Anda di halaman 1dari 6

Judul : Analisis Pasar Tenaga Kerja Sektor Industri terhadap Tingkat Upah

di Indonesia.
Penulis : Yulia Putri, Mike Triani.
Tahun Terbit : Mei 2019.
Volume : Vol. 1, No. 2.
P-ISSN/E-ISSN : -/2656-0356.
Penerbit : Jurnal Kajian Ekonomi dan Pembangunan.
Sinta :3
Upah pada tiap-tiap provinsi berbeda-beda dan mengalami kesenjangan. Kesenjangan
tingkat upah di sektor industri terjadi karena pada sektor industri pihak yang paling
diuntungkan adalah pemilik modal, dimana jika penjualan meningkat keuntungan terbesar
akan didapatkan oleh pemilik modal, sedangkan tenaga kerja akan mendapatkan upah sesuai
dengan kesepakatan awal. Disamping itu kesenjangan upah disektor industri juga dipengaruhi
oleh jumlah tenaga kerja dan jam kerja di setiap provinsi. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui dan menganalisis pengaruh (1) jumlah tenaga kerja pada sektor industri di
Indonesia terhadap tingkat upah di Indonesia. (2) jam kerja pada sektor industri di Indonesia
terhadap tingkat upah di Indonesia. (3) secara bersama-sama jumlah tenaga kerja dan jam
kerja pada sektor industri di Indonesia terhadap tingkat upah di Indonesia.
Tingginya kepadatan penduduk di Indonesia ditandai dengan laju pertumbuhan
penduduk yang semakin meningkat dari tahun ketahun. Hal ini mengindikasikan kebutuhan
akan pekerjaan juga semakin mengingkat, sehingga menyebabkan terjadinya persaingan antar
penduduk untuk mencari pekerjaan dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka. Dengan
adanya persaingan antar penduduk dalam mencari pekerjaan maka terciptalah pasar tenaga
kerja.
Sektor Industri merupakan salah satu pasar tenaga kerja yang bertujuan untuk
menyerap tenaga kerja di Indonesia. Hal ini disebabakan karena sektor industri di yakini
dapat memimpin sektor-sektor lainnya dalam sebuah perekonomian untuk menuju kemajuan.
Hal ini didukung juga dengan upaya pemerintah dalam memajukan sektor industri sehingga
dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan dapat mengurangi perbedaan tingkat upah.
Di sektor industri Indonesia tenaga kerja menerima upah yang berbedabeda antar wilayah.
Tingkat upah di sektor industri indonesia dapat dipegaruhi oleh berbagai hal seperti jumlah
tenaga kerja dan jam kerja, dimana semakin banyak jam kerja maka semakin tinggi upah
yang diterima dan begitu sebaliknya, jika jam kerja semakin sedikit maka upah yang diterima
juga semakin rendah.
Indonesia merupakan salah satu dari beberapa negara yang perusahaanperusahaannya
mayoritas melakukan diskriminasi terhadap tenaga kerja, baik diskriminasi berdasarkan upah,
jenis kelaminan, pendidikan dan usia. Oleh karena adanya diskriminasi tersebut terjadilah
perbedaan tingkat upah yang diterima oleh tenaga kerja di Indonesia. Perbedaan tingkat upah
dapat terjadi karena berbagai faktor, salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perbedaan
tingkat upah antar provinsi di Indonesia adalah jumlah tenaga kerja dan jam kerja. Upah
pekeja/ buruh disuatu wilayah merupakan salah satu variabel penting untuk menentukan
perekonomian di wilayah tersebut. Hal tersebut terbukti dfengan tingkat upah dijadikan
sebagai salah satu indikator dalam menentukan tingkat competitiveness suatu negara (world
economic forum report,2015).
Provinsi dapat menetukan upah minimum sektoral berdasarkan perjanjian antara
asosiasi perusahaan sektoral dengan federasi serikat pekerja/ serikat buruh sektoral. Bebrapa
provinsi di Indonesia telah menetapkan upah minimum untuk berbagai sektor, seperti sektor
industri, sektor pertanian, sektor pertambangan, sektor jasa layanan, serta sektor pengolahan
hasil hutan dan karet. Namun masih ada juga beberapa provinsi di Indonesia yang
menetapkan upah minimum yang diberlakukan untuk semua sektor. Telah lama diperhatikan
bahwa berapapun keuntungan yang diterima oleh perusahaan maka pemilik modal bebas
untuk mengambilnya dan membiarkan pekerja memperoleh upah seperti yang telah
ditetapkan. Jadi disini berlaku semacam mekanisme “fleksibilitas” pada pemilik modal,
sementara untuk pekerja berlaku hukum “rigiditas”.
Kesenjangan jumlah tenaga kerja di setiap Provinsi juga dikarenakan oleh perbedaan
upah yang ditetapkan oleh masing-masing sektor industri di indonesia. Dimana semakin
rendah upah yang ditetapkan maka akan semakin banyak tenaga kerja yang diserap oleh
perusahaan, dan sebaliknya jika upah yang ditetapkan tinggi maka akan sedikit tenaga kerja
yang diserap oleh perusahaan.
Jumlah jam kerja merupakan seluruh jam kerja yang digunakan oleh tenaga kerja
untuk bekerja selama satu minggu, dengan jumlah jam kerja tersebut dapat mempengaruhi
pendapatan yang akan diterima oleh tenaga kerja. Semakin tinggi waktu yang dicurahkan
untuk bekerja oleh tenaga, maka semakin tinggi pula tambahan pendapatan yang diterima
oleh tenaga kerja tersebut.
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, dimana data yang digunakan ialah data
sekunder berupa cross section tahun 2017 yang didapatkan dari lembaga dan instansi terkait.
Dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis yaitu regresi linear berganda untuk
mengetahui bagaimana pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Terdapat dua
variabel, yaitu a)Variabel Dependen adalah Tingkat upah pada sektor industri di Indonesia
dan b) Variabel Independen adalah Jumlah tenaga kerja (JTK) dan Jam kerja (Hour).
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa: (1) jumlah tenaga kerja pada
sektor industri di Indonesia berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap tingkat upah di
Indonesia. (2) jam kerja pada sektor industri di Indonesia berpengaruh positif dan signifikan
terhadap tingkat upah di Indonesia. Secara bersama-sama jumlah tenaga kerja dan jam kerja
pada sektor industri di Indonesia berpengaruh signifikan terhadap tingkat upah di Indonesia
dengan tingkat pengaruh 41%. Dari hasil penelitian maka dapat disarankan bahwa pentingnya
peran tenaga kerja dan pemerintah untuk bekerja sama dalam meningkatkan tingkat upah di
Indonesia.
Judul : Pengaruh Teknologi Informasi dan Komunikasi terhadap Pasar
Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia.
Penulis : Rahmadani Putri, Idris.
Tahun Terbit : 2020.
Volume : Vol. 2, No. 3.
P-ISSN/E-ISSN : -/2656-0356.
Penerbit : Jurnal Kajian Ekonomi dan Pembangunan.
Sinta :2
Teknologi merupakan hal yang tak akan lepas terkait proses globalisasi yang melanda
seluruh penjuru dunia termasuk Indonesia. Penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi
(TIK) akan memiliki dampak baik secara positif maupun negatif bagi para penggunanya.
Istilah era masyarakat informasi telah berkembang di Indonesia, salah satu bukti dari
fenomena ini adalah terjadinya perkembangan TIK yang sangat pesat, khususnya pada
industri telekomunikasi selama beberapa dekade terakhir. Beberapa perubahan yang tampak
jelas diantaranya penggunaan telepon tetap kabel menjadi telepon genggam/seluler, tingginya
tingkat penggunaan internet melalui telepon seluler, terjadinya proses jual beli barang dan
jasa serta transmisi dana dan data yang dilakukan secara online (e-commerce), peneriman
karyawan, sistem kerja, proses administrasi dan penggunaan jasa transportasi yang juga kerap
dilakukan secara online. Hal ini terjadi tidak lain adalah karena efesiensi dan efektivitas baik
dari segi waktu, biaya dan produktivitas. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui dan
menganalisis pengaruh Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) terhadap Pasar
Tenagakerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia.Penelitian ini berjenis deskriptif dan
induktif.
Menurut Badan Pusat Statistik (2019) Indeks Pembangunan TIK (IP-TIK) yang mana
merupakan suatu standar ukuran yang dipakai guna mengetahui gambaran tingkat kemajuan
pembangunan teknologi informasi dan komunikasi dari suatu wilayah, kesenjangan digital
serta proses pengembangan TIK.
Gambar 1.1 (Indeks Pembangunan Teknologi Informasi dan Komunikasi Menurut
Provinsi (Persen), 2016-2018) mendeskripsikan bahwa persentase Indeks Pembangunan TIK
pada Provinsi di Indonesia secara umum mengalami peningkatan setiap tahunnya. Provinsi
yang paling tinggi tingkat IP-TIK nya ialah DKI Jakarta pada tahun 2018 yakni sebesar
7.81%. Disusul oleh D.I Yogyakarta 6.06% dan Kalimantan Utara 6.00%. Rata-rata
pengguna internet juga mengalami peningkatan selama tiga tahun terakhir adalah sebesar
4.18% dengan rentangan mulai dari 4.70% hingga 5.22%. IP-TIK dikategorikan tinggi
apabila bernilai diatas 4,03%, kategori sedang apabila bernilai antara 3,70% hingga 4,03%,
kategori rendah bernilai 3,28% hingga 3,70% dan terakhir kategori sangat rendah jika
memiliki nilai dibawah 3,28%. Provinsi yang memiliki IP-TIK paling rendah adalah Papua.
Sehingga fakta ini cukup mampu untuk menunjukkan bahwa fenomena era globalisasi
memang sedang melanda Indonesia meski masih belum merata kuantitasnya.
Mengenai keterkaitan pengembangan teknologi dan ketenagakerjaan, diketahui
teknologi juga mampu menekan biaya dalam proses produksi sehingga dapat dialokasikan
untuk membuka lapangan kerja baru. Dengan demikian, tingkat pengangguran yang ada
dapat dikurangi dengan memanfaatan teknologi secara tepat dan optimal. Tingkat
pengangguran yang tinggi mengharuskan pemerintah di Indonesia untuk menerapkan
kebijakan terkait dengan perkembangan teknologi agar dapat disesuaikan sehingga mampu
menyediakan akses yang lebih terhadap lapangan kerja baru, serta kemampuan untuk
menggunakan informasi yang tersedia secara efektif (Beauvallet et al., 2006).
Hal ini sejalan dengan model Solow tentang kemajuan teknologi, dimana terdapat
hubungan antara teknologi dengan efesiensi tenaga kerja. Efesiensi tenagakerja dapat
mencerminkan bagaimana ilmu pengetahuan masyarakat terkait metode yang dapat
digunakan dalam proses produksi. Kemajuan teknologi memiliki hubungan positif terhadap
efesiensi tenaga kerja (Mankiw, 2006).
Data yang digunakan dalam penelitian ini ialahdata sekunder panel tahun 2012 hingga
2018 dengan sampel 34 Provinsi di Indonesia. Datadiperoleh dari lembaga instansi terkait
dan kemudian dilakukan analisis menggunakan model persamaan simultan (simultaneous
equation regression model) dengan metode Indirect Least Square (ILS) untuk estimasi
parameter tak langsung dan estimasi tahap pertama dengan penerapan model OLS melalui
pengujian pemilihan model CEM, FEM dan REM lalu dilanjutkan dengan uji asumsi klasik.
Secara parsial hasil penelitian menunjukkan, Teknologi Informasi dan Komunikasi
memberikan pengaruh signifikan terhadap Pasar Tenagakerja di Indonesia. Selanjutnya
secara simultan, Teknologi Informasi dan Komunikasi dan Pasar Tenagakerja memberikan
pengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia Indonesia. Namun, secara
parsial Teknologi Informasi dan Komunikasi memberikan pengaruh negatif terhadap
Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia.Berdasarkan hasil penelitian ini alangkah baiknya
kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi ini menjadi salah satu pertimbangan bagi
pemerintah yang berwenang agar dapat memanfaatkan kehadiran wawasan ini guna menjadi
masukan penting bagi para pembuat kebijakan di negara-negara berkembang khususnya
Indonesia agar dapat menjadi intervensi yang tepat untuk mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi per kapita.

Anda mungkin juga menyukai