Anda di halaman 1dari 41

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia dan berlangsung

sepanjang hayat. Sejak kelahirannya ke dunia, anak memiliki kebutuhan untuk

memperoleh pendidikan. Pendidikan sangat dibutuhkan oleh setiap manusia agar

dapat melakukan aktivitas sosial di masyarakat tempat mereka berada. Adalah

suatu kenyataan, anak sebagai makhluk yang belum dewasa harus ditolong,

dibantu, dibimbing, serta diarahkan agar dapat mengembangkan potensinya

secara optimal. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melalui pendidikan

formal di sekolah.

Sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah tidak hanya berfungsi

mengembangkan kecerdasan anak tetapi juga mengembangkan kepribadian.

Bagi guru agama Islam, memberikan soal agama Islam yang berkaitan

dengan soal cerita bukanlah hal yang mudah. Seringkali peserta didik yang telah

memahami topik agama Islam secara teoristis mengalami kesulitan ketika bentuk

soal atau permasalahan disajikan dalam bentuk cerita. Sementara itu, dalam

kurikulum Pendidikan Dasar 2013, fungsi pengajaran agama Islam adalah

mempersiapkan anak didik agar dapat menjadi warga masyarakat yang

demokratis dalam kehidupan sehari-hari melalui latihan yang praktis, bervariasi,

dan aplikatif. Di sisi lain ada sebagian peserta didik masih mengalami kesulitan

1
dalam membaca teks agama Islam. Sementara itu, peserta didik akan lebih

mudah mencerna soal cerita agama Islam kelas V SD apabila peserta didik

mampu membaca teks dengan baik dan benar, mengerti maksud cerita yang ada

di dalamnya, serta memahami gambar yang ada. Bagi sebagian besar guru agama

Islam SD, mengajarkan materi agama Islam yang berkaitan dengan kemampuan

peserta didik memahami soal uraian bukanlah hal yang mudah. Meskipun banyak

peserta didik yang telah mampu memahami topik agama Islam secara teoritis,

akan tetapi banyak mengalami kesulitan ketika bentuk soal atau permasalahan

disajikan dalam bentuk soal uraian. Dalam hal ini guru dituntut untuk mampu

memberikan materi yang mudah diterima oleh peserta didik. Di samping itu pula,

hendaknya guru memberikan contoh yang kongkret dan jelas berkaitan dengan

materi soal berbentuk uraian. Bila upaya tersebut dapat dilakukan dengan baik,

diharapkan hasil belajar peserta didik dalam mata pelajaran agama Islam juga

akan meningkat.

Kenyataan di lapangan : pembelajaran berpusat pada guru, suasana kelas

yang kaku, media pembelajaran yang kurang mendukung, pengorganisasian

siswa yang belum optimal, dan penggunaan mono method. Berdasarkan situasi

tersebut, dilakukan penelitian untuk mengembangkan strategi pembelajaran yang

efektif dalam memahami materi agama Islam bagi peserta didik SD dan

menantang serta menyenangkan. Untuk mencapai tujuan tersebut, penelitian

dilakukan dalam bentuk penelitian tindakan kelas.

2
Berdasarkan uraian di atas, judul yang diambil oleh peneliti dalam penelitian

ini adalah Penggunaan Metode Tanya Jawab Dan Make A Match Dalam

Upaya Meningkatkan Mutu Belajar Pendidikan Agama Islam Pada

Pembelajaran Sifat Rasul-Rasul Allah Pada Peserta didik Kelas V UPTD

SDN 4 Batulawang Kecamatan Pataruman Kota Banjar Tahun Pelajaran

2019/2020.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu masalah

sebagai berikut:

1. Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar peserta didik dengan

diterapkannya pembelajaran metode tanya jawab dan Pembelajaran

Kooperatif Tipe Make A Match?

2. Bagaimanakah pengaruh metode pembelajaran metode tanya jawab dan Make

A Match terhadap motivasi belajar peserta didik?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui peningkatan prestasi belajar peserta didik setelah diterapkannya

pembelajaran metode tanya jawab dan Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A

Match.

3
2. Mengetahui pengaruh motivasi belajar peserta didik setelah diterapkan

Pembelajaran Metode Tanya jawab dan Pembelajaran Kooperatif Tipe Make

A Match.

D. Manfaat Penelitian

Penulis mengharapkan dengan hasil penelitian ini dapat:

1. Memberikan informasi tentang metode pembelajaran yang sesuai dengan

materi agama Islam.

2. Meningkatkan motivasi pada pelajaran agama Islam

3. Mengembangkan metode pembelajaran yang sesuai dengan bidang studi

agama Islam.

E. Batasan Masalah

Karena keterbatasan waktu, maka diperlukan pembatasan masalah meliputi:

1. Penelitian ini hanya dikenakan pada peserta didik Kelas V UPTD SDN 4

Batulawang Kecamatan Pataruman Kota Banjar Tahun Pelajaran 2019/2020.

2. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-Februari semester genap tahun

pelajaran 2019/2020.

3. Materi yang disampaikan adalah sub pokok bahasan Sifat Rasul-rasul Allah

4
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Hakikat Belajar dan Pembelajaran

Belajar tidak akan pernah lepas dari manusia karena pada hakikatnya

belajar dilakukan manusia sepanjang hayatnya atau sekurang-kurangnya dia terus

belajar walaupun sudah lulus sekolah. Di era globalisasi dewasa ini bahwa situasi

lingkungan terus berubah seiring dengan pesatnya perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi kearah yang lebih modern, belajar menjadi suatu

kebutuhan yang penting.

Belajar merupakan tindakan dan perilaku peserta didik yang kompleks.

Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami, dilakukan dan dihayati oleh

peserta didik itu sendiri, dimana peserta didik adalah penentu terjadi atau

tidaknya proses belajar, proses belajar terjadi berkat peserta didik memperoleh

sesuatu yang ada di lingkungan baik itu berupa keadaan alam, benda-benda,

hewan, tumbuh-tumbuhan, manusia, atau hal-hal yang dijadikan bahan belajar

(Dimyati & Mudjiono,1997:7).

Pada abad sekarang ini banyak teori-teori belajar yang dikemukakan oleh

para ahli, berikut ini akan dikemukakan beberapa teori belajar, pengertian belajar

menurut pgurungan teori behavioristik belajar adalah perubahan tingkah laku

sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon, seorang peserta

didik dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan perubahan

5
tingkah lakunya (Budiningsih, 2005:20). Teori kognitif mendefinisikan belajar

sebagai perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat

sebagai tingkah laku yang tampak sehingga dapat diasumsikan bahwa proses

belajar akan belajar dengan baik jika materi pelajaran atau informasi baru

beradaptasi dengan struktur kognitif yang telah dimiliki seseorang (Budiningsih,

2005:51).

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan ciri-ciri kegiatan

belajar adalah:

1.      Belajar adalah aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu

pembelajar

2.      Perubahan itu tidak harus segera nampak setelah proses belajar tetapi dapat

tampak pada kesempatan yang akan datang

3.      Perubahan itu pada intinya adalah didapatkannya kecakapan baru

4.      Perubahan itu terjadi karena usaha dengan sengaja

Sedangkan pembelajaran menurut Gagne (dalam Saputra, dkk, 2003:31)

pembelajaran adalah ”seperangkat peristiwa yang diciptakan dan dirancang untuk

mendorong, menggiatkan, dan mendukung belajar peserta didik.”

Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi antara peserta didik

dan lingkungannya sehingga terjadi perubahan tingkah laku kearah yang lebih

baik, dalam interaksi tersebut banyak sekali faktor yang mempengaruhinya, baik

faktor internal yang datang dari individu maupun faktor eksternal yang datang

6
dari lingkungan. Dalam pembelajaran, tugas guru yang paling utama adalah

mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan tingkah laku.

Dalam menciptakan kondisi belajar guru menggunakan berbagai macam

metode dan strategi, salah satunya adalah pembelajaran kooperatif dengan

metode tanya jawab dan Tipe Make A Match sehingga dengan menggunakan

metode pembelajaran memahami materi-materi yang diberikan oleh guru dan

dapat menerapkannya dikemudian hari.

B. Metode Pembelajaran Tanya Jawab

Metode tanya jawab ialah suatu cara mengajar dimana seorang guru

mengajukan beberapa pertanyaan kepada peserta didik tentang bahan pelajaran yang

telah diajarkan atau bacaan yang telah mereka baca sambil memperhatikan proses

berfikir diantara peserta didik.

Guru mengharapkan dari peserta didik jawaban yang tepat dan berdasarkan

fakta. Dalam tanya-jawab, pertanyaan adakalanya dari pihak peserta didik

(dalam hal ini guru atau peserta didik yang menjawab). Apabila peserta didik

tidak menjawabnya barulah guru memberikan jawabannya.

Metode ini sudah lama dipakai dan dipakai orang semenjak zaman Yunani.

Ahli-ahli pendidikan Islam telah mengenal metode ini, yang dianggap oleh

pendidikan moderen berasal dari Socrates (469-399 SM) seorang filosuf

bangsa Yunani. Ia memakai metode ini ialah untuk mengajar peserta didiknya

supaya sampai ketaraf kebenaran sesudah bersoal jawab dan bertukar fikiran.

7
Kemudian di dalam Islam metode ini juga sudah dikenal. Nabi Muhammad

SAW dalam mengajarkan Agama kepada umatnya, sering memakai tanyajawab. Di

bawah ini diterangkan suatu contoh cara Nabi melakukan tanya jawab tersebut.

Pada suatu hari datanglah seorang laki-laki dari dusun, lalu ia bertanya:

“Ya Muhammad, telah datang kepada kami utusan engkau, ia mengatakan bahwa

Allah mengutus engkau menjadi Rasul".

- Nabi : "Benar demikian".

- Laki-laki : "Siapa yang menjadikan langit?".

- Nabi : “Allah”

- Laki-laki : "Siapa yang menjadikan bumi ?".

- Nabi : “Allah”.

- Laki-laki : "Siapa yang menjadikan gunung dengan segala sisinya ?".

- Laki-laki : “Demi yang menjadikan langit dan bumf menegakkan gunung-

gunung adalah Allah mengutus engkau menjadi Rasul.”

- Nabi : "Ya".

- Laki-laki : “Utusan engkau mengatakan bahwa kewajiban kami

mengerjakan sembahyang lima waktu sehari semalam.”

- Nabi : “Benar demikian.”

- Laki-laki : "Demi yang mengutus engkau adalah Allah menyuruh engkau

mengerjakan sembahyang itu".

- Nabi : "Ya"

- Laki-laki : “Utusan engkau menyatakan bahwa kewajiban kami

8
membayarkan zakat".

- Nabi : "Benar demikian".

- Laki-laki : “Demi yang mengutus engkau adalah Allah yang menyuruh

memberikan zakat itu.”

- Nabi : "Ya". dan seterusnya .... (H.R. Muslim).

Kemudian laki-laki itu pergi seraya berkata: "Demi yang mengutus

engkau akan kukerjakan yang demikian itu, tidak kutambah dan tidak pula

kukurangi". Berkata Nabi saw: "Kalau benar laki-laki itu niscaya is akan masuk

syurga".

C. Macam-macam pertanyaan

Dilihat dari waktu penyampaiannya, pertanyaan dibagi menjadi tiga :

a)      Pertanyaan awal pelajaran, yaitu pertanyaan pendahuluan yang dimaksud

untuk menghubungkan pengetahuan yang telah lalu dengan pengetahuan

yang baru, merangsang minat belajar untuk menerima pelajaran baru, dan

memusatkan perhatian mereka kepada pelajaran.

b)      Pertanyaan di tengah-tengah berlangsungnya proses belajar mengajar.

Pertanyaan ini dimaksudkan untuk mendiskusikan bagian-bagian

pelajaran dan menarik sebagian fakta baru.

c)      Pertanyaan akhir pelajaran, yaitu pelajaran penutup yang dimaksudkan

untuk mengulang, menghubungkan bagian-bagian topik bahasan, dan

menarik kesimpulan pelajaran sehingga pelajar dapat memahami pelajaran

dengan mudah.

9
Dilihat dari sasarannya, pertanyaan pada dasarnya dapat dibagi menjadi

dua, yaitu pertanyaan ingatan dan pertanyaan pikiran):

a)      Pertanyaan ingatan dimaksudkan untuk mengetahui sampai sejauh mana

pengetahuan sudah dikuasai oleh pelajar. Kata tanya yang digunakan ialah :

apa, siapa, dimana, bilamana (kapan), dan berapa. Umpamanya sebutkan,

siapa saja sahabat Nabi SAW. yang termasuk al¬Sabiqunal Awwalun?

Bilamanakah Isra dan Mi'raj Nabi SAW. terjadi?

b)      Pertanyaan pikiran dimaksudkan untuk mengetahui sampai

sejauhmana cara berpikir pelajar dalam menanggapi suatu persoalan. Kata

tanya yang digunakan ialah: mengapa dan bagaimana.Umpamanya:

1. Mengapa kita harus menjaga kebersihan?

2. Bagaimana seharusnya anak menunjukkan baktinva kepada orang tua?

D. Kewajaran Metode Tanya-Jawab.

Metode tanya-jawab akan wajar digunakan untuk:

1.      Menyimpulkan pelajaran yang telah lalu. Setelah guru menguraikan suatu

persoalan, kemudian guru mengajukan beberapa pertanyaan.

Pertanyaan-pertanyaan itu dijawab oleh peserta didik sedangkan basil

jawaban peserta didik yang betul/benar disusun dengan baik sehingga

merupakan ikhtisar pelajaran yang akan menjadi milik peserta didik.

2.      Melanjutkan pelajaran yang sudah lalu. Dengan mengulang pelajaran

yang sudah diberikan dalam bentuk pertanyaan, guru akan dapat menarik

10
perhatian peserta didik kepada pelajaran baru.

3.     Menarik perhatian peserta didik untuk menggunakan pengetahuan dan

pengalaman.

4.      Memimpin pengamatan atau pemikiran peserta didik. Ketika peserta

didik menghadapi suatu persoalan maka pemikiran peserta didik dapat

dibimbing dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan atau seorang peserta

didik yang tidak memperhatikan pembicaraan guru yang dapat

mengusahakan supaya perhatiannya kembali kepada keterangan guru

dengan mengejutkannya dengan memberikan beberapa pertanyaan.

5.      Menyelingi pembicaraan untuk merangsang perhatian peserta didik dalam

belajar sehingga dengan jalan demikian ada kerjasama antara peserta

didik dengan guru dan dapat menimbulkan semangat peserta didik.

6.      Meneliti kemampuan peserta didik dalam memahami suatu bacaan yang

dibacanya atau ceramah yang sudah didengarnya.

E. Ketidak wajaran metode tanya-jawab

Pelaksanaan metode tanya jawab juga tidak wajar untuk hal-hal sebagai

berikut :

1. Menilai taraf kemampuan peserta didik mengenai pelajaran mereka. Metode

tanya-jawab hanya dapat memberikan gambaran secara kasar saja dan

hanya bisa untuk mengingatkan kembali apa yang dipelajarinya atau

menghubungkannya dengan pelajaran itu.

11
2. Persoalannya sangat komplek sedangkan jawabannya dibatasi oleh guru. Apabila

pertanyaan yang diajukan oleh guru banyak menimbulkan jawaban,

maka janganlah jawabannya dibatasi. Tetapi berilah kesempatan untuk

menjawab seluas-luasnya atau kalau perlu laksanakan dengan metode

diskusi.

3. Pertanyaan yang diajukan jangan hendaknya terbatas pada jawaban "ya"

atau °tidak" semata, tetapi hendaknya jawabannya dapat mendorong

pemikiran peserta didik untuk memikirkan jawaban yang tepat.

4. Memberikan giliran hanya kepada peserta didik tertentu saja. Hendaknya

pertanyaan harus diajukan kepada seluruh peserta didik, jangan hanya

kepada peserta didik yang tertentu saja. Begitu juga dalam menjawabnya

harus kepada seluruh peserta didik diberikan kesempatan, jangan hanya

yang pgurui-pgurui saja. Bahkan peserta didik yang pendiam atau

pemalulah yang lebih didorong untuk menjawabnya supaya is dapat

membiasakan dirinya.

F. Langkah-Langkah Dalam Pelaksanaannya

Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam pelaksanaan metode

tanya-jawab

1. Tujuan pelajaran harus dirumuskan terlebih dahulu dengan sejelas - jelasnya.

2. Guru harus menyelidiki apakah metode tanya-jawab satu-satunya metode yang

12
paling tepat dipakaikan.

3. Guru harus meneliti untuk apa metode ini dipakaikan, apakah :

a. Dipakaikan untuk menghubungkan pelajaran lama dengan

pelajaran baru.

b. Untuk mendorong peserta didik supaya mempergunakan

pengetahuan untuk pemecahan sesuatu masalah.

c. Untuk menyimpulkan suatu uraian.

d. Untuk mengingatkan kembali terhadap apa yang dihafalkan peserta

didik.

e. Untuk menuntun pemikirannya.

f. Untuk memusatkan perhatiannya.

4. Kemudian guru harus meneliti pula, apakah :

a)      Corak pertanyaan itu mengandung banyak permasalahan atau tidak.

b)      Terbatasnya jawaban atau tidak.

c)      Hanya dijawab dengan ya atau tidak atau ada untuk mendorong

peserta didik berpikir untuk menjawabnya.

5. Guru memilih mana diantara jawaban-jawaban yang banyak itu dapat

diterima.

6. Guru harus mengajarkan cara-cara pembuktian jawaban, dengan:

13
a. Mengemukakan suatu fakta yang dikutip dari buku, majalah harian

dan lain sebagainya.

b. Meneliti setiap jawaban dengan menggunakan sumbernya.

c. Dengan menjelaskan dipapan tulis dengan berbagai argumentasi.

d. Membandingkan dengan apa yang pernah dilihat peserta didik.

e. Menguji kebenarannya terhadap orang-orang yang ahli.

f. Melakukan experimen untuk membuktikan kebenaran.

G. Keuntungan metode tanya-jawab

Beberapa keuntungan metode tanya-jawab adalah sebagai berikut:

1. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk dapat menerima penjelasan

lebih lanjut.

2. Guru dapat dengan segera mengetahui kemajuan peserta didiknya dari bahan

yang telah diberikan.

3. Pertanyaan-pertanyaan yang sulit dan agak balk dari peserta didik dapat

mendorong guru untuk memahami lebih mendalam dan mencari sumber-

sumber lebih lanjut.

H. Kelemahan Metode tanya-jawab

Beberapa kelemahan metode tanya-jawab :

1. Pemakaian waktu lebih banyak jika dibandingkan dengan metode ceramah.

Jalan pelajaran lebih lambat dari metode ceramah, sehingga kadang-

14
kadang menyebabkan bahan pelajaran tak dapat dilaksanakan menurut yang

ditetapkan.

2. Mungkin terjadi perbedaan pendapat antara guru dan peserta didik. Hal ini

terjadi karena pengalaman peserta didik berbeda dengan guru. Kalau hal

itu terjadi guru dan peserta didik harus dapat membuktikan kebenaran

jawaban jawabannya.

3. Sering terjadi penyelewengan dari masalah pokok. Karena pertanyaan

selalu sulit dan kurang oleh peserta didik maka kadangkadang jawaban peserta

didik menyimpang dari pesoalan. Kalau terjadi hal seperti itu guru harus

menjaganya supaya jangan timbul pesoalan yang baru dengan jalan

mengusahakan baik supaya perhatiannya tertuju kepada masalah semula.

Kalau perlu boleh berobah susunan pertanyaannya atau memperinci pokok

persoalan dalam beberapa perincian.

4. Apabila peserta didik terlalu banyak tidak cukup waktu memberi giliran

kepada setiap peserta didik.

I. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match menurut Para

Ahli

Model pembelajaran make and match adalah sistem pembelajaran yang

mengutamakan penanaman kemampuan sosial terutama kemampuan bekerja

15
sama, kemampuan berinteraksi disamping kemampuan berpikir cepat melalui

permainan mencari pasangan dengan dibantu kartu (Wahab, 2007 : 59).

Model make a match atau mencari pasangan merupakan salah satu

alternatif yang dapat diterapkan kepada peserta didik. Penerapan metode ini

dimulai dari teknik yaitu peserta didik disuruh mencari pasangan kartu yang

merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, peserta didik yang dapat

mencocokkan kartunya diberi poin. Teknik metode pembelajaran make a match

atau mencari pasangan dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu

keunggulan tehnik ini adalah peserta didik mencari pasangan sambil belajar

mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan

Suyatno (2009 : 72) mengungkapkan bahwa model make and match adalah

model pembelajaran dimana guru menyiapkan kartu yang berisi soal atau

permasalahan dan menyiapkan kartu jawaban kemudian peserta didik mencari

pasangan kartunya. Model pembelajaran make and match merupakan bagian dari

pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif didasarkan atas falsafah

homo homini socius, falsafah ini menekankan bahwa manusia adalah mahluk

sosial (Lie, 2003:27). Model make and match melatih peserta didik untuk

memiliki sikap sosial yang baik dan melatih kemampuan peserta didik dalam

bekerja sama disamping melatih kecepatan berfikir peserta didik. 

J. Langkah-langkah dan Cara Pembelajaran Make A Match

16
Langkah-langkah penerapan metode make a match sebagai berikut:

1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang

cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu

jawaban.

2. Setiap peserta didik mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal/

jawaban.

3. Tiap peserta didik memikirkan jawaban/ soal dari kartu yang dipegang.

4. Setiap peserta didik mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya.

Misalnya: pemegang kartu yang bertuliskan bela negara akan berpasangan

dengan kartu yang bertuliskan soal “sikap dan perilaku warga negara yang

dijiwai oleh kecintaannya kepada negara dalam menjamin kelangsungan

hidup bangsa dan negara” .

5. Setiap peserta didik yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu

diberi poin.

6. Jika peserta didik tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya

(tidak dapat menemukan kartu soal atau kartu jawaban) akan mendapatkan

hukuman, yang telah disepakati bersama.

7. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap peserta didik mendapat kartu

yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.

8. Peserta didik juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 peserta didik lainnya yang

memegang kartu yang cocok.

17
9. Guru bersama-sama dengan peserta didik membuat kesimpulan terhadap

materi pelajaran.

K. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran Make A Match

Adapun kelebihan pembelajaran kooperatif tipe make a match yaitu:

1. Suasana kegembiraan akan tumbuh dalam proses pembelajaran (Let them

move).

2. Kerjasama antara sesame murid terwujud secara dinamis.

3. Munculnya dinamika gotong royong yang merata diseluruh murid.

4. Murid mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topic

dalam suasana menyenangkan.

Selain memiliki kelebihan dalam pembelajaran ini, juga terdapat kelemahan

dalam penerapan yaitu:

1. Diperlukan bimbingan dari guru untuk melakukan kegiatan.

2. Waktu yang tersedia perlu dibatasi jangan sampai peserta didik terlalu banyak

bermain-main dalam proses pembelajaran.

3. Guru perlu persiapan alat dan bahan yang memadai.

4. Jika kelas guru termasuk gelas gemuk (lebih dari 30 orang/kelas) berhati-

hatilah.

18
5. Memakan waktu yang banyak karna sebelum masuk kelas terlebih dahulu kita

mempersiapkan kartu-kartu.

L. Tujuan Metode Pembelajaran Make A Match

Tujuan yang ingin Guru capai dalam pembelajaran, sangat mempengaruhi

Guru dalam memilih metode pembelajan. Setidaknya, ada tiga tujuan penerapan

metode make a match, yaitu:

1. pendalaman materi;

2. menggali materi; dan

3. untuk selingan.

Pengembang model pembelajaran make a match pada mulanya merancang

metode ini untuk pendalaman materi. Peserta didik melatih penguasaan materi

dengan cara memasangkan antara pertanyaan dan jawaban. Jika tujuan ini yang

Guru pakai, maka Guru harus membekali dulu peserta didik Guru dengan materi

yang akan dilatihkan. Guru dapat menjelaskan materi , atau Guru memberi tugas

pada peserta didik untuk membaca materi terlebih dahulu, sebelum Guru

menerapkan metode ini.

19
Prinsipnya, peserta didik Guru harus mempunyai pengetahuan tentang materi

yang akan dilatihkan terlebih dahulu. Baru setelah itu Guru menggunakan metode /

model pembelajaran make a match ini.

Lain halnya, jika Guru ingin memakai tujuan ke dua, untuk menggali materi.

Guru tidak perlu membekali peserta didik dengan materi, karena peserta didik

sendiri yang akan membekali dirinya sendiri. Cara yang Guru tempuh adalah Guru

menulis pokok-pokok materi pada potongan kertas. Lalu, Guru bagikan potongan

kertas itu pada peserta didik secara acak. Mintalah peserta didik untuk

mencocokkan/memasangkan potongan kertas tersebut menjadi satu materi utuh.

Peserta didik yang sudah menemukan pasangannya, secara otomatis menjadi satu

kelompok.

Selanjutnya, Guru minta agar setiap kelompok bekerja sama menysusun

materi secara utuh. Setelah semua kelompok selesai menyusun materi, Guru minta

setiap kelompok untuk melakukan presentasi. Jangan lupa, Guru menekankan agar

semua kelompok memperhatikan dan memberikan tanggapan pada kelompok yang

sedang presentasi.

20
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena penelitian

dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga

termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik

pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.

Menurut Oja dan Sumarjan (dalam Titik Sugiarti, 1997; 8) mengelompokkan

penelitian tindakan menjadi empat macam yaitu (a) guru bertindak sebagai peneliti,

(b) penelitian tindakan kolaboratif, (c) Simultan terintegratif, dan (d) administrasi

sosial ekperimental.

Dalam penelitian tindakan ini menggunakan bentu guru sebagai peneliti,

penanggung jawab penuh penelitian tindakan adalah praktisi (guru). Tujuan utama

dari penelitian tindakan ini adalah meningkatkan hasil pembelajaran di kelas dimana

guru secara penuh terlibat dalam penelitian mulai dari perencanaan, tindakan,

pengamatan dan refleksi.

Penelitian ini akan dihentikan apabila ketuntasan belajar secara klasikal telah

mencapai 85% atau lebih. Jadi dalam penelitian ini, peneliti tidak tergantung pada

jumlah siklus yang harus dilalui.

A. Tempat, Waktu dan Subyek Penelitian

1. Tempat Penelitian

21
Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan

penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat

di UPTD SDN 4 Batulawang Kecamatan Pataruman Kota Banjar Tahun

Pelajaran 2019/2020.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat

penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-

Februari 2020 semester genap Tahun Pelajaran 2019/2020.

3. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah peserta didik Kelas V UPTD SDN 4

Batulawang Kecamatan Pataruman Kota Banjar Tahun Pelajaran

2019/2020.

B. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Tim

Pelatih Proyek PGSM, PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif

oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional

dari tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman

terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi

dimana praktek pembelajaran tersebut dilakukan (dalam Mukhlis, 2000: 3).

Sedangkah menurut Mukhlis (2000: 5) PTK adalah suatu bentuk kajian yang

bersifat sistematis reflektif oleh pelaku tindakan untuk memperbaiki kondisi

pembelajaran yang dilakukan.

22
Adapun tujuan utama dari PTK adalah untuk memperbaiki/meningkatkan

pratek pembelajaran secara berkesinambungan, sedangkan tujuan penyertaannya

adalah menumbuhkan budaya meneliti di kalangan guru (Mukhlis, 2000: 5).

Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka

penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart

(dalam Sugiarti, 1997: 6), yaitu berbentuk spiral dari sklus yang satu ke siklus

yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan),

observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus

berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan

refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang

berupa identifikasi permasalahan. Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian

tindakan kelas dapat dilihat pada gambar berikut.


Rencana
  Umum
Siklus 1
Refleksi

Tindakan
Refleksi
& Observasi I

Perubahan
Siklus 2
Refleksi Rencana

Tindakan & Observasi II


Refleksi
Perubahan
Siklus 3 Refleksi Rencana

Tindakan & Observasi III

Keputusan Lebih Lanjut

Gambar 3.1 Alur PTK

23
Penjelasan alur di atas adalah:

1. Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun

rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di

dalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran.

2. Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti

sebagai upaya membangun pemahaman konsep peserta didik serta

mengamati hasil atau dampak dari diterapkannya metode pembelajaran

model discovery .

3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau

dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang

diisi oleh pengamat.

4. Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat

membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus

berikutnya.

Observasi dibagi dalam tiga putaran, yaitu putaran 1, 2 dan 3, dimana

masing putaran dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan

membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif di akhir

masing putaran. Dibuat dalam tiga putaran dimaksudkan untuk memperbaiki

sistem pengajaran yang telah dilaksanakan.

24
C. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:

1. Silabus

Yaitu seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan

pembelajaran pengelolahan kelas, serta penilaian hasil belajar.

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Yaitu merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai

pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran. Masing-

masing RPP berisi kompetensi dasar, indikator pencapaian hasil belajar,

tujuan pembelajaran, dan kegiatan belajar mengajar.

3. Lembar Kegiatan Peserta didik

Lembar kegaian ini yang dipergunakan peserta didik untuk membantu

proses pengumpulan data hasil eksperimen.

4. Lembar Observasi Kegiatan Belajar Mengajar

a.       Lembar observasi pengolahan pembelajaran metode tanya jawab, untuk

mengamati kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran.

b.       Lembar observasi aktivitas peserta didik dan guru, untuk mengamati

aktivitas peserta didik dan guru selama proses pembelajaran.

5. Tes formatif

Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Tes

formatif ini diberikan setiap akhir putaran. Bentuk soal yang diberikan

adalah pilihan ganda (objektif). Sebelumnya soal-soal ini berjumlah 20.

25
D. Metode Pengumpulan Data

Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi

pengolahan pembelajaran metode tanya jawab, observasi aktivitas peserta didik

dan guru, dan tes formatif.

E. Teknik Analisis Data

Untuk mengetahui keefektivan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran

perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis

deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan

kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk

mengetahui prestasi belajar yang dicapai peserta didik juga untuk memperoleh

respon peserta didik terhadap kegiata pembelajaran serta aktivitas peserta didik

selama proses pembelajaran.

Untuk mengalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan peserta

didik setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara

memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran.

Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu:

1. Untuk menilai ulangan atau tes formatif

Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh peserta didik,

yang selanjutnya dibagi dengan jumlah peserta didik yang ada di kelas

tersebut sehingga diperoleh rata-rata tes formatif.

26
2. Untuk ketuntasan belajar

Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara

klasikal. Berdasarkan Kurikulum 2013 yaitu seorang peserta didik telah

tuntas belajar bila telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dan

untuk KKM PAI dan Budi Pekerti yaitu skor 75% atau nilai 75, dan kelas

disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah

mencapai daya serap lebih dari sama dengan 75%.

27
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Data penelitian yang diperoleh berupa hasil uji coba item butir soal, data

observasi berupa pengamatan pengelolaan pembelajaran metode tanya jawab dan

pengamatan aktivitas peserta didik dan guru pada akhir pembelajaran, dan data tes

formatif peserta didik pada setiap siklus.

Data hasil uji coba item butir soal digunakan untuk mendapatkan tes yang betul-

betul mewakili apa yang diinginkan. Data ini selanjutnya dianalisis tingkat validitas,

reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda.

Data lembar observasi diambil dari dua pengamatan yaitu data pengamatan

pengelolaan pembelajaran metode tanya jawab yang digunakan untuk mengetahui

pengaruh penerapan metode pembelajaran metode tanya jawab dalam meningkatkan

prestasi.

Data tes formatif untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar peserta didik

setelah diterapkan pembelajaran metode tanya jawab.

A. Analisis Data Penelitian Persiklus

1. Siklus I

a. Tahap Perencanaan

28
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang

terdiri dari rencana pelaksanaan pembelajaran 1, LKS 1, soal tes formatif

1, dan alat-alat pengajaran yang mendukung.

b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan

pada tanggal 28 Januari 2020 di kelas V dengan jumlah peserta didik 18

peserta didik. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun

proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah

dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan

pelaksanaan belajar mengajar.

Pada akhir proses belajar mengajar peserta didik diberi tes formatif I

dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan peserta didik dalam

proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil

penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut:

Tabel 1.1. Hasil Tes Formatif Peserta didik Pada Siklus I

Keterangan Keterangan
No. Urut Nilai No. Urut Nilai
T TT T TT
1 70 √ 12 70 √
2 80 √ 13 80 √
3 80 √ 14 80 √
4 70 √ 15 85 √
5 80 √ 16 85 √
6 80 √ 17 80 √
7 80 √ 18 70 √
8 90 √
9 70 √

29
10 80 √
11 70 √
Jumlah 850 7 4 Jumlah 550 5 2
Jumlah Skor 1400
Jumlah Skor Maksimal Ideal 1800
Rata-Rata Skor Tercapai 77,78

Keterangan:
T : Tuntas
TT : Tidak Tuntas
Jumlah peserta didik yang tuntas : 12
Jumlah peserta didik yang belum tuntas : 6
Klasikal : Belum tuntas
Tabel 1.2. Rekapitulasi Hasil Tes Siklus I

No Uraian Hasil Siklus I


1 Nilai rata-rata tes formatif 77,78
2 Jumlah peserta didik yang tuntas belajar 12
3 Persentase ketuntasan belajar 66,67

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan metode

pembelajaran metode tanya jawab dan Make A Match diperoleh nilai

rata-rata prestasi belajar peserta didik adalah 77,78 dan ketuntasan belajar

mencapai 66,67% atau ada 12 peserta didik dari 18 peserta didik sudah

tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama

secara klasikal peserta didik belum tuntas belajar, karena peserta didik

yang memperoleh nilai ≥ 75 hanya sebesar 66,67% lebih kecil dari

persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini

disebabkan karena peserta didik masih merasa baru dan belum mengerti

apa yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan menerapkan metode

pembelajaran metode tanya jawab dan Make A Match.

30
2. Siklus II

a. Tahap perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang

terdiri dari rencana pelaksanaan pembelajaran 2, LKS 2, soal tes formatif

II, dan alat-alat pengajaran yang mendukung.

b. Tahap kegiatan dan pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan

pada tanggal 4 Februari 2020 di kelas V dengan jumlah peserta didik 18

peserta didik. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun

proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan

memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga kesalahan atau kekurangan

pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II. Pengamatan (observasi)

dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.

Pada akhir proses belajar mengajar peserta didik diberi tes formatif II

dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan peserta didik

selama proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrument yang

digunakan adalah tes formatif II. Adapun data hasil penelitian pada siklus

II adalah sebagai berikut.

Tabel 1.3. Hasil Tes Formatif Peserta didik Pada Siklus II

Keterangan Keterangan
No. Urut Nilai No. Urut Nilai
T TT T TT
1 70 √ 12 90 √

31
2 80 √ 13 80 √
3 80 √ 14 80 √
4 90 √ 15 80 √
5 90 √ 16 80 √
6 70 √ 17 70 √
7 80 √ 18 80 √
8 70 √
9 70 √
10 80 √
11 90 √
Jumlah 870 8 3 Jumlah 560 6 1
Jumlah Skor 1430
Jumlah Skor Maksimal Ideal 1800
Rata-Rata Skor Tercapai 79,44

Keterangan:
T : Tuntas
TT : Tidak Tuntas
Jumlah peserta didik yang tuntas : 14
Jumlah peserta didik yang belum tuntas : 4
Klasikal : Belum tuntas

Tabel 1.4. Rekapitulasi Hasil Tes Siklus II

No Uraian Hasil Siklus II

1 Nilai rata-rata tes formatif 79,44

2 Jumlah peserta didik yang tuntas belajar 14

3 Persentase ketuntasan belajar 77,78

Dari tabel di atas diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar peserta

didik adalah 79,44 dan ketuntasan belajar mencapai 77,78% atau ada 14

peserta didik dari 18 peserta didik sudah tuntas belajar. Hasil ini

menunjukkan bahwa pada siklus II ini ketuntasan belajar secara klasikal

telah megalami peningkatan sedikit lebih baik dari siklus I. Adanya

32
peningkatan hasil belajar peserta didik ini karena setelah guru

menginformasikan bahwa setiap akhir pelajaran akan selalu diadakan tes

sehingga pada pertemuan berikutnya peserta didik lebih termotivasi untuk

belajar. Selain itu peserta didik juga sudah mulai mengerti apa yang

dimaksudkan dan diinginkan guru dengan menerapkan metode

pembelajaran metode tanya jawab dan Make A Match .

3. Siklus III

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang

terdiri dari rencana pelaksanaan pembelajaran 3, LKS 3, soal tes formatif

3, dan alat-alat pengajaran yang mendukung

b. Tahap kegiatan dan pengamatan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus III dilaksanakan

pada tanggal 11 Februari 2020 di kelas V dengan jumlah peserta didik 18

peserta didik. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun

proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan

memperhatikan revisi pada siklus II, sehingga kesalahan atau kekurangan

pada siklus II tidak terulang lagi pada siklus III. Pengamatan (observasi)

dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.

Pada akhir proses belajar mengajar peserta didik diberi tes formatif

III dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan peserta didik

dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang

33
digunakan adalah tes formatif III. Adapun data hasil penelitian pada

siklus III adalah sebagai berikut:

Tabel 1.5. Hasil Tes Formatif Peserta didik Pada Siklus III

Keterangan Keterangan
No. Urut Nilai No. Urut Nilai
T TT T TT
1 90 √ 12 90 √
2 90 √ 13 90 √
3 90 √ 14 90 √
4 80 √ 15 80 √
5 90 √ 16 90 √
6 85 √ 17 85 √
7 90 √ 18 85 √
8 72 √
9 90 √
10 90 √
11 72 √
Jumlah 939 9 2 Jumlah 610 7
Jumlah Skor 1549
Jumlah Skor Maksimal Ideal 1800
Rata-Rata Skor Tercapai 86,05
Keterangan:
T : Tuntas
TT : Tidak Tuntas
Jumlah peserta didik yang tuntas : 16
Jumlah peserta didik yang belum tuntas :2
Klasikal : Tuntas

Tabel 1.6. Rekapitulasi Hasil Tes Siklus III


No Uraian Hasil Siklus III
1 Nilai rata-rata tes formatif 86,05
2 Jumlah peserta didik yang tuntas belajar 16
3 Persentase ketuntasan belajar 88,89

Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai rata-rata tes formatif

sebesar 86,69 dan dari 18 peserta didik yang telah tuntas sebanyak 16

peserta didik dan 2 peserta didik belum mencapai ketuntasan belajar.

34
Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar

88,89% (termasuk kategori tuntas). Hasil pada siklus III ini mengalami

peningkatan lebih baik dari siklus II. Adanya peningkatan hasil belajar

pada siklus III ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan guru

dalam menerapkan pembelajaran metode tanya jawab dan Make A Match

sehingga peserta didik menjadi lebih terbiasa dengan pembelajaran seperti

ini sehingga peserta didik lebih mudah dalam memahami materi yang

telah diberikan. Pada siklus III ini ketuntasan secara klasikal telah

tercapai, sehingga penelitian ini hanya sampai pada siklus III.

c. Refleksi

Pada tahap ini akah dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik

maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan

penerapan pembelajaran metode tanya jawab. Dari data-data yang telah

diperoleh dapat duraikan sebagai berikut:

1)      Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua

pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang

belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-

masing aspek cukup besar.

2)      Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa peserta didik

aktif selama proses belajar berlangsung.

3)      Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami

perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik.

35
4)      Hasil belajar peserta didik pada siklus III mencapai ketuntasan.

d. Revisi Pelaksanaan

Pada siklus III guru telah menerapkan pembelajaran metode tanya

jawab dan make a match dengan baik dan dilihat dari aktivitas peserta

didik serta hasil belajar peserta didik pelaksanaan proses belajar mengajar

sudah berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak,

tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakan selanjutnya adalah

memaksimalkan dan mepertahankan apa yang telah ada dengan tujuan

agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya penerapan

pembelajaran metode tanya jawab dan make a match dapat meningkatkan

proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

B. Pembahasan

1. Ketuntasan Hasil belajar Peserta didik

Melalui hasil peneilitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran metode

tanya jawab dan Make A Match memiliki dampak positif dalam

meningkatkan prestasi belajar peserta didik. Hal ini dapat dilihat dari semakin

mantapnya pemahaman peserta didik terhadap materi yang disampaikan guru

(ketuntasan belajar meningkat dari sklus I, II, dan II) yaitu masing-masing

66,67%, 77,78%, dan 88,89%. Pada siklus III ketuntasan belajar peserta didik

secara klasikal telah tercapai.

2. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran

36
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas peserta didik dalam proses

pembelajaran metode tanya jawab dan Make A Match dalam setiap siklus

mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap prestasi belajar

peserta didik yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata

peserta didik pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan.

3. Aktivitas Guru dan Peserta didik Dalam Pembelajaran

Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas peserta didik dalam proses

pembelajaran agama Islam pada sub pokok bahasan Sifat Rasul-rasul Allah

yang paling dominan adalah bekerja dengan menggunakan alat/media,

mendengarkan/ memperhatikan penjelasan guru, dan diskusi antar peserta

didik/antara peserta didik dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas

peserta didik dapat dikategorikan aktif.

Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah melaksanakan

langah-langkah pembelajaran metode tanya jawab dengan baik. Hal ini terlihat

dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas membimbing dan

mengamati peserta didik dalam mengerjakan kegiatan LKS/menemukan

konsep, menjelaskan/melatih menggunakan alat, memberi umpan

balik/evaluasi/tanya jawab dimana prosentase untuk aktivitas di atas cukup

besar.

37
BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga siklus,

dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Pembelajaran dengan metode tanya jawab dan pembelajaran kooperatif tipe

make a match memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi

belajar peserta didik yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar

peserta didik dalam setiap siklus, yaitu siklus I (66,67%), siklus II

(77,78%), siklus III (88,89%).

2. Penerapan metode pembelajaran metode tanya jawab dan pembelajaran

kooperatif tipe make a match mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat

meningkatkan motivasi belajar peserta didik yang ditunjukan dengan hasil

wawancara dengan sebagian peserta didik, rata-rata jawaban peserta didik

menyatakan bahwa peserta didik tertarik dan berminat dengan metode

pembelajaran metode tanya jawab dan pembelajaran kooperatif tipe make a

match sehingga mereka menjadi termotivasi untuk belajar.

38
B. Saran

Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses

belajar mengajar agama Islam lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang

optimal bagi peserta didik, maka disampaikan saran sebagai berikut:

1. Untuk melaksanakan model metode tanya jawab dan pembelajaran kooperatif

tipe make a match memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga

guru harus mampu menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa

diterapkan dengan model metode tanya jawab dalam proses belajar

mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal.

2. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar peserta didik, guru hendaknya

lebih sering melatih peserta didik dengan berbagai metode pembelajaran,

walau dalam taraf yang sederhana, dimana peserta didik nantinya dapat

menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan,

sehingga peserta didik berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah

yang dihadapinya.

3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya

dilakukan di UPTD SDN 4 Batulawang Kecamatan Pataruman Kota Banjar

Tahun Pelajaran 2019/2020.

39
40
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1997. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Berg, Euwe Vd. (1991). Miskonsepsi agama Islam dan Remidi Salatiga: Universitas
Kristen Satya Wacana.

Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algesindo.

Joyce, Bruce dan Weil, Marsh. 1972. Models of Teaching Model. Boston: A Liyn dan
Bacon.

Masriyah. 1999. Analisis Butir Tes. Surabaya: Universitas Press.

Mukhlis, Abdul. (Ed). 2000. Penelitian Tindakan Kelas. Makalah Panitia Pelatihan
Penulisan Karya Ilmiah untuk Guru-guru se-Kabupaten Tuban.

Nur, Moh. 2001. Pemotivasian Peserta didik untuk Belajar. Surabaya. University
Press. Universitas Negeri Surabaya.

Soedjadi, dkk. 2000. Pedoman Penulisan dan Ujian Skripsi. Surabaya; Unesa
Universitas Press.

Suryosubroto, B. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. Rineksa


Cipta.

Usman, Uzer. 2000. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Widoko. 2002. Metode Pembelajaran Konsep. Surabaya: Universitas Negeri


Surabaya.

.Al Hamdani, H.M Djaswidi, Pendidikan Bernuansa Islam ( Bandung: Media


Cendekia Publisher, 2018),

Thoha, M. Chabib, Teknik Evaluasi pendidikan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta,
1996.

Daryanto, Drs. H., Evaluasi Pendidikan, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2001.

https://idtesis.com/metode-pembelajaran-make-match/

41

Anda mungkin juga menyukai