Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PERPAJAKAN I KELAS C
OLEH :
(A031201119)
DEPARTEMEN AKUNTANSI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2022
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji dan Syukur kepada Allah SWT berkat rahmat, hidayah, dan
karunia-Nya kepada kita semua sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Mata Kuliah
Perpajakan I dengan judul “Subjek dan Objek PPN dan PPnBM".
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tugas ini tidak terlepas dari bantuan dari
banyak pihak dan juga penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada Bapak
Andi. Iqra Pradipta Natsir selaku Dosen Mata Kuliah Perpajakan I dengan tulus memberikan
saran dan kritiknya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
BAB I.........................................................................................................................................6
PENDAHULUAN......................................................................................................................6
1.3. Tujuan........................................................................................................................7
BAB II........................................................................................................................................8
PEMBAHASAN........................................................................................................................8
2.8. Dasar pengenaan Pajak, Penerapan tarif, Mekanisme Pengenaan PPN serta
perhitungannya...................................................................................................................14
BAB III.....................................................................................................................................16
PENUTUP................................................................................................................................16
3.1. Kesimpulan..............................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) merupakan pengganti dari Pajak Penjualan. Alasan
digantinya ini karena Pajak Penjualan dirasa sudah tidak relevan lagi dengan
perkembangan zaman. Dan banyak aspek yang terbuka sehingga dapat menimbulkan
penyelundupan yang tidak dapat diatasi. Pemerintah menyadari akan Kekurangan Pajak
Penjualan, oleh karena oti diadakanlah rivisi berkala pada Pajak Penjualan itu sendiri
sehingga namanya berubah menjadi Pajak Pertambahan Nilai (PPN), PPN ini sendiri
memiliki beberapa kelebihan yang menutupi Pajak Penjualan. Diantaranya
menghilangkan pajak berganda, menggunakan tarif tunggal, netral dalam persaingan
dalam negeri, dll. Pajak Pertambahan nilai merupakan pajak tidak langsung dan pajak atas
konsumsi dalam negeri.
Latar belakang diperlakuannya Pajak Penjualan atas Barang Mewah setiap
pemungutan pajak termasuk pemungutan pajak Pertambahan Nilai diharapkan
mencerminkan keadialan baik secara horizontal maupun vertikal. Untuk mencapai sasaran
agar pemungutan Pajak Pertambahan Nilai mencerminkan keadilan tersebut maka
diberlakukan pemungutan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
PEMBAHASAN
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 Tentang Pajak Pertambahan Nilai atas Barang
dan Jasa dan Pajak atas Penjualan Barang Mewah, perubahan terakhir dengan
Undang-undang Nomor 18 Tahun 2000
Peraturan Pemerintah Nomor 143 Tahun 2000 tentang Pelaksanaan Undang-Undang
PPN & PPnBM dengan perubahan terakhir PP. Nomor 24 Tahun 2002
Peraturan Pemerintah Nomor 144 Tahun 2000 tentang Jenis Barang dan Jasa yang
Tidak Dikenakan PPN
Peraturan Pemerintah Nomo 145 Tahun 2000 tentang Kelompok Barang Kena Pajak
yang tergolong Mewah yang dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, terakhir
diubah dengan PP. Nomor 43 Tahun 2003.
1. Daerah Pabean wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan,
dan ruang udara di atasnya, serta tempat-tempat tertentu di Zona Ekonomi Ekslusif
dan landasa kontinen yang didalamnya berlaku Undang-undang yang mengatur
mengenai kepabeanan.
2. Impor adalah setiap kegiatan memasukkan barang dari luar daerah Pabean ke dalam
daerah Pabean
3. Ekspor barang Kena Pajak Berwujud adalah setiap kegiatan mengeluarkan Barang
Kena Pajak Berwujud dari dalam daerah Pabean ke luar daerah Pabean
4. Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud adalah setiap kegiatan pemanfaatan
barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari dalam Daerah Pabean di luar daerah Pabean.
5. Pajak masukan adalah Pajak Pertambahan Nilai yang seharusnya sudah dibayar oleh
Pengusaha Kena Pajak karena perolehan Barang Kena Pajak dan/atau perolehan Jasa
Kena Pajak dan/atau Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar
daerah pabean dan/atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar daerah Pabean
dan/atau impor Barang Kena Pajak
6. Pajak keluaran adalah Pajak Pertambahan Nilai terutang yang wajib dipungut oleh
Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak, penyerahan
Jasa Kena Pajak, ekspor Barang Kena Pajak Berwujud, ekspor Barang Kena Pajak
Tidak Berwujud dan/atau ekspor Jasa Kena Pajak
PPN adalah pajak atas konsumsi di dalam Daerah Pabean oleh Orang Pribadi Badan
1. Pajak objektif
2. Indirect Substraction Method
3. Multi stage
4. Consumption type VAT
5. Konsumsi Dalam Negeri
6. Non Kumulatif
7. Pajak Tidak Langsung
faktur pajak adalah bukti pengutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak yang
melakukan penyerahan BKP atau penyerahan JKP. dimana terbagi atas dua yaitu
Barang adalah barang berwujud, yang menurut sifat atau hukumnya dapat berupa
barang bergerak atau barang tidak bergerak, dan barang tidak berwujud. Penyerahan
Barang Kena Pajak adalah setiap kegiatan penyerahan barang kena pajak, yang
dikenakan pajak berdasarkan UU PPN.
Penyerahan hak atas Barang Kena Pajak karena suatu perjanjian
Pengalihan BKP karena perjanjian sewa beli dan leasing
Pengalihan BKP kepada pedagang perantara atau melalui juru lelang
Pemakaian sendiri dan/atau pemberian secara Cuma-Cuma
Barang Kena Pajak berupa persediaan dan/atau aktiva yang menurut tujuan semula
tidak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan
Penyerahan BKP dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan penyerahan antar cabang.
Penyerahan BKP secara konsinyasi
Penyerahan – perjanjian :
Penyerahan Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak dalam rangka perjanjian
pembiayaan yang dilakukan berdasarkan prinsip syariah, yang penyerahannya
dianggap langsung dari Pengusaha Kena Pajak kepada pihak yang membutuhkan
Barang Kena Pajak
Pemakaian untuk Tujuan Produktif
Pemakaian Barang Kena Pajak dan atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak untuk tujuan
produktif belum merupakan penyerahan Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak
sehingga tidak terutang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah.
Penyerahan Barang Kena Pajak kepada makelar sebagaimana dimaksud dalam Kitab
Undang- Undang Hukum Dagang
Penyerahan Barang Kena Pajak untuk jaminan utang-piutang
Penyerahan Barang Kena Pajak dari pusat ke cabang atau antar cabang dalam hal
Pengusaha Kena Pajak melakukan pemusatan tempat pajak terutang
Pengalihan Barang Kena Pajak dalam rangka penggabungan,peleburan,pemekaran,
pemecahan, dan pengambilalihan usaha dengan syarat pihak yang melakukan
pengalihan dan yang menerima pengalihan adalah Pengusaha Kena Pajak
Barang Kena Pajak berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk
diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan, dan yang
Pajak Masukan atas perolehannya tidak dapat dikreditkan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 ayat (8) huruf b dan huruf c
1. Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari
sumbernya
2. Barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak
3. Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan, warung, dan
sejenisnya, meliputi makanan dan minuman baik yang dikonsumsi di tempat maupun
tidak, termasuk makanan dan minuman yang diserahkan oleh usaha jasa boga atau
katering
4. Emas batangan, dan surat berharga
2.5. Jasa Kena Pajak (JKP)
Jasa adalah setiap kegiatan pelayanan berdasarkan suatu perikatan atau perbuatan
hukum yang menyebabkan suatu barang, fasilitas, kemudahan, atau hak tersedia untuk
dipakai, termasuk jasa yang dilakukan untuk menghasilkan barang karena pesanan
atau permintaan dengan bahan dan/atau petunjuk dari pemesan. Jasa Kena Pajak
adalah jasa yang dikenai pajak berdasarkan Undang-undang PPN 1984. Setiap
kegiatan pemberian Jasa Kena Pajak termasuk pemakaian sendiri JKP dan pemberian
secara Cuma-Cuma oleh PKP
Pemanfaatan JKP dan BKP Tidak Berwujud dari luar daerah pabean
Setiap kegiatan pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean
Setiap kegiatan pemanfaatn BKP tidak berwujud dari luar daerah pabean karena suatu
perjanjian di dalam daerah pabean.
Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang dalam
kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang,
mengekspor barang melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak
berwujud dari luar daerah pabean, melakukan usaha jasa termasuk mengekspor jasa,
atau memanfaatkan jasa dari luar daerah pabean.
Pengusaha Kena Pajak (PKP) adalah pengusaha yang melakukan penyerahan barang
kena pajak dan/atau penyerahan jasa kena pajak yang dikenai pajak berdasarkan
Undang-undang PPN 1984
Pengusaha yang melakukan penyerahan BKP wajib melaporkan usahanya untuk
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, dan wajib memungut, menyetor, dan
melaporkan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang
terutang
Pengusaha Kecil yang memilih untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak
1. pengusaha kecil
2. pengusaha yang semata-mata menyerahkan barang dan/atau jasa yang tidak dikenakan
PPN
Menghasilkan
1. kegiatan mengolah melalui proses mengubah bentuk atau sifat suatu barang dari
bentuk aslinya
2. kegiatan mengolah sumber daya alam
3. menyuruh orang pribadi atau badan melakukan kegiatan tersebut pada huruf 1 dan 2
diatas.
Maka atas penyerahan BKP yang Tergolong Mewah oleh produsen atau impor BKP yang
tergolong Mewah, disamping dikenakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) juga dikenakan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM).
a. Penyerahan BKP yang Tergolong Mewah yang dilakukan oleh Pengusaha yang
menghasilkan BKP yang Tergolong Mewah tersebut di dalam Daerah Pabean dalam
kegiatan usaha atau pekerjaannya;
b. Impor BKP yang Tergolong Mewah
PPnBM merupakan pungutan tambahan di samping PPN. PPnBM hanya dikenakan 1 (satu)
kali pada waktu penyerahan BKP yang Tergolong Mewah oleh Penguasa yang menghasilkan
atau pada waktu impor BKP yang Tergolong Mewah.
2.8. Dasar pengenaan Pajak, Penerapan tarif, Mekanisme Pengenaan PPN serta
perhitungannya
Untuk menghitung besarnya pajak (PPN dan PPnBM) yang terutang perlu adanya
Dasar Pengenaan Pajak (DPP). Yang menjadi DPP adalah :
a. Harga jual adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau
seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan BKP, tidak termasuk pajak
Pertambahan Nilai yang dipungut menurut UU PPN 1984 dan potongan harga
yang dicantumkan dalam faktur pajak.
b. Penggantian adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau
seharusnya diminta oleh pengusaha karena penyerahan JKP, ekspor JKP, atau
ekspor BKP Tidak Berwujud, tetapi tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai
yang dipungut menurut Undang-undang PPN 1984 dan potongan harga yang
dicantumkan dalam faktur pajak atau nilai berupa uang yang dibayar atau
seharusnya dibayar oleh penerima jasa karena pemanfaatan JKP dan.atau oleh
penerima manfaat BKP tidak berwujud karena pemanfaatan BKp tidak
berwujud dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean
c. Nilai Impor adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan bea
masuk ditambahn pungutan berdasarkan ketentuan dalam peraturan perundang-
undangan yang mengatur mengenai kepabeanan dan cukai untuk impor BKP,
tidak termasuk PPN dan PPnBM yang dipungut menurut Undang-undang PPN
1984.
d. Nilai ekspor adalah nilai berupa uang, termasuk biaya yang diminta atau
seharusnya diminta oleh eksportir.
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM)
yang dimana lebih menunjukkan sebagai suatu identitas dari suatu sistem pemungutan
pajak atas konsumsi daripada nama suatu jenis pajak, mengenakan pajak atas nilai tambah
yang timbul pada barang dan jasa tertentu. PPN telah dikenakan pada setiap mata ranati
jalur produksi maupun distribusi.
PPN merupakan pajak penjualan yang dimodifikasi. Yang dimana memiliki banyak
kelebihan yang ditawarkan pada PPN yaitu dengan menghapus kewajiban pajak berganda,
selain itu untuk menghapus barang yang dianggap mewah memiliki perlakuan khusus
yang disebut dengan PPnBM. Tarif dari PPN itu sendiri sebesar 10%, sedangkan untuk
PPnBM 10% dan paling tinggi 200%.
Pertanyaan :
1. Diketahui PKP “XYZ” sebagai pabrikan menyerahkan barang hasil produksinya
dengan harga jual Rp. 11.000.000. barang tersebut merupakan BKP yang Tergolong
Mewah dengan tarif PPnBM sebesar 30%. Penghitungan pajak yang harus dipungut
adalah.
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan faktur pajak, dan bagaimana mekanisme dalam
pengkreditan pajak nya?
DAFTAR PUSTAKA