Anda di halaman 1dari 17

SUBJEK DAN OBJEK PPN & PPnBM

PERPAJAKAN I KELAS C

Dosen Pengampu : Andi Iqra Pradipta Natsir, SE., M.Si

OLEH :

MIFTAHUL FUJI AMALIA BURHAN

(A031201119)

DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji dan Syukur kepada Allah SWT berkat rahmat, hidayah, dan
karunia-Nya kepada kita semua sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Mata Kuliah
Perpajakan I dengan judul “Subjek dan Objek PPN dan PPnBM".

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tugas ini tidak terlepas dari bantuan dari
banyak pihak dan juga penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada Bapak
Andi. Iqra Pradipta Natsir selaku Dosen Mata Kuliah Perpajakan I dengan tulus memberikan
saran dan kritiknya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini.

Akhir kata, mengingat adanya keterbatasan pengetahuan. Penulis mengharapkan


semoga tugas ini dapat berguna nantinya bagi para pembaca dan pihak-pihak lain.

Makassar, 11 April 2022

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2

BAB I.........................................................................................................................................6

PENDAHULUAN......................................................................................................................6

1.1. Latar Belakang..........................................................................................................6

1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................................6

1.3. Tujuan........................................................................................................................7

BAB II........................................................................................................................................8

PEMBAHASAN........................................................................................................................8

2.1. Dasar Hukum PPn dan PPnBM...............................................................................8

2.2. Istilah Dasar (Pasal 1 Undang-undang PPN)..........................................................8

2.3. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)..............................................................................9

2.3.1. Pengertian PPN....................................................................................................9

2.3.2. Karakteristik PPN.................................................................................................9

2.3.3. Ciri – Ciri PPN.....................................................................................................9

2.3.4. Objek PPN............................................................................................................9

2.4. Penyerahan Barang Kena Pajak (BKP)................................................................10

2.4.1. Pengertian BKP..................................................................................................10

2.4.2. Bukan Penyerahan Barang Kena Pajak..............................................................11

2.4.3. Pengecualian Barang Kena Pajak.......................................................................11

2.5. Jasa Kena Pajak (JKP)...........................................................................................11

2.5.1. Pengertian JKP...................................................................................................11

2.5.2. Pemanfaatan JKP dan BKP................................................................................12

2.5.3. Pengecualian Jasa Kena Pajak...........................................................................12

2.6. Pengusaha Kena Pajak (PKP)................................................................................12

2.6.1. Pengertian PKP..................................................................................................13

2.6.2. Pengecualian Kewajiban Pengusaha Kena Pajak...............................................13


2.7. Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)..................................................13

2.8. Dasar pengenaan Pajak, Penerapan tarif, Mekanisme Pengenaan PPN serta
perhitungannya...................................................................................................................14

2.8.1. Dasar Pengenaan Pajak......................................................................................14

2.8.2. Tarif Pengenaan.................................................................................................15

2.8.3. Mekanismen Pengenaan PPN............................................................................15

2.8.4. Cara Menghitung................................................................................................16

BAB III.....................................................................................................................................16

PENUTUP................................................................................................................................16

3.1. Kesimpulan..............................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................17
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) merupakan pengganti dari Pajak Penjualan. Alasan
digantinya ini karena Pajak Penjualan dirasa sudah tidak relevan lagi dengan
perkembangan zaman. Dan banyak aspek yang terbuka sehingga dapat menimbulkan
penyelundupan yang tidak dapat diatasi. Pemerintah menyadari akan Kekurangan Pajak
Penjualan, oleh karena oti diadakanlah rivisi berkala pada Pajak Penjualan itu sendiri
sehingga namanya berubah menjadi Pajak Pertambahan Nilai (PPN), PPN ini sendiri
memiliki beberapa kelebihan yang menutupi Pajak Penjualan. Diantaranya
menghilangkan pajak berganda, menggunakan tarif tunggal, netral dalam persaingan
dalam negeri, dll. Pajak Pertambahan nilai merupakan pajak tidak langsung dan pajak atas
konsumsi dalam negeri.
Latar belakang diperlakuannya Pajak Penjualan atas Barang Mewah setiap
pemungutan pajak termasuk pemungutan pajak Pertambahan Nilai diharapkan
mencerminkan keadialan baik secara horizontal maupun vertikal. Untuk mencapai sasaran
agar pemungutan Pajak Pertambahan Nilai mencerminkan keadilan tersebut maka
diberlakukan pemungutan Pajak Penjualan atas Barang Mewah

1.2. Rumusan Masalah

1. Dasar Hukum PPN dan PPnBM


2. Menjelaskan Istilah Dasar (Pasal 1 Undang-undang PPN)
3. Bagaimana Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
4. Apa saja Penyerahan Barang Kena Pajak (BKP)
5. Jasa Kena Pajak (JKP)
6. Pengusaha Kena Pajak (PKP)
7. Menjelaskan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
8. Menjelaskan Dasar pengenaan Pajak, Penerapan tarif, Mekanisme Pengenaan PPN
serta perhitungannya
1.3. Tujuan

1. Untuk mengetahui Dasar Hukum PPN dan PPnBM


2. Untuk mengetahui Istilah Dasar (Pasal 1 Undang-undang PPN)
3. Untuk mengetahui Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
4. Untuk mengetahui Penyerahan Barang Kena Pajak (BKP)
5. Untuk mengetahui Jasa Kena Pajak (JKP)
6. Untuk mengetahui Pengusaha Kena Pajak (PKP)
7. Untuk mengetahui Pajak Penjualan atas Barang Mewah
8. Untuk mengetahui Dasar pengenaan Pajak, Penerapan tarif, Mekanisme Pengenaan
PPN serta perhitungannya
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Dasar Hukum PPn dan PPnBM

 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 Tentang Pajak Pertambahan Nilai atas Barang
dan Jasa dan Pajak atas Penjualan Barang Mewah, perubahan terakhir dengan
Undang-undang Nomor 18 Tahun 2000
 Peraturan Pemerintah Nomor 143 Tahun 2000 tentang Pelaksanaan Undang-Undang
PPN & PPnBM dengan perubahan terakhir PP. Nomor 24 Tahun 2002
 Peraturan Pemerintah Nomor 144 Tahun 2000 tentang Jenis Barang dan Jasa yang
Tidak Dikenakan PPN
 Peraturan Pemerintah Nomo 145 Tahun 2000 tentang Kelompok Barang Kena Pajak
yang tergolong Mewah yang dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, terakhir
diubah dengan PP. Nomor 43 Tahun 2003.

2.2. Istilah Dasar (Pasal 1 Undang-undang PPN)

1. Daerah Pabean wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan,
dan ruang udara di atasnya, serta tempat-tempat tertentu di Zona Ekonomi Ekslusif
dan landasa kontinen yang didalamnya berlaku Undang-undang yang mengatur
mengenai kepabeanan.
2. Impor adalah setiap kegiatan memasukkan barang dari luar daerah Pabean ke dalam
daerah Pabean
3. Ekspor barang Kena Pajak Berwujud adalah setiap kegiatan mengeluarkan Barang
Kena Pajak Berwujud dari dalam daerah Pabean ke luar daerah Pabean
4. Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud adalah setiap kegiatan pemanfaatan
barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari dalam Daerah Pabean di luar daerah Pabean.
5. Pajak masukan adalah Pajak Pertambahan Nilai yang seharusnya sudah dibayar oleh
Pengusaha Kena Pajak karena perolehan Barang Kena Pajak dan/atau perolehan Jasa
Kena Pajak dan/atau Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar
daerah pabean dan/atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar daerah Pabean
dan/atau impor Barang Kena Pajak
6. Pajak keluaran adalah Pajak Pertambahan Nilai terutang yang wajib dipungut oleh
Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak, penyerahan
Jasa Kena Pajak, ekspor Barang Kena Pajak Berwujud, ekspor Barang Kena Pajak
Tidak Berwujud dan/atau ekspor Jasa Kena Pajak

2.3. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

2.3.1. Pengertian PPN

PPN adalah pajak atas konsumsi di dalam Daerah Pabean oleh Orang Pribadi Badan

2.3.2. Karakteristik PPN

1. Pajak objektif
2. Indirect Substraction Method
3. Multi stage
4. Consumption type VAT
5. Konsumsi Dalam Negeri
6. Non Kumulatif
7. Pajak Tidak Langsung

2.3.3. Ciri – Ciri PPN

 Pengenaan PPN dilaksanakan sistem faktur


 Setiap terjadinya penyerahan BKP/JKP, wajib pajak dibuatkan faktur pajar

faktur pajak adalah bukti pengutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak yang
melakukan penyerahan BKP atau penyerahan JKP. dimana terbagi atas dua yaitu

 Faktur pajak bagi penjual merupakan bukti pajak keluaran


 Faktur pajak bagi pembeli merupakan bukti pajak masukan

2.3.4. Objek PPN

PPN dikenakan atas :


1. Penyerahan BKP di dalam daerah Pabean yang dilakukan oleh pengusaha. Syarat-
syaratnya adalah
 Barang berwujud yang diserahkan merupakan BKP
 Barang tidak berwujud yang diserahkan merupakan BKP tidak berwujud
 Penyerahan dilakukan dalam daerah pabean, dan
 Penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau pekerjaanya.
2. Impor BKP
3. Penyerahan JKP di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh Pengusaha. Syarat-
syaratnya adalah :
 Jasa yang diserahkan merupakan JKP
 Penyerahan dilakukan di dalam daerah pabean, dan
 Penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau pekerjaanya.
4. Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean
5. Pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean
6. Ekspor BKP berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak
7. Ekspor BKP Tidak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak
8. Ekspor JKP

2.4. Penyerahan Barang Kena Pajak (BKP)

2.4.1. Pengertian BKP

Barang adalah barang berwujud, yang menurut sifat atau hukumnya dapat berupa
barang bergerak atau barang tidak bergerak, dan barang tidak berwujud. Penyerahan
Barang Kena Pajak adalah setiap kegiatan penyerahan barang kena pajak, yang
dikenakan pajak berdasarkan UU PPN.
 Penyerahan hak atas Barang Kena Pajak karena suatu perjanjian
 Pengalihan BKP karena perjanjian sewa beli dan leasing
 Pengalihan BKP kepada pedagang perantara atau melalui juru lelang
 Pemakaian sendiri dan/atau pemberian secara Cuma-Cuma
 Barang Kena Pajak berupa persediaan dan/atau aktiva yang menurut tujuan semula
tidak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan
 Penyerahan BKP dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan penyerahan antar cabang.
 Penyerahan BKP secara konsinyasi

Penyerahan – perjanjian :

 Penyerahan Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak dalam rangka perjanjian
pembiayaan yang dilakukan berdasarkan prinsip syariah, yang penyerahannya
dianggap langsung dari Pengusaha Kena Pajak kepada pihak yang membutuhkan
Barang Kena Pajak
Pemakaian untuk Tujuan Produktif

 Pemakaian Barang Kena Pajak dan atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak untuk tujuan
produktif belum merupakan penyerahan Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak
sehingga tidak terutang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah.

2.4.2. Bukan Penyerahan Barang Kena Pajak

 Penyerahan Barang Kena Pajak kepada makelar sebagaimana dimaksud dalam Kitab
Undang- Undang Hukum Dagang
 Penyerahan Barang Kena Pajak untuk jaminan utang-piutang
 Penyerahan Barang Kena Pajak dari pusat ke cabang atau antar cabang dalam hal
Pengusaha Kena Pajak melakukan pemusatan tempat pajak terutang
 Pengalihan Barang Kena Pajak dalam rangka penggabungan,peleburan,pemekaran,
pemecahan, dan pengambilalihan usaha dengan syarat pihak yang melakukan
pengalihan dan yang menerima pengalihan adalah Pengusaha Kena Pajak
 Barang Kena Pajak berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk
diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan, dan yang
Pajak Masukan atas perolehannya tidak dapat dikreditkan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 ayat (8) huruf b dan huruf c

2.4.3. Pengecualian Barang Kena Pajak

1. Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari
sumbernya
2. Barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak
3. Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan, warung, dan
sejenisnya, meliputi makanan dan minuman baik yang dikonsumsi di tempat maupun
tidak, termasuk makanan dan minuman yang diserahkan oleh usaha jasa boga atau
katering
4. Emas batangan, dan surat berharga
2.5. Jasa Kena Pajak (JKP)

2.5.1. Pengertian JKP

Jasa adalah setiap kegiatan pelayanan berdasarkan suatu perikatan atau perbuatan
hukum yang menyebabkan suatu barang, fasilitas, kemudahan, atau hak tersedia untuk
dipakai, termasuk jasa yang dilakukan untuk menghasilkan barang karena pesanan
atau permintaan dengan bahan dan/atau petunjuk dari pemesan. Jasa Kena Pajak
adalah jasa yang dikenai pajak berdasarkan Undang-undang PPN 1984. Setiap
kegiatan pemberian Jasa Kena Pajak termasuk pemakaian sendiri JKP dan pemberian
secara Cuma-Cuma oleh PKP

2.5.2. Pemanfaatan JKP dan BKP

Pemanfaatan JKP dan BKP Tidak Berwujud dari luar daerah pabean
 Setiap kegiatan pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean
 Setiap kegiatan pemanfaatn BKP tidak berwujud dari luar daerah pabean karena suatu
perjanjian di dalam daerah pabean.

2.5.3. Pengecualian Jasa Kena Pajak

1. Jasa di bidang pelayanan kesehatan medik


2. Jasa di bidang pelayanan sosial
3. Jasa di bidang pengiriman surat dengan perangko
4. Jasa keuangan
5. Jasa asuransi
6. Jasa di bidang keagamaan
7. Jasa di bidang pendidikan
8. Jasa kesenian dan hiburan
9. jasa angkutan umum di darat dan di air serta jasa angkutan udara dalam negeri yang
menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari jasa angkutan udara luar negeri
10. jasa tenaga kerja
11. jasa perhotelan
12. jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan secara
umum
13. jasa penyediaan tempat parkir
14. jasa telepon umum dengan menggunakan uang logam
15. jasa pengiriman uang dengan wesel pos; dan
16. jasa boga atau katering

2.6. Pengusaha Kena Pajak (PKP)

2.6.1. Pengertian PKP

Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang dalam
kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang,
mengekspor barang melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak
berwujud dari luar daerah pabean, melakukan usaha jasa termasuk mengekspor jasa,
atau memanfaatkan jasa dari luar daerah pabean.
Pengusaha Kena Pajak (PKP) adalah pengusaha yang melakukan penyerahan barang
kena pajak dan/atau penyerahan jasa kena pajak yang dikenai pajak berdasarkan
Undang-undang PPN 1984
 Pengusaha yang melakukan penyerahan BKP wajib melaporkan usahanya untuk
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, dan wajib memungut, menyetor, dan
melaporkan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang
terutang
 Pengusaha Kecil yang memilih untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak

2.6.2. Pengecualian Kewajiban Pengusaha Kena Pajak

1. pengusaha kecil
2. pengusaha yang semata-mata menyerahkan barang dan/atau jasa yang tidak dikenakan
PPN
Menghasilkan
1. kegiatan mengolah melalui proses mengubah bentuk atau sifat suatu barang dari
bentuk aslinya
2. kegiatan mengolah sumber daya alam
3. menyuruh orang pribadi atau badan melakukan kegiatan tersebut pada huruf 1 dan 2
diatas.

2.7. Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)

Dengan pertimbangan bahwa :


a. Perlu keseimbangan pembebanan pajak antara konsumen yang berpenghasilan rendah
dan konsumne yang berpenghasilan tinggi
b. Perlu adanya pengendalian pola konsumsi atas BKP yang tergolong mewah
c. Perlu adanya perlindungan terhadap produsen kecil atau tradisional
d. Perlu untuk mengamankan negara

Maka atas penyerahan BKP yang Tergolong Mewah oleh produsen atau impor BKP yang
tergolong Mewah, disamping dikenakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) juga dikenakan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM).

Batasan suatu barang termasuk BKP yang tergolong Mewah adalah :

a. Barang tersebut bukan merupakan barang kebutuhan pokok;


b. Barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat tertentu;
c. Pada umumnya barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat berpenghasilan tinggi
dan/atau
d. Barang tersebut dikonsumsi untuk menunjukkan status

PPnBM dikenakan atas :

a. Penyerahan BKP yang Tergolong Mewah yang dilakukan oleh Pengusaha yang
menghasilkan BKP yang Tergolong Mewah tersebut di dalam Daerah Pabean dalam
kegiatan usaha atau pekerjaannya;
b. Impor BKP yang Tergolong Mewah

PPnBM merupakan pungutan tambahan di samping PPN. PPnBM hanya dikenakan 1 (satu)
kali pada waktu penyerahan BKP yang Tergolong Mewah oleh Penguasa yang menghasilkan
atau pada waktu impor BKP yang Tergolong Mewah.

2.8. Dasar pengenaan Pajak, Penerapan tarif, Mekanisme Pengenaan PPN serta
perhitungannya

2.8.1. Dasar Pengenaan Pajak

Untuk menghitung besarnya pajak (PPN dan PPnBM) yang terutang perlu adanya
Dasar Pengenaan Pajak (DPP). Yang menjadi DPP adalah :
a. Harga jual adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau
seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan BKP, tidak termasuk pajak
Pertambahan Nilai yang dipungut menurut UU PPN 1984 dan potongan harga
yang dicantumkan dalam faktur pajak.
b. Penggantian adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau
seharusnya diminta oleh pengusaha karena penyerahan JKP, ekspor JKP, atau
ekspor BKP Tidak Berwujud, tetapi tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai
yang dipungut menurut Undang-undang PPN 1984 dan potongan harga yang
dicantumkan dalam faktur pajak atau nilai berupa uang yang dibayar atau
seharusnya dibayar oleh penerima jasa karena pemanfaatan JKP dan.atau oleh
penerima manfaat BKP tidak berwujud karena pemanfaatan BKp tidak
berwujud dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean
c. Nilai Impor adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan bea
masuk ditambahn pungutan berdasarkan ketentuan dalam peraturan perundang-
undangan yang mengatur mengenai kepabeanan dan cukai untuk impor BKP,
tidak termasuk PPN dan PPnBM yang dipungut menurut Undang-undang PPN
1984.
d. Nilai ekspor adalah nilai berupa uang, termasuk biaya yang diminta atau
seharusnya diminta oleh eksportir.

2.8.2. Tarif Pengenaan

1. Tarif Pajak Pertambahan Nilai


Tarif PPN yang berlaku saat ini adalah 10% (sepuluh persen). Sedangkan
tarif PPN sebesar 0% (nol persen) diterapkan atas :
a. Ekspor BKP Berwujud
b. Ekspor BKP Tidak Berwujud
c. Ekspor JKP
2. Tarif Pajak Penjualan Atas Barang Mewah
Tarif Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM) dapat ditetapkan
dalam beberapa kelompok tarif, yaitu tarif paling rendah 10% (sepuluh
persen) dan paling tinggi 200 (dua ratus persen) yang tergolong mewah
dikenai pajak dengan 0%. PPnBM yang telah dibayar atas perolehan BKP
yang tergolong mewah dan diekspor dapat diminta kembali (restitusi).
2.8.3. Mekanismen Pengenaan PPN

Mekanisme pengenaan PPN dapat digambarkan sebagai berikut :


 Pada saat membeli JKP atau BKP, akan dipungut PPN oleh PKP penjual.
Bagi pembeli, PPN yang dipungut oleh PKP penjual tersebut merupakan
pembayaran pajak di muka dan disebut dengan Pajak Masukan.
 Pada saat menjual/menyerahkan BKP/JKP kepada pihak lain, wajib
memungut PPN. Bagi penjual PPN tersebut merupakan Pajak Keluaran.
Sebagai bukti telah memungut PPN, PKP penjual wajib membuat faktur.
 Pelaporan penghitungan PPN dilakukan setiap masa pajak dengan surat
pemberitahuan masa pajak pertambahan nilai
 Apabila masa pajak lebih kecil daripada jumlah masukan maka dapat
direstui. Dan apabila jumlah pajak pengeluaran lebih besar daripada pajak
masukan selisihnya disetor ke kas negara.

2.8.4. Cara Menghitung

a. Cara menghitung PPN

PPN = Dasar Pengenaan Pajak × Tarif Pajak

b. Cara menghitung PPnBM

PPnBM = Dasar Pengenaan Pajak × Tarif Pajak


BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM)
yang dimana lebih menunjukkan sebagai suatu identitas dari suatu sistem pemungutan
pajak atas konsumsi daripada nama suatu jenis pajak, mengenakan pajak atas nilai tambah
yang timbul pada barang dan jasa tertentu. PPN telah dikenakan pada setiap mata ranati
jalur produksi maupun distribusi.
PPN merupakan pajak penjualan yang dimodifikasi. Yang dimana memiliki banyak
kelebihan yang ditawarkan pada PPN yaitu dengan menghapus kewajiban pajak berganda,
selain itu untuk menghapus barang yang dianggap mewah memiliki perlakuan khusus
yang disebut dengan PPnBM. Tarif dari PPN itu sendiri sebesar 10%, sedangkan untuk
PPnBM 10% dan paling tinggi 200%.

Pertanyaan :
1. Diketahui PKP “XYZ” sebagai pabrikan menyerahkan barang hasil produksinya
dengan harga jual Rp. 11.000.000. barang tersebut merupakan BKP yang Tergolong
Mewah dengan tarif PPnBM sebesar 30%. Penghitungan pajak yang harus dipungut
adalah.
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan faktur pajak, dan bagaimana mekanisme dalam
pengkreditan pajak nya?
DAFTAR PUSTAKA

Sikola Unhas “Materi-9_PPN-PPnBM-1”


https://sikola.unhas.ac.id/main/lp/lp_controller.php?
cidReq=243A3323&id_session=25553&gidReq=0&gradebook=0&origin=&action=v
iew&lp_id=51065. Diakses pada tanggal 11 April 2022. Pukul 15.23 Wita.

Habibi M. F (2018).‘PPN dan PPnBM’, academia.edu, p. 18. Available at:


https://www.academia.edu/36358965/Makalah_PPN_dan_PPNBM.

Mardiasmo, Perpajakan-Edisi Terbaru 2016, (Yogyakarta: Andi; 2016).

Anda mungkin juga menyukai