Services   USAID   terhadap   7.137   rumah   tangga   yang
memiliki anak berusia di bawah tiga tahun di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam,
Sumatera Utara, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Timur (di 30
kabupaten/kota), ternyata hanya 77 persen yang memiliki sikap positif terhadap cuci
tangan memakai sabun.
Sebagian   masyarakat   juga   masih   mempraktekkan   BAB   (Buang   Air  Besar) dan BAK
(Buang  Air  Kecil)  secara  sembarangan.  Sebagian  diantaranya  ada  yang  masih  BAB  di
kebun dan sungai. Padahal sungai tersebut dipakai mandi dan mencuci oleh
masyarakat lainnya.

2. Membersihkan ruangan dan halaman rumah secara rutin

Updating Data Base Sanitasi 23


Ruangan  dalam  rumah  dapat  menimbulkan  berbagai  penyakit  jika  tidak  secara  rutin
dibersihkan.  Perlengkapan  rumah  seperti  karpet  dan  kursi  berpotensi  menjadi  tempat
mengendapnya  debu.   Debu  yang  mengendap  dan  kemudian  beterbangan  di   dalam
ruangan  dapat  menimbulkan  penyakit  Infeksi  Saluran  Pernapasan  Akut  (ISPA).  Debu
juga   dapat   berfungsi   sebagai   media   tempat   menempelnya bakteri  atau  virus   yang
dapat mengganggu kesehatan manusia.
Ruangan  yang  tidak  bersih  dan  rapi  juga  dapat  mengundang masuknya  lalat,  nyamuk
dan tikus  masuk  ke dalam ruangan.  Padahal keduanya dapat  menjadi vektor  pembawa
penyakit.

3. Membersihkan kamar mandi dan toilet
Kamar  mandi   dan  toilet  merupakan  bagian  dari   rumah  yang  paling  kondusif  untuk
dijadikan tempat perkembangbiakan berbagai jenis  organisma penyebab dan pembawa
penyakit.  Lantai  kamar  mandi  yang  senantiasa  lembap  atau  bahkan  basah  merupakan
tempat   yang   cocok   bagi   berkembangnya   bakteri   atau   mikroorganisma   penyebab
berbagai  penyakit.  Karena  itu,  kamar  mandi  dan  toilet  harus  lebih  sering  dibersihkan
dibanding ruangan lainnya.

4. Menguras, menutup dan menimbun (3M)
Bak atau tempat   penampungan   air   dapat   menjadi   tempat   yang   sangat   baik   bagi
perkembangbiakan  nyamuk.   Karena   itu,   bak   dan   tempat   penampungan   air   harus
dibersihkan dan dikuras secara rutin minimal satu minggu sekali. Tempat
penampungan air diupayakan selalu tertutup.
Menutup tempat penyimpanan air dapat mencegah perkembangbiakan nyamuk.
Menutup  tempat  penampungan  air  juga  mencegah  masuknya  organisma  lainnya  yang
dapat menimbulkan penyakit seperti tikus dan kecoa.
Aktivitas  menimbun dilakukan agar  barang-barang  di lingkungan tidak  dijadikan sarang
atau tempat perkembangbiakan organisma yang merugikan kesehatan. Kaleng, ban
bekas, plastik dan lain-lain sebaiknya ditimbun jika tidak akan dipakai lagi.

5.   tidak membiarkan adanya air yang tergenang
Genangan  air  seringkali  dianggap  tidak  membahayakan.  Padahal,  genangan  air  yang
dibiarkan lama,  terutama  pada  musim  hujan dapat  menjadi  tempat  perkembangbiakan

Updating Data Base Sanitasi 24


nyamuk. Karena itu, barang-barang bekas yang sedianya dapat menampung air seperti
botol, kaleng, ban bekas sebaiknya dikubur atau dihancurkan.

6. Membersihkan saluran pembuangan air
Air bekas   mencuci,   mandi,   masak,   dan   air   dari   kakus   akan   masuk   ke   salauran
pembuangan.  Saluran  tersebut  biasanya  terbuka  dan  air  yang  mengalir  sangat  kotor
dari  limbah cair maupun   sampah.   Jika   dibiarkan,   tempat   tersebut   menjadi   sumber
berbagai  jenis  penyakit  dari  organisma  yang  hidup  di  dalamnya.  Karena  itu,  secara
individu   maupun   bersama-sama   dengan   warga   masyarakat   lainnya,   secara   rutin
saluran tersebut harus dibersihkan.

D.2 GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN

D.2.1 Gambaran Umum Kabupaten Serang

a. Kondisi Geografis dan Batas Administratif Kabupaten Serang


Kabupaten Serang merupakan salah satu dari 7 (tujuh) Kabupaten/Kota yang berada di
Provinsi Banten. Dalam wilayah perencanaan meliputi seluruh wilayah administratif
Kabupaten Serang yang merupakan satu kesatuan wilayah yang tidak terpisahkan yaitu
berupa daratan, daratan kepulauan, lautan dan udara. Secara administratif Kabupaten
Serang terbagi kedalam 28 Kecamatan, 305 Desa dengan batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara : dibatasi oleh Kota Serang dan Laut Jawa
Sebelah Barat : dibatasi Kota Cilegon dan Selat Sunda
Sebelah Selatan : dibatasi Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Lebak
Sebelah Timur : dibatasi Kabupaten Tangerang

Updating Data Base Sanitasi 25


Updating Data Base Sanitasi 26
Tabel 2.1. Kecamatan-Kecamatan di Kabupaten Serang
Ibu Kota Jumlah Luas
No Nama Kecamatan
Kecamatan Desa/Kel (Km2)

1. Cinangka Cinangka 13 111,47

2. Waringinkurung Waringinkurung 11 51,29

3. Mancak Labuan 13 74,03

4. Bandung Bandung 8 50,53

5. Anyar Anyar 10 56,81

6. Ciruas Citerep 14 40,61

7. Binuang Binuang 7 26,17

8. Pamarayan Pamarayan 9 41,92

9. Kopo Kopo 10 44,69

10. Jawilan Jawilan 10 36,40

11. Kragilan Kragilan 14 51,56

12. Cikande Cikande 12 50,53

13. Kibin Kibin 9 33,51

14. Carenang Panenjoan 10 36,40

15. Pabuaran Pabuaran 7 79,12

16. Baros Baros 13 44,07

17. Petir Petir 12 46,94

18. Padarincang Padarincang 13 99,12

19. Ciomas Sukadana 10 48,53

20, Gunung Sari Gunung Sari 7 48,60

21. Tunjung Teja Tunjung Teja 8 39,52

22. Cikeusal Cikeusal 15 88,25

Updating Data Base Sanitasi 27


Ibu Kota Jumlah Luas
No Nama Kecamatan
Kecamatan Desa/Kel (Km2)

23. Kramatwatu Kramatwatu 13 48,59

24. Pontang Pontang 15 64,85

25. Tirtayasa Tirtayasa 14 64,46

26. Tanara Cerukcuk 9 49,30

27. Bojonegara Bojonegara 10 30,30

28. Pulo Ampel Sumunraja 8 32,56

Kabupaten Serang 304 1.490,13

Sumber : RTRW Kabupaten Serang

b. Profil Geografi
Kabupaten Serang secara geografis terletak pada 5O 501 – 6O 211 Lintang Selatan dan
105O71 – 106O221 Bujur Timur. Secara topografi Kabupaten Serang terdiri dari wilayah
dataran rendah dan pegunungan dengan ketinggian antara 0 - 1.778 m diatas permukaan
laut, serta wilayah perairan Laut Jawa dan Selat Sunda. Hampir seluruh daratan di
Kabupaten Serang merupakan daerah subur, karena tanahnya sebagian besar tertutup oleh
tanah endapan alluvial dan batu vulkanis kuarter, serta terdapat sungai - sungai besar yaitu
Ciujung, Cidurian, dan Cibanten.
Iklim di wilayah Kabupaten Serang termasuk tropis dengan musim hujan antara November –
April dan musim kemarau antara Mei – Oktober. Curah hujan rata-rata 1430,8 mm/thn.
Temperatur udara rata-rata berkisar antara 25,80 C – 27,60 C. Temperatur udara minimum
20,900 C dan maksimum 33,80 C sedangkan kelembaban nisbi rata-rata 81%. Kecepatan
angin rata-rata 2,80 knot dengan arah terbanyak adalah dari Barat.

c. Topografi
Secara topografi wilayah Kabupaten Serang berada pada ketinggian rata-rata 25,66 m diatas
permukaan laut (dpl), yaitu pada daerah pantai yang membentang dari Kecamatan Tanara di
pantai utara laut Jawa (pada ujung timur) sampai dengan Desa Pasauran Kecamatan

Updating Data Base Sanitasi 28


Cinangka di Pantai Selat Sunda hingga ketinggian sampai 1.778 m di puncak Gunung Karang
yang terletak disebelah selatan perbatasan dengan Kabupaten Pandeglang. Data ketinggian
ini dibagi menjadi 6 (enam) kelompok, yaitu :
 Ketinggian tempat 0 - 2 meter, dpl = 17.794 Ha (9,43%)
 Ketinggian tempat 2 – 25 meter, dpl = 66.308,5 Ha (35,14%)
 Ketinggian tempat 25 – 100 meter, dpl = 63.801 Ha (33,80%)
 Ketinggian tempat 10 – 500 meter, dpl = 37.832,5 Ha (20,05%)
 Ketinggian tempat 500 – 1000 meter, dpl = 3.390 Ha (1,27%)
 Ketinggian tempat > 1000 meter, dpl = 990 Ha (0,31%).
Satuan daratan rendah tersebar diseluruh wilayah dengan penyebaran paling besar dipantai
utara dan sebaran terbatas dipantai barat serta sepanjang aliran sungai besar seperti Sungai
Ciujung dan Cidurian. Secara administrasi penyebaran dataran rendah ini meliputi ; wilayah
Kecamatan Tirtayasa, Pontang, Carenang, Ciruas dan Kramatwatu. Sedangkan Kecamatan
Cikeusal, Pamarayan, Kragilan, Anyar, Cinangka hanya sebagian wilayahnya yeng termasuk
dalam satuan dataran rendah.
Penyebaran wilayah perbukitan berada diwilayah bagian barat yang menyebar dari utara ke
selatan dengan ketinggian sekitar 100 m, sedangkan satuan pegunungan menempati bagian
selatan dan ujung utara sebelah barat. Secara keseluruhan wilayah Kabupaten Serang
disominasi oleh ketinggian kurang dari 500 m dpl yang meliputi 98,42% dan tersebar pada
semua wilayah Kecamatan kecuali Kecamatan Ciomas. Kemiringan tanah (lereng) selain
mempengaruhi bentuk wilayah juga akan mempengaruhi tinggi perkembangan erosi.
Kemiringan lereng di wilayah Kabupaten Serang berkisar antara 0 - 40%. Sebagian besar
wilayah Kabupaten Serang memiliki kemiringan lereng antara 0 – 8%, bagian selatan
wilayah ini memiliki kemiringan antara 8 - 25%, sedangkan wilayah utara umumnya memiliki
kemiringan antara 15 – 40%.

d. Geologi dan Jenis Tanah


Secara umum diketahui bahwa sebagian besar wilayah Kabupaten Serang terdiri dari batuan
api dengan endapan permukaan yang sebagian besar berada dipantai utara dan bagian
timur Kabupaten Serang. Jenis batuan dan struktur geologi tersebut dibagi dalam beberapa
kelompok :
a. Batuan Gunung Api
Batuan gunung api terbagi dalam 2 (dua) kelompok besar, yaitu :
 Kelompok batuan vulkanik yang relative keras

Updating Data Base Sanitasi 29


Kelompok-kelompok batuan ini adalah Breksi dan Lava Danau, Breksi dan
Lava Gunung Aseupan, Lava Gunung Parakasak, Breksi dan Lava Gunung
Karang.
 Kelompok batuan vulkanik yang relative kurang keras
Batuan ini merupakan hasil aliran fluvio-vulkanik, jatuhan bom dan abu
vulkanik. Kelompok batuan ini adalah Tufa Danau. Tufa Danau sebagian
besar merupakan hasil jatuhan abu vulkanik yang jauh dari pusat
erupsinya diduga berada di Rawa Danau.

b. Batuan Terobosan
Batuan terobosan memiliki batuan yang sangat keras disbanding dengan
batuan sekitarnya. Sebagian besar terdapat di Gunung Pinang. Jenis batuan
terobosan gunung Pinang berpola hampir membulat, lereng curam hingga
miring dengan bagian timurnya lebih curam dan pola alirannya radial. Jenis
batuan yang ada adalah basalt berwarna kelabu kehitaman hingga hitam,
halus, tekstur diabasik, bagian luarnya berongga (veskuler).
c. Endapan Permukaan
Endapan permukaan merupakan endapan alluvial sungai yang terdiri dari
bongkahan, kerakal, kerikil, pasir, lempung dan lumpur. Endapan ini
penyebarannya luas terutama ditimur daerah ini, dilembah aliran Sungai
Ciujung dan Cidurian. Pada lembah kedua sungai besar ini, endapan terdiri
dari rombakan batuan sedimen yang berasal dari hulu (di selatan) daerah ini.
Sedangkan endapan alluvial sungai di tepi barat hingga barat laut daerah ini
hanya terdiri dari rombakan batuan gunung api.
Di bagian timur hingga timur laut daerah terdapat endapan rawa pada
daerah-daerah cekungan morfologi landai hingga datar yang memiliki air
permukaan buruk dan pada daerah akumulasi limpasan banjir. Endapan ini
terdiri dari pasir halus, lanau, lempung, lumpur organic dan gambut,
sedangkan endapan rawa yang terdapat di Danau Rawa.
d. Struktur Geologi
Struktur geologi ini merupakan struktur sesar yang memiliki ciri penampakan
berupa kelurusan lembah dan sungai, kelurusan gawir sesar, ketidak
menerusan batuan vulkanik serta pola pararel dan rectanguler sungai.

Updating Data Base Sanitasi 30


Kondisi dan struktur geologi memiliki pengaruh tidak langsung pada
pemanfaatan lahan. Komposisi jenis tanah tersebut umumnya dapat
memberikan gambaran tingkat kepekaan tanah terhadap erosi, stabilitas
kelerengan, kondisi drainase dan daya dukung.
e. Potensi Bahan Galian
Sumber daya mineral merupakan modal dasar yang perlu dikembangkan dan
dimanfaatkan secara optimal untuk menunjang pembangunan. Namun
demikian perlu diingat, bahwa pemanfaatan dan pengembangan sumber daya
mineral dengan kapasitas yang besar merupakan usaha padat modal dan
berjangka panjang. Potensi sumber daya mineral di Kabupaten Serang belum
banyak diketahui dengan pasti penyebarannya, kuantias dan kualitas
cadangannya. Potensi sumberdaya galian sebagai salah satu modal dasar
pembangunan Kabupaten Serang.

Menurut Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1980 bahan galian strategis


digolongkan menjadi bahan galian strategis, vital dan bahan galian C atau
industri. Potensi bahan galian yang ada di Kabupaten Serang termasuk
potensi jenis bahan galian industri dan terdiri dari :

1) Andesit
Andesit merupakan batuan beku luar, termasuk batuan yang bersifat
intermediate dan berbutir halus sampai sedang. Bahan galian ini dijumpai
di Gunung Karang dan Gunung Pinang. Penyebaran andesit di Gunung
Karang, seluas 7.625 Ha dengan potensi deposit terindikasi sebanyak
110.781.872.000 m3. Di Gunung Pinang seluas 1.625 Ha dengan potensi
deposit diperkirakan sebanyak 412.643.614 m 3. Dari jumlah cadangan
tersebut memperlihatkan bahwa bahan galian tersebut cukup potensial
untuk diusahakan.

2) Diorit
Diorit merupakan batuan beku dalam, termasuk batuan yang bersifat
intermediate dan berbutir kasar. Kenampakan di lapangan berupa hasil
pembekuan magma. Penyebaran diorit di Gunung Karang seluas 125 Ha,
dengan deposit cadangan diperkirakan 24.920.330 m3. Sedang di wilayah
Baros seluas 251 Ha, dengan jumlah deposit diperkirakan 45.677.527 m 3.

Updating Data Base Sanitasi 31


Kegunaan diorit ini umumnya dapat digunakan sebagai bahan bangunan
dan batu tempel (ornamen).

3) Basalt
Basalt merupakan batuan beku luar yang terbentuk akibat pembekuan
magma dan sebagian besar terbentuk sebagai lava. Penyebarannya
dapat dijumpai di Gunung Pinang sebelah barat Kramatwatu.
Penyebaran basalt di Gunung Pinang meliputi seluas 775 Ha, dengan
perkiraan deposit sebanyak 412.643.614 m 3. Bahan galian ini berada
pada kawasan hutan produksi yang akan dirobah statusnya menjadi
hutan lindung atau hutan wisata, sehingga tidak dapat diusahakan atau
ditimbang. Kegunaan basalt dapat digunakan sebagai bahan bangunan
seperti untuk bahan konstruksi bangunan maupun untuk ornamen.

4) Pasir Batu (Sirtu)


Batuan ini merupakan endapan aluvial yang berasal dari rombakan
batuan yang berada di hulu sungai atau disekitarnya, tersusun dari
berbagai jenis batuan, berukuran dari pasir, kerikil, kerakal hingga
bongkahan. Penyebaran sirtu di sepanjang Sungai Cidaun, Ciujung dan
Anyer dengan luas penyebaran  4.843,75 Ha. Jumlah diperkirakan
sebanyak 96.875.000 m3. Melihat bahwa daerah sempadan sungai
merupakan wilayah lindung, sebaiknya penambangan/pemanfaatan
bahan galian ini dilakukan secara tradisional sehingga tidak mengganggu
keseimbangan lingkungan. Kegunaannya bahan ini sebagai bahan urugan
dan bahan untuk campuran adukan beton atau bahan bangunan.

5) Batu Apung
Batu apung merupakan hasil letusan gunung berapi yang mengalami
pendinginan secara mendadak. Bentuknya menyudut hingga menyudut
tanggung. Penyebarannya ditemukan di bagian selatan Rawa Dano,
antara Padarincang hingga Baros, sehingga lokasi ini mudah dicapai.
Penyebaran batu apung di daerah ini cukup luas dan cadangannya sulit
dihitung karena bercampur dengan mineral lain. Lokasi ini terletak di
kawasan lindung sekitar Rawa Dano, sehingga sulit diusahakan secara

Updating Data Base Sanitasi 32


besar-besaran. Kegunaan bahan galian ini untuk bahan abrasi dan bahan
beton ringan.

e. Hidrologi dan Hidrogeologi


Kondisi air tanah pada di Kabupaten Serang umumnya dangkal, yaitu antara 0,5 meter –
7 meter dari permukaan tanah dan cenderung mengikuti pola permukaan tanah. Perairan
umumnya berupa 5 (lima) buah sungai yang bermuara di Selat Sunda dan Laut Jawa
serta sebuah danau. Sedangkan sumber mata air antara lain Sungai Sukacai dengan
debit air  240 Lt/detik dan Sungai Cibanten dengan debit air  750 Lt/detik. Di sebelah
timur wilayah Kabupaten Serang umumnya tidak terdapat mata air, sedangkan di
sebelah barat memiliki potensi mata air dari rendah sampai dengan sedang.

a. Air Permukaan dan Penyebarannya


Seperti telah disebutkan, Kabupaten Serang dilalui oleh 2 (dua) sungai besar, yaitu
Sungai Ciujung dan Sungai Cidurian yang keduanya mengalir ke arah utara dan
bermuara di Laut Jawa. Selain itu juga terdapat sungai yang cukup besar, yaitu
Sungai Cidanau, Cibanten, dan Sungai Anyar serta beberapa sungai kecil lainnya
yang bermuara di Teluk Bandung dan Selat Sunda.

Sungai Ciujung merupakan sungai terbesar di daerah ini yang sumber mata airnya
berasal dari Gunung Halimun. Sungai Ciujung sebagian airnya telah dimanfaatkan
untuk keperluan irigasi yang dialirkan melalui bendungan. Sedangkan Sungai Cidurian
terletak di bagian timur yang sekaligus membatasi Kabupaten Serang dengan
Kabupaten Tangerang.

Sungai Cidanau mengalir dari lereng Gunung Karang melalui beberapa anak sungai
yang masuk ke Rawa Danau dan membentuk pola aliran rectanguler. Sungai ini
mengalir ke arah barat dan bermuara di Selat Sunda Air Sungai Cidanau telah
dimanfaatkan oleh PT Krakatau Steel yang dialirkan dan ditampung di Waduk
Krenceng dengan mendapat tambahan air dari Sungai Krenceng dan Sungai Cadas
Gantung.

Sungai Cibanten yang mengalir melalui Kota Serang sumber airnya berasal dari
Gunung Karang, Gunung Payung, dan Gunung Kupak; sebagian besar berasal dari
mata air yang cukup dan membentuk spring belt pada kaki Gunung Karang.
Pemanfaatan air Sungai Cibanten digunakan sebagai sumber air bersih untuk Kota

Updating Data Base Sanitasi 33


Serang. Sungai ini mengalir ke arah utara dan bermuara di Teluk Banten. Sungai ini
berpola dendritik dan tidak pernah kering.

Air permukaan ini tidak saja berupa air sungai, tetapi juga berupa waduk dan situ.
Waduk yang ada di Kabupaten Serang adalah Waduk Ciukur, Jakung, Ciwaka, Cicinta,
Krenceng, Rawa Danau, dan Situ Tasikardi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel berikut,

Tabel 2-2. Sungai dan Debit Alirannya yang Melintasi Kabupaten Serang

Wilayah Debit rata-rata


No Sungai Stasiun
kabupaten bulanan (m3/dt)

1 Cibanten Cibanten-Kasemen Serang 3.268

2 Cibanten Cibanten - Kp. Serut Serang 1.218

3 Rawa danau Cidangiang – Cibetung Serang 0.26

4 Rawa Danau Cikalumpang –


Panggilingan Serang 1.76

5 Cibojong Cibojong - Tambakan Serang 0.948

6 Cidanau Cidanau - Kp. Peusar Serang 5.421

7 Ciujung Ciujung – Kragilan Serang 46.065

8 Ciujung Ciberang – Sabagi Serang 17.763

Sumber: Laporan Studi Potensi dan Pengembangan Sumberdaya Air Tersebar di Prop.
Banten, Dinas PU Provinsi Banten

b. Air Tanah dan Penyebarannya


Air tanah di Kabupaten Serang tersedia dalam jumlah yang relatif cukup dan terdapat
dalam beberapa kondisi sebagai berikut :

 Akifer menerus dalam bentuk yang sarang, termasuk air tanah dalam kondisi
tertekan dan setengah tertekan,
 Akifer tidak menerus dalam batuan berkekar, misalnya kekar dalam lava,
 Kombinasi akifer menerus dan tidak menerus.

Updating Data Base Sanitasi 34


Tabel 2-3. Daftar Situ/Rawa/Waduk di Kabupaten Serang

Luas
Volume
No Nama Situ Desa/Kec Genangan
(m³)
(Ha)

1 St Belungun Cijeruk/Cikande 2,5 37.500

2 Wd. Ciwaka Pengapelan/Walantaka 4,5 90.000

3 St Cibiral Tanjungsari/Pabuaran 0,8 16.000

4 St Ciherang Banjar Banjar/Cikande 5,3 156.000

5 St Tasik Kardi Margasana/Kramatwatu 2 30.000

6 Rw Danau Cinangka/Padarincang 11 220.000

7 St Teratai Situ Teratai/Cikande 26 390.000

8 St Ranca Gede Jakung Babakan/Pamarayan 26 416.000

9 Rw Gede Kawao Binuang/Cirenang

10 Rw Bojong Herang Pamanuk/Cirenang

11 Rw Bojong Pring Gabus/Cirenang

12 St Cikulur Kranji/Taktakan

13 St Jakung Cilowong/Taktakan

14 Rw Pasar Raut Bojong Menteng/Petir

15 Rw Enang Kemuning/Tanjung Teja

16 Telaga Wangsa Cipayung/Padarincang

17 St Cirahab Cipayung/Padarincang

18 St Cibulakan Sukabana/Ciomas

19 St Rampones Sindangmandi/Pabuaran

20 St Citaman Tamansari/Baros

Updating Data Base Sanitasi 35


Luas
Volume
No Nama Situ Desa/Kec Genangan
(m³)
(Ha)

21 St Sindang Mandi Sindangmandi/Pabuaran

22 Wd Balungan Sentul/Kragilan 4

23 Wd Ciranjen Junti/Junti 3 286.000

24 Wd Cikande Cikande/Cikande 4 254.000

25 Wd Cibulegar Cibulegar/Cibulegar 2 46.000

26 Wd Cipaseh Anyer/Anyer 4,3 7.062

27 Wd Citawing Cinangka/Cinangka 3,2 110.568

28 Wd Ciligawir Kadu Embe/Citasuk 3,2 480.000

29 Wd Ciujung Lama Pepetan/Pontang 60 1.300.000

30 Wd Lontar Lontar/Tirtayasa 6,9 412.000

31 Wd Cilesung Sukacai/Baros

Kabupaten Serang 4.251.130

Sumber: Studi Potensi & Pengembangan Sumberdaya Air Tersebar di Prop. Banten,

Dinas PU Prop. Banten. Keterangan: St. = Situ; Rw. = Rawa; Wd. = Waduk.

Pada umumnya air tanah bebas di daerah dataran mempunyai kedalaman antara
0,5 m – 3,0 m; sedangkan di daerah perbukitan kedalamannya  15 m. Penyebaran
sumber air tanah ini terdapat di bagian tenggara dimana air tanah membentuk mata
air di lereng Gunung Karang.

Selain air tanah, Kabupaten Serang juga memiliki beberapa mata air dengan debit
yang cukup besar (> 100 lt/detik). Mata air ini jika diolah dengan baik dapat
memenuhi kebutuhan air bersih di Kabupaten Serang. Selengkapnya mengenai mata
air dapat dilihat pada tabel berikut,

Updating Data Base Sanitasi 36


Tabel 2-4. Data Mata Air yang mempunyai debit > 100 lt/dt Di Kabupaten Serang

Nama Lokasi Debit (lt/dt)

Cibanta 150

Cacaban 200

Citundun 200

Bojong 100

Sumber: Studi Potensi dan Pengembangan Sumberdaya Air

Tersebar Di Provinsi Banten, Dinas PU Prop. Banten

f. Tata Guna Lahan


Hingga saat ini pemanfaatan lahan di Kabupaten Serang didominasi oleh pertanian yang
mencapai 60% dari total luas lahan di Kabupaten Serang. Pertanian ini dibedakan
menjadi pertanian pada lahan basah dan lahan kering. Yang dimaksud dengan pertanian
lahan basah adalah persawahan sedangkan pertanian lahan kering seperti tegalan dan
ladang. Untuk pertanian secara keseluruhan paling banyak terdapat di Kecamatan Baros
yang luasnya sebesar + 9.700 ha, atau mencapai 9 % dari total luas lahan pertanian dan
4% dari total luas lahan di Kabupaten Serang. Sedangkan jika dibedakan menjadi
persawahan dan tegalan, maka persawahan paling banyak terdapat di Kecamatan
Tirtayasa dan tegalan paling banyak terdapat di Kecamatan Baros.

Pemanfaatan lahan berikutnya yang menempati tempat kedua adalah Permukiman


dengan persentase sebesar 15,24% dari total luas lahan di Kabupaten Serang.
Keberadaannya tersebar di seluruh kecamatan di Kabupaten Serang meskipun tidak
merata. Adapun yang berikutnya adalah Kawasan Lindung dengan persentase 11,63%
dari total luas lahan di Kabupaten Serang. Kawasan lindung ini mencakup Hutan Lindung,
Cagar Alam, Daerah Resapan (Catchment Area), Lahan Kritis Hutan Bakau dan
Danau/Situ.

Secara garis besar pemanfaatan lahan di Kabupaten Serang dapat dijabarkan sebagai
berikut:

Updating Data Base Sanitasi 37


 Kawasan Perumahan dan Permukiman, hampir ada disetiap kecamatan yang berada
pada Kabupaten Serang dengan yang terbesar berada di Kecamatan Kramatwatu ( +
3.800 ha)
 Kawasan Pertanian, sangat dominan. Untuk persawahan (lahan basah) banyak
terdapat di Kecamatan Tirtayasa dan untuk tegalan (lahan kering) paling banyak di
Kecamatan Baros
 Kawasan Industri, dibedakan menjadi industri berat dan aneka industri. Untuk
industri berat banyak terdapat di Serang bagian barat sedangkan aneka industri
terdapat di Serang bagian timur
 Kawasan lindung berada pada 12 kecamatan, yaitu kecamatan-kecamatan yang
berada di Serang bagian barat dan Serang bagian selatan.
 Kawasan bendungan air irigasi yang berada pada Kecamatan Pamarayan yang
dialirkan dikawasan pertanian

Tabel 2-5. Penggunaan Lahan di Kabupaten Serang


 PENGGUNAAN LAHAN LUAS (Ha) Persentase (%)

A Kawasan Lindung 19.864,63 11,63%

1 Hutan Lindung 7.421,62 37,36%

2 Cagar Alam 5.528,93 27,83%

3 Daerah Resapan Air 4.151,55 20,90%

4 Lahan Kritis 180,00 0,91%

5 Kawasan Hutan Bakau 960,56 4,84%

6 Danau 1.621,98 8,17%

B Kawasan Budidaya 120.918,92 88,37%

1 Pertanian Lahan Basah 41.773,42 27,68%

2 Pertanian Lahan Kering 21.373,99 14,16%

3 Pertanian Tanaman Tahunan 37.748,97 25,01%

4 Pertambangan 860,00 0,57%

Updating Data Base Sanitasi 38


 PENGGUNAAN LAHAN LUAS (Ha) Persentase (%)

5 Peternakan 420,77 0,28%

6 Perikanan Tambak 7.820,94 5,18%

7 Industri 10.578,82 7,01%

8 Pelabuhan 504,30 0,33%

9 Kawasan Pariwisata 1.123,62 0,74%

10 Perumahan 26.027,55 17,25%

11 Perdagangan/jasa 1.449,03 0,96%

KABUPATEN SERANG 149.013 100,00%

Sumber: Hasil Analisis

g. Sub Bidang Air Limbah


1. Limbah Domestik (Rumah Tangga)
Pelayanan sanitasi, khususnya air limbah pada dasarnya erat kaitannya dengan
aspek kesehatan, lingkungan hidup, pedidikan dan kemiskinan. Penelitian telah
membuktikan bahwa semakin besar akses penduduk ke fasilitas sanitasi, semakin
kecil kasus penyakit yang ditularkan melalui media air. Berkurangnya kasus
penyakit tersebut erat kaitannya dengan penurunan angka kematian bayi dan
angka kematian ibu. Hal ini berarti dapat meningkatkan angka harapan hidup
waktu lahir.

Kualitas penanganan sanitasi berhubungan pula dengan kualitas pendidikan


masyarakat. Semakin tinggi pendidikan masyarakat dan semakin kecil persentase
penduduk yang buta hurup maka semakin baik penanganan sanitasinya. Kondisi
lingkungan yang buruk akan berdampak pada kesehatan masyarakat, terutama
penduduk miskin di daerah perkotaan. Semakin buruk kondisi lingkungan
permukiman akan semakin tinggi penderitaan penduduk miskin tersebut.

Updating Data Base Sanitasi 39


Berdasarkan hal tersebut maka kajian pelayanan sanitasi eksisting dan
perumusan serta penetapan sasaran hasil (outcome) penanganan air limbah
selain menggunakan indikator akses ke fasilitas sanitasi, mempertimbangkan pula
indikator-indikator kesehatan, lingkungan hidup, pendidikan dan kemiskinan.

Akses ke perbaikan sanitasi diartikan sebagai akses ke prasarana dan sarana


serta fasilitas pembuangan kotoran manusia secara aman dan menggunakan
sarana pembuangan akhir sekurang-kurangnya cubluk. Pengertian aman dalam
hal ini adalah terhindarnya manusia atau hewan dan serangga untuk kontak
langsung dengan kotoran manusia. Jamban keluarga, jamban sekolah dan
jamban umum merupakan fasilitas sanitasi dasar untuk mencegah kontak
langsung tersebut. Cubluk dan atau tangki septic adalah tempat pembuangan
akhir kotoran manusia yang dibangun dipekarangan rumah penggunaanya
sehingga dikelompokkan sebagai sistem setempat ( on-site). Kedua jenis tempat
pembuangan akhir tersebut berfungsi menghilangkan bakteri dan virus penyakit
serta menurunkan sekitar 30 % - 60 % beban pencemaran organik yang terdapat
pada kotoran manusia.

Sistem sewerage yang dilengkapi dengan instalasi pengolahan air limbah (IPAL)
adalah system yang dibangun dilokasi terpisah dari penggunanya sehingga
dikategorikan sebagai system terpisah ( off-site). Sistem tersebut biasa dibangun
dalam skala kecil atau skala lingkungan, skala kecamatan sampai skala kota.
Sistem sewerage beserta system IPAL-nya sangat efektif untuk menghilangkan
bakteri penyakit maupun beban pencemaran organik yang berasal dari limbah
manusia maupun limbah cair dari kawasan perdagangan dan industri.

Pelayanan sanitasi dan air bersih yang baik, dapat memperkecil penularan
penyakit diare. Survei menunjukkan bahwa peningkatan 10 % pelayanan sanitasi
dapat menurukan 6,37 kasus per 1000 penyakit diare. Dari data kesehatan
(tingkat nasional) menunjukkan bahwa penyakit diare yang semula menempati
urutan ke 5 penyebab kematian (1995) berubah menempati urutan ke 9
penyebab kematian pada tahun 2000. Kontribusi penyakit diare sebagai penyakit
penyebab kematian adalah 13,9 % dari seluruh kasus kematian. Walaupun
demikian kasus-kasus diare masih harus diwaspadai karena angka kontribusinya
masih lebih tinggi dari angka rata-rata nasioal penyebab kematian. Selain

Updating Data Base Sanitasi 40


daripada itu kesehatan yang buruk pada dasarnya berpotensi pula dalam
menimbulkan dampak ekonomis yag siknifikan terhadap masarakat.

Ditinjau dari aspek lingkungan hidup dapat dikemukakan bahwa kontribusi


pencemaran limbah domestic terhadap pencemaran air tanah maupun air
permukaan cukup tinggi yaitu antara 50% - 70% (di daerah perkotaan). Hal
tersebut disebabkan karena sebagian besar tempat pembuangan akhir kotoran
manusia masih menggunakan system on-site (system setempat). Sementara itu
disain system setempat difokuskan untuk membunuh bakteri penyakit dan virus.
Kemampuan olah system sanitasi setempat untuk menetralisir pencemaran
organic relatip terbatas yaitu sekitar 30% - 60% dari beban cemaran yang
masuk. Kelengkapan lain dari fasilitas permukiman yang sehat adalah tempat
buang air besar. Idealnya tempat pembuangan air besar adalah tangki septic
tank sehingga dampaknya terhadap lingkungan dapat dihindari.

Berdasarkan data yang ada dari 84,295 RT yang diperiksa sebanyak 99.89 % RT
sudah menggunakan kakus (WC/Jamban) sendiri dengan tangki septic tank dan
sisanya 0.04 % menggunakan kakus umum.

2. Limbah Industri
Limbah industri adalah hasil sisa produksi (buangan) proses industri baik dalam
bentuk padat, cair maupun gas. Limbah industri sangat beragam tergantung
dari jenis industri yang bersangkutan, demikian juga volumenya sangat
tergantung dari jenis industri yang bersangkutan dan mode pengoperasiannya.
Ada industri tidak menghasilkan bahan limbah yang berarti misalnya industri
elektronika, industri tegel dan industri kayu lapis. Sebaliknya tidak sedikit industri
yang banyak menghasilkan bahan limbah seperti industri pulp & kertas, industri
gula, industri bumbu masak (MSG = Monosodium Glutamate), industri alkohol,
industri penyamakan kulit, industri tekstil dan masih banyak lagi. Disamping
banyak ragamnya, limbah industri pada umumnya fluktuatif yaitu baik volume
maupun konsentrasi bahan limbahnya selalu berubah-ubah setiap waktu. Aliran
limbah industri kadang-kadang tinggi kadang-kadang rendah karena industri ada
yang bekerja secara terus menerus dan ada yang berganti-ganti proses. Limbah
industri dapat dikualifikasikan sebagai berikut :

Updating Data Base Sanitasi 41


a. Zat organik terlarut
Menyebabkan menurunnya kadar oksigen terlarut (DO = Demand Oxygen) di
dalam badan air sehingga badan air tersebut mengalami kekurangan oksigen
yang sangat diperlukan oleh kehidupan air (aquatic life) dan menyebabkan
menurunnya kualitas badan air tersebut.

b. Zat padat tersuspensi


Pengendapan zat padat ini di dalam dasar badan air akan mengganggu
kehidupan di dalam badan air tersebut. Juga endapan solid di dasar sungai
akan mengalami dekomposisi yang menyebabkan menurunnya kadar oksigen
terlarut disamping menimbulkan bau busuk dan pemandangan tidak baik.

c. Nitrogen dan Phosphor


Kedua unsur kimia ini disebut juga nutrient yang apabila masuk ke dalam
badan air yang relatif diam seperti telaga, waduk atau situ akan
menyebabkan tumbuhnya ganggang dengan cepat sehingga menurunkan
kualitas badan air tersebut.

d. Minyak dan bahan-bahan terapung


Menyebabkan kondisi tak sedap dan terganggunya penetrasi sinar matahari
serta masuknya oksigen dari udara ke dalam badan air tersebut ( aerasi).

e. Logam berat, sianida dan racun organic


Unsur-unsur ini sangat merusak aquatic life dan membahayakan kesehatan
manusia.

f. Warna dan kekeruhan


Baik warna maupun kekeruhan sangat mempengaruhi estetika walaupun
belum tentu membahayakan kehidupan di dalam air ( aquatic life) atau
kesehatan manusia.

g. Organik tracer
Termasuk dalam kategori organik tracer adalah Phenol yang menyebabkan air
berbau dan rasa tidak enak khususnya apabila badan air tersebut
dipergunakan sebagai air baku air minum (ABAM).

h. Bahan yang tidak mudah mengalami dekomposisi biologis

Updating Data Base Sanitasi 42


Sebagai contoh adalah ABS (Alkyl Benzene Sulfanate) bahan utama
pembuatan detergen yang tidak mudah mengalami dekomposisi biologis
yang menyebabkan timbulnya busa di permukaan sungai.

i. Bahan yang mudah menguap (Volatile Material)


Termasuk dalam kategori ini adalah hidrogen sulfida, gas methan dan lain
sebagainya yang menyebabkan udara tercemar.

Jumlah industri yang ada di wilayah Kabupaten Serang sampai tahun 1999
ada sejumlah 218 industri, dari sejumlah ini 17 industri menghasilkan limbah
B3, 73 industri menghasilkan limbah Non B3 dan sisanya (128) belum atau
tidak memberikan informasi mengenai jenis limbah yang dihasilkan. Dari
sejumlah industri yanga ada di wilayah Kabupaten Serang sampai saat ini
yang telah melengkapi dengan dokumen lingkungan (AMDAL atau UKL – UPL)
baru 24.77 %.

Tabel 2-16.Persentase Industri yang Telah Melengkapi Dokumen Lingkungan


Yang Telah Melengkapi Persentas
No. Lokasi Jumlah Ket
Dok. Lingk e (%)
I Kawasan Industri 26 11 42
Serang Barat, Kec.
Bojonegara
II Kawasan Industri 10 7 70
Serang Timur, Kec.
Kragilan
III Kawasan Industri 125 32 26
Serang Timur , Kec.
Cikande
IV Kawasan Industri 57 4 7
Serang Timur, Kec.
Kopo
Kabupaten Serang 218 54 24,77
Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Serang,

3. Limbah B3
Limbah bahan berbahaya dan beracun atau sering disingkat Limbah B3 adalah sisa
suatu usaha atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun

Updating Data Base Sanitasi 43


yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara
langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan/atau merusak
lingkungan hidup dan/atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan,
kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain.

Menurut sumbernya limbah B3 diklasifikasikan dalam 3 kelompok yaitu : limbah B3


dari sumber tidak spesifik, limbah B3 dari sumber spesifik dan limbah B3 dari
bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, bekas kemasan dan buangan produk yang
tidak memenuhi spesifikasi. Selain itu limbah yang tidak termasuk dalam tiga
kelompok diatas dapat juga termausk dalam limbah B3 apabila setelah melalui
pengujian memiliki salah satu atau lebih karakteristik mudah meledak, mudah
terbakar, bersifat reaktif, beraun, menyebabkan infeksi dan bersifat korosif.

Yang dimaksud limbah B3 dari sumber tidak spesifik adalah limbah B3 yang pada
umumnya berasal dari proses utamanya, tepatnya berasal dari kegiatan
pemeliharaan alat, pencucian, pencegahan korosi, pelarutan kerak, pengemasan
dll. Dan yang dimaksud dengan limbah B3 dari sumber spesifik adalah limbah B3
sisa proses suatu industri atau kegiatan yang secara spesfik dapat ditentukan. Dari
218 industri yang ada di wilayah Kab.Serang 17 diantaranya menghasilkan limbah
B3, tetapi sampai saat ini belum ada data tentang bagaimana pengolahan limbah
B3 nya.

D.2.2 Gambaran Umum Kota Serang

a. Letak dan Luas Wilayah


Kota Serang sebagai daerah otonom terbentuk sejalan dengan ditetapkanya Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kota Serang pada tanggal 10 Agustus 2007.
Kota Serang merupakan hasil pemekaran wilayah Kabupaten Serang dan menjadi salah satu
dari tujuh kabupaten/kota di Provinsi Banten.

Berdasarkan koordinat sistem UTM ( Universal Transfer Mercator) Zone 48E wilayah Kota
Serang terletak pada koordinat 618.000 m sampai dengan 638.600 m dari Barat ke Timur
dan 9.337.725 m sampai dengan 9.312.475 m dari Utara ke Selatan. Berdasarkan koordinat
geografis, Kota Serang berada pada 105 0 7’-1060 22’ BT dan 50 50’-60 21’ LS. Jarak terpanjang

Updating Data Base Sanitasi 44


menurut garis lurus dari utara ke selatan adalah sekitar 21,7 km dan jarak terpanjang dari
Barat ke Timur adalah sekitar 20 km, sedangkan kedudukan Kota Serang secara administratif
berbatasan dengan:

Sebelah Utara berbatasan dengan : Laut Jawa

Sebelah Timur berbatasan dengan : Kabupaten Serang

Sebelah Barat berbatasan dengan : Kabupaten Serang

Sebelah Selatan berbatasan dengan : Kabupaten Serang

Secara administratif, luas wilayah Kota Serang sebesar 266,74 km² dan terdiri 6 kecamatan
(Kecamatan Serang, Kecamatan Cipocokjaya, Kecamatan Taktakan, Kecamatan Kasemen,
Kecamatan Curug, dan Kecamatan Walantaka), serta 20 Kelurahan dan 46 Desa.

Tabel 2.1
Data Administratif Wilayah Kota Serang
Ibu Kota Jumlah Luas Darat
No Nama Kecamatan
Kecamatan Desa/Kel (Km2)

1. Serang Serang 12 Kel 25,88

2. Cipocok Jaya Cipocok Jaya 8 Kel 31,54

3. Curug Curug 10 Desa 49,60

4. Kasemen Kasemen 10 Desa 63,36

5. Taktakan Taktakan 12 Desa 47,88

6. Walantaka Walantaka 14 Desa 48,48

Sumber : RTRW Kota Serang (www.bappeda-serang.go.id)

Kota Serang mempunyai kedudukan yang strategis karena berada di jalur utama
penghubung lintas Jawa-Sumatera. Kota Serang juga dilintasi jalan negara lintas Jakarta-
Merak serta dilintasi jalur kereta api lintas Jakarta-Merak. Selain itu pula Kota Serang
merupakan pintu gerbang atau transit perhubungan darat antara Pulau Jawa dan Pulau
Sumatera.

Updating Data Base Sanitasi 45


b. Topografi dan Geologi
Secara topografis, sebagian besar wilayah Kota Serang merupakan dataran yang relatif
rendah, dan berada pada ketinggian 0-500 mdpl. Hampir seluruh daratan di Kota Serang
merupakan daerah subur, karena tanahnya sebagian besar tertutup oleh tanah endapan
alluvial dan batu vulkanis kuarter, serta terdapat sungai - sungai besar yaitu Cidurian, dan
Cibanten.
Kondisi tanah di Kota Serang terbagi 2 tipe yaitu; kelompok tipe tanah sisa atau
residu dan kelompok tipe tanah hasil angkutan masing-masing tipe tanah tersebut
adalah: alluvial pantai dan sungai, latosol,podsolik merah kuning, regosol, andosol,
brown forest dan qlei. Secara geologis Kota Serang terdiri dari 3 jenis batuan, bagian
terbesar adalah jenis batuan pretertiary sediment dan batuan allurium, selain itu
terdapat sedikit daerah termasuk batuan young quarternary volcanic products.
Keadaan tanah (soil) terbagi 4 jenis berdasarkan bahan induk penyusunannya yaitu:
jenis lava gunung danau, jenis tuva gunung danau, jenis lahar gunung mankangen
dan jenis basalt.
Secara umum diketahui, bahwa sebagian besar wilayah Kota Serang terdiri dari batuan api
dengan endapan permukaan yang sebagian besar berada di pantai. Sebagian besar tanah di
dataran alluvial wilayah utara yang berasal dari pegunungan di selatan merupakan endapan
detritus (detrital sediment) bertekstur sangat halus baik berupa lumpur maupun suspensi
karena merupakan hasil kikisan aliran air dan telah mengalami jarak transportasi yang cukup
panjang, khususnya pada saat air sungai banjir. Meskipun demikian tanah-tanah tersebut
mempunyai sedikit perbedaan dalam bentuk dan kandungannya terhadap endapan dari
dasar-dasar sungai, muara dan laut. Endapan yang ada kebanyakan terdiri dari tanah liat
yang halus, pasir, kerikil, dan kadang-kadang kerakal.

Dari batuan yang tersingkap (outcrop) di Kota Serang, dapat diketahui stratigrafi dan sejarah
geologi pembentukan daratan, perairan laut, dan pulau-pulau kecil yang ada di daerah ini.
Secara umum semua batuan dan satuan sedimen yang ada berumur muda. Batuan tertua
berumur Pleistosen Bawah, mungkin sekitar tujuh (7) juta tahun lalu, pada saat mana
terbentuk batuan vulkanik lava andesit dan breksi vulkanik yang berkaitan dengannya akibat
proses desintregrasi/pelapukan fisik dan gerakan tanah ( land movement) pada daerah
gunung api, baik dalam bentuk runtuhan, longsor, ataupun rayapan tanah perbukitan
vulkanik yang terbentuk.

Updating Data Base Sanitasi 46


c. Hidrologi dan Klimatologi
Potensi sumber daya air di Kota Serang antara lain meliputi sistem air tanah yang
dikelompokan berdasarkan kelompok aquifer sebagai berikut:

1. Kelompok aquifer air tanah tertekan yang terdapat pada Tufa Banten dimana air
mengalir melalui ruang antar butiran, lapisan ini dapat dijumpai pada kedalaman sampai
lebih dari 100 m dibawah permukaan laut.Air tanah dalam kelompok ini dapat dijumpai
sebagai air tanah bebas maupun tertekan.
2. Kelompok aquifer air tanah jarang yang terdapat pada lapisan-lapisan batuan vulkanik
tua seperti lava dan andesit. Lapisan aquifer ini terjadi karena formasi struktur
batuannya,seperti sesar atau kekar. Aquifer ini umumnya kurang produktif dan
berkelulusan rendah.
3. Kelompok aquifer produktif, dimana kelompok ini merupakan gabungan antara sistem
aquifer yang menerus dan tidak menerus. Kelompok ini terdapat pada bidang kontak
antara Tufa Banten dan kelompok batuan vulkanik. Wilayah Kota Serang umumnya
termasuk aquifer produktif dengan debit air 5-10 liter/detik.
Potensi air permukaan di wilayah Kota Serang bersumber dari sungai yang mengalir di
wilayah Kota Serang seperti sungai Cibanten (5 km). Iklim di wilayah Kota Serang termasuk
tropis dengan musim hujan antara November – April dan musim kemarau antara Mei –
Oktober. Curah hujan rata-rata 1430,8 mm/thn. Temperatur udara rata-rata berkisar antara
25,80 C – 27,60 C. Temperatur udara minimum 20,900 C dan maksimum 33,80 C sedangkan
kelembaban nisbi rata-rata 81%. Kecepatan angin rata-rata 2,80 knot dengan arah
terbanyak adalah dari Barat.

Kondisi Hidrologi di Kota Serang ditandai dengan terdapatnya Daerah Aliran Sungai (DAS)
yang dalam pengelolaan sungai dikenal sebagai bagian dari Satuan Wilayah Sungai (SWS).
Secara umum, baik SWS maupun DAS yang ada di Kota Serang relatif tidak luas. Sungai-
sungai yang terdapat di Kabupaten Serang memiliki lebar yang relatif kecil dan pendek.
Salah satu DAS yang terdapat di Kota Serang yaitu DAS Cibanten yang merupakan bagian
dari SWS Ciujung-Ciliman. Disamping keberadaan sungai, di Kota Serang terdapat pula jenis
air permukaan berupa rawa, situ dan waduk.

Updating Data Base Sanitasi 47


Tabel 2.2

Saluran Terbuka Utama Di Kota Serang

No Nama Lokasi Panjang (km)

1 Irigasi Cibanten Karundang - Kidemang 5

2 Cimuncang – Pasar Rau Cimuncang – Pasar Rau 4

3 Benggala – Kota Baru Benggala – Kota Baru 3

d. Tata Guna Lahan


Pola penggunaan lahan di Kota Serang pada dasarnya terbagi dalam dua kelompok utama
yakni, kawasan terbangun dan tak terbangun. Untuk kawasan tak terbangun di Kota Serang
umumnya masih didominasi oleh daerah pertanian yang berupa sawah, perkebunan, tegalan
dan sebagainya, sedangkan daerah terbangun berupa berbagai macam fasilitas, prasarana
dan sarana sosial ekonomi yang cenderung masih terakumulasi di pusat kota yang terdiri
dari perumahan, fasilitas umum dan industri.

e. Profil Demografis
e.1 Jumlah dan Sebaran Penduduk

Jumlah penduduk Kota Serang pada tahun 2007 mencapai 677.638 jiwa atau sebesar
110.612 KK, yang terdiri dari 349.791 jiwa laki-laki dan 327.905 jiwa perempuan.
Berdasarkan hasil analisis Laju Pertumbuhan Penduduk tahun 2007, LPP Kota Serang
mencapai sekitar 2,6%.

Updating Data Base Sanitasi 48


Tabel 2.4

Jumlah dan Sebaran Penduduk Per Kecamatan di Kota Serang

No Kecamatan Laki-Laki Perempuan Jumlah Penduduk

1 Serang 137.882 129.840 267.662

2 Taktakan 49.302 45.227 94.531

3 Kasemen 49.217 46.555 95.772

4 Cipocokjaya 42.023 39.255 81.278

5 Curug 26.656 24.233 50.889

6 Walantaka 44.711 42.795 87.506

TOTAL 677.638

Sumber : Bappeda Kota Serang, 2008

Kendati Kota Serang merupakan kawasan perkotaan dengan fungsi sebagai ibukota
Provinsi Banten, namun bila dilihat lebih jauh, ternyata hampir di setiap kecamatan Kota
Serang terdapat keluarga miskin dengan jumlah yang signifikan. Jumlah keluarga miskin
di Kota Serang sampai akir tahun 2007 tercatat sebesar 19.145 keluarga (KK) dan untuk
rincinya dapat dilihat Tabel 3.
Tabel 2.5
Jumlah dan Sebaran KK Miskin di Kota Serang

Jumlah KK Jenis Mata Pencaharian


No Kecamatan
MIskin Buruh Tani Tidak Kerja

1 Serang 6.268 363 3.920 1.985

2 Taktakan 1.985 782 586 590

3 Cipocok Jaya 1.905 1.349 154 402

4 Kasemen 5.652 3.745 455 1.452

5 Curug 2.068 1.038 339 691

6 Walantaka 1.267 773 227 267

TOTAL 19.145 8.050 5.681 5.387

Updating Data Base Sanitasi 49


Sumber : Bappeda Kota Serang, 2008

Ratio ketergantungan merupakan gambaran jumlah penduduk yang tergantung pada


penduduk usia kerja. Untuk penduduk muda yang berusia dibawah 15 tahun dianggap
penduduk yang belum produktif, karena secara ekonomi masih tergantung pada orangtua
atau orang lain yang menanggungnya. Untuk gambaran rasio ketergantungan struktur
penduduk menurut kelompok umur muda, umur produktif dan tua dapat dilihat pada tabel
berikut.

Tabel 2.6
Data Rasio Ketergantungan Penduduk

Keterangan Ratio Ketergantungan

RKTot 46.07

RKMuda 39.69

RKTua 6.38

Sumber : Bappeda Kota Serang, 2008

Tabel 2.7
Jumlah Penduduk Usia Produkatif dan Non Produktif

Kelompok Umur Jumlah Penduduk


Tahun) (jiwa)

0 – 14 537.335

15 – 60 1.353.862

60+ 86.428

Sumber : Bappeda Kota Serang, 2008

D. DUKUNGAN DATA
1. Data Dasar

Updating Data Base Sanitasi 50


Sebelum memulai kegiatan pekerjaan, konsultan harus mengadakan konsultasi terlebih
dahulu dengan Pengguna Jasa / Kuasa Pengguna Anggaran /Pejabat Pembuat
Komitmen / Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan, yaitu untuk mendapatkan konfirmasi
mengenai kondisi awal yang akan ditangani beserta utilitasnya. Adapun data-data yang
diperlukan sebelum melaksanakan pekerjaan sebagai berikut :
a. Data-data dokumen FS/Studi/perencanaan terdahulu bila ada
b. Data lokasi untuk membantu proses selanjutnya
c. Usulan-usulan teknis lain dari sumber-sumber yang dapat dipercaya.
d. Data-data sekunder lainnya yang diperlukan dan dianggap penting
2. Dasar Hukum
Dalam updating database sanitasi Provinsi Banten peraturan hukum yang digunakan terdiri
atas:
Undang-Undang Republik Indonesia
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1974 tentang pengairan;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan
Ruang;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan
Sampah;
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan
Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;
5. Undang-Undang Republik Indoneia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan;
6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan
Dan Kawasan Permukiman.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia


1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1982 Tentang
Pengaturan Air;
2. Peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan Penataan
Ruang;
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2011 Tentang Sungai;
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2012 Tentang Izin

Updating Data Base Sanitasi 51


Lingkungan;
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2012 Tentang
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah
Tangga;
7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 2014 Tentang Hak
Guna Air;
8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 88 Tahun 2014 Tentang
Pembinaan Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman;
9. Peraturan Pemeriintahan Republik Indonesia Nomor 121 Tahun 2015 Tentang
Pengusahaan Sumber Daya Air;
10. Peraturan Presiden Nomor 185 Tahun 2014 tentang tentang Percepatan
Penyediaan Sanitasi dan Persampahan.

Keputusan / Peraturan Menteri Republik Indonesia


1. Keputusan Menteri Lingkungn Hidup Republik Indonesia Nomor
35/MENLH/7/1995 tentang Program Kali Bersih;
2. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 18/Prt/M/2007 Tentang
Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Bersih;
3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 1205/MENKES/
PER/IV/2010 Tentang Persyaratan Kualitas Sanitasi
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 492/MENKES/
PER/IV/2010 Tentang Persyaratan Kualitas Sanitasi
5. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air
Limbah.

E. URAIAN TUGAS
Hubungan antar pihak-pihak yang terlibat dalam suatu proyek umumnya
dibedakan atas hubungan fungsional, yaitu pola hubungan yang berkaitan dengan
fungsi pihak-pihak tersebut dan hubungan kerja (formal), yaitu pola hubungan
yang berkaitan dengan kerja antara pihak-pihak yang terlibat dalam proyek yang
dikukuhkan dalam suatu dokumen kontrak.
1. Kualifikasi Tenaga Ahli
a. Ketua Tim / Ahli Teknik Sipil (1 orang)

Updating Data Base Sanitasi 52


 Memiliki integritas, berkepribadian baik, jujur dan mampu bekerja
dalam tim dengan baik;
 Tenaga Ahli Teknik Sipil harus memiliki pendidikan minimal S-1 Teknik
Sipil yang memiliki pengalaman kerja minimal 1 (satu) tahun dalam
bidangnya;
 Mampu memimpin dan mengkoordinir seluruh anggota tim kerja
dalam pelaksana pekerjaan selama 1 (satu) bulan kalender, sampai
pekerjaan dinyatakan selesai. Kandidat yang diusulkan diutamakan
memiliki pengalaman dan pernah terlibat langsung pekerjan sejenis
pada posisi yang sama minimal 2 (dua) kali;
 Memiliki keahlian di bidang Ahli Muda Teknik Sumber Daya Air
dibuktikan dengan memiliki Sertifikat Keahlian / Sertifikat Kompetensi
Ahli (SKA) yang masih berlaku, dikeluarkan oleh asosiasi profesi yang
telah terakreditasi oleh lembaga yang berwenang / LPJK. Di dukung
surat referensi dari pengguna jasa sebelumnya;
Team leader mempunyai tugas pokok :

 Mengkoordinir tugas & kewenangan tenaga ahli dan tenaga


pendukung;
 Memeriksa dan mengesahkan hasil analisis dan laporan tenaga ahli;
Memimpin rapat pembahasan hasil review dan progres pelaksanaan
pekerjaan;

2. Kualifikasi Assiten Tenaga Ahli/Sub Profesional staff


a. Administrasi (1 orang)
 Tenaga pendukung Sekretaris harus memiliki pendidikan minimal
SLTA/SMK Sekretaris / Administrasi dan Keuangan yang memiliki
pengalaman minimal 3 (tiga) tahun dalam bidangnya;
 Memiliki integritas dalam pengurusan administrasi dan mampu
bekerja dalam tim dengan baik;
Administrasi mempunyai tugas pokok :
 Membantu menyiapkan surat-menyurat mengenai pelaksanaan
pekerjaan
 Membantu pembuatan laporan keuangan

Updating Data Base Sanitasi 53


 Mengarsipkan laporan-laporan dan dokumen penting lainnya
b. Surveyor (1 orang)
 Asisten Profesional Surveyor harus memiliki pendidikan minimal
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang memiliki pengalaman kerja
minimal 3 (Tiga) tahun dalam bidangnya;
 Memiliki integritas, berkepribadian baik, jujur dan mampu bekerja
dalam tim dengan baik;
Surveyor mempunyai tugas pokok :
 Melaksanakan survey dan pengukuran topografi
 Membantu memberikan penjelasan perihal topografi dalam
perencanaan
 Membantu Team dalam menyusun laporan dan dokumen lainnya

c. Operator Komputer (1 orang)


 Operator Komputer harus memiliki pendidikan minimal SLTA atau
sederajat.
 Tenaga sub professional CAD / CAM Computer yang memiliki
pengalaman kerja minimal 2 (dua) tahun dalam bidangnya;
 Memiliki integritas, berkepribadian baik, jujur dan mampu bekerja
dalam tim dengan baik
Operator Komputer mempunyai tugas pokok :
 Melaksanakan tugas Pengukuran;
 Membuat dan Memeriksa hasil yang diperlukan sesuai ketentuan
dalam perencanaan.
 Bertanggung jawab atas semua pekerjaan yang ditanganinya
kepada Team Leader

F. JADWAL PELAKSANAAN DAN JADWAL PENUGASAN


1. Jadwal Pelaksanaan
Sebagaimana pengalaman kami terdahulu dalam melaksanakan pekerjaan
sejenis, dalam melaksanakan Pekerjaan UPDATING DATA BASE SANITASI
kami menekankan pada kekompakan tim, keakuratan, ketelitian dan
kerapihan dalam melaksanakan pekerjaan tersebut.

Updating Data Base Sanitasi 54


Jadwal Pelaksanaan pekerjaan ini disusun berdasarkan persyaratan dan
ketentuan dalam Kerangka Acuan Kerja, sehingga tahapan-tahapan
pelaksanaan sesuai dengan yang disyaratkan.
Untuk mencapai suatu hasil pekerjaan selesai tepat pada waktunya Tim
Konsultan yang terlibat baik dalam pelaksanaan pekerjaan ditekankan harus
berpegang teguh kepada time schedul/manning schedule yang telah di
sepakati bersama.
Jadwal ini disusun berdasarkan pemahaman konsultan terhadap keseluruhan
pekerjaan yang dituangkan dalam Rencana Kerja. Konsultan
mempertimbangkan optimalitas waktu dan tingkat keterkaitan antar
pekerjaan.
Untuk menggambarkan proses kegiatan Pekerjaan UPDATING DATA BASE
SANITASI ditunjukan dalam Jadwal Rencana Pelaksanaan Pekerjaan dari awal
sampai selesainya pekerjaan.

Updating Data Base Sanitasi 55


Tabel Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan
Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan
Updating Data Base Sanitasi

BULAN - MINGGU
NO. KEGIATAN KET.

1 2 3 4

PERSIAPAN

1 Mobilisasi Personil dan Peralatan

2 Pemeriksaan dan Pengumpulan data

3 Survey dan Review Desain

PELAKSANAAN PEKERJAAN

1 Koordinasi

2 Inventarisasi data

3 Penyusunan Laporan

PELAPORAN

1 Laporan Pendahuluan

2 Laporan Akhir

Updating Data Base Sanitasi 56


2. Jadwal Penugasan Personil
Agar pelaksanaan pekerjaan lebih terarah, maka diperlukan jadwal mengenai
tanggung jawab masing-masing personil selama jangka waktu pelaksanaan
pekerjaan. Jadwal penugasan masing-masing tenaga ahli ( professional staff)
dan asistennya serta tenaga pendukung ( supporting staff) disesuaikan dengan
kebutuhan materi/substansi kegiatan serta alokasi waktu pelaksanaan
kegiatan.

Updating Data Base Sanitasi 57


Tabel Jadwal Penugasan Personil
Jadwal Penugasan Tenaga Ahli
Updating Data Base Sanitasi

BULAN - MINGGU JUMLAH


NO. POSISI NAMA PERSONIL
OB / OH
1 2 3 4

TENAGA AHLI

1 Ketua Tim ADE HIDAYAT, ST 1 OB

TENAGA PENDUKUNG

1 Administrasi RESTU WIDHI SUSANTO, SE 1 OB

2 Operator Komputer RIFKY KHOIRULLAH 1 OB

3 Surveyor RIFKI A ULIA A KBA R 1 OB

Updating Data Base Sanitasi 58


G. ORGANISASI
Pada dasarnya organisasi sangat beragam bentuk dan strukturnya, namun secara
umum dapat diartikan sebagai kelompok yang terdiri dari manusia-manusia yang
secara bersama-sama membentuk struktur sistematis yang mengatur perilaku
anggotanya dalam mencapai tujuan tertentu.
Tujuan dari setiap organisasi harus dinyatakan secara jelas agar dapat diketahui
oleh seluruh anggota dan dapat diukur tigkat keberhasilannya.
Adapun tujuan utama dibentuknya tim manajemen proyek adalah :
 Menyelesaikan pekerjaan konstruksi yang sesuai dengan persyaratan dan
dapat memuaskan pihak pemberi tugas,
 Menyelesaikan pekerjaan dalam keterbatasan biaya,
 Menyelesaikan pekerjaan dalam keterbatasan waktu,
 Menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan standard,
 Melindungi keselamatan dan kesehatan manusia yang terlibat dalam
pekerjaan.

Untuk mencapai efektifitas dan efesiensi penyelenggaraan pekerjaan ini, maka


organisasi pelaksanaan proyek ini akan dilaksanakan oleh Konsultan yang
dijalankan oleh Ketua Team yang merupakan personil inti yang mengkoordinir
seluruh staf ahli dan juga mengkoorintansiikan pelaksanaan pekerjaan secara
keseluruhan dan memantau pekerjaan secara kontinyu, yang dibantu oleh Tenaga
Ahli Profesional dan saling membantu dalam menyelesaikan pekerjaan serta
dibantu pula oleh tenaga penunjang lainnya.

Updating Data Base Sanitasi 59


DINAS PERUMAHAN RAKYAT
DAN KAWASAN PERMUKIMAN
PROVINSI BANTEN

TIM PELAKSANA
PEJABAT PEMBUAT ADMINISTRASI DAN
KOMITMEN TEKNIS

DIREKTUR
PT. EKA DWI SATYA

KETUA TIM

ADE HIDAYAT, ST

KETARANGAN
Garis Koordinasi
Garis Perintah ADMINISTRASI

RESTU WIDHI
SUSANTO, SE

SURVEYOR OPERATOR
KOMPUTER
RIFKI AULIA AKBAR RIFKY
KHOIRULLAH

Gambar Struktur Organisasi

Updating Data Base Sanitasi 60


H. FASILITAS PENUNJANG
Untuk mendukung pelaksanaan pekerjaan ini diperlukan adanya fasilitas kantor
yang memadai dan peralatan yang digunakan untuk fasilitas survey, identifikasi
dan bahan harus sesuai agar dicapai ketelitian dan standar yang mencukupi
fasilitas operasional kantor antara lain adalah:
 Kendaraan roda empat,
 Kendaraan roda dua,
 Komputer/Laptop,
 Printer A4 dan A3,
 Drone,
 Alat ukur (metaran manual dan digital, Total Station/TS).

Gambar Komputer/Notebook Gambar Printer

Gambar Total Station (TS)

Updating Data Base Sanitasi 61


Gambar GPS

Gambar Drone

Updating Data Base Sanitasi 62


Gambar Meteran

3. HASIL KERJA
A. LAPORAN-LAPORAN
Laporan dokumen Updating Database Sanitasi terdiri dari:
1) Laporan Pendahuluan
Memuat tanggapan terhadap Kerangka Acuan Kerja dan rencana kerja
pelaksanaan secara keseluruhan dari kegiatan yang disampaikan oleh pemberi
tugas, terkait dengan rencan survey dan jenis survey yang akan dikerjakan.
Jumlah laporan pendahuluan yang harus diserahkan kepada pemberi tugas
sebanyak 2 (dua) buku, yang harus diserahkan selambat-lambatnya 15 (lima
belas) hari kalender sejak penandatanganan kontrak;
2) Laporan Akhir
Memuat penyempurnaan laporan Akhir yang dilengkapi dengan penggunaan
aplikasi database sanitasi, jumlah laporan Akhir yang harus diserahkan kepada
pemberi tugas sebanyak 2 (dua) buku, yang harus diserahkan selambat-
lambatnya 30 (tiga puluh) hari kalender sejak penandatanganan kontrak;
3) Hard disk

4. PENUTUP
Kegiatan updating data base sanitasi ini merupakan suatu kegiatan yang kompleks,
memerlukan keterlibatan beberapa pihak terkait, antara lain Pihak Pemilik, Konsultan,
Pemerintah Daerah maupun masyarakat. Dalam pelaksanaan suatu proyek, harus
dirumuskan, mulai dari tujuan, sasaran, keterlibatan pihak yang berkompetensi,

Updating Data Base Sanitasi 63


perencanaan dan perancangan dan lingkungannya, pelaksanaan fisik bangunan maupun
faktor biaya konstruksi, struktur konstruksi fisik, kesesuaian estetika rancangan, rancangan
lingkungan ruang luar, administrasi proyek maupun segala sesuatu yang terkait pada
kegiatan proyek, oleh karena itu perlu adanya suatu pengaturan dan koordinasi yang baik
dan profesional antar pihak yang terlibat, sehingga tidak terjadi kerugian dari masing-masing
pihak.
Konsultan didalam suatu proses pekerjaan proyek bertugas untuk membuat suatu sistem
dari masing-masing kegiatan proyek menjadi satu kesatuan yang utuh dan terkoordinir dari
awal proyek hingga selesainya proyek.

Dokumen Usulan Teknis ini disusun untuk keperluan ikut serta dalam pelaksanaan tender
(pelelangan) Pekerjaan updating data base sanitasi ini diselenggarakan oleh Dinas Perkim
Provinsi Banten.

Penyusunan dokumen Usulan Teknis ini didasarkan pada RKS (Rencana Kerja dan Syarat),
KAK (Kerangka Acuan Kerja), dan Berita Acara Penjelasan Pekerjaan, serta peraturan lain
yang berlaku. Konsultan telah mencermati dan memahami dengan seksama Kerangka
Acuan Kerja (KAK) yang mencakup latar belakang, maksud dan tujuan, sasaran, lingkup
pekerjaan, lokasi kegiatan, metodologi, jangka waktu pelaksanaan, kebutuhan tenaga ahli,
pelaporan, serta biaya yang dialokasikan untuk menyelesaikan Pekerjaan updating data
base sanitasi.

Berdasarkan pada seluruh kemampuan Konsultan, baik ketersediaan personil yang handal
dan profesional maupun pengalaman yang memadai, terutama yang berkaitan dengan
menyelesaikan Pekerjaan updating data base sanitasi maka konsultan berkeyakinan
mampu melaksanakan pekerjaan dengan sebaik-baiknya sesuai dengan Kerangka Acuan
Kerja

Updating Data Base Sanitasi 64

Anda mungkin juga menyukai