Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH

FISIOLOGI HEWAN
SISTEM ENDOKRIN/HORMON

Dosen Pengampu:
Elga Araina, S.Si, M.Pd.

Disusun Oleh:
Kelompok 3
Indah Noniika (193020209036)
Dicky Satriya Pratama (193020209037)
Netan Patu Nyaho (193020209038)
Fadtrisia Elok (193030209049)
Celine Patricia Tiono (193030209057)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena telah memberikan
kesempatan kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan berkat-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Sistem Endokrin/Hormon
dengan tepat waktu. Makalah Sistem Endokrin/Hormon disusun untuk memenuhi
tugas dari ibu dosen Elga Araina, S.Si, M.Pd. pada mata kuliah Fisiologi Hewan di
Universitas Palangka Raya.

Selain itu, kami juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi
pembaca tentang sistem endokrin/hormon.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan,
untuk kritik dan saran sangat kami harapkan dari berbagai pihak untuk memperbaiki
makalah ini di kemudian hari.

Palangka Raya, 14 April 2022

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................................ii

DAFTAR ISI.................................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................1

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Rumusan Masalah 1

1.3. Tujuan Penulisan 1

1.4. Tujuan Penulisan 2

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................................

2.1.

2.2.

2.3.

2.4.

2.5.

2.6.

2.7.

2.8.

2.9.

2.10.

BAB III PENUTUP..........................................................................................................................

3.1. Kesimpulan

3.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sistem endokrin dapat dijumpai pada semua golongan hewan, baik vertebrata
maupun invertebrata. Sistem endokrin (hormon) dari sistem saraf secara bersama
lebih dikenal sebagai super sistem neuroendokrin yang bekerja sama secara
kooperatif untuk menyelenggarakan fungsi kendali dan koordinasi pada tubuh hewan.
Pada umumnya, sistem endokrin bekerja untuk mengendalikan berbagai fungsi
fisiologi tubuh, antara lain aktivitas metabolisme, pertumbuhan, reproduksi, regulasi
osmotik, dan regulasi ionik.
Kelenjar tanpa saluran atau kelenjar buntu digolongkan bersama dibawah nama
organ endokrin, sebab sekresi yang dibuat tidak meninggalkan kelenjar melalui satu
saluran, tetapi langsung masuk ke dalam darahyang beredar di dalam kelenjar. Kata
“endokrin” berasal dari bahasa Yunani yang berarti “sekresi ke dalam”; zat aktif
utama dari sekresi internal ini disebut hormon, dari kataYunani yang berarti
“merangsang”. Beberapa dari organ endokrin menghasilkan satu hormon tunggal,
sedangkan yang lain lagi dua atau beberapa jenis hormon: misalnya kelenjar hipofisis
menghasilkan beberapa jenis hormon yang mengendalikan kegiatan banyak organ
lain, karena itulah maka kelenjar hipofisis dilukiskan sebagai ”kelenjar pemimpin
tubuh”.
Oleh karena itu, untuk mengetahui lebih lanjut mengenai fisiologi sistem
endokrin pada berbaga jenis hewa vertebrata dan invertebrata maka dibuatlah
makalah ini.

1.2. Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
a. Apa itu sistem endokrin?
b. Apa fungsi sistem endokrin secara umum?
c. Apa itu hormon?
d. Bagaimana klasifikasi, fungsi dan sifat hormon?
e. Bagaimana struktur dasar kimiawi hormon?
f. Bagaimanakah mekanisme aksi hormon berlangsung?
g. Bagaimanakah sistem endokrin pada vertebrata?
h. Bagaimanakah sistem endokrin pada invertebrata?

1.3. Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
a. Untuk mengetahui apa itu sistem endokrin
b. Untuk mengetahui fungsi sistem endokrin secara umum
c. Untuk mengetahui apa itu hormon
d. Untuk mengetahui klasifikasi, fungsi dan sifat hormon
e. Untuk mengetahui struktur dasar kimiawi hormon
f. Untuk mengetahui mekanisme aksi hormon berlangsung
g. Untuk mengetahui sistem endokrin pada vertebrata
h. Untuk mengetahui sistem endokrin pada invertebrata

1.4. Manfaat Penulisan


Penulisan makalah yang dilakukan ini diharapkan dapat memberikan manfaat
adalah sebagai berikut.
a. Untuk mengembangkan wawasan ilmu dan mendukung teori-teori yang sudah ada
yang berkaitan dengan bidang kependidikan.
b. Menambah khasanah bahan pustaka baik di tingkat program, fakultas maupun
universitas.
c. Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan siswa tentang perlunya motivasi
belajar yang menunjang usaha demi tercapainya tujuan belajar dan cita-cita yang
mencapai prestasi belajar yang tinggi.
d. Untuk melatih dan mengembangkan kemampuan dan keterampilan yang dimiliki
penulis dalam menulis karya-karya ilmiah yang berhubungan dengan program
studi yang ditekuni.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Sistem Endokrin


Sistem endokrin terdiri dari sekelompok organ (kadang disebut sebagai kelenjar
sekresi internal), yang fungsi utamanya adalah menghasilkan dan melepaskan
hormon-hormon secara langsung ke dalam aliran darah. Hormon berperan sebagai
pembawa pesan untuk mengkoordinasikan kegiatan berbagai organ tubuh (Anonim,
2013).
Sistem Endokrin disebut juga kelenjar buntu, yaitu kelenjar yang tidak
mempunyai saluran khusus untuk mengeluarkan sekretnya. Sekret dari kelenjar
endokrin dinamakan hormon. Hormon berperan penting untuk mengatur berbagai
aktivitas dalam tubuh hewan, antara lain aktivitas pertumbuhan, reproduksi,
osmoregulasi, pencernaan, dan integrasi serta koordinasi tubuh (Ulfhitha, 2012).
Sistem endokrin hampir selalu bekerja sama dengan sistem saraf, namun cara
kerjanya dalam mengendalikan aktivitas tubuh berbeda dari sistem saraf. Ada dua
perbedaaan cara kerja antara kedua sistem tersebut. Kedua perbedaan tersebut adalah
sebagai berikut (Ulfhitha, 2012):
a. Dibandingkan dengan sistem saraf, sistem endokrin lebih banyak bekerja melalui
transmisi kimia.
b. Sistem endokrin memperhatikan waktu respons lebih lambat daripada sistem
saraf. Pada sistem saraf, potensial aksi akan bekerja sempurna hanya dalam waktu
1-5 milidetik, tetapi kerja endokrin melalui hormon baru akan sempurna dalam
waktu yang sangat bervariasi, berkisar antara beberapa menit hingga beberapa
jam. Hormon adrenalin bekerja hanya dalam waktu singkat, namun hormon
pertumbuhan bekerja dalam waktu yang sangat lama. Di bawah kendali sistem
endokrin (menggunakan hormon pertumbuhan), proses pertumbuhan memerlukan
waktu hingga puluhan tahun untuk mencapai tingkat pertumbuhan yang
sempurna.
c. Dasar dari sistem endokrin adalah hormon dan kelenjar (glandula), sebagai
senyawa kimia perantara, hormon akan memberikan informasi dan instruksi dari
sel satu ke sel lainnya. Banyak hormon yang berbeda-beda masuk ke aliran darah,
tetapi masing-masing tipe hormon tersebut bekerja dan memberikan pengaruhnya
hanya untuk sel tertentu (Ulfhitha, 2012).

Sel-sel penyusun organ endokrin dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai
berikut (Ulfhitha, 2012):
a. Sel Neusekretori, adalah sel yang berbentuk seperti sel saraf, tetapi berfungsi
sebagai penghasil hormon. Contoh sel neusekretori ialah sel saraf pada
hipotalamus. Sel tersebut memperhatikan fungsi endokrin sehingga dapat juga
disebut sebagai sel neuroendokrin. Sesungguhnya, semua sel yang dapat
menghasilkan sekret disebut sebagai sel sekretori. Oleh karena itu, sel saraf
seperti yang terdapat pada hipotalamus disebut sel neusekretori.
b. Sel endokrin sejati, disebut juag sel endokrin kelasik yaitu sel endokrin yang
benar-benar berfungsi sebagai penghasil hormon, tidak memiliki bentuk seperti
sel saraf. Kelenjat endokrin sejati melepaskan hormon yang dihasilkannya secara
langsung ke dalam darah (cairan tubuh). Kelenjar endokrin sejati dapat ditemukan
pada hewan yang memepunyai sistem sirkulasi, baik vertebrata maupun
invertebrata. Hewan invertebrata yang sering menjadi objek studi sistem endokrin
yaitu Insekta, Crustaceae, Cephalopoda, dan Moluska. Kelenjar endokrin dapat
berupa sel tunggal atau berupa organ multisel.
Sistem hormon (endokrin) dan saraf  dahulu dianggap sebagai pengatur fisiologi
yang terpisah. Tetapi pandangan tersebut berubah setelah ditemukannya neuron-
neuron termodifikasi yang dapat mensekresi hormon. Beberapa di antara neuron-
neuron tersebut menunjukkan mekanisme pengaturan terhadap kelenjar-kelenjar
khusus yang menghasilkan hormon. Sekresi neuron-neuron termodifikasi tersebut
dipengaruhi neuron-neuron “biasa”, dan banyak kelenjar penghasil hormon (kelenjar
endokrin) yang secara langsung diinervasi oleh neuron yang mempengaruhi aktivitas
sekretorinya.
Sistem endokrin Vertebrata melibatkan kelenjar endokrin yang mensintesis dan
melepaskan duta kimia khas ke dalam darah (“the blood spesific chemical
messenger”) yang disebut hormon. Hormon diangkut melalui darah ke jaringan
sasaran khas tempat hormon menyebabkan perubahan aktivitas sel penyusun jaringan
tersebut. Karena suatu hormon hanya mempengaruhi sasaran tertentu, maka sasaran
harus dapat menerima sinyal tersebut, berarti sasaran harus mempunyai reseptor khas
agar dapat merespon sinyal. Organ lain yang bukan sasaran dan dipapar oleh hormon
yang sama dengan kadar yang sama harus tidak mampu merespon, dalam arti harus
tidak mempunyai reseptor yang mampu merespon keberadaan hormon.

2.2. Fungsi Sistem Endokrin secara Umum


Membedakan sistem saraf dan sistem reproduktif pada janin yang sedang
berkembang, menstimulasi urutan perkembangan, mengkoordinasi sistem reproduktif,
memelihara lingkungan internal optimal.
Empat tujuan/kegunaan paling penting dari Sistem Endokrin, yaitu :
a. Homeostasis (temperatur/thermoregulation, metabolisme, nutrisi, keseimbangan
asam basa)
b. Combating stress (infeksi, trauma, shock)
c. Growth & development (mengembangkan jumlah sel/hyperplasia, dan
mengembangkan ukuran sel/hypertrophy).
d. Reproduction (mensekresikan hormon sex pada laki-laki dan perempuan/
mengembangkan karakteristik organ sex primer dan sekunder ).
Berikut adalah aktivitas tubuh yang dikendalikan oleh hormon dan jenis hormon
yang mengendalikan:
a. Pencernaan dan fungsi metabolik yang terkait.
 Sekretin, gasterin, insulin, glukagon, noradrenalin, tiroksin, dan hormon dari
kortes adrenal.
b. Osmoregulasi, pengeluaran, dan metabolisme air serta garam.
 Prolaktin, vasopresin, dan aldosteron.
c. Metabolisme kalsium.
 Hormon pada teroid, dan kalsitonin.
d. Pertumbuhan dan perubahan morfologis.
 Hormon pertumbuhan, androgen dari korteks adrenal.
 Tiroksin (untuk metamorfosis amfibi).
 MSH (perubahan warna amfibi).
e. Organ dan proses reproduksi.
 FSH, LH, estrogen, progesteron, prolaktin, dan testosteron.

2.3. Kelenjar Endokrin


a. Kelenjar Pituitari
Kelenjar pituitari ini dikenal sebagai master of glands (raja dari semua kelenjar)
karena pituitari itu dapat mengkontrol kelenjar endokrin lainnya. Sekresi hormon dari
kelenjar pituitari ini dipengaruhi oleh faktor emosi dan perubahan iklim. Pituitari
dibagi 2 bagian, yaitu anterior dan posterior.
1) Hipofisis anterior:
 Hormon Somatotropin (untuk pembelahan sel, pertumbuhan)
 Hormon Tirotropin (sintesis hormon tiroksin dan pengambilan unsur yodium)
 Hormon Adrenokortikotropin (merangsang kelenjar korteks membentuk
hormon)
 Hormon Laktogenik (sekresi ASI)
 Hormon Gonadotropin (FSH pada wanita pemasakan folikel, pada pria
pembentukan spermatogonium; LH pada wanita pembentukan korpus
luteum,pada pria merangsang sel interstitial membentuk hormon testosteron)
 Hipofisis Medula (membentuk hormon pengatur melanosit)

2) Hipofisis Posterior
 Hormon Oksitosin (merangsang kontraksi kelahiran)
 Hormon Vasopresin (merangsang reabsorpsi air ginjal)

b. Kelenjar Tiroid
Kelenjar tiroid adalah salah satu dari kelenjar endokrin terbesar pada tubuh
manusia. Kelenjar ini dapat ditemui di leher. Kelenjar ini berfungsi untuk mengatur
kecepatan tubuh membakar energi, membuat protein dan mengatur kesensitifan tubuh
terhadap hormon lainnya. Kelenjar tiroid dapat distimulasi dan menjadi lebih besar
oleh epoprostenol. Fungsi tiroid diatur oleh hormon perangsang tiroid (TSH)
hipofisis, dibawah kendali hormon pelepas tirotropin (TRH) hipotalamus melalui
sistem umpan balik hipofisis-hipotalamus. Faktor utama yang mempengaruhi laju
sekresi TRH dan TSH adalah kadar hormon tiroid yang bersirkulasi dan laju
metabolik tubuh.

c. Kelenjar Paratiroid
Ada 2 jenis sel dalam kelejar paratiroid, ada sel utama yang mensekresi hormon
paratiroid (PTH) yang berfungsi sebagai pengendali keseimbangan kalsium dan fosfat
dalam tubuh melalui peningkatan kadar kalsium darah dan penuurunan kadar fosfat
darah dan sel oksifilik yang merupakan tahap perkembangan sel chief.

d. Kelenjar Timus
Kelenjar timus merupakan kelenjar yang bertanggungjawab dalam pertumbuhan
manusia. Kelenjar timus bahkan sangat berpengaruh pada saat usia pertumbuhan.
Kelenjar timus berfungsi untuk pertumbuhan. Bila kekurangan kelenjar timus akan
menderita kretinisme (kekerdilan) dan bila kelebihan menimbulkan gigantisme
(raksasa).

e. Adrenalin
Kelenjar adrenal atau kelenjar anak ginjal (kelenjar supra renal) terletak di atas
ginjal bagian kiri dan kanan. Bagian luar dari kelenjar adrenal berwarna kekuningan
yang menghasilkan kortisol yang disebut korteks dan  bagian medula yang
menghasilkan adrenalin atau epinefrin dan non adrenalin atau nor eprinefrin.
Kelenjar adrenal beratnya kira-kira 4 gram. Kelenjar adrenal terdiri atas dua
bagian yang berbeda, yaitu: Pada setiap ginjal terdapat satu kelenjar suprarenal dan
dibagi atas dua bagian, yaitu bagian luar (korteks) dan bagian tengah (medula).
Medula Adrenal yang berada di pusat, bagian ini kira-kira 20% dari keseluruhan
kelenjar adrenal, berkaitan dengan sistem saraf simpatis, bertugas untuk mensekresi
hormon epinefrin dan norepinefrin. Korteks Adrenal,  bagian ini berada di luar dan
berfungsi untuk mensekresi hormon kortikosteroid dan androgen.
Pada korteks menghasilkan hormon deoksikortison dan kortison dengan fungsi
mempengaruhi penyerapan. Apabila kekurangan menyebabkan penyakit adison. Pada
medulla menghasilkan hormon adrenalin (epinefrin) dengan fungsi mengubah
glikogen menjadi glukosa, menaikkan gula darah dan mempercepat kerja jantung.
Hormone adrenalin bekerja antagonis dengan hormone insulin dalam mengatur gula
dalam darah agar tetap normal.

f. Kelenjar Pankreas
Kelenjar pankreas termasuk golongan kelenjar endokrin. Ada beberapa kelompok
sel pada pankreas yang dikenal sebagai pulau langerhans. Bagian ini berfungsi
sebagai kelenjar endokrin yang menghasilkan hormon insulin.
Hormoneinsulin berfungsi mengatur konsentrasi glukosa dalam darah. Kekurangan
hormon ini akan menyebabkan penyakit diabetes yang ditandai dengan meningkatnya
kadar glukosa dalam darah. Selain menghasilkan insulin, pankreas juga menghasilkan
hormon glucagons yang bekerja antagonis dengan hormon insulin.

g. Gonad
Kelenjar kelamin (kelenjar gonad) adalah kelenjar endokrin yang memproduksi
dan mengeluarkan steroid yangmengatur pembangunan tubuh dan mengendalikan
karakteristik seksual sekunder. Gonad adalah organ yang memproduksi sel kelamin.
Pada pria, gonadnya adalah testes, dan pada wanita gonadnya adalah ovarium. Secara
umum, kelanjar kelamin (kelenjar gonad) pada laki-laki dan perempuan sangat
berbeda baik dari segi struktur fisiologis, kandungan dan jumlah hormon yang
dikandungnya.
Kelenjar kelamin (kelenjar gonad) terbentuk pada minggu-minggu pertama
gestasi dan tampak jelas pada minggu kelima. Diferensiasi jelas dengan mengukur
kadar testosteron fetal terlihat jelas pada minggu ketujuh dan ke delapan gestasi.
Keaktifan kelenjar gonad terjadi pada masa prepubertas dengan meningkatnya sekresi
gonadotropin (FSH dan LH) akibat penurunan inhibisisteroid.

2.4. Hormon
Hormon (dari bahasa Yunani, όρμή: horman - "yang menggerakkan") adalah
pembawa pesan kimiawi antar sel atau antar kelompok sel. Semua organisme
multiselular, termasuk tumbuhan juga memproduksi hormon.
Hormon beredar di dalam sirkulasi darah dan fluida sell untuk mencari sel target.
Ketika hormon menemukan sel target, hormon akan mengikat protein reseptor
tertentu pada permukaan sel tersebut dan mengirimkan sinyal. Reseptor protein akan
menerima sinyal tersebut dan bereaksi baik dengan mempengaruhi ekspresi
genetik sel atau mengubah aktivitas protein seluler, termasuk di antaranya adalah
perangsangan atau penghambatan pertumbuhan serta apoptosis (kematian sel
terprogram), pengaktifan atau penonaktifan sistem kekebalan,
pengaturan metabolisme dan persiapan aktivitas baru (misalnya terbang, kawin, dan
perawatan anak), atau fase kehidupan (misalnya pubertas dan menopause). Pada
banyak kasus, satu hormon dapat mengatur produksi dan pelepasan hormon lainnya.
Hormon juga mengatur siklus reproduksi pada hampir semua organisme multiselular.
Pada hewan, hormon yang paling dikenal adalah hormon yang diproduksi
oleh kelenjar endokrin vertebrata. Walaupun demikian, hormon dihasilkan oleh
hampir semua sistem organ dan jenis jaringan pada tubuh hewan. Molekul hormon
dilepaskan langsung ke aliran darah, walaupun ada juga jenis hormon yang disebut
ektohormon (ectohormone) yang tidak langsung dialirkan ke aliran darah, melainkan
melalui sirkulasi atau difusi ke sel target.
Pada prinsipnya pengaturan produksi hormon dilakukan
oleh hipotalamus (bagian dari otak). Hipotalamus mengontrol sekresi banyak kelenjar
yang lain, terutama melalui kelenjar pituitari, yang juga mengontrol kelenjar- kelenjar
lain. Hipotalamus akan memerintahkan kelenjar pituitari untu mensekresikan
hormonnya dengan mengirim faktor regulasi ke lobus anteriornya dan mengirim
impuls saraf ke posteriornya dan mengirim impuls saraf ke lobus posteriornya.

a. Fisiologi Hormon secara Umum


Sistem endokrin terdiri dari kelenjar-kelenjar endokrin. Kelenjar endokrin
merupakan sekelompok susunan sel yang mempunyai susunan mikroskopis sangat
sederhana. Kelompok ini terdiri dari deretan sel-sel, lempengan atau gumpalan sel
disokong oleh jaringan ikat halus yang banyak mengandung pembuluh kapiler.
Kelenjar endokrin mensekresi substansi kimia yang langsung dikeluarkan ke dalam
pembuluh darah. Sekresinya disebut hormon. Hormon yaitu penghantar (transmitter)
kimiawi yang dilepas dari sel-sel khusus ke dalam aliran darah. Selanjutnya hormon
tersebut dibawa ke sel-sel target (responsive cells) tempat terjadinya efek hormon.

b. Klasifikasi Hormon
Tergantung dari pandangan seseorang hormon dapat diklasifikasikan ke dalam
dua kelompok atau kelas, yaitu dari sudut susunan atau struktur kimia alamiahnya dan
yang kedua dari segi fungsi atau kerjanya. Bila ditilik dari struktur kimianya maka
hormon dapat kita katagorikan sebagai berikut.
1) Protein. Hormon tumbuh atau grwoth hormone termasuk hormon protein yang
terbesar yang mengandung 191 asam amnio (pada manusia). Jumlah adam amino
pada hormon tumbuh bervariasi tergantung pada species. Hormon parathyroid
mempunyai sekitar 80-85 asam amino, sedangkan insulin yang terdiri dari rantai
A dan rantai B mengandung asam amino sebanyak 49-52. Susunan asam amino
pada insulin ini adalah 20-21 asam amino pada rantai A dan sejumlah 29-31 asam
amino pada rantai B.
2) Peptida. Yang termasuk peptida antaranya adalah beberapa hormon yang
dihasilkan oleh hipothalamus yaitu TRF dalam bentuk tripeptida, vasopressin dan
oxytocin yang secara struktur kimianya termasuk octapeptida. Hormon
gastrin mempunyai komponen asam amino sebanyak 17 buah. Hormon
perangsang alpha-melanosit (Alpha-melanocyte-stimulating hormone)
mempunyai komponen asam amino sejumlah 13 buah, sedangkan yang beta
(Beta- melanocyte-stimulating hormone) mengandung 18 atau 22 asam amino.
Glucagon mempunyai komponen asam amino sebanyak 29 buah, calcitonin 32
buah dan ACTH 39 buah.
3) Asam amino. Yang termasuk kelompok ini adalah hormon-hormon amine, yaitu
yang berasal dari asam amino yang mengalami modifikasi. Di antara yang
termasuk ke dalam hormon amine adalah epinephrine dan norepinephrine yang
merupakan hasil modifikasi dari asam amino tyrosine. Modifikasi dari asam
amino tryptophan dapat menghasilkan serotonin dan melatonin. Hormon thyroxin
(T4) juga termasuk hormon amine, sebagai hasil yodanisasi dan kondensasi dari
dua molekul asam amino tyrosine.
4) Steroid. Hormon steroid dihasilkan dari metabolisme dan proses konversi dari
kolesterol yang mengandung 27 buah atom karbon (C-27). Hormon steroid larut
dalam lemak dan dihasilkan oleh kelenjar adrenal, testes, ovarium, dan plasenta.
Hormon-hormon itu diantaranya adalan estrogen (C-18), androgen (C-19),
corticoid (C-12) dan progesteron (C-21).
5) Asam lemak. Hormon prostaglandin adalah satu-satunya hormon yang masuk
katagori ini. Prostaglandin dihasilkan oleh beragam sel hewan yang merupakan
biosintesis dari dua asam lemak yaitu asam lemak arachidonic dan di-homo-
gamma-linolenic (arachidonic acid; di-homo-γ-linolenic acid).

Sebagai dikemukakan di atas hormon-hormon dapat pula dibeda-bedakan


berdasarkan kerja mereka (klasifikasi secara fungsional). Berdasarkan klasifikasi ini,
hormon-hormon dapat dikelompokk sebagai berikut.
1) Hormon perkembangan (Development hormone). Yang dimasukkan ke dalam
kelompok ini adalah hormon-hormon yang memegang peranan di dalam
perkembangan dan pertumbuhan serta peranannya dalam biologi reproduksi, baik
ketika individu masih dalam kandungan (intrauterine) maupun setelah berada di
luar kandungan (extrauterine) sampai mencapai usia remaja (pubertas) pada
manusia atau dewasa kelamin pada hewan. Termasuk dalam kelompok hormon
ini adalah hormon-hormon yang dihasilkan oleh kelenjar gonad.
2) Hormon metabolisme (Metabolic hormone). Konservasi atau proses
homeostasis gula (glukosa) dalam tubuh diatur oleh beragam hormon, diantaranya
glucocorticoid, glucagon, dan catecholamine. Sebaliknya insulin, somatomedin
dan nonsuppressible insuline-like activity (NSILA) mempunyai efek yang
berlawanan dengan glucocorticoid maupun dengan glucagon ataupun
catecholamine. Hormon tumbuh (Growth Hormone) dan thyroxin memegang
peranan pula di dalam metabolisme, di samping peranan kedua macam hormon
dalam proses pertumbuhan. Hormon-hormon androgen, estrogen, dan progesteron
meskipun mempunyai peranan utama dalam perkembangan indiividu atau hewan,
ketiga macam hormon ini juga mempunyai peranan dalam proses metabolisme
dan pertumbuhan.
3) Hormon trofik (Tropic hormone). Di dalam prose evolusi dan perkembangan
species sampai mencapai peringkat vertebrata terbentuklah suatu struktur dari
organ tubuh yang mempunyai peranan yang khusus. Di dalam pengaturan fungsi
kelenjar endokrin terbentuk suatu sistem yang menghasilkan hormon yang
merangsang kelenjar endokrin agar pada gilirannya kelenjar endokrin ini
menghasilkan hormon pula. Hormon yang dihasilkan oleh struktur yang khusus
ini, yaitu hipofisa adalah hormon-hormon yang dikatagorikan sebagai hormon
trofik. Hormon-hormon tersebut adalah hormon perangsang kelenjar thyroid
(TSH), hormon perangsang folikel (FSH) yang merangsang pertumbuhan folikel
pada ovarium dan proses spermatogenesis; hormon penguning (Luteinizing
hormone;LH) yang mengatur produksi progesteron pada hewan betina dan
testosteron pada hewan jantan; hormon adrenocortikotrofik (ACTH) yang
merangsang korteks kelenjar adrenal untuk menghasilkan hormon glucocorticoid
dan hormon-hormon yang dihasilkan oleh hipothalamus (hypothalamic releasing
hormone atau hypothalamic releasing factor).

Dua hormon lain yang bersifat trofik tetapi dihasilkan diluar hipofisa adalah
chorionic gonadotropin manusia (human chorionic gonadotropin; HCG) dan
chorionic thyrotropin manusia (human chorionic thyrotropin) yang dihasilkan oleh
placenta. HCG mempunyai fungsi atau efek yang sama dengan LH sedangan HCT
mempunyai peranan yang mirip dengan TSH dari hipofisa. Meskipun belum umum
diterima, telah sejak tahun 1975 disarankan bahwa placenta juga menghasilkan
hormon ACTH (human chorionic corticotrophin; HCC).
Renin, meskipun zat ini tidak dapat dikategorikan sebagai hormon berdasarkan
batasan yang dipakai, mampu menghasilkan Angiotensin dan selanjutnya Angiotensin
berperan dalam produksi hormon mineralocorticoid yang mengatur metabolisme
mineral. Di dalam perkembangan species selanjutnya dijumpai pembentukan hormon-
hormon dengan fungsi dan peranan yang spesifik. Hormon-hormon tersebut adalah
hormon perangsang pigmen (melanocyte stimulating hormone; MSH) dan oxytocin
yang berperan pada proses kelahiran dan ekskresi air susu.
Hormon pengatur metabolisme air dan mineral. Calcitonin yang dihasilkan oleh
kelenjar thyroid (sel C atau sel-sel parafolikuler) mempunyai peranan untuk mengatur
metabolisme calcium dan fosfor. Meningkatnya produksi calcitonin akan
menyebabkan menurunnya calsium dan fosfor dalam darah dan meningkatkan
ekskresi calsium, fosfor, natrium, kalium dan magnesium melalui ginjal. Hormon
parathyroid yang dihasilkan oleh kelenjar parathyroid mengatur homeostasi mineral
terutama calcium dan fosfor. Peningkatan produksi hormon parathyroid akan
berakibat meningkatnya calcium di dalamserum dan meningkatnya ekskresi fosfor
melalui air seni. Aldosteron adalah mineralocorticoid yang dihasilkan oleh zona
glomerulosa dari kelenjar adrenal. Hormon ini berperan di dalam pengaturan
metabolisme natrium dan kalium. Peningkatan produksi aldosteron akan
meningkatkan reabsorbsi natrium dan sekresi kalium dan hydrogen (dalam bentuk
ammonium) di kawasan tubuli pengumpul bagian kortikal (cortical collecting
tubules) pada ginjal. Vasopressin dihasilkan oleh sel-sel dari nucleus supraoptik dan
paraventrikuler (supraoptic and paraventricular nuclei) yang kemudian disimpan di
dalam hipofisa pars nervosa (neurohypophysis) menunggu sampai diperlukan oleh
tubuh untuk disekresikan ke dalam aliran darah. Peranan vasopressin (ADH;
antidiuretic hormone) adalah melakukan konservasi air tubuh dengan jalan
mengurangi ekskresi air seni.
Hormon pengatur sistem kardiovaskuler. Epinephrine dihasilkan oleh bagian
medula dari kelenjar adrenal. Efek dari hormon ini tergantung dari reseptor dari setiap
organ tujuan (target organ), yaitu adregenic receptor (alpha atau beta). Pada jantung
yang mempunyai beta receptor epinephrine akan mengakibatkan peningkatan
konduksi dan kontraksi dari jantung. Pada arteriol yang mempunyai reseptor beta
epinephrine akan menyebabkan vasokontriksi. Dengan jalan demikian keseimbangan
hemodinamika oleh epinephrine disesuaikan. Selain terhadap sistem kardiovaskuler,
epinephrine juga mempunyai peranan terhadap sistem pernapasan yaitu menyebabkan
dilatasi pada saluran pernapasan (bronchus) dan menyebabkan menurunnya gerakan
atau kontraksi usus. Namun demikian kerja ketiga sistem tersebut (kardiovaskuler,
pernapasan, dan usus) lebih didominasi oleh catecholamin dan acetylkolin
(catecholamine, acetylcholine) yang dihasilkan oleh ujung-ujung saraf simpatis dan
parasimpatis.

c. Patofisiologi Hormon secara Umum


Hormon berperan mengatur dan mengontrol fungsi organ. Pelepasannya
bergantung pada perangsangan atau penghambatan melalui faktor yang spesifik.
Hormon dapat bekerja di dalam sel yang menghasilkan hormone itu sendiri
(autokrin), mempengaruhi sel sekitar (parakrin), atau mencapai sel target di organ
lain melalui darah (endokrin).
Di sel target, hormon berikatan dengan reseptor dan memperlihatkan pengaruhnya
melaui berbagai mekanisme transduksi sinyal selular. Hal ini biasanya melalui
penurunan faktor perangsangan dan pengaruhnya menyebabkan berkurangnya
pelepasan hormon tertentu, berarti terdapat siklus pengaturan dengan umpan balik
negatif. Pada beberapa kasus, terdapat umpan balik positif (jangka yang terbatas),
berarti hormon menyebabkan peningkatan aktifitas perangsangan sehingga
meningkatkan pelepasannya. Istilah pengontrolan digunakan bila pelepasan hormon
dipengaruhi secara bebas dari efek hormonalnya. Beberapa rangsangan pengontrolan
dan pengaturan yang bebas dapat bekerja pada kelenjar penghasil hormon.
Berkurangnya pengaruh hormon dapat disebabkan oleh gangguan sintesis dan
penyimpanan hormon. Penyebab lain adalah gangguan transport di dalam sel yang
mensintesis atau gangguan pelepasan. Defisiensi hormon dapat juga terjadi jika
kelenjar hormon tidak cukup dirangsang untuk memenuhi kebutuhan tubuh, atau jika
sel penghasil hormon tidak cukup sensitive dalam bereaksi terhadap rangsangan, atau
jika sel panghasil hormon jumlahnya tidak cukup (hipoplasia, aplasia).
Berbagai penyebab yang mungkin adalah penginaktifan hormon yang terlalu cepat
atau kecepatan pemecahannya meningkat. Pada hormon yang berikatan dengan
protein plasma, lama kerja hormon bergantung pada perbandingan hormon yang
berikatan. Dalam bentuk terikat, hormon tidak dapat menunjukkan efeknya, pada sisi
lain, hormon akan keluar dengan dipecah atau dieksresi melalui ginjal.
Beberapa hormon mula-mula harus diubah menjadi bentuk efektif di tempat
kerjanya. Namun, jika pengubahan ini tidak mungkin dilakukan, misalnya defek
enzim, hormon tidak akan berpengaruh. Kerja hormon dapat juga tidak terjadi
karena target organ tidak berespons (misal, akibat kerusakan pada reseptor hormone
atau kegagalan transmisi intra sel) atau ketidakmampuan fungsional dari sel atau
organ target.
Penyebab meningkatnya pengaruh hormon meliputi, yang pertama
peningkatan pelepasan hormon. Hal ini dapat disebabkan oleh pengaruh rangsangan
tunggal yang berlebihan. Peningkatan sensitivitas, atau terlau banyak jumlah sel
penghasil hormon (hyperplasia, adenoma). Kelebihan hormon dapat juga disebabkan
oleh pembentukan hormon pada sel tumor yang tidak berdiferensiasi diluar kelenjar
hormonnya (pembentukan hormon ektopoik).
Peningkatan kerja hormon juga diduga terjadi jika hormone dipecah atau
diinaktifkan terlalu lambat, missal pada gangguan inaktivasi organ (ginjal atau hati).
Pemecahan dapat diperlambat dengan meningkatnya hormon ke protein plasma,
tetapi bagian yang terikat dengan protein.

2.5. Sifat Kimia Hormon Vertebrata


Terdapat banyak jenis hormon Vertebrata dengan banyak pola aksi, tetapi
berdasar struktur dan sifat kimianya, hormon-hormon Vertebrata dapat
dikelompokkan menjadi 3 , yaitu kelompok hormon steroid, hormon peptida dan
protein, dan hormon yang berasal dari tirosin. Struktur dan sifat kimia hormon
menentukan pola aksi hormon terhadap sel sasaran.
Hormon steroid berasal dari kolesterol, dengan struktur dasar 3 cincin karbon
(tersusun atas 6 atom karbon) dan satu cincin karbon yang tersusun dari 5 atom
karbon. Perbedaan struktur kimia sedikit saja akan mengakibatkan perbedaan efek
fisiologi yang besar. Sebagai contohnya adalah sedikit perbedaan struktur kimia pada
estradiol dan testosteron mengakibatkan dua jenis hormon steroid tersebut
mempunyai  pengaruh yang berlawanan.
Hormon-hormon yang tergolong dalam kelompok ini adalah hormon androgen,
estrogen, progesteron, dan kortikosteroid. Hormon-hormon yang termasuk ke dalam
kelompok hormon peptida dan protein dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tabel 1.  Klasifikasi hormon Vertebrata berdasar struktur dan sifat kimia.

LARUT LEMAK
Hormon steroid
Testosteron
Estrogen
Progesteron
Kortikosteroid
Vitamin D3

LARUT AIR
Hormon peptida  dan protein
Peptida
            Hormon-hormon hipotalamus
            Angiotensin
            Somatostatin
            Gastrin 3-14 asam amino
            Sekretin 8       asam amino
            Glukagon 14     asam amino
            Kalsitonin 17     asam amino
            Insulin 27     asam amino
            Parathormon 29     asam amino
32     asam amino
51     asam amino
84     asam amino
Protein berberat molekul besar
       Growth hormone (GH)
       Prolaktin
       Luteinizing hormone (LH)
            Follicle Stimulating Hormone (FSH)
       Thyrotropic Hormone

Hormon yang berasal dari tirosin


Katekolamin
            Noradrenalin
            Adrenalin
Hormon-hormon tiroid
            Tiroksin
       Triiodotironin

Beberapa jenis hormon hipotalamus mempengaruhi pelepasan/sekresi hormon


lain yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin tertentu. Hormon hipotalamus dengan
aksi memacu pelepasan hormon lain disebut sebagai “releasing hormone”, sedangkan
sebaliknya “release-inhibiting hormone”. Hormon-hormon hipotalamus merupakan
peptida dengan jumlah asam amino penyusun sekitar 3-14 asam amino. Thyrotropin
releasing hormone (TRH) tersusun hanya dari 3 asam amino, growth hormone
releasing hormone (GH-RH) tersusun atas 10 asam amino, dan growth  hormone
release-inhibiting hormone (GH-RIH) tersusun atas 14 asam amino.
Hormon utama yang berasal dari adenohipofisis merupakan protein yang
mengandung beberapa ratus asam amino. Growth hormone manusia, sebagai  contoh
mengandung 191 asam amino dan mempunyai berat molekul sekitar 22.000.
Beberapa merupakan glikoprotein yang selain mengandung rantai peptida juga
mengandung komponen karbohidrat. Sebagaimana protein, ukurannya tak terlalu
besar, beberapa jenis berberat molekul sekitar 30.000, tetapi seringkali sulit
mengatakan apakah komponen aktif yang diisolasi dari kelenjar identik dengan
hormon fungsional pada organisme hidup.
Hormon-hormon yang berasal dari tirosin, misalnya dua jenis katekolamin yang
dikenal yaitu noradrenalin dan adrenalin, berbeda gugus metilnya (-CH3). Adrenalin
mengandung gugus metil sedangkan noradrenalin tidak.  Tirosin juga merupakan
bahan baku pembuatan hormon tiroid (T3 dan T4). Hormon tiroid   bukan
katekolamin, tetapi membentuk kelompok tersendiri. Hormon tiroid dibentuk dari
tirosin dengan jalan mengkondensasi 2 cincin C6. Hormon aktif setelah terjadi
iodinasi.

2.6. Pengaturan Fungsi Endokrin Oleh Otak


Organ-organ endokrin secara konstan berinteraksi dengan sistem saraf pusat.
Otak mempengaruhi dan mengendalikan fungsi-fungsi endokrin baik secara langsung
maupun tak langsung.
Hormon-hormon berpengaruh besar terhadap funsi sistem saraf pusat. Sebagai
contoh, anjing betina yang sedang birahi menerima perilaku kawin anjing jantan
meski pada saat lain sinyal yang sama menimbulkan perilaku antagonis.
Kenyataannya bahwa sinyal yang sama yang dapat mengakibatkan perilaku berbeda 
tergantung pada pengaruh hormonal yang dapat ditiru dengan menginjeksikan
hormon yang sesuai.

2.7. Sistem Kontrol Hipotalamus


Hipotalamus terletak pada dasar otak, berdekatan dengan hipofisis (kelenjar
pituitari), jadi  terletak posterior chiasma optici.
Hipotalamus merupakan tempat  pengatur beberapa fungsi saraf, termasuk
pengaturan temperatur tubuh dan pengaturan intake minum dan makanan. 
Pengendalian suhu tubuh merupakan sistem feedback. Perannya dalam pengaturan
intake makanan dapat ditunjukkan dengan merusak bagian tertentu hipotalamus
dengan stimulasi elektrik. Jika perusakan pada lokasi yang tepat, hewan akan makan
dalam jumlah yang sangat besar dan tumbuh gemuk abnormal.
Pengaturan intake air, dapat ditunjukkan dengan cara serupa. Stimulasi elektrik
atau injeksi larutan garam pekat ke area tertentu di hipotalamus, akan menyebabkan
hewan minum berlebihan. Dengan cara tersebut, biri-biri akan minum terus secara
berlebih, hanya dalam hitungan menit, 40% berat badannya adalah air.
Hipotalamus merupakan bagian penting dalam pengendalian endokrin karena
hipotalamus mengendalikan fungsi-fungsi hipofisis yang disebut sebagai master
gland dari sistem endokrin. Pengendalian ini diperantarai oleh neurohipofisis melalui
pembuluh darah khusus yang dikenal dengan sirkulasi portal.
Neurohipofisis  mengandung dua jenis hormon yaitu vasopressin (yang berperan
dalam reabsorbsi air di ginjal dan diperlukan dalam pemekatan  urin ) dan oksitosin
(menyebabkan kontraksi otot polos uterus menjelang melahirkan). Anti diuretic
hormon mamalia identik dengan vasopresin (disebut sebagai vasopresin karena
injeksi dalam jumlah besar mengakibatkan peningkatan nyata pada tekanan darah
akibat konstriksi arteriol).
Vasopresin dan oksitosin merupakan oktapeptida. Keduanya dibentuk dalam sel
saraf di dekat hipotalamus, dan ditranspor sepanjang akson menuju ke akhiran saraf
di neurohipofisis, dari neurohipofisis  kemudian dilepaskan ke darah. Dengan
demikian neurohipofisis hanya berperan sebagai penyimpan dan pelepas hormon
(organ neurohemal) karena hormon yang disekresikannya ternyata dihasilkan oleh
bagian otak yang lain.
Adenohipofisis, sebaliknya, menghasilkan hormon dan pelepasnan hormon-
hormon tersebut ke darah diatur oleh hipotalamus melalui hormon yang dihasilkan
oleh hipotalamus. Hormon tersebut dapat mencapai hipofisis melalui sirkulasi portal.
saat ini diketahui ada 10 hormon pengatur yang dihasilkan oleh hipotalamus yang
terlibat dalam sistem pengendalian hipofisis. Tiga hormon adenohipofisis (GH,
prolaktin/ P, dan melanocyte stimulating hormon/MSH) dikendalikan hipotalamus
secara dual, satu inhibisi dan satunya lagi stimulasi. Dengan demikian pelepasan
ketiga jenis hormon tersebut tidak diatur dengan sistem feedback sederhana,
meskipun tidak diragukan lagi bahwa sinyal feedback terlibat dalam pengaturan
tersebut.
Tabel 2. Hormon-hormon hipotalamus yang mengendalikan pelepasan/sekresi
hormon-hormon hipofisis

Hormon
Growth hormone releasing hormone GH-RH
Growth hormone release-inhibiting hormone GH-RIH
Prolactin releasing hormone P-RH
Prolactin release-inhibitinghormone P-RIH
Melanocyte-stimulating hormone MSH
Melanocyte-stimulating hormone release-inhibiting MSH-RIH
hormone C-RH
Corticotropin (ACTH) releasing hormone TRH
Thyrotropin releasing hormone LH-RH
Luteinizing hormone releasing hormone FSH-RH
Follicle-stimulating hormone releasing hormone
Pelepasan empat hormon yang lain nampaknya tergantung pada sistem feedback
negatif. Corticotropin (ACTH), TSH, LH, dan FSH  mempunyai organ target korteks
adrenal, tiroid, dan gonad. Kelenjar-kelenjar tersebut saat distimulasi melepaskan
hormon yang sesuai ke dalam darah. Keberadaan hormon di dalam darah  sebaliknya
menghambat, dengan feedback negatif, sekresi  hormon-hormon tropik. Bukti-bukti
menunjukkan bahwa inhibisi terjjadi pada tingkat hipotalamus (kecuali tiroksin yang
kemungkinan mempunyai lengkung feedback lebih pendek melalui adenohipofisis).
Peran utama hipotalamus pada pengaturan endokrin menimbulkan pertanyaan
bagaimana  organ penting tersebut dikendalikan. Hubungan hipotalamus dengan
berbagai lokasi di otak melalui saraf memungkinkan pengendalian oleh berbagai
lingkungan, juga faktor-faktor emosi, siklus terang gelap, musim, dan sebagainya.
Dengan demikian jjelas bahwa sistem endokrin secara keseluruhan ada di bawah
kendali saraf, melalui peran hipotalamus.

2.8. Efek “Cascade”


Pengendalian fungsi-fungsi metabolik oleh sistem endokrin dapat menyebabkan
terjadinya “cascade”, atau amplifikasi tahap-demi tahap (“step by step amplification”)
yang memungkinkan  pengendalian suatu proses akhir dengan hanya memerlukan
sangat sedikit hormon untuk mengawali proses.
Sebagai contoh, untuk proses akhir deposisi glikogen pada hepar, diperlukan
sejumlah kecil C-RH (0,1 ug) yang dilepaskan oleh hipotalamus. pelepasan C-RH
mengakibatkan rangkaian peristiwa dengan tahap akhir pembentukan 5.600 ug
glikogen di hepar.

2.9. Interaksi Hormon dengan Sel Target


Suatu hormon hanya dapat menampakkan aksinya pada sel target jika sel tersebut
mempunyai reseptor yang sesuai, dan sel lain-yang bukan merupakan sel target- harus
tidak mempunyai reseptor tersebut.
Dalam kaitannya dengan sel target, hormon dapat dikelompokkan menjadi (1)
katekolamin dan hormon peptida, yang beraksi melalui reseptor pada permukaan sel,
dan (2) steroid dan hormon tiroid, yang mampu melakukan penetrasi ke dalam sel dan
menampakkan efeknya langsung pada inti sel dan mekanisme sintesis protein selular.
Hasil pengamatan aksi adrenalin pada hepatosit menunjukkan bahwa adrenalin
menyebabkan terjadinya konversi glikogen menjjadi glukosa dengan jalan
mengendalikan pembentukan c-AMP. Proses tersebut tergantung serangkaian enzim,
yang salah satunya adalah fosforilase yang merupakan “rate limiting step” proses
(gambar 21). Enzim aktif, fosforilase a dibentuk dari prekursor, fosforilase b melalui
aksi suatu fosforilase kinase dan ATP pada fosforilase a. Proses secara keseluruhan 
hanya diawali dari terikatnya adrenalin pada reseptornya pada membran sel. Ikatan
adrenalin-reseptor mengakibatkan  pelepasan enzim adenilat siklase yang kemudian
akan megkatalisis pembentukan  cAMP dari ATP.
AMP siklik (C-AMP) disebut sevagai “second messenger’ pada proses aksi
hormon, sedangkan hormonnya disebut sebagai “first messenger” CAMP dan adenilat
siklase ditemukan pada beberapa jenis jaringan Vertebrata dan Avertebrata, dan
ditemukan pula pada sel bakteria. Peristiwa awal aksi hormon melalui c-AMP selalu
melibatkan pelepasan adenilat siklase dari tapak pengikatan hormon di membran sel.
Fungsi sel  dapat juga dimodulasi oleh mekanisme aktivasi reseptor yang tidak
melibatkan c-AMP. Proses tersebut  salah satunya tergantung pada pembentukan
inositol trifosfat dan mobilisasi ion kalsium dari pool kalsium intraselular. Pada
sistem ini ion kalsium dan fosfoinositol berperan sebagai “second messenger”.
Hormon steroid, termasuk hormon seks betina dan jantan, dan hormon yang
disekresikan korteks adrenal, beraksi melalui mekanisme yang berbeda. Estradiol
terikat pada reseptor di uterus, testosteron pada prostat, progesteron pada oviduct
burung, dan sebagainya. Pada permukaan sel, hormon-hormon tersebut membentuk
kompleks dengan dengan proein reseptor dan dengan cepat  menuju ke nukleus,
menstimulasi/ menginduksi ekspresi gen.
Hormon steroid yang disekresikan gonad tikus yang baru lahir dapat dirunut
hingga ke sel target  di area tertentu di otak, Hormon  berinteraksi dengan reseptor
spesifik dan menginduksi perkembangan jaringan saraf. Jaringan saraf yang diinduksi
perkembangannya tersebut, akan menjadi pengendali apakah individu dewasa
menunjukkan perilaku jantan atau betina. Diferensiasi seksual  pada jaringan saraf
menentukan terjadinya aktivasi pada jenis perlaku tertentu dan supresi bagi perilaku
yang lain. Selama perkembangan fungsi sistem saraf pusat dimodulasi hormon dan
seperti kita ketahui sistem saraf pusat yang kemudian menjadi pengatur utama fungsi-
fungsi endokrin tubuh.

2.10. Sistem Endokrin pada Invertebrata


Sejumlah invertebrata tidak mempunya organ khusus untuk sekresi hormon
sehingga sekresinya dilaksanakan oleh sel neurosekretori, yang merupakan sumber
hormon pada invertebrata. Sel neurosekretori dapat ditemukan antara lain pada :
a. Coelenterata
Contohnya ialah Hydra. Hydra mempunyai sejumlah sel yang dapat menghasilkan
senyawa kimia yang berperan dalam proses reproduksi, pertumbuhan, dan regenerasi.
Apabila kepala hydra dipotong, sisa tubuhnya akan mengeluarkan molekul peptide
yang disebut activator kepala. Zat tersebut akan memnyebabkan sisa tubuh hydra
dapat membentuk mulut dan tentakel, dan selanjutnya membenyuk daerah kepala.

b. Platyhelminthes
Hewan ini dapat menghasilkan hormon yang berperan penting dalam proses
regenerasi. Hormon yang dihasilkan tersebut juga terlibat dalam regulasi osmotic,
ionic, dan dalam proses reproduksi.

c. Nematoda
Hewan ini dapat mengalami ganti kulit hingga 4 kali dalam siklus hidupnya., serta
mempunyai struktur khusus yang berfungsi untuk sekresi neurohormon, yang
berkaitan erat dengan sistem saraf. Struktur khusus tersebut terdapat pada ganglion di
daerah kepala dan beberapa pada daeran korda saraf.

d. Annelida
Sejumlah annelida seperti poliseta (misalnya neris), oligoseta (misalnya
lumbricus), dan hirudinae (misalnya lintah) sudah memperlihatkan adanya derajat
sefalisasi yang memadai. Otak hewan tersebut memiliki sejumlah besar sel saraf yang
berfungsi sebagai sel sekretori. Hewan ini juga telah memiliki system sirkulasi yang
berkembang sangat baik sehingga kebutuhan untuk menyelenggarakan system
kendali endokrin dapat terpenuhi.sistem endokrin annelida berkaitan erat dengan
aktivitas pertumbuhan, perkembangan, regenerasi, dan reproduksi.
Contoh yang baik untuk hal tersebut ialah perubahan bentuk cacing poliseta
dewasa, yang dikenal dengan istilah epitoki.epitoki ialah perubahan sejumlah ruas
tubuh menjadi struktur reproduktif. Dalam proses tersebut, beberapa ruas tubuh
annelida yang mengalami perubahan bentuk akan terlepas dari tubuh utamanya, dan
berkembang menjadi organisme hidup bebas.epitoki di kendalikan oleh system
neuroendokrin.hormon yang dilepaskan bersifat menghambat epitoki sehingga epitoki
hanya akan berlansung pada saat kadar hormon tersebut rendah.cara kerja hormone
ini tidak diketahui secara jelas, tetapi diduga sekresinya diatur oleh faktor lingkungan.

e. Moluska
Moluska (terutama siput) mempunyai sejumlah besar sel neuroendokrin yang
terletak pada ganglia penyusun system saraf pusat. Hewan ini juga memiliki organ
endokrin klasik. Senyawa yang dilepaskan menyerupai protein dan berperan penting
dalam mengendalikan osmoregulasi, pertumbuhan, serta reproduksi.
Reproduksi pada muluska sangat rumit karena hewan ini bersipat hommoprodit
(gamet jantan dan betina terdapat dalam satu tubuh). Beberapa sepesies hewan dari
kelompok ini bersipat protandri. Pada hewan yang bersipat protandri, gamet jantan
terbentuk labih dahulu dari pada gamet betina. Pada hewan ini di temukan adanya
hormone yang merangsang pelepasan telur dari gonad dan pengeluaran telur dari
tubuh. Pada Cephalopoda, hewan yang tidak bersipat hermaprodit, proses preproduksi
di kendalikan Oleh endokrin. Dalam hal ini, organ endokrin kalalsik(terutama
kelenjar optik) diduga memilki peran yang sangat penting. Kelenjar optik diduga
menyekresi beberapa hormon yang diperlukan untuk perkembangan sperma dan telur.

f. Crustacea
Seperti halnya invertebrate lain, sistem endokrin pada krustasea umumnya berupa
system neuroendokrin, meskipun mempunyai organ endokrin klasik. Fungsi tubuh
yang dikendalikan oleh sistem endokrin antara lain osmoregulasi, laju denyut jantung,
komposisi darah, pertumbuhan, dan pergantian kulit. Sistem kendali endokrin yang
berkembang paling baik dapat ditemukan pada Malakostra (antara lain ketam,
lobster/udang besar, dan udang). Organ neuroendokrin krustasea terdapat pada tiga
daerah utama yaitu sebagai berikut.
1) Kompleks kelenjar sinus, organ ini kadang-kadang disebut kompleks golongan
kepala dan lobus optik ad tangkai mata .
2) Organ post- komisural, organ ini juga menerima akson dari otak dan berakhir
pada awal esofogus.
3) Organ pericardial, organ ini terletak sangat dekat dengan jantung danmenerima
akson dari ganglion toraks.

Krustasea memiliki jumlah kecil sel endokrin klasik, yaitu organ Y dan kelenjar
mandibula. Organ Y merupakan sepasang kelenjar yang terletak di daerah
dada(toraks), tepat nya pada luas maksila (rahang atas) atau ruas antena.Hormon dari
kelenjar Y diduga memengaruhi proses molting. Kelanjar mandibula terletak di dekat
organ Y dan di duga memeliki pungsi endokrin juga.Krustasea juga mempunyai
kelenjar androgenik yang diyakini berperan dalam perkembangan testis dan produksi
sperma.
Salah satu proses pada krustasea yang dikendalikan oleh system endokrin ialah
pengubahan warna kulit. Krutasea mampu menerima rangsang berupa warna latar
belakang mereka, yang mendorong meereka untuk menyesuaikan warna tubuh nya
dengan warna itu.dengan cara demikian,krustasea dapat terhindar dari perhatian
musuhnya.
Kemampuan untuk mengubah warna yang di miliki suatu spesies dapat berbeda
dari sepesies lain nya.beberapa hewan hany adapat mengubah warna kulit dan terng
ke gelap,sementara hewan yang lain dapat menanggapi beraneka warna latar
belakang. Perubahan warna kulit krustasea dipengaruhi oleh penyebaran pigmen yang
tedapat dalam kromatofor (sel pembawa pigmen).
Kromatopor pada umum nya terdapat pada sel kulit luar tubuh,tetepi dapat juga
terletak pada organ yang lebih dalam. Fungsi kromatopor dapat diubah oleh sejumlah
hormon, misalnya hormon peptide yang di hasilkan oleh kompleks kelenjar sinus.
Hormon ini menyebabkan pigmen menumpul atau menyebar. Hormon yang di
lepaskan oleh prikardial juga di anggap dapat memengaruhi fungsi kromatopor.

g. Insecta
Terdapat 3 kelompok sel neuroendokrin yang utama, sebagai berikut.
1) Sel neurosekretori medialis : memiliki akson yang membentang hingga ke
korpora kardiaka, yakni sepasng organ yang berfungsi sebagai tempat
penyimpanan dan pelepasan neurohormon.
2) Sel neurosekretori lateralis : memiliki akson yang membentang hingga ke korpora
kardiaka.
3) Sel neurosekretori subesofageal : terdapat di bawah kerongkongan dan memiliki
akson yang membentang ke korpora alata yang merupakan organ endokrin klasik.

Ketiganya berfungsi untuk mengendalikan berbagai aktivitas pertumbuhan dan


pengelupasan rangka luar (kulit luar).
Sistem endokrin invertebrata umumnya mengatur proses yang sama seperti halnya
pada vertebrata seperti pengembangan, pertumbuhan, dan reproduksi. Karena spesies
invertebrata telah mengembangkan keragaman sejarah kehidupan dengan peristiwa
karakteristik seperti pembentukan larva, sering dengan serangkaian tahapan yang
berbeda dan / atau pupation, metamorfosis, diapause atau tahap istirahat yang tidak
terjadi pada vertebrata , jelas bahwa sistem endokrin dari invertebrata jauh lebih
beragam dari yang ditemukan pada vertebrata.
Invertebrata menggunakan steroid, terpenoid dan hormon peptida, tetapi ini
adalah yang paling umum di antara filum ini. Struktur sekretori pada invertebrata
sering kali berasal dari neuronal sehingga disebut sebagai organ atau sel
neurosekretori. Steroid seperti ecdysone dan steroid jenis vertebrata, khususnya
terpenoid berbeda dari hormon peptida pada sifat fisik dan kimia serta kelarutan dan
ketahanan terhadap degradasi (Oehlmann, 2003).
Secara umum, sistem endokrin invertebrata belum didokumentasikan dalam
rincian yang sama seperti vertebrata. Meskipun terdapat keragaman endokrinologi
pada invertebrata, beberapa generalisasi dasar dapat dibuat.
Sistem Endokrin disebut juga kelenjar buntu. Sekret dari kelenjar endokrin
dinamakan hormon. Hormon berperan  penting untuk mengatur berbagai aktivitas
dalam tubuh hewan, antara lain aktivitas pertumbuhan, reproduksi, osmoregulasi,
pencernaan, dan integrasi serta koordinasi tubuh. Sistem endokrin hampir selalu
bekerja sama dengan sistem saraf, namun cara kerjanya dalam mengendalikan
aktivitas tubuh berbeda dari sistem saraf.

h. Sistem Endokrin pada Vertebrata


Berbeda dengan invertebrata, sistem endokrin pada vertebrata terutama sekali
tersusun atas berbagai organ endokrin klasik. Sistem endokrin vertebrata dapat
dibedakan menjadi 3 kelompok kelenjar utama yaitu hipotalamus, hipofisis atau
pituitari, dan kelenjar endokrin tepi. Pada vertebrata, sistem syaraf memberikan
pengaruh yang sangat jelas terhadap sistem endokrin. Berbagai organ endokrin tepi
pada vertebrata bekerja di bawah kendali kelenjar pituitari bagian depan (anterior)
yang merupakan salah satu organ endokrin pusat. Pituitari anterior bekerja dibawah
pengaruh hipotalamus, yang kerjanya dipengaruhi oleh saraf.
1) Hipotalamus dan Pituitari
Hipotalamus dan pituitari merupakan organ endokrin pusat yang dimilki hewan
vertebrata. Hipotalamus merupakan bagian otak vertebrata yang terletak di bawah
talamus dan berperan dalam mempertemukan sistem saraf dan endokrin. Talamus
adalah kumpulan sel saraf yang terletak di bagian tengah otak vertebrata.
Hipotalamus berfungsi untuk mengendalikan kelenjar pituitari, sementara pituitari
juga berfungsi mengendalikan kelenjar endokrin lainnya. Oleh karena itu hipotalamus
disebut sebagai kelenjar induk. Hormon yang dikeluarkan oleh hipotalamus akan
dibawa ke pituitari ada dua jenis hormon dari hipotalamus yaitu hormon yang
dilepaskan ke pituitari depan dan hormon yang dilepas ke pituitari belakang. Hormon
yang dilepas ke pituitari belakang akan dilepas melalui akson plasma yang
membentang dari hipotalamus hingga ke bagian tersebut . Kelenjar pituitari belakang
disebut daerah neurondokrinal karena pada daerah ini banyak ditemukan juluran saraf
dari sel neurosekretori, yang badan selnya terletak di hipotalamus. Oleh karena itu
pituitari belakang disebut juga neurohipofisis. Dari neurohipofisis hormon dari
hipotalamus akan langsung dilepas ke sirkulasi melalui ujung akson. Hormon
hipotalamus yang dilepas di pituitari belakang ialah hormon ADH dan oksitosin.
ADH sangat penting untuk mengendalikan penyerapan air di saluran ginjal sedangkan
oksitosin berperan merangsang kontraksi otot polos pada dinding rahim dan kelenjar
susu. ADH dan oksitosin merupakan hormon dari golongan peptida. Pada semua
vertebrata dapat ditemukan peptida yang memiliki efek hayati serupa dengan ADH
dan oksitosin tetapi susunan asam aminonya berbeda. Hormon penting lain yang
dikeluarkan oleh hipotalamu yaitu hormon pelepas ( releasing hormon, RH ) dan
hormon penghambat (Release inhibiting hormon, RIH . Kedua jenis hormon tersebut
dilepas dari ujung akson sel neurosekretori di hipotalamus ke kapiler darah di
dekatnya. Dari hipotalamus, RH, RIH dibawa oleh darah ke pituitari depan yang juga
disebut adenohipofisis.
RH bekerja untuk mempengaruhi pelepasan hormon dari pituitari depan. Hormon
dari pituitari depan selanjutnya akan mempengaruhi pengeluaran hormon dari
kelenjar lain yang merupakan kelenjat tepi, sebaliknya RIH menghambat pelepasan
hormon dari pituitari depan.
Hormon pertumbuhan merangsang pertumbuhan tubuh pada semua hewan dan
berpengaruh pada metabolisme karbohidrat, lipid dan protein. Hormon ini juga
merangsang hati untuk melepaskan somatomedin, yang dapat merangsang mitosis
dalam jaringan tulang. TRH merangsang kelenjar tiroid untuk menyekresikan hormon
tiroksin dan tirodotiromin yang dapat mengendalikan laju metabolisme pada mamalia
dan metamorfosis pada amfibi.

2) Organ Endokrin Tepi


Organ endokrin tepi adalah semua organ endokrin diluar hipotalamus dan
pituitari. Semakin hari semakin banyak ditemukan organ endokrin baru pada
vertebrata. Saat ini banyak diketahui jantung juga mampu menghasilkan hormon yang
disebut ANP. Hormon tersebut berkaitan erat dengan pengaturan ion natrium di
ginjal.
Hampir semua aktivitas dalam tubuh hewan dipengaruhi oleh hormon. Aktivitas
tersebut meliputi proses pencernaan, peredaran darah, pengeluaran, osmoregulasi.
Dalam mengatur aktivitas tubuh sistem endokrin biasanya bekerjasama dengan sistem
saraf. Contoh kerja hormon dalam mengatur kadar kalsium dan gula darah manusia.
Keseimbangan kalsium dalam darah manusia dapat dicapai melalui kerjasama antara
hormon paratiroid dan kalsitonin. Keseimbangan kadar kalsium yang normal sangat
penting karena akan mempengaruhi kemamapuan saraf dan otot untuk menerima
rangsang, pembekuan darah, permeabilitas membran sel, serta fungsi normal enzim
tertentu. Sebagai contoh hipokalsemia (keadaan yang ditandai dengan kadar kalsium
dalam darah yang rendah) akan meningkatkan kepekaan saraf beberapa kali lipat
sehingga dapat menimbulkan kejang otot. 

i. Feromon pada Hewan


Feromon adalah zat kimia yang berasal dari kelenjar endokrin dan digunakan oleh
makhluk hidup untuk mengenali sesama jenis, individu lain, kelompok, dan untuk
membantu proses reproduksi. Berbeda dengan hormon, feromon menyebar keluar
tubuh dan hanya memengaruhi dan dikenali oleh individu lain yang sejenis (satu
spesies).
1) Feromon pada Kupu-Kupu
Ketika kupu-kupu jantan atau betina memgepakkan sayapnya, saat itulah feromon
tersebar di udara dan mengundang lawan jenisnya untuk mendekat secara seksual.
Feromon seks memiliki sifat yang spesifik untuk aktivitas biologis dimana jantan atau
betina dari spesies yang lain tidak akan merespon terhadap feromon yang dikeluarkan
jantan atau betina dari spesies yang berbeda.
2) Feromon pada Rayap
Untuk dapat mendeteksi jalur yang di jelajahinya, individu rayap yang berada di
depan mengeluarkan feromon penanda jejak (trail following pheromone) yang keluar
dari kelenjar stenum (sternal gland di bagian bawah, belakang abdomen), yang dapat
dideteksi oleh rayap yang berada di belakangnya. Sifat kimiawi feromon ini sangat
erat hubungannya dengan bau makanannya sehingga rayap mampu mendeteksi obyek
makanannya.
Di samping feromon penanada jejak, para pakar etologi (perilaku) rayap juga
menganggap bahwa pengaturan koloni berada di bawah kendali feromon dasar
(primer pheromone).

3) Feromon pada Ngengat


Ngengat gipsi betina dapat memengaruhi ngengat jantan beberapa kilometer
jauhnya dengan memproduksi feromon yang disebut “disparlur”. Karena ngengat
jantan mmampu mengindra beberapa ratus molekul dari betina yang mengeluarkan
isyarat dalam hanya satu mililiter udara, disparlur tersebut efektif saat disebarkan di
wilayah yang saat besar sekalipun.

4) Feromon pada Semut dan Lebah Madu


Semut menggunakan feromon sebagai penjejak untuk menunjukkan jalan menuju
sumber makanan. Bila lebah madu menyengat, ia tak hanya meninggalkan sengat
pada kulit korbannya, tetapi juga meninggalakan zat kimia yang memanggil lebah
madu lain untuk menyerang. Demikian pula, semut pekerja dari berbagai spesies
mensekresi feromon sebagai zat tanda bahaya, yang digunakan ketika terancam
musuh. Feromon disebar di udara dan mengumpulkan pekerja lain. Bila semut-semut
ini bertemu musuh, mereka juga memproduksi feromon sehingga isyaratnya
bertambah atau berkurang, bergantung pada sifat bahayanya.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
a. Sistem endokrin dan sistem saraf bekerja sama secara kooperatif untuk mengatur
aktivitas dalam tubuh hewan, dengan cara menghasilkan hormon yang kan
mempengaruhi sel sasaran. Hormon dapat dihasilkan oleh organ endokrin sejati
atapun oleh neurosekretori. Hormon dapat diklasifikasi menjadi 3 yaitu steroid,
peptida, dan turunan tirosin.
b. Timbulnya tanggapan hayati pada sel target akibat rangsang hormon relatif lebih
lambat jika dibandingkan dengan tanggapan yang timbul akibat rangsang saraf.
Hormon mempengaruhi sel target secara spesifik. Pengaruh tersebut berkaitan
erat dengan adanya reseptor hormon pada sel target yang sesuai dengan hormon
tetentu. Reseptor hormon ada yang terdapat di membran sel.
c. Sistem endokrin pada invertebrata masih sederhana dan organ endokrin yang
dimiliknya pada umunya berupa organ neuroendokrin. Sedangkan sistem
endokrin pada vertebrata sangat kompleks. Organ endokrin yang dimiliki
vertebrata pada umumnya berupa organ endokrin klasik terdiri atas organ
endokrin pusat dan tepi.

3.2. Saran
Tidak ada kata sempurna yang pantas untuk segala hal di dunia, begitu juga
dengan makalah yang telah kami susun, oleh karena itu bagi pihak terkait kami
mengharapkan kritik dan saran guna perbaikan dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat. Amin.
DAFTAR PUSTAKA

Bond, C. E.  1979.  Biology of Fishes.  W.  B. Saunders, Philadelphia.

Fujaya, Yushita., Ir., M.Si. 2004. Fisiologi Ikan. Rineka Cipta. Jakarta.

Helfman, G. S.., B. C. Collete dan D. E. Facey. 1997.  The Diversity of Fishes. 


Blackwell Science, UK.

Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Kanisius. Jogyakarta

Syahraini, 2012. Sistem Endokrin pada Hewan. http://syahraini-ritz.blogspot.com/.


Diakses pada tanggal 24 Maret 2013 pukul 15.00.

Anonim, 2013. Hormon dan Sistem Endokrin. http://sehat-


enak.blogspot.com/ diakses pada tanggal 26 Maret 2013 pukul 14.14 WITA,
Makassar.

Ulfhitha, Desi, 2012. Sistem Endokrin. http://desyyulfitha.blogspot.com/ diakses pada


tanggal 26 Maret 2013 pukul 14.20 WITA, Makassar.

http://fitriniceidea.blogspot.com/2015/01/makalah-sistem-endokrin.html

Anda mungkin juga menyukai