OLEH :
NAMA : VIDYADHARA PRAWIRATAMA NUGRAHA
NPM : B2A020071
SEMESTER : 2 (DUA)
JURUSAN : S-2 MAGISTER FAKULTAS HUKUM
A. Latar Belakang
Keberadaan sumber daya alam, air, tanah dan sumberdaya yang lain menentukan
aktivitas manusia sehari-hari. Kita tidak dapat hidup tanpa udara dan air. Sebaliknya ada pula
aktivitas manusia yang sangat mempengaruhi keberadaan sumberdaya dan lingkungan di
sekitarnya. Kerusakan sumberdaya alam banyak ditentukan oleh aktivitas manusia. Banyak
contoh kasus-kasus pencemaran dan kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh aktivitas
manusia seperti pencemaran udara, pencemaran air, pencemaran tanah serta kerusakan hutan
yang kesemuanya tidak terlepas dari aktivitas manusia, yang pada akhirnya akan merugikan
manusia itu sendiri.
Pembangunan yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
tidak dapat terhindarkan dari penggunaan sumberdaya alam; namun eksploitasi sumberdaya alam
yang tidak mengindahkan kemampuan dan daya dukung lingkungan mengakibatkan merosotnya
kualitas lingkungan. Banyak faktor yang menyebabkan kemerosotan kualitas lingkungan serta
kerusakan lingkungan yang dapat diidentifikasi dari pengamatan di lapangan, oleh sebab itu
dalam makalah ini dicoba diungkap secara umum sebagai gambaran potret lingkungan hidup.
Globalisasi ekonomi, politik dan sosial membawa hubungan antar negara semakin dekat
dan erat serta membawa dampak yang positif maupun negatif bagi suatu negara. Salah satu
akibat yang paling nyata dari globalisasi adalah berkembangnya perusahaan-perusahaan
multinasional didunia. Prospektif bangsa pasar dan kemudahan-kemudahan lainya yang
mendorong perusahaan multinasional mencari negara-negara yang dapat dijadikan sasaran
investasinya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Indonesia mempunyai jumlah
penduduk yang sangat besar tidak lepas dari sasaran investasi perusahaan-perusahaan tersebut.
Tetapi dengan masuknya perusahaan-perusahaan tersebut membawa akibat yang positif maupun
negatif di indonesia.Salah satu akibat yang negatif hasil produksi dari perusahaan tersebut adalah
banyaknya hasil produksi yang diproduksi tanpa memikirkan kendala yang akan dihadapi
dikemudian hari. Pada dasarnya semua usaha dan pembangunan menimbulkan dampak
dikemudian hari. Perencananaan awal suatu usaha atau kegiatan pembangunan sudah harus
memuat perkiraan dampaknya yang penting dikemudian hari, guna dijadikan pertimbangan
apakah rencana tersebut perlu dibuat penanggulangan dikemudian hari atau tidak.
Pembangunan merupakan upaya sadar dan terencana dalam rangka mengelola dan
memanfaatkan sumber daya alam, guna mencapai tujuan pembangunan yaitu meningkatkan
kualitas kehidupan masyarakat dan bangsa indonesia. Pembangunan tersebut dari masa kemasa
terus berlanjut secara berkesinambungan dan selalu ditingkatkan pelaksanaanya guna memenuhi
kebutuhan penduduk yang semakin meningkat.
Secara umum Perkembangan jumlah penduduk yang semakin besar biasanya dibarengi
dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat. Perkembangan-perkembangan tersebut
membawa perubahan dalam kehidupan di dunia. Disamping itu perkembangan teknologi yang
semakin pesat membawa manusia pada suatu masa dimana banyak barang dapat dibuat secara
sintesis. Hidup menjadi lebih praktis dan mudah, seolah-olah manusia tidak bergantung lagi pada
alam dan dapat memperlakukanya tanpa batas. Namun apa yang diperlakukan oleh manusia
terhadap alam akan berbalik kepada dirinya karena manusia adalah bagian dari alam. Alam
mempunyai hukumnya sendiri, segala sesuatu akan kembali kepada siklus alam walaupun bahan
sintesis hasil rekayasa manusia seperti plastik, tetapi akan menimbulkan masalah yang sangat
besar terhadap bahan tersebut dikemudian hari jika sudah tidak dimanfaatkan lagi.
Pertambahan jumlah penduduk, perubahan pola hidup masyarakat, kecepatan teknologi
dalam menyediakan barang secara melimpah ternyata telah menimbulkan masalah-masalah baru
yang sangat serius yaitu adanya barang yang sudah terpakai dan sudah tidak digunakan lagi oleh
si empunya yang mengakibatkan timbulnya sampah.
B. Pokok permasalahan
Dari penjelasan latar belakang diatas maka penulis menetapkan pokok permasalahan
yang akan dibahas dalam makalah ini diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Apa pengaruh kepadatan penduduk terhadap kerusakan lingkungan?
2. Bagaimana cara menanggulangi kerusakan lingkungan hidup yang bersumber dari
kependudukan?
BAB II
PEMBAHASAN
1
Afand, Pengertian Lingkungan dan Pelestarian Lingkungan,
http://afand.abatasa.com/post/detail/2405/linkungan-hidup-kerusakan-lingkungan-pengertian-kerusakan-
lingkungan-dan-pelestarian-lingkungan, diakses pada Tanggal 14 Oktober 2021
Sedangkan Kerusakan lingkungan hidup adalah deteorisasi lingkungan dengan
hilangnya suber daya air, udara, dan tanah. Kerusakan lingkungan adalah salah satu dari
sepuluh ancaman yang secara resmi diperingatkan oleh High Level Threat Pan dari PBB
kerusakan lingkungan terdiri dari beberapa tipe. Ketika alam rusak dihancurkan oleh sumber
daya menghilang, maka lingkungan sedang mengalami kerusakan. Environmental change and
human health, bagian khusus dari laporan World Resources 1998-1999 menjelaskan bahwa
penyakit yang dapat dicegah dan kematian dini masih terdapat pada jumlah yang sangat
tinggi. Jika perubahan besar dilakukan demi kesehatan manusia, jutaan warga dunia akan
hidup lebih lama. Dinegara termiskin satu dari lima anak tidak bisa bertahan hidup hingga
usia lima tahun terutama disebabkan oleh penyakit yang hadir karena keadaan lingkungan
yang tidak baik. Sebelas juta anak-anak meninggal setiap tahunnya, terutama disebabkan oleh
malaria, diare, dan penyakit-penyakit pernapasan akut, penyakit yag sesungguhnya sangat
mungkin untuk dicegah.2
2
John Salideho, Undang-undang Gangguan dan Masalah Lingkungan, Penerbit Sinar Grafika : Jakarta, hlm183-185
menghasilkan gas-gas pencemar seperti oksida nitrogen (NOx) dan oksida belerang (SOx) di
udara. Zat-zat sisa itu dihasilkan akibat dari pembakaran yang tidak sempurna.
b. Ketersediaan Pangan
Jadi dapat dipahami bahwa semakin tinggi kepadatan penduduk, maka kebutuhan oksigen
semakin banyak. Oleh karena itu pemerintah kota di setiap wilayah gencar mengkampanyekan
penanaman pepohonan. Selain sebagai penyejuk dan keindahan, pepohonan berfungsi sebagai
hutan kota untuk menurunkan tingkat pencemaran udara.
Untuk bertahan hidup, manusia membutuhkan makanan. Dengan bertambahnya jumlah
populasi penduduk, maka jumlah makanan yang diperlukan juga semakin banyak.
Ketidakseimbangan antara bertambahnya jumlah penduduk dengan bertambahnya produksi
pangan sangat mempengaruhi kualitas hidup manusia. Akibatnya penduduk dapat kekurangan
gizi atau bahkan kurang pangan. Sebagian besar lahan pertanian di kota digunakan untuk
lahan pembangunan pabrik, perumahan, kantor, dan pusat perbelanjaan. Untuk memenuhi
kebutuhan pangan masyarakat kota sangat tergantung dengan tersedianya pangan dari desa.
Jadi kenaikan jumlah penduduk akan meningkat pula kebutuhan pangan dan lahan.
Thomas Robert Maltus seorang sosiolog Inggris, mengemukakan teori yang berjudul Essay
on The Principle of Population. Maltus menyimpulkan bahwa pertambahan penduduk
mengikuti deret ukur, sedangkan pertambahan produksi pangan mengikuti deret hitung. Jadi
semakin meningkat pertumbuhan penduduk, semakin tinggi pula kebutuhan pangan. Oleh
karena itu peningkatan produksi pangan perlu digalakkan. Penduduk yang kekurangan
makanan akan menyebabkan gangguan pada fungsi kerja tubuh dan dapat terjangkit penyakit
seperti busung lapar, anemia, dan beri-beri.
c. Ketersediaan Lahan
Kepadatan penduduk mendorong peningkatan kebutuhan lahan, baik lahan untuk tempat
tinggal, sarana penunjang kehidupan, industri, tempat pertanian, dan sebagainya. Untuk
mengatasi kekurangan lahan, sering dilakukan dengan memanfaatkan lahan pertanian
produktif untuk perumahan dan pembangunan sarana dan prasarana kehidupan. Selain itu
pembukaan hutan juga sering dilakukan untuk membangun areal industri, perkebunan, dan
pertanian. Meskipun hal ini dapat dianggap sebagai solusi, sesungguhnya kegiatan itu
merusak lingkungan hidup yang dapat mengganggu keseimbangan lingkungan. Jadi peluang
terjadinya kerusakan lingkungan akan meningkat seiring dengan bertambahnya kepadatan
penduduk.
d. Ketersediaan Air Bersih
Meskipun 2/3 dari luasan bumi berupa air, namun tidak semua jenis air dapat digunakan
secara langsung. Oleh karena itu persediaan air bersih yang terbatas dapat menimbulkan
masalah yang cukup serius. Air bersih dibutuhkan oleh berbagai macam industri, untuk
memenuhi kebutuhan penduduk, irigasi, ternak, dan sebagainya. Jumlah penduduk yang
meningkat juga berarti semakin banyak sampah atau limbah yang dihasilkan.
Pembuatan sumur artesis untuk keperluan industri dan kompleks perumahan
mengakibatkan sumur-sumur tradisional mengering. Selain itu, kawasan pemukiman padat
penduduk sering hanya menyediakan sedikit kawasan terbuka sebagai daerah serapan air
hujan. Kawasan yang tertutup rapat oleh aspal dan beton membuat air tidak dapat meresap ke
lapisan tanah, sehingga pada waktu hujan air hanya mengalir begitu saja melalui permukaan
tanah. Akibatnya cadangan air di dalam tanah semakin lama semakin berkurang sehingga
pada musim kemarau sering kekurangan air bersih.
e. Pencemaran lingkungan
Aktivitas manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sering menimbulkan dampak
buruk pada lingkungan. Misalnya untuk memenuhi kebutuhan bahan bangunan dan kertas,
maka kayu di hutan ditebang. Untuk memenuhi kebutuhan lahan pertanian, maka hutan
dibuka dan rawa/lahan gambut dikeringkan. Untuk memenuhi kebutuhan sandang, didirikan
pabrik tekstil. Untuk mempercepat transportasi, diciptakan berbagai jenis kendaraan
bermotor. Apabila tidak dilakukan dengan benar, aktivitas seperti contoh tersebut lambat laun
dapat menimbulkan pencemaran lingkungan dan kerusakan ekosistem. Misalnya penebangan
hutan yang tidak terkendali dapat mengakibatkan berbagai bencana seperti banjir dan tanah
longsor, serta dapat melenyapkan kekayaan keanekaragaman hayati di hutan tersebut. Apabila
daya dukung lingkungan terbatas, maka pemenuhan kebutuhan penduduk selanjutnya menjadi
tidak terjamin.
Pertumbuhan penduduk adalah peningkatan atau penurunan jumlah penduduk suatu daerah
dari waktu ke waktu. Pertumbuhan penduduk yang minus berarti jumlah penduduk yang ada
pada suatu daerah mengalami penurunan yang bisa disebabkan oleh banyak hal. Pertumbuhan
penduduk meningkat jika jumlah kelahiran dan perpindahan penduduk dari luar ke dalam
lebih besar dari jumlah kematian dan perpindahan penduduk dari dalam ke luar. Dinamika
kependudukan adalah perubahan kependudukan untuk suatu daerah tertentu dari waktu ke
waktu.
3
Harjasumantri Kusnadi, Hukum Tata Lingkungan, Edisi.7, Penerbit Gajah Mada University Press (2000), hlm 20
yang kian pesat, akan pula diikuti dengan pengurasan kemampuan-kemampuan alam;
pengorbanan sumber daya alam berupa lingkungan (natural resources).
Kita seingkali menyaksikan kemerosotan ekosistem disuatu tempat. Misalnya disekitar
DAS Ciliwung atau Kali Brantas yang kondisinya sudah mengalami penurunan mutu; air
mengalami penurunan debit, tercemar dan kotor. Kondisi ini merupakan salahsatu dampak
kecenderungan pertumbuhan penduduk yang begitu cepat. Benturan ekologi bersumber dari
kenyataan ekosistem, dimana disekitar DAS-DAS itu berpemukim penduduk secara ilegal
karena tidak tertampung lagi ke pemukiman-pemukiman yang layak sehat; masyarakat
sekitarnya banyak memanfaatkan sungai secara tidak wajar: membuang sampah, mengeruk
pasir dan erikil, menebang pepohonan, mendirikan rumah-rumah secara liar di bntaran sungai
dan lain sebagainya.4
Sampah sebagai barang yang masih mempunyai nilai tidak seharusnya diperlakukan
sebagai barang yang menjijikan, melainkan harus dapat dimanfaatkan sebagai bahan mentah
atau bahan yang berguna lainya. Prinsip asal buang tanpa memilah-milah dan mengolahnya
terlebih dahulu selain akan menghabiskan lahan yang sangat luas sebagai tempat pembuangan
ahir juga merupakan pemborosan energi dan bahan baku yang sangat terbatas tersedia di alam.
sebaliknya mengolah sampah dan menggunakan sampah sebagai bahan baku skunder dalam
proses produksi adalah suatu penghematan bahan baku, energi dan sekaligus mengurangi
pencemaran lingkungan.
Sebagai contoh nyata lainnya kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh kependudukan
adalah kota Jakarta yang diakibatkan oleh sampah. Bahwa,di kawasan Bantar Gebang Bekasi
menyebutkan, akibat dijadikan kawasan tersebut sebagai TPA, warga sekitar menuai derita
yang tiada berujung. Dampak, seperti Penyakit ISPA, Gastritis, Mialgia, Anemia, Infeksi
kulit, Kulit alergi, Asma, Rheumatik, Hipertensi, dan lain-lain merupakan hasil penelitian
selama kawasaan tersebut dijadikan TPA.
Dilihat dari komposisi sampah di DKI Jakarta terlihat bahwa secara umum sampah terdiri
dari sampah organik (65,05 %) dan unorganik (34.95 %). Dari perbandingan komposisi
sampah pada tahun 1996 dan 2001 terlihat adanya kenaikan jenis sampah plastik, kayu dan
kain sedangkan sampah organik menurun.
4
N, H. T. Silalahi, Hukum Lingkungan dan Ekologi Pemangunan, Penerbit Erlangga (2004), hlm 108
Hasil perhitungan berdasarkan jumlah penduduk dan tingkat pendidikan, jumlah limbah
domestik dari rumah tangga adalah sebesar 2.915.263.800 ton/tahun atau 5900 – 6000
ton/hari; lumpur dari septic tank sebesar 60.363,41 ton/tahun dan yang bersumber dari
industri pengolahan sebesar 8.206.824,03 ton/tahun. Penanganan kebersihan di wilayah DKI
Jakarta dilaksanakan oleh Dinas Kebersihan DKI Jakarta, dengan jumlah sarana dan prasarana
yang terdiri dari tonk sebanyak 737 buah (efektif : 701 buah); alat-alat besar : 128 buah
(efektif : 121 buah); kendaraan penunjang : 107 buah (efektif : 94 buah), sarana
pengumpul/pengangkutan sampah dari rumah tangga : gerobak sampah : 5829 buah; gerobak
celeng : 1930 buah, galvanis : 201 buah.5
Bahwa, produksi sampah di kota Jakarta mencapai 7.500,58 m3 / hari. Sumber sampah
terbesar adalah sampah domestik atau pemukiman yang mencapai 4.951,98 m3 / hari. Disusul
sampah dari pasar sekitar 618,50 m3, komersial 302,80 m3, jalan 452,30 m3, industri 798 m3,
non komersial 363 m3, dan sampah saluran 12,90 m3 / hari. Akumulasi dari sampah yang
tidak terangkut sejak 15 April lalu diperkirakan sekitar 225.017,4 m3 sampah.
Hasil estimasi jumlah sampah di DKI Jakarta berkisar antara 5.900 – 6.000 ton/hari atau
25.000 m3/hari dan berdasarkan data Dinas Kebersihan DKI Jakarta, sampah yang dapat
tertangani ± 87,72 persen dan sisanya masih dibuang ke sungai, dibakar atau dipakai untuk
menimbun.
Sampah yang diangkut dari Lokasi Penampungan Sementara (LPS) akan diolah di Tempat
Pemusnahan Akhir (TPA). TPA yang sekarang adalah TPA Bantar Gebang, Bekasi dengan
luas yang direncanakan 108 Ha. Status tanah adalah milik Pemda DKI Jakarta dan sistim
pemusnahan yang dilaksanakan adalah “sanitary landfill”. Luas tanah yang sudah
dipergunakan sebesar 85 persen, sisanya ± 15 persen diperkirakan dapat menampung sampah
sampai tahun 2004, sehingga Pemda DKI Jakarta saat ini sudah mencari alternatif-alternatif
lain sistim penanganan sampah melalui kerjasama dengan pihak swasta.
Akibat operasional yang tidak sempurna, maka timbul pencemaran terhadap badan air di
sekitar LPA dan air tanah akibat limbah serta timbulnya kebakaran karena terbakarnya gas
methan. Untuk mengatasi hal ini Dinas Kebersihan telah melakukan kegiatan-kegiatan antara
lain :
5
Sudrajat H.R, Solusi Mengatasi masalah Sampah kota Dengan Manajemen Terpadu dan Mengolahnya Menjadi
Energi Listrik dan Kompos., Cet.1., (Jakarta: Penebar Swadaya, 2006).
a. Menambah fasilitas Unit Pengolahan Limbah dan meningkatkan efisiensi pengolahan
sehingga kualitas limbah memenuhi persyaratan untuk dibuang.
b. Meningkatkan/memperbaiki penanganan sampah sesuai dengan prosedur “sanitary
landfill”.
c. Membantu masyarakat sekitar LPA dengan menyediakan air bersih, Puskesmas dan
ambulance.
d. Mengatur para pemulung agar tidak mengganggu operasional LPA.
Besarnya beban sampah tidak terlepas dari minimnya pengelolaan sampah dari sumber
penghasil dan di tempat pembuangan sementara (TPS) sampah. Baru sekitar 75 m3 yang
didaur ulang atau dibuat kompos. Sementara itu, sisanya sekitar 60% dibuang begitu saja
tanpa pengolahan ke tempat pembuangan akhir (TPA) sampah. Dan, 30% dibiarkan di TPS.
Tak heran bila sampah akan menumpuk di TPA. Akibatnya, daya tampung TPA akan menjadi
cepat terpenuhi. Besarnya volume sampah di TPA juga mempengaruhi biaya pengelolaan.
Tahun 2005, sedikitnya dibutuhkan Rp 8 milyar untuk mengelola sampah. Tanpa adanya
kebijakan penanganan sampah terpadu, sampah akan terus menjadi masalah.
6
Subagyo.P.Joko., Hukum Lingkungan: Masalah dan penanggulanganya., cet.3., (jakarta:Rineka Cipta,2002).
sesuai dengan perencanaan tata ruang. Kegiatan itu antara lain mematok dilapangan untuk
menunjukkan batas-batas ruang untuk pemanfaatan yang berbeda-beda.
Makin tinggi taraf hidup manusia, makin bertambah pula macam ragam dan
kebutuhannya. Hal ini ditambah pula dengan tersedianya ilmu dan teknologi yang
memungkinkan ragam dan macam kebutuhan itu dipenuhi. Upaya untuk memenuhi kebutuhan
dilakukan dengan memanfaatkan berbagai sumber daya alam yang tersedia disekitarnya
dengan berbagai kegiatan baik langsung maupun tidak.
Pada umumnya suatu ruang tertentu dapat digunakan untuk berbagai alternatif kegiatan
seperti pemukiman, industri, pertanian, dan sebagainya. Apabila suatu kegiatan tertentu telah
dilakukan disuatu ruang tertentu pada waktu yang sama tidak dapat dilakukan sutu kegiatan
yang lain. Karena itu dapat terjadi konflik atau persainagn dalam pemanfaatan ruang antar
berbagai macam kegiatan.
Masalah tata ruang dikota-kota besar sepeupakan contoh yang dapat disaksikan setiap
hari. Berbaurnya kegiatan primer dan kegiatan sekunder sekitar pusat kota menyebabkan
campur baurnya lalu-lintas antarkota dengan lalu-lintas lokal menimbulan kemacetan dan
berbagai gangguan kegiatan lainnya. Oleh karena itu kebijakan penataan ruang harus
memperhatikan aspek lingkungan hidup.7
Kepadatan penduduk akan berdampak pada meningkatnya kebutuhan manusia akan
lahan, baik untuk lahan pertanian, maupun lahan untuk pemukiman. Kenyataan ini akan
diperparah dengan kekurangmampuan pemerintah di dalam membuat tata ruang yang baik,
sehingga akan berdampak pada kerusakan lingkungan dan menempatkan manusia pada
ancaman bahaya bencana.
Alih fungsi kawasan hutan untuk penyiapan lahan pertanian dan pemukiman telah
berdampak pada munculnya bencana banjir, tanah longsor dimusim hujan, dan kekeringan di
musim kemarau, serta terbongkarnya ekosistem hutan yang berdampak pada meningkatnya
hama dan penyakit, serta berubahnya tatanan iklim dan hilangnya keanekargaman hayati yang
terkandung didalam hutan.
Alih fungsi kawasan hutan untuk keperluan pertambangan dan industry telah berdampak
pada hilangnya keanekaragaman hayati sumberdaya hutan, fungsi hutan sebagai pengendali
7
Prof. Dr. M. Daud silalahi, S.H, Hukum Lingkungan dan Sistem Penegakan hukumLlingkungan Indonesia, Penerbit
Alumni, Bandung (2001), hlm 80-87
tata air menjadi tidak optimal, dan masyarakat terancam oleh datangnya bencana tanah
longsor atau kekeringan.
Fungsi hutan sebagai pengendali banjir, kekeringan dan longsor menjadi tidak optimal
sejalan dengan kerusakan yang terjadi didalam hutan itu sendiri. Catatan yang dikumpulkan
KLH (2004) menunjukan bahwa selama tahun 2003 telah terjadi 366 kali bencana banjir di
136 kabupaten di 26 propinsi serta 111 kali bencana tanah longsor di 48 kabupaten di 13
propinsi. Dalam tahun yang sama juga tercatat 78 bencana kekeringan di 36 kabupaten di 11
propinsi. Jumlah lahan sawah yang terendam banjir dan gagal panen mencapai 263.071 Ha
dan sawah puso mencapai 66.838 Ha, tersebar di 19 propinsi.
Pemanfaatan lahan-lahan yang memiliki fungsi ekologis untuk kawasan pemukiman
seperti daerah dataran banjir, sungai, dan rawa, juga akan berdampak pada munculnya
ancaman bencana banjir di musim hujan atau kekuarangan air bersih dimusim kemarau.
Prawirodirjo dkk., (1988) mengatakan bahwa, Masalah lingkungan hidup pada hakekatnya
adalah masalah kemanusiaan yang erat hubungannya dengan sistem nilai, adat istiadat, sosial,
dan agama. Oleh karena itu, cara mengatasi masalah lingkungan hidup tidak dapat hanya
dengan melakukan usaha–usaha yang bersifat teknis semata, tetapi harus ditunjang dengan
upaya yang bersifat edukatif dan persuasif.
Karena semakin mendesaknya keperluan penanganan masalah pengelolaan sumberdaya
alam dan lingkungan hidup, maka pada tahun 1972 PBB mengadakan konferensi tentang
lingkungan hidup manusia di Stockholm, yang melahirkan 26 azas tuntunan pelestarian dan
perbaikan lingkungan hidup. Pada azas ke 19 dikatakan bahwa “Mengenai hal-ikhwal
pendidikan lingkungan hidup, baik untuk generasi muda maupun kaum dewasa, dilakukan
dengan cara memberikan perhatian yang lebih layak kepada mereka yang kurang
mendapatkan kesempatan. Hal ini penting dilakukan untuk memperluas dasar pemikiran, dan
tindak-tanduk yang bertanggungjawab dari orang perorangan, perusahaan atau masyarakat
dalam melindungi dan memperbaiki lingkungan hidup menurut ukuran manusia sepenuhnya”
(Soerianegara, 1997).
Indonesia sebagai salah satu negara yang tergabung dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa,
dan sebagai negara yang telah meratifikasi konvensi lingkungan hidup di Stockholm,
memiliki kewajiban untuk ikut menyelamatkan kelestarian lingkungan hidup yang dari waktu
kewaktu semakin memprihatinkan, dengan tetap memikirkan upaya peningkatan
kesejahteraan penduduknya melalui pengelolaan sumber daya alam yang terkandung di bumi
ibu pertiwi ini. Serta mencari solusi terbaik untuk mengatasi konflik kepentingan antara
lingkungan fisik dengan lingkungan social.
BAB III
8
Intan Ghina, Solusi Terhadap Lingkungan Hidup, www.intanghina.wordpress.com, Diakses pada Tanggal 14
Oktober 2021
PENUTUP
Kesimpulan
Penduduk adalah mereka yang berada di dalam dan bertempat tinggal atau berdomisili di
dalam suatu wilayah negara (menetap)-lahir secara turun-temurun dan besar di negara tersebut.
Dalam sosiologi, penduduk adalah kumpulan manusia yang menempati wilayah geografi dan
ruang tertentu
Menurut Undang-Undang Rl Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
Pengelolaan Lingkungan Hidup, Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, Undang-Undang Nomor 23 Tahun
1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, menyatakan bahwa lingkungan hidup merupakan
kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan
perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta
makhluk hidup lainnya.
lingkungan hidup adalah semua benda, daya dan kondisi yang terdapat dalam suatu
tempat atau ruang tempat manusia atau makhluk hidup berada dan dapat mempengaruhi
hidupnya
Kerusakan lingkungan hidup adalah deteorisasi lingkungan dengan hilangnya suber daya
air, udara, dan tanah. Kerusakan lingkungan adalah salah satu dari sepuluh ancaman yang secara
resmi diperingatkan oleh High Level Threat Pan dari PBBkerusakan lingkungan terdiri dari
beberapa tipe. Ketika alam rusak dihancurkan oleh sumber daya menghilang, maka lingkungan
sedang mengalami kerusakan
Kepadatan penduduk mempengaruhi beberapa aspek yang berkaitan dengan kehidupan
penduduk berikut ini:
1. Ketersediaan Udara Bersih
2. Ketersediaan Pangan
3. Ketersediaan Lahan
4. Ketersediaan Air Bersih
5. Pencemaran lingkungan
Berikut identifikasi masalah kependudukan yang dapat merusak lingkungan :
1. Jumlah penduduk yang meningkat tiap tahun, baik secara kelahiran maupun arus
urbanisasi/imigrasi, menyebabkan banyaknya lahan untuk dijadikan pemukiman sehingga
lahan hijau terutama di daerah perkotaan semakin sempit.
2. Penduduk suku-suku primitif yang masih memakai sistem berpindah tempat tinggal
menyebabkan banyak lahan hutan yang dibuka sebagai pemukiman penduduk menjadi gundul
karena tidak adanya penggantian pohon kembali (reboisasi).
3. Meningkatnya jumlah penduduk berarti juga peningkatan produksi sampah harian atau limbah.
Limbah-limbah itu ada kalanya berupa sampah biologis manusia (feses), sampah rumah
tangga, pertanian, industri, transportasi, dan lain-lain. Sampah-sampah tersebut merupakan
sumber polusi, baik polusi tanah, air, maupun udara dan ini sangat berpengaruh pada
kesehatan.
4. Tuntutan bahan pangan yang terus meningkat menyebabkan pengalihfungsian suatu lahan
menjadi tempat penghasil bahan pangan tersebut, seperti penggundulan bukit resapan air
menjadi lahan bercocok tanam sayur dan akibatnya terjadi longsor.
5. Terjadinya ekplorasi ataupun eksploitasi besar-besaran terhadap lingkungan maupun sumber
daya alam, seperti kegiatan pertambangan, penimbunan rawa-rawa untuk pemukiman, dan
pendirian bangunan liar di daerah aliran sungai (DAS).
6. Meningkatnya jumlah penduduk menyebabkan meningkatnya jumlah kebutuhan air tanah
yang berarti meningkatnya jumlah sumur untuk memenuhi jumlah kebutuhan air tersebut dan
berarti akan terjadi peningkatan perusakan permukaan bumi karenanya.
7. Pada suatu lingkungan padat penduduk berarti semakin banyak dilakukan pembangunan
tempat tinggal yang berarti dilakukan pembukaan lahan untuk memenuhi kebutuhan tersebut
yang mengakibatkan menurunya tingkat produktivitas tanah, yang tadinya subur menjadi
gersang karena berkurangnya tumbuhan penghasil zat hara.
8. Pada lingkungan padat penduduk di hasilkan banyak gas buang seperti gas karbon monoksida
(CO) maupun gas karbon dioksida (CO2) yang tidak diimbangi dengan berlimpahnya
O2 karena berkurangnya jumlah tanaman di lahan tersebut sehingga hal ini menyebabkan
menurunya kualitas udara
Kepadatan penduduk akan berdampak pada meningkatnya kebutuhan manusia akan lahan,
baik untuk lahan pertanian, maupun lahan untuk pemukiman. Kenyataan ini akan diperparah
dengan kekurangmampuan pemerintah di dalam membuat tata ruang yang baik, sehingga akan
berdampak pada kerusakan lingkungan dan menempatkan manusia pada ancaman bahaya
bencana.
Alih fungsi kawasan hutan untuk penyiapan lahan pertanian dan pemukiman telah
berdampak pada munculnya bencana banjir, tanah longsor dimusim hujan, dan kekeringan di
musim kemarau, serta terbongkarnya ekosistem hutan yang berdampak pada meningkatnya hama
dan penyakit, serta berubahnya tatanan iklim dan hilangnya keanekargaman hayati yang
terkandung didalam hutan.
Saran
Seperti kita ketahui bahwa salah satu sumber kerusakan lingkungan hidup adalah
kependudukan yang mana dengan adanya penduduk dapat mengakibatkan mencemaran
lingkungan yang diakibatkan oleh sampah dari kebutuhan-kebutuhan hidup penduduk.
Maka dari itu kita sebagai bagian dari penduduk harus dapat menjaga alam sekitar kita
atau lingkungan kita agar tetap bersih agar kita dapat menghirup udara yang bersih tanpa
tercemar oleh sampah ataupun polusi. Kita dapat menjaga lingkungan hidup dengan mengurangi
tingkat pertumbuhan penduduk dengan cara melaksanakan program pemerintah seperti Keluarga
Berencana (KB) dan dengan tidak membuang sampah sembarangan.
Daftar Pustaka
Harjasumantri Kusnadi, Hukum Tata Lingkungan, Edisi.7, Gajah Mada University Press-2000
John Salideho, Undang-Undang Gangguan dan Masalah Lingkungan, Penerbit Sinar Grafika,
Jakarta.
M. Daud Silalahi, Hukum Lingkungan dan Sistem Penegakan Hukum Lingkungan Indonesia,
Penerbit Alumni, Bandung 2001
N, H. T. Silalahi, Hukum Lingkungan dan Ekologi Pemangunan, Erlangga-2004
Subagyo.P.Joko., Hukum Lingkungan: Masalah dan Penanggulanganya., cet.3., (Jakarta :
Penerbit Rineka Cipta,2002)
Sudrajat H.R.., Solusi Mengatasi Masalah Sampah Kota Dengan Manajemen Terpadu dan
Mengolahnya Menjadi Energi Listrik dan Kompos., Cet.1., (Jakarta: Penebar Swadaya,
2006).
http://afand.abatasa.com/post/detail/2405/linkungan-hidup-kerusakan-lingkungan-pengertian-
kerusakan-lingkungan-dan-pelestarian-
http://www.artikelbiologi.com/2012/05/pengaruh-kepadatan-populasi-terhadap-lingkungan.html
Intanghina’s weblog ruang-terhadap-lingkungan-hidup, intanghina.wordpress.com