FISIOLOGI HEWAN
SISTEM ENDOKRIN/HORMON
Dosen Pengampu:
Elga Araina, S.Si, M.Pd.
Disusun Oleh:
Kelompok 3
Indah Noniika (193020209036)
Dicky Satriya Pratama (193020209037)
Netan Patu Nyaho (193020209038)
Fadtrisia Elok (193030209049)
Celine Patricia Tiono (193030209057)
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena telah memberikan
kesempatan kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan berkat-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Sistem Endokrin/Hormon
dengan tepat waktu. Makalah Sistem Endokrin/Hormon disusun untuk memenuhi
tugas dari ibu dosen Elga Araina, S.Si, M.Pd. pada mata kuliah Fisiologi Hewan di
Universitas Palangka Raya.
Selain itu, kami juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi
pembaca tentang sistem endokrin/hormon.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan,
untuk kritik dan saran sangat kami harapkan dari berbagai pihak untuk memperbaiki
makalah ini di kemudian hari.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................................
2.1.
2.2.
2.3.
2.4.
2.5.
2.6.
2.7.
2.8.
2.9.
2.10.
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Sel-sel penyusun organ endokrin dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai
berikut (Ulfhitha, 2012):
a. Sel Neusekretori, adalah sel yang berbentuk seperti sel saraf, tetapi berfungsi
sebagai penghasil hormon. Contoh sel neusekretori ialah sel saraf pada
hipotalamus. Sel tersebut memperhatikan fungsi endokrin sehingga dapat juga
disebut sebagai sel neuroendokrin. Sesungguhnya, semua sel yang dapat
menghasilkan sekret disebut sebagai sel sekretori. Oleh karena itu, sel saraf
seperti yang terdapat pada hipotalamus disebut sel neusekretori.
b. Sel endokrin sejati, disebut juag sel endokrin kelasik yaitu sel endokrin yang
benar-benar berfungsi sebagai penghasil hormon, tidak memiliki bentuk seperti
sel saraf. Kelenjat endokrin sejati melepaskan hormon yang dihasilkannya secara
langsung ke dalam darah (cairan tubuh). Kelenjar endokrin sejati dapat ditemukan
pada hewan yang memepunyai sistem sirkulasi, baik vertebrata maupun
invertebrata. Hewan invertebrata yang sering menjadi objek studi sistem endokrin
yaitu Insekta, Crustaceae, Cephalopoda, dan Moluska. Kelenjar endokrin dapat
berupa sel tunggal atau berupa organ multisel.
Sistem hormon (endokrin) dan saraf dahulu dianggap sebagai pengatur fisiologi
yang terpisah. Tetapi pandangan tersebut berubah setelah ditemukannya neuron-
neuron termodifikasi yang dapat mensekresi hormon. Beberapa di antara neuron-
neuron tersebut menunjukkan mekanisme pengaturan terhadap kelenjar-kelenjar
khusus yang menghasilkan hormon. Sekresi neuron-neuron termodifikasi tersebut
dipengaruhi neuron-neuron “biasa”, dan banyak kelenjar penghasil hormon (kelenjar
endokrin) yang secara langsung diinervasi oleh neuron yang mempengaruhi aktivitas
sekretorinya.
Sistem endokrin Vertebrata melibatkan kelenjar endokrin yang mensintesis dan
melepaskan duta kimia khas ke dalam darah (“the blood spesific chemical
messenger”) yang disebut hormon. Hormon diangkut melalui darah ke jaringan
sasaran khas tempat hormon menyebabkan perubahan aktivitas sel penyusun jaringan
tersebut. Karena suatu hormon hanya mempengaruhi sasaran tertentu, maka sasaran
harus dapat menerima sinyal tersebut, berarti sasaran harus mempunyai reseptor khas
agar dapat merespon sinyal. Organ lain yang bukan sasaran dan dipapar oleh hormon
yang sama dengan kadar yang sama harus tidak mampu merespon, dalam arti harus
tidak mempunyai reseptor yang mampu merespon keberadaan hormon.
2) Hipofisis Posterior
Hormon Oksitosin (merangsang kontraksi kelahiran)
Hormon Vasopresin (merangsang reabsorpsi air ginjal)
b. Kelenjar Tiroid
Kelenjar tiroid adalah salah satu dari kelenjar endokrin terbesar pada tubuh
manusia. Kelenjar ini dapat ditemui di leher. Kelenjar ini berfungsi untuk mengatur
kecepatan tubuh membakar energi, membuat protein dan mengatur kesensitifan tubuh
terhadap hormon lainnya. Kelenjar tiroid dapat distimulasi dan menjadi lebih besar
oleh epoprostenol. Fungsi tiroid diatur oleh hormon perangsang tiroid (TSH)
hipofisis, dibawah kendali hormon pelepas tirotropin (TRH) hipotalamus melalui
sistem umpan balik hipofisis-hipotalamus. Faktor utama yang mempengaruhi laju
sekresi TRH dan TSH adalah kadar hormon tiroid yang bersirkulasi dan laju
metabolik tubuh.
c. Kelenjar Paratiroid
Ada 2 jenis sel dalam kelejar paratiroid, ada sel utama yang mensekresi hormon
paratiroid (PTH) yang berfungsi sebagai pengendali keseimbangan kalsium dan fosfat
dalam tubuh melalui peningkatan kadar kalsium darah dan penuurunan kadar fosfat
darah dan sel oksifilik yang merupakan tahap perkembangan sel chief.
d. Kelenjar Timus
Kelenjar timus merupakan kelenjar yang bertanggungjawab dalam pertumbuhan
manusia. Kelenjar timus bahkan sangat berpengaruh pada saat usia pertumbuhan.
Kelenjar timus berfungsi untuk pertumbuhan. Bila kekurangan kelenjar timus akan
menderita kretinisme (kekerdilan) dan bila kelebihan menimbulkan gigantisme
(raksasa).
e. Adrenalin
Kelenjar adrenal atau kelenjar anak ginjal (kelenjar supra renal) terletak di atas
ginjal bagian kiri dan kanan. Bagian luar dari kelenjar adrenal berwarna kekuningan
yang menghasilkan kortisol yang disebut korteks dan bagian medula yang
menghasilkan adrenalin atau epinefrin dan non adrenalin atau nor eprinefrin.
Kelenjar adrenal beratnya kira-kira 4 gram. Kelenjar adrenal terdiri atas dua
bagian yang berbeda, yaitu: Pada setiap ginjal terdapat satu kelenjar suprarenal dan
dibagi atas dua bagian, yaitu bagian luar (korteks) dan bagian tengah (medula).
Medula Adrenal yang berada di pusat, bagian ini kira-kira 20% dari keseluruhan
kelenjar adrenal, berkaitan dengan sistem saraf simpatis, bertugas untuk mensekresi
hormon epinefrin dan norepinefrin. Korteks Adrenal, bagian ini berada di luar dan
berfungsi untuk mensekresi hormon kortikosteroid dan androgen.
Pada korteks menghasilkan hormon deoksikortison dan kortison dengan fungsi
mempengaruhi penyerapan. Apabila kekurangan menyebabkan penyakit adison. Pada
medulla menghasilkan hormon adrenalin (epinefrin) dengan fungsi mengubah
glikogen menjadi glukosa, menaikkan gula darah dan mempercepat kerja jantung.
Hormone adrenalin bekerja antagonis dengan hormone insulin dalam mengatur gula
dalam darah agar tetap normal.
f. Kelenjar Pankreas
Kelenjar pankreas termasuk golongan kelenjar endokrin. Ada beberapa kelompok
sel pada pankreas yang dikenal sebagai pulau langerhans. Bagian ini berfungsi
sebagai kelenjar endokrin yang menghasilkan hormon insulin.
Hormoneinsulin berfungsi mengatur konsentrasi glukosa dalam darah. Kekurangan
hormon ini akan menyebabkan penyakit diabetes yang ditandai dengan meningkatnya
kadar glukosa dalam darah. Selain menghasilkan insulin, pankreas juga menghasilkan
hormon glucagons yang bekerja antagonis dengan hormon insulin.
g. Gonad
Kelenjar kelamin (kelenjar gonad) adalah kelenjar endokrin yang memproduksi
dan mengeluarkan steroid yangmengatur pembangunan tubuh dan mengendalikan
karakteristik seksual sekunder. Gonad adalah organ yang memproduksi sel kelamin.
Pada pria, gonadnya adalah testes, dan pada wanita gonadnya adalah ovarium. Secara
umum, kelanjar kelamin (kelenjar gonad) pada laki-laki dan perempuan sangat
berbeda baik dari segi struktur fisiologis, kandungan dan jumlah hormon yang
dikandungnya.
Kelenjar kelamin (kelenjar gonad) terbentuk pada minggu-minggu pertama
gestasi dan tampak jelas pada minggu kelima. Diferensiasi jelas dengan mengukur
kadar testosteron fetal terlihat jelas pada minggu ketujuh dan ke delapan gestasi.
Keaktifan kelenjar gonad terjadi pada masa prepubertas dengan meningkatnya sekresi
gonadotropin (FSH dan LH) akibat penurunan inhibisisteroid.
2.4. Hormon
Hormon (dari bahasa Yunani, όρμή: horman - "yang menggerakkan") adalah
pembawa pesan kimiawi antar sel atau antar kelompok sel. Semua organisme
multiselular, termasuk tumbuhan juga memproduksi hormon.
Hormon beredar di dalam sirkulasi darah dan fluida sell untuk mencari sel target.
Ketika hormon menemukan sel target, hormon akan mengikat protein reseptor
tertentu pada permukaan sel tersebut dan mengirimkan sinyal. Reseptor protein akan
menerima sinyal tersebut dan bereaksi baik dengan mempengaruhi ekspresi
genetik sel atau mengubah aktivitas protein seluler, termasuk di antaranya adalah
perangsangan atau penghambatan pertumbuhan serta apoptosis (kematian sel
terprogram), pengaktifan atau penonaktifan sistem kekebalan,
pengaturan metabolisme dan persiapan aktivitas baru (misalnya terbang, kawin, dan
perawatan anak), atau fase kehidupan (misalnya pubertas dan menopause). Pada
banyak kasus, satu hormon dapat mengatur produksi dan pelepasan hormon lainnya.
Hormon juga mengatur siklus reproduksi pada hampir semua organisme multiselular.
Pada hewan, hormon yang paling dikenal adalah hormon yang diproduksi
oleh kelenjar endokrin vertebrata. Walaupun demikian, hormon dihasilkan oleh
hampir semua sistem organ dan jenis jaringan pada tubuh hewan. Molekul hormon
dilepaskan langsung ke aliran darah, walaupun ada juga jenis hormon yang disebut
ektohormon (ectohormone) yang tidak langsung dialirkan ke aliran darah, melainkan
melalui sirkulasi atau difusi ke sel target.
Pada prinsipnya pengaturan produksi hormon dilakukan
oleh hipotalamus (bagian dari otak). Hipotalamus mengontrol sekresi banyak kelenjar
yang lain, terutama melalui kelenjar pituitari, yang juga mengontrol kelenjar- kelenjar
lain. Hipotalamus akan memerintahkan kelenjar pituitari untu mensekresikan
hormonnya dengan mengirim faktor regulasi ke lobus anteriornya dan mengirim
impuls saraf ke posteriornya dan mengirim impuls saraf ke lobus posteriornya.
b. Klasifikasi Hormon
Tergantung dari pandangan seseorang hormon dapat diklasifikasikan ke dalam
dua kelompok atau kelas, yaitu dari sudut susunan atau struktur kimia alamiahnya dan
yang kedua dari segi fungsi atau kerjanya. Bila ditilik dari struktur kimianya maka
hormon dapat kita katagorikan sebagai berikut.
1) Protein. Hormon tumbuh atau grwoth hormone termasuk hormon protein yang
terbesar yang mengandung 191 asam amnio (pada manusia). Jumlah adam amino
pada hormon tumbuh bervariasi tergantung pada species. Hormon parathyroid
mempunyai sekitar 80-85 asam amino, sedangkan insulin yang terdiri dari rantai
A dan rantai B mengandung asam amino sebanyak 49-52. Susunan asam amino
pada insulin ini adalah 20-21 asam amino pada rantai A dan sejumlah 29-31 asam
amino pada rantai B.
2) Peptida. Yang termasuk peptida antaranya adalah beberapa hormon yang
dihasilkan oleh hipothalamus yaitu TRF dalam bentuk tripeptida, vasopressin dan
oxytocin yang secara struktur kimianya termasuk octapeptida. Hormon
gastrin mempunyai komponen asam amino sebanyak 17 buah. Hormon
perangsang alpha-melanosit (Alpha-melanocyte-stimulating hormone)
mempunyai komponen asam amino sejumlah 13 buah, sedangkan yang beta
(Beta- melanocyte-stimulating hormone) mengandung 18 atau 22 asam amino.
Glucagon mempunyai komponen asam amino sebanyak 29 buah, calcitonin 32
buah dan ACTH 39 buah.
3) Asam amino. Yang termasuk kelompok ini adalah hormon-hormon amine, yaitu
yang berasal dari asam amino yang mengalami modifikasi. Di antara yang
termasuk ke dalam hormon amine adalah epinephrine dan norepinephrine yang
merupakan hasil modifikasi dari asam amino tyrosine. Modifikasi dari asam
amino tryptophan dapat menghasilkan serotonin dan melatonin. Hormon thyroxin
(T4) juga termasuk hormon amine, sebagai hasil yodanisasi dan kondensasi dari
dua molekul asam amino tyrosine.
4) Steroid. Hormon steroid dihasilkan dari metabolisme dan proses konversi dari
kolesterol yang mengandung 27 buah atom karbon (C-27). Hormon steroid larut
dalam lemak dan dihasilkan oleh kelenjar adrenal, testes, ovarium, dan plasenta.
Hormon-hormon itu diantaranya adalan estrogen (C-18), androgen (C-19),
corticoid (C-12) dan progesteron (C-21).
5) Asam lemak. Hormon prostaglandin adalah satu-satunya hormon yang masuk
katagori ini. Prostaglandin dihasilkan oleh beragam sel hewan yang merupakan
biosintesis dari dua asam lemak yaitu asam lemak arachidonic dan di-homo-
gamma-linolenic (arachidonic acid; di-homo-γ-linolenic acid).
Dua hormon lain yang bersifat trofik tetapi dihasilkan diluar hipofisa adalah
chorionic gonadotropin manusia (human chorionic gonadotropin; HCG) dan
chorionic thyrotropin manusia (human chorionic thyrotropin) yang dihasilkan oleh
placenta. HCG mempunyai fungsi atau efek yang sama dengan LH sedangan HCT
mempunyai peranan yang mirip dengan TSH dari hipofisa. Meskipun belum umum
diterima, telah sejak tahun 1975 disarankan bahwa placenta juga menghasilkan
hormon ACTH (human chorionic corticotrophin; HCC).
Renin, meskipun zat ini tidak dapat dikategorikan sebagai hormon berdasarkan
batasan yang dipakai, mampu menghasilkan Angiotensin dan selanjutnya Angiotensin
berperan dalam produksi hormon mineralocorticoid yang mengatur metabolisme
mineral. Di dalam perkembangan species selanjutnya dijumpai pembentukan hormon-
hormon dengan fungsi dan peranan yang spesifik. Hormon-hormon tersebut adalah
hormon perangsang pigmen (melanocyte stimulating hormone; MSH) dan oxytocin
yang berperan pada proses kelahiran dan ekskresi air susu.
Hormon pengatur metabolisme air dan mineral. Calcitonin yang dihasilkan oleh
kelenjar thyroid (sel C atau sel-sel parafolikuler) mempunyai peranan untuk mengatur
metabolisme calcium dan fosfor. Meningkatnya produksi calcitonin akan
menyebabkan menurunnya calsium dan fosfor dalam darah dan meningkatkan
ekskresi calsium, fosfor, natrium, kalium dan magnesium melalui ginjal. Hormon
parathyroid yang dihasilkan oleh kelenjar parathyroid mengatur homeostasi mineral
terutama calcium dan fosfor. Peningkatan produksi hormon parathyroid akan
berakibat meningkatnya calcium di dalamserum dan meningkatnya ekskresi fosfor
melalui air seni. Aldosteron adalah mineralocorticoid yang dihasilkan oleh zona
glomerulosa dari kelenjar adrenal. Hormon ini berperan di dalam pengaturan
metabolisme natrium dan kalium. Peningkatan produksi aldosteron akan
meningkatkan reabsorbsi natrium dan sekresi kalium dan hydrogen (dalam bentuk
ammonium) di kawasan tubuli pengumpul bagian kortikal (cortical collecting
tubules) pada ginjal. Vasopressin dihasilkan oleh sel-sel dari nucleus supraoptik dan
paraventrikuler (supraoptic and paraventricular nuclei) yang kemudian disimpan di
dalam hipofisa pars nervosa (neurohypophysis) menunggu sampai diperlukan oleh
tubuh untuk disekresikan ke dalam aliran darah. Peranan vasopressin (ADH;
antidiuretic hormone) adalah melakukan konservasi air tubuh dengan jalan
mengurangi ekskresi air seni.
Hormon pengatur sistem kardiovaskuler. Epinephrine dihasilkan oleh bagian
medula dari kelenjar adrenal. Efek dari hormon ini tergantung dari reseptor dari setiap
organ tujuan (target organ), yaitu adregenic receptor (alpha atau beta). Pada jantung
yang mempunyai beta receptor epinephrine akan mengakibatkan peningkatan
konduksi dan kontraksi dari jantung. Pada arteriol yang mempunyai reseptor beta
epinephrine akan menyebabkan vasokontriksi. Dengan jalan demikian keseimbangan
hemodinamika oleh epinephrine disesuaikan. Selain terhadap sistem kardiovaskuler,
epinephrine juga mempunyai peranan terhadap sistem pernapasan yaitu menyebabkan
dilatasi pada saluran pernapasan (bronchus) dan menyebabkan menurunnya gerakan
atau kontraksi usus. Namun demikian kerja ketiga sistem tersebut (kardiovaskuler,
pernapasan, dan usus) lebih didominasi oleh catecholamin dan acetylkolin
(catecholamine, acetylcholine) yang dihasilkan oleh ujung-ujung saraf simpatis dan
parasimpatis.
LARUT LEMAK
Hormon steroid
Testosteron
Estrogen
Progesteron
Kortikosteroid
Vitamin D3
LARUT AIR
Hormon peptida dan protein
Peptida
Hormon-hormon hipotalamus
Angiotensin
Somatostatin
Gastrin 3-14 asam amino
Sekretin 8 asam amino
Glukagon 14 asam amino
Kalsitonin 17 asam amino
Insulin 27 asam amino
Parathormon 29 asam amino
32 asam amino
51 asam amino
84 asam amino
Protein berberat molekul besar
Growth hormone (GH)
Prolaktin
Luteinizing hormone (LH)
Follicle Stimulating Hormone (FSH)
Thyrotropic Hormone
Hormon
Growth hormone releasing hormone GH-RH
Growth hormone release-inhibiting hormone GH-RIH
Prolactin releasing hormone P-RH
Prolactin release-inhibitinghormone P-RIH
Melanocyte-stimulating hormone MSH
Melanocyte-stimulating hormone release-inhibiting MSH-RIH
hormone C-RH
Corticotropin (ACTH) releasing hormone TRH
Thyrotropin releasing hormone LH-RH
Luteinizing hormone releasing hormone FSH-RH
Follicle-stimulating hormone releasing hormone
Pelepasan empat hormon yang lain nampaknya tergantung pada sistem feedback
negatif. Corticotropin (ACTH), TSH, LH, dan FSH mempunyai organ target korteks
adrenal, tiroid, dan gonad. Kelenjar-kelenjar tersebut saat distimulasi melepaskan
hormon yang sesuai ke dalam darah. Keberadaan hormon di dalam darah sebaliknya
menghambat, dengan feedback negatif, sekresi hormon-hormon tropik. Bukti-bukti
menunjukkan bahwa inhibisi terjjadi pada tingkat hipotalamus (kecuali tiroksin yang
kemungkinan mempunyai lengkung feedback lebih pendek melalui adenohipofisis).
Peran utama hipotalamus pada pengaturan endokrin menimbulkan pertanyaan
bagaimana organ penting tersebut dikendalikan. Hubungan hipotalamus dengan
berbagai lokasi di otak melalui saraf memungkinkan pengendalian oleh berbagai
lingkungan, juga faktor-faktor emosi, siklus terang gelap, musim, dan sebagainya.
Dengan demikian jjelas bahwa sistem endokrin secara keseluruhan ada di bawah
kendali saraf, melalui peran hipotalamus.
b. Platyhelminthes
Hewan ini dapat menghasilkan hormon yang berperan penting dalam proses
regenerasi. Hormon yang dihasilkan tersebut juga terlibat dalam regulasi osmotic,
ionic, dan dalam proses reproduksi.
c. Nematoda
Hewan ini dapat mengalami ganti kulit hingga 4 kali dalam siklus hidupnya., serta
mempunyai struktur khusus yang berfungsi untuk sekresi neurohormon, yang
berkaitan erat dengan sistem saraf. Struktur khusus tersebut terdapat pada ganglion di
daerah kepala dan beberapa pada daeran korda saraf.
d. Annelida
Sejumlah annelida seperti poliseta (misalnya neris), oligoseta (misalnya
lumbricus), dan hirudinae (misalnya lintah) sudah memperlihatkan adanya derajat
sefalisasi yang memadai. Otak hewan tersebut memiliki sejumlah besar sel saraf yang
berfungsi sebagai sel sekretori. Hewan ini juga telah memiliki system sirkulasi yang
berkembang sangat baik sehingga kebutuhan untuk menyelenggarakan system
kendali endokrin dapat terpenuhi.sistem endokrin annelida berkaitan erat dengan
aktivitas pertumbuhan, perkembangan, regenerasi, dan reproduksi.
Contoh yang baik untuk hal tersebut ialah perubahan bentuk cacing poliseta
dewasa, yang dikenal dengan istilah epitoki.epitoki ialah perubahan sejumlah ruas
tubuh menjadi struktur reproduktif. Dalam proses tersebut, beberapa ruas tubuh
annelida yang mengalami perubahan bentuk akan terlepas dari tubuh utamanya, dan
berkembang menjadi organisme hidup bebas.epitoki di kendalikan oleh system
neuroendokrin.hormon yang dilepaskan bersifat menghambat epitoki sehingga epitoki
hanya akan berlansung pada saat kadar hormon tersebut rendah.cara kerja hormone
ini tidak diketahui secara jelas, tetapi diduga sekresinya diatur oleh faktor lingkungan.
e. Moluska
Moluska (terutama siput) mempunyai sejumlah besar sel neuroendokrin yang
terletak pada ganglia penyusun system saraf pusat. Hewan ini juga memiliki organ
endokrin klasik. Senyawa yang dilepaskan menyerupai protein dan berperan penting
dalam mengendalikan osmoregulasi, pertumbuhan, serta reproduksi.
Reproduksi pada muluska sangat rumit karena hewan ini bersipat hommoprodit
(gamet jantan dan betina terdapat dalam satu tubuh). Beberapa sepesies hewan dari
kelompok ini bersipat protandri. Pada hewan yang bersipat protandri, gamet jantan
terbentuk labih dahulu dari pada gamet betina. Pada hewan ini di temukan adanya
hormone yang merangsang pelepasan telur dari gonad dan pengeluaran telur dari
tubuh. Pada Cephalopoda, hewan yang tidak bersipat hermaprodit, proses preproduksi
di kendalikan Oleh endokrin. Dalam hal ini, organ endokrin kalalsik(terutama
kelenjar optik) diduga memilki peran yang sangat penting. Kelenjar optik diduga
menyekresi beberapa hormon yang diperlukan untuk perkembangan sperma dan telur.
f. Crustacea
Seperti halnya invertebrate lain, sistem endokrin pada krustasea umumnya berupa
system neuroendokrin, meskipun mempunyai organ endokrin klasik. Fungsi tubuh
yang dikendalikan oleh sistem endokrin antara lain osmoregulasi, laju denyut jantung,
komposisi darah, pertumbuhan, dan pergantian kulit. Sistem kendali endokrin yang
berkembang paling baik dapat ditemukan pada Malakostra (antara lain ketam,
lobster/udang besar, dan udang). Organ neuroendokrin krustasea terdapat pada tiga
daerah utama yaitu sebagai berikut.
1) Kompleks kelenjar sinus, organ ini kadang-kadang disebut kompleks golongan
kepala dan lobus optik ad tangkai mata .
2) Organ post- komisural, organ ini juga menerima akson dari otak dan berakhir
pada awal esofogus.
3) Organ pericardial, organ ini terletak sangat dekat dengan jantung danmenerima
akson dari ganglion toraks.
Krustasea memiliki jumlah kecil sel endokrin klasik, yaitu organ Y dan kelenjar
mandibula. Organ Y merupakan sepasang kelenjar yang terletak di daerah
dada(toraks), tepat nya pada luas maksila (rahang atas) atau ruas antena.Hormon dari
kelenjar Y diduga memengaruhi proses molting. Kelanjar mandibula terletak di dekat
organ Y dan di duga memeliki pungsi endokrin juga.Krustasea juga mempunyai
kelenjar androgenik yang diyakini berperan dalam perkembangan testis dan produksi
sperma.
Salah satu proses pada krustasea yang dikendalikan oleh system endokrin ialah
pengubahan warna kulit. Krutasea mampu menerima rangsang berupa warna latar
belakang mereka, yang mendorong meereka untuk menyesuaikan warna tubuh nya
dengan warna itu.dengan cara demikian,krustasea dapat terhindar dari perhatian
musuhnya.
Kemampuan untuk mengubah warna yang di miliki suatu spesies dapat berbeda
dari sepesies lain nya.beberapa hewan hany adapat mengubah warna kulit dan terng
ke gelap,sementara hewan yang lain dapat menanggapi beraneka warna latar
belakang. Perubahan warna kulit krustasea dipengaruhi oleh penyebaran pigmen yang
tedapat dalam kromatofor (sel pembawa pigmen).
Kromatopor pada umum nya terdapat pada sel kulit luar tubuh,tetepi dapat juga
terletak pada organ yang lebih dalam. Fungsi kromatopor dapat diubah oleh sejumlah
hormon, misalnya hormon peptide yang di hasilkan oleh kompleks kelenjar sinus.
Hormon ini menyebabkan pigmen menumpul atau menyebar. Hormon yang di
lepaskan oleh prikardial juga di anggap dapat memengaruhi fungsi kromatopor.
g. Insecta
Terdapat 3 kelompok sel neuroendokrin yang utama, sebagai berikut.
1) Sel neurosekretori medialis : memiliki akson yang membentang hingga ke
korpora kardiaka, yakni sepasng organ yang berfungsi sebagai tempat
penyimpanan dan pelepasan neurohormon.
2) Sel neurosekretori lateralis : memiliki akson yang membentang hingga ke korpora
kardiaka.
3) Sel neurosekretori subesofageal : terdapat di bawah kerongkongan dan memiliki
akson yang membentang ke korpora alata yang merupakan organ endokrin klasik.
3.1. Kesimpulan
a. Sistem endokrin dan sistem saraf bekerja sama secara kooperatif untuk mengatur
aktivitas dalam tubuh hewan, dengan cara menghasilkan hormon yang kan
mempengaruhi sel sasaran. Hormon dapat dihasilkan oleh organ endokrin sejati
atapun oleh neurosekretori. Hormon dapat diklasifikasi menjadi 3 yaitu steroid,
peptida, dan turunan tirosin.
b. Timbulnya tanggapan hayati pada sel target akibat rangsang hormon relatif lebih
lambat jika dibandingkan dengan tanggapan yang timbul akibat rangsang saraf.
Hormon mempengaruhi sel target secara spesifik. Pengaruh tersebut berkaitan
erat dengan adanya reseptor hormon pada sel target yang sesuai dengan hormon
tetentu. Reseptor hormon ada yang terdapat di membran sel.
c. Sistem endokrin pada invertebrata masih sederhana dan organ endokrin yang
dimiliknya pada umunya berupa organ neuroendokrin. Sedangkan sistem
endokrin pada vertebrata sangat kompleks. Organ endokrin yang dimiliki
vertebrata pada umumnya berupa organ endokrin klasik terdiri atas organ
endokrin pusat dan tepi.
3.2. Saran
Tidak ada kata sempurna yang pantas untuk segala hal di dunia, begitu juga
dengan makalah yang telah kami susun, oleh karena itu bagi pihak terkait kami
mengharapkan kritik dan saran guna perbaikan dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
http://fitriniceidea.blogspot.com/2015/01/makalah-sistem-endokrin.html