1. Mendeskripsikan rumusan kasus dan/ atau masalah pokok, aktor yang
terlibat dan persan setiap aktornya berdasarkan konteks deskripsi kasus. 2. Melakukan analisis terhadap : A. Bentuk penerapan dan pelanggaran terhadap nilai-nilai dasar PNS, dan Pengetahuan tentang kedudukan dan peran PNS dan NKRI oleh setiap aktor yang terlibat berdasarkan konteks deskripsi kasus. B. Dampak tidak diterapkannya nilai-nilai dasar PNS dan pengetahuan tentang kedudukan dan peran PNS dalam NKRI berdasarkan konteks deskripsi kasus 3. Mendeskripsikan gagasan-gagasan alternatif pemecahan masalah berdasarkan konteks deskripsi kasus 4. Mendeskripsikan konsekuensi penerapan dari setiap alternatif gagasan pemecahan masalah berdasarkan konteks deskripsi kasus.
JAWABAN
1. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) telah melakukan operasi tangkap
tangan (OTT) terhadap tujuh kepala daerah sepanjang tahun 2019. Secara keseluruhan KPK telah memproses hukum 119 kepada daerah sejak mulai berdiri pada tahun 2002. Dari 119 kepala daerah yang diproses KPK, 47 orang atau 39,4% dari kegiatan tangkap tangan (OTT). Berikut ini adalah rangking tertinggi ke terendah provinsi yang kepala daerahnya diproses hukum, Jawa Timur dan Jawa Barat; Sumatera Utara; Jawa Tengah; Sumatera Selatan; Riau dan Sulawesi Tenggara; Papua dan Kalimantan Timur; Aceh, Banten, Kepulauan Riau, Sulawesi Utara, dan Lampung; Bengkulu, Maluku Utara, dan NTB; Kalimantan Tengah, NTT, dan Sulawesi Selatan; Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Sulawesi Tengah, Jambi, dan Sumatera Barat. Rata-rata kegiatan OTT oleh KPK terhadap tujuh kepala daerah merupakan kasus dugaan suap. Bupati Mesuji, Bupati Talaud, Bupati Muara Enim, Bupati Lampung Utara, dan Bupati Bengkayang ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan suap. Sedangkan Gubernur Kepulauan Riau ditetapkan sebagai tersangka kasus gratifikasi dan Bupati Kudus ditetapkan sebagai tersangka kasus jual beli jabatan. Dari tujuh kepala daerah, 5 diantaranya merupakan tersangka kasus dugaan suap. Banyaknya kepala daerah yang terjerat kasus yang ditangani KPK menandakan minimnya integritas sebagai kepala daerah. Integritas yang minim menyebabkan para kepala daerah melakukan kegiatan korupsi. Aktor yang terlibat: a. Khamami (Bupati Mesuji) : menerima sekurang-kurangnya uang suap sebesar 1,58 Milyar dari pihak swasta terkait proyek infrastruktur di Kabupaten Mesuji. Bupati Mesuji sebagai aktor utama dalam kegiatan suap terjadi. b. Sri Wahyumi Maria Manalip (Bupati Kabupaten Talaud) : dalam operasi senyap ditemukan barang-barang mewah. Sri Wahyumi sebagai aktor utama dalam kegiatan suap pengadaan barang dan jasa revitalisasi pasar di Kabupaten Talaud. c. Nurdin Basirun (Gubernur Kepulauan Riau) : sebagai aktor dalam tindak pidana korupsi memberikan atau menerima hadiah atau janji terkait dengan izin prinsip dan lokasi pemanfaatan laut, proyek reklamasi di wilayah pesisir dan pulau-pelau kecil Kep. Riau dan gratifikasi yang berhubungan dengan jabatan. d. Tamzil (Bupati Kudus) : aktor dalam kasus dugaan korupsi terkait jual beli jabatan di Kabupaten Kudus. e. Ahmad Yani (Bupati Kabupaten Muara Enim) : aktor dalam kasus dugaan suap proyek Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Muara Enim. f. Agung Ilmu Mangkunegara (Bupati Lampung Utara) : aktor dalam kasus dugaan suap proyek di Dinas PUPR dan Dinas Perdagangan Kabupaten Lampung Utara. g. Suryadman Gidot (Bupati Kabupaten Bengkayang) : aktor dalam kasus dugaan suap proyek pemerintah di Kabupaten Bengkayang. h. KPK : berperan dalam kasus korupsi di Indonesia dan berupaya secara tidak langsung untuk menumbuhkan nilai-nilai integritas untuk aparatur sipil di Indonesia. 2. A. Bentuk penerapan dan pelanggaran terhadap nilai-nilai dasar PNS, dan Pengetahuan tentang kedudukan dan peran PNS dan NKRI oleh setiap aktor yang terlibat berdasarkan konteks deskripsi kasus: Khamami ( Bupati Mesuji ), Sri Wahyumi Maria Manalip ( Bupati Kabupaten Talaud ), Nurdin Basirun ( Gubernur Kepulauan Riau ), Tamzil ( Bupati Kudus ), Ahmad Yani ( Bupati Kabupaten Muara Enim ), Suryadman Gidot ( Bupati Kabupaten Bengkayang ), Agung Ilmu Mangkunegara ( Bupati Lampung Utara ); ketujuh Kepala Daerah tersebut tidak mampu berperilaku secara akuntabel, tidak transparansi, beperilaku curang dan bertindak koruptif dalam melaksanakan tugas karena tidak memiliki kode etik dan kode perilaku, tidak memiliki komitmen, integritas moral dan tanggung jawab pada pelayanan publik. B. Dampak tidak diterapkannya nilai-nilai dasar PNS dan pengetahuan tentang kedudukan dan peran PNS dalam NKRI : Pejabat ASN ( Kepala Daerah ) menyalahgunakan wewenang yang mereka miliki sehingga mereka membuat kerugian keuangan negara, melakukan penyuapan, melakukan perbuatan curang, pemerasan, penggelapan jabatan, benturan kepentingan dalam pengadaan barang dan jasa dan Gratifikasi. 3. Gagasan-gagasan alternatif pemecahan masalah berdasarkan konteks deskripsi kasus : a. Rekrutmen pegawai berdasarkan sistem merit. Pemberian Reword bagi pegawai yang berprestasi, serta penerapan punishment bagi pegawai yang melanggar kode etik nilai dasar PNS. b. Peningkatan pelayanan publik sesuai dengan SOP dan standard nasional c. Perlu diadakannya sosialisasi tentang pentingnya Anti Korupsi dan fungsi ASN dan pengawasan yang optimal dari pemangku kebijakan. d. Menjalin Kerja sama antar instansi agar tercipta layanan yang terintegrasi 4. Konsekuensi penerapan dari setiap alternatif gagasan pemecahan masalah berdasarkan konteks deskripsi kasus : a. Mendapatkan para aparatur sipil negara/birokrasi yang baik dan profesional, bertanggung jawab, jujur dan adil maka diperlukan system rekruitmen yang baik. b. Dibutuhkan peran serta seluruh PNS sesuai dengan tupoksinya, dan kelengkapan sarana dan prasarana. c. Dibutuhkan sebuah sistem yang memadai dan mampu untuk memantau kinerja PNS d. Terciptanya jejaring kerja (network) kolaboratif sehingga fungsi integrasi intra dan inter agensi/instansi dapat dilaksanakan. Keberadaan jejaring kerja yang ditopang oleh e-goverment berpotensi menjadi pendorong bagi pertumbuhan dan perkembangan ekonomi, sosial dan lingkungan, termasuk di dalamnya pelayanan publik. Berdasarkan hal itu, maka e- government harus dilaksanakan di berbagai level pelayanan publik. Sehingga pelayanan menjadi semakin mudah, cepat, dan murah.