Anda di halaman 1dari 9

KISI KISI SOAL ASASEMEN DIAGNOSTIK KELAS VI B

NO KOMPETENSI KELA MATERI INDIKATOR BENTU NO KETERANGA


DASAR S POKOK SOAL K SOAL SOA N
L
1. 3.1 IV Penjumlahn Di sajikan uraian 1
Menjelaskan pembagian pernyataan,
Berbagi dan perkalian siswa dapat
Bentuk memilih yang
Pecahan benar dan
(Biasa, salah
Campuran, IV Taksiran hasil Diberikan isian 2
Desimal Dan operasi 2 soal , siswa
Pecahan) bilangan mampu
cacah atau membulatkan
pecahan bilangan
2 3.1 V Penjumlahan Di berikan soal PG 3
menjelaskan pecahan Siswa mampu
dan dengan menetukanha
melakukan penyebut sil penjumlaha
penjumlahan sama pecahan
dan dengan
pengurangan penyebut
bilangan sama
pecahan
V Penjumlahan Di berikan soal PG 4
pecahan Siswa mampu
dengan menetukanha
penyebut sil penjumlaha
berbeda pecahan
dengan
penyebut
berbeda
3 3.2 V Perkalian Di berikan uraian 5
menjelaskan bilangan asli soal, siswa
dan dan pecahan mampu
melakukan menentukan
perkalian dan hasil perklaian
pembagian pecahan
pecahan , campuran
bilangan V Pembagian Di berikan pj 6
desimal pecahan soal, siswa
desimal mampu
menentukan
hasil
pembagian
pecahan
desimal
4. 3.5 V Mementukan Di berikan soal isian 7
menjelaskan volume siswa. mampu
dan kubus meng hitung
menentukan menggunaka volume kubus
volume n rumus menggunakan
bangun rumus
ruang dengan Mementukan Di berikan soal uraian 8
menggunaka volume balok siswa mampu
n satuan menggunaka meng hitung
serta n rumus volume balok
hubungan menggunakan
pangkat 3 rumus
dengan akar
pangkat tiga
5 3.1 VI Membaca Siswa di B/S 9
menjelaskan dan menulis berikan soal,
bilangan bilangan siswa mampu
bulat negatif menetukan
termasuk benar salah
menggunaka daripernyataa
n garis n yang
bilangan diberikan
6. 3.2 VI Pengurangan Siswa di isian 10
menejlaskan bilangan berikan soal,
dan bulat negatif siswa mampu
melakukan meneemkan
operasi hasil dari
penjumlahan pertanyaan
,penguranga yang di ajukan
n, perkalian,
pembagian,
SOAL ASASSEMEN DISAGNOSTIK KOGNITIF

1 berapakah hasil dari 36+ 140: 14 x 9..


2 bilagan 37.392 jika dibulatkan keratusan terdekat menjadi
tentukan hasil penjumlahan pecahan dari 3/8 + 1/8
a. 1/8
3 b. 2/8
c. 3/8
d. 4/8
berapakah jumlah bilangan pecahan berikut ini: 2/3 + 4/6
a. 6/6
4 b. 7/6
c. 8/6
d. 9/6
5 hasil perkalian dari 3 x (2/5) adalah
berapakah hasil pembagian dari 0,9 : 3...
a. 0,3
6 b. 0,03
c. 0,003
d. 0,9
sebuah kubus memiliki rusuk sebesar 7 cm berapakh volume kubus
7
tersebut
sebuah peti yang berbentuk balok dengan panjang 7 m, lebar 6 m,
8
dan tinggi 5 m berapakah volume peti tersebut?
9 bilangan -9 lebih besar dari bilangan 4
10 berapakah hasil pengurangan dari -8-3 =...
JAWABAN ASASEMEN DIAGNOSTIK KOGNITIF

1. Jumlahkan bilangan yang memiliki operasi pembagian atau


perkalian (140: 14 = 10)
1
2. 10 X 9 = 90
3. 36 +90 = 126
2 39.400
3 4/8
4 8/6
5 (3 X 2) / 5 = 6/5
6 b. 0,3
7 343
7 X 6 X5 =
8 7X 6 = 42
42 X 5 = 210
9 salah
10 -8 – 3 = -11

Pendahuluan

Pada tanggal 11 Maret 2020, Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO (World Health Organization)
menyatakan wabah penyakit akibat virus corona COVID-19 sebagai pandemi global. Dan hingga saat
ini pandemi ini masih menjadi kekhawatiran global, termasuk di Negara Indonesia. Perkembangan
virus covid-19 ini cukup pesat sehingga setiap harinya ada pertambahan kasus orang yang terinfeksi
positif virus covid-19. Mewabahnya covid-19 yang semakin meningkat hingga awal Maret 2020 sejak
diumumkan pertama kali di Indonesia, mengharuskan pemerintah mengambil langkah dengan
mengeluarkan kebijakan sistem Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Untuk meminimalisir
persebaran covid-19 semua pekerjaan dilakukan dirumah (Work From Home) dan diupayakan dapat
memperlambat laju persebaran covid-19 ditengah masyarakat. Terutama pada bidang pendidikan,
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) merespon hal tersebut dengan kebijakan
belajar dari rumah atau pembelajaran daring. Guru, siswa dan Orang tua dituntut untuk siap dalam
pelaksanaanya. Dalam pelaksanaanya, memiliki berbagai tantangan dan ancaman terutama dalam
hal Moralitas. Maka dari itu, Guru dan orang tua memiliki peran yang sangat penting untuk
menanamkan pendidikan moral pada masa pembelajaran jarak jauh agar siswa atau murid menjadi
individu yang bermoral dan dapat menyesuaikan diri dengan tujuan hidup bermasyarakat walaupun
di keadaan pandemi seperti sekarang ini.

Tantangan dan Ancaman Pendidikan Moral pada Masa Pandemi

Sudah hampir genap setahun keadaan pandemi di Indonesia belum juga usai. Membuat PJJ masih
tetap dilakukan, tetapi ada sebagian daerah yang sudah melaksanakan pembelajaran secara offline
dengan tetap mematuhi protokol kesehatan. Walaupun PJJ dilaksanakan sebagai solusi untuk
mengurangi mewabahnya penyebaran covid-19, namun disisi lain PJJ ini memiliki ancaman dan
tantangan terutama pada hal moralitas siswa. Segala aktivitas belajar mengajar beralih dari tatap
muka menjadi virtual. Tidak dapat disangka, selama pandemi ini membuat pendidikan moral peserta
didik sedikit terabaikan. Pembelajaran secara virtual, membuat intensitas perjumpaan guru dan
siswa berkurang dan komunikasi hanya dilakukan lewat media digital secara virtual. Peserta didik
seperti kehilangan sosok figur yang ditiru dan digugu. Kondisi tersebut membawa kekosongan dalam
diri individu siswa terhadap nilai-nilai pendidikan moral dan karakter.

Selama pembelajaran dilakukan secara online, dan proses pembelajaran dilakukan melalui digital.
Tetapi tidak ada yang dapat menjamin bahwa siswa atau peserta didik aman dari paparan konten
negatif yang beredar di internet karena cepatnya arus digitalisasi. Terlebih jika, lemahnya kontrol
orang tua dan keluarga membuat siswa mudah terlibat dalam segala macam perilaku amoral. Guru
juga tidak bisa langsung memantau perilaku siswa. Interaksi virtual dalam waktu lama secara tidak
langsung membentuk ketergantungan dan kecenderungan siswa terhadap media digital dan media
sosial.

Tidak sedikit peserta didik mengeluh jenuh dan bosan, sulit berkonsentrasi, cemas, stress secara
berlebih dan emosi yang labil karena sulit beradaptasi dengan kondisi selama pandemi. Hal tersebut
menjadi alasan bagi peserta didik menghabiskan waktunya dengan berselancar di dunia internet.
Terlebih dunia digital ini mudah diakses dan kebebasannya menawarkan berbagai fitur-fitur yang
ada, kemudahan serta konten-konten yang menarik membuat siswa betah berlama-lama
menggegam gadgetnya, terlebih selama pandemi ini ban syak aplikasi yang sedang marak digunakan
pada masa pandemi ini contohnya aplikasi youtube, tiktok dan instagram. Jika sudah demikian bukan
tidak mungkin media digital dan media sosial sebagai salah satu pintu masuknya penyebab
menurunnya moralitas generasi muda khususnya pelajar.

Banyak kasus telah terjadi selama pandemi khususnya yang berkaitan dengan moral peserta didik.
Seperti kita ketahui banyak beredar kasus, seperti peserta didik menjadi berani berkata kasar kepada
guru ketika pembelajaran berlangsung secara virtual. Pada proses selama PJJ guru hanya
memberikan tugas dan mentransfer ilmu pengetahuan saja, hanya beberapa saja yang mengajarkan
keteladanan. Pelajar sebagai pewaris kehidupan bangsa ternyata banyak yang tidak dapat
diharapkan. Mereka banyak disibukkan dengan hal-hal yang kurang bermanfaat bagi diri, keluarga,
bangsa dan negara, seperti berkumpul membicarakan hal-hal yang kurang bermanfaat, tawuran,
merokok hingga mengkonsumsi narkoba. (Setia Paulina, 2016 : 221). Selain itu, banyak peserta didik
yang terlena akan pemakaian dunia internet yang membuat mereka terpapar akan konten negatif
yang disajikan di internet dan penyalahgunaan penggunaan media sosial. Ini merupakan ancaman
dan tantangan pendidikan moral pada masa pandemi.
Dewi Nursafala

TEKNO & SAINS

13 Januari 2021 15:48

Peran Penting Guru dan Orang Tua Menanamkan Pendidikan Moral dalam PJJ

Konten ini diproduksi oleh Dewi Nursafala

Peran Penting Guru dan Orang Tua Menanamkan Pendidikan Moral dalam PJJ

search

Perbesar

Pendahuluan

Pada tanggal 11 Maret 2020, Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO (World Health Organization)
menyatakan wabah penyakit akibat virus corona COVID-19 sebagai pandemi global. Dan hingga saat
ini pandemi ini masih menjadi kekhawatiran global, termasuk di Negara Indonesia. Perkembangan
virus covid-19 ini cukup pesat sehingga setiap harinya ada pertambahan kasus orang yang terinfeksi
positif virus covid-19. Mewabahnya covid-19 yang semakin meningkat hingga awal Maret 2020 sejak
diumumkan pertama kali di Indonesia, mengharuskan pemerintah mengambil langkah dengan
mengeluarkan kebijakan sistem Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Untuk meminimalisir
persebaran covid-19 semua pekerjaan dilakukan dirumah (Work From Home) dan diupayakan dapat
memperlambat laju persebaran covid-19 ditengah masyarakat. Terutama pada bidang pendidikan,
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) merespon hal tersebut dengan kebijakan
belajar dari rumah atau pembelajaran daring. Guru, siswa dan Orang tua dituntut untuk siap dalam
pelaksanaanya. Dalam pelaksanaanya, memiliki berbagai tantangan dan ancaman terutama dalam
hal Moralitas. Maka dari itu, Guru dan orang tua memiliki peran yang sangat penting untuk
menanamkan pendidikan moral pada masa pembelajaran jarak jauh agar siswa atau murid menjadi
individu yang bermoral dan dapat menyesuaikan diri dengan tujuan hidup bermasyarakat walaupun
di keadaan pandemi seperti sekarang ini.

ADVERTISEMENT

Tantangan dan Ancaman Pendidikan Moral pada Masa Pandemi

Sudah hampir genap setahun keadaan pandemi di Indonesia belum juga usai. Membuat PJJ masih
tetap dilakukan, tetapi ada sebagian daerah yang sudah melaksanakan pembelajaran secara offline
dengan tetap mematuhi protokol kesehatan. Walaupun PJJ dilaksanakan sebagai solusi untuk
mengurangi mewabahnya penyebaran covid-19, namun disisi lain PJJ ini memiliki ancaman dan
tantangan terutama pada hal moralitas siswa. Segala aktivitas belajar mengajar beralih dari tatap
muka menjadi virtual. Tidak dapat disangka, selama pandemi ini membuat pendidikan moral peserta
didik sedikit terabaikan. Pembelajaran secara virtual, membuat intensitas perjumpaan guru dan
siswa berkurang dan komunikasi hanya dilakukan lewat media digital secara virtual. Peserta didik
seperti kehilangan sosok figur yang ditiru dan digugu. Kondisi tersebut membawa kekosongan dalam
diri individu siswa terhadap nilai-nilai pendidikan moral dan karakter.

ADVERTISEMENT

Selama pembelajaran dilakukan secara online, dan proses pembelajaran dilakukan melalui digital.
Tetapi tidak ada yang dapat menjamin bahwa siswa atau peserta didik aman dari paparan konten
negatif yang beredar di internet karena cepatnya arus digitalisasi. Terlebih jika, lemahnya kontrol
orang tua dan keluarga membuat siswa mudah terlibat dalam segala macam perilaku amoral. Guru
juga tidak bisa langsung memantau perilaku siswa. Interaksi virtual dalam waktu lama secara tidak
langsung membentuk ketergantungan dan kecenderungan siswa terhadap media digital dan media
sosial.

Tidak sedikit peserta didik mengeluh jenuh dan bosan, sulit berkonsentrasi, cemas, stress secara
berlebih dan emosi yang labil karena sulit beradaptasi dengan kondisi selama pandemi. Hal tersebut
menjadi alasan bagi peserta didik menghabiskan waktunya dengan berselancar di dunia internet.
Terlebih dunia digital ini mudah diakses dan kebebasannya menawarkan berbagai fitur-fitur yang
ada, kemudahan serta konten-konten yang menarik membuat siswa betah berlama-lama
menggegam gadgetnya, terlebih selama pandemi ini ban syak aplikasi yang sedang marak digunakan
pada masa pandemi ini contohnya aplikasi youtube, tiktok dan instagram. Jika sudah demikian bukan
tidak mungkin media digital dan media sosial sebagai salah satu pintu masuknya penyebab
menurunnya moralitas generasi muda khususnya pelajar.

ADVERTISEMENT

Banyak kasus telah terjadi selama pandemi khususnya yang berkaitan dengan moral peserta didik.
Seperti kita ketahui banyak beredar kasus, seperti peserta didik menjadi berani berkata kasar kepada
guru ketika pembelajaran berlangsung secara virtual. Pada proses selama PJJ guru hanya
memberikan tugas dan mentransfer ilmu pengetahuan saja, hanya beberapa saja yang mengajarkan
keteladanan. Pelajar sebagai pewaris kehidupan bangsa ternyata banyak yang tidak dapat
diharapkan. Mereka banyak disibukkan dengan hal-hal yang kurang bermanfaat bagi diri, keluarga,
bangsa dan negara, seperti berkumpul membicarakan hal-hal yang kurang bermanfaat, tawuran,
merokok hingga mengkonsumsi narkoba. (Setia Paulina, 2016 : 221). Selain itu, banyak peserta didik
yang terlena akan pemakaian dunia internet yang membuat mereka terpapar akan konten negatif
yang disajikan di internet dan penyalahgunaan penggunaan media sosial. Ini merupakan ancaman
dan tantangan pendidikan moral pada masa pandemi.

ADVERTISEMENT

Peran Penting Guru dan Orang Tua Menanamkan Pendidikan Moral dalam PJJ
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. (Nurul Zuriah, 2008:26). Jadi,
pendidikan adalah usaha sadar dan merupakan pengubahan tingkah laku seseorang atau kelompok
orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan secara aktif
yang memiliki tujuan tertentu.

Kata moral menurut Magnis Suseno, selalu mengacu pada baik-buruknya manusia sebagai manusia,
jadi bukan mengenai baik-buruknya begitu saja, Bidang moral adalah bidang kehidupan manusia
dilihat dari segi kebaikannya sebagai manusia. Norma-norma moral adalah tolok ukur untuk
menentukan betul salahnya sikap dan tindakan manusia dilihat dari segi baik buruknya sebagai
manusia dan bukan sebagai pelaku peran tertentu dan terbatas (Suseno, 1987 : 19). Sedangkan
moralitas atau etika bagi Durkheim tidak bisa dianggap hanya menyangkut satu ajaran normatif
tentang baik dan buruk, melainkan suatu “sistem fakta yang diwujudkan (yang) terkait dalam
keseluruhan sistem dunia. Moralitas bukan saja menyangkut sistem perilaku yang sewajarnya,
melainkan juga suatu sistem yang didasarkan pada ketentuan-ketentuan. Dan ketentuan ini adalah
“sesuatu yang berbeda di luar diri si pelaku”. Baginya moralitas bukanlah sesuatu yang deduktif,
melainkan sesuatu yang berangkat dari kenyataan empiris. Dengan kata lain moralitas yang ilmiah
bercorak pasca pengalaman (Abdullah, 1986 : 9-10). Dan, moralitas tidak lahir dan bersumber pada
individu, melainkan bersumber pada masyarakat dan menjadi bagian dari gejala masyarakat.

Pendidikan Moral menurut Durkheim adalah suatu bentuk pembelajaran moral yang memengaruhi
perilaku individu serta mengajarkan nilai dan praktek hidup yang penting bagi masyarakat. Bertindak
secara moral menurut Durkheim berarti bertindak demi kepentingan kolektif. Dengan kata lain,
dapat disimpulkan bahwa pendidikan moral adalah suatu program yang memiliki tujuan untuk
mengembangkan perilaku seseorang agar lebih baik lagi, dan dapat menyesuaikan diri dengan tujuan
hidup masyarakat yang bermoral.

Selama masa pandemi, pembelajaran yang dilakukan secara PJJ membuat pendidikan moral
peserta didik sedikit terabaikan. Maka disini peran orang tua dan guru menjadi penting dalam
menanamkan pendidikan moral pada masa pandemi , walaupun memang menanamkan pendidikan
moral adalah tugas orang tua dan guru. Tetapi keadaan seperti sekarang ini membuat peran orang
tua dan guru menjadi sangat krusial untuk menanamkan pendidikan moral kepada peserta didik
pada masa pandemi.

Bagi Durkheim, pendidikan merupakan proses pengembangan kadar intelektualitas, dan kondisi
moral yang diharapkan oleh lingkungan sosialnya. Dalam proses menjadi pribadi berpengetahuan
dan bermoral, tidak ada kekuatan lain yang mampu membentuk dan mempengaruhi kecuali
masyarakat. Pendidik merupakan agen masyarakat, mata rantai yang sangat penting dalam
peralihan budaya. (Nova Ardi Wiyani & Barnawi, 2019:69)

Tugas pendidik adalah menciptakan makhluk sosial dan bermoral, pendidik disini guru dan orang tua
termasuk kedalam seorang pendidik. Seorang pendidik memiliki posisi yang amat sentral dengan
tugas dan kekuasaannya yang demikian besar apalagi disaat keadaan pandemi seperti sekarang ini.
Oleh karena itu, Durkheim memandang bahwa seorang pendidik seharusnta memiliki beberapa
kualitas pokok untuk dapat memegang peran pentingnya dalam menanamkan pendidikan moral
agar berpengaruh terhadap anak didik.

Kualitas yang pertama adalah apa yang disebut dengan otoritas moral. Seorang pendidik harus
menjadi simbol dan sekaligus menjadi contoh, baik dalam upaya menjadikan dirinya sebagai
lambang idola maupun pemenuhan tugas sehari-hari dalam mewujudkan ketertiban dan efisiensi.
Oleh karena itu guru dan orang tua harus dibekali dengan otoritas moral, karena tanpa otoritas,
seorang pendidik tidak akan mungkin dapat mendidik atau mengembangkan individu ke arah sifat-
sifat yang dibutuhkan bagi kehidupan moral. Kualitas pokok yang kedua adalah totalitas dalam
berusaha. Mendidik bukanlah sekedar mentransmisikan fakta, akan tetapi lebih merupakan aktivitas
organis dan sintesis. Oleh karena itu, perlu diperhatikan totalitas kepribadian individu. (Ratna,
2014:90)

Dalam keadaan pandemi seperti sekarang ini, PJJ dilakukan di rumah menjadikan orang tua
mempunyai peran yang penting walaupun guru juga memiliki peran penting tetapi peran orang tua
lebih banyak karena memiliki lebih banyak waktu untuk mengawasi anaknya ketimbang gurunya.
Peran penting orang tua dalam menanamkan pendidikan moral adalah mengawasi anaknya ketika pjj
berlangsung apakah anaknya benar-benar mengikuti pembelajaran atau tidak sebagai bentuk
kedisiplinan mengikuti pelajaran walaupun dilakukan secara online dan membimbing anaknya dalam
belajar secara jauh dari rumah. Segala hal yang dilakukan anaknya dapat di awasi oleh orang tuanya,
peran orang tua dalam menanamkan ajaran agama menjadi kuncinya dalam menanamkan
pendidikan moral di masa pandemi. Tanggung jawab dan kesadaran orang tua serta keluarga sangat
penting untuk menanamkan nilai-nilai agama, karena keluarga dan agama merupakan suatu bentuk
dari hal yang dapat membendung persoalan dan permasalahan moral di masa pandemi terutama di
era digital. Meskipun, pembelajaran dilakukan secara online peran guru dalam menanamkan
pendidikan moral juga sangat dibutuhkan dan orang tua juga menanamkan rasa percaya bahwa
pendidikan moral di bawah bimbingan guru tetap diperlukan demi terciptanya tujuan pendidikan
nasional sesuai UUD 1945.

Kesimpulan

Pada masa pandemi ini membuat semua beralih menjadi online terutama dalam hal pendidikan yang
dilakukan secara jarak jauh. Tetapi tidak dapat dipungkiri PJJ ini juga memiliki berbagai tantangan
dan ancaman pendidikan moral pada masa pandemi sekarang ini. Selama masa pandemi,
pembelajaran yang dilakuk

an secara PJJ membuat pendidikan moral peserta didik sedikit terabaikan. Maka dari itu, Guru dan
orang tua memiliki peran yang sangat penting untuk menanamkan pendidikan moral pada masa
pembelajaran jarak jauh agar siswa atau murid menjadi individu yang bermoral dan dapat
menyesuaikan diri dengan tujuan hidup bermasyarakat walaupun di keadaan pandemi seperti
sekarang ini.

Referensi :

Abdullah dan A.C.van der Leeden. Durkheim dan Pengantar Sosiologi Moralitas. Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia. 1986.

Anda mungkin juga menyukai