Anda di halaman 1dari 4

RESUME PERPAJAKAN

DEFINISI SENGEKETA, KEBERATAN DAN BANDING

DISUSUN OLEH :

CHERLITA ANJANI

C1C021057

R-009

DOSEN PENGAMPU : Susfayetti, SE. M.Si. AK. CA

UNIVERSITAS JAMBI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

2022/2023
Definisi Sengketa Pajak menurut Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak,
"Sengketa yang timbul dalam bidang perpajakan antara Wajib Pajak atau Penanggung Pajak dengan
pejabat yang berwenang sebagai akibat dikeluarkannya keputusan yang dapat diajukan Banding atau
Gugatan kepada Pengadilan Pajak. Sebagaimana yang disebutkan dalam Undang undang perpajakan,
sengketa pajak terdiri dari beberapa jenis yaitu sebagai berikut. Keberatan bisa diajukan kepada Dirjen
Pajak oleh wajib pajak atas suatu : Surat ketetapan pajak kurang bayar atau SKPKB. Surat ketetapan
pajak untuk kurang bayar tambahan atau SKPKBT.

Pengertian Keberatan

Dalam UU KUP Pasal 25, Pasal 26 dan Pasal 26A maupun PMK 9/2013 s.t.d.t.d PMK 202/2015 tidak
menjabarkan definisi keberatan secara eksplisit. Namun secara sederhana, keberatan adalah upaya yang
dapat ditempuh wajib pajak yang merasatidak/kurang puas atas suatu ketetapan pajak yang dikenakan
kepadanya atau atas gugatan oleh pihak ketiga. Dalam hal ini, Wajib Pajak dapat mengajukan. keberatan
kepada Dirjen Pajak melalui Kantor Pelayanan Pajak di mana Wajib Pajak yang bersangkutan terdaftar.

Dalam hal apa keberatan dapat diajukan?

Keberatan dapat diajukan atas :

 Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB);


 Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT);
 Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB);
 Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN);
 Pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga.

Wajib Pajak hanya dapat mengajukan keberatan terhadap materi atau isi dari surat ketetapan pajak,
yang meliputi jumlah rugi berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, jumlah
besarnya pajak, atau terhadap materi atau isi dari pemotongan atau pemungutan pajak. Sebagian besar
Wajib Pajak melakukan proses keberatan karena Surat Ketetapan Pajak (SKP) yang dianggap tidak adil.
Dan surat ketetapan pajak itu biasanya diterbitkan sebagai produk dari pemeriksaan pajak. Keberatan
umumnya didahului dengan proses pemeriksaan.

Syarat Pengajuan Keberatan :

 Satu Keberatan harus diajukan untuk satu jenis dan satu tahun/masa pajak;
 Diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia;
 Wajib menyatakan alasan-alasan secara jelas;
 Wajib menyebutkan jumlah pajak yang terutang menurut penghitungan Wajib Pajak.
 1 (satu) keberatan diajukan hanya untuk 1 (satu) surat ketetapan pajak, untuk 1 (satu)
pemotongan pajak, atau untuk 1 (satu) pemungutan pajak;
 Wajib Pajak telah melunasi pajak yang masih harus dibayar paling sedikit sejumlah yang telah
disetujui Wajib Pajak dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan atau pembahasan akhir hasil
verifikasi, sebelum Surat Keberatan disampaikan;

Siapa saja yang dapat mengajukan keberatan?

 Bagi Wajib Pajak Badan oleh Pengurus;


 Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi oleh Wajib Pajak yang bersangkutan;
 Pihak yang dipotong/dipungut pihak ketiga;
 Kuasa yang ditunjuk oleh mereka pada butir diatas.
 Jangka waktu pengajuan keberatan:

Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu 3 bulan sejak tanggal SKP atau sejak tanggal dilakukan
pemotongan/ pemungutan, kecuali Wajib Pajak dapat menunjukkan jangka waktu tersebut tidak dapat
dipenuhi karena di luar kekuasaannya Surat keberatan yang diantar langsung ke Kantor Pelayanan Pajak,
maka jangka waktu 3 bulan dihitung sejak tanggal SKP atau sejak dilakukan pemotongan/pemungutan
oleh pihak ketiga sampai saat keberatan diterima oleh Kantor Pelayanan Pajak.

Surat keberatan yang dikirim melalui pos (harus dengan pos tercatat), maka jangka waktu 3 bulan
dihitung sejak tanggal SKP atau sejak dilakukan pemotongan/pemungutan oleh pihak ketiga sampai
dengan tanggal bukti pengiriman melalui Kantor Pos dan Giro. Jika lewat tiga bulan, surat keberatan
tidak dianggap karena tidak memenuhi syarat formal. Tetapi juga membolehkan jangka waktu lebih dari
tiga bulan jika “dalam keadaan diluar kekuasaannya.” Inilah klausul yang sering dimanfaatkan oleh Wajib
Pajak. Pengajuan Keberatan tidak menunda kewajiban membayar pajak dan pelaksanaan penagihan
pajak.

Pengertian Banding

Banding adalah upaya hukum yang dapat dilakukan oleh Wajib Pajak atau penanggung Pajak terhadap
suatu keputusan yang dapat diajukan Banding, berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan
yang berlaku. Putusan Banding adalah putusan badan peradilan pajak atas banding terhadap Surat
Keputusan Keberatan yang diajukan oleh Wajib Pajak.

Syarat Pengajuan Banding:


 Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan banding hanya kepada badan peradilan pajak atas
Surat Keputusan Keberatan.
 Permohonan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan alasan yang jelas paling
lama 3 (tiga) bulan sejak Surat Keputusan Keberatan diterima dan dilampiri dengan salinan Surat
Keputusan Keberatan tersebut.
 Terhadap 1 (satu) Keputusan diajukan 1 (satu) Surat Banding.

Yang dapat mengajukan banding ke Pengadilan Pajak:

 Bagi Wajib Pajak Badan oleh Pengurus;


 Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi adalah yang bersangkutan atau ahli warisnya;
 Kuasa Hukum dari butir diatas.

Pencabutan Banding

Terhadap Banding dapat diajukan surat pernyataan pencabutan kepada Pengadilan Pajak.

Banding yang dicabut dihapus dari daftar sengketa dengan:

 penetapan Ketua dalam hal surat pernyataan pencabutan diajukan sebelum sidang dilaksanakan;
 putusan Majelis/Hakim Tunggal melalui pemeriksaan dalam hal surat pernyataan pencabutan
diajukan dalam sidang atas persetujuan terbanding.
 Banding yang telah dicabut melalui penetapan atau putusan, tidak dapat diajukan kembali.

Anda mungkin juga menyukai