Anda di halaman 1dari 35

MODUL PRAKTIKUM

DASAR BIOTEKNOLOGI LAUT

“Uji Fitokimia Fenol dan Flavonoid Ekstrak Buah Mangrove Sonneratia caseolaris”

OLEH :

TIM DASAR BIOTEKNOLOGI LAUT

JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, penyusun ucapkan karena atas
limpahan rahmat-Nya modul Praktikum Dasar Bioteknologi Laut dapat diselesaikan.
Modul praktikum ini tidak terlepas dari kendala baik teknis maupun non-teknis selama
proses pengerjaannya, namun segala bentuk kendala dapat diatasi oleh tim
penyusun.

Modul ini dibuat sebagai dasar pegangan agar pelaksanaan praktikum dapat
berjalan sesuai dengan perencanaan untuk memperdalam teori yang diberikan
selama perkuliahan. Modul praktikum ini berisi panduan kesehatan dan keselamatan
pada saat bekerja di laboratorium, serta panduan dalam melakukan uji fitokimia
seperti preparasi sampel, ekstraksi sampel, dan uji fitokimia.

Penyusun menyadari perlu adanya kesempurnaan modul praktikum ini.


Perbaikan akan dilakukan seiring dengan perkembangan keilmuan yang dibutuhkan
oleh praktikan dalam bidang bioteknologi, sehingga dapat dijadikan masukan dan
saran untuk menyempurnakan cetakan modul praktikum Bioteknologi Kelautan di
praktikum selanjutnya.

Malang, 5 Oktober 2020

Tim Asisten Dasar Bioteknologi Laut

Modul Praktikum Dasar Bioteknologi Laut 2020 2


I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tumbuhan mangrove Sonneratia caseolaris merupakan salah satu jenis
tumbuhan pantai. Tanaman mangrove sejak lama diketahui mempunyai khasiat
sebagai obat-obatan tradisional untuk beberapa penyakit. Penggunaan daun, buah,
kulit kayu, batang, akar, dan buah dari beberapa spesies mangrove. Meskipun
Indonesia memiliki beragam jenis mangrove namun pemanfaatan mangrove sebagai
produk obat dan makanan kesehatan belum banyak dilakukan. Hal ini disebabkan
masih terbatasnya informasi potensi bioaktif jenis mangrove Indonesia.

Mangrove tumbuh dan berkembang pada lingkungan yang ekstrim pada


habitannya selalu berubah-ubah sebagai akibat pengaruh lingkungan berupa,
temperatur tinggi, pasang surut, pengendapan lumpur, serta melimpahnya
mikroorganisme. Sehingga tanaman ini memiliki potensi yang baik untuk diteliti
mengenai senyawa metabolisme sekunder yang dikandungnya (Oktavianus, 2013).

Dari penelitian-penelitian tentang mangrove Sonneratia caseolaris yang telah


dilakukan sebelumnya maka perlu dilakukan penelitian untuk membuktikan bahwa
mangrove Sonneratia caseolaris memiliki kandungan metabolit sekunder yang dapat
berpotensi sebagai antioksidan. Metabolit sekunder yang bersifat antioksidatif
diantaranya adalah alkaloid, flavonoid, tanin, steroid dan saponin.

1.2 Tujuan
Tujuan Praktikum Dasar Bioteknologi Laut adalah :
1. Mahasiswa dapat mengetahui panduan kesehatan dan keselamatan di
laboratorium
2. Mahasiswa dapat melakukan proses preparasi sampel
3. Mahasiswa dapat melakukan proses ekstraksi sampel
4. Mahasiswa dapat melakukan proses uji fitokimia

Modul Praktikum Dasar Bioteknologi Laut 2020 3


II. MATERI

2.1 Panduan Kesehatan dan Keselamatan Laboratorium


2.1.1 Standar Pakaian di Laboratorium dan Keamanannya
Keselamatan dan Keamanan Kerja (K3) atau Laboratory Safety memerlukan
perhatian khusus, karena penelitian menunjukkan telah terjadi kecelakaan kerja
dengan intensitas yang mengkawatirkan yaitu 9 orang/hari. Oleh karena itu K3
seyogyanya melekat pada pelaksanaan praktikum dan penelitian di laboratorium.
Laboratorium adalah tempat staf pengajar, mahasiswa dan pekerja lab melakukan
eksperimen dengan bahan kimia, alat gelas dan alat khusus. Penggunaan bahan
kimia dan alat tersebut berpotensi terjadinya kecelakaan kerja. Pada umumnya
penyebab utama kecelakan kerja adalah kelalaian atau kecerobohan. Oleh karena itu
perlu dilakukan upaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan dengan cara membina
dan mengembangkan kesadaran (attitudes) akan pentingnya K3 di laboratorium.

Pekerja laboratorium harus menaati etika berbusana ketika bekerja di


laboratorium. Busana yang dikenakan di laboratorium berbeda dengan busana yang
digunakan sehari hari. Busana atau pakaian di laboratorium hendaklah mengikuti
aturan sebagai berikut :
a. Mengenakan jas laboratorium, sarung tangan dan pelindung yang lain dengan
baik, meskipun penggunaan alat-alat keselamatan menjadikan tidak nyaman.
b. Dilarang memakai perhiasan yang dapat rusak oleh bahan kimia, sepatu yang
terbuka, sepatu licin, atau berhak tinggi.
c. Pria dan wanita yang memiliki rambut panjang harus diikat, rambut panjang
yang tidak terikat dapat menyebabkan kecelakaan. karena dapat tersangkut
pada alat yang berputar.

Seorang laboran pasti melakukan pekerjaan pemindahan bahan kimia pada


setiap kerjanya. Ketika melakukan pemindahan bahan kimia maka harus diperhatikan
hal hal sebagai berikut :
a. Membaca label bahan sekurang kurangnya dua kali untuk menghindari
kesalahan dalam pengambilan bahan misalnya antara asam sitrat dan asam
nitrat.
b. Memindahkan bahan kimia sesuai jumlah yang diperlukan.

Modul Praktikum Dasar Bioteknologi Laut 2020 4


c. Jangan menggunakan bahan kimia secara berlebihan
d. Jangan mengembalikan bahan kimia ke wadah botol semula untuk
menghindari kontaminasi, meskipun dalam hal ini kadang terasa boros.

Pembuangan Limbah Limbah bahan kimia secara umum meracuni lingkungan,


oleh karena itu perlu penanganan khusus :
a. Limbah bahan kimia tidak boleh dibuang langsung ke lingkungan.
b. Membuang limbah pada tempat yang disediakan.
c. Limbah organik dibuang pada tempat terpisah agar bisa didaur ulang.
d. Limbah padat (kertas saring, korek api, endapan) dibuang ditempat khusus.
e. Limbah yang tidak berbahaya (Misal : detergen) boleh langsung dibuang,
dengan pengenceran air yang cukup banyak.
f. Buang segera limbah bahan kimia setelah pengamatan selesai.
g. Limbah cair yang tidak larut dlm air dan beracun dikumpulkan pada botol dan
diberi label yg jelas.

2.1.2 Aturan Dasar Pekerjaan Laboratorium


Pada saat bekerja di laboratorium, perlu diperhatikan tata tertib dan etika ketika
bekerja terutama dengan alat-alat dan bahan yang digunakan, berikut ini adalah
beberapa aturan dasar pada saat bekerja di laboratorium

a. Pastikan anda mengetahui apa yang dilakukan jika terjadi kebakaran,


termasuk jalan keluar, menyalakan alarm kebakaran, dan titik kumpul dalam
meninggalkan gedung. Ingat yang paling utama adalah keselamatan, jika api
sudah membesar jangan mencoba memadamkan sendiri.
b. Laboratorium harus menunjukkan tempat P3K dan siapa yang harus
dihubungi ketika terjadi kecelakaan atau keadaan darurat. Laporkan segala
kecelakaan meskipul hal kecil,
c. Gunakan pakaian yang aman sepanjang waktu, jas lab yang bersih, dan
kacamata pelindung jika beresiko melukai mata
d. Jangan pernah merokok, makan, atau minum di laboratorium, karena
beresiko mengkontaminasi pernafasan dan pencernaan
e. Jangan pernah meniup/menyedot pipet yang berisi cairan
f. Berhati-hati dalam memegang dan mengoperasikan alat-alat berbahan kaca

Modul Praktikum Dasar Bioteknologi Laut 2020 5


g. Mengetahui simbol bahaya dari bahan kimia
h. Jika menggunakan bahan berbahaya gunakan dalam jumlah sedikit
i. Bekerja dengan logika, sopan santun, dan minimalisir resiko dengan selalu
berfikir kedepan
j. Selalu rapikan dan bersihkan laboratorium setelah digunakan, karena terkait
keselamatan, dan tanggung jawab untuk penggunaan laboratorium kedepan
k. Kebanyakan laboratorium memiliki pembuangan khusus untuk benda tajam,
kaca, larutan berbahaya, dan limbah radioaktif

2.1.3 Karakteristik Bahan Kimia


Bahan kimia merupakan media yang mengandung unsur kimiawi yang sensitive
atau resistan terhadap kondisi lingkungan tertentu. Bahan kimia dapat ditemukan
sebagai reaktan, pelarut, katalis, inhibitor, sebagai bahan awal, produk jadi, produk
sampingan, kontaminan, atau produk di luar spesifikasi yang mungkin jenisnya
bervariasi dari murni, berbentuk zat tunggal, hingga formulasi eksklusif yang
kompleks. Paparannya mungkin melibatkan padatan, cairan, atau materi udara seperti
kabut, aerosol, debu, asap (yaitu partikulat berukuran µm), uap atau gas dalam
kombinasi apapun.

Bahan kimia merupakan media yang mengandung unsur kimiawi yang sensitive
atau resistan terhadap kondisi lingkungan tertentu sehingga dibutuhkan penanganan
khusus dalam proses penyimpanannya. Beberapa karakteristik bahan kimia yang
sering kita temui di laboratorium diantaranya yaitu :

a. Explosive (mudah meledak)


b. Oxidizing (mudah teroksidasi)
c. Flammable (mudah terbakar)
d. Toxic (beracun)
e. Harmful irritant (bahaya iritasi)
f. Corrosive (korosif)
g. Dangerous for environmental (Bahan berbahaya bagi lingkungan)

Penyimpanan bahan aktif antar bahan aktif akan berbeda sesuai dengan
karakteristiknya. Bahan kimia perlu dikelompokkan sesuai karakteristik sebelum
disimpan. Misal penyimpanan bahan kimia dengan karakteristik cairan mudah

Modul Praktikum Dasar Bioteknologi Laut 2020 6


terbakar dapat menggunakan tempat penyimpanan berupa lemari yang tidak mudah
terbakar atau lemari es. Tempat penyimpanan bahan juga harus tersedia alat
pemadam kebakaran serta Jauh dari sumber api atau panas, termasuk loncatan api
listrik dan bara rokok.

2.1.3.1 Explosive (Mudah Meledak)

Gambar 1. Logo Bahan Kimia Mudah Meledak

Bahan kimia dengan kategori explosive merupakan bahan kimia dengan sifat
yang mudah meledak. Penyebab ledakan dapat berupa benturan, pemanasan,
pukulan, gesekan, reaksi dengan bahan kimia lain, adanya sumber percikan api.
Ledakan terkadang dapat terjadi meski dalam kondisi tanpa oksigen. Contoh bahan
kimia dengan sifat explosive antara lain TNT, ammonium nitrat, dan nitroselulosa.

2.1.3.2 Oxidizing (Mudah Teroksidasi)

Gambar 2. Logo Bahan Kimia yang Mudah Teroksidasi

Bahan kimia dengan label tersebut merupakan bahan kimia yang bersifat
mudah menguap dan mudah terbakar melalui oksidasi (oxidizing). Penyebab
kebakaran dapat berupa reaksi bahan tersebut dengan udara yang panas, percikan
api, atau karena reaksi dengan bahan-bahan yang bersifat reduktor. Contoh bahan
kimia yang mudah teroksidasi antara lain hidrogen peroksida dan kalium perklorat.

Modul Praktikum Dasar Bioteknologi Laut 2020 7


2.1.3.3 Flammable (Mudah Terbakar)

Gambar 3. Logo Bahan Kimia Mudah Terbakar

Terdapat dua kategori bahan kimia yang mudah bereaksi dengan oksigen dan
dapat menimbulkan kebakaran, yaitu :

a. Extremely Flammable (amat sangat mudah terbakar). titik nyala pada suhu 0
derajat Celcius dan titik didih pada suhu 35 derajat Celcius. umumnya berupa
gas pada suhu normal dan disimpan dalam tabung kedap udara bertekanan
tinggi.
b. Highly Flammable (sangat mudah terbakar). memiliki titik nyala pada suhu 21
derajat Celcius dan titik didih pada suhu yang tak terbatas. Pengaruh
kelembaban pada terbakar atau tidaknya bahan ini sangat besar. Oleh karena
itu, bahan ini biasanya disimpan pada kondisi kelembaban tinggi.

Contoh bahan bersifat flammable dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Zat terbakar langsung : aluminium alkil fosfor. Keamanan: hindari kontak bahan
dengan udara.
b. Gas amat mudah terbakar : butane dan propane. Keamanan: hindari kontak
bahan dengan udara dan sumber api.
c. Cairan mudah terbakar : aseton dan benzene. Keamanan: jauhkan dari sumber
api atau loncatan bunga api.
d. Zat sensitive terhadap air, yakni zat yang membentuk gas mudah terbakar bila
terkena air atau api.

Modul Praktikum Dasar Bioteknologi Laut 2020 8


2.1.3.4 Toxic (Beracun)

Gambar 4. Logo Bahan Kimia Beracun

Keracunan akibat bahan kimia dapat bersifat akut dan kronis, bahkan hingga
menyebabkan kematian pada konsentrasi tinggi. Keracunan akibat bahan kimia bukan
hanya terjadi jika bahan masuk melalui mulut, bahan ini juga bisa meracuni lewat
proses pernafasan (inhalasi) atau melalui kontak dengan kulit. Contoh bahan kimia
yang memiliki sifat toxic antara lain arsen triklorida dan merkuri klorida.

2.1.3.5 Harmful Irritant (Bahaya Iritasi)


Simbol bahan kimia Harmful Irritant terbagi menjadi 2 kode, yakni :

a. Kode Xn menunjukan adanya risiko kesehatan jika bahan masuk melalui


pernafasan (inhalasi), melalui mulut (ingestion), dan melalui kontak kulit,
contoh bahan dengan kode Xn misalnya peridin.
b. kode Xi menunjukan adanya risiko inflamasi jika bahan kontak langsung
dengan kulit dan selaput lendir, contoh bahan dengan kode Xi misalnya
ammonia dan benzyl klorida.

Gambar 5. Logo Bahan Kimia dengan Bahaya Iritasi

Modul Praktikum Dasar Bioteknologi Laut 2020 9


2.1.3.6 Corrosive (Korosif)

Gambar 6. Logo Bahan Kimia yang Bersifat Korosif

Simbol bahan kimia tersebut menunjukan bahwa suatu bahan kimia bersifat
korosif dan dapat merusak jaringan hidup. Karakteristik bahan dengan sifat ini
umumnya bisa dilihat dari tingkat keasamaannya. pH dari bahan bersifat korosif
lazimnya berada pada kisaran < 2 atau >11,5. Jangan menghirup uap dari bahan ini
dan kontak langsung dengan mata dan kulit. Contoh bahan kimia yang bersifat korosif
antara lain belerang oksida dan klor.
2.1.3.7 Dangerous for Enviromental (Bahan Berbahaya bagi Lingkungan)

Gambar 7. Logo Bahan Berbahaya Bagi Lingkungan

Simbol bahan kimia pada gambar di atas menunjukan bahwa bahan tersebut
berbahaya bagi lingkungan (dangerous for environment). Melepasnya langsung ke
lingkungan, baik itu ke tanah, udara, perairan, atau ke mikroorganisme dapat
menyebabkan kerusakan ekosistem. Contoh bahan berbahaya bagi lingkungan
antara lain tetraklorometan, tributil timah klorida, dan petroleum bensin.

2.1.4 Alat dan Bahan yang digunakan di Laboratorium


2.1.4.1 Rotary Evaporator
Rotary Evaporator merupakan alat yang digunakan di laboratorium untuk
menghilangkan pelarut secara efisien dan perlahan-lahan serta untuk preparasi
destilasi dan penemuan ekstrak. Rotary Evaporator digunakan pada komponen
pelarut yang akan dihilangkan dari sampel setelah ekstraksi segera setelah isolasi
dari produk ekstrak tersebut. Dengan Rotary Evaporator akan didapatkan cara

Modul Praktikum Dasar Bioteknologi Laut 2020 10


penguapan pelarut tanpa pemanasan berlebih dan terhindar dari resiko merusak
sampel yang biasanya merupakan molekul kombinasi yang sensitif dan kompleks
antara pelarut dan zat terlarutnya. Rotary Evaporator diterapkan untuk memisahkan
pelarut yang telah diturunkan titik didihnya dengan komponen yang akan berwujud
padat pada suhu dan tekanan kamar.

Gambar 8. Rotary Evaporator

Terdapat beberapa bagian dari alat Rotary Evaporator dengan fungsi sebagai
berikut :

a. Hot plate, berfungsi untuk mengatur suhu pada waterbath dengan


temperatur yang diinginkan (tergantung titik didih dari pelarut).
b. Waterbath, sebagai wadah air yang dipanaskan oleh hot plate untuk labu
alas yang berisi sampel.
c. Ujung Rotor Sampel, berfungsi sebagai tempat labu alas bulat sampel
bergantung.
d. Lubang Masuk kondensor, berfungsi sebagai pintu masuk bagi air
kedalam kondensor yang airnya disedot oleh pompa vakum.
e. Kondensor, berfungsi sebagai pendingin yang mempercepat proses
perubahan fasa, dari fasa gas ke fasa cair.
f. Lubang Keluar Kondensor, berfungsi sebagai pintu keluar bagi air dari
dalam kondensor.
g. Labu alas bulat penampung, berfungsi sebagai wadah bagi penampung
pelarut.
h. Ujung Rotor Penampung, berfungsi sebagai tempat labu alas bulat
penampung bergantung.

Modul Praktikum Dasar Bioteknologi Laut 2020 11


2.1.4.2 Mikropipet
Mikropipet menjadi alat yang sangat penting saat proses pengujian senyawa
bioaktif dan analisis DNA mulai proses ekstraksi hingga elektroforesis. Skala
mikropipet beragam mulai dari 10 µl, 20 µl, 100 µl, hingga 1000 µl.

Saat menggunakan mikropipet, ujung mikropipet dipasang tip yang sesuai


dengan ukuran skala mikropipet. Tip ini berfungsi untuk menghindari kontaminasi alat
dari larutan-la rutan yang mungkin masuk.

Gambar 9. Mikropipet

Cara Penggunaan Mikropipet :

1) Diatur volume dengan memutar knop pengatur volume.


2) Dipasang tip dengan menancapkan pada ujung mikropipet.
3) Ditekan penyedot pipet sampai pada batas pertama (first stop).
4) Dimasukkan tip ke dalam larutan yang akan dipindahkan.
5) Diambil larutan ke dalam tip dengan menjaga tekanan balik secara perlahan
sampai tip terisi penuh dan posisi penyedot kembali seperti posisi sebelum
penyedotan.
6) Dibiarkan tip tetap di bawah permukaan larutan selama pengambilan
7) Berhenti sesaat, pastikan larutan sudah mengisi tip
8) Dipindahkan tip dari larutan
9) Dikeluarkan larutan
10) Penyedot masih dalam posisi ditekan, tarik pipet dari wadah penampung
larutan
11) Dilepas tekanan penyedot secara pelan-pelan sampai kembali pada posisi
semula
12) Dilepas tip dengan menekan ejector

Modul Praktikum Dasar Bioteknologi Laut 2020 12


2.1.4.3 Kertas Saring Whatman 42

Gambar 10. Kertas Saring Whatman 42

Penyaringan adalah pembersihan partikel padat dari suatu fluida dengan


melewatkannya pada medium penyaringan, atau septum, yang di atasnya padatan
akan terendapkan. Rentang penyaringan pada industri mulai dari penyaringan
sederhana hingga pemisahan yang kompleks. Kertas saring adalah suatu kertas
semi-permeabel yang dipotong melingkar dan ditempatkan serenjang dalam suatu
corong pemisah, agar kotoran tidak larut tersaring dan memungkinkan bagian dari
larutan dapat terpisahkan melalui pori-pori kertas.

Secara umum hasil penelitian menunjukkan bahwa penyaringan menggunakan


kertas saring Whatman nomor 42 cukup efektif untuk mendapatkan mikropartikel
yang relatif kecil dan seragam tetapi tidak cukup efektif untuk mendapatkan
mikropartikel dengan distribusi ukuran yang lebih sempit.

2.1.4.4 Metanol

Gambar 11. Metanol

Modul Praktikum Dasar Bioteknologi Laut 2020 13


Metanol merupakan bahan kimia yang masuk dalam golongan Alkohol serta
memiliki nama dagang atau sinonim Alcohol metalico; Alcohol methylique; Carbinol;
Colonial spirit; Hydroxymethane; Metanolo; Methanol; Methylol; Methyl alcohol;
Methylalkohol; Methyl hydrate; Methyl hydroxide; Monohydroxymethane;
Olumbianspirits; Pyroxylic spirit; Synthetic wood naphtha; Wood alcohol;
Woodnaphtha; Wood spirit.

Penggunaan Metanol banyak digunakan dalam pembuatan cat, sebagai


penghilang vernis, sebagai pelarut dalam industri, sebagai penguat bahan bakar,
sebagai bahan bakar pada kompor portable, digunakan dalam pembuatan
formaldehid, asam asetat, derivat metil, dan asam anorganik. Jika tidak ditangani
dengan baik, penggunaan metanol dapat menyebabkan bahaya kesehatan seperti :

a. Terhirup
Jika terhirup dapat menyebabkan iritasi saluran napas, batuk, pusing, sakit
kepala, mual, lemah, gangguan penglihatan. Menghirup udara yang mengandung
kadar metanol tinggi dapat menyebabkan iritasi membran mukosa, sakit kepala,
rasa mengantuk, mual, kehilangan kesadaran, gangguan saluran cerna dan
penglihatan, bahkan kematian.

b. Kontak dengan kulit


Jika terkena kulit dapat menyebabkan iritasi kulit, kulit menjadi kering dan
kemerahan.

c. Kontak dengan mata


Jika terkena mata dapat menyebabkan iritasi mata, mata nyeri dan
kemerahan. Jika mata terkena cairan metanol atau uap metanol dengan
konsentrasi tinggi dapat menyebabkan iritasi, mata berair, dan terbakar.

d. Tertelan
Jika tertelan dapat menyebabkan nyeri perut, napas pendek, muntah, kejang,
tidak sadarkan diri, kebutaan, kematian. Menelan metanol walaupun hanya sedikit,
dapat menyebabkan kebutaan atau kematian. Efek sub letal dapat berupa mual,
sakit kepala, nyeri perut, muantah, gangguan penglihatan yang bervariasi dari
pandangan buram hingga sensitif terhadap cahaya.

Modul Praktikum Dasar Bioteknologi Laut 2020 14


Apabila bahaya tersebut terjadi, maka harus dilakukan pertolongan pertama
pada korban, diantaranya adalah :

a. Terhirup
Pindahkan korban ke tempat berudara segar. Berikan pernapasan buatan
jika dibutuhkan. Jika mengalami kesulitan bernapas, berikan oksigen. Segera
bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat.

Jika Terhirup Serius : Segera pindahkan korban ke tempat yang lebih aman.
Longgarkan pakaian yang melekat ketat, seperti kerah baju, dasi, atau ikat
pinggang. Jika mengalami kesulitan bernapas, berikan oksigen. Jika tidak
bernapas, resusitasi dari mulut ke mulut. Namun perlu diperhatikan kemungkinan
bahaya dilakukannya pertolongan resusitasi dari mulut ke mulut jika korban
menghirup bahan yang beracun, menginfeksi, atau korosif. Segera bawa ke rumah
sakit atau fasilitas kesehatan terdekat.

b. Kontak dengan kulit

Segera tanggalkan pakaian, perhiasan, dan sepatu yang terkontaminasi.


Cuci kulit, kuku, dan rambut menggunakan sabun dan air mengalir yang banyak
sampai dipastikan tidak ada bahan kimia yang tertinggal, sekurangnya selama 15-
20 menit. Beri emollient pada bagian kulit yang teriritasi. Bila perlu segera bawa
ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat.

Kontak kulit serius: Cuci kulit menggunakan sabun desinfektan dan beri krim
antibakteri pada bagian kulit yang terkena bahan. Segera bawa ke rumah sakit
atau fasilitas kesehatan terdekat.

c. Kontak dengan mata


Segera cuci mata dengan air mengalir yang banyak, sekurangnya selama
15-20 menit dengan sesekali membuka kelopak mata bagian atas dan bawah
sampai dipastikan tidak ada lagi bahan kimia yang tertinggal. Segera bawa ke
rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat

d. Tertelan
Menelan metanol berpotensi mengancam jiwa. Mula timbulnya (onset) gejala
dapat tertunda selama 18 hingga 24 jam setelah menelan metanol. Jangan

Modul Praktikum Dasar Bioteknologi Laut 2020 15


lakukan induksi muntah, kecuali ada instruksi dari petugas kesehatan. Jangan
berikan apapun melalui mulut pada korban yang tidak sadarkan diri. Longgarkan
pakaian yang melekat ketat, seperti kerah baju, ikat pinggang, atau dasi.
Bersihkan mulut menggunakan air bersih. Segera bawa ke rumah sakit atau
fasilitas kesehatan terdekat.

2.1.4.5 Asam Sulfat (H2SO4)


Asam Sulfat merupakan bahan kimia yang masuk dalam golongan Asam
Anorganik serta memiliki nama dagang atau sinonim : Acide sulfurique; Acido
solforico; Acido sulfurico; Battery acid; Bov; Chamber acid; Dihydrogen sulfate;
Dihydrogen sulphate; Dipping acid; Electrolyte acid; Fertilizer acid; Hydrogen
sulphate; Hydrogen sulfate; Matting acid; Oil of vitriol; Spirit of sulphur; Spirit of sulfur;
Sulphuric acid; Sulfuric acid; Vitriol oil; Vitriol brown oil; Nordhadsen acid; Dithionic
acid; Sulfuric acid 66 Baume (Collier carbon & Chemical corp.); Oil of Vitriol Battery
Acid (Spectrum Chemical MFG. Corp).

Gambar 12. Asam Sulfat

Bahan kimia ini umumnya digunakan terutama dalam pembuatan pupuk, bahan
peledak, zat warna, asam lainnya, perkamen (bahan yang terbuat dari kulit binatang
seperti kulit domba, kulit kambing, kulit sapi), kertas, lem, pemurnian minyak bumi dan
pada pengawetan logam. Jika tidak ditangani dengan baik, penggunaan asam sulfat
dapat menyebabkan bahaya terhadap kesehatan seperti :

Modul Praktikum Dasar Bioteknologi Laut 2020 16


a. Terhirup
Kontak dengan uap atau kabut dari larutan terkonsentrasi dapat
menyebabkan batuk, perasaan terbakar di tenggorokan, perasaan tersedak,
peradangan dan ulserasi dari mukosa hidung, tenggorokan dan laring. Menghirup
kabut semprotan dapat menghasilkan iritasi yang parah pada saluran pernapasan,
ditandai dengan batuk, tersedak, atau napas pendek.

b. Kontak dengan kulit


Kontak dengan kulit dapat menyebabkan iritasi yang serius dan dalam
beberapa kasus luka bakar yang parah. Luka bakar pada wajah dapat
menyebabkan luka serius dan membuat cacat/tanda. Sering kontak dengan asam
yang relatif encer dapat menyebabkan dermatitis. Peradangan pada kulit dapat
ditandai dengan gatal, bersisik, kemerahan atau terkadang melepuh.

c. Kontak dengan mata


Kontak dengan mata dapat menyebabkan luka korosif mulai dari penurunan
ketajaman visual sampai kehilangan penglihatan permanen tergantung pada
asam yang terpapar, konsentrasi dan tingkat paparan. Peradangan pada mata
dapat ditandai dengan kemerahan, berair dan gatal-gatal.

d. Tertelan
Bila tertelan dapat menyebabkan muntah, disfagia, drooling (mengiler/keluar
air liur), ketidaknyamanan orofaringeal dan nyeri perut. Komplikasi akut termasuk
aspirasi pneumonia, luka bakar pada epiglottis dan pita suara, obstruksi laring,
perforasi lambung dengan mediastinum atau peritoneal abses, dan sepsis.
Setelah terlihat kemajuan kemungkinan dalam 2 sampai 3 hari pasien mengalami
nyeri mendadak di bagian perut atau dada dan shock, hal ini menunjukkan
perforasi lambung. Pada kasus tertelan asam yang parah, risiko tertinggi pada
perforasi dalam 72 jam pertama, namun perforasi lambat dapat terjadi sampai
sekitar 2 minggu setelah mengkonsumsi.

Apabila bahaya tersebut terjadi, maka harus dilakukan pertolongan pertama


pada korban, diantaranya adalah :

Modul Praktikum Dasar Bioteknologi Laut 2020 17


a. Terhirup
Pindahkan korban ke tempat berudara segar. Longgarkan pakaian yang
melekat seperti kerah, dasi, ikat pinggang. Berikan pernapasan buatan jika
dibutuhkan. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat.

b. Kontak dengan kulit


Segera tanggalkan pakaian, perhiasan, dan sepatu yang terkontaminasi.
Cuci kulit, kuku, dan rambut menggunakan sabun dan air yang banyak sampai
dipastikan tidak ada bahan kimia yang tertinggal, sekurangnya selama 15-20
menit. Bila perlu segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat.

c. Kontak dengan mata


Segera cuci mata dengan air yang banyak, sekurangnya selama 15-20 menit
dengan sesekali membuka kelopak mata bagian atas dan bawah sampai
dipastikan tidak ada lagi bahan kimia yang tertinggal. Segera bawa ke rumah sakit
atau fasilitas kesehatan terdekat.

d. Tertelan
Segera bilas mulut dengan air. Jangan merangsang muntah. Jangan pernah
memberikan apapun melalui mulut kepada orang yang tidak sadar. Lepaskan
pakaian yang ketat seperti kerah, dasi atau ikat pinggang. Jangan memberikan
cairan secara oral. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat.

2.1.4.6 Asam Klorida (HCl)


Asam merupakan bahan yang sangat akrab dan mudah dijumpai dalam
kehidupan kita. Asam merupakan suatu zat yang mempunyai rumus kimia umum HA,
jika dilarutkan dalam air akan melepaskan ion positif ( H+ ), semakin banyak ion H+
yang dilepaskan, semakin kuat sifat asamnya. Secara umum asam memiliki sifat-sifat
rasa asam, bersifat korosif terhadap logam, larutannya memiliki hantaran listrik dan
dapat merubah kertas lakmus biru menjadi merah. Berdasarkan kekuatan asam,
asam dibagi menjadi 2 yaitu asam kuat dan asam lemah. Contoh asam kuat antara
lain : Asam Klorida (HCl), Asam Sulfat (H2SO4 ), Asam Nitrat (HNO3 ), Asam Perklorat
(HCLO4 ), Asam Florida (HF), sedangkan asam lemah antara lain : Asam Asetat
(CH3COOH), Asam Fosfat (H3PO4 ), Asam sianida (HCN ). Umumnya asam kuat
bersifat merusak, sifat ini disebabkan oleh sifat ion negatifnya yang mudah berikatan

Modul Praktikum Dasar Bioteknologi Laut 2020 18


dengan ion positif dari suatu logam. Misalnya asam fluorida (HF) yang dituangkan ke
dalam gelas kaca, kaca akan meleleh seketika karena mengandung ion logam
bermuatan positif. Ketika asam fluorida dituangkan ke gelas kaca, ion negatif dari HF
(ion F- ) akan bereaksi dengan ion positif logam. Reaksi inilah yang mengakibatkan
gelas kaca meleleh, dapat dibayangkan bahaya apa yang terjadi jika sampai kulit kita
yang terpapar atau mungkin terhirup ataupun tertelan masuk kedalam tubuh kita.

Gambar 13. Asam Klorida

Larutan asam klorida (HCl) adalah cairan kimia yang sangat korosif, berbau
menyengat dan sangat iritatif dan beracun, larutan HCl termasuk bahan kimia
berbahaya atau B3. Di dalam tubuh HCl diproduksi didalam lambung yang lebih
dikenal dengan asam lambung yang dihasilkan oleh sel parietal, secara alami salah
satu fungsi asam lambung ini untuk menghancurkan bahan makanan yang masuk
kedalam usus, jika produksi asam lambung meningkat dari keadaan normal akan
mengiritasi lambung dan menimbulkan rasa perih di lambung. Bahaya terhadap
kesehatan tergantung pada konsentrasi larutannya, < 5% bersifat iritan lemah, 5 –
10% bersifat iritan kuat, > 10 % bersifat korosif.

Apabila terjadi kelalaian dalam penggunaan asam klorida seperti terhirup,


kontak dengan kulit, kontak dengan mata, dan tertelan, maka harus dilakukan
pertolongan pertama pada korban, diantaranya adalah :

a. Terhirup
Segera pindahkan ketempat terbuka yang berudara segar, jika sulit bernapas
berikan napas buatan dan segera bawa ke rumah sakit terdekat.

Modul Praktikum Dasar Bioteknologi Laut 2020 19


b. Kontak dengan kulit
Segera lepaskan pakaian atau perhiasan kemudian mencuci bagian kulit
yang terkena dengan air bersih yang mengalir sampai tidak ada lagi asam yang
tertinggal dan gejala keracunan mereda.

c. Kontak dengan mata


Segera cuci mata yang terkena asam dengan air bersih mengalir atau larutan
garam minimal 30 menit. Jika mata juga terkontaminasi dengan partikel padat,
buka kelopak mata dan keluarkan partikel tersebut segera mungkin.

d. Tertelan
Berikan air minum atau susu (1-2 cangkir untuk dewasa, ¼ - ½ cangkir untuk
anak-anak), walaupun demikian perlu diperhatikan bahwa cairan yang diminum
jangan terlalu banyak karena dapat menginduksi muntah sehingga akan terpapar
kembali saluran pencernaan tersebut.

2.1.4.7 Serbuk Mg
Magnesium adalah salah satu dari enam mineral penting yang terkandung
dalam tubuh manusia. Magnesium membantu membangun tulang, memperbaiki
penampilan fungsi saraf, dan merupakan elemen yang sangat penting untuk penghasil
energy dari makanan yang di asup oleh manusia.

Magnesium secara alami ditemukan dalam banyak makanan, ditambahkan ke


produk makanan lainnya, tersedia sebagai suplemen diet, dan hadir di beberapa jenis
obat-obatan (obat penyakit maag dan obat pencahar). Magnesium adalah kofaktor
dalam lebih dari 300 sistem enzim yang mengatur reaksi biokimia yang beragam
dalam tubuh, termasuk sintesis protein, untuk otot dan fungsi saraf, mengatur kadar
glukosa darah, dan regulasi tekanan darah.

Gambar 14. Serbuk Mg

Modul Praktikum Dasar Bioteknologi Laut 2020 20


Magnesium diperlukan untuk produksi energi, fosforilasi oksidatif, dan glikolisis.
Zat ini memberikan kontribusi untuk perkembangan struktur tulang dan diperlukan
untuk sintesis DNA, RNA, dan glutathione antioksidan. Magnesium juga berperan
dalam transpor aktif ion kalsium dan kalium melintasi membran sel, proses yang
penting untuk konduksi saraf impuls, kontraksi otot, dan normalisasi irama jantung.

Sebagaimana pentingnya peran magnesium pada tumbuhan (khususnya


merupakan bagian utama dari struktur kimia klorofil), maka peran magnesium juga
sangat penting bagi manusia dan hewan. Tanpa kehadiran magnesium dalam tubuh,
energi tidak dapat diproduksi atau digunakan dalam sel, otot tidak bisa rileks dan
berkontraksi, dan hormon-hormon utama tidak bisa disintesa untuk membantu
mengendalikan fungsi-fungsi vital dari bagian-bagian tubuh.

Efek samping dari magnesium sangat jarang, namun terlalu banyak magnesium
seringkali diketahui menyebabkan diare. Karena sebagian besar efek serius hasil
asupan magnesium berlebihan karena dihasilkan oleh sifat magnesium yang
mengandung obat pencahar. Jika anda mendapatkan magnesium dari suplemen, ada
beberapa kemungkinan efek samping seperti itu. Orang dengan penyakit ginjal dan
punya riwayat tekanan darah rendah harus menghindari mengonsumsi suplemen
magnesium, tanpa konsultasi dengan dokter.

2.1.4.8 FeCl3

Gambar 15. FeCl3

Besi(III) klorida, atau feri klorida, adalah suatu senyawa kimia yang merupakan
komoditas skala industri, dengan rumus kimia FeCl3. Senyawa ini umum digunakan
dalam pengolahan limbah, produksi air minum maupun sebagai katalis, baik di industri
maupun di laboratorium. Warna dari kristal besi(III) klorida tergantung pada sudut
pandangnya: dari cahaya pantulan ia berwarna hijau tua, tetapi dari cahaya pancaran
ia berwarna ungu-merah. Besi(III) klorida bersifat deliquescent, berbuih di udara
lembap, karena munculnya HCl, yang terhidrasi membentuk kabut.

Modul Praktikum Dasar Bioteknologi Laut 2020 21


Bila dilarutkan dalam air, besi (III) klorida mengalami hidrolisis yang merupakan
reaksi eksotermis (menghasilkan panas). Hidrolisis ini menghasilkan larutan yang
coklat, asam, dan korosif, yang digunakan sebagai koagulan pada pengolahan limbah
dan produksi air minum. Larutan ini juga digunakan sebagai pengetsa untuk logam
berbasis-tembaga pada papan sirkuit cetak (PCB).

Apabila terjadi kelalaian dalam penggunaan asam klorida seperti terhirup,


kontak dengan kulit, kontak dengan mata, dan tertelan, maka harus dilakukan
pertolongan pertama pada korban, diantaranya adalah:

a. Terhirup
Segera hirup udara segar. Jika napas terhenti, berikan napas buatan mulut
ke mulut atau secara mekanik. Berikan masker oksigen jika mungkin. Segera
hubungi dokter atau bawa ke fasilitas kesehatan terdekat.

b. Kontak dengan kulit


Bilaslah dengan air yang banyak.

c. Kontak dengan mata


Bilaslah dengan air yang banyak. Segera hubungi dokter mata. Lepaskan
lensa kontak.
d. Tertelan
Beri air minum (paling banyak dua gelas). Segera cari anjuran pengobatan.
Hanya di dalam kasus khusus, jika pertolongan tidak tersedia dalam satu jam,
rangsang untuk muntah (hanya jika korban tidak sadarkan diri), telan karbon aktif
and konsultasikan kepada dokter secepatnya.

2.2 Preparasi Sampel


Preparasi sampel merupakan tahapan awal dalam pengujian fitokimia dari
sampel buah mentah Sonneratia caseolaris. Preparasi ini terdiri dari pengambilan
sampel, pencucian, pengeringan, dan penghalusan.

2.2.1 Kriteria Sampel


Sampel yang digunakan dalam penelitian berupa buah mentah dan matang
yang diambil dari Pantai Serang, Kabupaten Blitar. Ukuran buah mangrove yang
digunakan berukuran kurang dari 6 cm (< 6 cm). Buah yang telah diambil dimasukkan

Modul Praktikum Dasar Bioteknologi Laut 2020 22


ke dalam trashbag kemudian dibawa menuju laboratorium, lalu ditimbang berat basah
sampel. Bagian kelopak buah dikeluarkan lalu dicuci bersih dan ditiriskan. Buah
tersebut selanjutnya dikeringkan dengan cara diangin-anginkan di ruang terbuka.

2.2.2 Pencucian
Pencucian merupakan salah satu tahapan yang dilakukan pada saat preparasi
sampel. Proses ini bertujuan untuk menghilangkan kotoran, garam, maupun epifit
yang terdapat pada sampel. Hal ini dilakukan supaya kotoran yang ada pada sampel
tidak mempengaruhi proses uji fitokimia. Pencucian terhadap buah mangrove
dilakukan pada air mengalir. Proses pencucian dilakukan dengan menggunakan air
tawar lalu dibilas dengan akuades untuk memastikan kebersihannya.

2.2.3 Pengeringan
Salah satu proses yang berperan penting terhadap mutu simplisia adalah proses
pengeringan. Proses pengeringan berpengaruh terhadap kandungan senyawa kimia
maupun efek farmakologis yang terkandung dalam suatu tanaman obat. Hal ini
berpengaruh terhadap senyawa yang berkhasiat sebagai antioksidan. Kandungan
fenolik dan flavonoid total dalam suatu simplisia yang mempunyai aktivitas antioksidan
kestabilannya dapat dipengaruhi oleh proses pengeringan. Metode pengeringan
dibagi menjadi empat macam yang meliputi pengeringan oven, sinar matahari
langsung, sinar matahari tidak langsung dan kering angin.

Tujuan dilakukannya pengeringan yaitu untuk menghilangkan kadar air yang


terkandung pada sampel. Metode pengeringan yang dilakukan nantinya akan
berpengaruh terhadap uji fitokimia yang dilakukan. Metode pengeringan dibagi
menjadi 4 macam yakni pengeringan oven, pengeringan sinar matahari langsung,
pengeringan sinar matahari tidak langsung dan pengeringan angin. Pada praktikum
bioteknologi kelautan, sampel buah mentah mangrove dikeringkan dengan metode
pengeringan oven. Hal ini dilakukan karena pengeringan dengan metode oven jauh
lebih cepat dan efisien.

2.2.4 Penghalusan
Penghalusan merupakan salah satu tahap preparasi sampel yang bertujuan
untuk menghaluskan permukaan sampel buah mangrove yang akan di ekstraksi.
Penghalusan terhadap sampel buah mangrove dilakukan secara mekanik. Alat yang

Modul Praktikum Dasar Bioteknologi Laut 2020 23


digunakan pada saat penghalusan bisa secara otomatis (dengan bantuan mesin)
maupun secara manual (menggunakan alu mortar). Sampel yang sudah halus akan
dikemas dengan kemasan plastik hingga siap digunakan untuk pengujian fitokimia.
Proses penghalusan merupakan proses terakhir dalam tahapan preparasi sampel.

2.3 Ekstraksi Sampel


Ekstraksi adalah proses penarikan atau pemisahan suatu komponen aktif pada
simplisia dengan menggunakan pelarut tertentu. Salah satu faktor yang mampu
mempengaruhi kualitas dan kuantitas ekstrak yaitu metode ekstraksi yang digunakan.
Dua metode ekstraksi yang lazim digunakan adalah maserasi dan sokletasi.
2.3.1 Maserasi

Maserasi adalah teknik yang digunakan untuk menarik atau mengambil


senyawa yang diinginkan dari suatu larutan atau padatan dengan teknik perendaman
terhadap bahan yang akan diekstraksi. Sampel yang telah dihaluskan direndam dalam
suatu pelarut organik selama beberapa waktu. Perendaman sampel tumbuhan
menyebabkan terjadinya pemecahan dinding dan membran sel akibat perbedaan
tekanan antara di dalam dan di luar sel, sehingga metabolit sekunder yang ada dalam
sitoplasma akan terlarut dalam pelarut organik dan ekstraksi senyawa akan sempurna
karena dapat diatur lama perendaman yang dilakukan. Hasil maserasi dipengaruhi
oleh jenis pelarut yang digunakan, lama waktu maserasi, dan sifat senyawa bioaktif
yang terekstrak bergantung pada kepolaran pelarut itu sendiri.

Gambar 16. Ekstraksi dengan metode maserasi

Modul Praktikum Dasar Bioteknologi Laut 2020 24


2.3.2 Sokletasi
Prinsip Sokletasi adalah penyaringan yang berulang-ulang sehingga hasil yang
didapat sempurna dan pelarut yang digunakan relatif sedikit. Ekstraksi dengan cara
soklet menghasilkan rendemen yang lebih besar jika dibandingkan dengan maserasi.
Hal ini disebabkan karena dengan adanya perlakuan panas yang dapat meningkatkan
kemampuan pelarut untuk mengekstraksi senyawa-senyawa yang tidak larut didalam
kondisi suhu kamar, serta terjadinya penarikan senyawa yang lebih maksimal oleh
pelarut yang selalu bersirkulasi dalam proses kontak dengan simplisia sehingga
memberikan peningkatan rendemen.

Gambar 17. Soxhlet Extractor untuk ekstraksi dengan metode sokletasi

2.3.3 Perbandingan Maserasi dan Sokletasi


Tabel 1. Perbandingan Maserasi dan Sokletasi
Maserasi Sokletasi

Teknis Cara dingin Cara panas

Tingkat kesulitan Sederhana Rumit

Prinsip Pencapaian kesetimbangan Ekstraksi secara kontiniu


konsentrasi dengan pelarut yang relatif
konstan

Waktu Butuh waktu lebih lama Waktu relatif cepat

Penyaringan Penyaringan kurang Tidak perlu penyaringan


sempurna

Modul Praktikum Dasar Bioteknologi Laut 2020 25


2.3.4 Evaporasi
Proses penguapan atau evaporasi merupakan proses pemisahan uap air dari
suatu campuran yang berupa larutan menjadi bentuk yang lebih murni. Faktor
evaporasi yaitu hubungan antara suhu dan waktu yang akan menentukan tingkat
kerusakan akibat panas. Pelarut dipanaskan sampai menguap sehingga hanya
meninggalkan senyawa yang terpisah. Prinsip utama dalam instrumen ini terletak
pada penurunan tekanan pada labu alas bulat dan pemutaran labu alas bulat hingga
berguna agar pelarut dapat menguap lebih cepat dibawah titik didihnya.

2.3.5 Penyimpanan Ekstrak


Hasil ekstrak dapat disimpan didalam lemari pendingin dalam jangka waktu
tertentu, kurang lebih sampai 2 bulan. Proses penyimpanan hasil ekstrak dalam
jangka waktu yang lama sangat tidak disarankan, karena dapat merusak kandungan
senyawa bioaktif. Penyimpanan yang baik adalah disuhu rendah (±5 0C), karena pada
suhu yang rendah kandungan senyawa bioaktif di dalam eksrak cenderung stabil.

2.4 Uji Fitokimia


Uji fitokimia merupakan metode yang sederhana, cepat, serta sangat efektif
yang digunakan untuk mengidentifikasi golongan senyawa serta mengetahui
keberadaan senyawa-senyawa aktif biologis yang terdistribusi dalam jaringan
tanaman. Analisa fitokimia bertujuan untuk mengetahui komponen bioaktif yang
terkandung dalam pelarut dari ekstrak secara kualitatif maupun kuantitatif. Uji fitokimia
secara kualitatif dapat dilakukan dengan melihat perubahan warna pada ekstrak
sampel ketika diberikan larutan pereaksi.

2.5 Senyawa Bioaktif


Senyawa bioaktif merupakan senyawa fungsional yang terdapat dalam bahan
pangan dan dapat memberikan pengaruh biologis maupun fisiologis. Mangrove
merupakan salah satu organisme yang mampu melakukan metabolisme sekunder
dan menghasilkan senyawa bioaktif. Metabolit sekunder berperan penting dalam
pertahanan mekanisme dan melindungi sel-sel alga terhadap kondisi stress. Metabolit
sekunder diklasifikasikan ke dalam berbagai kelompok senyawa bioaktif tergantung
pada konfigurasi strukturalnya. Kelas utamanya meliputi alkaloid, flavonoid, fenolat,
tanin, terpenoid yang menunjukkan sifat farmakologis yang signifikan Berbagai

Modul Praktikum Dasar Bioteknologi Laut 2020 26


penelitian tentang senyawa bioaktif telah dilakukan untuk tujuan kesehatan manusia
seperti antioksidan, anti-inflamasi, anti-aging, dan lain sebagainya.

Fenol merupakan senyawa metabolit sekunder yang terdapat dalam suatu


organisme berfungsi untuk mencegah terjadinya kerusakan atau menurunnya
kemampuan bertahan hidup suatu organisme. Flavonoid merupakan kelompok
terbesar dari polifenol, Flavonoid pada tumbuhan berperan memberi warna, rasa pada
biji, bunga, dan buah serta aroma serta melindungi tumbuhan dari pengaruh
lingkungan, sebagai antimikroba, dan perlindungan dari paparan sinar UV.

Modul Praktikum Dasar Bioteknologi Laut 2020 27


III. PRAKTIK LABORATORIUM

3.1 Preparasi Sampel


Preparasi merupakan tahap awal dalam pengujian antioksidan pada praktikum
ini. Preparasi terdiri dari pengambilan sampel, pencucian, pengeringan, dan
penghalusan sampel.

a. Pengambilan sampel

Pengambilan sampel

- Tentukan titik lokasi


- Ambil sampel buah mangrove matang (lebih besar), dan buah mentah (lebih
kecil)
- Masukan sampel buah yang sudah diambil ke dalam trashbag
- Timbang berat basah sampel yang sudah diambil
Hasil

b. Pencucian sampel

Pencucian Sampel

- Ambil sampel
- Cuci menggunakan air mengalir
- Bilas sampel dengan tangan secara perlahan
- Tiriskan sampel buah
Hasil

c. Pengeringan sampel

Pengeringan sampel

- Letakkan buah yang sudah dicuci ke penampang oven


- Ratakan buah yang terdapat pada penampang oven
- Masukan ke dalam oven dengan suhu 40 oC selama 3 hari
- Timbang sampel buah yang sudah dikeringkan
Hasil

Modul Praktikum Dasar Bioteknologi Laut 2020 28


d. Penghalusan sampel

Penghalusan

- Ambil sampel yang sudah dikeringkan


- Masukan sampel ke dalam mesin penghalusan
- Setelah melalui proses penghalusan bersikan sisa sampel yang sudah
dihaluskan
- Timbang berat hasil dari proses penghalusan

Hasil

3.2 Ekstraksi sampel


Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu komponen aktif pada simplisia
dengan menggunakan pelarut tertentu. Pada praktikum kali ini metode ekstraksi yang
digunakan adalah maserasi. Hasil maserasi selanjutnya dilakukan proses evaporasi
pada rotary evaporator. Hasil ekstraksi nantinya akan berbentuk pasta.

a. Maserasi sampel

Maserasi sampel

- Ambil sampel yang sudah dihaluskan ditimbang dengan perbandingan 1:5


dengan pelarut metanol
- Masukan ke dalam wadah maserasi
- Inkubasi sampel selama 1X24 jam
- Saring sampel yang sudah di maserasi dengan menggunakan kertas saring

Hasil

b. Evaporasi sampel

Evaporasi sampel

- Ambil hasil maserasi


- Masukan ke dalam labu sampel
- Hidupkan mesin rotary evaporator
- Jalankan mesin rotary evaporator

Modul Praktikum Dasar Bioteknologi Laut 2020 29


- Setelah sampel sudah menjadi pasta matikan mesin rotary evaporator dan
ambil sampel yang menempel pada labu sampel menggunakan spatula
- Masukkan hasil ke dalam botol vial

Hasil

3.3 Uji Fitokimia


Uji fitokimia merupakan metode yang sederhana, cepat, serta efektif yang
digunakan untuk mengidentifikasi golongan senyawa serta mengetahui keberadaan
senyawa-senyawa aktif biologis yang terdistribusi dalam jaringan tanaman. Pada
praktikum kali ini akan dilakukan pengujian senyawa flavonoid dan fenol.

a. Uji flavonoid

Uji flavonoid

- Pasta ditimbang 0,005 gram


- Ditambahkan 5 ml metanol teknis, homogenkan
- Ditambahkan HCl pekat 1 ml, dan 0,2 gram bubuk Mg

Hasil

b. Uji fenol

Uji fenol

- Pasta ditimbang 0,005 gram


- Ditambahkan 5 ml metanol teknis, homogenkan
- Ditambahkan FeCl3 1%

Hasil

c. Hasil uji fitokimia alkaloid

Pengujian Standar acuan (Perubahan warna atau endapan)


Flavonoid Kuning, Jingga, atau Merah Tua
Fenol Hijau, Biru, atau Ungu

Modul Praktikum Dasar Bioteknologi Laut 2020 30


CATATAN PRAKTIKUM

Materi :

Modul Praktikum Dasar Bioteknologi Laut 2020 31


CATATAN PRAKTIKUM

Materi :

Modul Praktikum Dasar Bioteknologi Laut 2020 32


CATATAN PRAKTIKUM

Materi :

Modul Praktikum Dasar Bioteknologi Laut 2020 33


CATATAN PRAKTIKUM

Materi :

Modul Praktikum Dasar Bioteknologi Laut 2020 34


TIM ASISTEN

NAMA NIM KONTAK

Rizqi Rahardian Hariyanto 165080607111042 081333069573

Yuninda Tri Herawati 165080600111012 081310100681

Amelia Zakiyah Solichin 165080601111056 081282073909

Victor Adi Winata 165080607111025 085711423395

Lailaturrohmah Naililmuna 175080200111010 082227299686

Syafril Mayu Dinata 175080207111024 081330470347

Amalia Widyaratri 175080600111040 081908777147

Risda Ayu Nabila 175080601111014 081917101209

Achmadika Avisina 175080607111004 081333971114

Bima Sahidsyah Putra Wibowo 175080607111023 081217723269

Modul Praktikum Dasar Bioteknologi Laut 2020 35

Anda mungkin juga menyukai