Anda di halaman 1dari 27

BAB 3

DASAR TEORI

3.1 Penambangan Batubara Secara Terbuka


Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam
rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang
meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi,
penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta
kegiatan pascatambang (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4
Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral Dan Batubara). Sedangkan
pertambangan Batubara adalah pertambangan endapan karbon yang terdapat di
dalam bumi, termasuk bitumen padat, gambut, dan batuan aspal. Kegiatan
penambangan senditri adalah bagian kegiatan usaha pertambangan untuk
memproduksi mineral dan/atau batubara dan mineral ikutannya.
Penambangan batubara dilakukan dengan metode tambang terbuka,
terlebih setelah digunakanannya alat-alat mekanis yang memiliki kapasitas muat
dan angkut yang lebih besar untuk membuang lapisan tanah penutup batubara
(Sukandarrumidi, 1995). Selain itu, dengan metode penambangan batubara
secara terbuka, mineable reserves yang diperoleh sebesar 85%, sedang dengan
metode tambang bawah tanah paling besar hanya 50% saja.
Kelebihan tambang terbuka dibandingkan dengan metode tambang
bawah tanah adalah (Sukandarrumidi, 1995):
1. Relatif lebih aman
2. Relatif lebih sederhana
3. Mudah pengawasannya.
4. Udara yang tersedia lebih banyak.
Sedangkan kekurangan metode tambang terbuka :
1. Timbul masalah dalam mencari tempat pembuangan tanah yang
jumlahnya cukup banyak.
2. Pertimbangan ekonomis antara biaya pembuangan batuan penutup
dengan biaya pengambilan batubara.

22 Universitas Sriwijaya
23

3. Pencemaran lingkungan lebih besar daripada metode tambang bawah


tanah.

Metode penambangan batubara sangat tergantung pada (Sukandarrumidi,


1995):
1. Keadaan geologi daerah antara lain sifat lapisan batuan penutup, batuan
lantai batubara dan struktur geologi.
2. Keadaan lapisan batubaradan bentuk deposit.
Pada dasarnya dikenal dua cara penambangan batubara yaitu :
1. Cara tambang dalam, dilakukan pertama-tama dengan jalan membuat
lubang persiapan baik berupa lubang sumuran ataupun berupa lubang
mendatar atau menurun menuju ke lapisan batubara yang akan ditambang.
Selanjutnya dibuat lubang bukaan pada lapisan batubaranya sendiri. Cara
penambangnnya dapat dilakukan :
a. Secara manual, yaitu menggunakan banyak alat yang memakai
kekuatan tenaga manusia.
b. Secara mekanis, yaitu mempergunakan alat sederhana sampai
menggunakan sistem elektronis dengan pengendalian jarak jauh.
2. Cara tambang terbuka, dilakukan pertama-tama dengan mengupas tanah
penutup. Pada saat ini metode penambangan mana yang akan digunakan
dipilih dan kemungkinan mendapatkan peralatan tidak mengalami masalah.
Peralatan yang ada sekarang dapat dimodifikasikan sehingga berfungsi
ganda . Perlu diketahui pula bahwa berbagai jenis batubara memerlukan
jenis dan peralatan yang berbeda pula. Mesin-mesin tambang modern
sudah dapat digunakan untuk pekaerjaan kegiatan penambangan dengan
jangkauan kerja yang lebih luas dan mampu melaksanakan berbagai
macam pekerjaan tanpa perlu dilakukan perubahan atau modifikasi yang
besar.

3.2 Metode Penambangan Batubara Secara Terbuka


Tipe penambangan batubara dengan metode tambang terbuka tergantung

Universitas Sriwijaya
24

pada letak, kemiringan lapisan dalam satu cadangan. Beberapa tipe


penambangan batubara dengan metode tambang terbuka adalah
(Sukandarrumidi, 1995) :
3.2.1 Open Pit Mining
Open pit mining adalah metode penambangan secara terbuka dalam
pengertian umum. Apabila hal ini diterapkan pada endapan batubara dilakukan
dengan membuang lapisan tanah penutup sehingga lapisan batubaranya
tersingkap dan selanjutnya siap untuk diekstraksi. Dalam memilih
peralatan perlu dipertimbangkan :
1. Kemiringan Lapisan
2. Masa Operasi Batubara
Penambangan open pit biasanya dilakukan pada endapan batubara yang
mempunyai lapisan tebal/dalam dan dilakukan dengan menggunakan beberapa
bench (Gambar 3.1).

Gambar 3.1 Open Pit Mining

3.2.2 Stripping Mining


Stripping mine merupakan metode tambang terbuka yang diterapkan pada
endapan batubara yang lapisannya datar dekat dengan permukaan tanah atau
endapan batubara yang horizontal (Gambar 3.2). Alat yang digunakan dapat
berupa alat yang sifatnya mobile atau alat penggalian yang dapat membuang

Universitas Sriwijaya
25

sendiri. Strip mining merupakan pertambangan kupas atau pertambangan baris


yang secara khusus merupakan sistem tambang terbuka atau tambang permukaan
untuk batubara. Sistem penambangan ini pada dasarnya terbagi dua, yaitu
tambang area dan tambang kontur. Pertambangan kupas adalah merupakan
operasi pengupasan tanah atau batuan penutup lapisan batu bara dengan bentuk
pengupasan baris-baris serjajar.

Gambar 3.2 Strip Mining

3.2.3 Contour Mining


Metode penambangan contour mining ini pada umumnya dilakukan pada
endapan batubara yang berada di pegunungan atau perbukitan (Gambar 3.3).
Penambangan batubara dimulai pada suatu singkapan yang terdapat
dipermukaan atau crop line dan selanjutnya mengikuti garis kontur sekeliling
bukit atau pegunungan tersebut.
Lapisan batuan penutup batubara dibuang ke arah lereng bukit dan
selanjutnya batuan yang telah tersingkap diambil dan diangkut. Batas ekonomis
metode ini ditentukan oleh beberapa variabel antara lain:
1. Kualitas

Universitas Sriwijaya
26

2. Sifat dan keadaan lapisan tanah penutup


3. Kemampuan peralatan yang digunakan
4. Persyaratan reklamasi.

Gambar 3.3 Contour Mining

Lapisan batuan penutup batubara dibuang ke arah lereng bukit dan


selanjutnya batuan yang telah tersingkap diambil dan diangkut. Batas ekonomis
metode ini ditentukan oleh beberapa variabel antara lain:
5. Kualitas
6. Sifat dan keadaan lapisan tanah penutup
7. Kemampuan peralatan yang digunakan
8. Persyaratan reklamasi.

3.2.4 Area Mining


Metode ini diterapkan untuk menambang endapan batubara yang dekat
permukaan pada daerah mendatar sampai agak landai. Sistem ini pada umumnya
diterapkan untuk endapan batubara yang letaknya kurang lebih horizontal
(mendatar) serta daerahnya juga merupakan dataran. Kegiatan penambangan

Universitas Sriwijaya
27

dimulai dengan pengupasan tanah penutup dengan cara membuat paritan besar
yang biasanya disebut box cut dan tanah penutupnya dibuang ke daerah yang
tidak di tambang.

Gambar 3.4 Area Mining

Penambangannya dimulai dari singkapan batubara yang mempunyai


lapisan dan tanah penutup yang dangkal, dilanjutkan ke yang lebih tebal sampai
batas pit. Terdapat tiga cara penambangan area mining, antara lain conventional
area mining, area mining with stripping shovel dan block area mining.
3.3 Tahapan Kegiatan Penambangan Batubara
Kegiatan penambangan batubara terdapat beberapa tahapan yang dilakukan
agar proses penambangan dapat berjalan secara efektif dan efisien, sehingga
nantinya target produksi dari suatu perusahaan dapat tercapai. Tahapan ini
mempunyai tujuan tersendiri dan akan saling berhubungan langsung dengan
tahapan lainnya. Adapun tahapan kegiatan penambangan tersebut adalah sebagai
berikut :
3.3.1 Pembersihan lahan ( Land clearing )
Menurut Rochmanhadi (1982), Land clearing bertujuan untuk
membersihkan area penambangan dari tumbuhan semak belukar dan pohon .
Kegiatan land clearing bertujuan membersihkan semak-semak, pohon-pohon, dan
menyingkirkan material yang menghalangi kegiatan penambangan. Pekerjaan ini
dilakukan bertahap sesuai dengan arah kemajuan penambangan yang

Universitas Sriwijaya
28

direncanakan. Pada kegiatan ini jenis tanaman dan keadaan di lokasi


penambangan harus diketahui terlebih dahulu, sehingga dapat diketahui alat apa
yang akan digunakan. Pada umumnya alat yang digunakan yaitu bulldozer dan
excavator. Variabel yang mempengaruhi aktivitas land clearing :
1) Pepohonan yang tumbuh
2) Kondisi dan daya dukung tanah
3) Topografi
4) Hujan dan perubahan cuaca
Pada Pit Taman Tambang Air Laya ini proses land clearing menggunakan
bulldozer Komatsu D85 dan backhoe Komatsu PC200. Pada bulan Februari 2016
tidak terdapat lagi kegiatan land clearing pada Pit Taman Tambang Air Laya.

3.3.2 Penggalian Top Soil


Penggalian tanah pucuk ini dilakukan terlebih dulu dan ditempatkan
terpisah terhadap batuan penutup (overburden), agar pada saat pelaksanaan
reklamasi dapat dimanfaatkan kembali. Penggalian top soil ini dilakukan sampai
pada batas lapisan subsoil, yaitu pada kedalaman dimana telah sampai di lapisan
batuan penutup. Kegiatan penggalian top soil tersebut dinamakan stripping.
Kegiatan penggalian tanah pucuk ini terjadi jika lahan yang digali masih
berupa rona awal yang asli (belum pernah digali/tambang). Tanah pucuk yang
telah tergali selanjutnya di timbun dan dikumpulkan pada lokasi tertentu yang
dikenal dengan istilah Top Soil Bank. Untuk selanjutnya tanah pucuk yang
terkumpul di top soil bank pada saatnya nanti akan dipergunakan sebagai pelapis
teratas pada lahan disposal yang telah berakhir dan memasuki tahapan program
reklamasi. Penggalian atau pemisahan tanah pucuk dilakukan dengan
menggunakan bulldozer, excavator, dan truck.
Tanah pucuk yang telah ditimbun pada lokasi khusus pada saat
diperlukan akan dihamparkan kembali diatas tanah timbunan yang bersifat
permanen. Tujuan penanganan tanah pucuk tersebut adalah untuk menjaga agar
tidak tercampur dengan tanah lain, agar unsur hara tidak mati, dan tanah pucuk
tidak tererosi.

Universitas Sriwijaya
29

Pada Pit Taman Tambang Air Laya ini proses penggalian Top soil
menggunakan alat – gali-muat backhoe Komatsu PC800 dan alat angkut
dumptruck Scania. Lalu tanah pucuk tersebut di-dumping dekat daerah disposal
yang dianggap sudah final. Tanah pucuk ini nantinya dapat dimanfaatkan kembali
untuk rencana reklamasi. Pada Pit Taman Tambang Air Laya bulan Februari 2016
tidak terdapat lagi penanganan tanah pucuk (top soil).

Gambar 3.5 Penggalian top soil

3.3.3 Penggalian Tanah Penutup (Stripping Overburden)


Pembongkaran lapisan tanah penutup bertujuan untuk membuang tanah
penutup (overburden) agar endapan atau bahan galian mudah di dapat atau mudah
di tambang. Pengertian penggalian lapisan tanah penutup adalah pemindahan
suatu lapisan tanah atau batuan yang berada diatas cadangan bahan galian agar
bahan galian tersebut dapat diambil. Kegiatan penggalian tanah penutup mutlak
harus dilaksanakan pada kegiatan penambangan terutama yang menggunakan
metode tambang terbuka.
Menurut Tenrianjeng (2003), karena perbedaan kekerasan dari material
yang akan digali sangat bervariasi maka sering dilakukan pengelompokan sebagai
berikut:

Universitas Sriwijaya
30

1) Lunak (soft) atau mudah digali (easy digging), misalnya: tanah atas atau top
soil, pasir (sand), lempung pasiran (sandy clay), dan pasir lempungan
(clayed sand).
2) Agak keras (medium hard digging), misalnya: tanah liat atau lempung (clay)
yang basah dan lengket dan batuan yang sudah lapuk (wheathered rock).
3) Sukar digali atau keras (hard digging) misalnya: batu sabak (slate), material
yang kompak (compacted material), batuan sedimen (sedimentary rock),
konglomerat (conglomerat), dan breksi (breccia).
4) Sangat sukar digali atau sangat keras (very hard digging) atau batuan segar
(fresh rock) yang memerlukan pemboran dan peledakan sebelum dapat
digali, misalnya: batuan beku segar (fresh igneous rock) dan batuan malihan
segar (fresh metamorfic rock).
Pada daerah Pit Taman materialnya berupa tanah liat atau lempung (clay)
yang basah dan lengket yang masuk dalam kategori material agak keras (medium
hard digging). Penggalian overburden bertujuan untuk membuang atau
membebaskan tanah dan material yang menutupi endapan batubara yang ingin
ditambang.
Penggalian dan pemuatan dikerjakan dengan alat gali-muat excavator
backhoe Komatsu PC1250 sebanyak 2 unit dan PC800 sebanyak 2 unit. Setelah
itu overburden tersebut dimuat ke dalam dumptruck Komatsu HD785 yang
kemudian diangkut ke tempat penimbunan (disposal area) yang berjarak 3600
meter. Jumlah alat angkut yang dipasangkan dengan dua buah PC1250 adalah
sebanyak 8 unit, dan jumlah alat angkut yang dipasangkan dengan PC800 adalah
sebanyak 8 unit, jadi total alat angkut oveburden pada Pit Taman Tambang Air
Laya adalah sebanyak 16 unit.
Overburden yang ditimbun di disposal area nantinya akan digunakan
kembali untuk menutupi lubang bekas galian tambang dalam rencana reklamasi.

3.3.4 Penggaruan ( Ripping )


Ripping atau menggaru adalah metoda untuk memecah batubara dengan
menggunakan Bulldozer yang dilengkapi oleh ripper. Ripping dilakukan apabila

Universitas Sriwijaya
31

kondisi batubara keras dan tidak bisa digali langsung. Ripping hanya sekedar
membantu membongkar batubara dan untuk proses loading tetap menggunakan
excavator.

Gambar 3.7 Ripping

Kemampugaruan (rippability) merupakan suatu ukuran apakah suatu massa


batuan mudah digaru, sulit digaru atau bahkan tidak dapat digaru (Noviyanti,
2003). Mudah atau sukarnya batuan untuk diripping didasarkan atas sifat geologi
dan geoteknik dari batuan tersebut dan untuk mengetahuinya, maka perlu
dilkukan uji lapangan baik data struktur , pelapukan dan air tanah. Hal ini juga
dapat menentukan apakah penggalian batubara menggunakan proses rripping
untuk batubara yang dapat digaru atau blasting jika batuan sukar untuk di garu.
Pada Pit MT-4 Selatan Tambang Air Laya ripping batubara menggunakan
alat bulldozer Komatsu D375A yang dilengkapi dengan point ripper

3.3.5 Penggalian Batubara ( Digging Coal )


Batubara dipecah atau diberai maka selanjutnya dilakukan penggalian
batubara dengan menggunakan Excavator Backhoe. Pekerjaan penggalian
batubara ini menggunakan peralatan berupa Bulldozer yang dilengkapi alat garu.
Setelah batubara dibongkar, kemudian batubara dikumpulkan dengan Dozer yang

Universitas Sriwijaya
32

memiliki blade. Batubara selanjutnya dimuat dengan menggunakan Excavator


Backhoe untuk dimasukkan kedalam alat angkut Dump Truck diangkut ke
Temporary Stockpile atau Dump Hopper.

Gambar 3.8 Digging Coal

Menjaga lokasi bukaan tambang batubara agar tetap kering maka di


sekeliling dari lantai bukaan tambang dibuatkan saluran/parit keliling dan sumur
{sump) untuk menampung air tirisan tambang dan ditampung di settling pond
yang telah disediakan atau dapat memanfaatkan lubang bekas bukaantambang
yang belum ditutup. Sedangkan untuk menghindari air run off dari tanah penutup
di atasnya, maka tiap jenjang dan lereng tanah penutup dibuat saluran drainase.
Pada Pit Taman, penggalian Batubara dilakukan dengan menggunakan Excavator
backhoe PC-800 sebanyak 2 buah.

3.3.6 Pemuatan dan Pengangkutan Batubara


Loading merupakan proses pemuatan material hasil galian oleh alat muat
(loading equipment) seperti powershovel, backhoe, dragline, yang dimuatkan
pada alat angkut (hauling equipment). Ukuran dan tipe dari alat muat yang dipakai
harus sesuai dengan kondisi lapangan dan keadaan alat angkutnya (Indonesianto,
2005). Pola pemuatan yang digunakan pada tambang terbuka tergantung pada

Universitas Sriwijaya
33

kondisi lapangan operasi penggalian serta alat mekanis yang digunakan dengan
asumsi bahwa setiap alat angkut yang datang, mangkuk (bucket) alat gali muat
sudah terisi penuh dan siap ditumpahkan. Setelah alat angkut terisi penuh segera
berjalan dan dilanjutkan dengan alat angkut lainnya sehingga tidak terjadi waktu
tunggu pada alat angkut maupun alat gali-muatnya.
Pemuatan dan pengangkutan batubara pada pit Taman dilakukan dengan
mengkombinasikan alat angkut dan alat gali muat batubara, yakni Dumptruck
Scania dan juga Excavator PC-400 sebanyak 2 buah, dengan masing masing
excavator melayani 6-7 buah Dumptruck. Pemuatan batubara kedalam dumptruck
oleh Excavator PC400 adalah 10-12 kali pengisian.

3.3.7 Penimbunan (Dumping)


Tanah penutup maupun tanah pucuk yang sebelumnya disimpan di tempat
penyimpanan sementara akan diangkut kembali ke daerah yang telah tertambang
(mined out). Kegiatan ini dimaksudkan agar pit bekas tambang tidak
meninggalkan lubang yang besar dan digunakan untuk rehabilitasi lahan pasca
tambang backfilling atau dumping.
Pada kegiatan penimbunan ini, material overburden dibagi menjadi dua
jenis, yaitu :
1. Material Non Acid Forming (NAF), yaitu material yang tidak
berpotensiuntuk membentuk air asam bila terjadi kontak dengan air hujan.
2. Material Potentially Acid Forming (PAF), yaitu material yang berpotensi
untuk membentuk air asam bila terjadi kontak dengan air hujan.
Proses penimbunannya, material PAF dibungkus dengan material NAF
sehingga berbentuk seperti kapsul. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya
kontak material PAF dengan air hujan, sehingga pencemaran tanah dan
lingkungan akibat air asam dapat dihindari.
Menurut Indonesianto (2005), dumping merupakan kegiatan penimbunan
material yang dipengaruhi oleh kondisi tempat penimbunan, mudah atau tidaknya
manuver alat angkut tersebut selama melakukan penimbunan (Indonesianto,
2005). Tanah penutup maupun tanah pucuk yang sebelumnya disimpan di tempat

Universitas Sriwijaya
34

penyimpanan sementara akan diangkut kembali ke d aerah yang telah tertambang


(mined out). Kegiatan ini dimaksudkan agar pit bekas tambang tidak
meninggalkan lubang yang besar dan digunakan untuk rehabilitasi lahan pasca
tambang Backfilling atau dumping adalah Menurut Indonesianto (2005), dumping
merupakan kegiatan penimbunan material yang dipengaruhi oleh kondisi tempat
penimbunan, mudah atau tidaknya manuver alat angkut tersebut selama
melakukan penimbunan (Indonesianto (2005).
Batubara yang telah dimuat ke dalam alat angkut dumptruck Scania
langsung diangkut menuju temporary stock Inpit yang berjarak 2800 meter dari
front penambangan. Alat angkut yang digunakan pada front penambangan pada
Pit Taman Tambang Air Laya ini adalah sebanyak 14 unit.

3.4 Peralatan Mekanis


Penggunaan alat mekanis yang kurang tepat dengan kondisi dan situasi di
lapangan akan berpengaruh pada rendahnya tingkat produksi batubara, tidak
tercapainya jadwal dan target produksi yang telah ditentukan. Oleh karena itu,
sebaiknya dipahami terlebih dahulu fungsi dan aplikasi dari masing masing alat
mekanis sebelum menentukan alat yang akan digunakan. Terdapat bermacam-
macam alat berat yang sering digunakan untuk pekerjaan pemindahan tanah (earth
moving) dan batubara, khususnya dalam kegiatan pertambangan, namun berikut
ini hanya akan dibahas mengenai jenis-jenis alat berat yang digunakan oleh PT.
Bukit Asam (Persero), Tbk. untuk menjalankan aktivitas pertambangan di PT.
Bukit Asam (Persero), Tbk. Peralatan mekanis yang digunakan pada operasi
penambangan antara lain :

3.4.1 Bulldozer

Bulldozer merupakan alat berat yang memiliki kemampuan untuk


mendorong dan merupakan alat mekanis yang paling umum digunakan, dapat juga
dikategorikan sebagai alat gali-angkut jarak pendek (Andi Tenrisukki Tenriajeng,
2003). Bulldozer dirancang sebagai alat mekanis yang menggunakan tractor

Universitas Sriwijaya
35

sebagai penggerak utamanya (prime mover) yang dilengkapi dengan bulldozer


attachment yang berbentuk blade (Yanto Indonesianto, 2005). Bila ditinjau dari
roda penggeraknya ,maka terbagi menjadi dua jenis,yaitu :

Gambar 3.9 Bulldozer

1. Rubber Tired
Bulldozer yang menggunakan roda penggerak karet (rubber tired), jenis ini
memiliki gerakan lebih lincah dan gesit, namun bulldozer jenis ini hanya
cocok untuk daerah kerja yang kering dan landasan yang keras.
2. Crawler Tired
Bulldozer dengan roda penggerak rantai (crawler tired). Bulldozer jenis ini
memiliki gerakan lambat namun daya gusurnya meyakinkan dan dapat
bekerja pada daerah yang kering maupun basah. Hal ini dikarenakan roda
penggeraknya mampu mencengkeram landasan kerjanya sehingga tidak
mudah selip.
Pada proyek-proyek konstruksi, terutama proyek yang ada hubungannya
dengan pemindahan tanah (earth moving), bulldozer digunakan pada pelaksanaan
pekerjaan sebagai berikut:
1. Pembersihan medan dari kayu-kayuan, pokok-pokok/tonggak-tonggak
pohon dan bebatuan.
2. Pembukaan jalan kerja di pegunungan maupun di daerah berbatu-batu.

Universitas Sriwijaya
36

3. Memindahkan tanah hingga jaraknya hingga kurang lebih 100 m.


4. Menghampar tanah isian (fills).
5. Pembersihan medan.
6. Pemeliharaan jalan kerja.
7. Menyiapkan bahan-bahan dari soil borrow pit (tempat pengambilan bahan).

3.4.2 Back Hoe


Back hoe merupakan alat penggali yang digunakan untuk menggali tanah
atau batubara. back hoe memiliki medan kerja yang lebih rendah dari posisi alat.
Back hoe melakukan cara penggalian dari atas ke bawah. Gerakan bucket dari
back hoe pada saat menggali arahnya adalah kearah badan back hoe itu sendiri
(Yanto Indonesianto, 2005).

Gambar 3.10 Backhoe

Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan back hoe


adalah dalam hal kapasitas bucket-nya, kondisi kerja, bisa menggali pada daerah
yang lunak sampai keras, tetapi bukan tanah asli berupa batuan keras (Andi
Tenrisukki Tenriajeng, 2003). Bila batuan keras perlu dilakukan ripping atau
blasting terlebih dahulu.

Universitas Sriwijaya
37

3.4.3 Dump Truck


Dump Truck merupakan alat angkut yang sering digunakan karena lebih
fleksibel, artinya dapat dipakai untuk mengangkut bermacam-macam material
seperti tanah, batuan, batubara atau endapan bijih.

Gambar 3.11 Dumptruck

Dump truck digunakan untuk memindahkan material pada jarak menengah


sampai jarak jauh, yaitu 500 meter atau lebih (Andi Tenrisukki Tenriajeng, 2003).
Karena kecepatannya yang tinggi (kondisi jalan bagus), maka dump truck
memiliki mobilitas tinggi sehingga ongkos angkut per-ton material rendah.
Muatannya diisikan oleh alat pemuat seperti shovel atau backhoe, sedangkan
untuk membongkar muatannya, alat ini dapat bekerja sendiri. Kapasitas truck
yang dipilih harus berimbang dengan alat pemuatnya (loader), jika perbandingan
ini kurang proporsional, maka ada kemungkinan loader ini banyak menunggu
atau sebaliknya.
Dump truck dapat digolongkan berdasarkan tenaga penggerak dan cara
dumping , yaitu:
1) Berdasarkan tenaga penggerak
a. Front wheel drive (tenaga penggerak pada roda depan), lambat dan ban
cepat aus.

Universitas Sriwijaya
38

b. Rear wheel drive (tenaga penggerak pada roda belakang), merupakan tipe
yang paling umum digunakan.
c. Four wheel drive, tenaga penggerak pada roda depan dan belakang.
d. Double rear wheel drive, tenaga penggerak pada dua pasang roda belakang
.
2) Berdasarkan cara dumping
a. End dump, mengosongkan muatan ke belakang.
b. Side dump, mengosongkan muatan ke samping.
c. Bottom dump, mengosongkan muatan ke bawah.
Badan dump truck terbuat dari baja yang kuat dengan kapasitas antara lima
sampai 40 ton. Pemilihan dump truck tergantung pada keadaan tempat kerja dan
letak tempat pembuangan material. Pemilihan dump truck agak sukar, tetapi batas
standar kapasitas minimum dari dump truck kira-kira empat sampai lima kali
kapasitas alat penggalinya.

3.4.4 Ripper
Ripper adalah alat garu berfungsi untuk membantu bulldozer dalam
mengatasi batu-batu yang keras. Bulldozer yang bekerja sendiri tanpa dibantu oleh
ripper dalam menghadapi batu-batu yang keras, hasil kerjanya tidak semaksimal
seperti kalau dibantu dengan ripper.

Gambar 3.12 Ripper


Kekuatan ripper tergantung pada kemampuan gigi-giginya untuk masuk ke
dalam tanah dan kekuatan bulldozer yang digunakan sebagai mesin penarik

Universitas Sriwijaya
39

ripper itu sendiri. Gigi ripper dapat dinaik-turunkan sesuai dengan kedalaman
penggalian yang dikehendaki dan kondisi material yang akan digaru. Ripper
merupakan alat yang menyerupai cakar (shank) yang dipasangkan di belakang
traktor. Fungsi dari alat ini adalah untuk menggemburkan tanah keras. Pekerjaan
penggemburan ini memerlukan penetrasi ripper ke dalam tanah dan traktor
berkemampuan besar. Jumlah cakar ripper antara satu sarnpai lima buah. Bentuk
dari shank ada 2 macam, lurus dan lengkung. Shank lurus dipakai untuk material
yang padat dan batuan berlapis. Sedangkan shank yang lengkung dipakai untuk
batuan yang retak.

3.4.5 Grader
Grader adalat alat yang biasa digunakan sebagai penunjang aktivitas
penambangan yang dilengkapi dengan blade (Gambar 3.7). Alat ini digunakan
untuk pekerjaan pemeliharaan karena hasil galian tanah dari blade-nya yang
sedikit sehingga cocok untuk pekerjaan pemerataan jalan. Grader dapat dibedakan
menjadi dua jenis berdasarkan tenaga penggeraknya, yaitu:
1. Tower Grader
Tower Grader membutuhkan alat penarik seperti traktor atau bulldozer.
2. Motor Grader
Berbeda dengan tower grader, motor grader mempunyai tenaga penggerak
sendiri. Jenis motor grader dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:
a. Straight motor grader adalah tipe yang paling sederhana, kerangka bagian
depan menjadi satu dengan bagian belakang, sehingga dalam operasinya
tidak luwes.
b. Articulated motor grader mempunyai kerangka bagian depan dan roda-roda
depannya dapat digerak-gerakkan, atau terpisah dengan kerangka bagian
belakang; dalam operasionalnya tipe ini lebih luwes dan punya jari-jari
perputaran yang lebih kecil dari tipe straight motor grader.
c. Crab type motor grader hampir sama dengan tipe articulated, tetapi roda-
roda bagian belakang berotasi sendiri-sendiri, sehingga memungkinkan

Universitas Sriwijaya
40

melakukan gerakan yang lebih bervariasi, jenis ini sangat cocok untuk
daerah yang masih belum rata.

Gambar 3.13 Grader

3.5 Produktivitas Alat


Perhitungan produktivitas alat terdapat 2 macam kemampuan alat yaitu
kemampuan alat secara teoritis dan kemampuan alat secara nyata. Produksi
teoritis alat merupakan hasil terbaik secara perhitungan yang dapat dicapai suatu
hubungan kerja alat selama waktu operasi tersedia dengan memperhitungkan
faktor koreksi yang ada. Perhitungan kemampuan peralatan mekanis dimaksudkan
untuk menentukan jam operasi alat guna mencapai target produksi yang
direncanakan. Dengan mengetahui jumlah jam operasi alat dapat ditentukan biaya
operasi yang harus dikeluarkan.
Menurut Rochmanhadi (2003) produktivitas adalah laju material yang
dapat dipindahkan atau dialirkan persatuan waktu (biasanya per jam). Pemindahan
material dihitung berdasarkan volume (m3 atau cuyd), sedangkan pada batubara
biasanya kapasitas produksi dalam ton. Dalam perhitungannya, jumlah material
umumnya dinyatakan dalam volume aslinya di tempat atau bank (insitu),
walaupun yang diangkut atau dimuat sebenarnya adalah material lepas (loose).
Menurut Permana (2011), Kemampuan produktivitas alat gali muat
merupakan besarnya produktivitas yang terpenuhi secara real oleh alat gali muat
berdasarkan pada kondisi yang dapat dicapai. Kapasitas alat adalah jumlah
material yang dapat diisi, dimuat atau diangkut oleh suatu alat. Pabrik pembuatan

Universitas Sriwijaya
41

alat akan memberikan spesifikasi unit alat termasuk kapasitas teoritisnya.


Kapasitas alat berkaitan erat dengan jenis material yang diisi, dimuat dan
diangkut, baik berupa tanah maupun batu lepas, hal ini disebabkan setiap material
memiliki sifat pengembangan material yang berbeda-beda.
Perhitungan untuk pengembangan material dapat dilihat dibawah ini

I = (Vinsitu / Vloose) x 100 % ............................................................... (3.1)


Keterangan:
I = swell factor (%)
Vinsitu = Volume material insitu (BCM)
Vloose = Volume material loose (LCM)

3.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas


Faktor untuk memperikirakan dengan teliti produksi peralatan yang
digunakan baik untuk alat gali muat, maupun alat angkut harus angkut harus
diperhatikan factor-faktor yang langsung mempengaruhi hasil kerja alat-alat
tersebut. Adapun Faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap kemampuan
produksi alat muat dan alat angkut antara lain: sifat material, kapasitas alat, lokasi
kerja, waktu edar (cycle time) alat muat dan alat angkut, effisiensi kerja, dan
cuaca.

3.6.1 Sifat Material


Jenis material yang akan digali bervariasi tergantung dari sifat material itu
sendiri, jenis materialnya diataranya:
1) Material yang sangat mudah digali (sangat lunak)
a. Material yang mengandung sedikit air, misalnya pasir, tanah biasa, kerikil,
campuran pasir dengan tanah biasa.
b. Material yang banyak mengandung air, misalnya pasir lempungan, lempung
pasiran, lumpur dan pasir yang banyak mengandung air.
2) Material yang lebih keras (lunak)

Universitas Sriwijaya
42

Misalnya tanah biasa yang bercampur kerikil, pasir yang bercampur dengan
kerikil, pasir yang kasar.
3) Material yang setengah keras (sedang)
Misalnya batubara, shale (clay yang sudah mulai kompak), batuan kerikil
yang mengalami sedimentasi dan pengompakan, batuan beku yang sudah
mulai lapuk, dan batuan-batuan beku yang mengalami banyak rekahan.
4) Material yang keras
Misalnya sandstone, limestone, slate, vulcanic tuff, batuan beku yang mulai
lapuk, mineral-mineral penyusun batuan yang telah mengalami sementasi
dan pengompakan.
5) Material sangat keras
Misalnya batuan-batuan beku dan batuan - batuan metamorf, contohnya
granit, andesit, slate, kwarsit, dan sebagainya.
Keadaan material yang akan digali sangat mempengaruhi suatu proses
penambangan. Misalnya material tanah penutup dijumpai dalam bentuk lapisan
tanah pucuk (top soil) yang mengandung humus, tanah penutup lunak, dan tanah
penutup keras. Jenis material tersebut akan menentukan besarnya produksi alat
dan cara pengoperasiannya. Bentuk lapisan tanah penutup, ukuran ketebalan dan
luasnya akan menentukan volume keseluruhan sehingga dengan faktor
pengembangan tertentu dapat digunakan untuk mencari dan menentukan lokasi
penampungan material hasil penggalian.
Terdapat tiga bentuk volume material yang mempengaruhi perhitungan
pemindahannya, yaitu dinyatakan dalam bank cubic meter (BCM), loose cubic
meter (LCM) dan compacted cubic meter (CCM). Perubahan ini terjadi karena
adanya perubahan sifat fisik material sebelum digali, sesudah digali dan
dipadatkan kembali setelah digali BCM adalah volume material pada kondisi
aslinya di tempat (insitu) yang belum terganggu. LCM adalah volume material
yang sudah lepas akibat penggalian, sehingga volumenya bertambah dengan berat
tetap sama. CCM adalah volume material yang mengalami pemadatan kembali
setelah penggalian, sehingga volumenya akan menyusut (shrinkage) menjadi lebih

Universitas Sriwijaya
43

kecil dari volume lepas bahkan, untuk material tertentu, bisa lebih kecil dari
volume aslinya.

3.6.2 Kapasitas Alat


Kapasitas alat berkaitan erat dengan jenis dan jumlah material yang diisi
atau dimuat, baik berupa tanah maupun fragmen batu. Jumlah material tersebut
akan tergantung pada ukuran mangkok, bentuk mangkok, gaya selama penggalian
(curl force) dan karakteristik material, yaitu bentuk material, tanah atau batuan,
ketika berada di dalam mangkok yang diidentifikasi dengan faktor isi (fill factors).
Mempertimbangkan bentuk material di dalam mangkok tersebut akan
mempengaruhi kapasitas mangkok, sehingga muncul istilah kapasitas peres
(struck capacity) dan kapasitas munjung (heaped capacity). Dalam menghitung
jumlah produksi alat yang dihasilkan akan tergantung dari kemampuan alat yang
digunakan bekerja dilokasi tersebut. Perencanaan pemeilihan alat sangat penting
agar alat dapat bekerja maksimal sehingga produksi dapat tercapai.
Kemampuan alat merupakan faktor yang menunjukkan kondisi alat-alat
mekanis yang digunakan dalam melakukan pekerjaan dengan memperhatikan
kehilangan waktu selama waktu kerja dari alat yang tersedia (Rochmanhadi,
1982).

3.6.3 Lokasi Kerja


Lokasi kerja merupakan hal yang sangat penting dalam pemilihan peralatan
yang akan digunakan. Hal-hal yang diperhatikan dalam lokasi kerja adalah:
1) Ketinggian
Ketinggian yang sangat berpengaruh disini adalah kemampuan mesin-
mesin yang dipakai, karena tekanan udaranya rendah pada ketinggian yang
besar. Tenaga diesel yang hilang karena pengaruh ketinggian tempat kerja
adalah sekitar 3% setiap naik 1000 ft. Hal ini menyebakan turunnya volume
perjam yang produksi alat muat dan alat angkut dan menambah ongkos gali
tiap satuan volume
2) Kemiringan Jalan

Universitas Sriwijaya
44

Keadaan jalan akan mempengaruhi daya angkut alat alat yang dipakai. Bila
jalan jalan baik, alat dapat bergerak lebih cepat dan kapasistas angkut dapat
lebih besar. Kemiringan dan jarak harus diukur dengan teliti karena hal itu
yang diperlukan untuk pengangkutan material tersebut (cycle time).

3.6.4 Waktu Edar


Waktu Edar (Cycle Time) adalah waktu yang diperlukan alat mulai dari
aktivitas pengisian atau pemuatan (loading), pengangkutan (hauling) untuk truck
dan sejenisnya atau swing untuk backhoe dan shovel, pengosongan (dumping),
kembali kosong dan mempersiapkan posisi (manuver) untuk diisi atau dimuat.
Waktu Edar (cycle time) terdiri dari dua jenis, yaitu waktu tetap (fixed time) dan
variabel (variable time).
Jadi waktu edar total adalah penjumlahan waktu tetap dan waktu variabel.
Yang termasuk kedalam waktu tetap adalah waktu pengisian atau pemuatan
termasuk manuver dan menunggu, waktu pengosongan muatan, waktu membelok
dan mengganti gigi dan percepatan, sedangkan yang termasuk waktu variabel
adalah waktu mengangkut muatan dan kembali kosong.
Untuk mengetahui waktu edar alat muat dan alat angkut bisa diperoleh
dengan cara pengamatan di lapangan, yaitu:
1) Waktu edar alat muat, terdiri dari:
A = Waktu gali material, berputar/swing (swing isi) menumpahkan muatan.
B = Waktu swing kosong dan kembali ke posisi gali.
Cycle Time (CT)= A + B, dalam menit.
2) Waktu edar alat angkut, terdiri dari:
A = Waktu pemuatan (loading).
B =Waktu pergi (bermuatan), sampai menunggu dan mengambil posisi
penumpahan (dumping).
C = Waktu penumpahan (dumping).
D = Waktu kembali (kosong), sampai menunggu dan mengambil posisi pemuatan
Cycle Time (CT)= A + B + C + D, dalam menit.

Universitas Sriwijaya
45

Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi waktu edar alat mekanis


antara lain:
a. Berat alat, adalah berat alat dalam keadaan tanpa muatan ditambah berat
muatan yang berpengaruh terhadap kelincahan gerak alat.
b. Kondisi tempat kerja, tempat kerja yang luas dan kering akan meningkatkan
kelancaran dan keleluasaan gerak alat dan akan memperkecil waktu edar.

c. Kondisi dan jarak jalan angkut, meliputi kemiringan dan lebar jalan angkut,
baik di jalan lurus maupun di tikungan sangat berpengaruh terhadap lalu
lintas jalan angkut. Apabila kondisi jalan sudah memenuhi syarat, maka
akan memperlancar jalannya lalu lintas alat angkut, sehingga akan
memperkecil waktu edar alat angkut serta jarak jalan angkut juga
mempengaruhi waktu edar.

d. Keterampilan dan pengalaman operator, semakin baik kemampuan operator


dan semakin lincah operator mengoperasikan peralatan maka akan
memperkecil waktu edar dari peralatan tersebut.

3.6.5 Effisiensi kerja


Efisiensi kerja adalah penilaian terhadap pelaksanaan suatu pekerjaan atau
merupakan perbandingan antara waktu yang dipakai untuk bekerja dengan waktu
yang tersedia (Yanto Indonesianto, 2005). Waktu kerja efektif adalah waktu yang
benar-benar dipakai bekerja bersama alat mekanis yang digunakan untuk kegiatan
produksi (Yanto Indonesianto, 2005). Untuk dapat menentukan waktu kerja
efektif harus dilakukan analisa waktu kerja yang dilakukan pada jam kerja yang
telah dijadwalkan. Jam kerja yang telah direncanakan untuk setiap shift
merupakan waktu yang tersedia untuk semua alat mekanis.
Besarnya waktu yang tersedia ini dalam kenyatannya belum dapat
digunakan seluruhnya untuk produksi (kurang dari 100%). Berdasarkan
pengalaman, jika waktu kerja efektif yang digunakan sebesar 83% maka sudah
dapat dianggap sama dengan efisiensi kerja yang baik sekali (Tabel 3.1).

Universitas Sriwijaya
46

Hal ini disebabkan karena adanya hambatan-hambatan yang terjadi selama


alat mekanis tersebut berproduksi. Sehingga karena hal-hal tersbut diatas, sangat
jarang dalam satu jam operator betul-betul bekerja selam 60 menit.

Tabel 3.1 Efisiensi Kerja Secara Teoritis


Kondisi Kerja Kondisi Manajemen (%)

Excellent Good Fair Poor

Excellent 84 81 76 70

Good 78 75 71 65

Fair 72 69 65 60

Poor 63 61 57 52

3.6.6 Cuaca
Cuaca sangat berpengaruh pada kegiatan penambangan. Adapun hal itu
berkaitan pada musim hujan, dimana keadaan lokasi akan membuat lapisan tanah
menjadi lengket dan jalan menjadi licin, sehingga alat – alat tidak dapat bekerja
dengan baik. Sebaliknya pada musim panas akan membuat lapangan berdebu, hal
ini akan membuat pandangan para operator terhambat. Dari hal tersebut, dapat
disimpulkan bahwa panas dan dingin (suhu) akan mengurangi efisiensi kerja
daripada alat tersebut.

3.7 Produktivitas Alat Muat Dan Alat Angkut


Perhitungan produktivitas alat terdapat 2 macam kemampuan alat yaitu
kemampuan alat secara teoritis dan kemampuan alat secara nyata. Produktivitas
teoritis alat merupakan hasil terbaik secara perhitungan yang dapat dicapai suatu
hubungan kerja alat selama waktu operasi tersedia dengan memperhitungkan
faktor koreksi yang ada.

3.7.1 Produktivitas Alat Gali Muat

Universitas Sriwijaya
47

Menurut Indonesianto (2005), Produktivitas alat gali muat untuk batubara


dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:

KB×Eff ×FB×SF ×3600


P=
CT X Densitas Batubara ........................ ( 3.2)

Keterangan:
P = Produktivitas alat muat, bcm/jam atau ton/jam untuk batubara
Kb = Kapasitas bucket specs alat
Ff = Fill factor (faktor koreksi pengisian bucket)
Sf = Swell factor
Eff = Effisiensi kerja alat
CT = Waktu edar alat muat/excavator, detik
3.7.2 Produktivitas Alat Angkut
Produktivitas alat angkut dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
(Indonesianto, 2005) berikut:
n×KB×Eff ×FB×SF×3600
P=
CT X Densitas Batubara …........................(3.3)
Keterangan:
P = Produktivitas alat angkut, bcm/jam atau ton/jam
N = Frekuensi pengisian truck
Kb = Kapasitas bucket specs alat
Ff = Fill factor (faktor koreksi pengisian bucket)
Sf = Swell factor
Eff = Effisiensi kerja alat
CT = Waktu edar alat angkut/dump truck, detik

3.8 Faktor keserasian alat gali muat dan alat angkut


Faktor keserasian alat gali muat dan alat angkut dikenal sebagai Match
Factor, dapat dihitung dengan rumus :

Universitas Sriwijaya
48

n 1 x n 2 x CT alat gali muat


MF=
n 3 x CT alat angkut
............................................. (3.4)

Keterangan:
MF = Match Factor
n1 = banyak pengisian
n2 = jumlah alat angkut
n3 = jumlah alat gali muat
CT = Cycle Time
Keserasian kerja antara alat muat dan alat angkut berpengaruh terhadap
faktor kerja. Hubungan yang tidak serasi antara alat muat dan alat angkut akan
menurunkan faktor kerja. Harga match factor dapat dituliskan sebagai berikut:
1) MF < 1
Artinya alat gali muat bekerja kurang dari 100 % dan alat angkut bekerja
100 % sehingga terdapat waktu tunggu bagi alat gali muat.
2) MF = 1
Artinya alat gali muat dan alat angkut bekerja 100 % sehingga tidak terjadi
waktu tunggu bagi kedua alat tersebut.
3) MF > 1
Artinya alat gali muat bekerja 100 % dan alat angkut bekerja kurang dari
100% sehingga terjadi antrian.

Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai