Anda di halaman 1dari 3

EVALUASI AKADEMIK (19 JULI 2021)

1. Mendeskripsikan rumusan kasus dan/ atau masalah pokok, aktor yang


terlibat dan persan setiap aktornya berdasarkan konteks deskripsi kasus.
2. Melakukan analisis terhadap : A. Bentuk penerapan dan pelanggaran
terhadap nilai-nilai dasar PNS, dan Pengetahuan tentang kedudukan dan
peran PNS dan NKRI oleh setiap aktor yang terlibat berdasarkan konteks
deskripsi kasus. B. Dampak tidak diterapkannya nilai-nilai dasar PNS dan
pengetahuan tentang kedudukan dan peran PNS dalam NKRI berdasarkan
konteks deskripsi kasus
3. Mendeskripsikan gagasan-gagasan alternatif pemecahan masalah
berdasarkan konteks deskripsi kasus
4. Mendeskripsikan konsekuensi penerapan dari setiap alternatif gagasan
pemecahan masalah berdasarkan konteks deskripsi kasus.

JAWABAN

1. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) telah melakukan operasi tangkap


tangan (OTT) terhadap tujuh kepala daerah sepanjang tahun 2019. Secara
keseluruhan KPK telah memproses hukum 119 kepada daerah sejak mulai
berdiri pada tahun 2002. Dari 119 kepala daerah yang diproses KPK, 47
orang atau 39,4% dari kegiatan tangkap tangan (OTT). Berikut ini adalah
rangking tertinggi ke terendah provinsi yang kepala daerahnya diproses
hukum, Jawa Timur dan Jawa Barat; Sumatera Utara; Jawa Tengah;
Sumatera Selatan; Riau dan Sulawesi Tenggara; Papua dan Kalimantan
Timur; Aceh, Banten, Kepulauan Riau, Sulawesi Utara, dan Lampung;
Bengkulu, Maluku Utara, dan NTB; Kalimantan Tengah, NTT, dan
Sulawesi Selatan; Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Sulawesi
Tengah, Jambi, dan Sumatera Barat.
Rata-rata kegiatan OTT oleh KPK terhadap tujuh kepala daerah
merupakan kasus dugaan suap. Bupati Mesuji, Bupati Talaud, Bupati
Muara Enim, Bupati Lampung Utara, dan Bupati Bengkayang ditetapkan
sebagai tersangka kasus dugaan suap. Sedangkan Gubernur Kepulauan
Riau ditetapkan sebagai tersangka kasus gratifikasi dan Bupati Kudus
ditetapkan sebagai tersangka kasus jual beli jabatan. Dari tujuh kepala
daerah, 5 diantaranya merupakan tersangka kasus dugaan suap.
Banyaknya kepala daerah yang terjerat kasus yang ditangani KPK
menandakan minimnya integritas sebagai kepala daerah. Integritas yang
minim menyebabkan para kepala daerah melakukan kegiatan korupsi.
Aktor yang terlibat:
a. Khamami (Bupati Mesuji) : menerima sekurang-kurangnya uang suap
sebesar 1,58 Milyar dari pihak swasta terkait proyek infrastruktur di
Kabupaten Mesuji. Bupati Mesuji sebagai aktor utama dalam kegiatan
suap terjadi.
b. Sri Wahyumi Maria Manalip (Bupati Kabupaten Talaud) : dalam
operasi senyap ditemukan barang-barang mewah. Sri Wahyumi
sebagai aktor utama dalam kegiatan suap pengadaan barang dan jasa
revitalisasi pasar di Kabupaten Talaud.
c. Nurdin Basirun (Gubernur Kepulauan Riau) : sebagai aktor dalam
tindak pidana korupsi memberikan atau menerima hadiah atau janji
terkait dengan izin prinsip dan lokasi pemanfaatan laut, proyek
reklamasi di wilayah pesisir dan pulau-pelau kecil Kep. Riau dan
gratifikasi yang berhubungan dengan jabatan.
d. Tamzil (Bupati Kudus) : aktor dalam kasus dugaan korupsi terkait jual
beli jabatan di Kabupaten Kudus.
e. Ahmad Yani (Bupati Kabupaten Muara Enim) : aktor dalam kasus
dugaan suap proyek Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Muara Enim.
f. Agung Ilmu Mangkunegara (Bupati Lampung Utara) : aktor dalam
kasus dugaan suap proyek di Dinas PUPR dan Dinas Perdagangan
Kabupaten Lampung Utara.
g. Suryadman Gidot (Bupati Kabupaten Bengkayang) : aktor dalam kasus
dugaan suap proyek pemerintah di Kabupaten Bengkayang.
h. KPK : berperan dalam kasus korupsi di Indonesia dan berupaya secara
tidak langsung untuk menumbuhkan nilai-nilai integritas untuk
aparatur sipil di Indonesia.
2. A. Bentuk penerapan dan pelanggaran terhadap nilai-nilai dasar PNS, dan
Pengetahuan tentang kedudukan dan peran PNS dan NKRI oleh setiap
aktor yang terlibat berdasarkan konteks deskripsi kasus: Khamami
( Bupati Mesuji ), Sri Wahyumi Maria Manalip ( Bupati Kabupaten Talaud
), Nurdin Basirun ( Gubernur Kepulauan Riau ), Tamzil ( Bupati Kudus ),
Ahmad Yani ( Bupati Kabupaten Muara Enim ), Suryadman Gidot
( Bupati Kabupaten Bengkayang ), Agung Ilmu Mangkunegara ( Bupati
Lampung Utara ); ketujuh Kepala Daerah tersebut tidak mampu
berperilaku secara akuntabel, tidak transparansi, beperilaku curang dan
bertindak koruptif dalam melaksanakan tugas karena tidak memiliki kode
etik dan kode perilaku, tidak memiliki komitmen, integritas moral dan
tanggung jawab pada pelayanan publik.
B. Dampak tidak diterapkannya nilai-nilai dasar PNS dan pengetahuan
tentang kedudukan dan peran PNS dalam NKRI : Pejabat ASN ( Kepala
Daerah ) menyalahgunakan wewenang yang mereka miliki sehingga
mereka membuat kerugian keuangan negara, melakukan penyuapan,
melakukan perbuatan curang, pemerasan, penggelapan jabatan, benturan
kepentingan dalam pengadaan barang dan jasa dan Gratifikasi.
3. Gagasan-gagasan alternatif pemecahan masalah berdasarkan konteks
deskripsi kasus :
a. Rekrutmen pegawai berdasarkan sistem merit. Pemberian Reword bagi
pegawai yang berprestasi, serta penerapan punishment bagi pegawai yang
melanggar kode etik nilai dasar PNS.
b. Peningkatan pelayanan publik sesuai dengan SOP dan standard nasional
c. Perlu diadakannya sosialisasi tentang pentingnya Anti Korupsi dan
fungsi ASN dan pengawasan yang optimal dari pemangku kebijakan.
d. Menjalin Kerja sama antar instansi agar tercipta layanan yang
terintegrasi
4. Konsekuensi penerapan dari setiap alternatif gagasan pemecahan masalah
berdasarkan konteks deskripsi kasus :
a. Mendapatkan para aparatur sipil negara/birokrasi yang baik dan
profesional, bertanggung jawab, jujur dan adil maka diperlukan
system rekruitmen yang baik.
b. Dibutuhkan peran serta seluruh PNS sesuai dengan tupoksinya, dan
kelengkapan sarana dan prasarana.
c. Dibutuhkan sebuah sistem yang memadai dan mampu untuk
memantau kinerja PNS
d. Terciptanya jejaring kerja (network) kolaboratif sehingga fungsi
integrasi intra dan inter agensi/instansi dapat dilaksanakan.
Keberadaan jejaring kerja yang ditopang oleh e-goverment
berpotensi menjadi pendorong bagi pertumbuhan dan
perkembangan ekonomi, sosial dan lingkungan, termasuk di
dalamnya pelayanan publik. Berdasarkan hal itu, maka e-
government harus dilaksanakan di berbagai level pelayanan
publik. Sehingga pelayanan menjadi semakin mudah, cepat, dan
murah.

Anda mungkin juga menyukai