Anda di halaman 1dari 11

HIGEIA 4 (Special 3) (2020)

HIGEIA JOURNAL OF PUBLIC HEALTH


RESEARCH AND DEVELOPMENT
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/higeia

Tingkat Kecemasan pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2

Yulia Maulasari1

1
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Univesitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Proporsi penderita diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas Bonang II Demak yang rutin kontrol gula
Diterima 1 Maret 2020 darah setiap bulan tahun 2018 masih rendah yaitu sebesar 13,2%. Rendahnya kunjungan
Disetujui 1 November disebabkan adanya perasaan cemas atau khawatir apabila kadar gula darah melebihi batas normal.
2020 Kecemasan dapat menyebabkan kadar glukosa darah tidak stabil dan dapat menimbulkan
Dipublikasikan 19 komplikasi. Jenis penelitian ini adalah analitik dengan rancangan cross sectional. Penelitian ini
November 2020 dilaksanakan pada Juli 2019-Agustus 2019 dengan tujuan untuk mengetahui faktor yang
________________ berhubungan dengan tingkat kecemasan pada penderita diabetes melitus tipe 2. Sampel dalam
Keywords: penelitian ini berjumlah 83 orang yang dipilih menggunakan teknik simple random sampling. Hasil
risk factor, level of anxiety, penelitian menunjukkan hubungan antara dukungan keluarga (p=0,000), penerimaan diri (p
type 2 diabetes melitus penerimaan diri rendah=0,001 dan p penerimaan diri sedang=0,005), tingkat spiritualitas
____________________ (p=0,008), dan aktivitas fisik (p aktivitas fisik ringan=0,001 dan p aktivitas fisik sedang=0,013)
DOI: dengan tingkat kecemasan pada penderita diabetes melitus tipe 2. Simpulan dari penelitian ini
https://doi.org/10.15294 yaitu bahwa faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan pada penderita diabetes melitus
/higeia.v4iSpecial%203/ tipe 2 adalah dukungan keluarga, penerimaan diri, tingkat spiritualitas, dan aktivitas fisik.
34381
____________________
Abstract
___________________________________________________________________
The proportion of people with type 2 diabetes mellitus at Bonang II Demak health center that routinely
controls blood sugar every month in 2018 was 13.2%. The low visit caused by a feelings of anxiety when blood
sugar levels exceeded normal limits. Anxiety could cause unstable blood glucose levels and complications. This
type of research was analytic with cross sectional design. The research was conducted in July 2019-August 2019
with the aimed to find out factors related to anxiety level in people with type 2 diabetes mellitus. The sample in
this study was 83 people selected using simple random sampling technique. The results showed the relationship
between family support (p=0,000), self-acceptance (p low self-acceptance=0,001 and p moderate self-
acceptance=0,005), spirituality level (p=0,008), and physical activity (p mild physical activity=0,001 and p
moderate physical activity=0.013) with anxiety levels in people with type 2 diabetes mellitus. It was concluded
that factors related to anxiety levels in people with type 2 diabetes mellitus were family support, self-acceptance,
spirituality level, and physical activity.

© 2020 Universitas Negeri Semarang



Alamat korespondensi:
p ISSN 1475-362846
Gedung F5 Lantai 2 FIK Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229 e ISSN 1475-222656
E-mail: maulasariyulia@gmail.com

660
Yulia, M. / Tingkat Kecemasan pada / HIGEIA 4 (Special 3) (2020)

PENDAHULUAN kadar gula darah. Tujuan Program Pengelolaan


Penyakit Kronis (prolanis) yaitu untuk
Prevalensi diabetes melitus di Indonesia mendorong peserta penyandang penyakit kronis
berdasarkan Riskesdas 2007, 2013 dan 2018 mencapai kualitas hidup optimal dengan
selalu mengalami peningkatan yaitu dari 5,7% indikator 75% peserta terdaftar yang berkunjung
meningkat menjadi 6,9% dan meningkat ke fasilitas kesehatan tingkat pertama memiliki
kembali menjadi 10,9% (Riskesdas, 2018). hasil baik pada pemeriksaan spesifik terhadap
Proporsi diabetes melitus tipe 2 di Jawa Tengah penyakit diabetes melitus tipe 2 dan hipertensi
dari tahun 2016-2018 selalu mengalami sesuai panduan klinis terkait sehingga dapat
peningkatan yaitu dari 16,8% meningkat mencegah timbulnya komplikasi penyakit
menjadi 22,2% dan meningkat kembali menjadi (Rosdiana et al., 2017).
22,9% (Dinas Kesehatan Jawa Tengah, 2017). Diabetes melitus tipe 2 merupakan salah
Kabupaten Demak merupakan salah satu satu penyakit kronis yang tidak dapat
kabupaten di Jawa Tengah yang mengalami disembuhkan. Hal inilah yang menyebabkan
peningkatan proporsi kasus diabetes melitus dari sebagian besar penderita mengalami beberapa
tahun 2016-2018 yaitu dari 5,6% meningkat reaksi psikologis yang negatif diantaranya
menjadi 6,3% dan meningkat kembali menjadi adalah marah, merasa tidak berguna,
6,6%. Puskesmas Bonang II merupakan kecemasan yang meningkat dan depresi. Konflik
puskesmas di Kabupaten Demak yang psikologis seperti kecemasan, depresi, dan stres
mengalami peningkatan kasus diabetes melitus dapat menyebabkan memburuknya kondisi
dari tahun 2016-2018 yaitu dari 887 jiwa kesehatan atau penyakit yang diderita oleh
(13,2%) meningkat menjadi 891 jiwa (17,5%) individu. Individu yang menderita diabetes
dan meningkat kembali menjadi 971 jiwa (4,2%) berisiko 2 kali lebih besar untuk mengalami
(Dinas Kesehatan Kabupaten Demak, 2018). kecemasan dan depresi daripada individu yang
Capaian kasus penderita diabetes melitus tidak menderita diabetes. Penderita diabetes
tipe 2 di Puskesmas Bonang II tahun 2018 melitus tipe 2 yang mengalami kecemasan dapat
sebesar 89,6%, dimana angka capaian tersebut menyebabkan kadar glukosa darah tidak stabil
masih di bawah standar capaian dari Dinas atau mengalami glikemia. Apabila kadar
Kesehatan Kabupaten Demak sebesar 100%. glukosa darah pada pasien diabetes melitus tipe
Sedangkan proporsi penderita diabetes melitus 2 tidak stabil secara terus-menerus maka akan
tipe 2 yang rutin kontrol gula darah setiap bulan menimbulkan komplikasi makrovaskuler
di Puskesmas Bonang II tahun 2018 sebesar maupun mikrovaskuler seperti kebutaan,
13,2% dengan jumlah kunjungan rutin rata-rata penyakit ginjal, dan amputasi (Kodakandla,
sebesar 75 orang. Berdasarkan wawancara Maddela, Pasha, & Vallepalli, 2016).
dengan pemegang program diabetes melitus dan Kecemasan merupakan perasaan
Program Pengelolaan Penyakit Kronis (prolanis) khawatir yang tidak jelas dan biasanya berkaitan
di Puskesmas Bonang II, alasan masih dengan kekhawatiran tentang bahaya tidak
rendahnya proporsi penderita diabetes melitus terduga yang terjadi di masa depan. Individu
tipe 2 yang kontrol gula darah rutin yaitu yang mengalami gangguan kecemasan biasanya
adanya perasaan cemas atau khawatir apabila merasa dirinya tidak bebas, gugup, takut,
kadar gula darah melebihi batas normal gelisah, tegang, dan resah (Direja, 2011).
(Puskesmas Bonang II Demak, 2018). Timbulnya kecemasan diawali dari adanya
Program Pengelolaan Penyakit Kronis reaksi stres yang terjadi secara terus menerus.
(prolanis) merupakan program dari pemerintah Reaksi pertama respon stres yaitu sekresi sistem
yang dilaksanakan rutin setiap satu bulan sekali saraf simpatis untuk mengeluarkan norepinefrin
oleh Puskesmas Bonang II Demak untuk yang menyebabkan peningkatan frekuensi
memfasilitasi penderita hipertensi dan diabetes jantung. Kondisi ini menyebabkan glukosa
melitus dalam pemantauan tekanan darah dan darah meningkat sebagai sumber energi untuk

661
Yulia, M. / Tingkat Kecemasan pada / HIGEIA 4 (Special 3) (2020)

perfusi. Peningkatan hormon stres yang Penelitian dari Mahmuda et al., (2016),
diproduksi dapat menyebabkan kadar gula menyatakan bahwa terdapat hubungan antara
darah meningkat. Hal ini berkaitan dengan lama menderita diabetes (p=0,052), status
adanya sistem neuroendokrin melalui jalur komplikasi (p=0,003), aktivitas fisik (p<0,001),
Hipotalamus Pituitary Adrenal (Derek, Rottie, dan dukungan keluarga (p<0,001) dengan
& Kallo, 2017). tingkat kecemasan pada pasien diabetes melitus
Kecemasan pada penderita diabetes tipe 2 di Rumah Sakit Nusantara Medika
melitus tipe 2 belum diketahui angka Utama. Dukungan keluarga membuat seseorang
prevalensinya, sehingga diperlukan pemeriksaan merasa dihargai dan diterima meskipun dalam
secara psikologis untuk mengetahui tingkat kondisi sakit, sehingga dukungan keluarga yang
kecemasan yang dialami oleh penderita diabetes kurang baik pada penderita diabetes melitus tipe
melitus tipe 2 serta melakukan analisis faktor- 2 berisiko 2,15 kali lebih besar untuk mengalami
faktor yang dapat mempengaruhi kecemasan. kecemasan daripada penderita diabetes melitus
Beberapa faktor yang berhubungan dengan tipe 2 yang memiliki dukungan keluarga baik.
tingkat kecemasan pada penderita diabetes Selain peran keluarga, faktor penerimaan diri
melitus tipe 2 adalah jenis kelamin, usia, terhadap penyakit yang diderita juga
etnisitas, status perkawinan, tingkat pendidikan, berpengaruh terhadap tingkat kecemasan.
pendapatan, status pekerjaan, lama menderita Seseorang akan lebih tenang dalam menghadapi
diabetes, lamanya hospitalisasi, alasan masalah dan berisiko lebih kecil untuk
hospitalisasi, riwayat stres, aktivitas fisik, mengalami kecemasan apabila memiliki
dukungan keluarga, status komplikasi, penerimaan diri yang baik (Ispriantari &
komorbid diabetes, merokok, penerimaan diri, Priasmoro, 2017).
dan tingkat spiritualitas (Albekairy et al., 2018); Kecemasan pada penderita diabetes
(Ganasegeran, Renganathan, Manaf, & Al- melitus tipe 2 apabila tidak ditangani secara baik
Dubai, 2014); (Khan et al., 2019); (Kodakandla dapat menimbulkan masalah tersendiri yang
et al., 2016); (Mahmuda, Thohirun, & akan semakin menyulitkan pengelolaan
Prasetyowati, 2016); (Sun et al., 2016); (Yan, penyakit diabetes melitus tipe 2. Jika seseorang
Marisdayana, & Irma, 2017); (Tovilla-Zárate et terdiagnosa diabetes, maka dapat menimbulkan
al., 2012). beban psikologis jangka panjang atas dirinya
Penelitian Khan et al., (2019) menyatakan dan keluarganya. Fungsi psikologis yang buruk
bahwa faktor yang berhubungan dengan tingkat dapat menyebabkan penderitaan, dapat secara
kecemasan pada penderita diabetes melitus tipe serius mempengaruhi manajemen diabetes
2 di Pakistan yaitu jenis kelamin (p=0,002), harian sehingga menyulitkan proses
lama menderita diabetes (p<0,001), status penatalaksanaan penderita diabetes melitus tipe
komplikasi diabetes (p<0,001), dan alasan 2 (Mahmuda et al., 2016).
masuk rumah sakit (p<0,001). Seseorang yang Stres yang dirasakan dan kecemasan yang
menderita diabetes >10 tahun berisiko 2,74 kali dihasilkan oleh penderita diabetes dikaitkan
lebih besar untuk mengalami kecemasan karena dengan terjadinya kecacatan fungsional, rasa
penderita memikirkan kekhawatiran komplikasi sakit, dan ketidakpastian hidup sehingga
yang akan dialami, lamanya proses pengobatan, kecemasan akan semakin meningkat dengan
merasa tidak berdaya, dan putus asa terhadap adanya komplikasi yang melemahkan seperti
penyakit yang dideritanya. Selain itu, adanya kehilangan penglihatan, neuropati perifer, dan
komplikasi yang dialami oleh penderita diabetes nefropati (Kodakandla et al., 2016). Oleh karena
melitus tipe 2 dapat menimbulkan rasa takut itu, diagnosis dan pengelolaan kecemasan dan
terhadap penolakan interpersonal sehingga depresi pada pasien diabetes melitus tipe 2
penderita diabetes yang mengalami komplikasi sangat penting dilakukan untuk memastikan
berisiko 2,3 kali lebih besar untuk mengalami kualitas hidup dan harapan hidup yang lebih
kecemasan (Sun et al., 2016). tinggi (Khan et al., 2019).

662
Yulia, M. / Tingkat Kecemasan pada / HIGEIA 4 (Special 3) (2020)

Berdasarkan permasalahan tersebut, wawancara kepada responden untuk


penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengetahui identitas responden (usia, jenis
faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kelamin, status perkawinan, dan pekerjaan),
kecemasan pada penderita diabetes melitus tipe tingkat pendidikan, lama menderita diabetes,
2 di wilayah kerja Puskesmas Bonang II status komplikasi, dukungan keluarga,
Demak. Perbedaan penelitian ini dengan penerimaan diri, tingkat spiritualitas, aktivitas
penelitian sebelumnya adalah sampel penelitian, fisik, dan tingkat kecemasan.
waktu penelitian, dan variabel penelitian. Pada Sumber data yang digunakan dalam
penelitian ini, sampel penelitian adalah penelitian ini adalah data primer yang diperoleh
penderita diabetes melitus tipe 2 di wilayah melalui wawancara secara langsung dan
kerja Puskesmas Bonang II Demak tahun 2018. pengisian kuesioner kepada responden untuk
Sedangkan variabel yang membedakan dengan memperoleh data tentang identitas responden
penelitian sebelumnya adalah penerimaan diri. (usia, jenis kelamin, status perkawinan, dan
pekerjaan), tingkat pendidikan, lama menderita
METODE diabetes, status komplikasi diabetes, dukungan
keluarga, penerimaan diri, tingkat spiritualitas,
Penelitian ini menggunakan jenis aktivitas fisik, dan tingkat kecemasan yang
penelitian analitik observasional dengan dialami oleh responden. Sedangkan data
rancangan penelitian cross sectional. Variabel sekunder pada penelitian ini meliputi data
bebas dalam penelitian ini adalah tingkat prevalensi diabetes melitus di Indonesia yang
pendidikan, lama menderita diabetes, status diperoleh dari hasil Riskesdas tahun 2018, data
komplikasi diabetes, dukungan keluarga, proporsi diabetes melitus tipe 2 di Jawa Tengah
penerimaan diri, tingkat spiritualitas, dan dan di Kabupaten Demak yang diperoleh dari
aktivitas fisik. Variabel terikat dalam penelitian Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi
ini adalah tingkat kecemasan pada penderita Jawa Tengah tahun 2018, data proporsi diabetes
diabetes melitus tipe 2. melitus tipe 2 di Puskesmas Bonang II Demak
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan yang diperoleh dari Profil Kesehatan Dinas
Juli 2019 hingga Agustus 2019. Populasi target Kesehatan Kabupaten Demak tahun 2018, dan
dalam penelitian ini adalah seluruh pasien data jumlah pasien diabetes melitus tipe 2 yang
diabetes melitus tipe 2 di Kabupaten Demak. berobat di Puskesmas Bonang II Demak yang
Sementara populasi terjangkau dalam penelitian diperoleh dari rekam medik pasien diabetes
ini adalah seluruh pasien diabetes melitus tipe 2 melitus tahun 2018 di Puskesmas Bonang II
di Puskesmas Bonang II Demak tahun 2018. Demak.
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh Proses input dan analisis data
pasien diabetes melitus tipe 2 yang berobat dan menggunakan software SPSS dengan tahapan
tercatat di buku register rawat jalan di editing, koding, skoring, tabulasi, entri data, dan
Puskesmas Bonang II Demak tahun 2018 yang analisis data. Teknik analisis data yang
dipilih menggunakan teknik simple random digunakan yaitu univariat dan bivariat. Analisis
sampling. Teknik pengambilan sampel univariat berguna untuk mendeskripsikan
menggunakan cara pengundian kepada semua frekuensi tiap variabel, sementara analisis
anggota populasi sampai jumlah sampel bivariat digunakan untuk mencari hubungan
memenuhi besar sampel minimal yang telah antar variabel dengan menggunakan uji statistik
ditentukan. Berdasarkan perhitungan rumus chi-square.
Lemeshow, besar sampel yang diambil yaitu 83
sampel. HASIL DAN PEMBAHASAN
Teknik pengumpulan data dilakukan
dengan metode wawancara. Wawancara Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja
dilakukan dengan menggunakan pedoman Puskesmas Bonang II Demak pada Juli 2019

663
Yulia, M. / Tingkat Kecemasan pada / HIGEIA 4 (Special 3) (2020)

Tabel 1. Data Karakteristik Responden


Karakteristik Kategori Frekuensi Persentase (%)
Usia <35 tahun 27 32,5
35-53 tahun 51 61,5
>53 tahun 5 6,0
Jenis Kelamin Laki-laki 15 18,1
Perempuan 68 81,9
Status Perkawinan Kawin 72 86,8
Tidak kawin 11 13,2
Pekerjaan Buruh tani 32 38,6
Buruh pabrik 7 8,4
Wiraswasta 3 3,6
Tidak bekerja 41 49,4

hingga Agustus 2019. Puskesmas Bonang II 35-53 tahun sebanyak 51 (61,5%) yang sebagian
Demak terletak di Desa Serangan RT 01 RW besar berjenis kelamin perempuan 68 (81,9%).
02, Jalan Raya Demak Wedung Km 10. Luas Responden mayoritas berstatus kawin yaitu
wilayah kerja Puskesmas Bonang II sebesar sebanyak 72 (86,8%) dan umumnya responden
2.444.745 m2 dengan ketinggian 0 - 20 meter tidak bekerja 41 (49,4%). Karakteristik
dari permukaan laut. Secara administratif responden dapat dilihat pada tabel 1.
wilayah Puskesmas Bonang II terdiri atas 10 Analisis univariat dilakukan untuk
desa, 32 dusun serta 48 RW dan 211 RT. mengetahui distribusi dan persentase dari tiap
Wilayah kerja puskesmas Bonang II Demak variabel. Analisis univariat pada penelitian ini
meliputi Desa Serangan, Desa Betahwalang, tersaji pada tabel 2. Hasil analisis univariat
Desa Poncoharjo, Desa Weding, Desa Jali, menunjukkan bahwa responden umumnya
Desa Wonosari, Desa Jatimulyo, Desa memiliki tingkat pendidikan rendah (tidak
Krajanbogo, Desa Bonangrejo, dan Desa sekolah, tidak tamat SD, tamat SD, dan tamat
Jatirogo (Puskesmas Bonang II Demak, 2018). SMP) sebanyak 71 (85,5%) dengan lama
Karakteristik responden menunjukkan menderita diabetes yang paling banyak adalah
bahwa responden umumnya berada pada usia ≤10 tahun sebanyak 73 (88,0%).

Tabel 2. Hasil Analisis Univariat


Karakteristik Kategori Frekuensi Persentase (%)
Tingkat Pendidikan Rendah 71 85,5
Tinggi 12 14,5
Lama Menderita Lama (>10 tahun) 10 12,0
Diabetes Baru (≤10 tahun) 73 88,0
Status Komplikasi Ya 24 28,9
Diabetes Tidak 59 71,1
Dukungan Keluarga Kurang 42 50,6
Baik 41 49,4
Penerimaan Diri Rendah 30 36,1
Sedang 26 31,3
Tinggi 27 32,5
Tingkat Spiritualitas Rendah 20 24,1
Tinggi 63 75,9
Aktivitas Fisik Ringan 34 41,0
Sedang 26 31,3
Berat 23 27,7
Tingkat Kecemasan Berat 0 0
Sedang 40 48,2
Ringan 43 51,8

664
Yulia, M. / Tingkat Kecemasan pada / HIGEIA 4 (Special 3) (2020)

Berdasarkan hasil wawancara, mayoritas pengetahuan terkait penyakit diabetes melitus


responden baru menderita diabetes selama didapatkan saat kegiatan penyuluhan dari pihak
kurang lebih 2-5 tahun. Sementara pada status puskesmas dan pemberian edukasi secara
komplikasi, sebagian besar penderita diabetes personal ketika penderita diabetes melakukan
tidak mengalami komplikasi yaitu 59 (71,1%). kontrol gula darah rutin.
Responden diabetes melitus tipe 2 umumnya Responden yang memiliki tingkat
memiliki dukungan keluarga kurang sebanyak pendidikan rendah lebih rutin mengikuti
42 (50,6%) dengan penerimaan diri rendah penyuluhan dibanding responden yang memiliki
sebanyak 30 (36,1%). Dukungan keluarga tingkat pendidikan tinggi. Hal ini dikarenakan
dianggap baik apabila keluarga berperan aktif responden yang memiliki tingkat pendidikan
dalam mendampingi berobat, memberi motivasi rendah mayoritas bekerja sebagai buruh tani dan
atau dukungan, selalu mengingatkan untuk tidak bekerja sedangkan responden yang
berobat dan minum obat, mengingatkan untuk memiliki tingkat pendidikan tinggi bekerja
tidak mengkonsumsi makanan atau minuman sebagai buruh pabrik dan buruh tani, sehingga
yang dapat menaikkan gula darah, serta responden yang memiliki tingkat pendidikan
memberikan edukasi terkait penyakit diabetes. rendah mempunyai waktu luang untuk
Sedangkan variabel penerimaan diri berguna mengikuti penyuluhan dari pihak puskesmas
untuk mengetahui penerimaan diri responden yang sering dilaksanakan pada pagi hari saat
terhadap penyakit diabetesnya yang dapat jam kerja.
mempengaruhi pola pikir responden dalam Walaupun responden berpendidikan
menghadapi penyakit diabetes yang diderita rendah sering mengikuti penyuluhan dan
sehingga responden dapat menerima atau diberikan edukasi secara personal oleh pihak
bahkan tidak menerima penyakit diabetes yang puskesmas terkait penyakit diabetes, namun
diderita. Tingkat spiritualitas paling banyak responden mengaku masih cemas dan khawatir
pada kategori tinggi sebanyak 63 (75,9%) dan terhadap penyakit diabetes yang mereka derita
umumnya responden memiliki aktivitas fisik akan semakin parah. Hal ini sesuai dengan
ringan sebanyak 34 (41,0%). Berdasarkan penelitian dari Yulianti, TS & Wijayanti, WMP
tingkat kecemasannya, mayoritas responden (2016) yang menyatakan bahwa pendidikan
memiliki tingkat kecemasan ringan sebanyak 43 seseorang akan mengubah persepsi atau
(51,8%). pandangan seseorang terhadap suatu hal dan
Hasil analisis bivariat ditunjukkan pada membentuk pemahaman yang benar. Oleh
tabel 3 untuk mengetahui hubungan antar karena itu walaupun responden yang
variabel. Hasil analisis bivariat untuk tingkat berpendidikan rendah lebih sering mengikuti
pendidikan menunjukkan nilai p penyuluhan dan diberi edukasi tetapi cara
value=0,090>0,05, sehingga tidak terdapat pandang mereka masih sulit diubah dalam
hubungan antara tingkat pendidikan dengan mengatasi kekhawatiran terhadap penyakit
tingkat kecemasan pada penderita diabetes diabetes yang diderita, sehingga dari 71
melitus tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas responden yang berpendidikan rendah sebesar
Bonang II Demak. Hasil penelitian ini tidak 93,0% (40 responden) memiliki kecemasan
sejalan dengan penelitian dari penelitian dari sedang dan 77,5% (31 responden) memiliki
Ganasegeran et al., (2014) dan Sun et al., (2016) kecemasan ringan.
yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan Hasil analisis bivariat untuk lama
tinggi berhubungan dengan tingkat kecemasan menderita diabetes menunjukkan nilai p
pada penderita diabetes melitus tipe 2 (p=0,037) value=0,316>0,05, sehingga tidak terdapat
dan (p<0,05). Hasil penelitian di lapangan hubungan antara lama menderita diabetes
menunjukkan bahwa penderita diabetes yang dengan tingkat kecemasan pada penderita
memiliki tingkat kecemasan sedang maupun diabetes melitus tipe 2 di wilayah kerja
ringan menjelaskan bahwa pemahaman atau Puskesmas Bonang II Demak. Hasil penelitian

665
Yulia, M. / Tingkat Kecemasan pada / HIGEIA 4 (Special 3) (2020)

ini tidak sesuai dengan penelitian dari kesulitan dalam mengatur dan mengubah pola
Mahmuda et al., (2016) dan Sun et al., (2016) makan juga menjadi sumber kecemasan pada
yang menyatakan bahwa lama menderita penderita diabetes yang baru menderita
diabetes berhubungan dengan tingkat diabetes.
kecemasan pada penderita diabetes melitus tipe Hasil analisis bivariat untuk status
2 (p=0,052) dan (p<0,01). komplikasi diabetes menunjukkan nilai p
Hasil penelitian di lapangan value=0,137>0,05, sehingga tidak terdapat
menunjukkan bahwa responden yang baru hubungan antara status komplikasi diabetes
menderita diabetes memiliki kekhawatiran dengan tingkat kecemasan pada penderita
terhadap penyakit yang dialaminya karena diabetes melitus tipe 2 di wilayah kerja
penyakit diabetes merupakan penyakit yang Puskesmas Bonang II Demak. Hal ini tidak
tidak dapat disembuhkan dan penyakit diabetes sesuai dengan penelitian dari Wahyuni, Arsin,
membuat penderitanya harus mengontrol pola & Abdullah (2012) yang menyatakan bahwa
makan seperti membatasi asupan glukosa dan terdapat hubungan antara status komplikasi
karbohidrat serta melakukan olahraga secara terhadap tingkat kecemasan pada penderita
teratur. Oleh karena itu, responden yang baru diabetes melitus tipe 2 (p=0,000). Hal ini juga
menderita diabetes belum bisa menyesuaikan tidak sesuai dengan penelitian dari Mahmuda et
setiap perubahan yang terjadi akibat penyakit al., (2016) dan Sun et al., (2016) yang
diabetes yang dialaminya daripada penderita menyatakan bahwa komplikasi diabetes
diabetes yang sudah lama menderita diabetes. berhubungan dengan tingkat kecemasan pada
Penderita diabetes yang memiliki tingkat penderita diabetes melitus tipe 2 (p=0,003) dan
kecemasan sedang maupun ringan menjelaskan (p<0,01).
bahwa semakin lama menderita diabetes maka Hasil penelitian di lapangan
penderita diabetes semakin bisa menyesuaikan menunjukkan bahwa penderita diabetes yang
diri terhadap perubahan hidup yang harus memiliki tingkat kecemasan sedang maupun
dilakukan akibat menderita diabetes. ringan menjelaskan bahwa adanya komplikasi
Penyesuaian diri yang baik ini terbentuk karena diabetes tidak membuat responden memiliki
penderita diabetes yang sudah lama menderita kekhawatiran terhadap penyakitnya. Hal ini
diabetes telah berpengalaman dalam mengelola dikarenakan responden yang memiliki tingkat
penyakitnya dan sudah melewati proses kecemasan sedang maupun ringan mayoritas
perawatan yang relatif lama, sehingga memiliki memiliki komplikasi diabetes berupa
penyesuaian diri yang baik terhadap gastroparesis atau gangguan pencernaan yang
penyakitnya dibanding penderita diabetes yang gejalanya hampir mirip dengan penyakit maag
baru menderita diabetes. seperti mual dan muntah, sehingga responden
Hal ini sesuai dengan penelitian dari tidak terlalu mengkhawatirkan kondisi tersebut
Mufidah (2018), yang menjelaskan bahwa sebagai suatu beban karena responden
semakin lama seseorang menderita diabetes menganggap bahwa gangguan pencernaan
maka semakin baik kemampuan seseorang tersebut merupakan penyakit maag yang wajar
tersebut dalam menyesuaikan diri terhadap dan dapat diobati dengan cepat.
penyakitnya, sehingga berisiko lebih rendah Hal ini sesuai dengan penelitian dari
untuk mengalami kecemasan akibat penyakit Tamara, Bayhakki, & Nauli (2014), yang
diabetes diderita. Hal ini juga sesuai dengan menjelaskan bahwa penderita diabetes melitus
penelitian dari Siregar & Hidajat (2017) yang tipe 2 akan mengalami kecemasan atau
menyatakan bahwa seseorang yang menderita perasaan khawatir akibat keterbatasan aktivitas
diabetes selama 1,5 tahun sampai 2 tahun karena komplikasi yang muncul berupa
mengalami kekhawatiran terhadap penyakitnya kerusakan mata yang menyebabkan
yang tidak kunjung sembuh terutama bila kadar menurunnya penglihatan, penyakit jantung,
gula darahnya tidak menentu. Selain itu adanya stroke, bahkan sampai menyebabkan gangren

666
Yulia, M. / Tingkat Kecemasan pada / HIGEIA 4 (Special 3) (2020)

yang dapat berisiko terjadinya amputasi. Oleh sedang menunjukkan nilai p value=0,005<0,05,
karena itu, penderita diabetes yang memiliki sehingga terdapat hubungan antara penerimaan
komplikasi seperti gastroparesis relatif tenang diri sedang dengan tingkat kecemasan pada
dan tidak mengkhawatirkan penyakitnya karena penderita diabetes melitus tipe 2.
gejala yang ditimbulkan hampir mirip dengan Hal ini sesuai dengan penelitian dari
penyakit maag dan mereka menganggap bahwa Ispriantari & Priasmoro (2017) yang
komplikasi tersebut merupakan penyakit maag menyatakan bahwa individu yang memiliki
biasa. penyakit kronis seperti diabetes akan menjadi
Hasil analisis bivariat untuk dukungan lebih tenang dalam menghadapi penyakitnya
keluarga menunjukkan nilai p apabila memiliki penerimaan diri yang baik,
value=0,000<0,05, sehingga terdapat hubungan sehingga beban penyakit yang dialami akan
antara dukungan keluarga dengan tingkat menjadi lebih ringan dan kekambuhan penyakit
kecemasan pada penderita diabetes melitus tipe dapat menurun. Hal ini juga sesuai dengan
2 di wilayah kerja Puskesmas Bonang II penelitian dari Yan et al., (2017) yang
Demak. Hal ini sesuai dengan penelitian dari menyatakan bahwa terdapat hubungan antara
Mahmuda et al., (2016) yang menyatakan penerimaan diri terhadap stres pada penderita
bahwa dukungan sosial maupun dukungan diabetes (p<0,05).
keluarga berhubungan dengan tingkat Hasil penelitian di lapangan
kecemasan pada penderita diabetes melitus tipe menunjukkan bahwa penderita diabetes yang
2 (p<0,001). memiliki tingkat kecemasan sedang maupun
Hasil penelitian di lapangan ringan menjelaskan bahwa menerima
menunjukkan bahwa penderita diabetes yang kekurangan pada diri sendiri berupa adanya
memiliki tingkat kecemasan sedang maupun penyakit yang diderita membuat setiap
ringan menjelaskan bahwa adanya dukungan responden lebih menghargai setiap kekurangan
keluarga berupa motivasi dari keluarga untuk yang dimiliki berupa keterbatasan dalam
selalu melakukan kontrol gula darah rutin dan melakukan aktivitas sehari-hari akibat adanya
peran keluarga untuk menemani serta penyakit diabetes yang membuat responden
mengantar responden saat berobat ke puskesmas mudah lelah, mudah lapar dan haus, sering
membuat responden merasa tenang dan kencing, dan harus menjaga pola makan agar
memiliki semangat yang besar untuk melakukan kadar gula dalam darah tetap stabil. Responden
kontrol gula darah secara rutin. Oleh karena itu, yang memiliki penerimaan diri rendah dimana
perasaan khawatir dan cemas akibat penyakit responden masih belum bisa menerima kondisi
diabetes tidak dirasakan oleh responden yang penyakitnya memiliki kekhawatiran terhadap
keluarganya ikut terlibat dan berperan aktif keterbatasan aktivitas dan perubahan pola hidup
dalam memotivasi dan menemani responden akibat penyakit diabetes tersebut. Oleh karena
selama proses pengobatan berlangsung. itu, responden dengan penerimaan diri yang
Analisis bivariat pada variabel rendah berisiko lebih besar untuk mengalami
penerimaan diri dilakukan per dua kategori, kecemasan dan perasaan khawatir akibat
yaitu penerimaan diri rendah (1) dan penyakit diabetesnya daripada responden yang
penerimaan diri sedang (2) dengan kategori memiliki penerimaan diri sedang maupun
penerimaan diri tinggi sebagai pembanding. tinggi.
Hasil analisis bivariat untuk penerimaan diri Hasil analisis bivariat untuk tingkat
rendah menunjukkan nilai p value=0,001<0,05, spiritualitas menunjukkan nilai p
sehingga terdapat hubungan antara penerimaan value=0,008<0,05, sehingga terdapat hubungan
diri rendah dengan tingkat kecemasan pada antara tingkat spiritualitas dengan tingkat
penderita diabetes melitus tipe 2 di wilayah kecemasan pada penderita diabetes melitus tipe
kerja Puskesmas Bonang II Demak. Begitu pula 2 di wilayah kerja Puskesmas Bonang II
hasil analisis bivariat untuk penerimaan diri Demak. Hal ini sesuai dengan penelitian dari

667
Yulia, M. / Tingkat Kecemasan pada / HIGEIA 4 (Special 3) (2020)

Chaves et al., (2015) yang menyatakan bahwa minggunya serta selalu beribadah ke masjid atau
tingkat spiritualitas seseorang berhubungan ke mushola setiap waktu. Para responden
dengan tingkat kecemasan yang dirasakan oleh menyatakan bahwa dengan rutin menjalankan
seseorang tersebut (p<0,001), dimana sholat, berdoa, dzikir, dan rutin mengikuti
spiritualitas merupakan suatu mekanisme pengajian dapat meningkatkan ketenangan dan
koping untuk menghadapi tantangan dalam ketentraman dalam hati. Selain itu, mereka juga
kehidupan dan spiritualitas merupakan faktor menyatakan bahwa semakin mereka
pendukung untuk peningkatan kesehatan mendekatkan diri pada Allah maka semakin
mental, sehingga spiritualitas yang tinggi mereka yakin akan kebesaran dan kekuasaan
mampu mencegah terjadinya kecemasan. Allah SWT terhadap kehidupannya termasuk
Hasil penelitian di lapangan urusan jodoh, rezeki, dan maut yang telah
menunjukkan bahwa penderita diabetes yang diatur dan ditetapkan-Nya. Oleh karena itu,
memiliki tingkat kecemasan sedang maupun responden yang taat beribadah dan yakin akan
ringan menjelaskan bahwa seluruh responden kebesaran-Nya sebagian besar memiliki
merupakan seorang muslim dimana kehidupan pandangan bahwa penyakit diabetes yang
beragamanya masih sangat kental yang dapat dideritanya merupakan suatu takdir yang harus
dibuktikan melalui aktifnya kegiatan keagamaan diterima dan disyukuri dengan cara rutin
seperti pengajian yang rutin dilaksanakan setiap melakukan cek gula darah setiap bulan agar

Tabel 3. Hasil Analisis Bivariat


Variabel Kategori Tingkat Kecemasan Jumlah p-value PR
Sedang Ringan (95%
n % n % N % CI)
Tingkat Rendah 40 93,0 31 77,5 71 85,5 0,090 2,254
pendidikan Tinggi 3 7,0 9 22,5 12 14,5 (0,828-
6,133)
Lama Lama 7 16,3 3 7,5 10 12,0 0,316 1,419
menderita Baru 36 83,7 37 92,5 73 88,0 (0,889-
diabetes 2,266)
Status Ya 16 37,2 8 20,0 24 28,9 0,137 1,457
komplikasi Tidak 27 62,8 32 80,0 59 71,1 (0,980-
diabetes 2,166)
Dukungan Kurang 33 76,7 9 22,5 42 50,6 0,000 3,221
keluarga Baik 10 23,3 31 77,5 41 49,4 (1,837-
5,649)
Penerimaan Rendah 21 48,8 9 22,5 30 36,1 0,001 8,167
diri (2,467-
27,034)
Sedang 16 37,2 10 25,0 26 31,3 0,005 5,600
(1,681-
18,650)
Tinggi 6 14,0 21 52,5 27 32,5 ref ref
Tingkat Rendah 16 37,2 4 10,0 20 24,1 0,008 1,867
spiritualitas Tinggi 27 62,8 36 90,0 63 75,9 (1,303-
2,675)
Aktivitas Ringan 23 53,5 11 27,5 34 41,0 0,001 7,527
fisik (2,214-
25,596)
Sedang 15 34,9 11 27,5 26 31,3 0,013 4,909
(1,393-
17,303)
Tinggi 5 11,6 18 45,0 23 27,7 ref ref

668
Yulia, M. / Tingkat Kecemasan pada / HIGEIA 4 (Special 3) (2020)

kadar gula dalam darah selalu terkontrol, membuat mereka enggan untuk melakukan
sehingga dapat meninimalisir memburuknya aktivitas fisik di luar pekerjaan rumah. Oleh
penyakit diabetes yang diderita. karena itu, penderita diabetes dengan aktivitas
Analisis bivariat pada variabel aktivitas fisik ringan mengaku merasa adanya
fisik dilakukan per dua kategori, yaitu aktivitas ketidaktenangan dalam jiwa dan kadar gula
fisik ringan (1) dan aktivitas fisik sedang (2) darah mereka juga sering tidak stabil karena
dengan kategori aktivitas fisik berat sebagai kurangnya aktivitas fisik yang dilakukan.
pembanding. Hasil analisis bivariat untuk
aktivitas fisik ringan menunjukkan nilai p PENUTUP
value=0,001<0,05, sehingga terdapat hubungan
antara aktivitas fisik ringan dengan tingkat Simpulan dari penelitian ini yaitu ada
kecemasan pada penderita diabetes melitus tipe hubungan antara dukungan keluarga,
2 di wilayah kerja Puskesmas Bonang II penerimaan diri, tingkat spiritualitas, dan
Demak. Begitu pula hasil analisis bivariat untuk aktivitas fisik dengan tingkat kecemasan pada
aktivitas fisik sedang menunjukkan nilai p penderita diabetes melitus tipe 2 di wilayah
value=0,013<0,05, sehingga terdapat hubungan kerja Puskesmas Bonang II Demak. Sedangkan
antara aktivitas fisik sedang dengan tingkat tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan,
kecemasan pada penderita diabetes melitus tipe lama menderita diabetes, dan status komplikasi
2. Hal ini sesuai dengan penelitian dari diabetes dengan tingkat kecemasan pada
Mahmuda et al., (2016) yang menyatakan penderita diabetes melitus tipe 2 di wilayah
bahwa aktivitas fisik berhubungan dengan kerja Puskesmas Bonang II Demak.
tingkat kecemasan pada penderita diabetes Saran untuk peneliti selanjutnya adalah
melitus tipe 2 (p<0,001). untuk melakukan penelitian dengan variabel
Hasil penelitian di lapangan berbeda seperti tingkat pengetahuan, riwayat
menunjukkan bahwa penderita diabetes yang stres, tipe kepribadian, dan sebagainya serta
memiliki tingkat kecemasan sedang maupun menganalisa faktor-faktor yang berkaitan
ringan menjelaskan bahwa aktivitas fisik yang dengan tingkat kecemasan pada penderita
sering dilakukan oleh para responden diabetes melitus tipe 2 dalam penelitian ini
merupakan pekerjaan rumah yang menjadi secara mendalam dengan metode kualitatif.
rutinitas setiap harinya. Para responden
menyatakan bahwa aktivitas fisik yang DAFTAR PUSTAKA
dilakukan setiap hari merupakan sarana untuk
memenuhi kebutuhan olahraga secara teratur Albekairy, A., Aburuz, S., Alsabani, B., Alshehri, A.,
yang telah dianjurkan oleh dokter atau tenaga Aldebasi, T., Alkatheri, A., & Almodaimegh,
kesehatan di puskesmas agar kadar gula darah H. (2018). Exploring factors associated with
dapat dikendalikan dan selalu stabil. depression and anxiety among hospitalized
patients with type 2 diabetes mellitus. Medical
Para responden lebih banyak yang
Principles and Practice, 26(6): 547–553
memiliki aktivitas fisik ringan karena responden
Chaves, E. de C. L., Iunes, D. H., Moura, C. de C.,
tidak bekerja dan hanya melakukan pekerjaan Carvalho, L. C., Silva, A. M., & de Carvalho,
rumah saja. Selain itu, responden dengan E. C. (2015). Anxiety and spirituality in
aktivitas fisik ringan juga sering dibantu oleh university students: a cross-sectional study.
anak dan anggota keluarga lainnya untuk Revista Brasileira de Enfermagem, 68(3): 444–449
melakukan pekerjaan rumah sehingga aktivitas Derek, M., Rottie, J., & Kallo, V. (2017). Hubungan
mereka menjadi terbatas. Mereka juga mengaku Tingkat Stres Dengan Kadar Gula Darah
bahwa jarang melakukan senam atau olahraga Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe Ii Di
Rumah Sakit Pancaran Kasih Gmim
lainnya karena keterbatasan waktu dan merasa
Manado. Jurnal Keperawatan, 5(1): 1–6
mudah lelah serta jari-jari tangan dan kaki
sering gemetar dan mati rasa, sehingga

669
Yulia, M. / Tingkat Kecemasan pada / HIGEIA 4 (Special 3) (2020)

Dinas Kesehatan Jawa Tengah. (2017). Profil Rosdiana et al. (2017). Implementasi Program
Kesehatan Provinsi Jawa Tengah 2017. Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis).
Semarang: Dinas Kesehatan Jawa Tengah HIGEIA (Journal of Public Health Research and
Dinas Kesehatan Kabupaten Demak. (2018). Profil Development), 1(3): 140–150.
Kesehatan Kabupaten Demak. Demak: Dinas Siregar, L. B., & Hidajat, L. L. (2017). Faktor Yang
Kesehatan Kabupaten Demak Berperan Terhadap Depresi , Kecemasan
Direja, A. H. S. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Kasus Puskesmas Kecamatan Gambir Jakarta
Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika. Pusat. Jurnal Ilmiah Psikologi MANASA, 6(1):
Ganasegeran, K., Renganathan, P., Manaf, R. A., & 15–22.
Al-Dubai, S. A. R. (2014). Factors associated Sun, N., Lou, P., Shang, Y., Zhang, P., Wang, J.,
with anxiety and depression among type 2 Chang, G., & Shi, C. (2016). Prevalence and
diabetes outpatients in Malaysia: A determinants of depressive and anxiety
descriptive cross-sectional single-centre study. symptoms in adults with type 2 diabetes in
BMJ Open, 4(4): 1–7 China: a cross-sectional study. BMJ Open,
Ispriantari, A., & Priasmoro, D. P. (2017). 6(8): 1–8
Penerimaan Diri pada Remaja dengan Tamara, E., Bayhakki, & Nauli, F. A. (2014).
Diabetes Tipe 1 di Kota Malang. Jurnal Dunia Hubungan Antara Dukungan Keluarga dan
Keperawatan, 5(2): 115–120 Kualitas Hidup Pasien Diabetes Mellitus Tipe
Khan, P., Qayyum, N., Malik, F., Khan, T., Khan, II di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau.
M., & Tahir, A. (2019). Incidence of Anxiety Jom Psik, 1(2): 1–7
and Depression Among Patients with Type 2 Tovilla-Zárate, C., Juárez-Rojop, I., Jimenez, Y.,
Diabetes and the Predicting Factors. Cureus, Jiménez, M. A., Vázquez, S., Bermúdez-
11(3): 1–8 Ocaña, D., … Narváez, L. L. (2012).
Kodakandla, K., Maddela, G., Pasha, M., & Prevalence of anxiety and depression among
Vallepalli, R. (2016). A cross sectional study outpatients with type 2 diabetes in the
on prevalence and factors influencing anxiety mexican population. PLoS ONE, 7(5): 1–6
and depression among patients with type II Wahyuni, R., Arsin, A. A., & Abdullah, A. Z. (2012).
diabetes mellitus. International Journal of Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat
Research in Medical Sciences, 4(7): 2542–2547 Kecemasan Pada Penderita Diabetes Mellitus
Mahmuda, N. L., Thohirun, & Prasetyowati, I. Tipe Ii Di Rs Bhayangkara Andi Mappa
(2016). Faktor yang Berhubungan dengan Oudang Makassar Factors Related To Anciety
Tingkat Kecemasan Penderita Diabetes Levels in Patients With Diabetes Mellitus
Mellitus Tipe 2 di Rumah Sakit Nusantara Type Ii in Bhayangkara Andi Mappa Oudang
Medika Utama. E-Journal Universitas Jember, Hospital M. Jurnal Unhas, 1(1): 1–17
1(1): 1–7 Yan, L. S., Marisdayana, R., & Irma, R. (2017).
Mufidah, S. (2018). Gambaran Tingkat Depresi pada Hubungan Penerimaan Diri Dan Tingkat
Pasien Diabetes Melitus dengan Keluhan Penyerta Stres Pada Penderita Diabetes Mellitus. Jurnal
di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Skripsi. Endurance, 2(3): 312
Surakarta: Universitas Muhammadiyah Yulianti, TS & Wijayanti, WMP. (2016). Hubungan
Surakarta Tingkat Pendidikan dan Tingkat Pengetahuan
Puskesmas Bonang II Demak. (2018). Profil Kesehatan tentang Kesehatan Jiwa dengan Sikap
Puskesmas Bonang II Demak Tahun 2018. Masyarakat terhadap Pasien Gangguan Jiwa
Demak: Puskesmas Bonang II Demak. di RW XX Desa Duwet Kidul, Baturetno,
Riskesdas. (2018). Hasil Utama Riskesdas 2018. Jakarta: Wonogiri. Jurnal Ilmu Kesehatan Kosala, 4(1):
Kementerian Kesehatan Badan Penelitian dan 1–12
Pengembangan Kesehatan.

670

Anda mungkin juga menyukai