Anda di halaman 1dari 5

Nama : Friska Dwi Enita

NPM : 4132210013
Prodi : D-IV Akuntansi Sektor Publik Alih Program
Kelas/No. : 7-1/04

Insentif dan Relaksasi Pajak Indonesia di Era Pandemi

Pajak merupakan sumber utama pendapatan pemerintah. Berdasarkan data dari Laporan
Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2019 dan Tahun 2020, pendapatan negara dari sektor
perpajakan menyumbang sebesar 77,99% dan 78,86% terhadap total penerimaan negara. Dari
persentase tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa jika penerimaan pajak dapat berjalan
optimal, pemerintah dapat membiayai pengeluaran umum negara, melaksanakan pembangunan
nasional maupun mengatasi permasalahan yang tidak bisa diatasi oleh private market demi
mencapai kesejahteraan masyarakat. Secara umum, fungsi pajak antara lain:

1. Fungsi Anggaran (Budgetair)


Pajak sebagai sumber pendapatan negara dapat digunakan untuk membiayai pengeluaran-
pengeluaran negara dalam menjalankan tugas-tugas rutin dan melaksanakan
pembangunan.
2. Fungsi Mengatur (Regulerend)
Pajak dapat digunakan sebagai alat untuk mengatuh pertumbuhan ekonomi demi
mencapai kesejahteraan masyarakat.
3. Fungsi Stabilitas
Pajak dapat membantu pemerintah menjaga stabilitas harga. Misalnya untuk mengatasi
inflasi, pemerintah menetapkan pajak yang tinggi, sehingga jumlah uang yang beredar
dapat dikurangi. Sedangkan untuk mengatasi kelesuan ekonomi atau deflasi, pemerintah
menurunkan pajak, sehingga jumlah uang yang beredar dapat ditambah dan deflasi dapat
di atasi.
4. Fungsi Redistribusi Pendapatan
Dengan dimanfaatkannya pajak untuk pembangunan nasional, dapat membuka
kesempatan kerja bagi masyarakat yang membutuhkan pekerjaan dan berujung pada
peningkatan pendapatan masyarakat.

Dampak dari pandemi COVID-19 berpengaruh cukup signifikan terhadap realisasi


penerimaan negara, baik di pusat maupun daerah. Hal ini tentu saja perlu menjadi perhatian,
mengingat pentingnya fungsi pajak sebagai penyokong pembangunan nasional. Pemerintah perlu
mengambil kebijakan mengenai perpajakan di era pandemi secara cermat, termasuk menganalisis
cost dan benefit-nya. Beberapa kebijakan insentif di bidang perpajakan adalah insentif Pajak
Penghasilan (PPh) Pasal 21, insentif PPh pasal 22 impor, insentif angsuran PPh pasal 25, insentif
Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Selain itu, beberapa kebijakan relaksasi di bidang perpajakan
meliputi penurunan tarif PPh Badan, perpanjangan waktu dalam administrasi perpajakan,
pemberian fasilitas kepabeanan, dan pajak atas transaksi elektronik.

Insentif dan Relaksasi Pajak dalam Kacamata Ekonomi

Pasar adalah tempat yang baik untuk mengorganisasikan kegiatan ekonomi. Sejalan
dengan prinsip ekonomi tersebut, instrumen pajak diketahui merupakan salah satu kebijakan
fiskal yang digunakan pemerintah untuk mengintervensi perekonomian. Dalam mendukung
program Pemulihan Ekonomi Nasional, adanya kebijakan insentif dan relaksasi pajak diharapkan
dapat membantu menjaga arus kas negara. Dengan adanya insentif dan relaksasi pajak, uang
yang tadinya digunakan untuk membayar pajak dapat dialihkan untuk modal kerja ataupun
kebutuhan sehari-hari sehingga ketika keadaan membaik dan perokonomian pulih, masyarakat
dapat membayar pajak dengan lebih kuat lagi. Di samping itu, insentif dan relaksasi pajak juga
dapat dikatakan sebagai upaya pemerintah untuk menarik investor yang diharapkan dapat
meningkatkan aktivitas ekonomi.

Dengan adanya insentif atau relaksasi, pajak dapat mempengaruhi faktor penawaran dan
permintaan. Misalnya, pengurangan pajak penghasilan dapat secara psikologis mendorong orang
untuk bekerja lebih giat, pengurangan pajak dividen dan bunga dapat mendorong orang
menabung atau berinvestasi lebih banyak, dan pengurangan pajak pendapatan bisnis dapat
mempengaruhi perusahaan untuk berinvestasi dalam negeri daripada di luar negeri.
Hubungan kebijakan relaksasi pajak dengan konsumsi masyarakat juga dapat dijelaskan
dengan teori bahwa pajak mempengaruhi permintaan agregat melalui persepsi rumah tangga,
dengan melihat apakah peraturan pajak yang diberlakukan ini sementara atau permanen. Ketika
konsumen memperkirakan bahwa penurunan tarif pajak berlangsung permanen, maka konsumen
akan cenderung menganggap bahwa penghasilannya bertambah akan meningkatkan konsumsi
atau tabungannya. Sebaliknya, jika konsumen memperkirakan bahwa penurunan tarif pajak
berlangsung sementara, maka konsumsi atau tabungan hanya meningkat sedikit saja.

Peran Relaksasi Pajak pada Pemerintah Daerah: Penerimaan Pajak di Kota Batam

Kota Batam adalah salah satu daerah di wilayah Indonesia yang memiliki tingkat
ketergantungan terhadap pajak daerah yang tinggi dalam melaksanakan cita-cita
pemerintahannya. Pada tahun 2019 dan 2020, terhadap total Pendapatan Asli Daerah (PAD),
penerimaan dari sektor pajak daerah menyumbang sebesar 77,50% dan 81,42%. Karakteristik
Kota Batam sebagai kota pariwisata dan berbatasan langsung dengan negara tetangga seperti
Singapura dan Malaysia, memang memberikan peluang untuk meningkatkan PAD dari sektor
perpajakan sesuai dengan amanah terbitnya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

Berdasarkan hasil pengawasan yang dilakukan auditor BPKP, realisasi Pendapatan Asli
Daerah (PAD) Kota Batam pada bulan Agustus tahun 2020 mengalami penurunan sebesar
29,17% jika dibandingkan dengan Agustus tahun 2019. Pengelolaan PAD yang belum optimal
ini sangat berkaitan dengan menurunnya penerimaan dari hampir seluruh jenis pajak dan
retribusi daerah. Penurunan realisasi penerimaan pajak yang terjadi juga cukup signifikan, yaitu
sebesar 88,52% untuk pajak hotel, 84,90% untuk pajak hiburan, dan 46,79% untuk retribusi
IMB. Penurunan pajak yang cukup signifikan pada jenis-jenis pajak tersebut dapat dipahami
dengan melihat karakteristik kota Batam sendiri, yang memang dominan pada sektor hiburan dan
kerap menjadi tempat persinggahan pendatang dari luar kota maupun luar negeri. Menurunnya
penerimaan pajak tersebut secara umum dapat disebabkan oleh beberapa hal, seperti rendahnya
kesadaran wajib pajak, menurunnya pendapatan wajib pajak, kurang efektifnya penerapan sanksi
kepada wajib pajak yang tidak patuh, dan keterbatasan SDM dalam melakukan pemeriksaan
pajak.

Namun demikian, masih terdapat peluang bagi Pemerintah Kota Batam untuk dapat pulih
kembali dari keterpurukan akibat pandemi COVID-19 ini, hal tersebut dapat dilihat dari:

a) Wilayah Kota Batam yang berada pada posisi strategis pada dasarnya terus berkembang
dan menjadi magnet dan daya tarik bagi pendatang untuk meningkatkan potensi pajak
dan retribusi daerah;
b) Adanya potensi pajak, terutama dari sektor kelautan yang belum tergali secara optimal;
c) Adanya dana alokasi khusus (DAK) afirmasi yang diarahkan untuk mendukung
percepatan pembangunan/ penyediaan infrastruktur bagi daerah tertinggal, perbatasan dan
kepulauan;
d) Adanya keberlanjutan pengembangan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) sehingga
mampu meningkatkan profesionalitas dalam pelayanan pajak dan retribusi daerah.

Dalam rangka penanganan dampak COVID-19, pemerintah Kota Batam telah


mengeluarkan beberapa kebijakan berupa pemberian stimulus perpajakan, antara lain pemberian
penghapusan sanksi administratif berupa denda dan bunga pajak daerah, dan perpanjangan waktu
pelaksanaan hak dan pemenuhan kewajiban perpajakan. Kebijakan-kebijakan ini diharapkan
dapat meringankan beban pajak sekaligus mendorong wajib pajak untuk membayar pajak.
Kebijakan ini tidak secara langsung meningkatkan penerimaan pajak. Sebagai contoh, dengan
adanya perpanjangan waktu pembayaran pajak, penerimaan pajak yang dilaporkan pada suatu
kurun waktu tertentu menjadi mengalami penurunan karena wajib pajak menunda pembayaran
pajaknya. Namun demikian, kebijakan ini tetap diberlakukan dengan harapan wajib pajak akan
memenuhi kewajiban perpajakannya.

Penghapusan Insentif dan Relaksasi Pajak karena Perkembangan Ekonomi

Pemberian insentif pajak tidak berlangsung terus-menerus. Seiring dengan pemulihan


ekonomi, pemerintah mulai menghapus kebijakan insentif atau relaksasi pajak. Sejumlah sektor
seperti manufaktur, perdagangan, pertanian, dan pertambangan mulai dihapus pemberian insentif
pajaknya. Penyaluran insentif pajak akan difokuskan untuk sektor-sektor lain yang masih
membutuhkan dukungan pemerintah, seperti sektor kesehatan, transportasi umum dan pariwisata.

Referensi:

● https://www.hukumonline.com/klinik/a/ragam-kebijakan-insentif-dan-relaksasi-pajak-
selama-pandemi-lt5facf01d6ff5f
● Laporan Hasil Evaluasi Optimalisasi PAD Kota Batam Tahun 2019 dan Triwulan III Tahun
2020 dari Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Riau

Anda mungkin juga menyukai