Anda di halaman 1dari 8

RANGKUMAN MATA KULIAH

TEORI AKUNTANSI
“KERANGKA KONSEPTUAL YANG MENDASARI AKUNTANSI KEUANGAN”

Oleh:
SRI NURUL NABILA
201901054

PROGRAM STUDI AKUNTANSI A


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI WIRA BHAKTI
(STIE WIRA BHAKTI MAKASSAR)
YAYASAN BAKTI BUMI PERSADA MAKASSAR
Kerangka kerja konseptual
memberikan adaptasi
sistematik dalam standar
akuntansi bagi lingkungan
bisnis yang terus berubah.
FASB menggunakan kerangka
kerja konseptual untuk
membekali perkembangan
standar akuntansi yang baru
secara
terorganisasi dan konsisten.
Disamping itu, mempelajari
kerangka kerja konseptual
FASB akan memudahkan
seseorang untuk mengerti dan
mengantisipasi standar masa
depan.
Kerangka kerja konseptual
memberikan adaptasi
sistematik dalam standar
akuntansi bagi lingkungan
bisnis yang terus berubah.
FASB menggunakan kerangka
kerja konseptual untuk
membekali perkembangan
standar akuntansi yang baru
secara
terorganisasi dan konsisten.
Disamping itu, mempelajari
kerangka kerja konseptual
FASB akan memudahkan
seseorang untuk mengerti dan
mengantisipasi standar masa
depan.
Kerangka Konseptual
Kerangka kerja konseptual (conceptual framework) adalah suatu sistem koheren yang
terdiri dari tujuan dan konsep fundamental yang saling berhubungan, yang menjadi landasan bagi
penetapan standar yang konsisten dan penentuan sifat, fungsi, serta batas- batas dari akuntansi
keuangan dan laporan keuangan.
Konsep-konsep yang bersifat pokok atau fundamental, artinya bahwa konsep-konsep lainnya
mengalir dari konsep-konsep pokok tersebut yang diperlukan sebagai referensi berulang-ulang
dalam menetapkan, menafsirkan, dan menetapkan standar akuntansi keuangan dan pelaporan.

Tujuan Dan Ruang Lingkup


Tujuan rerangka konseptual tersebut pada intinya sejalan dengan tujuan rerangka
konseptual milik FASB. Tujuan rerangka konseptual (konsep dasar) adalah untuk membantu
berbagai pihak dalam mencapai tujuan berkaitan dengan masalah akuntansi yang muncul.
Rerangka konseptual dapat digunakan sebagi acuan berbagai pihak yaitu :
1. Komite penyusun standar akuntansi keuangan dalam pelaksanaan tugasnya;
2. Penyusunan laporan keuangan, untuk menanggulangi masalah-masalah akuntansi yang
belum diatur dalam standar akuntansi keuangan;
3. Auditor, dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan disusun sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum; dan
4. Para pemakai laporan keuangan, dalam menafsirkan informasi yang disajikan dalam laporan
keuangan yang disusun sesuai dengan standar akuntansi keuangan.
Komponen Rerangka Konseptual
a) SFAC No. 1 : Objectives of Financial Reporting by Business Enterprise tahun 1978. Isi :
tujuan pelaporan keuangan.
b) SFAC No. 2 : Qualitative Charateristics of Accounting Information tahun 1980. Isi : kualitas
informasi yang harus dipenuhi dalam pelaporan keuangan.
c) SFAC No. 3 : Elemennts of Financial Statements of Business Enterprises tahun 1980. Isi :
tujuan yang akan dicapai dalam pelaporan keuangan organisasi nir laba.
d) SFAC No. 4 : Objectives of Financial Reporting by Nonbusiness Organizations tahun 1980.
Isi : kriteria pengakuan dan atribut pengukuran elemen laporan keuangan.
e) SFAC No. 5 : Recognition dan Measurement in Financial Statement of Business Enterprises
tahun 1984. Isi : Definisi dan karakteristik elemen laporan keuangan.
f) SFAC No. 6 : Elements of Financial Statements: A Replacement of FASB Concepts
Statement No. 3 tahun 1985. Isi : mengganti SFAC No. 3 dan berlaku juga bagi organisasi nir
laba.
g) SFAC No. 7 : Using Cash Flow Information and Present Value in Accounting Measurement.
Isi : menggunakan estimasi aliran kas dimasa datang.

Tujuan Laporan Keuangan


Tujuan laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi yang berkaitan dengan
posisi keuangan, prestasi (hasil usaha) perusahaan, serta perubahan posisi keuangan suatu
perusahaan yang bermanfaat bagi pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.

Asumsi Dasar
1. Dasar akrual. Atas dasar asumsi ini, pengaruh pristiwa atau transaksi diukur dan
diakui/dicatat dalam laporan keuangan pada saat terjadinya, bukan pada saat diterima atau
dikeluarkannya kas.
2. Kelangsungan hidup. Atas dasar asumsi ini perusahaan akan hidup terus dan akan
melanjutkan usahanya di masa mendatang atau dengan kata lain, perusahaan dianggap tidak
bermaksud melikuidasi usahanya dan memperkecil atau mengurangi secara material skala
usahanya.

Karakteristik Kualitas Laporan Keuangan Menurut PSAK


1. Dapat dipahami
Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah
kemudahannya untuk dipahami oleh pemakainya. Pemakai diasumsikan memiliki
pengetahuan yang memadai tentang aktifitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan
untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar.
2. Relevan
Agar laporan keuangan bermanfaat, informasi di dalamnya harus relevan untuk
memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Informasi di dalam
laporan keuangan memilki kualitas relavan jika dapat memengaruhi keputusan ekonomi
pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini, atau masa
depan, menegaskan, atau mengoreksi hasil evaluasi mereka dimasa lalu.
3. Materialitas
Relevansi informasi dipengaruhi oleh hakikat dan materialitas laporan keuangan.
Informasi dipandang material apabila kelalaian untuk mencantumkan atau kesalahan dalam
mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai yang diambil
atas dasar laporan keungan. Materialitas tergantung pada besarnya pos atau kesalahan yang
dinilai sesuai dengan situasi khusus dari kelalaian dalam mencantunkan (omission) atau
kesalahan dalam mencatat (misstament).
4. Keandalan
Supaya laporan keuangan bermanfaat, informasi juga harus handal (reliable). Informasi
memilki kualitas yang handal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan
material, dan dapat dihandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus atau jujur (faithful
representation) dari yang seharusnya disajikan secara wajar diharapkan dapat di sajikan.
5. Penyajian Jujur
Informasi keuangan di laporan keuangan pada umumnya tidak luput dari resiko penyajian
yang dianggap kurang jujur dari pada apa yang seharusnya digambarkan. Hal tersebut bukan
disebabkan karena kesenjangan untuk menyesatkan, tetapi lebih merupakan kesulitan yang
melekat dalam mengidentifikasikan transaksi serta peristiwa lainnya yang dilaporkan, atau
dalam menyusun atau menerapkan ukuran dan teknik penyajian yang sesuai dengan makna
transaksi dan pristiwa tersebut.
6. Subtansi Mengungguli Bentuk
Jika informasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan jujur transaksi serta pristiwa lain
yang seharusnya disajikan, peristiwa tersebut perlu dicatat dan disajikan sesuai dengan
subtansi dan realitas ekonomi dan bukan hanya bentuk hukum. Subtansi transaksi atau
peristiwa lain tidak selalu konsisten dengan apa yang tampak dari bentuk hukum.
7. Netralitas
Informasi harus diarahkan pada kebutuhan umum pemakai, tidak bergantung pada
kebutuhan dan keinginan pihak tertentu. Tidak boleh ada usaha untuk menyajikan informasi
yang menguntungkan beberapa pihak, sementara hal tersebut akan merugikan pihak lain yang
mempunyai kepentingan yang berlawanan.

8. Pertimbangan Sehat
Penyusunan laporan keuangan adakalanya menghadapi ketidak pastian suatu peristiwa
dan keadaan tertentu, seperti ketertagihan piutang yang diragukan, perkiraan masa manfaat
pabrik serta peralatan, dengan tuntutan atas jaminan garansi yang mungkin timbul. Namun
demikian, penggunaan pertimbangan sehat tidak memperkenankan, misalnya: pembentukan
cadangan tersembunyi atau penyisihan, berlebihan, dan sengaja menetapkan aktiva atau
penghasilan yang lebih rendah atau pencatatan kewajiban atau beban yang lebih tinggi
sehingga laporan keuangan menjadi tidak netral, dan karena itu tidak memilki kualitas yang
handal.
9. Kelengkapan
Agar dapat diandalkan,informasi dalam laporan keuangan harus lengkap dalam batasan
materialitas dan biaya.

Unsur-unsur Laporan Keuangan


Laporan Penghitungan Laba Rugi Laporan penghitungan laba rugi merupakan ringkasan
pendapatan (revenue) dan beban (expenses) dari suatu kesatuan usaha untuk periode waktu
tertentu. Penyajian laporan laba rugi adalah sebagai berikut.
a) Memuat secara rinci unsur-unsur pendapatan dan beban.
b) Menyusun unsur-unsur tersebut dalam bentuk urutan ke bawah.
c) Memisahkan antara pendapatan utama dengan pendapatan usaha lainnya serta pos luar biasa.

Pengakuan Unsur Laporan Keuangan


1. Pengakuan Aset
Aset diakui dalam neraca jika besar kemungkinan bahwa manfaat ekonomi dimasa depan
diperoleh entitas syariah dan aset tersebut memiliki nilai atau biaya yang dapat diukur
dengan handal.
2. Pengakuan Kewajiban
Kewajiban diakui dalam neraca jika besarkemungkinan bahwa pengeluaran sumber daya
yang mengandung manfaat ekonomi akan dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban
sekarangdan jumlah yang harus diselaikan dapat diukur secara andal.
3. Pengakuan Dana Syirkah Temporer
Pengakuan dana syirakah temporer dalam neraca hanya dilakukan jika entitas syariah
memilki kewajiban untuk mengembalikan dana yang diterima melalui pengeluaran sumber
daya yang mengandung manfaat ekonomi dan jumlah yang harus diselesaikan dapat diukur
secara handal.
4. Pengukuran Penghasilan
Pengukuran penghasilan diakuai dalam laporan laba rugi jika kenaikan manfaat ekonomi
masa depan yang berkaitan dengan peningkatan aset atau penurunan kewajiban telah terjadi
dan dapat diukur.
5. Pengakuan Beban
Beban diakui dalam laporan laba rugi jika penurunan manfaat ekonomi masa depan yang
berkaitan dengan penurunan aset atau peningkatan kewajiban telah terjadi dan dapat diakui
andal.

Pengukuran Unsur Laporan Keuangan


1. Biaya historis (historical cost). Aset dicatat sebesar pengeluaran kas (atau setara kas) yang
dibayar atau sebesar nilai wajar dari imbalan (consideration) yang diberikan untuk
memperoleh aset tersebut pada saat perolehan. Kewajiban dicatat sebesar jumlah yang
diterima sebagai penukar dari kewajiban (obligation) atau ke dalam keadaan tertentu
(misalnya, pajak penghasilan), dalam jumlah kas (atau setara kas) yang diharapkan akan
dibayarkan untuk memenuhi kewajiban dalam pelaksanaan usaha yang normal.
2. Biaya terkini (current cost). Aset dinilai dalam jumlah kas (atau setara kas) yang dibayar atau
sebesar nilai wajar dari imbalan yang diberikan untuk memperoleh aset tersebut pada saat
sekarang. Kewajiban dinyatakan dalam jumlah kas (atau setara kas) yang tidak didiskontokan
(undiscounted) yang mungkin akan diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban (obligation)
sekarang;
3. Nilai realisasi/penyelesaian (realizable/statement value). Aset dinyatakan dalam jumlah kas
(atau setara kas) yang dapat diperoleh sekarang dengan menjual aset dalam pelepasan normal
(orderly disposal). Kewajiban dinyatakan sebesar nilai penyelesaian : yaitu, jumlah kas (atau
setara kas) yang tidak didiskontokan yang diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi
kewajiban dalam pelaksanaan usaha normal; dan
4. Nilai sekarang (present value). Aset dinyatakan sebesar aliran kas masuk bersih di masa
depan yang didiskontokan ke nilai sekarang dari pos yang diharapkan dapat memberikan
hasil dalam pelaksanaan usaha normal. Kewajiban dinyatakan sebesar aliran kas keluar
bersih di masa depan yang didiskontokan ke nilai sekarang yang diharapkan akan diperlukan
untuk menyelesaikan kewajiban dalam pelaksanaan usaha normal.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.com/search?
q=rangkuman+materi+tentang+kerangka+konseptual+yang+Mendasari+Akuntansi+Keuanga
n&oq=rangkuman+materi+tentang+kerangka+konseptual+yang+Mendasari+Akuntansi+Keu
angan&aqs=chrome..69i57.15974j0j7&sourceid=chrome&ie=UTF-8

Anda mungkin juga menyukai