A. LATAR BELAKANG
Sampah adalah suatu benda atau bahan yang sudah tidak digunakan lagi oleh
manusia sehingga dibuang. Stigma masyarakat terkait sampah adalah semua sampah itu
menjijikkan, kotor, dan lain-lain sehingga harus dibakar atau dibuang sebagaimana
mestinya (Mulasari, 2012). Segala aktivitas masyarakat selalu menimbulkan sampah. Hal
ini tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah daerah akan tetapi juga dari seluruh
masyarakat untuk mengolah sampah agar tidak berdampak negatif bagi lingkungan
sekitar (Hardiatmi, 2011).
Selama ini sebagian besar masyarakat masih memandang sampah sebagai barang
sisa yang tidak berguna, bukan sebagai sumberdaya yang perlu dimanfaatkan. Paradigma
baru memandang sampah sebagai sumberdaya yang mempunyai nilai ekonomi dan dapat
dimanfaatkan, misalnya untuk energi, kompos, pupuk ataupun untuk bahan baku industri.
Pengelolaan sampah dengan paradigma baru tersebut dilakukan dengan kegiatan
pengurangan dan penanganan sampah. Namun, pengelolaan sampah tidak bisa
diselesaikan hanya oleh pemerintah dengan ―kumpul, angkut, buang‖ ke TPA saja, tetapi
harus dilakukan secara komprehensif dan terpadu, sehingga sampah dapat memberikan
manfaat secara ekonomi, sehat bagi masyarakat dan aman bagi lingkungan, serta dapat
mengubah perilaku masyarakat.
Setiap rumah tangga sebagai penghasil sampah tidak bisa lagi mengabaikan
urusan sampahnya dengan alasan sudah membayar iuran kebersihan. Dalam upaya
mencapai kondisi masyarakat yang hidup sehat dan sejahtera dimasa yang akan datang,
akan sangat diperlukan adanya lingkungan permukiman yang sehat. Dari aspek
persampahan, maka kata sehat akan berarti sebagai kondisi yang dapat dicapai bila
sampah dapat dikelola secara baik sehingga bersih dari lingkungan permukiman dimana
manusia beraktifitas didalamnya (PerMen PU nomor: 21PRT/M/2006). Visi
pengembangan sistem pengelolaan persampahan Departemen Kimpraswil, yaitu
“Permukiman Sehat Yang Bersih Dari Sampah” menggambarkan keinginan
terwujudnya suatu kondisi lingkungan yang baik dan sehat. Secara umum, menurut
Peraturan Menteri PU nomor: 21/PRT/M/2006, daerah yang mendapatkan pelayanan
persampahan yang baik akan dapat ditunjukkan memiliki kondisi sebagai berikut:
a. Seluruh masyarakat memiliki akses untuk penanganan sampah yang dihasilkan dari
aktifitas sehari-hari, baik di lingkungan perumahan, perdagangan, perkantoran,
maupun tempat-tempat umum lainnya.
b. Masyarakat memiliki lingkungan permukiman yang bersih karena sampah yang
dihasilkan dapat ditangani secara benar.
c. Masyarakat mampu memelihara kesehatannya karena tidak terdapat sampah yang
berpotensi menjadi bahan penularan penyakit seperti diare, tipus, disentri, dan lain-
lain; serta gangguan lingkungan baik berupa pencemaran udara, air atau tanah.
d. Masyarakat dan dunia usaha/swasta memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dalam
pengelolaan persampahan sehingga memperoleh manfaat bagi kesejahteraannya.
Undang-Undang Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah menekankan
tentang perlunya perubahan pola pengelolaan sampah konvensional menjadi pengelolaan
sampah yang bertumpu pada pengurangan dan penanganan sampah. Pengurangan
sampah dapat dilakukan dengan kegiatan pembatasan timbulan sampah, mendaur ulang
dan memanfaatkan kembali sampah atau dikenal dengan 3R (Reduce, Reuse, dan
Recycle). Penerapan kegiatan 3R pada masyarakat masih terkendala terutama oleh
kurangnya kesadaran masyarakat untuk memilah sampah. Salah satu alternatif yang
digalakkan oleh pemerintah adalah bank sampah.
Berdasarkan hasil wawancara saat pengumpulan data kesehatan di RW 015
Kelurahan Tobekgodang diperoleh data dari 72 Kepala Keluarga, mayoritas mengolah
sampah dengan cara diangkut petugas 69 KK (96%) dan 3 Kepala keluarga (4%)
mengolah sampah keluarga dengan cara dibakar. Berdasarkan hasil observasi didapatkan
banyak sampah baik itu yang bergantung didedapan pagar rumah ataupun penumpukan
sampah didalam tempat sampah disetiap rumah, sampah digabung didalam satu plastik
baik itu sampah organik maupun sampah non- organik.
Bank sampah merupakan kegiatan bersifat social engineering yang berdiri sejak
akhir 2007 dengan tujuan mengajarkan masyarakat untuk memilah sampah serta
menumbuhkan kesadaran masyarakat dalam pengelolaan sampah secara bijak dan pada
gilirannya akan mengurangi sampah yang diangkut ke TPA (Tempat Pembuangan
Akhir). Di RW 015 juga terdapat 1 Bank Sampah yang sudah didapatkan pada bulan
desember 2020, dan terdapat tim operasional unit bank sampah hijau di RW 15
Kelurahan Tobekgodang. Namun bank sampah tersebut belum berfungsi sebagaimana
mestinya.karna kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap peran bank sampah yang
ada di RW 15. Sebagai tindak lanjut dari masalah yang telah diuraikan, mahasiswa
Praktek Profesi Keperawatan Komunitas FKp UNRI merasa perlu untuk memberikan
penyuluhan tentang bank sampah dan pengelolaan sampah organik dan non-organik,
kepada masyarakat di RW 015 Kelurahan Tobekgodang Kecamatan Binawidya Kota
Pekanbaru.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah di berikan penyuluhan tentang bank sampah dan pengolahan sampah selama
1 x 85 menit diharapkan masyarakat mampu memahami cara pengolahan sampah
rumah tangga.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan tentang pengolahan sampah rumah tangga
di wilayah RW 15 Kelurahan Tobekgodang Kecamatan Binawidya diharapkan
masyarakat mampu:
a. Mampu mengenali fungsi bank sampah
b. Mampu membedakan sampah organik dan non-organik
c. Mampu mengolah sampah organik menjadi pupuk
d. Mampu mempraktekkan pembuatan Ecobrick sebagai produk olahan sampah
non-organik
C. PELAKSAAN KEGIATAN
1. Judul kegiatan
Penyuluhan tentang bank sampah dan pembuatan Ecobrick di RW 15 Kelurahan
Tobekgodang Kecamatan Binawidya.
2. Target sasaran
a. Ketua RW 15 Kelurahan Tobekgodang Kecamatan Binawidya
b. Seluruh Ketua RT di RW 15 Kelurahan Tobekgodang Kecamatan Binawidya.
c. Pengurus RW SIAGA―RAJAWALI SAKTI di RW 15 Kelurahan Tobekgodang
Kecamatan Binawidya
d. Masyarakat di RW 15 Kelurahan Tobekgodang Kecamatan Binawidya
3. Metode
a. Ceramah
b. Diskusi
c. Tanya Jawab
d. Demonstrasi pembuatan produk sampah daur ulang (Ecobrick)
4. Media dan alat
a. Laptop
b. TOA
c. LCD
d. Sampah plastik (non- organik)
5. Waktu dan tempat
Kegiatan akan dilaksanakan pada :
Hari/Tanggal : 16 April 2022
Waktu : 10:00 – 12:00 Wib
Tempat : Aula MDA Masjid Al-Kautsar RW 15 Kelurahan Tobekgodang
Kecamatan Binawidya
6. Kepanitiaan
MC : Debby Chrismay
Leader (Pemateri) : Ketua forum Bank Sampah Kecamatan Binawidya
Hendi Prayuda
Fasilitator : Tina Meysia Panjaitan
Observer : Fransiscus
Dokumentasi : Hendi Prayuda
Konsumsi : Khardina Indah
Perlengkapan : Sutan Mardaut
7. Pengorganisasian
a. Setting tempat
Layar
LCD
b.
c.
Keterangan :
: Moderator
: Pemateri
: Fasilitator
: Observer
d. Susunan acara
e. Evaluasi
1. Struktur
Persiapan dilaksanakan 2 minggu sebelum kegiatan dan undangan disebarkan 3
hari sebelum kegiatan.
2. Proses
Diharapkan acara berjalan lancar dan kehadiran 100% dari jumlah undangan.
3. Hasil
Masyarakat dapat mengetahui tentang pengolahan sampah rumah tangga.
f. Uraian Tugas
1. Moderator
a. Membuka acara
b. Memperkenalkan mahasiswa
c. Menjelaskan tujuan dan topik yang disampaikan
d. Menjelaskan kontrak dan waktu presentasi
e. Mengatur jalannya diskusi
2. Leader
Menyampaikan materi penyuluhan tentang pengelolaan sampah
3. Fasilitator
a. Memotivasi peserta untuk berperan aktif selama jalannya kegiatan
b. Memfasilitasi pelaksanaan kegiatan dari awal sampai akhir
c. Membuat absensi penyuluhan
4. Observer
a. Mengamati hasil penyuluhan kesehatan tentang pengelolaan sampah
b. Mencatat hasil pelaksanaan penyuluhan kesehatan
c. Membuat laporan hasil penyuluhan yang telah dilaksanakan
5. Dokumentasi
Mendokumentasikan pelaksanaan kegiatan
g. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi struktur
a. Perwakilan 3 orang setiap RT, pengelola bank sampah, ketua RT, ketua
RW, ketua siaga yang di Undang menghadiri acara penyuluhan
b. Tempat, waktu, media dan alat telah tersedia sesuai rencana
c. Peran dan tugas mahasiswa sesuai perencanaan
2. Evaluasi proses
a. Pelaksanaan kegiatan penyuluhan sesuai dengan yang direncanakan
b. Peserta dapat mengikuti seluruh kegiatan penyuluhan
c. 100% peserta berperan aktif selama jalannya kegiatan
3. Evaluasi hasil
Masyarakat memahami tentang pengelolaan sampah yang baik dan benar.
Lampiran
Materi Pembuatan Ecobrick
1. Pengolahan sampah plastik
Penanganan sampah plastik yang populer selama ini adalah dengan 5 R
(reduce, reuse, recycle, replace dan replant). Reduce diartikan dengan mengurangi
volume sampah. Kegiatan mengurangi pemakaian suatu barang atau pola perilaku
yang dapat terhadap menurunnya produksi sampah. Contohnya adalah dengan
mengurangi penggunaan barang barang yang tidak bisa didaur ulang. Reuse diartikan
dengan menggunakan kembali material atau bahan yang masih layak digunakan.
Contohnya adalah penggunaan pipa atau minuman bekas sebagai tempat untuk
tanaman hias. Recycle Kegiatan mengolah kembali sampah agar dapat digunakan
kembali. Contohnya adalah mengolah kembali sampah organic sehingga dapat
dijadikan pupuk organic atau MOL, juga mengolah kembali sampah anorganik
menjadi barang kerajinan ataupun barang lain yang memiliki manfaat.
Replace Kegiatan mengganti pemakaian suatu barang dengan barang alternatif
yang sifatnya lebih ramah lingkungan.Contohnya yaitu penggunaan pupuk dari bahan
olahan sampah organik. Replant diartikan sebagai kegiatan penanaman kembali.
Contohnya adalah dengan penanaman tanaman Toga yang juga memiliki manfaat bagi
kehidupan rumah tangga (Praganingrum, 2017).
2. Pengertian Ecobrick
Ecobrick adalah cara lain utilisasi sampah-sampah nonbiological selain
mengirimnya ke landfill (pembuangan akhir). Sampah-sampah tersebut diubah
menjadi bagian-bagian kecil (brick) lalu dimasukkan ke dalam botol plastik. Lalu
dengan bantuan kayu, brick tersebut dimampatkan agar tidak ada ruang kosong pada
botol tersebut. Dengan Ecobrick, sampah-sampah plastik akan tersimpan dan terjaga
di dalam botol sehingga tidak perlu dibakar, menggunung dan tertimbun.
3. Fungsi Ecobrick
Fungsi dari Ecobrick bukan untuk menghancurkan sampah plastik, melainkan
untuk memperpanjang usia plastik-plastik tersebut dan mengolahnya menjadi sesuatu
yang berguna, yang bisa dipergunakan bagi kepentingan manusia pada umumnya.
Ecobrick dapat dipergunakan sebagai furniture rumah tangga seperti meja, kursi,
bahkan dinding pembatas. Hal ini sesuai dengan fungsi Ecobrick sebagai penggaanti
bata yang tentunya lebih efisien karena ramah lingkungan serta dapat mengurangi
sampah plastik yang ada. Selain itu, Ecobrick juga dapat menjadi salah satu solusi
untuk mengurangi dampak racun (Bisphenol-A) yang menyebar dan merusak
kehidupan mahluk hidup.