Anda di halaman 1dari 4

ANALISIS DATA

Analisis data yang dimaksud di sini adalah analisis inferensial untuk menguji hipotesis
penelitian. Dalam analisis data, untuk menentukan uji hipotesis yang digunakan harus sesuai
dengan masalah penelitian dan set data yang dimiliki. Uji hipotesis yang sesuai akan
membawa peneliti pada pengambilan kesimpulan yang tepat. Pemilihan analisis berdasarkan
masalah penelitan dan set data disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 4. Tabel Pemilihan Uji Hipotesis


Jenis Hipotesis
Masalah
Komparatif Korelatif
Penelitian
2 kelompok > 2 kelompok 2 kelompok > 2 kelompok
Numerik Uji t tidak One way Uji t Repeated Pearson*
berpasangan* anova* berpasangan* Anova*
Kategorik Mann Whitney Kruskal- Wilcoxon Friedman Spearman
Wallis Sommers
Gamma
Kategorik Chi Square Mc. Nemar, Cochran Koefisien
Fisher Marginal Homogenesity Kontingensi
Kolmogorov-Smirnov Wilcoxon, Friedman Lambda
Sumber: Dahlan, M.S. 2010. Statistika untuk Kedokteran dan Kesehatan: Deskriptif, Bivariat,
dan Multivariat Menggunakan SPSS. Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika.

Uji yang bertanda * merupakan uji parametrik. Apabila syarat parametrik tidak terpenuhi,
uji alternatif yang digunakan adalah uji yang terdapat di bawahnya.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan tabel uji hipotesis untuk
memilih uji hipotesis, sebagai berikut.
1. Skala Pengukuran: kategorik atau numerik.
Dalam pembahasan sebelumnya (skala data), diketahui ada 4 macam skala data yaitu
nominal, ordinal, rasio, dan interval. Skala pengukuran untuk menentukan uji hipotesis
hanya dibedakan menjadi dua yaitu kategorikal atau numerik. Yang termasuk dalam skala
data kategorikal adalah variabel dengan skala data nominal dan ordinal. Sedangkan, skala
interval dan rasio masuk ke dalam skala numerik.

2. Jenis hipotesis: komparatif atau korelatif.


Uji hipotesis dalam pembahasan ini dibedakan menjadi uji hipotesis komparatif dan uji
hipotesis korelatif. Perbedaan mendasar pada kedua uji adalah pada keluaran yang ingin

Ratna Muliawati, S.KM


Modul Biostatistika
Program Studi Kesehatan Masyarakat STIKES Kendal 1
diperoleh. Apabila peneliti ingin mengetahui asosiasi dengan parameter koefisien korelasi
(r) untuk menunjukkan berapa besar korelasi/hubungan, maka hipotesis yang digunakan
adalah hipotesis korelatif. Namun, apabila parameter yang diinginkan adalah parameter
yang lain, maka yang digunakan adalah hipotesis komparatif.
Untuk membedakannya, perhatikan contoh berikut.
a. Pertanyaan penelitian untuk hipotesis komparatif
- Apakah terdapat perbedaan rata-rata kadar gula darah antara kelompok yang
mendapat pengobatan glibenklamid dan kelompok kontrol?
- Apakah terdapat hubungan antara kadar gula darah dengan jenis pengobatan yang
diterima?
- Apakah terdapat perbedaan terjadinya kanker paru antara perokok dan bukan
perokok?
- Apakah terdapat hubungan antara perilaku merokok dan terjadinya kanker paru
b. Pertanyaan penelitian untuk hipotesis korelatif
- Berapa besar korelasi antara kadar trigliserida dan kadar gula darah?
- Berasa besar hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian kanker paru?

3. Masalah Skala Pengukuran: kategorik atau numerik.


Untuk mengklasifikasikan masalah ke dalam skala masalah numerik atau kategorik, ada
beberapa hal yang harus diperhatikan.
Untuk hipotesis komparatif:
- Skala kategorik: apabila variabel yang diujikan adalah variabel kategorik dengan
variabel kategorik.
- Skala numerik: apabila variabel yang diujikan adalah variabel kategorik dengan variabel
numerik.
Untuk hipotesis korelatif:
- Skala kategori: apabila salah satu variabel yang diujikan adalah variabel kategorik.
- Skala numerik: apabila variabel yang diujikan adalah variabel numerik dengan variabel
numerik.

4. Pasangan: berpasangan atau tidak berpasangan.


Yang dimaksud data tidak berpasangan yaitu apabila subyek penelitian berasal dari dua
kelompok yang berbeda dilakukan pengukuran yang sama. Contohnya, pengukuran kadar
timbal dalam darah pada kelompok pekerja yang menggunakan alat pelindung diri (APD)
dan kelompok pekerja yang tidak menggunakan alat pelindung diri (APD) Sedangkan, data

Ratna Muliawati, S.KM


Modul Biostatistika
Program Studi Kesehatan Masyarakat STIKES Kendal 2
berpasangan yaitu apabila subyek yang diteliti merupakan individu yang sama dan
dilakukan dua kali pengukuran. Misalnya, pengukuran kadar Hb pada ibu hamil dilakukan
dua kali sebelum pemberian tablet Fe dan setelah pemberian tablet Fe.

5. Jumlah Kelompok: 2 kelompok atau lebih dari 2 kelompok.


Untuk memudahkan pemahaman jumlah kelompok data dapat dijelaskan dengan
menggunakan ilustrasi.
Ilustrasi 1: Penelitian dilakukan untuk mengetahui efektivitas pelatihan pada petugas gizi
Puskesmas untuk meningkatkan pengetahuan petugas. Peneliti mengukur skor
pengetahuan petugas gizi Puskemas sebelum dilakukan pelatihan (pre-test) dan mengukur
pengetahuan petugas gizi Puskemas sesudah mendapatkan pelatihan (post-test). Dalam
penelitian tersebut, peneliti akan mendapatkan dua kelompok data (sebelum dan sesudah
pelatihan) dari segi jumlah dan data berpasangaan dari segi pasangan.
Ilustrasi 2: Seorang peneliti ingin mengetahui efektivitas pemberian tablet Fe dalam
meningkatkan kadar Hb pada remaja putri dengan melakukan penelitian eksperimental.
Peneliti membagi subyek penelitian ke dalam tiga kelompok yaitu kelompok yang diberi
Placebo, kelompok yang diberi tablet Fe, dan kelompok terakhir diberi tablet Fe+vitamin C.
Dalam penelitian ini, peneliti akan mendapatkan tiga kelompok data (Placebo, Tablet Fe,
Tablet Fe+vitamin c) dan data tidak berpasangaan dari segi pasangan.

6. Syarat Uji Parametrik dan Non Parametrik.


Uji parametrik dilakukan apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
- Skala data pengukuran merupakan variabel numerik.
- Data berdistribusi normal.
- Pada data lebih dari 2 kelompok tidak berpasangan, varians data harus sama.
Uji non parametrik digunakan dalam keadaan sebagai berikut.
- Masalah skala pengukuran variabel dalah kategorikal.
- Apa bila data dengan masalah skala pengukuran numerik tetapi tidak memenuhi syarat
untuk uji parametrik (misalnya distribusi data tidak normal), maka dilakukan uji non
parametrik yang berada di baris bawahnya. Contoh, uji hipotesis komparatif pada data 2
kelompok berpasangan dilakukan dengan menggunakan uji t berpasangan apabila
memenuhi syarat parametrik (distribusi data normal) dan uji wilcoxon sebagai uji
alternatif apabila tidak memenuhi syarat parametrik (data berdisribusi tidak normal).

Ratna Muliawati, S.KM


Modul Biostatistika
Program Studi Kesehatan Masyarakat STIKES Kendal 3
Penyajian hasil analisis dapat dilakukan dengan menggunakan tabel. Hasil uji analitik
komparatif kategorik disajikan seperti contoh dalam tabel 1, dan hasil uji analitik komparatif
numerik disajikan seperti contoh dalam tabel 2.
Tabel 1. Hasil analisis hubungan antara kebiasan merokok dengan kejadian kanker paru
Kanker paru Tidak menderita Nilai p RR/OR 95% CI
kanker paru
n % n %
Merokok
Tidak Merokok
Total

Tabel 2. Hasil analisis hubungan perbedaan rata-rata indeks massa tubuh (IMT) pada remaja
di daerah urban dan daerah rural
Mean Standar Deviasi Nilai p Perbedaan rata-rata 95% CI
Kadar Hb urban
Kadar Hb rural
Total

REFERENSI:
Dahlan, M.S. 2012. Statistika untuk Kedokteran dan Kesehatan. Cetakan ke-5. Jakarta: Arkans.
Dahlan, M.S. 2012. Langkah-langkah Membuat Proposal Penelitian Bidang Kedokteran dan
Kesehatan. Edisi 2. Jakarta: Sagung Seto.

Ratna Muliawati, S.KM


Modul Biostatistika
Program Studi Kesehatan Masyarakat STIKES Kendal 4

Anda mungkin juga menyukai