Anda di halaman 1dari 28

Pembelajaran Sosial Emosional

Sebagai Dasar Pendidikan Karakter Anak Usia Dini


Syamsul Hadi
Staf Bidang PTP Berbasis RTF, Pustekkom Kemdikbud
E-mail: adiey4u@gmail.com

Abstrak:
Proses pembelajaran anak tidak tergantung pada aspek inteligensi atau kemampuan
kognitif saja, tetapi juga dipengaruhi oleh aspek lain seperti aspek perkembangan emosi
dan sosial. Aspek emosi dan sosial ini sangat berpengaruh terhadap prilaku anak kepada
dirinya, orang lain dan lingkungannya. Pada anak usia dini aspek sosial emosi ini dapat
dikembangkan melalui pembelajaran sosial emosional. Dimana pembelajaran sosial
emosional adalah proses mengembangkan keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang
diperlukan untuk memperoleh kompetensi sosial dan emosional sebagai modal anak dalam
berinteraksi dengan dirinya, orang lain dan lingkungan sekitar. Pembelajaran sosial
emosional ini dapat dijadikan sebagai awal dan dasar penanaman pendidikan karakter
kepada anak usia dini. Ada empat kompetensi kunci pengembangan dalam aspek sosial
emosional anak; self-awareness, self-management, social awareness, responsible decision
making, dan relationship management. Keempat kompetensi ini penting dikembangkan
sejak usia dini untuk membangun dan menanamkan keterampilan sosial anak. Karena
dengan mengembangkan keempat aspek sosial emosional anak tersebut akan berimplikasi
pada tertanamnya sifat-sifat baik/ karakter-karakter unggul pada diri anak dalam dunia
sosial. Metode-metode seperti bermain, modeling, story telling, drama dan lainnya tepat
digunakan untuk mengembangkan keempat keterampilan tersebut.

Kata kunci: PAUD, pendidikan karakter, pembelajaran sosial emosional

Abstract:
Children’s learning process does not depend only on the aspect of intelligence or cognitive
abilities, but also influenced by other aspects such as emotional and social aspects of
development. The emotional and social aspects have big influence on the child behavior
toward himself, others and the environment. In early childhood social emotional aspects
can be developed through social emotional learning. Social emotional learning is the
process of developing skills, attitudes, and values necessary to acquire social and emotional
competence as a capital of children in interacting with himself, others and the
environment. Emotional social learning can serve as the beginning and foundation in
plantings character education to early childhood. There are four key competencies in social
emotional development of children; self-awareness, self-management, social awareness,
responsible decision making, and relationship management. These four competencies are
important to be developed since early age to build and instill social skills of children. By
developing the four social and emotional aspects of children, the good nature or excellent
characters will be internalized within the children. Methods to be used in developing the
four characters can be as follow: playing, modelling, story telling, drama, etc.

Key words: early childhood, character education, social emotional learning

23
23
23
23
23
23
23
23
23
23
23
23
23
23
23
23
23

227

2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
PENDAHULUAN hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.
Anak adalah generasi penerus perjuangan Pembelajaran sosial emosional bagi anak usia
bangsa. Merekalah yang kelak akan dini sangat penting dalam menanamkan
membangun bangsa dan negara ini menjadi karakter mulia, karena masa usia dini adalah
bangsa dan negara yang maju dan bisa masa keemasan atau golden age . Selama
berkompetisi di kancah internasional. Oleh masa keemasan anak cepat dan mudah
sebab itu pendidikan anak usia dini menerima stimulus-stimulus dari alam
merupakan investasi bangsa yang sangat sekitarnya dan melakukan berbagai
penting dan berharga bagi pendidikan di kegiatan dalam rangka memahami dan
Indonesia selanjutnya. menyikapi lingkungannya.
Namun, pendidikan di Indonesia sampai Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20
saat ini masih dirasa kurang mampu tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
membentuk karakter unggul generasi Nasional pendidikan anak usia dini
bangsa. Berbagai fenomena sosial yang (prasekolah) adalah pendidikan bagi anak usia
berkembang dapat kita saksikan setiap saat 0-6 tahun. Sedangkan menurut para pakar
dan menjadi persoalan signifikan yang pendidikan anak usia dini termasuk NAEYC,
menghambat pembangunan dan cita-cita anak usia dini adalah kelompok manusia yang
luhur para pejuang kemerdekaan bangsa berusia 0-8 tahun. Anak usia dini adalah
kita. Fenomena tersebut seperti: tingginya kelompok anak yang berada dalam proses
tingkat kriminalitas, meningkatnya pertumbuhan dan perkembangan yang
dekandensi moral, masalah etika, sopan bersifat unik, dalam arti memiliki pola
santun dan ketidakjujuran pelajar, pertumbuhan dan perkembangan (koordinasi
berkurangnya rasa hormat terhadap orang motorik halus dan kasar), intelegensi (daya
tua, dan guru, masih tingginya kasus tindakan pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, dan
kekerasan, semakin lunturnya sikap toleransi kecerdasan spiritual), sosial emosional (sikap
antar sesama manusia, tingginya kasus dan perilaku serta agama), bahasa dan
korupsi, kolusi, dan nepotisme dan penegakan komunikasi yang khusus sesuai dengan
hukum yang sepertinya masih jauh dari tingkat pertumbuhan dan perkembangan
harapan nilai keadilan, serta berbagai kasus anak.
lainnya yang mengarah pada terjadinya Menjadi peduli bagi anak-anak, mereka
dekadensi moral bangsa. Bahkan di kota-kota harus mampu melihat dan melampau diri
besar tertentu, gejala tersebut telah sampai mereka sendiri dan menghargai perhatian
pada taraf yang sangat meresahkan. Kejadian orang lain; mereka harus percaya bahwa
tersebut memberi kesan seakan-akan bangsa perawatan, pengasuhan, dan perhatian
kita sedang mengalami krisis moral, etika dan tentang mereka menjadi bagian dari sebuah
krisis kepercayaan diri yang berkepanjangan. budaya yang selalu ada. Tantangan
Di samping itu, bangsa Indonesia yang mengembangkan pengetahuan, tanggung
merupakan negara berkembang tidak terlepas jawab, dan pengasuhan anak-anak telah
dari masuknya budaya asing terutama di era diakui oleh hampir semua orang. Hanya
globalisasi dan pasar bebas. Hal ini akan sedikit menyadari, bahwa setiap elemen dari
menjadikan bangsa Indonesia rentan akan tantangan ini dapat ditingkatkan dengan
dampak terhadap masuknya budaya asing perhatian yang bijaksana, berkelanjutan, dan
yang bertentangan dengan moral dan nilai- sistematis melalui pembelajaran sosial
nilai budaya bangsa Indonesia. Hal ini emosional (Novick, Kress, & Elias,2002).
tentunya akan memicu tergerusnya budaya Pembelajaran sosial emosional merupakan
dan nilai luhur bangsa serta serta salah satu pendekatan dalam
terdegradasinya nilai-nilai moral anak bangsa. mengembangkan ranah emosi anak.
Berdasarkan kenyataan tersebut, Kompetensi-kompetensi sosial emosional anak
pendidikan karakter memang sangat perlu diorganisasikan dalam tugas- tugas
dimulai sejak usia dini untuk membentengi perkembangan yang positif.
para generasi penerus bangsa dari pengaruh- Pengembangan kompetensi tersebut akan
pengaruh negatif yang bertentangan dengan dicapai melalui eksplorasi dan interaksi anak
moral dan nilai-nilai keagamaan. Bangsa dengan orang tua, pendidik, teman, atau
Indonesia harus memiliki karakter mulia lingkungan. Dengan demikian diharapkan 23

sesuai norma-norma agama,


23
23
23
23
23
23
23
23
23
23
23
23
23
23
23
Jurnal Teknodik Vol. XV, Nomor 2, Desember

anak memiliki karakter unggul yang bisa itu tulisan


diterima sebagai makhluk sosial. Oleh sebab

23

228

2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
ini mencoba mengkaji metode pembelajaran achieve: selalu termotivasi untuk berprestasi
sosial emosional yang dapat mengembangkan (4) asserte: lugas, tegas, tidak banyak bicara,
kompetensi-kompetensi sosial emosional anak (5) adventure: suka petualangan, suka
serta strategi yang dapat diimplementasikan mencoba hal baru. Sementara itu, karakter
oleh pendidik dalam proses pembelajaran kurang sehat yaitu
yang berimplikasi pada tertanamnya karakter (1) nakal: suka membuat ulah, memancing
unggul bagi anak usia dini. kemarahan, (2) tidak teratur, tidak teliti, tidak
cermat, meskipun kadang tidak disadari, (3)
KAJIAN LITERATUR DAN provokator: cenderung membuat ulah,
PEMBAHASAN mencari gara-gara, ingin mencari
A. Pendidikan Karakter perhatian, (4) penguasa: cenderung
Secara harfiah karakter bermakna “kualitas menguasai teman-teman, mengintimidasi, (5)
mental atau moral, kekuatan moral, nama dan pembangkang: bangga kalau berbeda dengan
reduplikasi” (Hornby dan Parnwell, 1972:49). orang lain, tidak ingin melakukan hal yang
Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, sama dengan orang lain, cenderung
karakter diartikan sebagai sifat-sifat kejiwaan, membangkang.
tabiat, watak, akhlak atau budi pekerti yang Menurut Ramli (2001), pendidikan karakter
membedakan seseorang dengan yang lain. memiliki esensi dan makna yang sama dengan
Menurut Ryan & Bohlin (1999), karakter pendidikan moral dan pendidikan akhlak.
merupakan suatu pola perilaku seseorang. Tujuannya adalah membentuk pribadi anak,
Orang yang berkarakter baik memiliki supaya menjadi manusia yang baik, warga
pemahaman tentang kebaikan, menyukai masyarakat, dan warga negara yang baik.
kebaikan, dan mengerjakan kebaikan Adapun kriterianya adalah nilai-nilai sosial
tersebut. tertentu yang banyak dipengaruhi oleh budaya
Orang yang perilakunya sesuai dengan kaidah masyarakat dan bangsanya. Oleh karena itu,
moral disebut dengan berkarakter mulia. hakikat dari pendidikan karakter dalam
Menurut Kertajaya (2010:3) Karakter adalah konteks pendidikan di Indonesia adalah
ciri khas yang dimiliki oleh suatu benda atau pedidikan nilai, yakni pendidikan nilai-nilai
individu. Ciri khas tersebut adalah asli dan luhur yang bersumber dari budaya bangsa
mengakar pada kepribadian benda atau Indonesia sendiri, dalam rangka membina
individu tersebut, serta merupakan “mesin” kepribadian generasi muda. Sejalan dengan
yang mendorong bagaimana seorang pendapat Ramli, Retnowati (2010:5),
bertindak, bersikap, berucap, dan merespon menegaskan bahwa pendidikan karakter
sesuatu. Sejalan dengan pengertian tersebut, mempunyai misi yang sama dengan
Kamisa (1997:281) berpendapat pendidikan akhlak atau pendidikan moral.
berkarakter artinya mempunyai watak, Karakter lebih menekankan
mempunyai kepribadian. Karakter akan pada aplikasi nilai-nilai positif dalam kehidupan
memungkinkan individu untuk mencapai sehari- hari dan tidak sekedar mengajarkan
pertumbuhan yang berkesinambungan, karena mana yang benar dan mana yang salah
karakter memberikan konsistensi, integritas, kepada anak, tetapi pendidikan karakter
dan energi. Orang yang berkarakter kuat, menanamkan kebiasan (habitution) tentang
akan mamiliki momentum untuk mencapai yang baik sehingga peserta didik paham,
tujuan. Begitu sebaliknya, mereka yang mampu merasakan, dan mau melakukan
karakternya mudah goyah, akan lebih lambat yang baik. Sedangkan kata etika dan moral
untuk bergerak dan kurang bisa bersosialisasi mempunyai makna yang serupa yaitu sama-
dengan orang lain. sama membicarakan perbuatan dan
Menurut Zulhan (2010:2-5) karakter ada perilaku manusia ditinjau dari sudut pandang
dua yaitu karakter positif (sehat) dan karakter nilai baik dan buruk. Namun penerapannya
buruk (tidak sehat). Tergolong karakter sehat etika lebih pada tataran teoritis filosofis sebagai
yaitu (1) afiliasi tinggi: mudah menerima acuan untuk mengkaji sistem nilai, dan moral
orang lain sebagai sahabat, toleran, mudah lebih pada tataran praktis sebagai tolok ukur
berkerja sama, untuk menilai perbuatan seseorang.
(2) power tinggi: cenderung menguasai Sedangkan Darmiyati (2009:10)
teman- temannya dalam arti positif berpendapat bahwa pendidikan karakter 23

(pemimpin); (3)
23
23
23
23
23
23
23
23
23
23
23
23
23
23
23
Jurnal Teknodik Vol. XV, Nomor 2, Desember

mempunyai makna lebih tinggi dari pada pendidikan moral, karena

23

229

2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
bukan sekedar mengajarkan mana yang salah, yang dimiliki oleh para nabi, yaitu (1) siddik:
lebih dari itu pendidikan karakter selalu berkata yang benar; (2) amanat: dapat
menanamkan kebiasaan (habituation) tentang dipercaya, (3) tablig: selalu menyampaikan
hal yang baik sehingga peserta didik menjadi tidak pernah menyembunyikan; (4) fathonah
faham (domain kognitif) tentang mana yang cerdas. Salah satu karakter yang sejak kecil
baik dan salah, mampu merasakan (domain melekat pada pribadi Muhammad adalah sifat
afektif) nilai baik dan bisa melakukannya amanat (dapat dipercaya). Oleh karenanya,
(domain perilaku). Dengan demikian masyarakat Arab memberikan gelar al amin
pendidikan karakter harus ditanamkan melalui (dapat dipercaya) jauh sebelum beliau
cara-cara yang rasional, logis, dan menjadi nabi. Beliau tidak pernah berbohong
demokratis. kepada siapapun.
Elkind & Sweet (2004) menyatakan bahwa Dari beberapa pengertian tersebut dapat
pendidikan karakter merupakan upaya dinyatakan bahwa pendidikan karakter adalah
terencana untuk membantu peserta didik suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter
untuk memahami, peduli, dan bertindak atas kepada anak yang meliputi komponen
nilai-nilai etika/ moral. Pendidikan pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan
karakter ini mengajarkan kebiasaan berpikir tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai
dan berbuat yang membantu nyaman dalam tersebut dalam kehidupan sosial ataupun
hidup dan bekerja sama sebagai keluarga, terhadap Tuhan Yang Maha Esa sehingga
teman, tetangga, masyarakat, dan bangsa. menjadi insan kamil.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa pendidikan
karakter adalah segala sesuatu yang B. Pembelajaran Sosial Emosional
dilakukan guru, yang mampu mempengaruhi Seorang anak dapat belajar dengan
karakter peserta didik. Guru membantu sebaik- baiknya apabila kebutuhan fisiknya
membentuk watak peserta didik. Hal ini dipenuhi dan mereka merasa aman dan
mencakup keteladanan bagaimana perilaku nyaman secara psikoligis. Para ahli
guru, cara guru berbicara atau perkembangan yang menganut paham
menyampaikan materi, bagaimana guru kematangan sebagai dasar pertumbuhan
bertoleransi, bagaimana cara guru bersikap berpendapat bahwa pertumbuhan,
dan berbagai hal terkait lainnya. perkembangan, dan pembelajaran merupakan
Pendapat diatas sejalan dengan pendapat buah dari hukum kematangan internal. Ini
Suwandi yang dikutip oleh Wahid (dalam menunjukkan bahwa anak akan bisa belajar
Nurchaili, 2010:239) mengatakan bahwa apabila cukup waktu untuk berkembang.
pelaksanaan pendidikan karakter lebih melalui Namun behaviorist berpendapat berbeda,
pendekatan modeling dan keteladanan yang menurut mereka pertumbuhan dan
dilakukan oleh guru.Orang tua memberikan pembelajaran adalah hal eksternal bagi anak
contoh perilaku yang positif kepada anak- dan dikendalikan oleh lingkungan. Dengan
anaknya, guru memberi tauladan yang baik memengaruhi secara langsung, berbagai
kepada peserta didiknya. Orang tua dan stimulus dan respons yang berasal dari
pendidik harus menjadi modeling yang baik lingkungan, anak itu akan belajar. Dengan
bagi anak- anak. Karena anak adalah imitator menata lingkungan yang penuh dengan
yang jujur dan tulus dalam meniru prilaku stimulus yang serasi dengan tiap
yang dia lihat. perkembangan anak maka anak dengan
Masalah keteladanan ternyata jauh nyaman akan belajar tentang lingkungan
sebelumnya telah diaplikasikan oleh Nabi sekitarnya. Lain halnya dengan para ahli
Muhammad dalam menempa dan membina psikologi constructivist, mereka berpendapat
manusia menuju manusia yang berakhlakul bahwa baik faktor biologis maupun faktor
karimah (berkarakter unggul). Beliau menjadi lingkungan sama-sama memengaruhi
modeling yang mencerminkan karakter unggul perkembangan anak secara timbal balik
dalam setiap prilaku beliau baik bagi orang (Seefeld & Wasik, 2008:33-34).
seagama maupun agama lain. Dalam hal ini, Kompetensi sosial dan emosional adalah
Allah menegaskan bahwa “Sungguh pada kemampuan untuk memahami, mengelola,
pribadi Nabi Muhammad terdapat teladan dan mengekspresikan aspek-aspek sosial
yang baik (uswatun hasanah)”. Ada empat dan emosional kehidupan seseorang,
karakter 2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
Jurnal Teknodik Vol. XV, Nomor 2, Desember

dengan demikian seorang anak mampu sehari-hari


meraih keberhasilan, melaksanakan tugas

23

230

2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
seperti belajar, membentuk hubungan/ keputusan yang
berinterkasi, memecahkan masalah kehidupan
sehari-hari, dan beradaptasi dengan tuntutan
pertumbuhan dan perkembangan yang
kompleks. Ini mencakup kesadaran diri,
kontrol impulsif, bekerja kooperatif, dan peduli
tentang diri sendiri dan orang lain.
Menurut Elias dkk (1997:2) Pembelajaran
sosial dan emosional adalah “the process
through which children and adults develop
the skills, attitudes, and values necessary to
acquire social and emotional competence”.
Proses dimana anak-anak dan orang dewasa
mengembangkan keterampilan-keterampilan,
sikap, dan nilai-nilai yang diperlukan untuk
memperoleh kompetensi sosial dan emosional.
Norris juga mengatakan pembelajaran
sosial emosional adalah pendekatan
pembelajaran yang mengajarkan regulasi diri,
monitoring diri dan keterampilan sosial dalam
berbagai setting/ lingkungan. Zins dkk (2001)
mengatakan Pembelajaran sosial dan
emosional adalah proses dimana anak-anak
meningkatkan kemampuan mereka untuk
mengintegrasikan pikiran, perasaan, dan
perilaku untuk mencapai tugas-tugas sosial
yang penting.
Mereka belajar untuk mengenali dan
mengelola emosi mereka; membangun
hubungan yang sehat; menetapkan tujuan
yang positif; memenuhi kebutuhan pribadi dan
sosial; membuat keputusan yang bertanggung
jawab, dan memecahkan masalah. Mereka
diajarkan untuk menggunakan berbagai
keterampilan kognitif dan interpersonal untuk
mencapai secara etis tujuan yang relevan dan
perkembangan sosial. Selanjutnya,
mendukung diciptakan lingkungan untuk
mendorong pengembangan dan penerapan
keterampilan ini untuk beberapa pengaturan
dan situasi. Ini menunjukkan bahwa
pembelajaran sosial emosional dapat
meminimalisir prilaku-prilaku negatif dan
menanamkan perilaku-perilaku positif
sehingga terbentuknya karakter unggul pada
anak.
Sejalan dengan definisi di atas Jean Gross
berpendapat pembelajaran sosial emosional
adalah proses pembelajaran yang dilalui oleh
anak untuk mendapatkan pengetahuan, sikap,
dan skill untuk mengenal dan mengatur
emosi, menyusun dan mencapai tujuan
positif, mempertunjukkan kepedulian dan
perhatian pada orang lain, menciptakan dan
memelihara hubungan yang baik, membuat 2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
Jurnal Teknodik Vol. XV, Nomor 2, Desember

dipertanggung jawabkan, dan mampu managing emotions ; mengatur emosi


menangani situasi interpersonal secara dengan perasaan yang kuat sehingga tidak
efektif. kewalahan dan terbawa oleh emosi, 3) self-
Dari uraian di atas dapat disumpulkan motivation; motivasi diri yang berorientasi
bahwa pembelajaran sosial emosional dan pada tujuan dan mampu menyalurkan
pendidikan karakter adalah pendekatan emosi ke arah hasil yang diinginkan, 4)
komplementer untuk memperkuat empathy and perspective-taking; berempati
kemampuan seseorang dalam dan mengenali emosi dan memahami sudut
memahami, mengelola, dan pandang orang lain, 5) social skills ,
mengekspresikan aspek-aspek sosial dan kemampuan menjaga hubungan di lingkungan
emosional kehidupan dan untuk sosial.
mengorganisir tindakan dengan cara yang Kelima area intelejensi sosial tersebut
positif, dengan cara tepat untuk mencapai dijadikan sebagai kompetensi kunci yang
tujuan. pembelajaran sosial emosional dan dapat dikembangkan, dipraktikkan dan
pendidikan karakter mendukung dikuatkan dalam pembelajaran sosial
kemampuan anak untuk berhasil mengelola emosional (Elias, 1997). Karena dengan
tugas kehidupan sehari-hari seperti belajar, mengembangkan kelima kompetensi tersebut
membentuk hubungan, memecahkan akan melahirkan berbagai sifat-sifat positif dan
masalah sehari-hari, dan beradaptasi dengan keterampilan-keterampilan sosial lainnya.
tuntutan pertumbuhan dan perkembangan Keterampilan-keterampilan tersebut
yang kompleks. merupakan karakter-karakter unggul yang
dibutuhkan anak pada setiap sisi
C. Kompetensi Sosial Emosional Anak kehidupannya untuk bisa hidup aman dan
Goleman (dalam Elias, 1997) menjelaskan nyaman dengan orang lain.
kecerdasan emosional terdiri dari lima 1. S e l f - A w a r e n e s S / E m o t i o n a l
bidang, yaitu 1) self-awareness; mengenal Expressiveness
perasaan (kesadaran) karena berada Kesadaran diri, manajemen diri dan
dalam situasi kehidupan nyata; 2)

23

231

2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
ekspresi emosional, terutama pengakuan dikontrol, sedangkan emosi sosial lebih tepat
dan penyampaian pesan dengan positif, untuk ditunjukkan sehingga tidak ada
adalah pusat untuk pembelajaran sosial
emosional. Emosi harus dinyatakan
sesuai dengan tujuan seseorang, sesuai
dengan konteks sosial, tujuan diri dan
orang lain harus dikoordinasikan.
Artinya, kesadaran diri meliputi
komponen pembelajaran sosial dan
emosional termasuk mengalami dan
mengekspresikan emosi yang mana
bermanfaat untuk interaksi setiap saat dan
hubungan sosial dari waktu ke waktu.
Sebagai contoh, Ana yang disukai
teman mainnya karena
sikapnya yang
menyenangkan dan membahagiakan.
Ekspresi emosi yang dia tampakkan
kepada teman-temannya itu adalah
wujud dari kesadaran diri. Yang paling
penting, pengalaman dan ekspresi emosi
seorang anak pada setiap interaksinya
dengan lingkungan. Terlepas dari apakah
anak lain melanjutkan perilaku atau
tingkah laku selanjutnya sebagai balasan
dari ekspresinya. Oleh karena itu, menurut
Elias informasi- informasi dari teman main
dan anak dewasa dapat membentuk
perilaku anak itu sendiri. Contohnya
adalah kebahagiaan – jika seorang anak
mengalami kebahagiaan saat bermain
dengan temannya, maka dia akan
mengekspresikan kebahagiaan itu kepada
temannya yang lain atau kepada orang
tuanya yang sedang menemaninya
bermain. Pengalaman suka cita
memberinya informasi penting yang
mempengaruhi perilaku selanjutnya.
Selain itu, emosi penting karena ia
menyediakan informasi sosial kepada
orang lain, dan mempengaruhi perilaku
orang
lain.
Membiarkan anak untuk berinteraksi
dengan anak lain memiliki pengaruh yang
sangat tinggi dalam membangun
kesadaran diri anak. Dengan banyak
pengalaman dalam mengekspresikan dan
melihat ekspresi dan tanggapan anak lain
akan lambat laun membuat anak sadar
bahwa seseorang dapat merasakan
perasaan tertentu “di dalam dirinya”
tetapi menunjukkan sikap yang berbeda.
Secara khusus, mereka belajar bahwa
ekspresi perasaan yang berbeda dapat 2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
Jurnal Teknodik Vol. XV, Nomor 2, Desember

masalah antar pribadi dan anak lain. Pada atau teman main lainnya. Karena bermain
tahap prasekolah hal seperti ini belum dengan teman sebaya penuh dengan
bisa dilakukan oleh anak. Tapi penting konflik, ini fokus perkembangan dalam
bagi anak untuk mendapatkan tuntutan regulasi emosi, memulai,
pengalaman- pengalaman yang memelihara, negosiasi dan interaksi
membawanya ke tahap itu. dalam dunia bermain, dan
mendapatkan penerimaan. Orang tua dan
2. Self-Management pendidik harus memiliki ketekunan dan
Emosi negatif atau positif kesabaran dalam membimbing anak untuk
membutuhkan regulasi, ketika emosi bisa mengatur diri supaya bisa diterima
mengancam untuk mengalahkan atau dan disukai oleh teman lainnya.
perlu diperkuat. Menurut Lewis dkk
dalam CASEL, pada masa prasekolah, 3. Social Awareness
kemampuan kognitif dan Kesadaran sosial akan menjadikan anak
pengontrolan perhatian dan emosional mampu memiliki empati terhadap orang
mereka mulai meningkat. Anak-anak lain, dan tekun dalam mengatasi berbagai
menjadi lebih mandiri dalam regulasi cobaan dalam kehidupan sehari-hari,
emosi selama masa prasekolah. Dalam mengenal dan menghargai perbedaan
konteks ini, Perhatian anak prasekolah dan persamaan individu dan orang
adalah terpaku pada keberhasilan banyak, dan mengenal bahwa keluarga,
dengan teman-teman mereka. Tidak sekolah dan masyarakat adalah sumber
seperti orang dewasa, bagaimanapun, segalanya.
interaksi dengan anak-anak lain penting
sekalipun tidak terampil bernegosiasi, 4. Responsible Decision Making
atau tidak mampu menawarkan aktivitas Karena pemikiran dan emosi bekerja
dalam regulasi emosi. Pada saat yang sama dalam hidup, adalah penting untuk
sama, biaya sosial disregulasi emosional mengembangkan keterampilan setiap anak
tinggi dengan pendidik, teman sebaya dalam berpikir tentang interaksi
antarpribadi,

23

232

2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
melampaui pengalaman emosional, D. Prinsip Penanaman karakter pada
pengetahuan, regulasi, dan ekspresi. Anak- Pembelajaran sosial emosional
anak harus belajar untuk menganalisis Menurut Stein dkk (2000:5-6) dalam
situasi sosial, menetapkan tujuan sosial, menanamkan karakter kepada anak kita harus
dan menentukan cara yang efektif melibatkan orang tua dan komunitas-
untuk menyelesaikan perbedaan yang komunitas lain yang menjadi stakholder untuk
muncul antara mereka dan teman-teman mendukung prinsip-prinsip penanaman
mereka. karakter sehingga komunitas sekolah
Ketika ada perbedaan pendapat atau menjadi aman, penuh kedisiplinan, dan
masalah, apa yang dapat dilakukan tempat belajar dan bekerja yang tenang dan
(generation of alternative solutions)? Apa ramah. Lebih lanjut Stein dkk menegaskan
solusi efektif yang dapat mengurai bahwa untuk mencapai tujuan- tujuan yang
masalah ( consequential thinking )? dimaksud di atas, ada 4 (empat) prinsip pokok
Anak-anak prasekolah sudah mulai yang harus dilaksanakan dalam pembelajaran
belajar keterampilan berpikir, yang dan sekolah. Keempat prinsip itu disingkat
mendukung interaksi sosial mereka yang dengan kata “rice” (respect, impulse control,
semakin kompleks. Setiap orang yang compassion, equity). Keempat prinsip ini tepat
terlibat dalam interaksi yang untuk dipraktekkan dalam pembelajaran sosial
bagaimanapun juga dan siapapun, perlu emosional anak untuk menanamkan
memahami bagaimana mengembangkan pendidikan karakter pada pendidikan anak
kemampuan anak membuat keputusan usia dini.
yang bisa dipertanggung jawabkan dan Respect: menampakkan penghormatan
membuat interaksi terjalin bagi semua pada diri sendiri dan orang lain. Menjauhkan
anak disekitarnya. Anak-anak selalu diri dari mengganggu diri sendiri apalagi orang
berusaha untuk memahami diri mereka lain serta bertentangan dengan batasan-
sendiri dan perilaku orang lain. Dalam hal batasan dan norma-norma tertentu. Kata yang
ini, emosi berperan besar menyampaikan digunakan, aksi/ prilaku yang dipilih
informasi antarpribadi yang dapat menunjukkan tentang diri sendiri. Serta cara
menuntun interaksi sehingga mencapai memperlakukan orang lain, binatang, dan
pemahaman diri dan orang lain. objek lainnya menunjukkan respek terhadap
diri sendiri.
5. Relationship Management Impulse control: melakukan sesuatu
Keterampilan mengatur hubungan yang benar dengan alasan yang benar
merupakan komponen penting juga dalam pula. melaksanakan segala bentuk aktivitas
pengembangan sosial emosional anak. Ini dengan imajinasi. Yakin bahwa ada dua jalan;
termasuk, misalnya, membuat tawaran di dalam atau di luar.
positif pada diri sendiri untuk bermain Compassion: berusaha menemukan
dengan orang lain, memulai dan sesuatu dalam kelaziman dengan orang lain,
mempertahankan percakapan selama sekalipun orang lain terlihat berbeda. Hal
bermain bersama, mendengarkan aktif, seperti ini akan mengembangkan sifat
bekerja sama, berbagi, bergiliran, negosiasi, empati dan mengingatkan bahwa setiap
dan berkata “tidak” atau mencari bantuan orang berhak mendapat kehormatan dan
bila diperlukan. Anak dapat menggunakan kepedulian.
banyak keterampilan tertentu seperti dalam Equity: membiarkan setiap orang untuk
pelayanan bergaul dengan teman-teman mencapai apa yang diinginkan guna
sepermainannya. kesuksesan. Sadar bahwa setiap manusia
Variasi dalam aspek-aspek keterampilan memiliki perbedaan dan persamaan untuk
sosial anak diperoleh anak-anak dari saling melengkapi dalam menggapai
pengalaman individu dalam keluarga dan kesuksesan. Perlakukan orang dengan
kelas prasekolah. Oleh sebab itu orang sebuah keadilan dan kewajaran.
dewasa memiliki peran penting dalam
kehidupan setiap anak untuk E. Metode Pembelajaran sosial
mengembangkan kemampuan mengatur emosional dalam membangun
diri. karakter Anak. 2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
Jurnal Teknodik Vol. XV, Nomor 2, Desember

1. Bermain Bermain sesuatu yang sangat berarti bagi


perkembangan anak. Menurut Mildre Parten
23

233

2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
(dalam Stassen Berger dan Turner & Helms menjadi landasan untuk membangun
dalam Tedjasaputra, 2001:21) bahwa percaya diri dan percaya orang lain
kegiatan bermain merupakan sarana antara keluarga, sekolah dan
sosialisasi. Dengan pengalaman bermain masyarakat.
akan nampak peningkatan kadar interaksi c. Modeler; Guru atau orang tua yang
sosial anak, mulai dari kegiatan bermain menghargai kegiatan bermain anak
sendiri sampai bermain bersama. Bila anak sering kali menjadi model perilaku yang
bermain bersama-sama dengan temannya sesuai dalam situasi permainan.
ia akan memperoleh pemahaman akan Misalnya, guru duduk di area permainan
bersama, berbagi, menunggu, bergantian, balok anak dan ikut merapatkan balok-
sabar, dan lainnya. Situasi ini akan balok yang diinginkan oleh anak-anak,
merangsang perkembangan emosi dan atau dalam permainan drama, guru
sosialnya. Anak dapat memahami konsep atau orang tua ikut memainkan satu
bersama-sama, karena dalam bermain peran sehingga permaianan
bersama memerlukan bantuan orang lain. berlangsung. Ketika anak
Ada saatnya anak harus menunggu giliran memunculkan karakter-karakter yang
sehingga ia akan belajar bersabar. tidak baik, guru atau orang tua harus
Pengalaman bermain sangat penting di menanyakan kepada anak dan
dalam perkembangan sosial dan emosional menjelaskan dengan penuh kasih
anak. Anak-anak dapat memainkan sayang. Sehingga karakter yang
berbagai peran dan perilaku serta tertanam selama interaksi anak dengan
mendapatkan umpan balik tentang anak lain dan objek permainan adalah
kecocokan dari perilaku dalam bermain karakter-karakter yang baik.
(Sujiono, 2009:71). Dalam bermain anak d. Evaluator ; Sebagai evaluator dalam
dapat berperan sebagai tokoh antagonis permainan, guru atau orang tua harus
atau protagonis dan menemukan hati-hati mengobservasi dan
tanggapan seperti apa perilaku yang mendiagnosis untuk menentukan
mereka timbulkan dalam situasi yang sejauh mana perbedaan pengalaman
tidak dikondisikan. permainan memenuhi kepuasan
Dalam pembelajaran dengan individu anak dan karakter-karakter
pendekatan bermain seorang guru atau apa yang terbentuk selama anak
orang tua berperan sebagai, observer, berpartisipasi sebagai pemain.
elaborator, modeler, evaluator, dan e. Planner ; Guru atau orang tua harus
planner (Brewer, 2007:156). menjadi seorang perancang. Planing
a. Observer; Dalam observasi, guru atau permainan melibatkan semua
orang tua harus memantau interaksi pembelajaran yang merupakan hasil
anak dengan anak-anak yang lain dan dari observasi, elaborasi, dan evaluasi.
interaksi anak dengan alat-alat Guru atau orang tua harus
permaianan. Mereka harus merencanakan pengalaman baru yang
memperhatikan berapa lama anak akan mendorong dan mempertahankan
bertahan dalam satu episode ketertarikan anak. Lingkungan yang
permainan, dan mereka harus melihat menyediakan rasa kesetabilan,
berapa anak yang yang mengalami ketenteraman, dan
kesulitan atau masalah dalam bermain kemungkinan-kemungkinan
atau yang ikut dalam permainan ( predictability ) akan memberikan
dengan group (bermain bersama). kesempatan bagi anak untuk belajar
b. Elaborator; Sebagai elaborator, guru bagaimana mengontrol diri (Gestwicki,
atau orang tua harus ikut dalam 2007:146). Guru atau orang tua harus
permainan dan menanyakan berbagai menyediakan lingkungan yang aman
pertanyaan yang membimbing anak dan penuh tantangan akan menjadikan
untuk berpikir melalui peran mereka anak tertarik. Pengaturan pusat
dalam konsep permainan mereka. perhatian anak guna membimbing
Menurut seefeldt dan Barbara berbagai aktivitas anak sangat
(2008:122) komunikasi yang baik diperlukan pada setiap area
2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
Jurnal Teknodik Vol. XV, Nomor 2, Desember

permainan, material-material

23

234

2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
permaianan, dan jumlah anak dalam pengendalian diri, menghargai orang lain dan
satu sudut permainan misalnya. Ini
dimaksudkan memupuk kebiasaan-
kebiasaan pada diri anak.

Dalam dunia bermain anak akan belajar


berbagai hak milik, mempertahankan
hubungan yang sudah terjalin, menghargai
cara anak lain, menggunakan mainan
secara bergilir, melakukan kegiatan
bersama, berusaha mencari cara
pemecahan masalah (problem solving)
yang dihadapi dalam
permainan, belajar mengikuti sebuah
aturan. Ia juga belajar bagaimana
berkomunikasi dengan sopan dan diterima
oleh teman lain sehingga hubungan dapat
terbina dan dapat saling bertukar informasi
dan pengetahuan.
Dengan bermain anak dapat
mempelajari budaya setempat. Misalnya
bermain tradisional banyak yang
mengandung nilai- nilai budaya yang
berlaku pada masyarakat. Dengan
demikian, maka anak akan belajar tentang
nilai, moral dan kebiasaan-kebiasaan yang
dapat diterima di masyarakat.
Bermain bersama akan menumbuhkan
sifat seperti self management, self
awwarenes, dan social awarenes. Anak
belajar menilai dirinya sendiri tentang
kelebihan dan kekurangan yang dimiliki.
Hal ini akan menumbuhkan konsep diri
yang positif, rasa percaya diri, harga diri,
karena anak merasa memiliki
kompetensi (Tedjasaputra, 2001:410).
Untuk mendukung pembangunan karakter-
karakter ini, seorang guru atau orang tua
harus memberikan kesempatan kepada
anak untuk bereksplorasi dalam area
permainannya. Jangan pernah
membentak atau tidak menghargai
permainan anak. Tujuan bermain anak
adalah proses bukan hasil. Selesai bermain
semua anak akan membereskan semua
alat permainannya, menaruh pada
tempatnya. Ini akan memupuk rasa
tanggung jawab pada anak. Dengan
demikian dengan penuh percaya diri,
anak akan belajar bagaimana bersikap dan
bertingkah laku agar dapat bekerja sama
dengan teman-temannya, bersikap jujur,
sabar, kesatria, murah hati, tulus dan
ikhlas, percaya diri, berhati-hati,
bertanggung jawab, bekerja keras, 2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
Jurnal Teknodik Vol. XV, Nomor 2, Desember

sebagainya. pengasuh. Pendidik yang membatasi anak


Untuk mendukung pembelajaran untuk bermain dengan anak-anak lain,
sosial emosional anak melalui bermain menunjukkan bahwa dia adalah pendidik
ada 2 sikap penting yang harus yang tidak mengerti tentang esensi dan
ditunjukkan oleh seorang pendidik atau manfaat bermain bagi perkembangan
orang tua, yaitu Supportive attitude dan anak. Pandangan tentang bermain
Supportive roles. akan berpengaruh besar terhadap tugas
Supportive attitude ; Guru yang dan profesi profesional sebagai
memahami peranan bermain dalam pengasuh maupun pendidik.
pembelajaran, perkembangan dan Supportive roles; Memberikan tepuk
penanaman karakter unggul anak, selalu tangan atau senyum manis penuh kasih
mendekati anak ketika bermain dengan sayang ketika anak mampu melakukan
sikap penuh penghargaan, respek satu macam permainan merupakan
(respect), dan penuh apresiasi kebanggaan tersendiri bagi anak. Rasa
(appreciation ). Pasilitas permainan anak percaya diri anak akan makin tumbuh dan
penting disiapkan dengan perhatian yang meningkat. Mereka akan menghabiskan
serius demi perkembangan keterampila- waktu yang lebih lama dalam bermain
keterampilan sosial sehingga karena mendapat hadiah dari pengasuh
tertanamnya karakter unggul (akhlakul atau pendidik. Penguatan yang demikian
karimah). Mendukung permainan anak menurut ahli behaviorist sangat
merupakan pekerjaan penting. Para mempengaruhi perilaku anak. Menurut
praktisi pendidikan dan pengasuh anak Feeny dkk (2006: 181) apa yang dilakukan
usia dini menganggap bahwa permainan pendidik dan pengasuh sebelum dan
sebagai bagian dari pengasuhan dan selama anak bermain akan mempengaruhi
kepedulian dalam tugas mereka dan kualitas dan pencapaian anak dalam
lebih penting dari itu adalah rasa proses bermain.
penghormatan, penghargaan, dan
kepedulian sebagai pendidik atau 2. Modeling

23

235

2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
Modeling adalah proses menirukan dilingkungan keluarga, sekolah, dan
tingkah laku orang lain yang dilihat, masyarakat dipengaruhi oleh
dilakukan secara sadar atau tidak. Menurut perkembangan teknologi informasi
Bandura (dalam Monks dkk 2004:126) khususnya televisi. Menurut Anwas
kebanyakan tingkah laku orang terjadi (2010:259) realitas tersebut berpengaruh
karena pengamatan atau belajar model. terhadap penanaman pendidikan
Ada empat syarat yang harus dipenuhi karakter bagi setiap anak. Lebih lanjut
untuk dapat menirukan model dengan Anwas menjelaskan bahwa modeling
baik; 1) attention (adanya pengamatan), sangat cocok diterapkan pada masa anak
2) retention (model yang pernah dilihat dan remaja. Mereka mencari figur atau
anak disimpan dalam ingatan dan diingat panutan dalam rangka membentuk
kembali pada saat tertentu untuk di karakter atau jati diri. Karena media
modelkan kembali), 3) motoric televisi memiliki kekuatan yang ampuh
reproduktion (anak harus memiliki (powerful) bagi pemirsanya (Anwas,
kemampuan motorik untuk dapat 2011:260).
melakukan apa yang dilakukan oleh tokoh
yang ia lihat), 3. Story telling
4) motivation dan reinforcement; Anak Sebuah cerita dapat mengandung
yang menirukan harus melihat tingkah laku berbagai pendidikan moral yang berupa
itu sebagai tingkah laku yang terpuji pesan atau amanat. Melalui cerita pendidik
dan bermotivasi untuk menirukannya. atau orang tua dapat memberikan
Ketika anak mengamati sebuah model, penanaman nilai-nilai moral kepada anak.
kemudian mendapat pengetahuan baru, Sebuah cerita biasanya mengandung
namun secara langsung belum mampu contoh perilaku buruk maupun contoh
mempraktikkan respons-respons perilaku baik. Contoh perilaku buruk
tersebut. Pelaksanaan respon anak dimaksudkan agar dapat dihindari dalam
diatur oleh penguatan dan variabel kehidupan sehari-hari. Contoh perilaku baik
motivasi lainnya. (Crain, 2007:304- 305). dimaksudkan agar dapat ditiru untuk
Pemodelan dapat dilakukan dengan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
memutarkan anak film-film yang Menurut Semiawan (2007:34) Cerita
mengandung pesan cerita atau amanat merupakan wahana untuk
yang baik atau memberi tontonan di layar mewujudkan terjadinya pertemuan dan
telvisi pada program-program pendidikan keterlibatan emosi, pemahaman dan
yang menyajiakan tingkah laku tokoh- keterlibatan mental antara yang bercerita
tokoh baik yang dapat ditiru oleh anak. dengan anak, dapat memahami
Misalnya perjuangan anak dalam (verstehen) anak sedemikian, sehingga
menggapai kesuksesan walau memiliki dapat menerobos ke dalam (penetrate into)
keterbatasan fisik, atau kesabaran seorang penghayatan dan pengalaman. Lebih
anak dalam melawan teman jahat yang jauh Semiawan menjelaskan bahwa
berakhir dengan keberhasilan dan banyak keasyikan pencerita dalam menyelami
cerita-cerita bagus yang dapat substansi dan materi cerita dapat
menanamkan karakter unggul bagi anak. membawanya masuk ke dunia minat
Salah satu penelitian bandura tentang ( interest ) anak, dan menghasilkan
modeling dilakukan dengan pengalaman yang paling dalam (peak-
memutarkan film. Dari penelitian bandura experience).
ini menunjukkan bahwa modeling Cerita tidak harus disampaikan secara
memiliki pengaruh yang kuat dalam lisan (menghapal), namun bisa juga
merubah sikap dan prilaku anak. disampaikan dengan membacakan buku-
Kita bisa lihat apa yang terjadi pada buku cerita. Membacakan cerita-ceita
anak- anak. Kadang mereka menyamakan rakyat atau cerita tentang perjuangan
dirinya dengan aktor atau tokoh cerita seseorang melawan masalah dalam
dalam film- film atau televisi. Hampir kehidupannya. Pencerita harus mampu
disetiap rumah tersedia televisi dengan menciptakan suasana yang
sajian acara yang beragam. Semua aspek menyenangkan, suasana penuh emosi
kehidupan baik 2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
Jurnal Teknodik Vol. XV, Nomor 2, Desember

dan ekspresi, sehingga seolah- olah membawa anak kedalam cerita.

23

236

2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
Menggunakan bahasa yang sederhana dan Buatlah sudut bermain sosial drama
memodelkan apa yang dilakukan tokoh yang penuh dengan berbagai alat-alat
dalam sebuah cerita akan memudahkan yang dapat dipakai anak dalam bermain
anak memahami apa yang diceritakan. drama. Dengan lengkapnya alat permainan
Ceritakan tentang cerita-ceita keteladan dan accessories, anak akan semakin
seperti kisah- kisah keteladan Nabi-nabi, berimajinasi dalam memerankan peran-
sahabat-sahabat nabi, pahlawan- peran seperti menjadi pilot, dokter, guru,
pahlawan islam, dunia, nasional ataupun kesatria, pemadam kebakaran, tentara,
lokal. Ceritakan tentang binatang- polisi, dan lain sebagainya.
binatang yang dekat dengan kehidupan
anak. Ajak mereka memodelkan cara F. Strategi mengembangkan
binatang itu berbicara, bergerak, dan kompetensi-kompetensi sosial
kebiasaan-kebiasan setiap hari. Terangkan emosional anak di dalam kelas.
karakter dari para tokoh dalam cerita itu. Menurut Elias (1997) ada empat strategi
Kegiatan-kegiatan tersebut akan dapat guru di dalam kelas yang dapat
mempengaruhi emosi anak dan mendukung pengembangan pembelajaran
menumbuhkan karakter yang dijelaskan sosial emosional anak.
oleh pencerita. Oleh sebab itu pilihlah 1. Membangun suasana kelas yang
cerita-cerita yang mengandung pendidikan responsif dan memberdayakan
bagi anak bukan asal cerita. Ceritakan Pendidik harus melibatkan para anak
tokoh-tokoh penemu untuk memotivasi sebagai mitra aktif dalam menciptakan
semangat belajar. Kemudian tanyakan suasana kelas dimana kepedulian,
kepada mereka apa cita- cita mereka tanggung jawab, kepercayaan, dan
setelah mendengarkan cerita- cerita para komitmen untuk belajar dapat
penemu atau bentuk tokoh-tokoh lain. berkembang. Bangunlah rasa memiliki
Gunakan buku bergambar dalam pada anak karena itu akan
membacakan cerita kepada anak. memotivasi anak-anak untuk
Sehingga anak dapat bereksplorasi dengan mengembangkan keterampilan mereka dan
buku itu dalam memahami isi dari sebuah berkontribusi pada ketenangan semua di
cerita. Dengan melihat gambar-gambar dalam kelas. Binalah hubungan emosional
yang menarik akan menggugah yang kuat dan hangat di dalam kelas akan
keingintahuan anak tentang bagaimana memperkuat keterikatan anak dengan
jalan cerita yang ia lihat pada buku besar sekolah, minat mereka belajar,
tersebut. Mintalah kepada anak untuk kemampuan mereka untuk menahan diri
menceritakan kembali cerita yang sudah ia dari prilaku merusak ketenangan diri dan
dengar. Biarkan mereka bercerita dengan anak lain. Dengan memberikan
cara mereka sendiri. Tumbuhkan rasa kepercayaan kepada anak misalnya apa
kepercayaan pada mereka. dengan yang anak ingin pelajari pada waktu
demikian anak juga dapat tertentu berarti memberikan kesempatan
mengembangkan daya imajinasinya. yang baik bagi mereka untuk mendapatkan
kepuasan dan tanggung jawab dalam
4. Drama mempengaruhi lingkungan kelas mereka.
Bermain drama dapat membantu anak
mecobakan berbagai peran sosial yang 2. Mengembangkan masyarakat
diamatinya, memantapkan peran sesuai kelas yang aman dan terawat
dengan jenis kelaminnya, melepaskan Keterikatan emosional dengan guru,
segala masalah pada dirinya, teman sebaya, dan sekolah adalah
menghilangkan kejenuhan dan hubungan penting bagi anak dalam
meluapkan kegembiraan, berimajinasi, mencapai keberhasilan akademis.
dan bekerjasama membangun sebuah Bangunlah komunitas anak yang aman
interaksi sosial dengan anak lain. Anak dan penuh kepedulian. Jangan lewatkan
bermain ibu-ibuan dengan bonekanya, satupun dari anak-anak itu dari
main rumah-rumahan, sekolah-sekolahan perhatian dan pengawasan. Dalam
atau berperan menjadi seorang ibu dan lingkungan belajar yang
ayah. 2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
Jurnal Teknodik Vol. XV, Nomor 2, Desember

23

237

2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
aman dan penuh perhatian akan membuat Penelitian para ahli menjelaskan bahwa
kenyamanan bagi anak dalam
mengekspresikan diri dan menerima
ekspresi anak lain. Para pendidik akan
mencapai tujuan di atas dengan
mengkomunikasikan kepedulian dalam
mengajar dan menginspirasi mereka
dalam mengidentifikasi kemampuan
mereka dalam belajar. Tidak kalah
penting adalah mengembangkan
kemampuan anak untuk membentuk dan
memelihara hubungan yang saling
mendukung, yang berfungsi sebagai
penyangga terhadap pengembangan
masalah-masalah sosial, emosional, fisik
dan akademik. Menggunakan pertemuan
kelas, pendidik duduk ditengah lingkaran
besar dapat menumbuhkan rasa aman
pada diri semua anak. Kegiatan seperti
ini menawarkan kesempatan bagi setiap
anak untuk berbicara tanpa beban. Guru
dapat meminta tiap-tiap anak
menceritakan kegitannya sehari-hari, apa
yang mereka pikirkan tentang tema dan
topik yang sedang dieksplorasi dalam
pelajaran, atau bagaimana perasaan
mereka tentang kelas, sekolah, dan
lingkungan. Meminta mereka untuk
menceritakan tentang diri mereka akan
membantu anak lain untuk mengenalnya
lebih baik. Dan anak lain juga akan merasa
aman dalam merespon apa yang
diceritakan

4. Menggunakan kerangka dan


rencana pembelajaran yang
komprehensif
Memiliki kerangka atau rencana yang
sesuai dengan perkembangan dan
kebutuhan anak adalah komponen kunci
dari pengajaran yang efektif.
Memaksakan pembelajaran yang tidak
sesuai dengan perkembangan akan
membuat anak tidak nyaman dalam
belajar. Oleh sebab itu tujuan dari desain
pembelajaran yang disusun harus
terintegrasi dan dapat mengembangkan
semua aspek kompetensi sosial emosional
anak.

4. Menggunakan metode
instruksional yang dapat
meningkatkan Belajar Sosial dan
Emosional
2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
Jurnal Teknodik Vol. XV, Nomor 2, Desember

berbagai domain kecerdasan saling metode yang sudah dijelaskan


terkait. Kemampuan anak untuk sebelumnya atau metode-metode lain
belajar materi akademik sangat yang relevan dengan pengembangan aspek
dipengaruhi oleh keadaan emosional, sosial emosional anak.
dan kemampuan memecahan
masalah sosial adalah produk dari KESIMPULAN DAN SARAN
integrasi kecerdasan emosional dan • Kesimpulan
analitis proses kognitif. Oleh sebab itu Pendidikan karakter adalah penanaman
pembelajaran sosial emosional ini nilai- nilai karakter kepada peserta didik yang
berkaitan erat dengan kecerdasan meliputi komponen pengetahuan,
intrapersonal dan interpersonal anak. kesadaran atau kemauan, dan tindakan
Ini menunjukkan bahwa pembelajaran untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik
sosial emosional dapat didukung terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri,
oleh pengembangan aspek verbal, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan
artistik, musik, logika matematik, sehingga menjadi manusia yang sempurna.
spasial, dan fisik/ kinestetik. Pembelajaran sosial dan emosional pada
Dengan menggunakan aktivitas- anak merupakan dasar dalam penerapan
aktivitas yang dapat menstimulasi pendidikan karakter bagi anak usia dini.
semua aspek perkembangan anak Aspek sosial emosional anak akan
tersebut akan meningkatnya berkembang secara berkelanjutan sejalan
perkembangan kemampuan sosial dengan proses pengembangan dan stimulusi
emosional anak. Sebagai pendidik yang yang diberikan kepada mereka.
sadar akan kebutuhan kelas yang Pembelajaran sosial dan emosional pada anak
selalu berubah-ubah, pendidik akan melahirkan kemampuan adaptasi secara
sepenuhnya harus merespon setiap kognitif maupun sosial. Kompetansi-
kondisi anak dan situasi kelas. Metode kompetansi sosial seperti self-awareness, self-
pengajaran yang tepat adalah kunci management, social awareness, responsible
untuk menyelesaikan masalah tersebut. decision making, dan relationship
Guru dapat menggunakan metode- management yang menjadi pokus
pengembangan dalam proses

23

238

2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
pembelajaran juga berimplikasi pada berkomunikasi secara verbal atau non verbal.
tertanamnya karakter-karakter unggul dalam Mengingat pentingnya pendidikan karakter
konteks sosial maupun konteks lainnya. bagi anak usia dini, para pendidik harus
Dengan metode bermain, modeling, story memahami bahwa pembelajaran sosial
telling, drama dan lainnya dapat emosional dapat dijadikan sebagai dasar
dugunakan untuk mengembangkan aspek dalam menanamkan pendidikan karakter bagi
sosial emosional anak. Yang pada akhirnya anak. Dalam mengimlementasikan
akan tumbuh rasa percaya diri, penghargaan pembelajaran sosial emosional para pendidikan
pada diri sendiri dan orang lain, berempati harus memahami perkembangan sosial
pada orang lain dan mampu emosional anak sebagai dasar dalam
mengkomunikasikan perasaannya secara memberikan stimulus-stimulus yang sesuai
tepat. Dan berimplikasi pada tertanam dengan kebutuhan emosional anak.
dan terbentuknya karakter-karakter unggul Metode-metode bermain dalam kelompok
seperti mengenal diri, jujur, disiplin, tanggung permainan, modeling yang positif dan dengan
jawab, peduli, berkepribadian menarik, media-media seperti tv atau film, cerita; cerita
mengikuti perubahan, mengambil risiko, keteladanan dari Nabi-nabi, sahabat-sahabat
mengendalikan diri, bersemangat, kerjasama, nabi, pahlawan-pahlawan islam, dunia,
adil dan lain sebagainya. nasional ataupun lokal dan cerita binatang-
binatang, dan metode pembelajaran sosial
• Saran emosional lainnya dapat digunakan dalam
Hal penting yang perlu disadari bahwa pembelajaran sosial emosional anak untuk
pendidik memberikan kontribusi yang besar menanamkan pendidikan karakter bagi anak
dalam perkembangan emosi sosial anak usia dini. Peningkatan perkembangan sosial
dengan mengenal ekspresi emosi dan emosional yang terintegrasi dapat dilakukan
bagaimana guru meresponnya. Oleh karena ketika pendidik memberikan penguatan-
itu, para pendidik diharapkan dapat penguatan terhadap ekspresi emosi yang
memahami akan pentingnya pengembangan positif dan dapat diterima secara sosial
aspek emosi anak untuk menunjang tujuan selama dalam pembelajaran. Karena
belajar yang optimal. Hal ini dapat ketidakmampuan anak dalam mengatur emosi
ditingkatkan melalui proses pembelajaran di sejak dini dapat menstimulasi munculnya
sekolah dengan model-model dan metode- permasalahan perilaku di masa sekarang dan
metode belajar yang disesuaikan dengan yang akan datang.
kebutuhan dan aspek perkembangan anak
yang bersifat individual. Para pendidik PUSTAKA ACUAN
harus mengekspresikan emosi yang positif Anwas, Oos M. 2010. Televisi Mendidik Karakter
dalam setiap interaksi kepada anak baik di Bangsa: Harapan dan Tantangan. Artikel jurnal
dalam kelas atau lingkungan sekolah. Reaksi- Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta: Badan
reaksi perilaku dan emosi guru terhadap anak Penelitian dan Pengembangan Kementerian
menolong anak untuk memahami adanya Pendidikan Nasional. Vol.16 Edisi Khusus III,
perbedaan antara emosi yang satu dengan Oktober.
emosi yang lain. Karena ekspresi emosi anak Brewer, Jo Ann. 2007. Early Childhood Education,
merefleksikan ekspresi emosi guru. Berikan Preschool Through Primary Grades. USA:
Pearson Education, Inc.
anak kesempatan untuk bereksplorasi dalam
Collaborative for Academic, Social, and Emotional
memahami emosi dirinya dan anak-anak lain
Learning (CASEL), Social-Emotional Learning in
baik secara langsung dengan

2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
Jurnal Teknodik Vol. XV, Nomor 2, Desember

23

239

2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
Early Childhood: What We Know and Where to Go From Here. On line
http://casel.org/research/publications/ Diakses, Kamis, 8 September 2011
Crain, William. 2007. Teori Perkembangan; Konsep dan Aplikasi. Terjemahan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Darmiyati, Zuchdi. (2009). Pendidikan karakter grand design dan nilai-nilai target . Yogyakarta: UNY Press
David Elkind & Freddy Sweet Ph.D. 2004. How to Do Character Education. (http://www.goodcharacter.com/
Article_4.html) (Diunduh 2011)
Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasinonal Republik
Indonesia.
Elias, Maurice J., Joseph E. Zins, Roger P. Weissberg, Karin S. Frey, Mark T. Greenberg, Norris M. Haynes,
Rachael kessler, Mary E. Schwab-stone, Timothy P. Shriver. 1997. Promoting Social and Emotional
Learning
: Guidelines for Educator. USA: the Association for Supervision and Curriculum Development. All.
Feeny, Stephanie, Doris Christensen, and Eva Moravcik. 2006. Who Am I in the Lives of Children. USA:
Pearson Education, Inc.
Gestwicki, Carol. 2007. Developmentally Appropriate Practice; Curriculum and Development in Early Education.
Third Edition. Canada: Thomson Delmar Learning.
Gross, Jean. Better Evidence-Based Education; Social-Emotional Learning; Which Approaches to Social-
Emotional Learning work?. Available in http://casel.org/research/publications/ Diakses, Kamis, 8 September
2011 Hermawan Kertajaya. 2010. Grow with Character: The Model Marketing (Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama).
Hornby dan Parnwell. 1972. Learner’s Dictionary. Kuala Lumpur: Oxford University Press.
Kamisa, 1997. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Kartika.
Monks, F.J., A.M.P Knoers, dan Siti Rahayu Haditomo. 2004. Psikologi Perkembangan; Pengantar dalam
Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
NAEYC. http://www.naeyc.org/
Nurchaili. Membentuk Karakter Siswa melalui Keteladanan Guru . Artikel jurnal Pendidikan dan Kebudayaan ,
Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Nasional. Vol.16 Edisi Khusus III,
Oktober.
Ryan Keevin and Bohlin Karen. 1999. Building Character in Schools. San Fransisco: John Willey & Sons.
Seefeldt, Carol dan Barbara A. Wasik. 2006. Pendidikan Anak Usia Dini: Menyiapkan Anak Usia Tiga, Empat,
dan Lima Tahun Masuk Sekolah. Terjemahan. Jakarta: Indeks.
Semiawan, Conny. R. 2007. Landasan Pembelajaran dalam Perkembangan Manusia. Jakarta: Center for
Human Capacity Development.
Stein, Rita, Roberta Richin, Richard Banyon, Francine Banyon & Marc Stein. 2000. Connecting Character to
Conduct : Helping Students Do The Right Things. USA: ASCD
Sujiono, Yuliani nurani. 2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Indeks
Tedjasaputra, Mayke S. 2001. Bermain, Mainan dan Permainan untuk Pendidikan Anak Usia Dini . Jakarta:
Grasindo.
Teuku Ramli Zakaria. 2001. Pendekatan-Pendekatan Pendidikan Nilai dan Implementasi dalam Pendidikan
Budi Pekerti. (http://www.pdk.go.id/balitbang/Publikasi/Jurnal/No_026).
Tri Hartiti Retnowati. 2010. Membangun Karakter Siswa Melalui Pembelajaran Batik di Sekolah. Makalah
disajikan pada Seminar Nasional dalam rangka Dies Natalis Ke 46 Universitas Negeri Yogyakarta.
Zins, Joseph E., Roger P. Weissberg, Margaret C. Wang, and Herbert J. Walberg, 2001, Building Academic
Success on Social and Emotional Learning: What Does the Research Say? , New York: Teachers College
Press
, Social-Emotional Learning and School Success Maximizing Children’s Potential by Integrating
Thinking, Feeling, Behavior. Volume 10 • Number 6 • June 2001, The National Center On Education in
the Inner Cities.
Zuhlan, Najib. 2011. Pendidikan Berbasis Karakter. Surabaya: JePe Press Media Utama.

uuuuuuuuuuuuuuu
2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
Jurnal Teknodik Vol. XV, Nomor 2, Desember

23

240

2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
2
3

Anda mungkin juga menyukai