Anda di halaman 1dari 29

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Konsep Pendekatan Keluarga

Pendekatan keluarga adalah salah satu cara Puskesmas untuk

meningkatkan jangkauan sasaran dan mendekatkan/meningkatkan akses

pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya dengan mendatangi keluarga.

Puskesmas tidak hanya menyelenggarakan pelayanan kesehatan di dalam

gedung, melainkan juga keluar gedung dengan mengunjungi keluarga di

wilayah kerjanya.

Keluarga sebagai fokus dalam pelaksanaan program Indonesia Sehat

dengan pendekatan keluarga. Keluarga memiliki lima fungsi, yaitu:

Fungsi afektif (The Affective Function) adalah fungsi keluarga yang

utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota

keluarga berhubungan dengan orang lain. Fungsi ini dibutuhkan untuk

perkembangan individu dan psikososial anggota keluarga.

Fungsi sosialisasi yaitu proses perkembangan dan perubahan yang

dilalui individu yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan

dalam lingkungan sosialnya. Sosialisasi dimulai sejak lahir. Fungsi ini

berguna untuk membina sosialisasi pada anak, membentuk norma-norma

tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak dan meneruskan

nilai-nilai budaya keluarga.

Fungsi reproduksi (The Reproduction Function) adalah fungsi untuk

mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.

Fungsi ekonomi (The Economic Function) yaitu keluarga berfungsi

untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat dalam

5
mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan agar

memenuhi kebutuhan keluarga.

Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (The Health

CareFunction) adalah untuk mempertahankan keadaan kesehatan

anggotakeluarga agar tetap memiliki produktivitas yang tinggi. Fungsi ini

dikembangkan menjadi tugas keluarga di bidang kesehatan.Tugas-tugas

keluarga dalam pemeliharaan kesehatan adalah:

Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota

keluarganya, Mengambil keputusan untuk tindakan kesehatan yang

tepat,Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit,

Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan untuk kesehatan

dan perkembangan kepribadian anggota keluarganya, Mempertahankan

hubungan timbal balik antara keluarga dan fasilitas kesehatan.

Satu keluarga adalah satu kesatuan keluarga inti (ayah, ibu, dan

anak) sebagaimana dinyatakan dalam kartu keluarga. Keluarga yang

terdapat kakek dan atau nenek atau individu laindalam satu rumah tangga,

maka rumah tangga tersebut dianggap terdiri lebih dari satu keluarga.Suatu

keluarga dinyatakan sehat atau tidak digunakan beberapa penanda atau

indikator. Dalam rangka pelaksanaaan Program Indonesia Sehat telah

disepakati adanya dua belas indikator utama untuk penanda status

kesehatan sebuah keluarga. Kedua belas indikator utama tersebut adalah

sebagai berikut:

a. Keluarga mengikuti program keluarga berencana (KB)

keluarga mengikuti program KB adalah jika keluarga merupakan

pasangan usia subur, suami atau isteri atau keduanya, terdaftar secara

resmi sebagai peserta/akseptor KB dan atau menggunakan alat

kontrasepsi.

6
KB Pasca persalinan adalah pemanfaatan atau penggunaan alat
kontrasepsi langsung sesudah melahirkan sampai 6 minggu atau 42
hari sesudah melahirkan. Prinsip pemilihan metode kontrasepsi yang
digunakan tidak menganggu produksi ASI. Manfaat mengikuti KB

a) Mengatur jarak dan mencegah kehamilan agar tidak terlalu rapat


(minimal 2 tahun setelah melahirkan)
b) Mencegah kehamilan yang tidak diinginkan
c) Menjaga dan meningatkan kesehatan ibu, bayi, dan balita
d) Ibu memiliki waktu da perhatian yang cukup untuk dirinya sendiri
anak dankeluarga.
Metode Kontrasepsi Jangka Panjang :

a) Metode Operasi Wanita (MOW), Metode Operasi Pria (MOP)


b) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)/ spiral, jangka waktu
penggunaan bisa sampai 10 tahun.
c) Implan (alat kontrrasepsi bawah kulit), jangka waktu penggunaan 3
tahun.
Metode Kontrasepsi Jangka Pendek :

a) Suntik, terdapat 2 jenis suntikan 1 bullan dan suntikan 3 bulan.


Untuk ibu menyusui, tidak disarankan menggunakan suntikan 1
bulan, karena akan menganggu produksi ASI
b) Pil KB
c) Kondom (Buku KMS)
Pendukung keberhasilan keluarga mengikuti program eluarga
berencana (KB):

a) Tersedianya pelayanan KB sampai ditingkat Kelurahan/ Kelurahan.


b) Promosi KB oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan.
c) Promosi KB oleh pemuka-emuka agama.
d) Pendidika Kesehatan reproduksi atau KB di SMA dan perguruan
tinggi
e) PNS, anggota POLRI dan anggota TNI sebagai panutan ber KB

7
f) Kampanye nasional KB
g) Tersedianya pelayanan medis dan KB sampai di Puskesmas (PMK
No 39 tentang PIS PK)
b. Ibu Melakukan Persalinan Di Fasilitas Kesehatan

Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan adalah jika di

keluarga terdapat ibu pasca bersalin (usia bayi 0-11 bulan) dan

persalinan ibu tersebut, dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan

(Rumah Sakit, Puskesmas, Klinik, bidan praktek swasta).

c. Bayi Mendapat Imunisasi Dasar Lengkap

Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap adalah jika di keluarga

terdapat bayi (usia 12-23 bulan), bayi tersebut telah mendapatkan

imunisasi HB0, BCG, DPT-HB1, DPT-HB2, DPT-HB3, Polio1,

Polio2, Polio3, Polio4, Campak.

Imunisasi adalah suatu upaya untuk meningkatkan kekebalan

seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu saat

terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya

mengalami sakit ringan.Berdasarkan jenis penyelenggaraannya,

imunisasi dikelompokkan menjadi imunisasi program dan imunisasi

pilihan. Imunisasi program terdiri atas:

 Imunisasi rutin : dilaksanakan secara terus menerus dan

berkesinambungan. Terdiri atas :

 Imunisasi dasar : diberikan pda bayi sebelum berusia 1 (satu) tahun.

Terdiri atas imunisasi terhadap peyakit:

a) Hepatitis B
b) Poliomyelitis
c) Tuberkulosis
d) Difteri
e) Pertusis
f) Tetanus

8
g) Pneumonia dan meningitis, disebabkan olah Hemophilus
Influeza tipe b
h) Campak
 Imunisasi lanjutan merupakan ulangan imunisasi dasar untuk
mempertahankan tingkat kekebalan dan untuk memperpajang masa
perlindungan anak yang sudah mendapatkan imunisasi dasar.
Diberikan pada
a) Anak usia bwah dua tahun (Baduta), terdiri atas imunisasi
terhadap penykit difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B,
pneumonia dan meningitis, campak.
b) Anak usia sekolah dasar, terdiri atas imunisasi terhadap
penyakit campak, tetanus, dan difteri. Diberikan pada blan
imunisaasi anak sekolah (BIAS)
c) Wnita usia subur (WUS), imunisasi terhadap penyakit tetanus
dan difteri.
 Imunisasi tambahan : diberikan pada kelompok umur tertentu yang
paling berisiko terkena penyakit sesuai dengan kajian epidemiologi
pada periode waktu tertentu.
 Imunisasi khusus diaksanakan untuk melindungi seseorang dn
masyarakat tehap penyakit tetetu pada situasi tertentu. Situasi
tertentu berupa persiapan keberangkatan calon jamaah haji/ umroh,
persipan perjalanan menuju atau darinegara endems penyakit
tertentu, dan kondisi kejadian luar biasa/ wabah penyakit tertentu.
(PMK No.12 tahun 2017 tentang Penyelenggaraa Imunisasi).
Pendukung keberhasilan bayi mendapatkan imunisasi dasar lengkap:

a.Tersedianya pelayanan imnisasi dasar di Puskesmas dan FKTP lain


b. Promosi oleh tenaga kesehata di fasilitas ksehatn tentang imunisasi
dasar
c.Promosi oleh pemuka-pemuka agama dan kader imnisasi dasar
d. Promosi oleh kader PKK tentang imunisasi dasar
e.Kampannye nasional imunisasi lengkap (PMK no 39 ttg PIS PK)

9
d. Bayi Mendapat Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif

Bayi mendapat ASI eksklusif adalah jika di keluarga terdapat

bayi usia 7–23 bulan dan bayi tersebut selama 6 bulan (usia 0-6 bulan)

hanya diberi ASI saja (ASI eksklusif).

Pengaturan pemberian ASI Ekslusif bertujuan untuk:

 Menjamin pemenuhanhak Bayi untuk mendapatkan ASI Ekslusif


sejak dilahirkan sampai dengan berusia 6 (enam) bulan dengan
memperhatikan pertumbuhan dn pekembangannya.
 Memberikan perlindungan kepada ibu dalam memberikan ASI
Ekslusif kepada bayinya, dan
 Meningkatkan pean dan dukungan Keluarga, masyarakat, pemerintah
daerah, dan pemerintah terhadap pemberian ASI Ekslusif.

Tenaga kesehatan dan menyelenggara fasilitas Pelayanan Kesehatan


wajib melakukan inisiasi menyusui dini terhadap bayi yang baru lahir
kepada iunya paling singkat selama 1 (satu) jam. Inisiasi menyusui dini
dilkukan dengan cara meletakkn bayi secara tengkurap di dada atau perut
ibu sehingga kulit bayi melekat pada kulit ibu.(PP No. 33 tahun 2012
tentang pemberian asi ekslusif). ASI yang keluar pertama berwarna
kekuningan (kolstrum) mengandung zat kekebalan tubuh, langsung
berikan pada bayi. Manfaat pemberian ASI:

 Sehat, praktis dan tidak butuh biaya.


 Meningkatka kekebalan alamiah pada bayi.
 Mencegah pendarahan pada ibu nifas
 Menjalin kasih sayang ibu dan bayi
 Mencegah kanker payudara(Buku Kartu Menuju Sehat)
Untuk mencapai pemanfaatan pemberian ASI Ekslusif secara
optimal, Tenaga Kesehatan dan penyelenggara Faslitas Pelayanan
Kesehatan wajib memberikan informasi dan edukasi ASI Ekslusif kepada
ibu dan/ atau anggota Keluarga dari Bayi yang bersangkutan sejak
pemeriksaan kehamilan sampai dengn periode pemberian ASI Ekslusif
selesai. Informasi dan edukasi ASI Ekslusif paling sedikit mengenai:

 Keuntungan dan keunggulan pemberian ASI

10
 Gizi ibu, persiapan dan mempertahankan menyusui
 Akibat negatif dari pemberian makanan botol secara parsial terhdap
pemberianASI
 Kesulitan untuk mengubah keputusan untuk tiak memberikan ASI.
Pemberian informasi dan edukasi dapat dilakukan melalui penyuluhan,
konseling, dan pendampingan yang dilakukan oleh tenaga terlatih.(PP
No. 33 tahun 2012 tentang pemberian ASI Ekslusif)

Pendukung keberhasilan bayi mendapat ASI Ekslusif selama 6 bulan :

 Tersedianya pelayanan konseling ASI di puskesmas da FKTP


 Tersedianya ruang menyusui/ memerah dan menyimpan ASI di
tempat-tempat umum dan perkantoran atau perusahaan
 Promosi oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan tentang ASI
ekslusif
 Promosi oleh kader PKK tentang ASI ekslusif
 Kampanye nasional pemberian ASI ekslusi

e. Balita Mendapatkan Pemantauan Pertumbuhan

Balita mendapatkan pematauan pertumbuhan adalah jika di keluarga

terdapat balita (usia 2–59 bulan 29 hari) dan bulan yang lalu ditimbang

berat badannya di Posyandu atau fasilitas kesehatan lainnya dan dicatat

pada KMS/buku KIA.

f. Penderita Tuberkulosis Paru Mendapatkan Pengobatan Sesuai Standar

Penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai

standar adalah jika di keluarga terdapat anggota keluarga berusia ≥ 15

tahun yang menderita batuk dan sudah 2 minggu berturut-turut belum

sembuh atau didiagnogsis sebagai penderita tuberkulosis (TB) paru dan

penderita tersebut berobat sesuai dengan petunjuk dokter/petugas

kesehatan.

Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang

disebabkan bakteri Mycobacterium tuberkulosis, yang dapat

11
menyerang berbagai organ, terutama paru-paru. (infodatin).

Penanggulangan TB adalah segala upaya kesehatan yang

mengutamakan aspek promotif dan preventif, tanpa mengabaikan

aspek kuratif dan rehabilitatif yang ditujukan untuk melindungi

kesehatan masyarakat, menurunkan angka kesaitan, kecacatan atau

kematian, memutuskan penularan, mencegah resistensi obat dan

mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan akibat tuberkulosis.

Target penanggulangan TB nasional yaitu eliminasi pada tahun 2035

dan Indonesia bebas TB tahun 2050 (PMK No. 67 th 2016 tt

penaggulangan TB).

Sumber penularan TB adalah pasien TB terutama pasien yang

mengandung kuman TB dalam dahaknya. Pada wtu batuk atau bersin,

pasien menyebarkan kuan ke udara dalam bentuk percikan dahak.

(PMK No. 67 th 2016 tt penaggulangan TB) Gejala utama pasien TB

paru adalah batuk berdahak selama dua minggu atau lebih. Gejala

tambahannya bisa berupa dahak bercampur darah, batuk darah, sesak

nafas, badan lemas, malaise, nafsu makan menurun, berat badan

menurun, berkeringan malam hari tanpa kegiatan fisik, dan demam

meriang lebih dari satu bulan (infodatin).

Penyakit TB paru yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium


tuberculosis terjadi ketika daya tahan tubuh menurun (infodatin).
Faktor risiko untuk menjadi sakit TB adalah trgantung dari:
 Konsentrasi/ jumlah kuman yang terhirup
 Lamanya waktu sejak terinfeksi
 Usia seseorang yang terinfeksi
 Tingkat daya tahan tubuh seseorang
 Infeksi HIV

12
Pengendalian faktor risiko TB ditujukan untuk mencegah,
mengurangi penularan dan kejadian penyakit TB. Pengendalian faktor
risiko TB dilakukan dengan cara:
 Membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat
 Membudayakan perilaku etika berbatuk
 Melakkan pemeliharaan dan perbaikan kualitas perumahan dan
lingkungannya sesuai dengan standar rumah sehat.
 Peningkatan daya tahan tubuh
 Penanganan penyakit penyerta TB
 Penerapan pencegahan dan pengendalian infeksi TB di fasilitas
pelayanan kesehatan,dan di luar fasilitas pelayanan kesehatan. (PMK
No. 67 tahun 2016 tentang penaggulangan TB).
Diagnosis TB Paru :

 Pemeriksan bakteriologis : pemeriksaan mikroskopis langsung,


bikan dan tes cepat
 Apabila pemeriksaan secara bakteriologis hasilnya negatif, maka
penegakan diagnosis TB dapat dilakukan secara klinis
mengunakan hasil pemeriksaan klinis dan penunjang
(pemeriksaan foto toraks) yang sesuai dan ditetapkan oleh dokter
 Pada sarana terbatas penegakan diagnosis secara klinis dilakukan
setelah pemberin terapi antibiotik spektrum luas (Non OAT dan
Non Kuinolon) yang tidak memberikan perbaikan klinis.
 Tidak dibenarkan mendiagnosis TB dengan pemeriksaan
serologis
 Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan
pemeriksaan foto toraks saja. Foto toraks tidak selalu
memberikan gambaran yang spesifik pada TB paru, sehingga
dapat menyebabkan terjadi overdiagnosis atau underdiagnosis.
 Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya dengan pemeriksaan
uji tberkulin. Pemeriksaan dahak mikroskopis langsung:
 Untuk kepentingan diagnosis dengan vara pemeriksaan dahak
secara mikroskopis langsung, terduga pasien TB diperiksa
contoh uji dahak SPS (sewatu – pagi – sewaktu).

13
 Ditetapkan sebagai pasien TB apbila minimal 1 dari
pemeriksaan contoh uji dahak SPS hasilnya BTA positif.
(pedoman nasional pengendalian TB)

Pengobatan TB merupakan salah satu upaya paling efisien untuk


mencegah penyebaran lebih lanjut kuman TB. Obat Anti Tuberkulosis
(OAT) adalah komponen terpenting dalam pengobatan TB. Pengobatan
yang adekuat harus memenuhi prinsip:

 Pengobatan diberikan dalam bentuk paduan OAT yang tepat


mengandung minimal 4 macam obat untuk mencegah terjadinya
resistensi.
 Diberikan dalam dosis yang tepat.
 Ditelan secara teratur dan diawasi secara langsung oleh PMO
(Pengawas Menelan Obat) sampai selesai pengobatan.
 Pengobatan diberikan dalam jangka waktu yang cukup, terbagi
dalam dua (2) tahap yaitu tahap awal serta tahap lanjutan, sebagai
pengobatan yang adekuat untukmencegah kekambuhan.

Pengobatan TB harus selalu meliputi pengobatan tahap awal dan tahap


lanjutan dengan maksud:

 Tahap Awal: Pengobatan diberikan setiap hari. Paduan pengobatan


pada tahap ini adalah dimaksudkan untuk secara efektif
menurunkan jumlah kuman yang ada dalam tubuh pasien dan
meminimalisir pengaruh dari sebagian kecil kuman yang mungkin
sudah resistan sejak sebelum pasien mendapatkan pengobatan.
Pengobatan tahap awal pada semua pasien baru, harus diberikan
selama 2 bulan. Pada umumnya dengan pengobatan secara teratur
dan tanpa adanya penyulit, daya penularan sudah sangat menurun
setelah pengobatan selama 2 minggu pertama.
 Tahap Lanjutan: Pengobatan tahap lanjutan bertujuan membunuh
sisa sisa kuman yang masih ada dalam tubuh, khususnya kuman
persister sehingga pasien dapat sembuh danmencegah terjadinya
kekambuhan

14
Paduan OAT yang digunakan di Indonesia

 Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3 atau 2(HRZE)/4(HR).


 Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3 atau
2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)E.
 Kategori Anak : 2(HRZ)/4(HR) atau 2HRZE(S)/4-10HR.
Paduan OAT untuk pasien TB Resistan Obat: terdiri dari OAT lini ke-2
yaitu Kanamisin, Kapreomisin, Levofloksasin, Etionamide, Sikloserin,
Moksifloksasin, PAS, Bedaquilin, Clofazimin, Linezolid, Delamanid
dan obat TB baru lainnya serta OAT lini-1, yaitu pirazinamid and
etambutol. (PMK No. 67 tahun 2016 tentang penaggulangan TB).
Pendukung keberhasilan penderita tuberkulosis paru mendapatkan
pengobatan sesuai standar:
 Tersedianya pelayanan pengobatan TB Paru di Pusksmas, FKTP,
lain dan rumah sakit
 Tersedianya pengawas menelan obat (PMO) di rumah dan di
tempat kerja
 Promosi oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan tentang
pengobatan TB Paru
 Promosi oleh kader PKK tentang pengobatan TB Paru
 Promosi di tempat-tempat umum tentang pengobatan TB Paru
(PMK no 39 tentang PIS PK)
g. Penderita Hipertensi Melakukan Pengobatan Secara Teratur

Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur adalah

jika di dalam keluarga terdapat anggota keluarga berusia ≥15 tahun

yang didiagnogsis sebagai penderita tekanan darah tinggi (hipertensi)

dan berobat teratur sesuai dengan petunjuk dokter atau petugas

kesehatan.

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan

darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih

dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima

menit dalam keadaan cukup istirahat/ tenang Peningkatan tekanan

15
darah yang berlangsung dalam jangka waktu lama (persisten) dapat

menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung (penyakit

jantung koroner) dan otak (menyebabkan stroke) bila tidak dideteksi

secara dini dan mendapat pengobatan yang memadai.(Infodatin,

Kemenkes RI).

Hipertensi merupakan silent killerdimana gejala dapat bervariasi

pada masing-masing individu dan hampir sama dengangejala penyakit

lainnya. Gejala-gejalanya itu adalah sakit kepala/rasa berat di

tengkuk,mumet (vertigo), jantung berdebar-debar, mudah Ieiah,

penglihatan kabur, telingaberdenging (tinnitus), dan mimisan.Faktor

resiko Hipertensi adalah umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, genetik

(faktorresiko yang tidak dapat diubah/dikontrol), kebiasaan merokok,

konsumsi garam, konsumsi lemak jenuh, penggunaan jelantah,

kebiasaan konsumsi minum-minuman beralkohol, obesitas, kurang

aktifitas fisik, stres, penggunaan estrogen.

Penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan dengan

menggunakan obat-obatanataupun dengan cara modifikasi gaya hidup.

Modifikasi gaya hidup dapat dilakukan dengan membatasi asupan

garam tidak lebih dari X - }) sendok teh (6 gram/hari), menurunkan

berat badan, menghindari minuman berkafein, rokok, dan minuman

beralkohol. Olah raga juga dianjurkan bagi penderita hipertensi, dapat

berupa jalan, lari, jogging, bersepeda selama 20-25 menit dengan

frekuensi 3-5 x per minggu. Penting juga untuk cukup istirahat (6-8

jam) dan mengendalikan stress.

Untuk pemilihan serta penggunaan obat-obatan hipertensi

disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter keluarga anda.

16
Ada pun makanan yang harus dihindari atau dibatasi oleh pen de rita

hipertensi adalah:

 Makanan yang berkadar lemakjenuh tinggi (otak, ginjal, paru,

minyak kelapa,gajih).

 Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium

(biscuit,crackers,keripikdan makanan kering yang asin).

 Makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, korned,

sayuran sertabuah-buahan dalam kaleng, soft drink).

 Makanan yang diawetkan (dendeng, asinan sayur/buah, abon,

ikan asin,pindang, udang kering, telur asin, selai kacang).

 Susu full cream, mentega, margarine, keju mayonnaise, serta

sumber proteinhewani yang tinggi kolesterol seperti daging

merah (sapi/kambing), kuningtelur, kulit ayam).

 Bumbu-bumbu seperti kecap, maggi, terasi, saus tomat, saus

sambal, taucoserta bumbu penyedap lain yang pada umumnya

mengandunggaram natrium

 Alkohol dan makanan yang mengandung alkohol seperti durian,

tape.

Di Indonesia terdapat pergeseran pola makan, yang mengarah pada

makanan cepat sajian yang diawetkan yang kita ketahui

mengandung garam tinggi, lemak jenuh, dan rendah serat mulai

menjamurterutama di kota-kota besardi Indonesia. Dengan

mengetahui gejala dan faktor risiko terjadinya hipertensi

diharapkan penderita dapat melakukan pencegahan dan

penatalaksanaan dengan modifikasi diet/gaya hidup ataupun obat-

17
obatan sehingga komplikasi yang terjadi dapat

dihindarkan(Infodatin Kemenkes).

Pendukung keberhasilan penderita hipertensi melakukan

pengobatan secara teratur:

 Akses pelayanan terpadu PTM di FKTP

 Tersedianya posbindu PTM disetiap Kelurahan/ kelurahan

yang berfungsi dengan baik

 Sistem pengawasan keteraturan menelan obat dari kader

kesehatan

 Tersedianya pelayanan konseling berhenti merokok di

Puskesmas / FKTP dan RS

 Peningkatan kegiatan senam dan ativitas fisik di kalangan

masyarakat

 Pembatasa kandungn garam-garam makanan dan bahan

tambahan makanan

 Promosi oleh tenaga kesehatan atau fasilitas kesehatan

tentang pengobatan hipertensi.( PMK no. 39 tentang PIS

PK)

h. Penderita Gangguan Jiwa Mendapatkan Pengobatan Dan Tidak

Ditelantarkan

Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak

ditelantarkan adalah jika di keluarga terdapat anggota keluarga yang

menderita gangguan jiwa berat dan penderita tersebut tidak

ditelantarkan dan/atau dipasung serta diupayakan kesembuhannya.

Kesehatan Jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat

berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu

18
tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan,

dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi

untuk komunitasnya. Orang Dengan Gangguan Jiwa yang selanjutnya

disingkat ODGJ adalah orang yang mengalami gangguan dalam

pikiran, perilaku, dan perasaan yang termanifestasi dalam bentuk

sekumpulan gejala dan/atau perubahan perilaku yang bermakna, serta

dapat menimbulkan penderitaan dan hambatan dalam menjalankan

fungsi orang sebagai manusia (PMK No. 54 tahun 2017).

Pemasungan adalah segala bentuk pembatasan gerak ODGJ oleh

keluarga atau masyarakat yang mengakibatkan hilangnya kebebasan

ODGJ, termasuk hilangnya hak atas pelayanan kesehatan untuk

membantu pemulihan. Gangguan jiwa yang berisiko untuk mengalami

pemasungan

- Skizofrenia, termasuk dalam gangguan psikotrik. Gejala umumnya

adalah:

 Mengalami gangguan pengenalan realita, tidak mampu

membedakan mana yang nyata dan mana yang tidak nyata.

 Ketidakmampua untuk menyadari bahwa dirinya sakit dan


membutuhkan pertolongan.
- Gangguan jiwa lain dengan perilaku gaduh gelisah dan kekerasan.
Gaduh gelisah dapt diartikan sebagai kumpulan gejala agitasi
(kegelisahan) yang ditandai dengan perilaku yan tidak biasa,
meningkat, dn tanpa tujuan. Perilaku kekerasan ditjukan untuk
mencederai, baik dirinya sendiri maupun orang lain (memukul,
melukai, atau membunuh). Jenis-jenisnya adalah:

 Gangguan Demensia (Kepikunan Berat), disebabkan karena


gangguan pada struktur otak yang mengakibatkan penurunan
fungsi luhur (kognitif), bersifat menahun.

19
 Gangguan penyalahgunaan Zat (NAPZA), terhubung dengan 2
kondisi utama yaitu intoksikasi (saat menggunakan zat) dan putus
zat (withdrawal). Zat psioaktif menurut cara kerjanya terbagi atas
tiga, yaitu depresan (menurunkan aktivitas/ respons), stimulant
(meningkatkan aktivitas/ respons), dan halusinogen
(mengakibatkan halusinasi).
 Gangguan Afektif Bipolar, adalah gangguan suasana perasaan yang
ditandai dengan perasaan gembira berlebihan (manik), hipomanik,
sdih berlebihan(depresi), atau campuran 2 kutub emosi tersebut
dalam 1 episode. Bersifat episodik, berisiko kambuh, namun juga
punya potensi mencapai kesembuhan dengan cepat jika
mendapatkan tatalaksana yang adekuat dan segera.
 Retardasi Mental, adalah kurangnya kemampuan mental dan
keterampilan yan diperlukan seseorang untuk menjalankan fungsi
dalam kehidupan sehari-hari. Ciri utamanya adalah ketidaksesuaian
usia kemampuan yang dimiliki dengan usia sesungguhnya.Kondisi
ini mengakibatkan keterbatasan fungsi intelegensia (penyelesaian
masalah) dan fungsi perilaku adaptif (penyesuaian diri).
 Gangguan terkait perilaku pada Anak dan Remaja yang dapat
menyebabkan perilaku gaduh gelisah, agresif, dan kekerasan di
antaranya adalah gangguan perilaku menantang, gangguan atensi
yang berat dan hiperaktif serta gangguan autisme.
Pencegahan Pemasungan dilakukan melalui kegiatan:

 advokasi dan sosialisasi;


 fasilitasi kepesertaan jaminan kesehatan;
 penyediaan pelayanan kesehatan yang bermutu, aman, dan
terjangkau;
 pemberian tata laksana untuk mengontrol gejala melalui terapi
medikasi maupun non medikasi; dan
 pengembangan layanan rawat harian (day care).

Penanganan Pemasungan dilakukan melalui kegiatan :

 Advokasi dan sosialisasi

20
 Fasilitasi kepesertaan jaminan kesehatan;
 Pemeriksaan dan tata laksana awal di komunitas;
 Rujukan ke rumah sakit umum (RSU) atau rumah sakit jiwa (RSJ);
 Kunjungan rumah (home visit) atau layanan rumah (home care);
 Pengembangan layanan di tempat kediaman (residensial) termasuk
layanan rawatharian (day care); dan
 Pengembangan kapasitas tenaga kesehatan dan kader.

Rehabilitasi adalah bagian dari rangkaian proses terapi untuk


pemulihan ODGJmelalui pendekatan secara fisik, psikologis, dan
sosial. Rehabilitasi ditujukan untukmencegah terjadinya kembali
praktik Pemasungan pada ODGJ dan pemberdayaanODGJ dalam
proses reintegrasi ke masyarakat serta peningkatan kualitas
hidup.

Rehabilitasi dilakukan melalui kegiatan:

 Advokasi dan edukasi


 Fasilitasi kepesertaan jaminan kesehatan;
 Penyediaan akses ke layanan kesehatan termasuk jaminan
keberlanjutan terapi baik fisik maupun jiwa;
 Tata laksana untuk mengontrol gejala melalui terapi medikasi dan
non medikasi;
 Kunjungan rumah (home visit) atau layanan rumah (home care);
 Rehabilitasi vokasional dan okupasional;
 Fasilitasi ODGJ dalam memperoleh modal usaha mandiri atau
lapangan pekerjaan;
 Pengembangan layanan di tempat kediaman (residensial) termasuk
layanan rawat harian (day care);
 Pengembangan kelompok bntu diri serta organisasi konsumen dan
keluarga
 Fasilitasi proses kembali (reintegrasi) ke keluarga dan
masyarakat(PMK No. 54 tahun 2017)
Pendukung keberhasilannya :

 Akses pelayanan terpadu PTM di FKTP

21
 Promosi oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan tentang
pengobatan dna perlakuan terhadap gangguan jiwa
 Promosi di tempat-tempat kerja tentang pengobatan dan perlakuan
terhadap penderita gangguan jiwa
 Promosi oleh kader PKK tentang pengobatan dan perlakuan terhadap
penderita
 Promosi tentang pengobatan dan perlakuan terhadap penderita
gangguan jiwa.(PMK No. 39 tentang PIS PK).
i. Anggota Keluarga Tidak Ada Yang Merokok

Anggota keluarga tidak ada yang merokok adalah jika tidak ada

seorang pun dari anggota keluarga tersebut yang sering atau kadang-

kadang menghisap rokok atau produk lain dari tembakau. Termasuk di

sini adalah jika anggota keluarga tidak pernah atau sudah berhenti dari

kebiasaan menghisap rokok atau produk lain dari tembakau.

Rokok adalah salah satu produk tembakau yang dimaksudkan

untuk dibakar, dihisap dan/atau dihirup termasuk rokok kretek, rokok

putih, cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman

nicotiana tabacum, nicotiana rustica, dan spesies lainnya atau

sintetisnya yang asapnya mengandung nikotin dan tar, dengan atau

tanpa bahan tambahan (PMK No. 28 tentang penceantuman peringatan

kesehata dan informasi kesehatan pada kemasan produk tembakau).

Satu batang rokok dibakar 4000 zat kimia beracun dan 43

diantaranya mengandung zat karsinogenik. Racun utama pada rokok:

tar, nikotin, dan karbonmonoksida. Setiap 6,5 detik satu orang

meninggal karena rokok. Riset memperkirakan bahwa orang yang

mulai merokok pada usia remaja (70% perokok mulai pada usia dini)

dan terus menerusmerokok sampai 2 dekade atau lebih, akan

meninggal 20 – 25 tahun lebih awal dari orang yang tidak pernah

merokok.

22
(Flyertidak merokok, Kemenkes) Penyakit akibat bahaya merokok

bagi kesehatan:

1) Penyakit paru-paru

Efek dari perokok yang paling pertama merusak organ tubuh

akibat asap rokok adalah paru-paru. Asap rokok tersebut terhirup

dan masukke dalam paru-paru sehingga menyebabkan paru-paru

mengalami radang, bronchitis, pneumonia. Belum lagi bahaya dari

zat nikotin yang menyebabkankerusakan sel-sel dalam organ paru-

paru yang bisa berakibat fatal yaitu kanker paru-paru. Bahaya

merokok bagi kesehatan ini tentu sangat beresiko dan

bisamenyebabkan kematian.

2) Penyakit impotensi atau organ reproduksi

Efek bahaya merokok bagi kesehatan lainnya adalah bisa

mengakibatkan impotensi, kasus seperti ini sudah banyakdialami

oleh para perokok. Sebab kandungan bahan kimia yang sifatnya

beracun tersebut bisa mengurangi produksi sperma pada pria.

Bukan hanya itu saja,pada pria juga bisa terjadi kanker di bagian

testis. Terutama untukusia remaja karena efek bahaya merokok

bagi kesehatan remaja yang bisa menyebabkan resiko tidak

memiliki keturunan. Sedangkan pada wanita yangmerokok, efek

dari rokok juga bisa mengurangi tingkat kesuburan wanita.

3) Penyakit lambung

Hal yang terlihat sepele ketika menghisap rokok adalah aktifitas

otot di bawah kerongkongan semakin meningkat. Otot sekitar

saluranpernafasan bagian bawah akan lemah secara perlahan

sehingga proses pencernaan menjadi terhambat. Bahaya merokok

bagi kesehatan juga bisa dirasakansampai ke lambung, karena asap

23
rokok yang masuk ke sistem pencernaan akan menyebabkan

meningkatnya asam lambung. Jika hal ini dibiarkan terusmenerus

maka bukan tidak mungkin akan menjadi penyakit yang lebih

kronis seperti tukak lambung yang lebih sulit diobati.

4) Risiko stroke

Pada perokok aktif bisa saja menderita serangan stroke,

karena efek samping rokok bisa menyebabkan melemahnya

pembuluh darah. Ketikapelemahan tersebut terjadi dan kerja

pembuluh darah terhambat bisa menyebabkan serangan radang di

otak. Hal itulah yang bisa beresiko terjadi strokemeskipun orang

tersebut tidak ada latar belakang darah tinggi atau penyakit

penyebab stroke lainnya. Penyebab stroke tersebut bersumber dari

kandungankimia berbahaya seperti nikotin, tar, karbon monoksida

dan gas oksidan yang terkandung dalam rokok. Sehingga bahaya

merokok bagi kesehatan terkenastroke hampir 505 terjadi pada

seorang perokok aktif. (artikel Kemenkes: inilah 4 bahaya merokok

bagi kesehatan tubuh)

Tips berhenti merokok :

1) Bulatkan tekad berhenti merokok

2) Berhenti merokok seketika (total) ataumelakukan pengurangan

jumlah rokokyang dihisap per hari secara bertahap

3) Kenali waktu dan situasi dimana Anda sering merokok

4) Mintalah dukungan dari keluargadan kerabat

5) Tahan keinginan Anda dengan menunda

6) Berolah raga secara teratur

7) Konsultasikan dengan dokter (flyer tidak merokok, kemenkes)

24
Pendukung keberhasilan indikator anggota keluarga tidak ada yang

merokok:

1) Tersedianya pelayanan konseling berhenti merokok di

puskesms/ FKTP dan RS

2) Pembatasan iklan rokok dalam berbagai bentuk

3) Pemberlakuan kawasan dilarang merokok diperkantoran/

perusahaan tempat-tempat umum

4) Pemberlakuan kawasan dilarang merokok di sekolah/ marasah

dan perguruan tinggi. (PMK No. 39 tentang PIS PK).

j. Keluarga Sudah Menjadi Anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

Keluarga sudah menjadi anggota JKN adalah jika seluruh

anggota keluarga tersebut memiliki kartu keanggotaan Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dan/atau kartu

kepesertaan asuransi kesehatan lainnya.

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dikembangkan di

Indonesia merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional

(SJSN).

Kepesertaan :

1) Peserta adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja


paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah membayar
Iuran.

2) Pekerja adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima gaji,


upah, atau imbalan dalam bentuk lain.

3) Pemberi Kerja adalah orang perseorangan, pengusaha, badan


hukum, atau badan lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja, atau
penyelenggara negara yang mempekerjakan pegawai negeri dengan
membayar gaji, upah, atau imbalan dalambentuk lainnya.

25
Peserta tersebut meliputi: Penerima Bantuan Iuran (PBI) JKN dan
bukan PBI JKN dengan rincian sebagai berikut:

1) Peserta PBI Jaminan Kesehatan meliputi orang yang tergolong fakir


miskin dan orang tidak mampu.

2) Peserta bukan PBI adalah Peserta yang tidak tergolong fakir miskin
dan orang tidak mampu yang terdiri atas:

a) Pekerja Penerima Upah dan anggota keluarganya, yaitu: Pegawai


Negeri Sipil; Anggota TNI; Anggota Polri; Pejabat Negara;
Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri; Pegawai Swasta;
Pekerja yang menerim upah
b) Pekerja bukan penerima upah dan anggota keluarganya, yaitu:
pekerja di luar hubungan kerja atau pekerja mandiri, pekerja
yang bukan penerima upah, pekerja termasuk warga negara asing
yang bekerja i indonesia paling sinkat 6 bulan.
c) Bukan pekerja dan anggota keluarganya terdiri atas: investor,
pemberi kerja, penerima pensiun, veteran, perintis kemerdekaan,
dan bukan pekerja yang mampu membayar iuran.
d) Penerima pensiun terdiri atas: PNS yang berhenti dengan hak
pensiun, Anggota TNI dan Anggota Polri yang berhenti dengn
hak pensiun, pejabat negara yang berhenti dengn hak pensiun,
penerima pensiun, janda, duda atau anak yati iatu dari enerima
pensiun yang mendapat hak pensiun.
e) Anggota keluarga bagi pekerja penerima upah meliputi: istri atau
suami yang sah dari peserta, anak kandung, anak tiri dan atau
anak angkt yang sah dari peserta dengan kriteria :tidak atau
belum pernah menikah atau tidak mempunyaipenghasilan
sendiri; dan belum berusia 21 (dua puluh satu) tahun atau belum
berusia 25 (duapuluh lima) tahun yang masih melanjutkan
pendidikan formal.
Pembayar Iuran, bagi Peserta PBI, iuran dibayar oleh
Pemerintah. Bagi Peserta Pekerja Penerima Upah, Iurannya dibayar
oleh Pemberi Kerja dan Pekerja. Bagi Peserta Pekerja Bukan
Penerima Upah dan Peserta Bukan Pekerja iuran dibayar oleh
Peserta yang bersangkutan. Besarnya Iuran Jaminan Kesehatan

26
Nasional ditetapkan melalui Peraturan Presiden dan ditinjau ulang
secara berkala sesuai dengan perkembangan sosial, ekonomi, dan
kebutuhan dasar hidup yang layak.
Setiap Peserta wajib membayar iuran yang besarnya ditetapkan
berdasarkan persentase dari upah (untuk pekerja penerima upah)
atau suatu jumlah nominal tertentu (bukan penerima upah dan PBI).
Setiap Pemberi Kerja wajib memungut iuran dari pekerjanya,
menambahkan iuran peserta yang menjadi tanggung jawabnya, dan
membayarkan iuran tersebut setiap bulan kepada BPJS Kesehatan
secara berkala (paling lambat tanggal 10 setiap bulan). Apabila
tanggal 10 (sepuluh) jatuh pada hari libur, maka iuran dibayarkan
pada hari kerja berikutnya. Keterlambatan pembayaran iuran JKN
dikenakan denda administratif sebesar 2% (dua persen) perbulan
dari total iuran yang tertunggak dan dibayar oleh Pemberi Kerja.
Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta bukan Pekerja
wajib membayar iuran JKN pada setiap bulan yang dibayarkan
palinglambat tanggal 10 (sepuluh) setiap bulan kepada BPJS
Kesehatan. Pembayaran iuran JKN dapat dilakukan diawal.
BPJS Kesehatan menghitung kelebihan atau kekurangan iuran
JKN sesuai dengan Gaji atau Upah Peserta. Dalam hal terjadi
kelebihan atau kekurangan pembayaran iuran, BPJS Kesehatan
memberitahukan secara tertulis kepada Pemberi Kerja dan/atau
Peserta paling lambat 14 (empat belas) hari kerja sejak diterimanya
iuran. Kelebihan atau kekurangan pembayaran iuran diperhitungkan
dengan pembayaran Iuran bulan berikutnya.
Ada 2 (dua) jenis pelayanan yang akan diperoleh oleh Peserta
JKN, yaitu berupa pelayanan kesehatan (manfaat medis) serta
akomodasi dan ambulans (manfaat non medis). Ambulans hanya
diberikan untuk pasien rujukan dari Fasilitas Kesehatan dengan
kondisi tertentu yang ditetapkan oleh BPJS Kesehatan. Peserta yang
memerlukan pelayanan kesehatan pertama-tama harus memperoleh
pelayanan kesehatan pada Fasilitas Kesehatan tingkat pertama. Bila
Peserta memerlukan pelayanan kesehatan tingkat lanjutan, maka hal
itu harus dilakukan melalui rujukan oleh Fasilitas Kesehatan tingkat
pertama, kecuali dalam keadaan kegawatdaruratan medis. Bila di

27
suatu daerah belum tersedia Fasilitas Kesehatan yang memenuhi
syarat guna memenuhi kebutuhan medis sejumlah Peserta, BPJS
Kesehatan wajib memberikan kompensasi, yang dapat berupa:
penggantian uang tunai, pengiriman tenaga kesehatan atau
penyediaan Fasilitas Kesehatan tertentu. Penggantian uang tunai
hanya digunakan untuk biaya pelayanan kesehatan dan
transportasi.Penyelenggara pelayanan kesehatan meliputi semua
Fasilitas Kesehatan yang menjalin kerja sama dengan BPJS
Kesehatan baik fasilitas kesehatan milik Pemerintah, Pemerintah
Daerah, dan swasta yang memenuhi persyaratan melalui proses
kredensialing dan rekredensialing.
Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional terdiri atas 2 (dua) jenis,
yaitu manfaat medis berupa pelayanan kesehatan dan manfaat non
medis meliputi akomodasi dan ambulans. Ambulans hanya
diberikan untuk pasien rujukan dari Fasilitas Kesehatan dengan
kondisi tertentu yang ditetapkan oleh BPJS Kesehatan. Manfaat
Jaminan Kesehatan Nasional mencakup pelayanan promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif. termasuk pelayanan obat dan
bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan medis.
Manfaat pelayanan promotif dan preventif meliputi pemberian
pelayanan:

1) Penyuluhan kesehatan perorangan, meliputi paling sedikit


penyuluhan mengenai pengelolaan faktor risiko penyakit dan
perilaku hidup bersih dan sehat.

2) Imunisasi dasar, meliputi Baccile Calmett Guerin (BCG),


Difteri Pertusis Tetanus dan HepatitisB (DPTHB), Polio, dan
Campak.

3) Keluarga berencana, meliputi konseling, kontrasepsi dasar,


vasektomi, dan tubektomi bekerja sama dengan lembaga yang
membidangi keluarga berencana. Vaksin untuk imunisasi dasar
dan alat kontrasepsi dasar disediakan oleh Pemerintah dan/atau
Pemerintah Daerah.

28
4) Skrining kesehatan, diberikan secara selektif yang ditujukan
untuk mendeteksi risiko penyakit dan mencegah dampak
lanjutan dari risiko penyakit tertentu.

Meskipun manfaat yang dijamin dalam JKN bersifat komprehensif,


masih ada manfaat yang tidak dijamin meliputi:

1) Tidak sesuai prosedur

2) Pelayanan di luar Fasilitas Kesehatan yang bekerja sama dengan


BPJS

3) Pelayanan bertujuan kosmetik

4) General checkup, pengobatan alternatif

5) Pengobatan untuk mendapatkan keturunan, pengobatan


impotensi

6) Pelayanan kesehatan pada saat bencana ; dan

7) Pasien Bunuh Diri /Penyakit yang timbul akibat kesengajaan


untuk menyiksa diri sendiri/ Bunuh Diri/Narkoba.(buku
pegangan sosilisasi JKN)

Pendukung keberhasilan program keluarga sudah menjadi anggota


JKN :

1) Tersedianya pelayanan kepesertaan JKN yang mudah dan


efisien

2) Tersedianya pelayanan kepesertaan FKTP dan yang bermutu


dan merata serta rujukan yang nyaman

3) Promosi tentang kepesertaan JKN tentang pengobatan TB Paru

4) Kampanye nasional tentang kepesertaan JKN (PMK no 39


tentang PIS PK)

k. Keluarga Mempunyai Akses Sarana Air Bersih

Keluarga mempunyai akses sarana air bersih adalah jika

keluarga tersebut memiliki akses dan menggunakan air leding PDAM

29
atau sumur pompa, atau sumur gali, atau mata air terlindung untuk

keperluan sehari-hari.

Air dipergunakan sehari-hari untuk minum, masak, mandi,

berkumur, membersihkan lantai, mencuci alat-alat dapur, mencuci

pakaian dan sebagainya.

Oleh karena itu, air yang digunakan harus bersih, agar tidak terkena

penyakit atauterhindar dari sakit.

Syarat-syarat air bersih:

a) Air tidak berwrna harus bening/ jernih


b) Air tidak keruh, harus bebas dari pasir, debu, lumpur, sampah, busa
dan kotoran lainnya.
c) Air tidak berasa, tidak berasa asin, tidak berasa asam, tidak payau,
dan tidak pahit, harus bebas dari bahan kimia beracun
d) Air tidak berbau seperti bau amis, anyir, busuk atau bau belerang
Manfaat menggunakan air bersih:

a) Terhindar dari gangguan penyakit seperti Diare, Kolera, Disentri,


Thypus, kecacingan, penyakit mata, penyakit kulit atau keracunan.
b) Setiap anggota keluarga terpelihara kebersihan dirinya

Sumber air bersih:


a) Mata air
b) Air sumur atau air sumur pompa
c) Air ledeng atau perusahaan air minum
d) Air hujan
e) Air dalam kemasan
Cara menjaga sumber air bersih :

a) Jarak letak sumber air dengan jamban dan tempat pembuangan


sampah, paling sedikit 10 meter
b) Sumber mata air harus dilindungi dari bahan pencemar
c) Sumur gali, sumur pompa, kran umum dan mata air harus dijaga
bangunannya agar tidak rusak seperti lantai sumur sebaiknya tidak

30
kedap air dan tidak boleh retak, bibir sumur harus diplester dan sumur
sebainya diberi penutup
d) Harus dijga kebersihannya seperti tidak ada genangan air di sekitar
sumber air, dan dilengkapi dengan saluran embuangan air, tidak ada
becak-bercak kotoran, tiak berlumut, pada lantai atau dinding sumur.
Ember tau gayung pengambil air harus tetap bersih dan diletakkan di
ntai (ember/ ayung digantung di tiang sumur)
(Menggunakan Jamban Sehat, Pusat Promkes Kemenkes. 2009).
Pendukung keberhasilan program keluarga mempunyai akses atau
memiliki sarana air bersih:

a) Tersedianya sarana air bersih sapai ke Kelurahan/ kelurahan


b) Tersedianya sarana air bersih di sekolah atau madrasah
c) Promosi tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan tentang
pentingnya penggunaan air bersih
d) Proosi oleh kader kesehatn atau kader PKK tentang pentingnya
penggunaan air bersih (PMK no 39 tentang PIS PK)
l. Keluarga Mempunyai Akses Atau Menggunakan Jamban Sehat.

Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat

adalah jika keluarga tersebut memiliki akses dan menggunakan sarana

untuk buang air besar berupa kloset leher angsa atau kloset

plengsengan.

Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas

pembuangan kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau

tempat duduk dngan leher angsa atau tanpa leher angsa (cemplung)

yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air untuk

membersihkannya. Setiap anggota rumah tangga harus menggunakan

jamban untuk buang air besar (BAB) dan buang air kecil

(Menggunakan Jamban Sehat, Pusat Promkes Kemenkes. 2009).

Jamban sehat adalah fasilitas pembuangan tinja yang:

a) Mencegah ontaminasi ke badan air


b) Mencegah kontak antara manusia dan tinja

31
c) Membuat tinja tersebut tidak dapat dihinggapi serangga, serta
binatang lainnya
d) Mencegah bau yang tidak sedap
e) Konstruksi dudukannya dibuat dengan baik, aman dan mudah
dibersihkan (Informasi Pilihan Jamban Sehat, Water and Sanitation
Program East Asia and The Pasific.
Syarat jamban sehat :

a) Tidak mencemari tanah dan sekitarnya


b) Mudah dibersihkan dan aman digunakan
c) Dilengkapi dinding dan atap pelindung
d) Penerangan dan ventilasi cukup
e) Lantai kedap air dan luas ruangan memadai
f) Tersedia air dan alat pembersih(Menggunakan Jamban Sehat,
Pusat Promkes Kemenkes, 2009)

Cara memelihara jamban sehat :

a) Lantai jamban hendaknya selalu bersih dan tidak ada genangan air
b) Bersihkan jamban secara teratur sehingga ruangan jamban dalam
keadaan bersih
c) Di dalam jamban tidak ada kotoran yang terlihat
d) Tidak ada serangga (kecoa, lalat) dan tikus yang berkeliaran
e) Tersedia alat pembersih (sabun, sikat, dan air bersih)
f) Bila ada kerusakan, segera diperbaiki
Manfaat menggunakan jamban :

a) Peningkatan martabat dan hak pribadi


b) Lingkungan yang lebih bersih, sehat dan tidak berbau
c) Bau berkurang, sanitasi dan kesehatan masyarakat
d) Keselamatan lebih baik (tidak perlu pergi ke ladang di malam hari)
e) Menghemat waktu dan uang, menghasilkan kompos pupuk dan biogas
untuk energi
f) Memutus siklus penyebaran penyakit yang terkait dengan sanitasi
g) Tidak mencemari sumber air yang ada di sekitarnya
h) Tidak mengundang datangnya lalat atau serangga yang dapat menjadi
penular penyakit Diare, Kolera Disentri, Thypus, kecacingan, peyakit
infeksi saluran pencernaan, penyakit kulit dan keracunan.

32
Menggunakan Jamban Sehat, Pusat Promkes Kemenkes. 2009).
(Informasi Pilihan Jamban Sehat, Water and Sanitation Program East
Asia and the Pacific)
Jenis-jenis jamban yang dianjurkan:

a) Jamban cemplung
Adalah jamban yang penampungannya berupa lubang yang
berfungsi menyimpan dan meresapkan cairan kotoran/ tinja ke
dalam tanah dan mengendapkan kotoran ke dasar lubang. Untuk
jamban cemplung diharuskan ada penutup agar tidak berbau
b) Jamban tangki septiik/ leher angsa
Adalah jamban berbentuk leher angsa yang penampungannya
berupa tangki septik keddp air yang berfungsi sebagai wadah
proses penguraian kotoran manusia yang dilengkapi dengan
resapannya. (Menggunakan Jamban Sehat, Pusat Promkes
Kemenkes, 2009)

Pendukung keberhasilan program keluarga mempunyai akses atau


menggunaan jamban sehat:

a) Tersedianya jamban sehat disetiap keluarga


b) Tersedianya jamban sehat di sekolah atau madrasah dan perguruan
tinggi
c) Promosi oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan tentang
pentingnya penggunaan jamban sehat
d) Promosi oleh kader kesehatn atau kader PKK tentang pentingnya
penggunaan jamban sehat (PMK no 39 tentang PIS PK)

33

Anda mungkin juga menyukai