Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

SOSIOLOGI HUKUM 1

Dosen Pengampu :
Dr. Sudiyono ,S.H., M.H

Disusun Oleh :
A’ang Khunaifi
19810580

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN (UNISKA)
MUHAMMAD ARSYAD AL-BANJARY
NON REGULAR A SEMESTER 5
BANJARBARU
2022

1
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-nya kepada kita semua. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah
SAW beserta keluarganya. Penulisan makalah dengan judul “Sosiologi Hukum 1” untuk
memenuhi nilai mata kuliah sosiologi hukum dalam Ujian Akhir Semester 5. Dalam
penyusunan makalah ini, saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan karena pengalaman dan pengetahuan penulis yang terbatas. Oleh karena itu,
kritik dan saran dari semua pihak diharapkan demi terciptanya makalah yang lebih baik lagi
untuk masa mendatang.

Banjarbaru, 22 Januari 2022

2
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Sosiologi hukum merupakan disiplin ilmu yang sudah sangat berkembang dewasa ini.
Bahkan kebanyakan penelitian hukum saat ini di Indonesia dilakukan dengan menggunakan
metode yang berkaitan dengan sosiologi hukum. Pada prinsipnya, sosiologi hukum (Sosiology
of Law) merupakan derivatif atau cabang dari ilmu sosiologi, bukan cabang dari ilmu hukum.
Memang, ada studi tentang hukum yang berkenaan dengan masyarakat yang merupakan
cabang dari ilmu hukum, tetapi tidak disebut sebagai sosiologi hukum, melainkan disebut
sebagai sociological jurispudence. Disamping itu, ada kekhawatiran dari ahli sosiologi
terhadap perkembangan sosiologi hukum mengingat sosiologi bertugas hanya untuk
mendeskrisipkan fakta-fakta. Sedangkan ilmu hukum berbicara tentang nilai-nilai dimana
nilai-nilai ini memang ingin dihindari oleh ilmu sosiologi sejak semula. Kekhawatiran tersebut
adalah berkenaan dengan kemungkinan dijerumuskannya ilmu sosiologi oleh sosiologi hukum
untuk membahas nilai-nilai. Sebagaimana diketahui, bahwa pembahasan tentang nilai-nilai
sama sekali bukan urusan ilmu sosiologi. Meskipun begitu, terdapat juga aliran dalam sosiologi
hukum, seperti aliran Berkeley, yang menyatakan bahwa mau tiak mau, suka tidak suka,
sosiologi hukum meruapakan juga derifatif dari ilmu hukum sehingga harus juga menelaah
masalah-masalah normatif yang sarat dengan nilai-nilai. Fungsi hukum dalam masyarakat
sangat beraneka ragam, bergantung dari berbagai faktor dan keadaan masyarakat.Disamping
itu.fungsi hukum dalam masyarakat yang belum maju juga akan berbeda dengan yang terdapat
dalam masyarakat maju. Dalam setiap masyarakat, hukum lebih berfungsi untuk menjamin
keamanan dalam masyarakat dan jaminan pencapaian struktur sosial yang diharapkan oleh
masyarakat. Namun dalam masyarakat yang sudah maju, hukum menjadi lebih umum, abstrak
dan lebih berjarak dengan konteksnya.

2. Rumusan Masalah

Dari uraian diatas dapat dirumuskan beberapa masalah :


1. Apakah definisi Sosiologi Hukum secara umum dan menurut para ahli?
2. Bagaimana latar belakang terbentuknya Sosiologi Hukum?
3. Apa sajakah ruang lingkup Sosiologi Hukum?
4. Bagaimana karakteristik Sosiologi Hukum dalam masyarakat?

3
3. Tujuan Penulisan Makalah

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:

1. Mengetahui Sosiologi Hukum secara umum dan menurut ahli


2. Mengetahui latar belakang terbentuknya Sosiologi Hukum.
3. Mengetahui ruang lingkup Sosiologi Hukum
4. Mengetahui karakteristik Sosiologi Hukum dalam masyarakat

4
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Sosiologi Hukum

Dari sudut sejarah sosiologi hukum untuk pertama kalinya diperkenalkan oleh seorang Itali
yang bernama Anzilotti, pada tahun 1882. Sosiologi hukum pada hakekatnya lahir dari hasil-
hasil pemikiran para ahli baik di bidang filsafat hukum, ilmu hukum maupun sosiologi.
Sosiologi hukum saat ini sedang berkembang pesat. Ilmu ini diarahkan untuk menjelaskan
hukum positif yang berlaku, dimana isi dan bentuknya berubah-ubah menurut waktu dan
tempat, dengan bantuan faktor kemasyarakatan. Adapun pengertian dari sosiologi hukum itu
sendiri antara lain:

a. Soerjono Soekanto

Sosiologi Hukum adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang secara analitis dan empiris
menganalisa atau mempelajari hubungan timbal balik antara hukum dengan gejala-gejala
lainnya.

b. Satjipto Raharjo

Sosiologi Hukum (sosiologi of law) adalah pengetahuan hukum terhadap pola perilaku
masyarakat dalam konteks sosial.

c. R. Otje Salman

Sosiologi Hukum adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara hukum dan
gejala-gejala sosial lainnya secara empiris analitis.

d. H.L.A. Hart

H.L.A. Hart tidak mengemukakan definisi tentang sosiologi hukum. Namun, definisi yang
dikemukakannya mempunyai aspek sosiologi hukum. Hart mengungkapkan bahwa suatu
konsep tentang hukum mengandung unsur-unsur kekuasaan yang terpusatkan kepada
kewajiban tertentu di dalam gejala hukum yang tampak dari kehidupan bermasyarakat.
Menurut Hart, inti dari suatu sistem hukum terletak pada kesatuan antara aturan utama (primary
rules) dan aturan tambahan (secondary rules). Aturan utama merupakan ketentuan informal

5
tentang kewajiban-kewajiban warga masyarakat yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
pergaulan hidup sedangkan aturan tambahan terdiri atas :

i. Rules of recognition, yaitu aturan yang menjelaskan aturan utama yang diperlukan
berdasarkan hierarki urutannya;

ii. Rules of change, yaitu aturan yang men-sahkan adanya aturan utama yang baru;

iii. Rules of adjudication, yaitu aturan yang memberikan hak-hak kepada orang perorangan
untuk menentukan sanksi hukum dari suatu peristiwa tertentu apabila suatu aturan utama
dilanggar oleh warga masyarakat.

e. Piritim Sorokin

Sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari :

i. Hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala-gejala sosial (misalnya
antara gejala ekonomi dengan agama; keluarga dengan moral; hukum dengan ekonomi, gerak
masyarakat dengan politik, dsb)

ii. Hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan gejala-gejala non-sosial
(misalnya gejala geografis, biologis, dsb)

iii. Ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala sosial.

2. Latar Belakang Sosiologi Hukum

Dalam beberapa literatur hukum dan sosiologi sebagai sebuah disiplin intelektual dan bentuk
praktik professional memiliki kesamaan ruang lingkup. Namun, sama sekali berbeda dalam
tujuan dan metodenya. Hukum sebagai sebuah disiplin ilmu memfokuskan pada studi ilmiah
terhadap fenomena sosial. Perhatian utamanya adalah masalah preskiptif dan teknis.
Sedangkan sosiologi memfokuskan pada studi ilmiah terhadap fenomena sosial. Meskipun
demikian, kedua disiplin ini memfokuskan pada seluruh cakupan bentuk-bentuk signifikan dari
hubungan-hubungan sosial. Dan dalam praktiknya kriteria yang menentukan hubungan mana
yang signifikan seringkali sama, yang berasal dari asumsi-asumsi budaya atau konsepsi-
konsepsi relevansi kebijakan yang sama.

Sosiologi hukum, mempunyai objek kajian fenomena hukum, bahwa Roscue Pound
menunjukan studi sosiologi hukum sebagai studi yang didasarkan pada konsep hukum sebagai

6
alat pengendalian sosial. Sementara Llyod, memandang sosiologi hukum sebagai suatu ilmu
deskriptif, yang memanfaatkan teknis-teknis empiris. Hal ini berkaitan dengan perangkat
hukum dengan tugas-tugasnya. Ia memandang hukum sebagai suatu produk sistem sosial dan
alat untuk mengendalikan serat mengubah sistem itu.

Kita dapat membedakan sosiologi hukum dengan ilmu normatif, yaitu terletak pada
kegiatannya. Ilmu hukum normatif lebih mengarahkan kepada kajian law in books, sementara
sosiologi hukum lebih mengkaji kepada law in action. Sosiologi hukum lebih menggunakan
pendekatan empiris yang bersifat deskriptif, sementara ilmu hukum normatif lebih bersifat
preskriptif. Dalam jurisprudentie model, kajian hukum lebih memfokuskan kepada produk
kebijakan atau produk aturan, sedangkan dalam sociological model lebih mengarah kepada
struktur sosial. Sosiologi hukum merupakan cabang khusus sosiologi, yang menggunakan
metode kajian yang lazim dikembangkan dalam ilmu-ilmu sosiologi. Sementara yang menjadi
objek sosiologi hukum adalah :

a. Sosiologi hukum mengkaji hukum dalam wujudnya atau Government Social Control. Dalam
hal ini, sosiologi mengkaji seperangkat kaidah khusus yang berlaku serta dibutuhkan, guna
menegakkan ketertiban dalam kehidupan bermasyarakat.

b.Sosiologi hukum mengkaji suatu proses yang berusaha membentuk warga masyarakat
sebagai mahluk sosial. Sosiologi hukum menyadari eksistensinya sebagai kaidah sosial yang
ada dalam masyarakat.

A. Sosiologi Hukum Sebagai Ilmu

Pada lahirnya sosiologi hukum dipengaruhi oleh 3 (tiga) disiplin ilmu, yaitu filsafat hukum,
ilmu hukum dan sosiologi yang berorientasi dibidang hukum.

a. Filsafat hukum

Konsep yang dilahirkan oleh aliran positivisme (Hans Kelsen) yaitu “stufenbau des recht” atau
hukum bersifat hirarkis artinya hukum itu tidak boleh bertentangan dengan ketentuan yang
lebih atas derajatnya. Dimana urutannya yaitu :

1. Grundnorm (dasar social daripada hukum)

2. Konstitusi

3. Undang-undang dan kebiasaan

7
4. Putusan badan pengadilan

Dalam filsafat hukum terdapat beberapa aliran yang mendorong tumbuh dan berkembangnya
sosilogi hukum, diantaranya:

1.Mazhab sejarah

Tokohnya Carl Von Savigny, menurut beliau hukum itu tidak dibuat, akan tetapi tumbuh dan
berkembang bersama-sama dengan masyarakat. Hal tersebut merupakan perwujudan dari
kesadaran hukum masyarakat, perkembangan hukum sejalan dengan perkembangan
masyarakat sederhana ke masyarakat modern.\

2. Mazhab utility

Tokohnya Jeremy Bentham (hukum itu harus bermanfaat bagi masyarakat guna mencapai
hidup bahagia). Dimana manusia bertindak untuk memperbanyak kebahagiaan dan mengurangi
penderitaan dan pembentuk hukum harus membentuk hukum yang adil bagi segenap warga-
warga masyarakat secara individual). Rudolph von Ihering (social utilitarianism yaitu hukum
merupakan suatu alat bagi masyarakat untuk mencapai tujuan)

3. Aliran sociological jurisprudence

Tokohnya Eugen Ehrlich (hukum yang dibuat harus sesuai dengan hukum yang hidup di dalam
masyarakat atau living law).

4. Aliran pragmatical legal realism

Tokohnya Roscoe Pound (law as a tool of social engineering), Karl Llewellyn, Jerome Frank,
Justice Oliver (hakim-hakim tidak hanya menemukan huhum akan tetapi bahkan membentuk
hukum)

B.Ilmu hukum

Yang mendukung ilmu soiologi hukum adalah ilmu hukum yang menganggap bahwa hukum
itu adalah gejala sosial.

C. Sosiologi yang berorientasi dibidang hukum

8
Menurut Emile Durkhain mengungkapkan bahwa dalam masyarakat selalu ada solideritas
social yang meliputi :

a.Solideritas social mekanis yaitu terdapat dalam masyarakat sederhana dimana kaidah
hukumnya bersifat represif (yang diasosiasikan dalam hukum pidana);

b.Solideritas social organis yaitu terdapat dalam masyarakat modern dimana kaidah hukumnya
bersifat restitutif (yang diasosiasikan dalam hukum perdata).

Max Weber dengan teori ideal type, mengungkapkan bahwa hukum meliputi :

a. Irasionil materil (pembentuk undang-undang mendasarkan keputusan-keputusannya semata-


mata pada nilai-nilai emosional tanpa menunjuk pada suatu kaidahpun)

b. Irasionil formal (pembentuk undang-undang dan hakim berpedoman pada kaidah-kaidah


diluar akan, oleh karena didasarkan pada wahyu atau ramalan)

c. Rasional materil (keputusan-keputusan para pembentuk undang-undnag dan hakim


menunjuk pada suatu kitab suci, kebijaksanaan-kebijaksanaan penguasa atau ideologi)

d. Rasional formal (hukum dibentuk semata-mata atas dasar konsep-konsep abstrak dari ilmu
hukum)

Filsafat hukum dan ilmu hukum adalah dua hal besar yang mempengaruhi sosiologi hukum.
Akan tetapi, hukum alamlah yang merupakan basis intelektual dari sosiologi hukum. Seorang
tokoh yang terkemuka dari mazhab sejarah yaitu Carl Von Savigny (1779-1861) berpendapat
bahwa hukum merupakan perwujudan dari kesadaran hukum masyarakat (Volgeist). Ia
berpendapat bahwa semua hukum berasal dari adat istiadat dan kepercayaan, bukan dari
pembentuk undang-undang. Ia menantang kodifikasi hukum Jerman. Keputusan-keputusan
badan legislatif, menurutnya membahayakan masyarakat karena tidak sesuai dengan dengan
kesadaran hukum masyarakat.

Di abad ke-18 analisis rasional terhadap hukum tampil dengan sangat kuat, demikian pula
dengan pengikatan kepada asas-asas dalam hukum. gabungan antara keduanya melahirkan cara
berfikir dedukatif yang mengabaikan kenyataan sejarah dengan kekhususan yang ada pada
bangsa-bangsa. Analisis hukum yang sedemikian itu mengabaikan lingkungan sosial
hukum. Beberapa prinsip yang mencerminkan keterkaitan antara hukum dan basis sosialnya
adalah sebagai berikut :

9
a.Hukum itu tidak dibuat, melainkan ditemukan. Pertumbuhan hukum itu pada hakikatnya
merupakan proses yang tidak disadari dan organik. Hukum tidak dapat dilihat sebagai suatu
institusi yang berdiri sendiri, melainkan semata-mata suatu proses dan perilaku masyarakat
sendiri. Hanya kitalah yang melihat hukum itu sebagai suatu institusi yang terpisah dengan
semua atribut dan konsep otonominya. Apa yang sekarang disebut sebagai hukum adalah
putusan arbiter yang dibuat oleh badan legislatif.

b.Hukum itu tumbuh dari hubungan-hubungan hukum yang sederhana pada masyarakat
primitif sampai menjadi hukum yang besar dan kompleks dalam peradaban modern. Kendati
demikian, perundang-undangan dan para ahli hukum hanya merumuskan hukum secara tekhnis
dan tetap merupakan alat dari kesadaran masyarakat (poular consciousness).

c. Hukum tidak mempunyai keberlakuan dan penerapan yang universal. Setiap bangsa
memiliki habitat hukumnya, seperti mereka memiliki bahasa adatnya. Volksgeist (jiwa dari
rakyat) itu akan tampil sendiri dalam hukum suatu bangsa.

Aliran sejarah memiliki kelemahan yang terletak pada konsepnya mengenai kesadaran hukum
yang sangat abstrak. Pengkajian yang menolak untuk melihat hukum berdasarkan peraturan,
tetapi lebih melihatnya berdasarkan masyarakat sebagaimana dianut oleh aliran sajarah, tetap
tenggelam dibawah arus normatif-positivistis yang kuat diabad ke-19. Lain halnya dengan
fisafat hukum yang memiliki fahamnya sendiri bagi kelahiran sosiologi hukum. Pemikiran
filsafat selalu berusaha untuk menembus hal-hal yang dekat dan secara terus-menerus mencari
jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang tuntas (ultimate). Oleh karena itu, filsafat
hukum jauh mendahului sosiologi hukum apabila ia mempertanyakan keabsahan dari hukum
positif. Pikiran-pikiran filsafat menjadi pembuka jalan bagi kelahiran sosiologi hukum, oleh
karena scara tuntas dan kritis, seperti lazimnya watak filsafat, menggugat sistem hukum
perundang-undangan. Pikiran filsafat tersebut juga dapat dimulai dari titik yang jauh yang tidak
secara langsung menggugat hukum positif. Seperti yang dilakukan oleh Gutav
Radbruch dengan tesis “tiga nilai dasar hukum” yaitu keadilan, kegunaan dan kepastian hukum.

Pengaruh yang khas dari filsafat hukum terlihat jelas pada kegiatan untuk menetralkan atau
merelatifkan dogmatika hukum, tekanannya lebih diletakan bereaksinya atau berprosesnya
hukum (law in action). Roscou Pound berpendapat bahwa hukum merupakan suatu proses yang
mendapatkan bentuknya dalam pembentukan peraturan perundang-undangan dan keputusan
hakim atau pengadilan. Ia mengedepankan idenya tentang hukum sebagai sarana untuk

10
mengarahkan dan membina masyarakat. Untuk memenuhi fungsinya tersebut, sorotan yang
terlalu besar pada aspek statis dari hukum yang harus ditinggalkan. selain Pound, Cardozo
berpendapat, bahwa hukum bukanlah penerapan murni dari peraturan perundang-undangan.
Pad hukum berpengaruh pula kepentingan-kepentingan sosial yang hidup dalam masyarakat.
Secara filosofis, fungsi dari sosiologi hukum adalah menguji apakah benar peraturan
perundang-undangan yang dibuat dan berfungsi dalam masyarakat.

3. Ruang Lingkup Sosiologi Hukum

Seperti yang dikatakan oleh Soerjono Soekanto, untuk mengetahui hukum yang berlaku,
sebaiknya seseorang menganalisis gejala-gejala hukum dalam masyarakat secara langsung.
Meneliti proses-proses peradilan, konsepsi-konsepsi hukum yang berlaku dalam masyarakat
(semisal tentang keadilan), efektivitas hukum sebagai sarana pengendalian sosial, serta
hubungan antara hukum dan perubahan-perubahan sosial. Perkembangan masyarakat yang
susunannya sudah semakin kompleks serta pembidangan kehidupan yang semakin maju dan
berkembang menghendaki pengaturan hukum juga harus mengikuti perkembangan yang
demikian itu.

Sosiologi hukum berkembang atas suatu anggapan dasar bahwa proses hukum berlangsung di
dalam suatu jaringan atau sistem sosial yang dinamakan masyarakat. O.W. Holmes, seorang
hakim di Amerika Serikat, mengatakan bahwa kehidupan hukum tidak berdasarkan logika,
melainkan pengalaman.

Ruang lingkup sosiologi hukum juga dibagi menjadi 2 hal, yaitu:

a. Dasar-dasar sosial dari hukum atau basis sosial dari hukum. Sebagai contoh dapat disebut
misalnya: Hukum nasional di Indonesia dasar sosialnya adalah pancasila dengan ciri-ciri:
gotong royong, musyawarah, dan kekeluargaan.

b. Efek-efek hukum terhadap gejala-gejala sosial lainnya. Sebagai contoh dapat disebut
misalnya:

i. Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan terhadap gejala kehidupan rumah
tangga.

ii. Undang-undang No 22 Tahun 1997 dan undang-undang No. 23 Tahun 1999 tentang
Narkotika dan Narkoba terhadap gejala konsumsi obat-obat terlarang dan semacamnya.

11
iii. Undang-Undang No 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta terhadap gejala budaya.

iv. Undang-undang mengenai pemilihan presiden secara langsung mempengaruhi gejala


politik.

v. Dan sebagainya.

Adapun ruang lingkup sosiologi hukum secara umum, yaitu hubungan antara hukum dengan
gejala-gejala sosial sehingga membentuk kedalam suatu lembaga sosial ( social institution)
yang merupakan himpunan nilai-nilai, kaidah-kaidah dan pola-pola perikelakuan yang berkisar
pada kebutuhan-kebutuhan pokok manusia yang hidup dimasyarakat dan atau dalam lingkup
proses hukumnya ( law in action) bukanlah terletak pada peristiwa hukumnya ( law in the
books).

Sedangkan menurut Purbacaraka dalam bukunya Sosiologi Hukum Negara, bahwa ruang
lingkup sosiologi hukum adalah “Hubungan timbal balik atau pengaruh timbal balik antara
hukum dengan gejala-gejala sosial lainnya (yang dilakukan secara analitis dan empiris)”. Yang
diartikan sebagai hukum dalam ruang lingkup tersebut adalah suatu kompkles daripada sikap
tindak manusia yang mana bertujuan untuk mencapai kedamaian dalam pergaulan hidup.
Namun Menurut Soerjono Soekanto, ruang lingkup sosiologi hukum meliputi:

a. Sampai sejauh manakah hukum yang terbentuk dari pola-pola perikelakuan atau apakah
hokum yang terbentuk dari pola-pola perikelakuan tersebut.

b. Hukum dan pola-pola perilaku sebagai ciptaan dan wujud dari kelompok-kelompok sosial.

c. Hubungan timbal-balik antara perubahan-perubahan dalam hukum dan perubahan-


perubahan sosial dan budaya.

Dengan berpedoman pada persoalan-persoalan yang disoroti sosiologi hukum, maka dapat
dikatakan bahwa sosiologi hukum merupakan suatu ilmu pengetahuan yang secara teoritis
analitis dan empiris menyoroti pengaruh gejala sosial lain terhadap hukum, dan
sebaliknya. Perihal perspektif daripada sosiologi hukum, maka secara umum ada dua pendapat
utama sebagai berikut (J van Houtte 1970:57).

a. Pendapat-pendapat yang menyatakan, bahwa kepada sosiologi hukum harus diberikan suatu
fungsi yang global. Artinya, sosiologi hokum harus menghasilkan suatu suntesa antara hukum
sebagai sarana organisasi sosial dan sebagai sarana dari keadilan. Didalam fungsinya itu, maka

12
hukum dapat memperoleh bantuan yang tidak kecil dari sosiologi hukum, di dalam
mengidentifikasikan konteks sosial dimana hukum tadi diharapkan berfungsi.

b. Pendapat-pendapat lain menyatakan, bahwa kegunaan sosiologi hukum adalah justru dalam
bidang pengkaedahan ( J van Houtte 1970:59)

Perihal proses pengkaedahan, maka sosiologi hukum dapat mengungkapkan data tentang
keajegan-keajegan mana didalam masyarakat yang menuju pada pembentukan hukum (baik
melalui keputusan penguasa maupun melalui ketetapan bersama dari para warga masyarakat).

Dari batasan ruang lingkup maupun perspektif sosiologi hukum sebagaimana dijelaskan diatas,
maka dapatlah dikatakan bahwa kegunaan sosiologi hukum didalam kenyataannya adalah
sebagai berikut:

a. Sosiologi hukum berguna untuk memberikan kemampuan-kemampuan bagi pemahaman


terhadap hukum didalam konteks sosial.

b. Penguasaan konsep-konsep sosiologi hukum dapat memberikan kemampuan-kemampuan


untuk mengadakan analisa terhadap efektivitas hukum dalam masyarakat, baik sebagai sarana
pengendalian sosial, sarana untuk merubah masyarakat dan sarana mengatur interaksi social,
agar mencapai keadaan-keadaan sosial tertentu.

c. Sosiologi hokum memberikan kemungkinan-kemungkinan serta kemampuan untuk


mengadakan evaluasi terhadap efektivitas hukum didalam masyarakat. (Soerjono Soekanto)

4. Karakteristik Sosiologi Hukum

Sosiologi Hukum adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang secara empiris dan
analitis mempelajari hubungan timbal-balik antara hukum sebagai gejala sosial, dengan
gejala gejala sosial lain. Studi yang demikian memiliki beberapa karakteristik, yaitu:

a. Sosiologi hukum bertujuan untuk memberikan penjelasaan terhadap praktek-praktek hukum.


Apabila praktek itu dibeda-bedakan kedalam pembuatan undang-undang, penerapan dan
pengadilan, maka ia juga mempelajari bagaimana praktek yang terjadi pada masing-masing
bidang kegiatan hukum tersebut. Sosiologi hukum berusaha untuk menjelaskan mengapa
praktek yang demikian itu terjadi, sebab-sebabnya, faktor apa saja yang mempengaruhi, latar
belakang dan sebagainya. Dengan demikian maka mempelajari hukum secara sosiologi adalah
menyelidiki tingkah laku orang dalam bidang hukum. Menurut Weber, tingkah laku ini

13
memiliki dua segi, yaitu “luar” dan “dalam”. Dengan demikian sosiologi hukum tidak hanya
menerima tingkah laku yang tampak dari luar saja, tetapi juga meperoleh penjelasan yang
bersifat internal, yaitu meliputi motif-motif tingkah laku seseorang. Apabila di sini di sebut
tingkah laku hukum maka sosiologi hukum tidak membedakan antara tingkah laku yang sesuai
denagn hukum atau yang menyimpang dari kaidah hukum, keduanya merupakan obyek
pengamatan dari ilmu ini.

b. Sosiologi hukum senantiasa menguji kesahihan empiris dari suatu peraturan atau pernyataan
hukum. Pertanyaan yang bersifat khas disini adalah “Bagaimanakah dalam kenyataannya
peraturan itu?”, “Apakah kenyataan sesuai dengan dengan yang tertera dalam peraturan?”.
Perbedaaan yang besar antara pendekatan tradisional yang normative dan pendekatan
sosiologis adalah bahwa yang pertama menerima saja apa yang tertera pada peratuan hokum.
Seang yang kedua senantiasa mengujinya dengan data (empiris).

c. Sosiologi hukum tidak melakukan penilaian terhadap hukum. Tingkah laku yang menaati
hukum dan yang menyimpang dari hukum sama-sama merupakan objek pengamatan yang
setaraf. Ia tidak menilai yang satu lebih dari yang lain. Perhatiannya yang utama hanyalah pada
memberikan penjelasan terhadap objek yang dipelajarinya. Pendekatan yang demikian itu
sering menimbulkan salah paham, seolah-olah sosiologi ingin membenarkan praktek-praktek
yang menyimpang atu melanggar hokum. Sekali lagi bahwa sosiologi hokum tidak
memberikan penilaian tapi mendekati hokum dari segi objektivitas semata dan bertujuan untuk
memberikan penjelasan terhadap fenomena hukum yang nyata.

Ketiga karakteristik studi hukum secara sosiologis tersebut diatas sekaligus juga merupakan
kunci bagi orang yang berminat untuk melakukan penyelidikan dalam bidang sosiologi hukum.
Dengan cara-cara menyelidiki hukum yang demikian itu orang langsung berada di tengah-
tengah studi sosiologi hukum. Apapun juga objek yang dipelajarinya, apabila ia menggunakan
pendekatan seperti disebutkan pada butir-butir di muka, maka ia sedang melakukan kegiatan
dibidang sosiologi hukum. Berikut ini dikemukakan berbagai objek yang menjadi sasaran studi
sosiologi hokum.

Sosiologi hokum juga mempelajari “pengorganisasian sosial hukum”. Objek yang menjadi
sasaran disini adalah badan-badan yang terlibat dalam kegiatan-kegiatan penyelenggaran
hokum. Sebagai contoh dapat disebut misalnya: “Pembuatan undang-undang pengadilan,
polisi, advokat, dan sebagainya. Pada waktu mengkaji pembuatan undang-undang, seperti usia
para anggotanya, pendidikannya, latar belakang sosialnya, dan sebagainya. Faktor-faktor

14
tersebut memperoleh perhatian, oleh karena pembuat undang-undang itu dilihat sebagai
manifestasi dari kelakuan manusia. Oleh karena itu, factor-faktor diatas dianggap penting untuk
dapat menjelaskan mengapa hasil kerja pembuat undang-undang itu adalah seperti adanya
sekarang. Dalam kajian Sosiologi hokum ada anggapan bahwa undang-undang itu tidak dapat
sepenuhnya netral, apalagi yang dibuat dalam masyarakat modern yang kompleks, dan menjadi
tugas sosiologi hokum untuk menelusuri dan menjelaskan duduk pesoalannya serta factor-
faktor apa yang menyebabkan keadaannya menjadi demikian itu.

Bila sosiologi hokum perundang-undangan atau pengkajian yuridis empiris akan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang berbeda dengan pegkajian yuridis normative. Karakteristik
pertanyaan sosiologi hokum seperti: “Apakah sebabnya orang taat keapda hukum? Seberapa
besarkah efektivitas dari peraturan-peraturan hukum tertentu? Faktor-faktor apakah yang
mempengaruhi efektivitas peraturan-peraturan hukum tertentu dipengadilan?” Sosiologi
hukum, misalnya tidak menerima begitu saja, bahwa hukum itu bertujuan untuk menyelesaikan
konflik. Pertanyaan kritis darinya adalah, ‘Apakah hukum itu sendiri tidak mungkin
menyimpan dan menimbulkan konflik?” Studi-studi sosiologi hukum pada suatu ketika dapat
menyikapi bahwa suatu peraturan yang bersifat semu, dibelakang hari malah dapat meledakan
suatu konflik baru.

15
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang kemasyarakatan, baik itu proses sosial,
interaksi sosial masyarakat, lembaga sosial masyarakat, perubahan gaya hidup, struktur sosial
masyarakat, mobilitas sosial, gender, perubahan sosial, perlawanan sosial, konflik, integrasi
sosial, keluarga dan sebagainya.

Hukum adalah keseluruhan norma yang oleh penguasa masyarakat yang berwenang
menetapkan hukum, dinyatakan atau dianggap sebagai peraturan yang mengikat bagi sebagian
atau seluruh anggota masyarakat tertentu, dengan tujuan untuk mengadakan suatu tata yang
dikehendaki oleh penguasa tersebut.

Sosiologi hukum merupakan cabang ilmu pengetahuan yang memahami, mempelajari,


menjelaskan secara analiti sempiris tentang persoalan hukum dihadapkan dengan fenomena-
fenomena lain dimasyarakat. Hubungan timbal balik antara hukum dengan gejala-gejala sosial
lainnya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam mempelajari sosiologi hukum. Jadi,
titik tekan Sosiologi hukum ini lebih mengarah kepada pola perilaku masyarakat dalam
memandang hukum yang terjadi disekitar mereka. Bagaimana suatu masyarakat mentaati
hukum, dan melanggar hukum, dan menjalani hukum tersebut. Sosiologi hukumpun sangat
dibutuhkan oleh masyarakat karena sosiologi hukum ini akan memberi penjelasan dari setiap
objek yang dipelajarinya,

2. Saran

Dalam penulisan makalah ini penulis yakin bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan,
sehingga mengharapkan kepada para pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang
membangun agar penulis mendapatkan membelajaran baru. Dan semoga makalah ini dapat
menjadi tempat mendapatkan ilmu pengetahuan baru.

16
Daftar Pustaka

Ali, Zainuddin. 2009. Sosiologi Hukum. Jakarta: Sinar Grafika.

Anwar, yesmil dan Adang, 2008. Pengantar Sosiologi Hukum. Jakarta: Gransindo.

Cotterrel, Roger, 2012. Sosiologi Hukum (The Sosiologi Of Law), Bandung: Nusa Media.

Johnson, Alvin S, 2004. Sosiologi Hukum, Jakarta: Rineka Cipta.

Rahardjo, Satjipto, 2006. Ilmu Hukum. Semarang: Citra Aditya Bakti.

Utsman, Sabian, 2009. Dasar-Dasar Sosiologi Hukum, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Warassih, Esmi, 2005. Pranata Hukum: Sebuah Telaah Sosiologis, Semarang: Suryandaru
Utama.

17

Anda mungkin juga menyukai