Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 6 ES-1
DOSEN PENGAMPU:
NANDO FAHRIZAL, S.E., M.E.
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “OBLIGASI
SYARIAH DI PASAR MODAL SYARIAH” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
pada mata kuliah PASAR MODAL SYARIAH. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Kami
mengucapkan terima kasih kepada bapak Nando Fahrizal, S.E., M.E. selaku dosen
mata kuliah Pasar Modal Syariah yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah.....................................................................................
B.Rumusan Masalah...............................................................................................
C.Tujuan.................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A.Pengertian Obligasi Syariah...............................................................................
B. Landasan dan Dasar Hukum Obligasi Syariah..................................................
C. Prinsip dan Karakteristik Obligasi Syariah.......................................................
D.............................................................................................................................
BAB III PENUTUP
A.Kesimpulan.........................................................................................................
B.Saran...................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Munculnya pemikiran ekonomi syariah merupakan usaha umat Islam yang
mencoba memberi sumbangan pemikiran terhadap kemaslahatan masyarakt di dunia
ini. Tujuan utamanya bukanlah untuk menyaingi sistem ekonomi kapitalis, melainkan
ingin memperbaiki yang kurang baik pada sistem ekonomi kapitalis. Karena itu,
sistem ekonomi yariah bukan semata hanya bagi umat Muslim saja, tapi sebagai
sistem ekonomi alternatif yang diharapkan dapat bermanfaat bagi seluruh umat
manusia.
Semenjak boomingnya ekonomi syariah beberapa tahun belakangan ini,
berbagai instrumen pasar modal syariah pun bermunculan. Setelah reksadana dari
Danareksa Investment Manajemen meluncur pada tahun 1997, giliran obligasi syariah
tampil di akhir tahun 2002. Pengembangan institusi dan instrumen keuangan
berdasarkan syariah merupakan bagian penting dari upaya pengembangan Islamic
Finance adalah suatu upaya pembumian ajaran langit yang tidak lain merupakan
pengembangan konsep dan teorinya supaya tidak berhenti hanya pada tataran
normatif saja.
Seperti diketahui, obligasi syariah telah banyak diterapkan di beberapa negara
Timur-Tengah seperti Yordania, Dubai, Turki dan Malaysia. Jenis transaksi ini juga
dikenal dengan model Islamic Bonds atau kerap disebut Muqaradhah Bonds yang
telah mendapat pengesahan dari IOC Academy sebagai pengganti dari Interest-
bearing Bonds. Di Indonesia obligasi syariah pertama diluncurkan oleh PT. Indosat,
tak lama berselang beberapa emiten kemudian turut meluncurkan obligasi syariah.
Dengan berkembangnya bisnis yang berbasis syariah, maka demikian pula obligasi
yang beredar di Indonesia ini. Dualisme antara obligasi konvensional (umum) dan
obligasi syariah meramaikan pesar efek di Indonesia.
4
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Obligasi Syariah?
2. Apa Landasan dan Dasar Hukum Obligasi Syariah?
3. Apa Prinsip dan Karakterisik Obligasi Syariah?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Obligasi Syariah
2. Untuk mengetahui Landasan dan Dasar Hukum Obligasi Syariah
3. Untuk mengetahui Prinsip dan Karakterisik Obligasi Syariah
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Obligasi Syariah
Obligasi adalah surat utang yang dikeluarkan oleh emiten (bisa berupa badan
hukum atau perusahaan, bisa juga dari pemerintah) yang memerlukan dana untuk
kebutuhan operasional maupun ekspansi dalam memajukan investasi yang mereka
laksanakan. Obligasi merupakan jenis efek berupa surat pengakuan utang atas
pinjaman uang dari masyarakat dalam bentuk tertentu, untuk jangka waktu yang
sekurang-kurangnya tiga tahun dengan menjanjikan imbalan bunga yang jumlah serta
saat pembayarannya telah ditentukan terlebih dahulu oleh emiten (Badan Pelaksana
pasar modal)1.
Obligasi syariah berdasarkan Fatwa Dewan Syariah (DSN) Nomor 32/DSN-
MUI/IX/2002 menjelaskan, yang dimaksud dengan obligasi syariah adalah sebuah
surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan oleh
emiten kepada pemegang obligasi syariah yang mewajibkan emiten untuk membayar
pendapatan kepada pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil atau fee, serta
membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo2.
Menurut Heru Sudarsono, obligasi syariah bukan merupakan utang berbunga
tetap sebagaimana yang terdapat dalam obligasi konvensional, tetapi lebih merupakan
penyertaan dana yang didasarkan pada prinsip bagi hasil.Landasan transaksi obligasi
syariah bukan akad utang piutang melainkan penyertaan. Obligasi sejenis ini lazim
dinamakan muqaradhah bond. Muqaradhah merupakan nama lain dari mudharabah.
Pendapatan (hasil) investasi yang dibagikan emiten (mudharib) kepada
pemegang obligasi syariah (shahib al-maal) harus bersih dari unsur non-halal dan
sesuai dengan akad yang digunakan. Adapun akad yang dapat digunakan dalam
1
Abdul Manan, Hukum Ekonomi Syariah (dalam persfektik kewenangan peradilan agama),
(Jakarta : Kencana Prenada Media Grup, 2012), hlm. 325.
2
Ibid, hlm. 332.
6
obligasi syariah berdasarkan fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN-MUI), antara lain
mudharabah, musyarakah, murabahah, salam, istihna dan ijarah.
Obligasi syariah adalah syahadatu istitsmar (investmen certificate) yang
dimana dengan menamai sertifikat investasi berarti akan mengenyampingkan asosiasi
bunga yang melekat pada obligasi biasa3.
Penerbitan obligasi syariah dapat dilakukan dengan berbagai jens akad, pada
umumnya obligasi syariah korporasi di diterbitkan dengan akad Ijarabah
Mudharabah, istisnha, salam, dan musyarakah namun yang paling dominan
digunakan adalah akad ijarah dan akad mudharabah.
Obligasi syariah ijarah dinilai cukup prospektif bagi para emiten yang berniat
untuk menerbitkan obligasi syariah. Obligasi syariah ijarah dalam beberapa hal sangat
menguntungkan dari pada obligasi syariah mudharabah (bagi hasil). Pada obligasi
syariah dengan akad mudharabah, pengusaha bertindak sebagai wakil pemilik modal,
dan jika pengusaha memperoleh keuntungan maka pengusaha bertindak sebagai rekan
pemilik modal. Jika pengusaha memperoleh keuntungan maka, pengusaha bertindak
sebagai rekan pemilik modal, sehingga keuntungan tersebut harus dibagikan sesuai
dengan prinsip bagi hasil yang adil antara pengkongsian.
Obligasi syariah mudharabah memberikan return dengan penggunaan term
indicative atau expectedreturn karena tergantung pada kinerja pendapatan yang
dihasilkan. Sedangkan return pada obligasi syariah dengan akad ijarah, yakni
menggunakan akad atau sistem sewa, sehingga besar return (fee) yang diberikan sama
sepanjang waktu atau tetap selama obligasi berlaku. Dengan demikian investor akan
lebih tertarik untuk berinvestasi menggunakan akad ijarah karena memberikan return
yang tetap.
3
Fadlan, Obligasi Syariah antara Konsep dan Implementasinya, Jurnal Iqtishada, Vol. 1 No. 2
Desember 2014, hlm. 165.
7
1. Fatwa DSN MUI No. 32/DSN-MUI/IX/2002, tentang Obligasi Syariah.
2. Fatwa DSN MUI No. 33/DSN-MUI/IX/2002, tentang Obligasi Syariah
Mudharabah.
3. Fatwa DSN MUI No. 41/DSN-MUI/III/2004, tentang Obligasi Syariah Ijarah.
4. Fatwa DSN MUI No. 59/DSN-MUI/V/2007, tentang Obligasi Syariah
Mudharabah Konversi.
5. UU No 19 tahun 2008, tentang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)
Obligasi syariah ini, secara umum mengacu pada aspek latar belakang sosio-
historis dengan menganalisa wacana-wacana kegiatan muamalah Nabi SAW dan para
sahabatnya yang terjadi pada waktu itu. Seperti, diriwayatkan bahwa dua putra Umar
r.a., Abdullah dan Ubaidillah menemui Abu Musa al-Asy ‘ari peperangan Nawahand
di Persia. Abu Musa al-Asy ‘ari kepada kedua orang tersebut agar mereka
memberikannya kepada bapaknya, Umar di Madinah. Dalam perjalanannya menuju
Madinah, mereka membelikan sesuatu dari uang tersebut. Setelah sampai di Madinah
mereka menjual barang tersebut dan mendapatkan beberapa keuntungan. Kemudian
mereka memberikan uang modal saja kepada Umar. Umar menolak uang itu dan
mengharap agar disertakan dengan keuntungannya. Mereka menolak dan menjelaskan
bahwa jika uang ini hilang, mereka akan menanggungnya. Akhir riwayat Umar
menerima keputusan itu dan menyetujui bagi hasil yang telah didapatkannya.
Diceritakan pula oleh Ibnu Abbas bahwa bapaknya al-Abbas telah
mempraktekkan mudharabah/muqaradhah ketika ia memberi uang kepada temannya
di mana dia mempersyaratkan agar mitranya tidak digunakannya dengan jalan
mengarungi lautan, menuruni lembah atau membelikan sesuatu yang hidup. Jika dia
melakukan salah satunya, maka dia akan menjadi tanggungannya. Peristiwa ini
dilaporkan kepada Nabi, dan beliau pun menyetujuinya.
Beberapa peristiwa di atas dapat dijadikan landasan hukum obligasi syariah,
karena para ulama menjadikan peristiwa tersebut sebagai landasan keabsahan
muqaradhah/mudharabah. Menurutnya, segala sesuatu yang dilakukan dan dibiarkan
8
oleh Nabi SAW merupakan sunnah taqririyah yang dapat menjadi sumber hukum
Islam. Dengan demian, keabsahan (dasar hukum) obligasi syariah ini lebih mengarah
pada konsensus para ulama fiqh yang menilai muqaradhah/mudharabah sebagai kerja
sama yang mengandung nilai solidaritas yang tinggi dan dapat memberikan
kemaslahatan bagi masyarakat.
9
g. Hak kepemilikan obligsi syariah mudharabah dapat dipindah tangan kepada
pihak lain sesuai dengan kesepakatan akad perjanjian4
4
Sapto Raharjo, Panduan Investasi Obligasi, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003),
hlm. 144-145.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada prinsipnyaobligasi mirip seperti obligasi konvensional dengan perbedaan
pokok antara lain berupa penggunaan konsep imbalan dan bagi hasil sebagai
pengganti bunga, adanya suatu transaksi pendukung (underlying transaction) berupa
sejumlah tertentu asset yang menjadi dasar penerbitan sukuk dan adanya akad atau
perjanjian antara para pihak yang disusun berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Selain
itu, obligasi juga harus distruktur secara syariah agar instrument keuangan ini aman
dan terbebas dari riba, gharar dan maysir.
Salah satu perbedaan yang sangat menonjol antara obligasi konvensional
dengan obligasi syariah adalah sistem pengawasannya. Dalam obligasi syariah selain
diawasi oleh wali amanat juga diawasi oleh Dewan Syariah Nasional (DSN).
Untuk menerbitkan obligasi syariah, beberapa persyaratan harus dipenuhi,
yakni aktivitas utama (core business) haruslah usaha yang halal, dan tidak
bertentangan dengan substansi fatwa DSN. Adapun tentang penerbitan obligasi yang
sesuai dengan prinsip Islam harus sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah (DSN) Nomor
32/DSN-MUI/IX/2002.
B. Saran
Pada dasarnya sebagai umat muslim kita haruslah melaksanakan kegiatan dan
aktifitas dengan menerapkan prinsip-prinsip syariah. Saat ini, instrument investasi
syariah telah mengalami perkembangan bahkan terus meningkat. Maka, sebagai umat
muslim kita harus ikut mendorong kemajuan prinsip islam dengan ikut menjadi
pengguna didalamnya. Karena semakin banyak orang yang menggunakannya, maka
akan semakin luas dan akan dilakukan upaya-upaya untuk mengembangkan serta
mempertahankannya.
11
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Manan, Hukum Ekonomi Syariah (dalam persfektik kewenangan peradilan agama),
Jakarta : Kencana Prenada Media Grup, 2012.
Fadlan, Obligasi Syariah antara Konsep dan Implementasinya, Jurnal Iqtishada, Vol. 1 No. 2
Desember 2014.
Sapto Raharjo, Panduan Investasi Obligasi, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003.
12