Anda di halaman 1dari 1

Nama : Yedita Veronika

NIM : 11000119130514
Mata Kuliah : Hukum Acara Pidana Khusus
Kelas :A
Resume Materi (20 April 2022)

Munculnya UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM dapat kita lihat melalui
konsideran, pertimbangan apa yang menjadi landasan harus adanya pengadilan HAM. Sebelum
UU ini dibuat, Indonesia telah memiliki UU yang berbentuk peraturan pemerintah pengganti UU
(perpu) mengenai pengadilan HAM, yaitu Perpu No. 1 Tahun 1999. Perpu ini lahir sebagai
upaya negara (Indonesia) untuk dapat menyelesaikan perkara-perkara pelanggaran HAM yang
diduga telah terjadi di Indonesia. Sebelum perpu ini lahir, Indonesia tidak memiliki perangkat
hukum yang dapat dijadikan dasar untuk menyelesaikan perkara pelanggaran HAM di Indonesia.
Konsekuensi apabila diduga telah terjadi pelanggaran HAM di suatu negara dan tidak dapat
menyelesaikannya sendiri, perkara akan diselesaikan di peradilan internasional, yaitu ICC
(International Criminal Court) di Den Haag. Oleh karena itu, Indonesia berupaya agar
pelanggaran yang terjadi di Indonesia dapat diselesaikan di Indonesia karena pada prinsipnya,
pelanggaran HAM diselesaikan sendiri oleh unsur pemerintah/negara, kecuali dalam hal tidak
mau dan/atau tidak mampu. Hal ini menyangkut harga diri bangsa.
Pertimbangan dalam UU No. 26 Tahun 2000 mengenai mengapa memerlukan pengadilan
HAM adalah:
1. Bahwa HAM merupakan hak dasar yang secara kodrati melekat pada diri manusia,
bersifat universal dan langgeng. Oleh karena itu, harus dilindungi, dihormati,
dipertahankan, dan tidak boleh diabaikan, dikurangi, atau dirampas oleh siapapun.
Hak dasar = setiap orang memilikinya (misal hak hidup) dan dibawa sejak lahir, bukan
karena diberi maupun dicari. Universal = berlaku di semua tempat, tidak mengenal
negara. Langgeng = dimiliki selamanya. Tindakan-tindakan yang tidak menghormati hak
ini nantinya akan masuk dalam kategori pelanggaran HAM;
2. Untuk ikut serta memelihara perdamaian dunia dan menjamin pelaksanaan HAM
serta memberi perlindungan, kepastian, keadilan, dan perasaan aman kepada
perorangan ataupun masyarakat, perlu segera dibentuk suatu pengadilan HAM untuk
menyelesaikan pelanggaran HAM yang berat sesuai dengan ketentuan Pasal 104 ayat
(1) UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM.
3. Bahwa pembentukan pengadilan HAM untuk menyelesaikan pelanggaran HAM yang
berat telah diupayakan oleh pemerintah berdasarkan Perpu No. 1 Tahun 1999 tentang
Pengadilan HAM yang dinilai tidak memadai sehingga tidak disetujui oleh DPR RI
menjadi UU dan oleh karena itu, perpu tersebut perlu dicabut.

Anda mungkin juga menyukai