Anda di halaman 1dari 6

'ADAMUL 'INAD

“Hai orang-orang yang beriman, ta'atilah Allah dan ta'atilah Rasul(-Nya), dan ulil amri di antara
kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah
(al-Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian.
Yang demikian itu adalah lebihutama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS. An Nisaa (4):59)

“Dan (ingatlah) ketika Kami berkata kepada malaikat:"Sujudlah kamu kepada Adam",maka
mereka sujud kecuali iblis. Ia membangkang.” (QS. 20:116)

Sifat membangkang (‘inad ) adalah karakteristik atau sifat dasar dari manusia, dan hal ini
muncul dari kecenderungan negatifnya dominan daripada kecenderungan positif. Sikap
membangkang akan sangat berbahaya bagi keutuhan berjama’ah. Karena sikap membangkang akan
menyebabkan hilangnya, saling percaya (tsiqoh), saling ta’at,saling bantu (ukhuwah), istijabah, dan
keutuhan dalam kehidupan berjama’ah.

Oleh karena itu Allah SWT sangat memperhatikan kemungkinan sikap dasar manusia ini
dengan adanya ayat yang menerangkan kita harus ta’at kepada Allah, ta’at kepada Rasululloh, dan ulil
amri, kemudian kalau ada permasalahan maka kita jangan sekali-kali terlibat pertengkaran maka kita
harus kembali kepada apa yang sudah Allah putuskan dalam Al Qur-an dan Sunnah Rasululloh.

Dengan demikian maka sikap membangkang ini sangat berbahaya dan dibenci oleeh Allah
dan Rasullulloh. Karena kalau kita lihat terjadinya kemunduran Islam hari ini karena adanya sikap ‘inad
dan sejarah mencatatnya. Mulai dari membangkangnya sebagian kaum muslim untuk tidak ta’at lagi
terhadap aturan membayar zakat pada zaman khilafah Abu Bakar dan orang-orang murtad mereka
membangkang terhadap khilafah sehingga yang terjadi adalah diperanginya mereka karena sikap
membangkangnya. Terjadi juga pada masa khilafah Ustman banyaknya sekte atau kelompok yang
membangkang terhadap khilafah Ustman dengan sebab terbunuhnya Umar ra, yang paling
monumental adalah adanya perang anatara kelompk Ali dan kelompok Ummul Mukminin ‘Aisyah dan
semakin banyak lagi pembangkangan-pembangkangan yang terjadi pada masa khilafah/raja sesudah
Khilafatur Rasidin bahkan semakin besar pembangkang dari mulai membangkang terhadap aturan
Allah dan Rasulnya dengan membuat aliran-aliran sesat dari Islam sampai kepada pembangkangan
kelompok yang tidak mau dipimpin oleh aturan Allah SWT.

Allah SWT sangat membenci sikap membanngkang ini, pembangkangan terhadap aturan Allah
dan Rasulnya berarti tidak beriman terhadap Allah dan Rasulnya. Padahal Allah telah sangat jelas
menerangkan dalam Al Qur-an terhadap kemudahan bagi manusia untuk beriman terhadap aturan
Allah dan Allah tidak memaksakan dan memberatkan terhadap manusia. Membangkang terhadap
pemimpin dan jama’ah juga merupakan sikap yang sangat dibenci Allah SWT karena hal ini kan
menyebabkan hancurnya tatanan kehidupan berjama’ah bagi sebuah gerakan dakwah. Maka sangat
jelas Allah memerintahkan kita untuk ta’at dan melaksanakan aturan Allah dan Rasulnya sehingga
dengan aturan ini kita bias menghancurkan para pembangkang ini, Allah berfirman:
“Maka sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Qur-an itu dengan bahasamu, agar kamu dapat
memberi kabar gembira dengan Al Qur-an itu kepada orang-orang yang bertaqwa, dan agar kamu
memberi peringatan dengannya kepada kaum yang membangkang.” (QS.19:97)
Mengapa sikap inad ini sangat dibenci Allah? Karena sifat dan sikap ini adalah sifat syeitan yang di
laknat Allah karena tidak mu ta’at kepada aturan dan perintah Allah, dan sikap inad inilah yang
menyebabkan syeitan di usir dari surga Allah dan dilaknat oleh Allah menjadi penghuni neraka.

“Dan (ingatlah) ketika Kami berkata kepada malaikat:"Sujudlah kamu kepada Adam",maka mereka
sujud kecuali iblis. Ia membangkang.” (QS. 20:116)

Ada beberapa penyebab munculnya sikap inad pada diri manusia yaitu diantaranya karena:

1.      Sombong
“Dan apabila dikatakan kepadanya:"Bertaqwalah kepada Allah", bangkitlah kesombongannya yang
menyebabkannya berbuat dosa. Maka cukuplah (balasannya) neraka Jahannam. Dan sungguh neraka
Jahannam itu tempat tinggal yang seburuk-buruknya.” (QS. 2:206)

2.      Gila Kedudukan


“Dan jadilah orang-orang yang kemarin mencita-citakan kedudukan Karun itu, berkata:"Aduhai,
benarlah Allah melapangkan rezki bagi siapa yang ia kehendaki dari hamba-hamba-Nya dan
menyempitkannya; kalau Allah tidak melimpahkan karunia-Nya atas kita benar-benar Dia telah
membenamkan kita (pula).Aduhai benarlah, tidak beruntung orang-orang yang mengingkari (nikmat
Allah)". (QS. 28:82)

3.Sifat Munafik
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu seperti orang-orang kafir (orang-orang munafik) itu,
yang mengatakan kepada saudara-saudara mereka apabila mereka mengadakan perjalanan di muka
bumi atau mereka berperang:"Kalau mereka tetap bersama-sama kita tentulah mereka tidak mati dan
tidak dibunuh". Akibat (dari perkataan dan keyakinan mereka) yang demikian itu, Allah menimbulkan
rasa penyesalan yang sangat di dalam di hati mereka. Allah menghidupkan dan mematikan. Dan
Allahmelihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. 3:156)

Dan supaya Allah mengetahui siapa orang-orang yang munafik. Kepada mereka
dikatakan:"Marilah berperang di jalan Allah atau pertahankanlah (dirimu)". Mereka berkata:"Sekiranya
kami mengetahui akan terjadi peperangan, tentulah kami mengikuti kamu". Mereka pada hari itu
lebih dekat kepada kekafiran dari pada keimanan. Mereka mengatakan dengan mulutnya apa yang
tidak terkandung dalam hatinya. Dan Allah lebih mengetahui apa yang mereka sembunyikan.” (QS.
3:167)

Kesimpulannya adalah tidak pantas kita sebagai da’i dan mujahid yang berjama’ah kemudian
memahami aturan Allah dan mencita-citakan tegaknya aturan Allah di muka bumi ini menjadi
pembangkang (na’udzubillah) karena sikap ini yang akan menajuhkankeberkahan kita dalam
berjama’ah dan tercapainya kemenangan-kemenagan dakwah dan jama’ah kita.
Wallahu ‘alam

A. Ta’riful ‘Inad

Syekh Said Hawwa dalam sebuah bukunya yang berjudul Jundullah Tsaqafatan wa Akhlaqan
menyatakan bahwa ‘inad (pembangkangan) merupakan salah satu ciri dari orang-orang yang
mendapatkan kemurkaan Allah Swt. Beliau (Syekh Said Hawwa) mengkategorikan ‘inad sebagai
sebuah penyimpangan.

Dari Ibnu ‘Abbas Ra, bahwa Rasulullah bersabda:


“Tiga orang yang paling dimurkai Allah ialah orang yang membangkang/menyeleweng untuk
melakukan yang haram, orang yang mengikuti tradisi jahiliyah dalam Islam, dan orang yang
membunuh seseorang dengan tidak benar. (HR. Muslim)

‘Inad (pembangkangan) juga merupakan salah satu sifat dasar dari setan laknatullah.Setan
(Syaithan) berasal dari kata kerja syathana yang mengandung arti menyalahi, menjauhi. Setan artinya
pembangkang pendurhaka. Secara istilah, setan adalah makhluk durhaka yang perbuatannya selalu
menyesatkan dan menghalangi dari jalan kebenaran (al-haq). Makhluk durhaka seperti ini bisa dari
bangsa jin dan manusia.
“Katakanlah: "Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia. Raja
manusia. Sembahan manusia. Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi, Yang
membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia. Dari (golongan) jin
dan manusia.” (QS.An Naas:1-6)
“Dan Demikianlah kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis)
manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-
perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka
tidak mengerjakannya, Maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.” (QS.Al
An’am:112)

B. Sikap’Inad pada masa Rasul

Pembangkangan pernah terjadi di masa Rasulullah dan para sahabat, salah satunya terjadi
pada saat berkecamuknya Perang Uhud, Dimana ketika itu Rasulullah memerintahkan pasukan
pemanah yang ditempatkan di gunung uhud untuk tetap berjaga guna 
melindungi pasukan muslim dari kemungkinan serangan dari belakang hingga ada perintah dari
Rasulullah.Namun yang terjadi adalah sebaliknya, ketika pasukan muslim telah memukul mundur
pasukan musyrikin yang meninggalkan banyak ghonimah (harta pampasan perang), sebagian
pasukan pemanah meninggalkan posnya untuk ikut memungut dan mengumpukan harta pampasan
perang tersebut. Hal inilah yang menjadi titik tolak kekalahan pasukan muslim.

Peristiwa ini meninggalkan begitu banyak hikmah bagi kaum muslim, diantaranya:
Peringatan kepada kaum mukminin dari kejelekan yang ditimbulkan akibat bermaksiat, dan jeleknya
akibat membangkang perintah Rasulullah Saw.

Sepeninggal Rasulullah SAW, terjadi banyak gejolak di dalam tubuh umat Muslim.
Penyebabnya secara umum adalah pembangkangan sekelompok orang terhadap kepemimpinan
Khalifaur rasyidin. Beberapa peristiwa tersebut antara lain:
1.      Pembangkangan sebagian dari kaum Muslimin menolak membayar zakat pada masa Khalifah Abu
Bakar Ash-Shiddiq. Khalifah pun menyatakan perang terhadap mereka.
Sebagai pembenaran beliau mengutip sebuah ayat Alquran,
"Di mana saja kamu jumpai mereka, maka tangkaplah mereka ...dan jika mereka bertobat dan
mendirikan shalatserta mengeluarkan zakat, maka berilah kebebasan mereka untuk berjalan." (QS At-
Taubah: 5)

2.      Pembangkangan sekelompok masyarakat Mesir yang memberontak kepada Khalifah Utsman bin
Affan. Hal ini dilatar belakangi oleh hasutan seorang Yahudi asal Yaman yang bernama Abdullah bin
Saba'

3.      Pembangkangan kaum khawarij di masa kepemimpinan Khalifah Ali bin Abi Thalib, hal ini
menyebabkan terpecahnya barisan umat muslim.

C. Sikap ‘Inad salah satu sifat syaithan

Dalam Al Qur-an, setan adalah sebutan umum bagi makhluk-makhluk yang tak kenal lelah
bekerja siang dan malam, untuk menyesatkan manusia dari jalan Allah, memperdayai manusia dengan
janji kosong agar manusia menjalani hidup abadi di neraka, dan akan terus berusaha sampai Hari
Akhir. Leluhur dan setan yang terbesar dari semua setan adalah Iblis, yang memberontak kepada
Allah ketika Adam diciptakan. Allah menciptakan Adam dan menghendaki para malaikat bersujud di
depannya. Sementara para malaikat mematuhi perintah Allah, sesosok makhluk bernama Iblis tidak
bersujud dan menyatakan bahwa dia lebih baik daripada Adam. Karena pembangkangan yang
sombong ini, dia diusir dari hadapan Allah.

Dalam Al Qur-an, Allah berfirman tentang pembangkangan setan terhadap-Nya, dan


pengusiran setan dari hadapan-Nya:
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami
katakan kepada para malaikat, "Bersujudlah kamu kepada Adam." Maka mereka pun bersujud kecuali
iblis. Dia tidak termasuk mereka yang bersujud. Allah berfirman, "Apakah yang menghalangimu untuk
bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?" Menjawab iblis, "Saya lebih baik daripadanya:
Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah." Allah berfirman, "Turunlah
kamu dari surga itu; Karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, Maka
keluarlah, Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina." (QS. Al-A’raaf: 11-13)

Dalam menggoda manusia, setan dari bangsa jin itu masuk ke dalam diri manusia,
membisikkan sesuatu yang jahat dan membangkitkan nafsu yang rendah (syahwat). Selain menggoda
dari dalam diri manusia, setan juga menjadikan wanita, harta, tahta, pangkat, dan kesenangan duniawi
lain sebagai umpan (perangkapnya, Dihiasinya Kesenangan duniawi itu sedemikian menarik hingga
manusia tergoda, terlena, tertutup mata hatinya, lalu memandang semua yang haram jadi halal.
Akhirnya manusia terjerumus ke dalam lembah kemaksiatan/kemungkaran. Maka manusia yang telah
mengikuti ajakan setan, menjadi hamba setan, dalam Al Qur-an juga disebut setan dan golongan
mereka juga disebut golongan setan (hizbusy-syaithan).

D. Dampak ‘Inad terhadap soliditas tim

‘Inad (pembangkangan) sangat berdampak buruk pada soliditas tim. Hal ini dapat kita lihat
dari perjalanan sejarah umat Islam, dimana umat Islam terpecah belah akibat pembangkangan
sekelompok orang yang merupakan bagian dari umat Islam. Fitnah Syiah dan Khawarij menjadi
contoh nyata betapa pembangkangan menjadi pemicu perpecahan dalam umat.

Dalam konteks tim yang lebih kecil, pembangkangan akan menimbulkan ketidak kompakan
antar sesama personil tim dan dapat memicu timbulnya friksi-friksi serta faksi-faksi dalam tim.

E. Masalah saat sekarang

1.      ‘Inad kepada Allah SWT.

Perbuatan maksiat hakikatnya merupakan pembangkangan terhadap Allah Swt. Hal ini dikarenakan
Allah SWT telah jelas melarang hamba-Nya untuk melakukan kemaksiatan.
“Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa
azab yang pedih.” (QS.An Nuur:63)

“Sesungguhnya azab Tuhanmu benar-benar keras.” (QS.Al Buruj:12)

“Dan begitulah azab Tuhanmu, apabila dia mengazab penduduk negeri-negeri yang berbuat zalim.
Sesungguhnya azab-Nya itu adalah sangat pedih lagi keras.” (QS.Huud:102)

Dari Abu Hurairoh ra. Dari Nabi Saw, Beliau bersabda:


“Sungguh, Allah Ta’ala mempunyai sikap cemburu, cemburu jika sesorang mengerjakan apa yang
diharamkan-Nya” (HR. Bukhari & Muslim)

2.      ‘Inad kepada Rasul-Nya

‘Inad (membangkang) kepada Rasulullah berimplikasi pada ketaatan kepada Allah SWT.
Membangkang kepada Rasulullah Saw dapat juga diartikan membangkang pada Allah SWT. Adapun
hal-hal yang dapat dikategorikan pembangkangan terhadap Rasululah SAW, antara lain:
a. Tidak mengimani, mencintai, membela, dan menghidupkan sunnahnya
b. Mengingkari apa yang dikabarkannya (Risalah Rasullah SAW)
c. Melanggar semua yang diperintahkannya dan tidak menjauhi apa yang dilarangnya
d. Beribadah tidak sesuai apa yang dicontohkannya

3.      “Inad kepada Pemimpin

Barangsiapa yang melawan/membangkang terhadap pemimpin kaum Muslimin, sementara


kaum Muslimin telah sepakat untuk mengangkatnya atau menjadi pemimpin dengan kekuatannya,
maka ia telah keluar dari apa yang diperintahkan Rasulullah SAW. Rasulullah SAW bersabda,
“Barangsiapa yang mendatangi kalian dalam keadaan perkara kalian berada dalam satu pemimpin lalu
ia hendak mematahkan tongkat (persatuan kalian) atau memecah-belah jama’ah kalian maka
bunuhlah ia.”(HR. Muslim)

Hal ini berarti rakyat wajib membela pemerintah dalam kebenaran, meskipun merekatidak
menunaikan hak-hak rakyatnya. Karena hal ini mengokohkan kaum muslimin. Terlebih lagi bila ada
sekelompok pembangkang yang ingin memeberontak atau keluar dari ketaatannya. Rasulullah SAW
bersabda,
“Barangsiapa yang telah membaiat seorang imam lalu memberikan hasil tangan (kesetiaan) dan buah
hatinya, maka memberilah jika mampu. Jika ada orang lain datang menentangnya, maka bunuhlah
yang kedua tersebut.” (HR. Muslim)

Ibnu Khaldun berpendapat (tentang pembangkangan) bahwa hal itu tidak akan bermanfaat
bagi kaum Muslimin. Yaitu mereka yang melakukan tindakan revolusioner untuk mengubah sistem
pemerintahan. Banyak kaum muslimin yang menjadi terpecah belah dan menjadi korban (wafat).
Hasan Al Bashri berkata,
“Sekiranya manusia dapat bersabar atas zhalimnya penguasa maka Allah akan mengangkat derita atas
mereka. Akan tetapi mereka lebih memilih pedang yang berbicara. Demi Allah, mereka tidak akan
membawa kebaikan walau seharipun.”

MARAJI
· Imam Nawawi Riyadhus Shalihin
· Muhammad Al Ghazali Fiqh Sirah
· Said Hawwa Jundullah Tsaqafatan wa Akhlaqan
· http://www.eramuslim.com/
· http://www.swaramuslim.net

Anda mungkin juga menyukai