Anda di halaman 1dari 4

KARYA SASTRA MELAYU KLASIK

Karya sastra melayu klasik yang terlahir di zaman sebelum angkatan 20-an
atau balai pustaka dan termasuk kedalam prosa lama ini mulai pudar pesonanya di
makan oleh zaman. Dan mulai tergeser kedudukannya oleh karya sastra modern.
Ternyata waktu, bahasa, gaya hidup, perubahan zaman, masuknya pengaruh luar
yang sedikit demi sedikit ikut merubah pola adat istiadat Indonesia termasuk faktor –
faktor yang mempengaruhi tergesernya kedudukan karya sastra melayu klasik di
zaman modern ini. Tak hanya peminatnya saja yang telah berkurang tetapi para
penciptannya atau senimannya juga sudah mulai berkurang. Sejalan dengan
bergulirnya zaman.

Karya Sastra Melayu Klasik


Karya sastra melayu klasik adalah prosa lama yang lahir sebelum angkatan
Balai pustaka – yang ceritannya berisikan tentang kehidupan para raja beserta
keluarga dan berlatar istana sentris. Krya sastra melayu klasik masih sangat kental
mengandung nilai – nilai agama, moral, budaya dan nilai – nilai luhur lain yang dapat
dijadikan pedoman dalam kehidupan. Walaupun sebagian orang mengatakan
membaca karya sastra melayu klasik itu sangat membosankan, tetapi bagi seseorang
yang sangat cinta bidang kesusastraan maka karya sastra ini adalah termasuk salah
satu karya sastra yang paling mudah dari segi bahasa dan paling unik dibanding karya
sastra lainnya.
Salah satu jenis karya sastra melayu klasik adalah hikayat. Biasanya karya
sastra ini ceritannya berakhir pemeran utama dianggkat menjadi raja atau orang
yang dimuliakan.

A. Mengidentifikasi Karakteristik Sastra Melayu Klasik


Karya Sastra melayu klasik memiliki ciri khas yang berbeda dengan karya
sastra lain. Ciri khas yang dimiliki tersebut dinamakan karakterisrik . jal itulah
menjadi keunggunlan dan daya tarik tersendiri yang dimiliki prosa ini dibandingkan
denagn karya sastra lainnya. Dan di antara yang membangun karakterisrik tersebut
terdapat ciri – ciri dan sifat – sifat dari karya sastra melayu klasik.
Adapun ciri – ciri karya sastra melayu klasik
1. Isi ceritannya berkisar pada tokoh raja – raja dan keluarganya ( Istana Senris )
2. Bersifat pralogis, yaitu memiliki logika tersendiri yang tidak sama dengan logika
umum, atau disebut juga fantasis.
3. Mempergunakan banyak kata arkais misalnya, hatta, syahdan, sahibul hikayat,
menurut empuhnya cerita, konon dan tersebutlah perkataan.
4. Tema dominan dalam hikayat adalah petualangan, biasanya di akhir kisah, tokoh
utamnya berhasil menjadi raja dan orang – orang yang dimuliakan.
5. Nama pengarang biasanya tidak disebutkan lanonim).

Selain ciri – ciri, hal yang ikut membangun karakteristik karya sastra melayu
klask adalah sifat –sifat itu adalah :
1. Sastra lama bersifat komunal yakni milik bersama
2. pada umumnya sastra lama bersifat anonim yakni tidak diketahui nama
pengarangnya.
3. Sastra lama bersifat kurang dinamis yakni gerak perubahannya sangat lamban
jika dilihat dari sudut masyarakat sekarang, seolah – olah kelihatan statis.
4. Pada umumya sastra lama tidak kurang rasional karena kejadian – kejadian yang
digambarkankurang masuk akal.
5. Pada Umumnya sastra lama bersifat istana sentas.
6. Pada umunya sastra lama bersifat didaktis yakni bersifat memberikan
pengajaran / pendidikan kepada para pembaca, baik didaktif moral maupun
didaktif religius.
7. Pada umumnya sastra lama bersifat seimbolis karena kebanyakan ceritannya
disajikan dalam bentuk lambang.
8. Sastra lama bersifat tradisional yakni sifat mempertahankan kebiasaan atau adat
untuk tetap berlaku sesuai dengan keadaan jamannya.
9. Sastra lama bersifat klasik imitatif yaitu sifat kebiasaan tiru meniru yang tetap
saja turun temurun.
10. Sastra lama sebenarnya tidak menceritakan manusia tetap menceritakan sifat –
sifat universal mausia misalnya sifat – sifat baik, jahat, cerdik bodoh, adil, alim,
dan lain sebagainya.

B. Macam – macam Sastra Melayu Klasik


Sastra melayu identik dengan sastra lisan, katakan demikian karena sastra
melayu adalah sastra hidup, dikatakan dari mulut kemulut. Sastra lisan ini terdiri atas
6 warna. Kiarya – karya sastra melayu tersebut mengandung ilai – nilai kehidupan
sesuai dengan jenisnya.
Berikut dijelaskan satu persatu jenis karya sastra Melayu tersebut :
a. Mantra
Mantra adalah perkataan ( ucapan ) yang dapat mendatangkan daya ( kekuatan
gaib ). Mantra dibuat dan diucapkan oleh seseorang yang disebut pawang.
b. Etiologi
Etiologi adalah cerita tentang asal usul nama benda, nama tempat, atau suatu
keadaan atau suatu peristiwa. Cerita jenis ini timbulnya karena orag tua
menghadapi pertanyan – perytanyaan anak kecil yang belum dapat berpikir secara
logis.
c. Teka - teki
Teka – teki merupakan bahasa berkias, dimana ada sesuatu yang disembunyikan,
yaitu isi dan maksudnya. Hal ini sesudai dengan bangsa melayu yang gencar
menyatakan sesuatu secara tidak langsung.
d. Fabel
Fabel adalah cerita mengenai binatang yang dianggap sebagai manusia, dapat
beripikir, berperasaan, berprilaku seperti manusia. Pada umunya fabel
mengandung sindiran perilaku manusia atau mengandung unsur pendidikan moral.
e. Cerita Jenaka
Cerita jenaka adalah cerita yang mengandung unsur jenaka / humor.
f. Cerita Pelipur Lara ( CPL )
Cerita pelipur lara adalah cerita yang bermaksud menghibu orang – orang sedang
sedih, terutama kaum ramaja yang sedang terkena asmara ( PL selalau berkaitan
dengan hubungan muda – mudi, yaitu pemuda yang mencari pasangannya dengan
mengalami berbagai rintangan tetapi selalu berakhir dengan kebahagiaan. Tukang
cerita pelipur lara disebut Paruang.

C. Membaca Contoh Teks Ringkasan Cerita Sastra Melayu Klasik

Lebai Malang
Lebai malang bingung. Dalam saat yang sama, ia harus menghadiri dua
undangan, Di kampung Hulu, Haji Abas mengawinkan putrinya, Di kampung Hilir,
tersohor dengan gulai kambingnya dua – duannya berlangsung pada hari dan jam
yan sama.
Lebai malang menimbang – nimbang. Kampung hulu terkenal dengan kare
ayamnya. Kampung hilir terkenal tersohor dengan guali kambingnya. Dua – duannya
kesukaan lebai malang.
Lebai malang mengatur siasat. Lebih baik saya berperahu kekampung hulu
dulu. Setelah makan dengan kari ayam lalu saya akan pergi kekampung hilir. Disana
menanti gulai kambing terbit air liurnya membayangkan hal itu.
Pukul 11. 00 lebai malang berangkat kepesta. Mula – mula ia menuju kampung hulu.
Ditengah perjalanan ia teringat akan gulai kambing di kampung hilir.
Diputarnya arah perahunya ke kampung hilir.
Di tengah – tengah perjalanan kekampung hilir, lebai malang membanyagkan
kari ayam, ”jangan – jangan kari ayam itu habis bila saya terlambat, ” lebih baik saya
ke kampung hulu terlebih dahulu : dputarnya pula arah perahunnya ke kampung
hulu ”
Karena bimbang. Lebai malang terlambat, ia sampai ke kampung hulu pukul
15.00. pesta sudah berakhir kari ayam yang di idamkan sudah habis. Cepat – cepat ia
pergi ke kampung hilir. Disana pun terlambat. Pesta telah usai. Hasrat menyantap
gulai kambing pun tidak terlaksana.

D. Unsur – unsur Karya Sastra Melayu Klasik


Dilihat dari unsur – unsurnya, naskah sastra melayu klasik juga emiliki tema,
tokoh, sudut pandang, alur amanat dan nilai – nilai, seperti halnya naskah sastra
cerpen dan novel. Setelah anda membaca karya sastra melayu klasik tersebut, tentu
kita dapat menemukan struktur atau unsur – unsur karya sastra melayu klasik.
Struktur karya sastra melayu klasik hampir sama dengan karya sastra lainnya, seperti
tema amanat, alur, tokoh, latar dan sudut pandang.
Tema adalah dasar cerita sebagai titik tolak pengarang dalam menyususn
cerita. Sebelum menyususn cerita, pengarang haruslah menentukan temanya terlibih
dahulu.
Amanat adalah pesan – pesan yang ingi disampaikan pengarang kepada para
pembancanya.
Alur atau plot adalah struktur penceritaan yang didalamnya berisi rangkaian
kejadian atau peristiwa yagn disusun berdasarkan hukum sebab akibat serta logis.
Alur tersebut ada yang berupa alur maju, alur mundur, atau alur campuran.
Pertokohan adalah cara pengarang dalam melukiskan tokoh tokokh dalam cerita
yagn diciptakannya.
Latar atau setting merupakan tempat, waktu dan keadaan terjadinya suatu
peristiwa.
Sudut pandang atau point of view adalah bagaimana cara pengarang
menempatkan dirinya dalam cerita yang ditulisnya. Sudut pandang ini terbagi
menjadi dua, yaitu pola orang pertama adalah kata aku, saya, kami, pola orang
pertama ini dapat terbagi menjadi tiga macam, yaitu pengarang sebagai tokoh utama,
pengarang sebagai pengamat tidak langsung, dan pengarang sevagai pengamat
langsung.

E. Perbedaan Novel Terjemahan


Dengan Karya Sastra Melayu Klasik
Novel terjemahan adalah karya sastra yang berasal dari luar negeri dan di
terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Dipandang dari beberpa aspek novel
terjemahan dengan sastra melayu klasik memiliki perbedaan – perbedaan.
Diantaranya adalah dari segi ciri – ciri.
Adapun ciri – ciri novel adalah sebagai berikut
1. Terdiri atas jumlah halaman yang cukup banyak
2. Dibangun oelh unsur – unsur intrinsik dan ekstrinsik
3. Menjajikan permasalahan lebih terperinci dibidang hikayat
4. cerita lebih masuk akal
5. Pemeran orang biasa
6. Latar biasa dimana saja tidak terbatas
7. Jarng menggunakan kata Arkais

Dari ciri -ciri novel diatas sangat dapat kita lihat perbedaan antara novel
terjemahan dengan sastra melayu klasik yang ciri- cirinya kita bahas sebelumnya.
Selain dari segi ciri – ciri dari segi pesan – pesan yang disampaikan juga sangat
berbeda. Sastra melayu klasik yang masih sangat kental terikat oleh moral, sosial
budaya dan adat istiadat Indonesia kuno. Sangat berbeda dengan novel terjemahan
yang memiliki sosial budaya dan adat – istiadat yang sesuai dengan negaranya
masing – masing yagn bertolak belakang dengan adat – istiadat Indonesia.
Selain perbedaan novel terjemahan dengan sastra melayu
Klasik liga memiliki kesesamaan. Yaitu dari segi unsur – unsur yagn
terkandung di dalmnya. Unsur intirinsik maupun unsur intirinsik. Dari beberapa
sumber yagn di dapatkan bahwa Novel terjemahan lebih banyak di sengangi
masyarakat di banding kerja sastra melayu klasik.

Anda mungkin juga menyukai