Anda di halaman 1dari 6

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS PEKALONGAN

UJIAN TENGAH SEMESTER GENAP


TAHUN AKADEMIK 2021/2022

Hari / Tanggal : Senin / 18 April 2022


Waktu : 60 Menit (2 SKS)
Mata Kuliah : Hukum Acara Mahkamah Konstitusi
Semester / Kelas : IV / Reguler II ( sore )
Dosen Pengampu : Dr. A.H. As’ari TR, S.H.,M.H.
CPL :
CPMK :

Soal :

Buat Review putusan MK  91/PUU-XVIII/2020 

________________________SELAMAT MENGERJAKAN_____________________
Nama : Alfaro Sosa Fernanda
NPM : 0220057701
Kelas : Pagi C semester 4
Makul : Hukum Acara Mahkamah Konstitusi

PUTUSAN Nomor 91/PUU-XVIII/2020

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA


MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA,

[1.1] Yang mengadili perkara konstitusi pada tingkat pertama dan terakhir, menjatuhkan
putusan dalam perkara Pengujian Formil Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020
tentang Cipta Kerja terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, yang diajukan oleh :
Riden Hatam Aziz, S.H. Pemohon I
Suparno, S.H. Pemohon II
Fathan Almadani Pemohon III
Yanto Sulistianto Pemohon IV

2. DUDUK PERKARA

[2.1] Menimbang bahwa para pemohon telah mengajukan permohonan bertanggal 15


Desember 2020 yang diterima di Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi (selanjutnya
disebut Kepaniteraan Mahkamah) pada tanggal 15 Desember 2020 berdasarkan Akta
Penerimaan Berkas Permohonan Nomor 256/PAN.MK/2020 dan telah dicatat dalam
Buku Registrasi Perkara Konstitusi dengan Nomor 6/PUU XIX/2021 pada tanggal 14
April 2021, yang telah diperbaiki dan diterima Kepaniteraan Mahkamah pada tanggal 4
Mei 2021 yang pada pokoknya menguraikan hal-hal sebagai berikut :
Pokok Permohonan
1. Prosedur Konstitusional Pembentukan Undang-Undang Yang Diajukan Oleh
Presiden
- Tahap Perencanaan : Penyusunan dan Penetapan Prolegnas
- Tahap Penyususnan Rancangan Undang-Undang
- Tahap Pembahasan dan Pengesahan Rancangan Undang-Undang
- Tahap Pengundangan Undang-Undang
- Tahap Penyebarluasan Prolegnas, Rancangan Undang-Undang
- Partisipasi masyarakat dalam pembentukan Undang-Undang
- Asas Pembentukan Undang-Undang
2. Pembentukan Undang-Undang Cipta Kerja Tidak Memiliki Kepastian Hukum
3. Pembentukan Undang-Undang Cipta Kerja Tidak Memiliki Dasar Yuridis dan
Tidak memenuhi asas kejelasan Tujuan
4. Pembentuan Undang-Undang Cipta Kerja Tidak Berpedoman Pada Teknik
Penyusunan Undang-Undang dan Tidak Memenuhi Asas Kejelasan Rumusan.

[2.2] Menimbang bahwa untuk membuktikan dalilnya, para Pemohon telah mengajukan
alat bukti yang diberi tanda bukti P-1 sampai dengan bukti P-18 yang telah disahkan
dalam persidangan tanggal 4 Mei 2021 dan 13 Oktober 2021 kecuali bukti P-12 sampai
dengan bukti P-18.

[2.3] Menimbang bahwa terhadap permohonan para Pemohon tersebut, Dewan


Perwakilan Rakyat telah memberikan keterangan dalam persidangan tanggal 17 Juni
2021 yang kemudian dilengkapi dengan keterangan tertulis yang diterima di
Kepaniteraan Mahkamah tanggal 6 Agustus 2021, yang pada pokoknya sebagai berikut :
I. Ketentuan UU Cipta Kerja yang dimohonkan Pengujian Secara Formil
Terhadap UUD NRI Tahun 1945 Dalam Perkara Nomor
107/PUU-XVIII/2020
II. Keterangan DPR
III. Petitium DPR
[2.4] Menimbang bahwa terhadap permohonan para Pemohon tersebut, Presiden telah
memberikan keterangan dalam persidangan tanggal 17 Juni 2021 yang kemudian
dilengkapi dengan keterangan tertulis yang diterima di Kepaniteraan Mahkamah tanggal
9 Juni 2021, 10 Juni 2021, dan 16 Juni 2021, dan keterangan tertulis tambahan yang
diterima di Kepaniteraan Mahkamah tanggal 12 Agustus 2021, tanggal 25 Agustus
2021, tanggal 9 September 2021, dan tanggal 13 Oktober 2021, yang pada pokoknya
sebagai berikut :
Keterangan tertulis Presiden bertanggal 7 Juni 2021 yang diterima di Kepaniteraan
Mahkamah tanggal 9 Juni 2021
I. Permohonan Penguji Formil Para Pemohon
II. Penjelasan Pemerintah Terhadap Kedudukan Hukum (Legal Standing)
III. Keterangan Pemerintah Terhadap Pengujian Formil UU Cipta Kerja
IV. PETITUM
Berdasarkan penjelasan dan argumentasi tersebut di atas, Pemerintah memohon kepada
Yang Mulia Ketua/Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, dapat
memberikan putusan sebagai berikut :
1. Menerima keterangan Presiden secara keseluruhan;
2. Menyatakan bahwa para Pemohon tidak mempunyai kedudukan hukum (legal
standing);
3. Menolak permohonan pengujian Formil dan materiil Undang-Undang Cipta Kerja
yang diajukan para Pemohon untuk seluruhnya atau setidak-tidaknya menyatakan
permohonan pengujian Pemohon tidak dapat diterima (nietonvankelijk verklaard)
4. Menyatakan UU Cipta Kerja tidak bertentangan dengan UUD 1945.

3. PERTIMBANGAN HUKUM

[3.1] Menimbang bahwa berdasarkan Pasal 24C ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya disebut UUD 1945), Pasal 10 ayat (1)
huruf a Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2020
tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang
Mahkamah Konstitusi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 216,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6554, selanjutnya disebut UU
MK), Pasal 29 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang
Kekuasaan Kehakiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 157,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5076), Mahkamah berwenang,
antara lain, mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final
untuk menguji undang-undang terhadap UUD 1945. Pasal tersebut tidak menjelaskan
apakah kewenangan Mahkamah untuk mengadili pada tingkat pertama dan terakhir
yang putusannya bersifat final untuk melakukan pengujian Undang-Undang terhadap
UUD 1945 tersebut hanya pada salah satu macam pengujian saja yaitu pengujian
materiil atau formil ataukah kedua jenis pengujian baik pengujian formil maupun
materiil. UU MK dalam Pasal 10 ayat (1) huruf a menyatakan, Mahkamah Konstitusi
berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final
untuk menguji Undang-Undang terhadap UUD 1945. Sedangkan, Pasal 51 ayat (3)
menyatakan dalam permohonan Pemohon wajib menguraikan dengan jelas bahwa: (a)
pembentukan Undang-Undang tidak memenuhi ketentuan berdasarkan UUD 1945;
dan/atau (b) materi muatan dalam ayat, pasal, dan/atau bagian Undang-Undang
dianggap bertentangan dengan UUD 1945. Dengan demikian, menurutketentuan pasal
ini Mahkamah berwenang untuk memeriksa, mengadili, dan memutus pengujian
Undang-Undang terhadap UUD 1945 baik dalam pengujian formil maupun pengujian
materiil.
[3.2] Menimbang bahwa oleh karena permohonan para Pemohon adalah pengujian
formil undang-undang, in casu Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta
Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 245, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6573, selanjutnya disebut UU 11/2020)
terhadap UUD 1945, maka Mahkamah berwenang mengadili permohonan a quo.

4. KONKLUSI

Berdasarkan penilaian atas fakta dan hukum sebagaimana diuraikan di atas, Mahkamah
berkesimpulan:
4.1 Mahkamah berwenang mengadili permohonan a quo;
4.2 Permohonan para Pemohon diajukan masih dalam tenggang waktu pengajuan
permohonan formil;
4.3 Para Pemohon memiliki kedudukan hukum untuk mengajukan permohonan a quo;
4.4 Permohonan para Pemohon kehilangan objek;
4.5 Pokok permohonan para Pemohon dan hal-hal lain tidak dipertimbangkan lebih
lanjut.
Berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi sebagaimana
telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2020 tentang Perubahan
Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 216, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 6554), dan Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009
tentang Kekuasaan Kehakiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5076).

5. AMAR PUTUSAN
Mengadili:

Menyatakan permohonan para Pemohon tidak dapat diterima.

Demikian diputus dalam Rapat Permusyawaratan Hakim oleh sembilan Hakim


Konstitusi yaitu Anwar Usman selaku Ketua merangkap Anggota, Aswanto,
Wahiduddin Adams, Suhartoyo, Enny Nurbaningsih, Saldi Isra, Arief Hidayat,Manahan
M.P. Sitompul, dan Daniel Yusmic P. Foekh, masing-masing sebagai Anggota, pada
hari Rabu, tanggal tiga, bulan November, tahun dua ribu dua puluh satu, dan pada hari
Kamis, tanggal empat, bulan November, tahun dua ribu dua
puluh satu, yang diucapkan dalam Sidang Pleno Mahkamah Konstitusi terbuka untuk
umum pada hari Kamis, tanggal dua puluh lima, bulan November, tahun dua ribu dua
puluh satu, selesai diucapkan pukul 14.30 WIB, oleh sembilan Hakim Konstitusi yaitu
Anwar Usman selaku Ketua merangkap Anggota, Aswanto,Wahiduddin Adams,
Suhartoyo, Enny Nurbaningsih, Saldi Isra, Arief Hidayat, Manahan M.P. Sitompul, dan
Daniel Yusmic P. Foekh, masing-masing sebagai Anggota, dengan dibantu oleh Syukri
Asy’ari sebagai Panitera Pengganti, serta dihadiri oleh para Pemohon atau kuasanya,
Dewan Perwakilan Rakyat atau yang mewakili, dan Presiden atau yang mewakili.

Anda mungkin juga menyukai