PENDAHULUAN
suatu kenyataan, anak sebagai makhluk yang belum dewasa harus ditolong,
secara optimal. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melalui pendidikan
formal di sekolah.
Bagi guru agama Islam, memberikan soal agama Islam yang berkaitan
dengan soal cerita bukanlah hal yang mudah. Seringkali peserta didik yang telah
memahami topik agama Islam secara teoristis mengalami kesulitan ketika bentuk
soal atau permasalahan disajikan dalam bentuk cerita. Sementara itu, dalam
dan aplikatif. Di sisi lain ada sebagian peserta didik masih mengalami kesulitan
1
dalam membaca teks agama Islam. Sementara itu, peserta didik akan lebih
mudah mencerna soal cerita agama Islam kelas V SD apabila peserta didik
mampu membaca teks dengan baik dan benar, mengerti maksud cerita yang ada
di dalamnya, serta memahami gambar yang ada. Bagi sebagian besar guru agama
Islam SD, mengajarkan materi agama Islam yang berkaitan dengan kemampuan
peserta didik memahami soal uraian bukanlah hal yang mudah. Meskipun banyak
peserta didik yang telah mampu memahami topik agama Islam secara teoritis,
akan tetapi banyak mengalami kesulitan ketika bentuk soal atau permasalahan
disajikan dalam bentuk soal uraian. Dalam hal ini guru dituntut untuk mampu
memberikan materi yang mudah diterima oleh peserta didik. Di samping itu pula,
hendaknya guru memberikan contoh yang kongkret dan jelas berkaitan dengan
materi soal berbentuk uraian. Bila upaya tersebut dapat dilakukan dengan baik,
diharapkan hasil belajar peserta didik dalam mata pelajaran agama Islam juga
akan meningkat.
siswa yang belum optimal, dan penggunaan mono method. Berdasarkan situasi
efektif dalam memahami materi agama Islam bagi peserta didik SD dan
2
Berdasarkan uraian di atas, judul yang diambil oleh peneliti dalam penelitian
ini adalah Penggunaan Metode Tanya Jawab Dan Make A Match Dalam
2019/2020.
B. Rumusan Masalah
sebagai berikut:
C. Tujuan Penelitian
Match.
3
2. Mengetahui pengaruh motivasi belajar peserta didik setelah diterapkan
A Match.
D. Manfaat Penelitian
agama Islam.
E. Batasan Masalah
1. Penelitian ini hanya dikenakan pada peserta didik Kelas V UPTD SDN 4
pelajaran 2019/2020.
3. Materi yang disampaikan adalah sub pokok bahasan Sifat Rasul-rasul Allah
4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Belajar tidak akan pernah lepas dari manusia karena pada hakikatnya
belajar walaupun sudah lulus sekolah. Di era globalisasi dewasa ini bahwa situasi
pengetahuan dan teknologi kearah yang lebih modern, belajar menjadi suatu
Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami, dilakukan dan dihayati oleh
peserta didik itu sendiri, dimana peserta didik adalah penentu terjadi atau
tidaknya proses belajar, proses belajar terjadi berkat peserta didik memperoleh
sesuatu yang ada di lingkungan baik itu berupa keadaan alam, benda-benda,
Pada abad sekarang ini banyak teori-teori belajar yang dikemukakan oleh
para ahli, berikut ini akan dikemukakan beberapa teori belajar, pengertian belajar
sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon, seorang peserta
5
tingkah lakunya (Budiningsih, 2005:20). Teori kognitif mendefinisikan belajar
sebagai perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat
sebagai tingkah laku yang tampak sehingga dapat diasumsikan bahwa proses
belajar akan belajar dengan baik jika materi pelajaran atau informasi baru
2005:51).
belajar adalah:
1. Belajar adalah aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu
pembelajar
2. Perubahan itu tidak harus segera nampak setelah proses belajar tetapi dapat
dan lingkungannya sehingga terjadi perubahan tingkah laku kearah yang lebih
baik, dalam interaksi tersebut banyak sekali faktor yang mempengaruhinya, baik
faktor internal yang datang dari individu maupun faktor eksternal yang datang
6
dari lingkungan. Dalam pembelajaran, tugas guru yang paling utama adalah
metode tanya jawab dan Tipe Make A Match sehingga dengan menggunakan
Metode tanya jawab ialah suatu cara mengajar dimana seorang guru
mengajukan beberapa pertanyaan kepada peserta didik tentang bahan pelajaran yang
telah diajarkan atau bacaan yang telah mereka baca sambil memperhatikan proses
Guru mengharapkan dari peserta didik jawaban yang tepat dan berdasarkan
(dalam hal ini guru atau peserta didik yang menjawab). Apabila peserta didik
Metode ini sudah lama dipakai dan dipakai orang semenjak zaman Yunani.
Ahli-ahli pendidikan Islam telah mengenal metode ini, yang dianggap oleh
bangsa Yunani. Ia memakai metode ini ialah untuk mengajar peserta didiknya
supaya sampai ketaraf kebenaran sesudah bersoal jawab dan bertukar fikiran.
7
Kemudian di dalam Islam metode ini juga sudah dikenal. Nabi Muhammad
bawah ini diterangkan suatu contoh cara Nabi melakukan tanya jawab tersebut.
Pada suatu hari datanglah seorang laki-laki dari dusun, lalu ia bertanya:
“Ya Muhammad, telah datang kepada kami utusan engkau, ia mengatakan bahwa
- Nabi : “Allah”
- Nabi : “Allah”.
- Nabi : "Ya".
- Nabi : "Ya"
8
membayarkan zakat".
engkau akan kukerjakan yang demikian itu, tidak kutambah dan tidak pula
kukurangi". Berkata Nabi saw: "Kalau benar laki-laki itu niscaya is akan masuk
syurga".
C. Macam-macam pertanyaan
yang baru, merangsang minat belajar untuk menerima pelajaran baru, dan
dengan mudah.
9
Dilihat dari sasarannya, pertanyaan pada dasarnya dapat dibagi menjadi
pengetahuan sudah dikuasai oleh pelajar. Kata tanya yang digunakan ialah :
1. Menyimpulkan pelajaran yang telah lalu. Setelah guru menguraikan suatu
yang sudah diberikan dalam bentuk pertanyaan, guru akan dapat menarik
10
perhatian peserta didik kepada pelajaran baru.
pengalaman.
6. Meneliti kemampuan peserta didik dalam memahami suatu bacaan yang
Pelaksanaan metode tanya jawab juga tidak wajar untuk hal-hal sebagai
berikut :
11
2. Persoalannya sangat komplek sedangkan jawabannya dibatasi oleh guru. Apabila
diskusi.
kepada peserta didik yang tertentu saja. Begitu juga dalam menjawabnya
membiasakan dirinya.
tanya-jawab
12
paling tepat dipakaikan.
pelajaran baru.
didik.
c) Hanya dijawab dengan ya atau tidak atau ada untuk mendorong
diterima.
13
a. Mengemukakan suatu fakta yang dikutip dari buku, majalah harian
lebih lanjut.
2. Guru dapat dengan segera mengetahui kemajuan peserta didiknya dari bahan
3. Pertanyaan-pertanyaan yang sulit dan agak balk dari peserta didik dapat
14
kadang menyebabkan bahan pelajaran tak dapat dilaksanakan menurut yang
ditetapkan.
2. Mungkin terjadi perbedaan pendapat antara guru dan peserta didik. Hal ini
terjadi karena pengalaman peserta didik berbeda dengan guru. Kalau hal
itu terjadi guru dan peserta didik harus dapat membuktikan kebenaran
jawaban jawabannya.
selalu sulit dan kurang oleh peserta didik maka kadangkadang jawaban peserta
didik menyimpang dari pesoalan. Kalau terjadi hal seperti itu guru harus
4. Apabila peserta didik terlalu banyak tidak cukup waktu memberi giliran
Ahli
15
sama, kemampuan berinteraksi disamping kemampuan berpikir cepat melalui
alternatif yang dapat diterapkan kepada peserta didik. Penerapan metode ini
dimulai dari teknik yaitu peserta didik disuruh mencari pasangan kartu yang
atau mencari pasangan dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu
keunggulan tehnik ini adalah peserta didik mencari pasangan sambil belajar
Suyatno (2009 : 72) mengungkapkan bahwa model make and match adalah
model pembelajaran dimana guru menyiapkan kartu yang berisi soal atau
pasangan kartunya. Model pembelajaran make and match merupakan bagian dari
homo homini socius, falsafah ini menekankan bahwa manusia adalah mahluk
sosial (Lie, 2003:27). Model make and match melatih peserta didik untuk
memiliki sikap sosial yang baik dan melatih kemampuan peserta didik dalam
16
Langkah-langkah penerapan metode make a match sebagai berikut:
1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang
cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu
jawaban.
jawaban.
3. Tiap peserta didik memikirkan jawaban/ soal dari kartu yang dipegang.
4. Setiap peserta didik mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya.
dengan kartu yang bertuliskan soal “sikap dan perilaku warga negara yang
5. Setiap peserta didik yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu
diberi poin.
6. Jika peserta didik tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya
(tidak dapat menemukan kartu soal atau kartu jawaban) akan mendapatkan
7. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap peserta didik mendapat kartu
8. Peserta didik juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 peserta didik lainnya yang
17
9. Guru bersama-sama dengan peserta didik membuat kesimpulan terhadap
materi pelajaran.
move).
4. Murid mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topic
2. Waktu yang tersedia perlu dibatasi jangan sampai peserta didik terlalu banyak
4. Jika kelas guru termasuk gelas gemuk (lebih dari 30 orang/kelas) berhati-
hatilah.
18
5. Memakan waktu yang banyak karna sebelum masuk kelas terlebih dahulu kita
mempersiapkan kartu-kartu.
Guru dalam memilih metode pembelajan. Setidaknya, ada tiga tujuan penerapan
1. pendalaman materi;
3. untuk selingan.
metode ini untuk pendalaman materi. Peserta didik melatih penguasaan materi
dengan cara memasangkan antara pertanyaan dan jawaban. Jika tujuan ini yang
Guru pakai, maka Guru harus membekali dulu peserta didik Guru dengan materi
yang akan dilatihkan. Guru dapat menjelaskan materi , atau Guru memberi tugas
pada peserta didik untuk membaca materi terlebih dahulu, sebelum Guru
19
Prinsipnya, peserta didik Guru harus mempunyai pengetahuan tentang materi
yang akan dilatihkan terlebih dahulu. Baru setelah itu Guru menggunakan metode /
Lain halnya, jika Guru ingin memakai tujuan ke dua, untuk menggali materi.
Guru tidak perlu membekali peserta didik dengan materi, karena peserta didik
sendiri yang akan membekali dirinya sendiri. Cara yang Guru tempuh adalah Guru
menulis pokok-pokok materi pada potongan kertas. Lalu, Guru bagikan potongan
kertas itu pada peserta didik secara acak. Mintalah peserta didik untuk
Peserta didik yang sudah menemukan pasangannya, secara otomatis menjadi satu
kelompok.
materi secara utuh. Setelah semua kelompok selesai menyusun materi, Guru minta
setiap kelompok untuk melakukan presentasi. Jangan lupa, Guru menekankan agar
sedang presentasi.
20
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
penelitian tindakan menjadi empat macam yaitu (a) guru bertindak sebagai peneliti,
(b) penelitian tindakan kolaboratif, (c) Simultan terintegratif, dan (d) administrasi
sosial ekperimental.
penanggung jawab penuh penelitian tindakan adalah praktisi (guru). Tujuan utama
dari penelitian tindakan ini adalah meningkatkan hasil pembelajaran di kelas dimana
guru secara penuh terlibat dalam penelitian mulai dari perencanaan, tindakan,
Penelitian ini akan dihentikan apabila ketuntasan belajar secara klasikal telah
mencapai 85% atau lebih. Jadi dalam penelitian ini, peneliti tidak tergantung pada
1. Tempat Penelitian
21
Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan
Pelajaran 2019/2020.
2. Waktu Penelitian
3. Subyek Penelitian
2019/2020.
B. Rancangan Penelitian
Pelatih Proyek PGSM, PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif
Sedangkah menurut Mukhlis (2000: 5) PTK adalah suatu bentuk kajian yang
22
Adapun tujuan utama dari PTK adalah untuk memperbaiki/meningkatkan
Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka
penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart
(dalam Sugiarti, 1997: 6), yaitu berbentuk spiral dari sklus yang satu ke siklus
Tindakan
Refleksi
& Observasi I
Perubahan
Siklus 2
Refleksi Rencana
23
Penjelasan alur di atas adalah:
model discovery .
berikutnya.
masing putaran dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan
membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif di akhir
24
C. Instrumen Penelitian
1. Silabus
pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran. Masing-
b. Lembar observasi aktivitas peserta didik dan guru, untuk mengamati
5. Tes formatif
Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Tes
formatif ini diberikan setiap akhir putaran. Bentuk soal yang diberikan
25
D. Metode Pengumpulan Data
perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis
kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk
mengetahui prestasi belajar yang dicapai peserta didik juga untuk memperoleh
respon peserta didik terhadap kegiata pembelajaran serta aktivitas peserta didik
didik setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara
memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran.
yang selanjutnya dibagi dengan jumlah peserta didik yang ada di kelas
26
2. Untuk ketuntasan belajar
Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara
tuntas belajar bila telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dan
untuk KKM PAI dan Budi Pekerti yaitu skor 75% atau nilai 75, dan kelas
disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah
27
BAB IV
Data penelitian yang diperoleh berupa hasil uji coba item butir soal, data
pengamatan aktivitas peserta didik dan guru pada akhir pembelajaran, dan data tes
Data hasil uji coba item butir soal digunakan untuk mendapatkan tes yang betul-
betul mewakili apa yang diinginkan. Data ini selanjutnya dianalisis tingkat validitas,
Data lembar observasi diambil dari dua pengamatan yaitu data pengamatan
prestasi.
Data tes formatif untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar peserta didik
1. Siklus I
a. Tahap Perencanaan
28
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang
peserta didik. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun
Pada akhir proses belajar mengajar peserta didik diberi tes formatif I
Keterangan Keterangan
No. Urut Nilai No. Urut Nilai
T TT T TT
1 70 √ 12 70 √
2 80 √ 13 80 √
3 80 √ 14 80 √
4 70 √ 15 85 √
5 80 √ 16 85 √
6 80 √ 17 80 √
7 80 √ 18 70 √
8 90 √
9 70 √
29
10 80 √
11 70 √
Jumlah 850 7 4 Jumlah 550 5 2
Jumlah Skor 1400
Jumlah Skor Maksimal Ideal 1800
Rata-Rata Skor Tercapai 77,78
Keterangan:
T : Tuntas
TT : Tidak Tuntas
Jumlah peserta didik yang tuntas : 12
Jumlah peserta didik yang belum tuntas : 6
Klasikal : Belum tuntas
Tabel 1.2. Rekapitulasi Hasil Tes Siklus I
rata-rata prestasi belajar peserta didik adalah 77,78 dan ketuntasan belajar
mencapai 66,67% atau ada 12 peserta didik dari 18 peserta didik sudah
secara klasikal peserta didik belum tuntas belajar, karena peserta didik
disebabkan karena peserta didik masih merasa baru dan belum mengerti
30
2. Siklus II
a. Tahap perencanaan
peserta didik. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun
pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II. Pengamatan (observasi)
Pada akhir proses belajar mengajar peserta didik diberi tes formatif II
digunakan adalah tes formatif II. Adapun data hasil penelitian pada siklus
Keterangan Keterangan
No. Urut Nilai No. Urut Nilai
T TT T TT
1 70 √ 12 90 √
31
2 80 √ 13 80 √
3 80 √ 14 80 √
4 90 √ 15 80 √
5 90 √ 16 80 √
6 70 √ 17 70 √
7 80 √ 18 80 √
8 70 √
9 70 √
10 80 √
11 90 √
Jumlah 870 8 3 Jumlah 560 6 1
Jumlah Skor 1430
Jumlah Skor Maksimal Ideal 1800
Rata-Rata Skor Tercapai 79,44
Keterangan:
T : Tuntas
TT : Tidak Tuntas
Jumlah peserta didik yang tuntas : 14
Jumlah peserta didik yang belum tuntas : 4
Klasikal : Belum tuntas
didik adalah 79,44 dan ketuntasan belajar mencapai 77,78% atau ada 14
peserta didik dari 18 peserta didik sudah tuntas belajar. Hasil ini
32
peningkatan hasil belajar peserta didik ini karena setelah guru
belajar. Selain itu peserta didik juga sudah mulai mengerti apa yang
3. Siklus III
a. Tahap Perencanaan
peserta didik. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun
pada siklus II tidak terulang lagi pada siklus III. Pengamatan (observasi)
Pada akhir proses belajar mengajar peserta didik diberi tes formatif
33
digunakan adalah tes formatif III. Adapun data hasil penelitian pada
Tabel 1.5. Hasil Tes Formatif Peserta didik Pada Siklus III
Keterangan Keterangan
No. Urut Nilai No. Urut Nilai
T TT T TT
1 90 √ 12 90 √
2 90 √ 13 90 √
3 90 √ 14 90 √
4 80 √ 15 80 √
5 90 √ 16 90 √
6 85 √ 17 85 √
7 90 √ 18 85 √
8 72 √
9 90 √
10 90 √
11 72 √
Jumlah 939 9 2 Jumlah 610 7
Jumlah Skor 1549
Jumlah Skor Maksimal Ideal 1800
Rata-Rata Skor Tercapai 86,05
Keterangan:
T : Tuntas
TT : Tidak Tuntas
Jumlah peserta didik yang tuntas : 16
Jumlah peserta didik yang belum tuntas :2
Klasikal : Tuntas
sebesar 86,69 dan dari 18 peserta didik yang telah tuntas sebanyak 16
34
Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar
88,89% (termasuk kategori tuntas). Hasil pada siklus III ini mengalami
peningkatan lebih baik dari siklus II. Adanya peningkatan hasil belajar
pada siklus III ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan guru
ini sehingga peserta didik lebih mudah dalam memahami materi yang
telah diberikan. Pada siklus III ini ketuntasan secara klasikal telah
c. Refleksi
Pada tahap ini akah dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik
maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan
35
4) Hasil belajar peserta didik pada siklus III mencapai ketuntasan.
d. Revisi Pelaksanaan
jawab dan make a match dengan baik dan dilihat dari aktivitas peserta
didik serta hasil belajar peserta didik pelaksanaan proses belajar mengajar
sudah berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak,
B. Pembahasan
meningkatkan prestasi belajar peserta didik. Hal ini dapat dilihat dari semakin
(ketuntasan belajar meningkat dari sklus I, II, dan II) yaitu masing-masing
66,67%, 77,78%, dan 88,89%. Pada siklus III ketuntasan belajar peserta didik
36
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas peserta didik dalam proses
pembelajaran metode tanya jawab dan Make A Match dalam setiap siklus
pembelajaran agama Islam pada sub pokok bahasan Sifat Rasul-rasul Allah
didik/antara peserta didik dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas
langah-langkah pembelajaran metode tanya jawab dengan baik. Hal ini terlihat
besar.
37
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga siklus,
dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat
38
B. Saran
Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses
belajar mengajar agama Islam lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang
guru harus mampu menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa
walau dalam taraf yang sederhana, dimana peserta didik nantinya dapat
yang dihadapinya.
3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya
39
40
DAFTAR PUSTAKA
Berg, Euwe Vd. (1991). Miskonsepsi agama Islam dan Remidi Salatiga: Universitas
Kristen Satya Wacana.
Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algesindo.
Joyce, Bruce dan Weil, Marsh. 1972. Models of Teaching Model. Boston: A Liyn dan
Bacon.
Mukhlis, Abdul. (Ed). 2000. Penelitian Tindakan Kelas. Makalah Panitia Pelatihan
Penulisan Karya Ilmiah untuk Guru-guru se-Kabupaten Tuban.
Nur, Moh. 2001. Pemotivasian Peserta didik untuk Belajar. Surabaya. University
Press. Universitas Negeri Surabaya.
Soedjadi, dkk. 2000. Pedoman Penulisan dan Ujian Skripsi. Surabaya; Unesa
Universitas Press.
Usman, Uzer. 2000. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Thoha, M. Chabib, Teknik Evaluasi pendidikan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta,
1996.
Daryanto, Drs. H., Evaluasi Pendidikan, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2001.
https://idtesis.com/metode-pembelajaran-make-match/
41