Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, segala
puja dan puji hanya untuk Allah, Tuhan Pencipta dan Pemelihara semesta alam. Shalawat
dan salam semoga selalu terlimpah kepada junjungan kita Rasullullah Muhammad SAW,
sahabat dan para pengikutnya sampai akhir zaman.
Mengawali pidato pengukuhan ini, ijinkan saya menyertai hadirin yang berbahagia
untuk bersama-sama memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, karena dengan
limpahan rahmat, nikmat, taufik, dan hidayah-Nya, pidato pengukuhan ini dapat
dilaksanakan pada hari ini.
Bapak Rektor selaku Ketua Senat dan hadirin yang saya muliakan,
Prof. Dr. H. Bambang Banu Siswoyo, M.M, Pidato Pengukuhan Guru Besar Bidang Ilmu
Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang Disampaikan pada Sidang Terbuka
Senat Universitas Negeri Malang, Rabu, 7 November 2012
Social Responsibility (CSR ), sebagai pertanggungjawaban akademik saya dalam bidang
Ilmu Manajemen. Membangun ekonomi rakyat dalam konteks ekonomi kerakyatan
sebagaimana yang diamanatkan Pasal 33 UUD 1945 memang memerlukan “pemihakan”,
yaitu suatu sikap memihak untuk memuliakan “kedaulatan rakyat”. Pembangunan ekonomi
rakyat merupakan suatu strategi untuk membangun perekonomian nasional melalui
peningkatan produktivitas rakyat (rakyat sebagai asset nasional) dan utilisasi keefektifan
sumber-sumber daya dalam pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development).
Untuk itu, strategi grassroots-based dan resources-based dengan pendekatan partisipatori
dan emansipatori yang bottom-up merupakan esensi dari demokrasi ekonomi.
Sistem ekonomi Indonesia adalah ”sistem ekonomi kerakyatan” (TAP MPR No.
IV/MPR/1999), yaitu sistem ekonomi yang bertumpu pada mekanisme pasar yang
berkeadilan dengan prinsip persaingan sehat dan memperhatikan pertumbuhan ekonomi,
nilai-nilai keadilan, kepentingan sosial, kualitas hidup, dan pembangunan berwawasan
lingkungan yang berkelanjutan sehingga seluruh potensi masyarakat, baik sebagai
produsen/pengusaha, konsumen, tenaga kerja, tanpa membedakan suku, agama, dan gender
memperoleh kesempatan yang sama untuk berperan aktif dan meningkatkan taraf
hidupnya dalam berbagai kegiatan ekonomi (Swasono, 2010). Untuk itu, restrukturisasi
ekonomi dengan sasaran menggerakkan ekonomi kerakyatan harus terus dilakukan, di
antaranya dengan mempertautkan kepentingan pelaku-pelaku ekonomi. Para pelaku
ekonomi dari unsur perseroan yang kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan
sumberdaya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL)
dengan mengalokasikan dana yang bisa diperhitungkan sebagai biaya perseroan (UU No
40 Tahun 2007). Demikian juga setiap penanaman modal di Indonesia wajib melaksanakan
tanggung jawab sosial, menghormati tradisi budaya masyarakat dan ketentuan
perundangan yang berlaku (UU No 25 Tahun 2007). Implementasi pemanfaatan instrumen
corporate social responsibility (CSR) saat ini lebih banyak yang berorientasi pemberian
derma atau sumbangan (philanthropy, charity), dan itupun masih belum terpola dengan
baik karena kurangnya koordinasi.Untuk itu, pembahasan sekitar CSR guna mencari pola
implementasi CSR yang lebih berorientasi pada recovary sumberdaya dan pemberdayaan
masyarakat khususnya usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) masi sangat relevan.
Terlebih lagi keberadaan CSR diharapkan dapat mendukung pencapaian tujuan Millennium
Development Goals (MDG’s) yaitu usaha simultan dalam rangka pengurangan angka
kemiskinan setiap tahunnya. Tulisan ini diharapkan menjadi bahan refleksi semua pihak
yang terkait dengan implementasi CSR.
Definisi CSR
Prof. Dr. H. Bambang Banu Siswoyo, M.M, Pidato Pengukuhan Guru Besar Bidang Ilmu
Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang Disampaikan pada Sidang Terbuka
Senat Universitas Negeri Malang, Rabu, 7 November 2012
operasi perusahaan (Post, et. al, 2002). Stakeholders terdiri dari inside dan outside
stakeholders. Inside stakeholders terdiri dari pemegang sahan (stockholders), para manajer
dan karyawan. Sedangkan outside stakeholders terdiri dari pelanggan, pemasok,
pemerintah, dan masyarakat. Tanggung jawab perusahaan kepada pemangku kepentingan
(stakeholders) meliputi tanggung jawab ekonomi (economic responsibility) berupa
pengelolaan perusahaan yang menghasilkan laba; tanggung jawab hukum (legal
responsibility) berupa kepatuan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan; dan
tanggung jawab sosial (social responsibility) berupa tanggung jawab perusahaan terhadap
sosial dan lingkungannya. Pearce & Robinson (2007) menambahkan tanggung jawab etika
(ethical responsibilities) berupa tuntutan perilaku bisnis yang benar dan layak, dan
tanggung jawab deskresi (discretionary responsibilities) berupa tanggung jawab sukarela
organisasi bisnis.
Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) yang
pada literatur-literatur awal tahun 1950 disebut sebagai Social Responsibility (SR) telah
menjadi pemikiran para pembuat kebijakan sejak lama. Berdasarkan hasil penelusuran J.J
Asongu, Raja Hammurabi (1700-an SM) di Kerajaan Mesopotamia Kuno telah
mengeluarkan 282 hukum yang memuat sanksi bagi para pengusaha yang lalai dalam
menjaga kenyamanan warga atau menyebabkan kematian bagi pelanggannya. Ancaman
hukuman mati diberikan terhadap para pembangun, pengurus penginapan dan petani
apabila karena kelalaiannya menyebabkan kematian orang lain, atau menyebabkan
ketidaknyamanan yang sangat mengganggu bagi pihak lain (Barnett, diakses 4 September
2012). Setelah awal tahun 1920-an, menurut J.J. Asongu, diskusi-diskusi mengenai
tanggung jawab sosial dari suatu organisasi bisnis telah berkembang ke tahap gerakan CSR
‘modern’.
Tulisan Howard R. Bowen tahun 1953 dalam bukunya yang berjudul “Responsibility
of The Businessman” dapat dianggap sebagai tonggak bagi CSR modern. Dalam buku itu
Bowen mengemukakan bahwa para pelaku bisnis memiliki kewajiban untuk
mengupayakan suatu kebijakan serta membuat keputusan atau melaksanakan berbagai
tindakan yang sesuai dengan tujuan dan nilai-nilai masyarakat (Wartick & Cochran, 1985).
Berawal dari pendapat Bowen ini berkembang beberapa definisi, di antaranya CSR
didefinisikan sebagai tanggung jawab yang dimiliki oleh suatu perusahaan terhadap
masyarakat dimana perusahaan tersebut berdiri atau menjalankan usahanya
(http://www6.miami.edu/ethics/pdf_files/csr_guide.pdf, diakses 10 Jan 2012). Pendapat
lain menyatakan CSR sebagai suatu kewajiban perusahaan untuk memperhatikan
kepentingan pelanggan, karyawan, pemegang saham, komunitas dan pertimbangan-
pertimbangan ekologis dalam segala aspek dari usahanya (Kamus online Wikipedia).
Robbons & Coulter (2003:123) mengemukakan bahwa evolusi CSR meliputi empat tahap
perkembangan, tahap pertama CSR awalnya lebih diorientasikan pada pemegang saham
dan manager (owners and management) (Baron, 2006); tahap kedua karyawan
(employees); tahap ketiga masyarakat setempat (constituents in the specific environment),
dan tahap terakhir CSR berorientasi pada masyarakat luas (broader society). The
International Organization of Employers (IOE) mendefinisikan CSR sebagai tindakan
perusahaan yang bersifat sukarela dan melampaui kewajiban hukum terhadap peraturan
Prof. Dr. H. Bambang Banu Siswoyo, M.M, Pidato Pengukuhan Guru Besar Bidang Ilmu
Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang Disampaikan pada Sidang Terbuka
Senat Universitas Negeri Malang, Rabu, 7 November 2012
perundang-undangan Negara. Menurut The World Business Council for Sustainable
Development, yaitu bahwa CSR merupakan suatu komitmen terus-menerus dari pelaku
bisnis untuk berlaku etis dan untuk memberikan kontribusi bagi perkembangan ekonomi
sambil meningkatkan kualitas hidup para pekerja dan keluarganya, juga bagi komunitas
lokal dan masyarakat pada umumnya. Definisi terakhir inilah yang diterima secara luas
oleh praktisi dan aktivis CSR (Kalangit, 2009).
Berdasarkan uraian di atas, dalam konsep CSR selain perusahaan bertanggung jawab
secara ekonomi dalam bentuk profit pada pemegang sahamnya, perusahaan juga harus
menjalankan bisnisnya sesuai hukum yang berlaku, menerapkan etika, moral, dan derma
kepedulian (filantrofi) terhadap lingkungannya. CSR mengenal konsep ‘triple bottom line’
yang dikembangkan Elkington maupun Global Reporting Initiative (GRI), yaitu bahwa
tanggungjawab perusahaan meliputi 3P (profit, people, planet), yaitu bidang kemakmuran
ekonomi (economic prosperity), bidang keadilan sosial (social equity), dan bidang kualitas
lingkungan (environmental quality) (Marshall & Harry, 2005; Choi & Gray, 2008).
Implementasi konsep CSR membawa konsekuensi bahwa perusahaan juga harus
memiliki tanggung jawab terhadap pihak-pihak lain seperti karyawan, supplier, konsumen,
pemerintah, kelompok masyarakat setempat dan yang lebih luas. Masih banyak pihak yang
menyamakan CSR dengan pengembangan masyarakat atau community development (CD).
CD merupakan usaha sistematis untuk meningkatkan kekuatan kelompok-kelompok
masyarakat kurang beruntung (spesifik) agar lebih dekat dengan kemandirian. Adapun
CSR mempunyai cakupan yang lebih luas, yaitu terhadap seluruh stakeholders. Jadi, CD
merupakan bagian dari CSR.
Sejarah CSR
Menilik sejarahnya, gerakan CSR modern yang berkembang pesat selama dua puluh
tahun terakhir ini, lahir akibat desakan organisasi-organisasi masyarakat sipil dan
jaringannya di tingkat global. Perkembangan penting CSR setelah Howard R Bowen tahun
1950-an antara lain sebagai berikut.
1. Periode 1960-an:
Pada tahun 1960-an banyak usaha dilakukan untuk memberikan formalisasi definisi
CSR. Salah satu akademisi CSR yang terkenal pada masa itu adalah Keith Davis.
Davis dikenal karena berhasil memberikan pandangan yang mendalam atas hubungan
antara CSR dengan kekuatan bisnis. Davis mengutarakan “Iron Law of Responsibility”
yang menyatakan bahwa tanggung jawab sosial pengusaha sama dengan kedudukan
sosial yang mereka miliki.Tahun 1962, Rachel Carlson menulis buku yang berjudul
Silent Spring yang memberikan pengaruh besar pada aktivitas pelestarian alam. Tahun
1963 Joseph W. McGuire memperkenalkan istilah Corporate Citizenship, yang
menyatakan bahwa korporasi harus memperhatikan masalah politik, kesejahteraan
masyarakat, pendidikan, “kebahagiaan” karyawan dan seluruh permasalahan sosial
Prof. Dr. H. Bambang Banu Siswoyo, M.M, Pidato Pengukuhan Guru Besar Bidang Ilmu
Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang Disampaikan pada Sidang Terbuka
Senat Universitas Negeri Malang, Rabu, 7 November 2012
kemasyarakatan lainnya. Oleh karena itu, korporasi harus bertindak “baik” sebagai
mana warga negara (citizen) yang baik (Siswoyo, 2009).
2. Periode tahun 1970-an:
S. Prakash Sethi memberikan penjelasan atas perilaku korporasi yang dikenal dengan
social obligation, social responsibility, dan social responsiveness. Social obligation
adalah perilaku korporasi yang didorong oleh kepentingan pasar dan pertimbangan-
pertimbangan hukum. Social responsibility merupakan perilaku korporasi yang tidak
hanya menekankan pada aspek ekonomi dan hukum saja, tetapi menyelaraskan social
obligation dengan norma, nilai dan harapan kinerja yang dimiliki oleh lingkungan
sosial.
3. Periode tahun 1980-an:
Empu teori manajemen Peter F. Drucker baru mulai membahas secara serius bidang
CSR pada tahun 1984. Ia memberikan ide baru agar korporasi dapat mengelola
aktivitas CSR yang dilakukannya dengan sedemikian rupa sehingga tetap akan menjadi
peluang bisnis yang menguntungkan. Tahun 1987, Persatuan Bangsa-Bangsa melalui
World Commission on Environment and Development (WECD) menerbitkan laporan
yang berjudul Our Common Future. Laporan ini menjadi dasar kerjasama multilateral
dalam rangka melakukan pembangunan berkelanjutan (sustainable development).
4. Periode tahun 1990-an ke atas:
Keprihatinan utama yang disuarakan pada periode ini adalah mengenai perilaku
korporasi. Demi maksimalisasi labanya, lazim mempraktikkan cara-cara yang tidak
etis, dan dalam banyak kasus bahkan dapat dikategorikan sebagai kejahatan korporasi.
Atas prakarsa banyak pihak, dilakukan KTT Bumi (Earth Summit) di Rio de Janeiro,
Brazilia tahun 1992. KTT dihadiri oleh 172 negara dengan tema utama Lingkungan
dan Pembangunan Berkelanjutan. Earth Summit ini menghasilkan “Deklarasi Rio”
yang menegaskan bahwa konsep pembangunan berkelanjutan (sustainability
development) tidak hanya menjadi tanggung jawab negara, tetapi utamanya juga
perusahaan yang kekuasaannya semakin menggurita. Hasil akhir dari pertemuan
tersebut secara garis besar menekankan pentingnya eco-efficiency dijadikan sebagai
prinsip utama berbisnis dan menjalankan pemerintahan. Hasil KTT Bumi ini semakin
dipertegas oleh hasil riset James Colins dan Jerry Porras, yang menyatakan bahwa
perusahaan-perusahaan yang bertahan lama adalah perusahaan yang bukan hanya
mengejar profit semata (Kalangit, 2009).
Selanjutnya, pertemuan di Johannesburg pada tahun 2002 yang dihadiri oleh para
pemimpin dunia memunculkan konsep social responsibility, yang mengikuti dua
konsep yang telah muncul sebelumnya yaitu economic dan environmental
sustainability. Dalam tahun yang sama, di Amerika dikeluarkan Sarbanas-Oxley 2002
yang di antaranya mengatur kewajiban direktur dalam membuat laporan keuangan
perusahaan sebagai upaya untuk meningkatkan tanggung jawab sosial perusahaan.
Demikian juga di Inggris, dalam Companies Act versi 2007 yang mengatur
peningkatan kewajiban direktur untuk melaporkan financial key performance indicator
dan laporan yang berisi informasi terkait dengan lingkungan perusahaan dan para
pekerjanya. Pertengahan tahun 2007, UN Global Compact yang dibuka oleh Sekretaris
Prof. Dr. H. Bambang Banu Siswoyo, M.M, Pidato Pengukuhan Guru Besar Bidang Ilmu
Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang Disampaikan pada Sidang Terbuka
Senat Universitas Negeri Malang, Rabu, 7 November 2012
Jenderal PBB, meminta perusahaan untuk menunjukkan tanggung jawab dan perilaku
bisnis yang sehat. Selain itu, International Organization of Standardization (ISO) sejak
tahun 2004 telah menyusun panduan standardisasi untuk CSR (Guidance Standard on
Social Responsibility) yang kemudian dikenal sebagai ISO 26000 dan diberlakukan
tahun 2009 (Kalangit, 2009).
Prof. Dr. H. Bambang Banu Siswoyo, M.M, Pidato Pengukuhan Guru Besar Bidang Ilmu
Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang Disampaikan pada Sidang Terbuka
Senat Universitas Negeri Malang, Rabu, 7 November 2012
perusahaan dan untuk membungkam kritik dari Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan
pihak lain yang tidak setuju (Husted, 2003). Peranan CSR ini telah menimbulkan
perdebatan filosofis dan ekonomis selama ini.
Pemahaman tentang CSR bagi perusahaan pada umumnya meliputi tiga hal pokok,
yaitu 1) suatu kegiatan yang sifatnya sukarela (voluntary) yang dikaitkan dengan kegiatan
perusahaan dalam membantu problem sosial dan lingkungan, sehingga perusahaan bebas
melakukan atau tidak melakukannya; 2) suatu tindakan menyisihkan sebagian profit
perusahaan untuk maksud kedermawanan (philanthropy) dan perbaikan kerusakan akibat
ekplorasi/eksploitasi sumber daya alam; dan 3) sebagai bentuk kewajiban (obligation)
perusahaan untuk ikut bertanggung jawab terhadap masalah-masalah sosial seperti
kemanusiaan dan lingkungan (Wiwoho, 2008; Siswoyo, 2009). Ketiga hal di atas
menguatkan bahwa konsep CSR dilandasi oleh argumen moral. Perusahaan hidup dan
berkembang berkat masyarakat yang telah membayar pajak untuk membiayai fasilitas
publik seperti jembatan, jalan, listrik, transportasi, hukum dan penegak hukum, keamanan
dan sebagainya. Fasilitas publik tersebut dimanfaatkan oleh perusahaan. Untuk itu, secara
moral perusahaan sudah seharusnya ikut mengatasi masalah sosial yang ada di masyarakat.
Regulasi yang terkait dengan CSR baik secara implisit maupun eksplisit cukup
banyak. Regulasi CSR secara implisit dapat dilihat dalam UU No. 23 Tahun 1997 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup; UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen;
dan UU No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan. Regulasi yang secara eksplisit
mengatur CSR di antaranya adalah undang-undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas (PT) tertanggal 16 Agustus 2007. Salah satu bab dan pasal penting yang perlu
dicermati adalah Bab V yang mengatur tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan
(TJSL) yang memuat hanya satu pasal, yaitu Pasal 74 yang bunyi lengkapnya adalah
sebagai berikut.
(1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan
dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan
lingkungan.
(2) Tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai
biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatuhan
dan kewajaran.
(3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL)
diatur dengan Peraturan Pemerintah (PP).
Berdasarkan Pasal 74 di atas, beberapa hal penting yang patut dikemukakan adalah
sebagai berikut.
Prof. Dr. H. Bambang Banu Siswoyo, M.M, Pidato Pengukuhan Guru Besar Bidang Ilmu
Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang Disampaikan pada Sidang Terbuka
Senat Universitas Negeri Malang, Rabu, 7 November 2012
1. UU No. 40 Tahun 2007 telah menetapkan CSR sebagai kewajiban hukum
(statutory obligation), bukan sebagai kewajiban moral semata yang pelaksanaannya
bersifat suka rela.
2. CSR hanya diberlakukan secara terbatas bagi perseroan yang menjalankan kegiatan
usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam. Bagi perseroan
jenis ini yang tidak melaksanakan kewajiban CSR dapat dijatuhi sanksi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Sayangnya sanksi tersebut
sampai saat ini belum diatur secara jelas.
3. Pembayaran kewajiban CSR oleh perseroan dapat diperhitungkan sebagai biaya
dan dapat mengurangi besarnya pajak pendapatan (PPh 25) perusahaan.
Aspek yang kurang menguntungkan dari CSR adalah perusahaan akan menghadapi
tuntutan kontribusi tanggung jawab sosial yang semakin besar. Besarnya tuntutan tersebut
bisa jadi jauh melampaui “sekedar” sumbangan uang tunai atau barang. Para pemrotes dari
kalangan stakeholders yang agresif akan terus menyuarakan masalah ini, seperti karyawan,
pemegang saham, dan beberapa di antaranya juga pimpinan perusahaan. Mereka berjuang
untuk menolak pemberlakuan kewajiban CSR ini melalui Kadin. Akhirnya, Kadin
“mewakili” para pemrotes tersebut melakukan gugatan uji material pada Mahkamah
Konstitusi (MK) agar pemerintah mencabut UU No. 40 Tahun 2007, khususnya pasal 74.
Menanggapi hal ini, MK melalui putusannya tanggal 15 April 2009 menolak gugatan uji
material--mengenai kewajiban Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) bagi
perusahaan yang kegiatan usahanya di bidang dan/ atau berkaitan dengan sumber daya
alam--yang diajukan oleh Kadin. Putusan MK bersifat final dan mengikat. Terkait dengan
pemberlakuan UU No. 40 Tahun 2007 di atas dan sebagai pendorong agar perusahaan
melakukan kewajiban TJSL atau CSR, Pemerintah mengeluarkan regulasi berupa
“instrumen pengurangan pajak” bagi perusahaan yang menyelenggarakan TJSL atau CSR,
yang berikutnya disebut TJSL/CSR. Regulasi dimaksud berupa UU Pajak Penghasilan
36/2008 (UU PPh) pasal 6 ayat (1) huruf a yang memberlakukan beberapa jenis
sumbangan sosial yang diakui sebagai biaya.
Regulasi lain yang secara eksplisit mengatur CSR adalah UU Nomor 25 Tahun
2007 tentang Penanaman Modal. Pasal 15 dari UU tersebut menyatakan bahwa setiap
penanam modal di Indonesia wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
(TSP) atau CSR, menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan usaha
penanaman modal dan mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan. Terkait
dengan TSP atau CSR ini, Pemerintah Provinsi Jawa Timur mengeluarkan Peraturan
Daerah Nomor 4 tahun 2011 tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan yang selanjutnya
disebut TSP. Menurut Perda tersebut TSP adalah tanggungjawab yang melekat pada setiap
perusahaan untuk menciptakan hubungan yang serasi, seimbang dan sesuai dengan
lingkungan, nilai, norma dan budaya masyarakat. Tujuan dikeluarkannya Perda Nomor 4
tahun 2011 adalah untuk: 1) memberi kepastian dan perlindungan hukum atas pelaksanaan
program TSP di Jawa Timur; 2) memberi arahan kepada semua perusahaan dan semua
pemangku kepentingan di Jawa Timur dalam menyiapkan diri memenuhi standar
international. Standar internasional yang dimaksud adalah ISO 26000 yang dirumuskan
oleh International Organization for Standardization (ISO) sejak bulan September 2004.
Prof. Dr. H. Bambang Banu Siswoyo, M.M, Pidato Pengukuhan Guru Besar Bidang Ilmu
Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang Disampaikan pada Sidang Terbuka
Senat Universitas Negeri Malang, Rabu, 7 November 2012
ISO 26000 merupakan sertifikasi CSR untuk seluruh jenis dan ukuran organisasi
yang ada di dunia yang bersifat komprehensif dan universal. ISO 26000 diharapkan
menjadi acuan utama di dunia untuk menetapkan bahwa perusahaan telah
mengimplementasi CSR yang berstandarisasi tinggi. Selain itu, ISO 26000 juga
diharapkan dapat menjadi jembatan dan standarisasi berbagai elemen dalam urusan CSR
sehingga menekan kesalahan persepsi dalam pelaksanaan CSR (Kartini, 2009: 123-128).
Selanjutnya, ketentuan ISO 26000 adalah sebagai berikut.
a) Membantu organisasi agar dalam pelaksanaan tanggung jawabnya memerhatikan
kondisi budaya, sosial, lingkungan, hukum yang berlaku dan pembangunan.
b) Menyediakan panduan praktis yang berhubungan dengan operasional tanggung jawab
sosial, identifikasi stakeholder dan komitmen terhadap para stakeholder-nya serta
meningkatkan kredibilitas laporan yang terkait dengan pelaksanaan tanggung jawab
sosial.
c) Meningkatkan kredibilitas dan kepuasan, baik di dalam organisasi, bagi pelanggan dan
para stakeholder lainnya.
d) Menghormati dan tidak bersengketa dengan peraturan yang berlaku, kesepakatan dan
konvensi internasional serta standar ISO.
e) Tidak digunakan untuk mengurangi peran atau otoritas pemerintah dalam konteks
tanggung jawab sosial organisasi.
f) Membentuk persamaan persepsi menyangkut pengertian dari tanggung jawab sosial.
g) Memperluas kesadaran akan tanggung jawab sosial.
h) Biaya-biaya yang dapat mengurangi pajak (tax deductible) adalah biaya promosi, biaya
beasiswa, magang, dan pelatihan, biaya kupon makanan dan minuman bagi pegawai
kriteria dan daerah tertentu, beban pengolahan limbah, cadangan biaya reklamasi untuk
usaha pertambangan, cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan, dan
cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan limbah industri
untuk usaha pengolahan limbah industri.
Regulasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (TJSL)/CSR di antaranya juga
berhubungan dengan pemberdayaan UMKM. Adapun regulasi tentang pelaksanaan
TJSL/CSR yang berkaitan dengan pemberdayaan UMKM adalah sebagai berikut
(Siswoyo, dkk., 2010).
1) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1232/KMK.013/1989 tanggal 11 Nopember
1989 tentang Pedoman Pembinaan Pengusaha Ekonomi Lemah dan Koperasi
melalui Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Dana pembinaan disediakan dari
penyisihan sebagian laba BUMN sebesar 1%-5% (dari laba setelah pajak). Nama
program saat itu lebih dikenal dengan Program Pegelkop.
2) Pada Tahun 1994, nama program Pegelkop diubah menjadi Pembinaan Usaha
Kecil dan Koperasi (Program PUKK) berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan
Nomor 316/KMK.016/1994 tanggal 27 Juni 1994 tentang Pedoman Pembinaan
Usaha Kecil dan Koperasi melalui pemanfaatan dana dari Bagian Laba BUMN.
3) Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1998 tentang Pembinaan dan
Pengembangan Usaha Kecil. Penjelasan Pasal 16, lembaga pembiayaan
menyediakan dukungan modal untuk pembinaan dan pengembangan usaha kecil
Prof. Dr. H. Bambang Banu Siswoyo, M.M, Pidato Pengukuhan Guru Besar Bidang Ilmu
Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang Disampaikan pada Sidang Terbuka
Senat Universitas Negeri Malang, Rabu, 7 November 2012
antara lain meliputi sekema modal awal, modal bergulir, kredit usaha kecil, kredit
program dan kredit modal kerja usaha kecil, kredit kemitraan, modal ventura, dana
dari bagian laba Badan Usaha Milik Negara (BUMN), anjak piutang dan kredit
lainnya. Sebagai tindak lanjut dari PP No. 32 Tahun 1998 ini dikeluarkanlah
Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan BUMN/Kepala Badan Pembina BUMN
No.Kep-216/M-PBUMN/1999 tanggal 28 September 1999 tentang Program
Kemitraan dan Bina Lingkungan BUMN.
4) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN.Pasal 2, … salah satu
tujuan pendirian BUMN adalah turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan
kepada pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi, dan masyarakat. Pasal 88
ayat (1). ...BUMN dapat menyisihkan sebagian laba bersihnya untuk keperluan
pembinaan usaha kecil/koperasi serta pembinaan masyarakat sekitar BUMN.
Sebagai tindak lanjut UU No. 19 Tahun 2003 ini dikeluarkanlah Keputusan
Menteri BUMN Nomor Kep-236/MBU/2003 tanggal 17 Juni 2003 tentang
Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan.
5) UU No. 40 Tahun 2007 tanggal 16 Agustus 2007 Tentang Perseroan Terbatas,
yang sebelumnya didahului oleh Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal, dan Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor Per-
05/MBU/2007 tanggal 27 April 2007 tentang Program Kemitraan BUMN dengan
Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan. UU No. 25 Tahun 2007 menggunakan
istilah “Tanggungjawab Sosial Perusahaan” sebagai terjemahan corporate social
responsibility.
6) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah.Pasal 21, … Badan Usaha Milik Negara dapat menyediakan
pembiayaan dari penyisihan bagian laba tahunan yang dialokasikan kepada Usaha
Mikro dan Kecil dalam bentuk pemberian pinjaman, penjaminan, hibah, dan
pembiayaan lainnya. PKBL merupakan Program Pembinaan Usaha Kecil dan
pemberdayaan kondisi lingkungan oleh BUMN melalui pemanfaatan dana dari
bagian laba BUMN. Jumlah penyisihan laba untuk pendanaan program maksimal
sebesar 2% (dua persen) dari laba bersih untuk Program Kemitraan dan maksimal
2% (dua persen) dari laba bersih untuk Program Bina Lingkungan.
Berdasarkan peraturan perundangan yang terkait dengan CSR tersebut, terdapat
beberapa catatan penting yang perlu dipahami, yaitu sebagai berikut.
1. Regulasi yang telah dikeluarkan oleh Pemerintah terkait CSR tersebut di atas pada
dasarnya mengarahkan perusahaan agar dalam melaksanakan kegiatan usahanya
tidak hanya berorientasi pada tanggung jawab ekonomi (profit) saja, melainkan
juga legal, moral dan etis. Pemaknaan kegiatan CSR harusnya tidak sekedar
sebagai “perlakuan” tertentu pada inside stakeholders (karyawan), atau outside
stakeholders yang terdiri dari pelanggan, pemasok, pemerintah, dan kelompok
masyarakat setempat atau yang lebih luas. CSR/TJSL seyogyanya dimaknai yang
lebih “luas”, yaitu kegiatan perusahaan yang dibuat dalam rencana jangka panjang
dan juga memiliki efek jangka panjang (sustainability development) sehingga dapat
Prof. Dr. H. Bambang Banu Siswoyo, M.M, Pidato Pengukuhan Guru Besar Bidang Ilmu
Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang Disampaikan pada Sidang Terbuka
Senat Universitas Negeri Malang, Rabu, 7 November 2012
meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat bagi komunitas
setempat maupun masyarakat pada umumnya.
2. Penggunaan istilah yang berbeda didapati dalam UU No. 25 tahun 2007 tentang
Penanaman Modal dan Perda Provinsi Jawa Timur Nomor 4 Tahun 2011 yang
menggunakan istilah “Tanggung Jawab Sosial Perusahaan” (TSP); dan UU No. 40
Tahun 2007 tentang Perseoran Terbatas yang menggunakan istilah “Tanggung
Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan” (TJSL)/CSR. Perbedaan ini berlanjut
dengan penggunaan istilah CSR yang mengacu pada UU No. 25 / 2007, dan
Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) yang mengacu pada UU No 40
Tahun 2007. Istilah CSR dan PKBL belakangan ini cenderung disamakan, padahal
sebenarnya berbeda. Program Kemitraan (PK) terkait dengan hubungan kemitraan
antara usaha maju dengan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang
berorientasi pada pengembangan usaha di antara yang bermitra. Bina lingkungan
pada dasarnya sama dengan CSR. Perbedaan PK dan BL ini juga dikuatkan oleh
UU Nomor 20 Tahun 2008 Tentang UMKM. UU ini mewajibkan BUMN
menyisihkan laba bersihnya sebesar 2% untuk Program Kemitraan dan 2% untuk
Bina Lingkungan. Penggunaan istilah yang berbeda ini mengakibatkan kerancuan
dalam mengukur pelaksanaan CSR di Indonesia.
3. Terkait masalah sanksi, yang diatur dalam Pasal 34 UU Nomor 25 Tahun 2007
Tentang Penanaman Modal, meliputi sanksi administratif maupun sanksi lainnya
yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Sedangkan dalam
UU No 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, sanksi bagi perusahaan yang
tidak melakukan tanggung jawab sosial dan lingkungan tidak diatur secara spesifik
melainkan ‘diserahkan’ pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku atau yang terkait sebagaimana dijelaskan pasal 74 (3) UU No 40 Tahun
2007. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sanksi sebagaimana diatur dalam
UU Penanaman Modal bagi perusahaan yang tidak melakukan tanggung jawab
sosial dapat pula diberlakukan bagi perusahaan-perusahaan yang tidak melakukan
tanggung jawab sosial dan lingkungan --sebagaimana diatur dalam UU Perseroan
Terbatas--, sepanjang kriteria perusahaan yang dimaksud adalah sesuai dengan
pengaturan dalam UU Penanaman Modal (Kalangit, 2009). Namun sampai saat ini
sanksi dimaksud di atas belum diatur secara khusus sehingga pelanggarnya tidak
dikenai sanksi sebagaimana mestinya.
4. Perusahaan yang diwajibkan melakukan TJSL adalah perusahaan yang
“menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya
alam”. Jika merujuk penjelasan pasal 74 (1), disebutkan bahwa yang dimaksud
dengan perusahaan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang sumber daya
alam adalah yang usahanya adalah memanfaatkan dan mengelola sumber daya
alam. Dengan demikian seluruh sektor industri tanpa terkecuali harus
melaksanakan CSR dan untuk BUMN harus melakukan PKBL, karena dampak
langsung maupun tidak langsung dari aktivitas perusahaan terhadap keberadaan
sumber daya alam (Siswoyo, 2009).
Prof. Dr. H. Bambang Banu Siswoyo, M.M, Pidato Pengukuhan Guru Besar Bidang Ilmu
Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang Disampaikan pada Sidang Terbuka
Senat Universitas Negeri Malang, Rabu, 7 November 2012
Hubungan Implementasi CSR dengan Nilai Perusahaan
Prof. Dr. H. Bambang Banu Siswoyo, M.M, Pidato Pengukuhan Guru Besar Bidang Ilmu
Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang Disampaikan pada Sidang Terbuka
Senat Universitas Negeri Malang, Rabu, 7 November 2012
news” bagi masyarakat, yang diharapkan dapat menjadi sarana pencitraan yang baik
sehingga meningkatkan penjualan yang berdampak pula pada profitabilitas
perusahaan. Penelitian Zuhroh & Sukmawati dalam Restuningdiah (2011) menyatakan
bahwa pada perusahaan-perusahaan high profile membuktikan bahwa pengungkapan
sosial dalam laporan tahunan perusahaan berpengaruh terhadap volume perdagangan
saham bagi perusahaan yang masuk kategori high profile.
4. Penelitian Suratno, et.al (2006), meskipun penelitian ini tidak secara langsung
meneliti tentang korelasi dari pengungkapan environmental terhadap kinerja ekonomi
perusahaan, namun hasilnya menunjukkan bahwa environmental performance
berpengaruh secara positif terhadap economic performance.
5. Fauzi, et. al (2007) merupakan peneliti yang mengembangkan model slack resource
theory dan good manajement theory dalam meneliti hubungan Corporate Social
Performance (CSP) dan Corporate Financial Performance (CFP) yang diproksikan
ROE dan ROA. Hasil studi tidak menunjukkan hubungan yang signifikan. Analisis
lebih jauh dengan menggunakan slack resource theory menunjukkan size perusahaan
mempengaruhi hubungan CSP dan CFP.
6. Hasil penelitian Kartika, et.al (2010) mengindikasikan bahwa (1) isu mengenai CSR
merupakan hal yang relatif baru di Indonesia dan kebanyakan investor memiliki
persepsi yang rendah terhadap hal tersebut, (2) kualitas pengungkapan CSR tidak
mudah untuk diukur; umumnya perusahaan melakukan pengungkapan CSR hanya
sebagai bagian dari iklan dan menghindari untuk memberikan informasi yang relevan,
(3) CSR environment dan CSR community direspon positif oleh investor, (4) CSR
employment di respon negatif oleh investor karena pembelanjaan perusahaan dianggap
mengakibatkan merusak nilai pemegang saham.
Prof. Dr. H. Bambang Banu Siswoyo, M.M, Pidato Pengukuhan Guru Besar Bidang Ilmu
Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang Disampaikan pada Sidang Terbuka
Senat Universitas Negeri Malang, Rabu, 7 November 2012
Regulasi CSR dalam Perpajakan
Prof. Dr. H. Bambang Banu Siswoyo, M.M, Pidato Pengukuhan Guru Besar Bidang Ilmu
Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang Disampaikan pada Sidang Terbuka
Senat Universitas Negeri Malang, Rabu, 7 November 2012
2. Sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan, yang dilakukan di
wilayah Republik Indonesia yang disampaikan melalui lembaga penelitian dan
pengembangan;
3. Sumbangan fasilitas pendidikan, yang merupakan sumbangan berupa fasilitas
pendidikan yang disampaikan melalui lembaga pendidikan;
4. Sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga, yang merupakan sumbangan untuk
membina, mengembangkan dan mengoordinasikan suatu atau gabungan organisasi
cabang/jenis olahraga prestasi yang disampaikan melalui lembaga pembinaan
olahraga; dan
5. Biaya pembangunan infrastruktur sosial yaitu biaya yang dikeluarkan untuk
keperluan membangun sarana dan prasarana untuk kepentingan umum dan bersifat
nirlaba.
Kelima jenis sumbangan di atas dapat dikurangkan dari penghasilan bruto dengan
syarat sebagai berikut.
a) Wajib Pajak mempunyai penghasilan neto fiskal berdasarkan SPT Tahunan PPh tahun
pajak sebelumnya;
b) Pemberian sumbangan dan/atau biaya tidak menyebabkan rugi pada Tahun Pajak
sumbangan diberikan;
c) Didukung oleh bukti yang sah; dan
d) Lembaga yang menerima sumbangan dan/atau biaya memiliki NPWP, kecuali badan
yang dikecualikan sebagai subjek pajak sebagaimana diatur dalam UU PPh.
Contoh:
PT. Citra Malang pada tahun 2009 mempunyai penghasilan neto fiskal sebesar Rp
1.000.000.000,-. Pada tahun 2010 Wajib Pajak memberikan sumbangan dalam rangka
pembinaan olahraga melalui lembaga pembinaan olahraga sebesar Rp 40.000.000,-.
Pada tahun 2010 Wajib Pajak mempunyai penghasilan neto fiskal sebesar Rp
30.000.000,-. Wajib Pajak tidak boleh mengurangkan sumbangan tersebut dari
penghasilan bruto tahun 2010 karena akan menyebabkan rugi sebesar Rp 10.000.000,-.
b. Besarnya Biaya/Nilai Sumbangan yang Dapat Dikurangkan
Besarnya nilai sumbangan dan/atau biaya pembangunan infrastruktur sosial yang
dapat dikurangkan dari penghasilan bruto untuk 1 (satu) tahun dibatasi tidak melebihi
5% (lima persen) dari penghasilan neto Fiskal Tahun Pajak sebelumnya.
Contoh:
Penghasilan neto fiskal Wajib Pajak adalah Rp 60.000.000.000,- maka jumlah
sumbangan yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto yaitu maksimal 5 % (lima
persen) atau sebesar Rp 3.000.000.000,-. Apabila Wajib Pajak memberikan sumbangan
sebesar Rp 5.000.000.000,-, maka yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto
hanya sebesar Rp 3.000.000.000,-.
c. Sumbangan kepada Pihak yang Memiliki Hubungan Istimewa
Prof. Dr. H. Bambang Banu Siswoyo, M.M, Pidato Pengukuhan Guru Besar Bidang Ilmu
Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang Disampaikan pada Sidang Terbuka
Senat Universitas Negeri Malang, Rabu, 7 November 2012
Sumbangan dan/atau biaya yang telah disebutkan di atas, tidak dapat dikurangkan
dari penghasilan bruto bagi pihak pemberi apabila sumbangan dan/atau biaya tersebut
diberikan kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa.
d. Bentuk Sumbangan yang Dapat Dikurangkan
Sumbangan sebagaimana dimaksud di atas (sumbangan penanggulangan bencana
nasional, sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan, sumbangan fasilitas
pendidikan, sumbangan pembinaan olahraga) dapat diberikan dalam bentuk uang
dan/atau barang. Sedangkan untuk biaya pembangunan infrastruktur sosial yang dapat
dikurangkan dari penghasilan bruto hanya dapat diberikan dalam bentuk sarana
dan/atau prasarana.
e. Penentuan Besarnya Nilai Sumbangan
Nilai sumbangan dalam bentuk barang ditentukan berdasarkan:
1. nilai perolehan, apabila barang yang disumbangkan belum disusutkan;
2. nilai buku fiskal, apabila barang yang disumbangkan telah disusutkan;
3. harga pokok penjualan, apabila barang yang disumbangkan merupakan barang
produksi sendiri.
Nilai biaya pembangunan infrastruktur sosial ditentukan berdasarkan jumlah yang
sesungguhnya dikeluarkan untuk membangun sarana dan/atau prasarana.
f. Kewajiban bagi Pemberi Sumbangan
Sumbangan dan/atau biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto ini
wajib dicatat sesuai dengan peruntukannya oleh pemberi sumbangan.
g. Ketentuan bagi Pihak Penyalur atau Penerima Sumbangan
1. Sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional:
a) Badan penanggulangan bencana dan lembaga atau pihak yang menerima
sumbangan sehubungan dengan sumbangan dalam rangka penanggulangan
bencana nasional harus menyampaikan laporan penerimaan dan penyaluran
sumbangan kepada Direktur Jenderal Pajak untuk setiap triwulan.
b) Lembaga penerima sumbangan dan/atau biaya yang mempunyai NPWP
melaporkan sumbangan dan/atau biaya sebagai lampiran laporan keuangan
pada SPT Tahunan PPh Tahun Pajak diterimanya sumbangan.
2. Lembaga penerima sumbangan dan/atau biaya sehubungan dengan sumbangan
dalam rangka penelitian dan pengembangan, sumbangan fasilitas pendidikan,
sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga, dan biaya pembangunan
infrastruktur sosial wajib menyampaikan laporan penerimaan sumbangan kepada
Direktur Jenderal Pajak paling lambat pada akhir Tahun Pajak diterimanya
sumbangan dan/atau biaya.
h. Saat Berlakunya Ketentuan ini
Prof. Dr. H. Bambang Banu Siswoyo, M.M, Pidato Pengukuhan Guru Besar Bidang Ilmu
Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang Disampaikan pada Sidang Terbuka
Senat Universitas Negeri Malang, Rabu, 7 November 2012
Peraturan tentang ketentuan ini dimulai Tahun Pajak 2010. Ketentuan lebih lanjut
mengenai tata cara pencatatan dan pelaporannya akan diatur dengan Peraturan Menteri
Keuangan.
Prof. Dr. H. Bambang Banu Siswoyo, M.M, Pidato Pengukuhan Guru Besar Bidang Ilmu
Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang Disampaikan pada Sidang Terbuka
Senat Universitas Negeri Malang, Rabu, 7 November 2012
ini merupakan adopsi yang lazim dilakukan di negara maju. Disini perusahaan
menyediakan dana awal, dana rutin atau dana pribadi yang dapat digunakan untuk
operasional yayasan.
3. Sebagian besar perusahaan di Indonesia menjalankan CSR melalui kerjasama atau
bermitra dengan pihak lain. Perusahaan menyelenggarakan CSR melalui kerjasama
dengan instrasi pemerintah, perguruan tinggi, LSM, atau lembaga konsultan baik
dalam mengelola dana maupun dalam melaksanakan kegiatan sosial. Contoh,
perusahaan yang telah melakukan pola ini adalah PT. Unilever, dan PT. Pertamina.
4. Beberapa perusahaan bergabung dalam konsorsium untuk bersama-sama menjalankan
CSR. Perusahaan turut mendirikan, menjadi anggota atau mendukung suatu lembaga
sosial yang didirikan untuk tujuan sosial tertentu. Pihak konsorsium yang dipercaya
oleh perusahaan-perusahaan yang mendukungnya akan secara proaktif mencari
kerjasama dari berbagai kalangan dan kemudian mengembangkan program yang
disepakati.
Dalam upaya menjamin agar pelaksanaan CSR dapat berjalan secara
berkesinambungan dan berkontribusi dalam pembangunan ekonomi, maka dirasakan
masih perlu adanya model CSR yang efektif untuk mencapai tujuan yang diharapkan,
adanya pengaturan SDM dan institusi yang terlibat untuk melaksanakan CSR dengan
benar, adanya peraturan dan kode etik yang jelas, dan adanya dukungan sektor publik agar
pelaksanaan CSR oleh perusahaan berjalan dengan baik (Susiloadi 2008:129). Pelibatan
peran perguruan tinggi dalam proses sosialisasi, konsep dan implementasinya diperlukan
mengingat perguruan tinggi sebagai agen perubahan dalam masyarakat (Susiloadi, 2008;
Siswoyo, et. al: 2010; Dharmawan, et. al: 2011; Siregar 2007: 286).
Istilah CSR sering disamakan dengan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan
(PKBL) . Bina Lingkungan memang sama dengan CSR, namun Program Kemitraan (PK)
lebih dikaitkan dengan kerjasama antara perusahaan dengan binaannya dari UMKM.
Kerjasama ini umumnya dilatari adanya rasa saling membutuhkan antara usaha maju atau
besar dengan mitranya. Berdasarkan hasil survey (Siswoyo, et. al, 2009), kerjasama
dimaksud juga dilatari adanya kepedulian (altruis) dari perusahaan maju atau besar
terhadap pemberdayaan UMKM, sehingga istilah CSR-PKBL digunakan untuk
mengungkapkan CSR. Pengungkapan data CSR-PKBL juga terdapat dalam pelaporan
CSR di lingkungan Pemprov Jawa Timur.
Pelaksanaan CSR di Provinsi Jawa Timur saat ini relatif berjalan dengan baik, dan
CSR telah terbukti memberikan kontribusi nyata bagi pelaksanaan pembangunan di
wilayah Jatim. Pelaksanaan kegiatan CSR-PKBL Provinsi Jawa Timur selama tahun 2010
mencapai nilai Rp. 2.539.687.965.550,- yang terdiri: 1) Program Kemitraan (PK) sebesar
Rp.1.523.704.457.000,- dan CSR sebesar Rp 1.015.982.708.550,- (Siswoyo, et. al, 2010).
Pola penyelenggaraan CSR umumnya (62%) berbentuk charity, selebihnya pola
Prof. Dr. H. Bambang Banu Siswoyo, M.M, Pidato Pengukuhan Guru Besar Bidang Ilmu
Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang Disampaikan pada Sidang Terbuka
Senat Universitas Negeri Malang, Rabu, 7 November 2012
penyelenggaraan CSR yang bernuansa pemberdayaan sebesar 38%. Pelaksanaan CSR
sering tidak terprogram dan tidak berkesinambungan, sehingga selain overlap juga daya
manfaat yang diterima masyarakat kurang optimal (Siswoyo, et. al, 2009). Dengan
demikian pelaksanaan CSR belum optimal dan perlu pengaturan lebih lanjut. Sebagai
tindak lanjut atas rekomendasi hasil penelitian Siswoyo, at. al (2010) dan untuk mengatasi
permasalahan di atas, telah dibentuk Sekretaris Tetap (Sektab) pelaksanaan CSR-PKBL
Provinsi Jawa Timur yang perannya merencanakan, menata, mengkoordinasi, memediasi,
memfasilitasi, melakukan Monev dan tindak lanjutnya. Pada perkembangannya, pada
tahun 2011 telah terbentuk Sektab ti tingkat kabupaten yang diharapkan akan lebih
memudahkan perusahaan pelaksana CSR-PKBL dalam berkordinasi dengan pihak sasaran
atau pihak lain yang terkait. Meskipun dalam perkembangannya peran Sektab dirasa
kurang optimal, akan tetapi dengan pola komunikasi dua arah yang telah terbangun antar
Sektap Provinsi dan Sektap Kabupaten diharapkan mampu memberikan informasi yang
efektif dalam pelaksanaan program CSR-PKBL.
Dalam rangka mengatur pelaksanaan CSR-PKBL di Provinsi Jawa Timur, telah
dikeluarkan Peraturan Gurbernur Jawa Timur No 4 tahun 2011. Pada Bab III Pasal 4 dan 5
dari Pergub ini menginstruksikan bahwa pelaksaan kegiatan CSR-PKBL harus menganut
asas keterbukaan dan akuntabilitas. Untuk mewujudkan keterbukaan dan akuntabilitas ini,
teknologi informatika menjadi pilihan solusi. Berdasarkan rekomendasi hasil penelitian
Siswoyo, at. al (2010), Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Timur melalui BAPEDDA
Provinsi Jawa Timur melakukan kerjasama dengan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Malang guna merancang pembuatan website sistem informasi CSR-PKBL di Jawa Timur.
Website CSR-PKBL ini memberikan semua informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan
CSR-PKBL oleh perusahaan dan memfasilitasi interaksi masyarakat sasaran dengan
perusahaan terkait pelaksanaan CSR-PKBL. Website Sistem Informasi CSR-PKBL Jawa
Timur yang dikelola oleh Bidang Pembiayaan Pembangunan Bappeda Provinsi Jawa
Timur berisi informasi-informasi: 1) Sekilas CSR, 2) Sejarah CSR, 3) Database, 4) Galeri,
5) Arsip, dan 6) Aspirasi. Website memberi fasilitasi pada perusahaan yang akan
mengunggah (upload) seluruh data kegiatannya baik itu berupa database CSR-PKBL,
dokumen-dokumen, maupun agenda perusahaan yang berkaitan dengan pelaksanaan
kegiatan CSR-PKBL. Berikut disajikan gambar alur penggunaan website CSR-PKBL di
Jawa Timur.
Prof. Dr. H. Bambang Banu Siswoyo, M.M, Pidato Pengukuhan Guru Besar Bidang Ilmu
Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang Disampaikan pada Sidang Terbuka
Senat Universitas Negeri Malang, Rabu, 7 November 2012
Mengunjungi website Memilih panel data Memilih salah satu Tampilan detail
csrjatim.org base Penerima CSR Penerima CSR
Prof. Dr. H. Bambang Banu Siswoyo, M.M, Pidato Pengukuhan Guru Besar Bidang Ilmu
Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang Disampaikan pada Sidang Terbuka
Senat Universitas Negeri Malang, Rabu, 7 November 2012
membutuhkan pengaturan CSR yang lebih detail dan melibatkan stakeholders secara
simultan agar penyelenggaraan CSR sesuai dengan filosofinya dan misinya.
3. Dalam upaya mengoptimalkan fungsi CSR sebagai biaya pembangunan di Jawa Timur
perlu dilakukan koordinasi, integrasi, simplifikasi dan sinkronisasi semua pelaku yang
terkait. Untuk itu, forum CSR-PKBL perlu diberdayakan, difasilitasi oleh pemerintah,
dan dioptimalkan fungsi dan perannya. Forum ini terdiri dari perwakilan instansi
pemerintah, perusahaan, perguruan tinggi, pengamat, dan masyarakat sasaran CSR-
PKBL. Forum ini telah dibentuk di tingkat provinsi dengan nama “Sekretariat Tetap
CSR-PKBL”, dan diprakarsai oleh Bappeda Provinsi Jawa Timur. Forum ini
diharapkan menjadi “unit fungsional” yang berperan memfasilitasi pelaksanaan CSR-
PKBL di daerah. Sebagian kabupaten/kota memang telah membentuk “Sekretariat
Tetap (Sektap) CSR-PKBL di tingkat kota/kab, namun Sektab ini belum berfungsi
secara optimal. Anggaran untuk memberdayakannya sampai saat ini menjadi kendala
utamanya. Pemerintah diharapkan dapat mengalokasikan anggaran untuk Sektap ini,
karena perusahaan tidak merasa perlu untuk mendanai Sektab tersebut dengan alasan
lembaga itu dibentuk oleh pemerintah.
4. Ketidaksamaan jadwal dalam penyusunan program di masing-masing perusahaan, dan
antara perusahaan dengan pemerintah menjadi kendala pelaksanaan CSR-PKBL.
Misalnya, Musrenbang belum dilaksanakan, namun perusahaan sudah menjadwalkan
CSRnya.
5. Dalam upaya harmonisasi program, beberapa hal yang telah dilakukan dalam
mensikapi hasil Musrenbang: yaitu membuat pola program dalam 3 pola umum, yaitu
matching program, supporting program, dan developing program. Matching program
adalah menyesuaikan program CSR perusahaan dengan program pemerintah, atau
sasaran institusi seperti sekolah, desa dan PKK. Hasil penelitian Dharmawan, et. al
(2011) dan Siswoyo, et. al (2010) menjelaskan bahwa masing-masing perusahaan telah
mengambil peran dan menentukan program-program yang akan dilaksanakan di
masing-masing daerah yang detailnya dilakukan bersama Sektab di kab/kota yang
selama ini difasilitasi oleh Bappeda dengan melibatkan SKPD terkait. Contoh,
Unilever dengan program Integrated Health Promotion Program (IHPP); Kid
Program (meliputi gelar PAUD, pembimbingan terhadap orang tua siswa dalam
melaksanakan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) sejak dini, School Program (untuk
SD), Stop AID, Desa Sehat, Pasar Sehat, Women Empowering, Program Petani
Kedelai Hitam (pemodelan awalnya dilakukan di Jawa Timur). Supporting program
adalah dukungan perusahaan terhadap pelaksanaan program-program yang telah
dilaksanakan oleh Pemerintah. Contoh, Unilever melakukan pelatihan bagi kader-kader
Posyandu, pembentukan dan fasilitasi dokter kecil dalam upaya untuk mendukung
UKS. Selain itu, PT Pertamina mendukung banyak program pendidikan di tanah air;
Petrokimia memberikan kredit lunak bagi petani dan pelatihan dalam kegiatan usaha
tani; PT Nestle memberikan tambahan gizi bagi siswa sekolah dan olahragawan; PTP
X melakukan pelatihan dan penyiapan petani muda produktif untuk tanaman tebu, dan
juga UMKM di sekitar pabrik tebu. Adapun developing programs adalah program CSR
yang bersifat pemberdayaan UMKM, contohnya Petro Kimia melakukan
Prof. Dr. H. Bambang Banu Siswoyo, M.M, Pidato Pengukuhan Guru Besar Bidang Ilmu
Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang Disampaikan pada Sidang Terbuka
Senat Universitas Negeri Malang, Rabu, 7 November 2012
pengembangan di bidang pertanian lahan kering yang dipadukan dengan budi daya sapi
potong di daerah Gresik.
6. Perusahaan multi nasional juga menerapkan peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh
regulasi internasional. Contoh, PT Bentoel karena kepemilikannya saat ini melibatkan
owner luar negeri, maka tunduk pada ketentuan yang dikeluarkan oleh pemiliknya. Di
antara ketentuannya adalah tidak boleh membiayai kegiatan institusi yang bergerak di
bidang olahraga dan kesehatan. Hal ini berbeda dengan PT. Sampurna yang tidak
terikat kepemilikan asing, sehingga bebas melakukan kegiatan CSR, misalnya Daerah
Situbondo dan Bondowoso PT Sampurna memfasilitasi peralatan/kendaraan Dinas
Kesehatan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat diamati bahwa cakupan perusahaan bervariasi
sesuai dengan karakteristik perusahaannya, maka pelaksanaan CSR antara perusahaan satu
dengan lainnya tentunya berbeda. Hal ini mempunyai andil terhadap rumitnya pengaturan
CSR khususnya di Jawa Timur.
Penutup
Pada bagian penutup ini dikemukakan rangkuman dan catatan rekomendasi sebagai
berikut.
1. Pelaksanaan CSR-PKBL semestinya tidak hanya berorientasi pada tanggung jawab
ekonomi (profit) saja, melainkan juga tanggung jawab legal, moral dan etika.
Pemaknaan kegiatan CSR harusnya tidak sekedar sebagai “perlakuan” tertentu pada
inside stakeholders seperti karyawan, atau outside stakeholders yang terdiri dari
pelanggan, pemasok, pemerintah, dan kelompok masyarakat setempat atau yang lebih
luas. CSR/TJSL harus dimaknai sebagai kegiatan perusahaan yang dibuat dalam
rencana jangka panjang dan juga memiliki efek jangka panjang (sustainability
development) sehingga dapat meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang
bermanfaat bagi komunitas setempat maupun masyarakat pada umumnya.
2. Perlunya dibuat petunjuk pelaksanaan atas regulasi CSR-PKBL yang telah ada agar
dalam pelaksanaannya dan sanksi atas pengabaiannya jelas dan tidak multi tafsir, serta
berfungsi juga sebagai indikator yang nyata dalam menetapkan korporasi yang telah
melaksanakan amanat perundang-undangan mengenai CSR-PKBL dengan benar.
3. Saat ini telah terbentuk forum di tingkat provinsi Jawa Timur dengan nama
“Sekretariat Tetap (Sektap) CSR-PKBL”, yang diprakarsai oleh Bappeda Provinsi
Jawa Timur. Sebagian kecil saja kabupaten/kota yang telah membentuk “Sekretariat
Tetap (Sektap)” CSR-PKBL ini. Untuk itu, Pemerintah Provinsi Jatim perlu segera
melakukan pembentukan di kota/kab lain di Jawa Timur. Agar forum ini berfungsi
optimal dalam upaya mensukseskan CSR-PKBL di Jatim, pemerintah diharapkan dapat
memfasilitasi keberadaan Sektap ini.
Prof. Dr. H. Bambang Banu Siswoyo, M.M, Pidato Pengukuhan Guru Besar Bidang Ilmu
Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang Disampaikan pada Sidang Terbuka
Senat Universitas Negeri Malang, Rabu, 7 November 2012
4. Pemerintah melalui SKPD yang terkait diharapkan bersungguh-sungguh dalam
menangani masalah akuntabilitas dan keterbukaan pelaksanaan CSR-PKBL. Media
website yang telah dimiliki oleh Pemprov Jawa Timur agar disosialisasikan dan
dioptimalkan pemanfaatannya.
5. Perlunya diberikan reward secara proporsional dan berkesinambungan bagi perusahaan
atau semua pihak yang telah melaksanakan atau berkontribusi optimal terhadap CSR-
PKBL yang sesuai dengan perundangan yang berlaku.
Prof. Dr. H. Bambang Banu Siswoyo, M.M, Pidato Pengukuhan Guru Besar Bidang Ilmu
Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang Disampaikan pada Sidang Terbuka
Senat Universitas Negeri Malang, Rabu, 7 November 2012
Nyoman Degeng, M.Pd, Prof. Dr. Danardana Murwani, M.M., Prof. Dr. Sudarmiatin,
M.Si, Dr,. Bambang Pranowo, S.E., M.Pd, Ak.; Satuan Pengawasan Internal: Dr. H.
Sutrisno, M.M., Dr. Syihabudhin, S.E., M.Si, Dr. Hj. Endang Sri Andayani, S.E., M.Si,
Ak., Sawitri Dwi Prastiti, S.E., M.Si, Ak., M.M., dan staf: Dina, Dini, Melati; Jurusan
Manajemen FE UM: Prof. Dr. Budi Eko Sutjipto, M.Ed., M.Si, Dr. Wening Patmi
Rahayu, S.Pd., MM., Drs. Mohammad Hari, M.Si, Drs. Mohammad Arief, M.Si, Dr. H.
Heri Pratikto, M.Si, M.M., Dr. H. Agung Winarno, MM , Afwan Hariri Agus Prohimin,
S.E., M.M., Drs. H. Gatot Isnaini, M.Si, I Wayan Jaman Adi Putra, M.Si, Dr. Aniek
Indrawati, S.Si., M.M., M.Si, Yuli Soesetio, S.E., M.M., Hj. Madziatul Churiyah, S.Pd.,
M.M., Subagyo, S.E., S.H., M.M., Drs. Imam Bukhori, MM., dan teman sejawat lain yang
tidak sempat saya sebut di sini; Lain Jurusan: Prof. Dr. Bambang Sugeng, S.E., M.A.,
M.M.Ak., Dr. Suparti, M.P., Dr. Suwarni, M.Si, Dr. Agung Haryono, S.E., M.P.,Ak., Dr.
Nasikh, S.E., M.P., M.Pd, Dr. H. Sugeng Hadi Utomo, M.Ec., Dr. H. Tjipto Wardoyo,
S.E., M.Pd, M.Si, Ak., Dr. Dyah Aju Wardhani, M.Si, Ak., Dr. H. Eka Ananta Sidharta,
S.E., M.M.Ak., Dr. Puji Handayani, S.E., M.M.Ak., Dr. Sunaryanto, M.Ed., Prof. Dr. H.
A. Syukur Ghazali, M.Pd, Dr. H. Gunadi Hari Sulistyo, M.Pd, Drs. Agus Dharmawan,
M.Si, Drs. Achmad Murdiono, SE., S.Pd dan sejawat lain yang tidak sempat saya sebut
dalam kesempatan ini.
Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada kolega yang banyak bekerjasama
dengan saya di: Panitia Sertifikasi Dosen; PPJFD di Fakultas dan Universitas; Tim BKD
UM; Tim BLU; Tim OTK, Tim Statuta, Tim Renstra; Dewan Pengawas UM; Pengurus
PPGI Jatim; Pengurus IKAPI Jatim, Pengurus Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB)
Kota Malang; Pengurus Forum Komunikasi Ulama dan Masyarakat (Forkum) kota
Malang, Yayasan Putera Harapan Asrori, dan sejawat lain yang tidak saya sebutkan dalam
kesempatan ini yang memberikan andil besar terhadap karir saya sebagai dosen.
Sebagian besar keberhasilan karir akademik saya ini tercapai berkat dukungan
penuh dari keluarga. Orang tua saya Bapak H. Suratman (Alm) dan Ibu Hj. Siyanah yang
mengukir jiwa raga saya dan menanamkan niai-nilai luhur di keluarga, mertua saya Bapak
H. Abd. Hadi (Alm) dan Ibu Hj. Maimunah (Alm) yang telah menyayangi, mendoakan
saya dan menjadi inspirasi kecerdasan spiritual saya, Isteri saya tercinta Hj. Firdausiyah
Gunung Jati yang telah setia menemani, memberi semangat, memikirkan dan mendoakan
saya sepanjang waktu, serta menemani saya diwaktu suka dan duka; Anak-anak saya Elva
Lidya Saferlin dan suaminya Aprillia Azandra, M Ryzka Firbanata, dan Elfaudya Firbasari
yang memberi spirit saya untuk mencapai karir jabatan fungsional dan kepangkatan ini;
Orang tua asuh yang juga membesarkan saya Bapak H. Alimin dan Ibu Nurjanah, Orang
tua asuh yang memperkenalkan saya tentang penanaman jiwa sosial Bapak H. Moch
Asrori dan Ibu Hj. Choiriyah; Saudara kandung saya H. Kamiek Mujianto, SH., MH.,
Pinah Rahayu, Anik Sri Hari Antini, Dra. Endang Hertatik; Saudara ipar saya Siti
Chotimah (Alm), Hj Rosida, Ellyati, Hj. Farida, HM. Fatah, Fauzan Hadi, Mad Firdaus,
Firmansyah, B.Sc, Drs. Syafiudin, Hidayat, serta saudara lainnya yang tidak bisa saya
sebutkan satu per satu.
Terakhir, saya sampaikan terima kasih pada para hadirin yang sabar mendengarkan
pidato pengukuhan saya. Terima kasih atas perhatiannya dan mohon maaf atas kekurangan
Prof. Dr. H. Bambang Banu Siswoyo, M.M, Pidato Pengukuhan Guru Besar Bidang Ilmu
Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang Disampaikan pada Sidang Terbuka
Senat Universitas Negeri Malang, Rabu, 7 November 2012
dan kekhilafan saya. Saya mohon bantuan doa kepada segenap hadirin agar saya dapat
mengemban amanah dan tanggung jawab kegurubesaran ini. Semoga Allah SWT selalu
memberkahi, merahmati dan meridhoi kita semua, Amin.
Prof. Dr. H. Bambang Banu Siswoyo, M.M, Pidato Pengukuhan Guru Besar Bidang Ilmu
Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang Disampaikan pada Sidang Terbuka
Senat Universitas Negeri Malang, Rabu, 7 November 2012
DAFTAR RUJUKAN
Ahmad, N., Maliah, & D. Siswantoro. 2003. Corporate social responsibility disclosure in
Malaysia: An Analysis of Annual Reports of KLSE Listed Companies, IIUM
Journal of Economics and Management Malaysia 11 (1).The International Islamic
University
Ambadar, J. 2008. CSR Dalam Praktik Di Indonesia: Wujud Kepedulian Dunia Usaha.
Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Anggraini, Fr. 2006. Pengungkapan informasi sosial dan faktor-faktor yang
mempengaruhi pengungkapan informasi sosial dalam laporan keuangan tahunan
(Studi empiris pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar bursa efek Jakarta),
Simposium Nasional Akuntansi 9. Alexander GJ and Buchloz RA. 1978.
Aris. 2010. CSR bisa jadi pengurang pajak. (Online), (http://www.bisnis.com/articles/csr-
bisa-jadi-pengurang-pajak, diakses 18 September 2012).
Arista. 2011. Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Profitabilitas dan
Kinerja Pasar Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahan LQ45 periode 2007-
2008). Universitas Negeri Malang. Skripsi tidak diterbitkan.
Asongu, J.J. 2007. The history of Corporate Social Responsibility, Journal of Business and
Public Police, Vol 1, Number 2.
Asongu, J.J. http://www.mallenbaker.net/csr/CSRfiles/definition.html. Diakses, 15 Des 2011
Asy’ari. 2009. Implementasi Corporate Social Responsibility sebagai Modal Sosial Pada
PT Newmont. (http://eprints.undip.ac.id/pdf di akses pada tanggal 17 September
2012)
Baron, D.P. 2006. Business and its Environment. Fifth edition. Upper Saddle River, New
Jersey: Pearson-Prantice Hall.
Barnett, “Corporate Social Resposibility” http://www.referenceforbusiness.com/
management/Comp-De/Corporate-Social-Responsibility.html, diakses pada tanggal
4 Sep. 2012.
Burkett W., Brian & Douglas G., “Voluntary Regulation of International Labour
Standards: An Overview of the Corporate Social Responsibility Phenomenon”
diakses dari http://library.findlaw.com/2012/Sep/11/246322.html mengutip
"Corporate SocialResponsibility: An IOE Approach," International Organization of
Employers Position Paper, at p. 2, online: http://www.uscib.org/
docs/03_21_03_CR.pdf.
Choi, D.Y. & Grey, E.R. 2008. The Venture Development Processes of Sustainable
Entrepeneurs. Management Research News, Vol. 31 No. 8.
Dharmawan, A. et. al. 2011. Desa Model. Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat
Universitas Negeri Malang.
Prof. Dr. H. Bambang Banu Siswoyo, M.M, Pidato Pengukuhan Guru Besar Bidang Ilmu
Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang Disampaikan pada Sidang Terbuka
Senat Universitas Negeri Malang, Rabu, 7 November 2012
Gunadi. 2012. Bagaimana Perlakuan Pajak atas CSR?. (Online),
(http://www.businesslawyer.lhs-lawfirm.com/2?id=Bagaimana-Perlakuan-Pajak-
atas-CSR, diakses 18 September 2012).
http://id.wikipedia.org/wiki/Tanggung_jawab_sosial_perusahaan, Diakses 10 Des 2011.
http://www6.miami.edu/ethics/pdf_files/csr_guide.pdf Diakses 10 Jan 2012
Husted, B. 2003. “Governance Choices for Corporate Social Responsibility: To
Contribute, Colaborate or Internalize?” Long Range Planning 36, no. 5 (2003),
h.481-498
Kalangit, KM. 2009. Konsep Corporate Social Responsibility, Pengaturan dan
Pelaksanaannya di Indonesia.
Kartini. 2009. Corporate Social Responsibility Transformasi Konsep Sustainability
Management dan Implementasi di Indonesia. Bandung: PT Refika Aditama.
Kartini. 2009. Corporate Social Responsibility Transformasi Konsep Sustainability
Management dan Implementasi di Indonesia. Bandung: PT Refika Aditama.
Keputusan Menteri Keuangan No.:1232/KMK.013/1989 tanggal 11 Nopember 1989
tentang Pedoman Pembinaan Pengusaha Ekonomi Lemah dan Koperasi melalui
Badan Usaha Milik Negara
Keputusan Menteri Keuangan No.:316/KMK.016/1994 tanggal 27 Juni 1994 tentang
Pedoman Pembinaan Usaha Keciln dan Koperasi melalui Pemanfaatan Dana dari
Bagian Laba Badan Usaha Milik Negara
Keputusan Menteri Negara BUMN No.: Kep-236/MBU/2003 tentang Program Kemitraan
BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan
Kotler. 1997. Marketing Management – Analysis, Planning, Implementation, and Control -
Ninth Edition, New Jersey: Prentice-Hall, Inc.
Mas’ud & Santoso.2007. Survei Peran Corporate Social Responsibility (CSR) dan
Harmonisasi Social Hubungan Indrustrial di jawa timur. BAPPENAS Jawa
Timur.
McWilliam A & Siegel D. 2001. Corporate Social Responsibility: A Theory of The Firm
Perspective. The Academy of Management Review Jan 2001; 26,1; ABI/INFORM
Global.
Marshal, R.S. & Harry, D.P. 2005. Introducing a new business course: “Global Business
and Sustainability”. International Journal of Sustainability in Higher Education,
Vol. 6 No. 2.
Pearce, J.A. & Robinson, RB. 2007. Management Strategic: Formulation, Implementation,
and Control, 10th Ed. Mc Graw-Hill Companies, Inc.
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 4 Tahun 2011 Tentang Tanggung Jawab
Sosial Perusahaan.
Prof. Dr. H. Bambang Banu Siswoyo, M.M, Pidato Pengukuhan Guru Besar Bidang Ilmu
Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang Disampaikan pada Sidang Terbuka
Senat Universitas Negeri Malang, Rabu, 7 November 2012
Peraturan Menteri Negara BUMN No.: Per-05/MBU/2007 tanggal 27 April 2007 tentang
Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Binan Lingkungan
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1998 tentang Pembinaan dan Pengembangan
Usaha Kecil
Post, E. & Lawrence, T.A & Weber. 2002. Business and Society: Corporate Strategy,
Public Policy, Ethics. 10th Ed. McGraw Hill Companies, Inc.
Robbins, S.P & Boulter, Mary. 2003. Management. Upper Saddle River, New Jersey:
Prentice Hall.
Siswoyo, B.B. et. al. 2009. Penyusunan Strategi Kebijakan Efektivitas Pemanfaatan
Corporate Social Responsibility (CSR).Kerjasama Bappeda Provinsi Jawa Timur
dan Lembaga Penelitian Universitas Negeri Malang.
Siswoyo, B.B. et. al. 2010. Pemetaan Program Corporate Social Responsibility (CSR)-
Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL) Di Jawa Timur. Kerjasama Bappeda
Provinsi Jawa Timur dan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang.
Siswoyo. 2004. Pemberdayaan UKM Melalui Strategi Kemitraan & Klaster Industri.
Disampaikan dalam Seminar Nasional Kemitraan Usaha Kecil Menengah di
Malang pada Tanggal 28 September 2004.
Undang-Undang No 40 Tahun 2007 mengenai Perseroan Terbatas
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan terbatas
Wartick, L., Cochran & L. Phillip. 1985. The Evolution of the Corporate Social
Performance Model. The Academy of Management Review.Vol. 10.No. 4.October.
Prof. Dr. H. Bambang Banu Siswoyo, M.M, Pidato Pengukuhan Guru Besar Bidang Ilmu
Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang Disampaikan pada Sidang Terbuka
Senat Universitas Negeri Malang, Rabu, 7 November 2012
CURRICULUM VITAE
11. Pendidikan:
Tahun
No. Tingkat Pendidikan Jurusan Tempat
Lulus
1. SD SDN - 1971 Turen, malang
2. SMP SMPN 1974 Turen, Malang
3. SLTA SMEAN Tata 1977 Turen, Malang
Buku/Akunt
ansi
4. S1 FKIS IKIP Pendidikan 1982 Malang
MALANG Ekonomi
5. S2 Univ. Muham Magister 1998 Malang
madiyah Manajemen
6. S3 Universitas Ilmu 2004 Malang
Ekonomi,
Prof. Dr. H. Bambang Banu Siswoyo, M.M, Pidato Pengukuhan Guru Besar Bidang Ilmu
Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang Disampaikan pada Sidang Terbuka
Senat Universitas Negeri Malang, Rabu, 7 November 2012
Brawijaya kekhususan
Manajemen
13. Keterlibatan Sebagai Nara Sumber dan Orator Ilmiah (10 tahun terakhir)
No Nama Kegiatan Judul Makalah
1 Seminar Nasional 1. Usaha Kecil dalam Ekonomi Indonesia
2. Ekonomi Syariah dalam Tinjauan Akademis
3. Kewirausahaan dalam Tinjauan Akademik
4. Prospek & Strategi Pengembangan Usaha
Koperasi & UKM dalam Ekonomi Global
5. Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah
6. Peningkatan Budaya Kewirausahaan dalam
upaya Penyiapan Tenaga Kerja Mandiri di
Surabaya
Prof. Dr. H. Bambang Banu Siswoyo, M.M, Pidato Pengukuhan Guru Besar Bidang Ilmu
Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang Disampaikan pada Sidang Terbuka
Senat Universitas Negeri Malang, Rabu, 7 November 2012
7. Strategi Pengembangan Usaha Kecil
8. Membangun Jiwa Kewirausahaan UMKM
9. Pola Pengembangan Lembaga Keuangan
Mikro (LKM) Berbasis Jatidiri Koperasi
10. Pembudayaan Nilai Pancasila dalam
Perspektif Pasal 33 UUD 1945
11. Peluang dan Tantangan Pengembangan Prodi
S2 Dalam Perspektif Pendidikan
Standardisasi
2 Orasi Ilmiah 1. Pada Wisuda Sarjana STIA Kertanegara
Malang: Kewirausahaan, Kemitraan dan
Pengembangan Cluster Industri sebagai
Solusi Pengembangan UKM
2. Pada Wisuda Sarjana IKIP PGRI Madiun:
Pengembangan Jiwa Usahawan di Kalangan
Tenaga Kependidikan.
3. Pada Wisuda Sarjana STKIE PGRI
DEWANTARA Jombang: Pengembangan
dan Pemberdayaan UMKM ke Arah
Percepatan Pembangunan Ekonomi.
4. Pada Wisuda Sarjana dan Dies Natalis XXX
STIEKMA Malang: Pengembangan UKM
dalam Perspektif Ekonomi Kerakyatan
5. Pada Wisuda Sarjana Sekolah Tinggi Ilmu
Tarbiyah Siman Lamongan: Pendidikan
Prof. Dr. H. Bambang Banu Siswoyo, M.M, Pidato Pengukuhan Guru Besar Bidang Ilmu
Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang Disampaikan pada Sidang Terbuka
Senat Universitas Negeri Malang, Rabu, 7 November 2012
- Buku LKS IPS SLTP (9 - Penerbit: IKIP
5. - Buku Suplemen 1996
Judul) Malang
6. 1996
- Buku IPS Ekonomi Kls 1 - Buku Paket
2002 - Penerbit: UM Press
SLTP Wajib Nasional
(ed.rev.)
7. 1996
- Buku IPS Ekonomi Kls 2 - Buku Paket
2002 - Penerbit: UM Press
SLTP Wajib Nasional
(ed.rev.)
8. 1996
- Buku IPS Ekonomi Kls 3 - Buku Paket
2002 - Penerbit: UM Press
SLTP Wajib Nasional
(ed.rev.)
9. 1996
- Buku Pegangan Guru - Buku
2002 - Penerbit: UM Press
IPS Ekonomi Kls 1 SLTP
(ed.rev.)
10. 1996
- Buku Pegangan Guru - Buku
2002 - Penerbit: UM Press
IPS Ekonomi Kls 2 SLTP
(ed.rev.)
11. 1996
- Buku Pegangan Guru - Buku
2002 - Penerbit: UM Press
IPS Ekonomi Kls 3 SLTP
(ed.rev.)
- Strategi Pengembangan - PSSJ Pendidikan
12. - Buku 1999
Usaha Kecil Menengah Ekonomi UM
- Aplikasi Pembelajaran
Matakuliah Manajemen
Koperasi dan Akuntansi - Jurusan Ekonomi
13. - Buku 2000
Koperasi melalui FPIPS UM
Pendidikan Keterampilan
Proses
14. - Buku Pengetahuan Sosial - Buku 2004
- Penerbit: UM Press
Untuk SMP/MTs Kelas VII
Prof. Dr. H. Bambang Banu Siswoyo, M.M, Pidato Pengukuhan Guru Besar Bidang Ilmu
Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang Disampaikan pada Sidang Terbuka
Senat Universitas Negeri Malang, Rabu, 7 November 2012
IX
- Buku:Pasal 33 UUD 1945
Dalam Perspektif - 2010/
21.
Pembudayaan Nilai-nilai
- Diktat - Penerbit: UM Press
2011
Dasar Pancasila
- Buku: Penataan Suasana
- 2010/
22. Sekolah Berbasis Nilai- - Diktat - Penerbit: CV. Asrori
2011
nilai Pancasila
- Buku Pendampingan
23. Koperasi Wanita - Diktat - 2012 - Penerbit: UM Press
(Kopwan)
Prof. Dr. H. Bambang Banu Siswoyo, M.M, Pidato Pengukuhan Guru Besar Bidang Ilmu
Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang Disampaikan pada Sidang Terbuka
Senat Universitas Negeri Malang, Rabu, 7 November 2012
12 Masalah Di seputar Masalah Riset 2003 Kedua Buletin
Pemasaran Eccopesian
13 Paradigma Kritis Dalam Kajian 2003 Tunggal Jurnal IPS
Realita Sosial, Hakikat Manusia, Terakreditasi
Hakikat Ilmu & Tujuan Penelitian
14 Solusi Pengembangan UKM 2005 Tunggal Jurnal IPS
Melalui Kemitraan & Cluster (Terakreditasi)
Industri
15 Faktor-faktor Eksternal Perilaku 2005 Tunggal Jurnal Ekonomi
Organisasional Anggota Koperasi Bisnis
dan Pengaruhnya Terhadap (Terakreditasi)
Partisipasi Anggota, serta Manfaat
yang Diperoleh Anggota Koperasi
16 Pengaruh Faktor-faktor Internal 2005 Tunggal Jurnal Keuangan
Anggota Koperasi Terhadap dan Perbankan
Partisipasi Anggota (Terakreditasi)
17 Pengembangan Jiwa 2009 Tunggal Jurnal Ekonomi
Kewirausahaan Di Kalangan Bisnis
Dosen dan Mahasiswa
18 Survey Partisipasi Pembangunan 2010 Pertama JAM FE Unibraw
Daerah Jawa Timur Dalam Malang
Rangka Menunjang Pembiayaan (Terakreditasi)
(Kemitraan) Dunia Usaha
(Korporasi)
Prof. Dr. H. Bambang Banu Siswoyo, M.M, Pidato Pengukuhan Guru Besar Bidang Ilmu
Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang Disampaikan pada Sidang Terbuka
Senat Universitas Negeri Malang, Rabu, 7 November 2012
KPN IKIP Malang
13. Studi Tentang Personalia Vol. Usaha & Lemlit IKIP Malang 1996
Rentabilitas pada KUD se Kabupaten
Malang
Prof. Dr. H. Bambang Banu Siswoyo, M.M, Pidato Pengukuhan Guru Besar Bidang Ilmu
Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang Disampaikan pada Sidang Terbuka
Senat Universitas Negeri Malang, Rabu, 7 November 2012
Partisipasi Anggota, serta Manfaat yang
Diperoleh Anggota Koperasi
17. Revitalisasi Fungsi Balai Latihan Ke- Balai Latihan Kerja Jatim 2006
terampilan (BLK) di Jawa Timur
19. Survey Partisipasi Dunia Usaha Bappeda Jatim & Lemlit 2008
Menunjang Pembiayaan Pembangunan UM
Daerah Jawa Timur
20. Penyusunan Strategi Kebijakan Efek Bappeda Jatim & Lemlit 2009
tivitas Pemanfaatan CSR Untuk Kinerja UM
Pembangunan Daerah
21. Studi Pengembangan Potensi Energi Pemkot Batu dengan Lemlit 2009/2010
Mandiri Berbasis Biogas UM
23. Pemetaan Program CSR-PKBL di Jawa Bappeda Prov Jatim dengan 2010
Timur FE UM
24. Kajian Kinerja UMKM dalam Pening- Balitbang Pemprov Jatim 2010
katan Produk Kreatif dan Inovatif dengan Lemlit UM
Pengembangan Model Diklat Pengam-
25. Badan Diklat Pemprov 2010
bilan Keputusan Strategik Pejabat Jatim dengan Lemlit UM
Struktural Pemkab/Pemkot Di Jatim
(Didesain dengan Pendekatan Lesson
Study)
26. PenilaianKinerja Koperasi Wanita di Dinas Koperasi dan 2011
Kabupaten Malang UMKM dengan FE UM
Prof. Dr. H. Bambang Banu Siswoyo, M.M, Pidato Pengukuhan Guru Besar Bidang Ilmu
Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang Disampaikan pada Sidang Terbuka
Senat Universitas Negeri Malang, Rabu, 7 November 2012
28. Pengaruh Aspek Organisasi, Aspek Tata Jurusan Manaj FE UM 2011
Laksana Manajemen Terhadap
Produktivitas Koperasi Wanita Di Kab
Malang
No Kegiatan Tahun
1 Layanan manajeman dan akuntansi koperasi bagi Pengurus
1985
dan Karyawan KUD Bantur Kabupaten Malang
2 Penyusun Naskah lomba Tangkas Trampil Koperasi Sekolah
1988
tingkat SLTA/Aliyah se Kodya Malang
3 Penataran tentang Organisasi dan Manajemen Anggota KPN
1988
“USAMENA” Malang, Dekopinda Kodya Malang
4 Pendidikan Perkoperasian untuk Anggota Koperasi di
Koperasi Pegawai Negeri Kodya Malang, Dekopinda Kodya 1988
Malang
5 Penataran Tingkat Lanjutan tentang Konsep Dasar Akuntansi
Koperasi bagi Anggota KPN “BASIS” Kandepag Kodya 1989
Malang
6 Tatacara pendirian Koperasi dan pengembangan koperasi bagi
1990
karang taruna se kecamatan Karangploso Kabupaten Malang
7 Konsultasi Pengetahuan Dasar bagi Petugas Penyuluh
Lapangan (PPL) Perkoperasian di Kecamatan Sukun 1991
Kotamadya Malang
8 Penyuluhan perkoperasian bagi anggota Karang Taruna di
1992
Ngajum Kabupaten Malang
9 Perintisan Pendirian Koperasi Pemuda di Desa Karang Tengah
1993
Kabupaten Malang
Prof. Dr. H. Bambang Banu Siswoyo, M.M, Pidato Pengukuhan Guru Besar Bidang Ilmu
Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang Disampaikan pada Sidang Terbuka
Senat Universitas Negeri Malang, Rabu, 7 November 2012
10 Konsultasi Pengetahuan Dasar bagi Petugas Penyuluh
Lapangan (PPL) Perkoperasian di Kecamatan Lowokwaru 1993
Kotamadya Malang
11 Penataran Akuntansi Koperasi bagi Anggota Koperasi Pegawai
1994
Negeri LP Lowokwaru Malang
12 Perintisan Pendirian Koperasi Simpan Pinjam bagi Pedagang
1995-1996
Kecil di Desa Tlogo Waru Kedung Kandang
13 Peningkatan Ketrampilan Berkoperasi di Desa Slamparejo
1996-1997
Kecamatan Jabung Ka-bupaten Malang
14 Penyiapan Mahasiswa Berwirausaha dalam Industri Kerajinan
Keramik Hias di Malang (selama 4 bulan), dibiayai oleh
2000-2001
Proyek Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat LPM UM-
Dirjen Dikti
15 Pengembangan alat pembentuk body sandal “reumatik” untuk
meningkatkan produksi dan kualitas industri kecil sandal
2003
“Rollies Sandals” di Bululawang (selama 10 bulan), LPM
UM-Dirjen Dikti
16 Pelatihan: Motivasi bisnis, membaca peluang, merintis dan
mengembangkan 2004.
usaha bagi Sivitas Akademika Universitas Negeri Malang 2004
(selama 2 hari),
LPM UM
17 Implementasi Mesin “Crusher” untuk Pengolahan Limbah
2005
Genteng Menjadi Semen Merah
18 Pelatihan Kewirausahaan Bagi Fasilitator Program Paket B
2006
dan Paket C di Wilayah Dinas Pendidikan Kota Probolinggo
19 Penerapan Mesin Sender dan Pres Perekatan Pada Proses
2007
Pembuatan Sandal “Rematik”
20 Teknologi Pengolahan Air Bersih dan Pemanfaatannya di
2008
Pondok Pesantren Darul Ulum Agung Malang
21 Pelatihan Administrasi Keuangan dan Pembagian SHU
Koperasi Untuk Anggota dan Pengurus Koperasi di Desa 2010
Pakisaji Malang
22 Workshop Pendidikan Karakter Pembudayaan Nilai Pancasila
Bagi Guru-guru di Jawa Timur, Diselenggarakan Dinas 2011
PendidiK Prop Jatim
23 Pendampingan Koperasi Wanita (Kopwan) Di Kabupaten
Ponorogo,Pacitan & Magetan; Kerjasama Dinas Kop & 2012
UMKM Jatim Dengan FE UM Malang
24 Pendampingan Koperasi Wanita (Kopwan) Di Kabupaten
Blitar, Kab Tulung Agung, Kab Trenggalek & Kota Madiun; 2012
Kerjasama Dinas Kop & UMKM Jatim Dengan Lemlit UM
Prof. Dr. H. Bambang Banu Siswoyo, M.M, Pidato Pengukuhan Guru Besar Bidang Ilmu
Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang Disampaikan pada Sidang Terbuka
Senat Universitas Negeri Malang, Rabu, 7 November 2012
25 Workshop Pendidikan Karakter Pembudayaan Nilai Pancasila
Bagi Guru-guru di Jawa Timur, Diselenggarakan Dinas 2012
Pendidi Prop Jatim
26 Pemberdayaan UMKM melalui Klinik Koperasi dan UMKM
di Kabupaten Blitar, Kediri, Tulungagung, Bangkalan, dan 2012
kota Blitar, Kediri
a. Organisasi
Prof. Dr. H. Bambang Banu Siswoyo, M.M, Pidato Pengukuhan Guru Besar Bidang Ilmu
Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang Disampaikan pada Sidang Terbuka
Senat Universitas Negeri Malang, Rabu, 7 November 2012
16. Koperasi PPGI Jatim Penasihat/Pembina 2002 -
Sekarang
17. Ikatan Sarjana Ekonomi Cabang Pengurus 2005 -
Sekarang
Malang.
18. Forum Komunikasi Ulama dan Ketua 2007 -
Sekarang
Masyarakat Kota Malang
19. Ikatan Alumni (IKA) UM Ketua I 2007 -
Sekarang
20. Forum Kerukunan Umat Bera- Pengurus 2007 -
Sekarang
Gama (FKUB) Kota Malang.
21. Pengelola Jurnal Pendidikan Penyunting Ahli 2008 -
Sekarang
Ekonomi Univ Neg Surabaya
22. Pengelola Jurnal Ekonomi Penyunting Ahli 2008 -
Sekarang
Bisnis FE UM
23. Pengelola Jurnal Ilmu Pendid Penyunting Ahli 2008 -
Sekarang
Univ Negeri Malang
24. Pengelola Jurnal Pendidikan
Ekonomi Univ. Negeri Surabaya Penyunting Ahli 2008 -
Sekarang
25. Panitia Sertifikasi Dosen UM Ketua 2008 -
Sekarang
26. Pengelola Jurnal UIN Malang Penyunting Ahli 2010 -
Sekarang
27. Satuan Pengawas Internal Anggota 2012 - 2012
Univ Negeri Malang
28. Dewan Pengawas PK-Badan Anggota Mei 2012-
Sekarang
Layanan Umum UM
Prof. Dr. H. Bambang Banu Siswoyo, M.M, Pidato Pengukuhan Guru Besar Bidang Ilmu
Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang Disampaikan pada Sidang Terbuka
Senat Universitas Negeri Malang, Rabu, 7 November 2012
1. KPN IKIP Malang Manajer 1980–1988
2. Penerbit IKIP malang Direktur 1988-1992
3. Penerbit IKIP MALANG Direktur Adm & Keuangan 1992–1995
merangkap Direktur
Percetakan
4. PT. Mercu Firman Abadi, Surabaya Konsultan 1993–1998
5. Penerbit dan Perrcetakan IKIP Wakil Direktur Utama 1995–1998
Malang
6. PT. Penerbit-Percetakan Balai Konsultan 1996–1999
Pustaka, Jakarta
7. Penerbit-Percetakan Universitas Direktur Utama 1998–2008
Negeri Malang (UM Press)
Lama
No Negara yang dituju Tujuan kunjungan kunjung Pemberi dana
an
Membimbing ibadah Haji
1. Arab Saudi 38 Hari Sendiri
tahun 1994
Membimbing ibadah Haji
2. Arab Saudi 38 Hari Sendiri
tahun 1998
Membimbing ibadah Haji
3. Arab Saudi 38 Hari KBIH Al-Hikam
tahun 2004
Membimbing ibadah Haji
4. Arab Saudi 38 Hari KBIH Al-Hikam
tahun 2005
Ceramah atas undangan
5. Singapura 5 Hari Kedutaan RI
Kedutaan RI di Singapura
6. Arab Saudi Membimbing Umroh 14 Hari Sendiri
17. Penghargaan
Prof. Dr. H. Bambang Banu Siswoyo, M.M, Pidato Pengukuhan Guru Besar Bidang Ilmu
Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang Disampaikan pada Sidang Terbuka
Senat Universitas Negeri Malang, Rabu, 7 November 2012
3 Dosen Berprestasi III UM Berdasarkan Keputusan Rektor UM 2005
No. 0295/KEP/J36/KP/2005
4 Satya Lencana Karya Satya Presiden RI 2005
20 Tahun
Prof. Dr. H. Bambang Banu Siswoyo, M.M, Pidato Pengukuhan Guru Besar Bidang Ilmu
Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang Disampaikan pada Sidang Terbuka
Senat Universitas Negeri Malang, Rabu, 7 November 2012