Anda di halaman 1dari 5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Ketentuan Umum tentang Apotek
1) Definisi Apotek
Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik
kefarmasian oleh Apoteker. Pelayanan kefarmasian merupakan suatu pelayanan
langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan
farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu
kehidupan pasien (PERMENKES, 2016). Apotek merupakan salah satu sarana
pelayanan kesehatan yang diharapkan dapat membantu mencapai derajat yang
optimal bagi masyarakat juga tempat mengabdi dan sebagai tempat praktek profesi
Apoteker dalam melakukan pekerjaan kefarmasian (Hartini dan Sulasmono,2006).
2) Persyaratan Apotek
Apotek baru bisa beroperasi setelah mendapat Surat Izin Apotek (SIA). Surat Izin
Apotek (SIA) adalah surat yang diberikan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
kepada Apoteker yang bekerja sama dengan pemiliksarana apotek untuk
menyelenggarakan pelayanan apotek disuatu tempat tertentu. Menurut Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1332/MENKES/SK/X/2002, persyaratan
Apotek :
1) Untuk mendapat izin apotek, apoteker atau apoteker yang bekerja sama dengan
pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan harus siap dengan tempat,
perlengkapan termasuk sediaan farmasi dan perbekalan farmasi yang lain yang
merupakan milik sendiri atau milik pihak lain.
2) Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan pelayanan komoditi
yang lain di luar sediaan farmasi.
3) Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi yang lain di luar sediaan
farmasi.
3) Sarana dan Prasarana Apotek
Peraturan Menkes Kesahatan No.9 Tahun 2017 Tentang Apotek Pasal 7
menyebutkan bahwa bangunan apotek paling sedikit memilki sarana ruang yang
berfungsi sebagai penerimaan resep, pelayanan resep dan peracikan, penyerahan
sediaan farmasidan alat kesehatan, konseling, penyimpanan sediaan farmasi dan alat
kesehatan, dan arsip. Pada Pasal 8 disebutkan bahwa prasarana apotek paling sedikit
terdiri atas instalasi air bersih, instalasi listriksistem tata udara, da sistem proteksi
kebakaran. Apotek juga wajib memasang papan nama apotek yang terdiri atas nama
apotek, nomor SIA dan alamat serta papan nama praktik Apoteker yang memuat
paling sedikit informasi nama Apoteker, nomor SIPA, dan jadwal praktik Apoteker.
4) Surat Izin Apotek
Surat Izin Apotek atau SIA merupakan bukti tertulis yang diberikan oleh
pemerintah daerah kabupaten/kota kepada apoteker sebagai izinuntuk
menyelenggarakan apotek (PERMENKES, 2006). SIA berlakuselama 5 (lima) tahun
dan dapat diperpanjang selama memenuhi persyaratan (PERMENKES,2017).
Syarat mempeloreh SIA adalah apoteker harus mengajukan permohonan tertulis
kepada Pemerintah Derah dan melengkapi dokumen administratif yang meliputi :
1) Fotokopi Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA) dengan menunjukkan STRA
asli.
2) Fotokopi KartuTanda Penduduk (KTP).
3) Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak Apoteker.
4) Fotokopi peta lokasi dan denah bangunan.
5) Daftar prasarana,sarana, dan peralatan.
B. Tugas dan Fungsi Apotek
Menurut Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009, tugas dan fungsi apotek adalah
:
1) Sebagai tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan
sumpah jabatan.
2) Sebagai sarana farmasi tempat dilakukannya pekerjaan kefarmasian.
3) Sarana yang digunakan untuk memproduksi dan distribusi sediaan farmasi antara
lain obat, bahan obat, obat tradisional, kosmetika.
4) Sebagai sarana pelayanan informasi obat dan perbekalan farmasi lainnya kepada
tenaga kesehatanlain dan masyarakat,termasuk pengamatan dan pelaporan
mengenai khasiat, keamanan, bahaya dan mutu obat.
5) Sarana pembuatan dan pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamatan,
pengadaan, penyiapan dan pendistribusi atau penyaluran obat, pelayanan obat atas
resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan
obat tradisional (DEPKES RI, 2009).
Peraturan Menteri Kesehatan No. 9 Tahun 2017 tentang Apotek Pasal 16
menjelaskan bahwa apotek menyelenggarakan fungsi sebagai pengelola sediaan
farmasi, alat kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai dan pelayanan farmasi
klinik termasuk di komunitas.
C. Pengelolaan Sumber Daya di Apotek
berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 Tahun 2009 tentang
Pekerjaan Kerfarmasian,tenaga kerfarmasian adalah tenaga yang melakukan pekerjaan
kefarmasian,yang terdiri dari apoteker dan tenaga teknis kefarmasian. Apoteker
merupakan sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah mengucapkan
sumpah jabatan apoteker, sedangkan tenaga teknis kefarmasian adalah tenaga yang
membantu apoteker dalammenjalani pekerjaan kefarmasian yang terdiri dari sarjana
farmasi, ahli madya farmasi, analisis farmasi, dan tenaga menengah farmasi/asisten
apoteker. Kewenangan Apoteker :
1) Mengangkat seorang apoteker pendamping yang memiliki SIPA
2) Mengganti obat merek dagang dengan obat dagang lain dengan persetujuan dokter
dan atau pasien
3) Menyerahkan obat keras,narkotika dan psikotropika kepada masyarakat atas resep
dari dokter sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Penyerahan dan pelayanan obat berdasarkan resep dokter dilaksanakan oleh apoteker.
Berdasarkan surat keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang Petunjuk Teknis Pelayanan Standar Pelayanan
Kefarmasian di Aapotek, apotek harus dikelola oleh seorang apoteker yang
profesional,yang termasukke dalam sumber daya manusia yang melakakukan pelayanan
kefarmasian, dengan kompetensi sebagai berikut :
1) Mampu menyediakan dan memeberikan pelayanan yang baik. Apoteker sebagai
pengelola apotek harus dapat memeberikan pelayanan kefarmasian yang
profesional. Dalam memberikan pelayanan, apoteker harus dapat
mengintegrasikan pelayanannya dalam sistem pelayanan kesehatan secara
keseluruhan sehingga dihasilkakn sistem pelayanan kesehatan yang
berkesinambungan.
2) Mempunyai kemampuan untuk mengambi; keputusan profesional. Apoteker harus
mampu mengambil keputusan yang tepat, yang berdasarkan pada efikasi,
efektifitas, dan efesiensi penggunaan obat dan alat kesehatan .
3) Mampu berkomunikasi ydengan baik. Apoteker harus mempunyai kemampuan
berkomunikasi yang baik dengan pasien dan profesi kesehatan lainnya secara
verbal dan nonverbal,serta menggunakan bahasa yang sesuai dengan
pendengarnya.
4) Meempatkan diri debagai pimpinan dalamsituasi multidisipliner. Apoteker harus
mempu menjadi pemimpin, yaitu mampu mengambil keputusan yang tepat dan
efektif, mampu mengomunikasikannya, dan mampu mengelola hasil keputusan
tersebut.
5) Mempunyai kemampuan dalam mengelola sumber daya (manusia, fisik,
anggaran) dan informasi secara efektif.
6) Harus dapat dipimpin dan memimpin orang lain dalam tim kesehatan
7) Selalu belajar disepanjang kariernya. Apoteker harus selau belajar, baik dalam
jalur formal maupun informal, di sepanjang kariernya, sehingga ilmu dan
keterampilan yang dipunyai selalu baru (up todate).
8) Membantu memberi pendidikakn dan memberi peluang untuk meningkatkan
pengetahuan. Apoteker mempunyai tanggung jawab untuk mendidik dan
meningkatkan pengetahuan.
Apoteker memilki tanggung jawab untuk mendidik dan melatih sumber daya
yang ada, serta memberi kesempatan untuk memperoleh pengalaman untuk
meningkatkan keterampilan.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 922/Menkes/Per/X/1993 tentang ketentuan dan Tata Cara Izin Apotek,
apoteker yang telah diberi Surat Izin Apotek (SIA) disebut apoteker pengelola apotek.
Apabila apoteker pengelola apotek berhalangan melakukan tugasnya padajam buka
apotek, apoteker pengelola apotekharus menunjuk apoteker pendamping. Apabila
apoteker pengelola apotek dan apoteker pendamping berhalangan melakukan tugasnya,
apoteker pengelola apotek menunjuk pengganti. Apoteker pendamping adalag apoteker
yang bekerja di apotek di sampig apoteker pengelola apotek dan atau menggantikannya
pada jam-jam tertentu pada hari buka apotek, sedangkan apoteker pengganti adalah
apoteker pengelola apotek selama apoteker pengelola apotek tersebut tidak berada lebih
dari 3 bulan secara terus-menerus, telah memiliki Surat Ijin Kerja dan tidak bertindak
sebagai apoteker pengelola apotek di apotek lain.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009
tentang pekerjaan Kefarmasian, apoteker juga dapat dibantu oleh tenaga teknik
kefarmasian dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian di apotek. Tenaga teknik
kefarmasiantetrdiri dari sarjana farmasi, ahli madya farmasi, analisis farmasi,dan tenaga
menengah farmasi/asisten apoteker.sumber daya manusia di apotek juga dapat mencakup
tenaga non kefarmasian,seperti tata usaha, office boy,dan lain-lain.
D. Pelayanan kefarmasian di Apotek
Pelayanan merupakan suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada
pasien,yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang
optimal untuk meningkatkan mutu kesehatan pasien (Presiden RI, 2009). Sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, di bidang kefarmasian telah terjadi
pergeseran orientasi pelayanan kefarmasian dari pengelolaan obat sebagai komoditi
kepada pelayanan yang komprehensif (Pharmaceutical care) dalam pengertian tidak saja
sebagai pengelola obat namun dalam pengertian yang lebih luas mencakup pelaksaan
pemberian informasi untuk mendukung penggunaan obat yang benar dan rasional,
monitoring penggunaan obat untuk mengetahui tujuan akhir, serta kemungkinann
terjadinya kesalahan pengobatan (Menkes RI, 2014).
Sasaran pelayana kefarmasian yang berkembang saat ini pada praktek kefarmasian
klinik dan komunitas antara lain pengupayaan kesembuhan penyakit yang diderita pasien,
pengurangan atau penurunan gejala penyakit, penghentian atau memperlambat suatu
proses penyakit dan komplikasi penyakit, pencegahan terhadap suatu penyakit dan gejala
penyakit (Sarasmita, 2015).
Pelayanan kefarmasian di apotek, berarti paspien harus dilayani oleh apoteker untuk
mendapatkan obat sesuai resep yang dibawanya dan mendapatkan infomasi yang
diperlukan terkait dengan penggunaan obat secara tepat serta informasi lainnya. Dua
puluh lima persen kesembuhan pasien diharapkan diperoleh darikenyamanan serta
baiknya pelayanan kefarmasiandi apotek. Pelayanan yang bermutu selain mengurangi
terjadinya medication error, juga memenuhi kebutuhan dan tuntutan masyarakat sehingga
masyarakat sehingga masyarakat akan memeberikan presepsi yang baik terhadap apotek
(Yusmainita,2008).
Peran dan fungsi pelayanan kafarmasian di apotekbelumbegitu dirasakan oleh
masyarakat. Salah satu penyebabnya adalah belum optimalnya mutu pelayanan
kefarmasian yang diberikan apoteker di apotek (Alkes, 2008).
Profesi apoteker (farmasi) diberikan dunia telah mengalami perkembangan yang
signifikan dari drug oriented yang terfokus hanya pada obat menjadi patient oriented
yang mengutamakan pelayanan kefarmasian dan empati kepada pasien. Fokus konsep
pelayanan kefarmasian kepada pasien tidak hanya menyediakan terapi obat, namun juga
melakukam pendekatan, rekomendasi, pemilihan terapi dan pengambilan keputusan
terhadap pengguna obat yang tepat bagi pasien. Sasran pelayanan kefarmasian yang
berkembang saat ini pada praktik kefarmasian klinik dan komunitas antara lain
pengupayaan kesembuhan penyakit yang diderita pasien, pengurangan atau penurunan
gejala penyakit, penghentian atau memperlambat suatu proses penyakit dan komplikasi
penyakit, pencegahan terhadap suatu penyakit dan gejala penyakit. Farmasis juga
memilik andil yang sangat penting dalam melakukan pemilihan terapi obat dan penentuan
regimentasi obat pada saat pelayanan swamedikasi obat (Sarasmita,2015).
Pelayanan kefarmasian dalam hal memberikan perlindungan terhadap pasien,
berfungsi sebagai :
a. Menyediakan informasi tentang obat-obatan kepada tenaga kesehatan lainnya,
tujuan yang ingin dicapai mencakup mengidentifikasi hasil pengobatan dan
tujuan akhir pengobatan, agar pengobatan dapat diterima untuk terapi, agara
diterapkan penggunaan secara rasional, mamantau efek samping,obat, dan
menentukan metode penggunaan obat.
b. Berpartisipasi dalam pengeloaan obat-obatan untuk pelayanan gawat darurat.
c. Mendapat rekam medis untuk digunakan dalam pemilihan obat yang tepat.
d. Memantau penggunaan obata apakah efektif, tidak efektif, rekasi yang
berlawanan, keracunan dan jika perlu memeberikan saran untuk memodifikasi
pengobatan.
e. Menyediakan bimbingan dan konsleing dalam rangka pendidikan kepada pasien.
f. Menyediakan dan memelihara serta menfasilitasi pengujian pengobatan bagi
pasien penyakit kronis.
g. Pembinaan pelayanan informasi dan pendidikan bagi masyarakat.
h. Partisipasi dalam penilaian penggunaan obat dan audit kesehatan.
i. Menyediakan pendidikan mengenai obat-obatan untuk tenaga kesehatan.
(Bahfen, 2006).
E. Asuhan Kefarmasian di Apotek
Asuhan kefarmasian (Pharmaceutical care) adalah tanggung jawab langsung
apoteker pada pelayanan yang berhubungan dengan pengobatan pasien dengan tujuan
mencapai hasil yang ditetapkan untuk memperbaiki kualitas hidup dengan tujuan
mencapai hasil yang ditetapkan untuk memperbaiki kualitas hidup pasien. Asuhan
kefarmasian tidak hanya melibatkan terapi obat tapi juga keputusan tentang penggunaan
obat pada pasien. Termasuk keputusan untuk tidak menggunakan terapi obat,
pertimbangan pemilihan obat, dosis, rute dan metoda pemberian, pemantauan terapi obat
dan pemberian informasi dan konseling pada pasien (ASHP,2008).

Anda mungkin juga menyukai