Anda di halaman 1dari 34

MINERALOGI PART 2

+STRUKTUR BUMI & MAGMATISME


MINERALOGI
Part 2 (Lanjutan dari minggu lalu)
SIFAT-SIFAT FISIK MINERAL
Mineral memiliki sifat-sifat fisik
yang dapat diteliti dengan panca
indera. Sifat-sifat ini dapat
digunakan untuk mengidentifikasi
dan menggolongkan berbagai jenis
mineral yang ada di Bumi.
Kalsit (kiri) dan Halit (kanan), serupa tapi tak sama
Sifat fisik mineral diantaranya:
- Warna
- Kilap
- Cerat
- Kekerasan
- Belahan
- Pecahan
- Bentuk Kristal Kuarsa (kiri dan kanan), sama tapi tak serupa
SIFAT-SIFAT FISIK MINERAL
A. Warna
Yaitu warna yang tampak di permukaan mineral, warna tidak
dapat menjadi penentu jenis mineral karena setiap warna
dapat mewakili ratusan jenis mineral, dan satu mineral dapat
memiliki banyak warna yang berbeda.
Jenis warna mineral terbagi menjadi dua, yaitu: alokromatik
(tembus cahaya/transparan) dan idiokromatik (tidak tembus Vitreous Resinous Pearly
cahaya).

B. Kilap (Luster)
Yaitu kemampuan mineral untuk memantulkan cahaya.
Terdapat dua jenis kilap, yaitu kilap logam dan non-logam.
Kilap non-logam kemudian dibagi lagi menjadi beberapa
jenis, yaitu:
- Kilap Kaca (Vitreous) - Kilap Lilin (Waxy)
- Kilap Tanah (Earthy/Dull) - Kilap Mutiara (Pearly)
- Kilap Damar (Resinous) - Kilap Lemak (Greasy)
Earthy/Dull Waxy Greasy
SIFAT-SIFAT FISIK MINERAL
C. Cerat (Streak)
Yaitu warna asli dari suatu mineral dalam
bentuk bubuk. Cerat dapat diperoleh ketika
sebuah mineral digesekkan ke bidang yang
kasar seperti plat porselein. Cerat bisa saja
berbeda dengan warna permukaan mineral,
sehingga umumnya bisa digunakan untuk
mendeteksi keaslian dari sebuah mineral.

Salah satu contoh perbedaan cerat dan warna


ada pada mineral Pirit (Emas palsu).
Permukaannya mengkilap seperti emas, namun
ceratnya malah berwarna hitam karena
tersusun oleh senyawa Besi Oksida (Fe2O3).
SIFAT-SIFAT FISIK MINERAL
D. Kekerasan (Hardness)
Sesuai namanya, yaitu tingkat kekerasan
sebuah mineral. Kekerasan sebuah mineral
umumnya diurutkan dalam skala mohs.

Skala mohs bukanlah skala rasio, melainkan


hanya skala interval yang didasarkan oleh
pengukuran relatif terhadap benda lain.
Sebagai penggambaran:

Terdapat benda A dengan skala mohs 5 dan


benda B dengan skala mohs 10, bukan berarti
benda B dengan skala mohs 10 memiliki
kekuatan dua kali lipat dari benda A.
SIFAT-SIFAT FISIK MINERAL
E. Belahan (Cleavage) = Bidang pembelahan dari suatu mineral berdasarkan susunan atomnya
SIFAT-SIFAT FISIK MINERAL
F. Pecahan (Fracture) = Kemampuan mineral untuk pecah/retak ketika mengalami benturan.

Pecahan Konkoidal Pecahan Fibrous Pecahan Even Pecahan Uneven


(Pecahan cangkang kerang) (Pecahan berserat) (Pecahan rapih) (Pecahan tidak rapih)
SIFAT-SIFAT FISIK MINERAL
G. Bentuk Kristal (Crystal Habit)
Bentuk dan struktur Kristal dari suatu mineral yang dipengaruhi oleh laju dan arah pertumbuhan kristalnya.

Equant

Octahedral
CONTOH IDENTIFIKASI SIFAT FISIK MINERAL
Identifikasi Mineral tersebut!

- Warna : Biru kehijauan


- Kilap : Virteous (Kaca)
- Streak : Putih
- Kekerasan : 4 Skala Mohs
- Belahan : Belahan empat arah
- Pecahan : Uneven
- Bentuk : Octahedron

Nama Mineral : Fluorite


STRUKTUR BUMI

Btw ini prequel dari materi sebelumnya..


“SFER” BUMI
Bumi memiliki empat “sfer” (sphere) yang dapat
didefinisikan sebagai bidang-bidang yang ada di Bumi.
Tiga “sfer” termasuk kedalam lingkungan fisik, dan satu
termasuk ke dalam lingkungan biologis. Keempatnya
ialah:

1. Atmosfer
Lapisan tipis pada bagian luar Bumi yang mengandung partikel
gas yang dapat menunjang kehidupan.
2. Hidrosfer
Massa air dinamis yang terus-menerus bergerak, mengalir,
dan menguap dari permukaan menuju atmosfer.
3. Geosfer (terkadang disebut juga Litosfer)
Lapisan dalam Bumi yang tersusun sepenuhnya oleh mineral
dan batuan baik dalam bentuk padat maupun magma.
4. Biosfer
Seluruh kehidupan yang ada di Bumi yang ditunjang oleh
bidang-bidang lainnya.
STRUKTUR INTERNAL BUMI A. KERAK BUMI (CRUST)
Bagian terluar dari struktur internal Bumi yang
terbentuk melalui proses pembekuan magma yang
terangkat dari Mantel Bumi. Kerak hanya menyusun 1%
dari keseluruhan volume Bumi.
Kerak Bumi dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Kerak Samudra / Oceanic Crust (0-7 km)
- Terbentuk oleh pembekuan magma yang terangkat ke
permukaan akibat proses konveksi pada mantel Bumi
- Memiliki ketebalan 3,0 gram/cm3
- Komposisi kimia didominasi oleh Silika dan Magnesium
- Batuan penyusun: Peridotit, Gabbro, Basalt, dll.
2. Kerak Benua / Continental Crust (0-35 km)
- Terbentuk oleh pembekuan magma yang berasal dari
pelelehan kerak samudra melalui proses vulkanisme (atas
permukaan) dan plutonisme (bawah permukaan)
- Memiliki ketebalan 2,7 gram/cm3
- Komposisi kimia didominasi oleh Silika dan Aluminium
- Batuan penyusun: Granit, Andesit, Riolit, Diorit, dll.
STRUKTUR INTERNAL BUMI B. MANTEL BUMI (MANTLE)
Bagian tengah dari struktur internal Bumi. tersusun oleh
batuan dengan densitas tinggi yang dapat mengalir akibat
adanya arus konveksi. Mantel tersusun 95% oleh Peridotit
dengan densitas 3,4 gram/cm3. Mantel menyusun 84%
dari volume Bumi.
Mantel dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Mantel Atas (7-660 km)
Tersusun oleh Batuan yang padat, namun lebih lunak
sehingga dapat bergerak akibat proses konveksi.
Batuan pada Mantel atas dapat dengan mudah mengalami
pelelehan menjadi magma dan pembekuan kembali menjadi
batuan seiring dengan meningkatnya tekanan.
2. Mantel Bawah (660-2.900 km)
Tersusun oleh Batuan yang lebih padat dari Mantel atas,
serta memiliki sifat yang lebih kaku, sehingga lebih sulit
bergerak dan cenderung bergerak dengan kelajuan yang
lebih rendah (atau bahkan tidak bergerak sama sekali).
Batuan pada Mantel bawah mengalami temperatur yang jauh
lebih tinggi dari Mantel atas, namun tidak mengalami
pelelehan karena memiliki tekanan yang jauh lebih intens.
STRUKTUR INTERNAL BUMI Pada batas antara Kerak dan Mantel Bumi, terdapat
dua lapisan yang lebih umum dikenal untuk
merepresentasikan lapisan Bumi bagian atas, yaitu:

1. Litosfer atau Lempeng (Lito = Batu)


Keseluruhan Kerak Bumi dan bagian terluar dari Mantel Atas,
sering juga disebut dengan kulit terluar atau eksoderm dari
Bumi. Tersusun oleh lapisan batuan-batuan yang kaku.
Litosfer memiliki kedalaman antara 0-100 km di bawah
Kerak Samudra dan 0-250 km di bawah Kerak Benua.
2. Astenosfer (Asteno = Lemah)
Bagian tengah dari Mantel Atas, terletak di bawah Litosfer.
Memiliki komposisi yang sama dengan Litosfer namun
tersusun oleh batuan-bautan yang lunak karena mengalami
temperatur dan tekanan yang tinggi, serta dapat bergerak
akibat adanya proses konveksi.
Astenosfer memiliki kedalaman antara 100-410 km di bawah
Kerak Samudra, dan 250-410 km di bawah Kerak Benua.
Ada yang mengatakan kedalamannya hanya sekitar 350 km.
BAGAIMANA SIH PROSES KONVEKSI DI MANTEL?
APA YANG DIHASILKAN?
Arus Konveksi di Mantel Bumi dapat terjadi
akibat adanya perbedaan temperatur di bagian
atas dan bagian bawah Mantel.
- Pada Mantel bagian bawah, temperatur jauh
lebih tinggi sehingga batuan akan terdorong
ke atas.
- Pada Mantel bagian atas, temperatur jauh
lebih rendah sehingga batuan akan tertarik
ke bawah.
Poin Penting:
Peristiwa Konveksi di Mantel Bumi
menyebabkan bagian kerak di atasnya juga ikut
bergerak, menyebabkan suatu fenomena yang
dikenal dengan pergeseran lempeng tektonik.
(Selanjutnya akan kita pelajari saat membahas
tentang tektonika lempeng dan siklus Wilson)
Terdapat dua teori mengenai konveksi, yaitu:
1. Whole Mantle Convection (Konveksi terjadi di seluruh Mantel atas dan bawah)
2. Convection in Layers (Konveksi terjadi secara terpisah di Mantel atas dan Bawah)
Gunung Berapi
Tengah Samudra
Disebut juga dengan Kerak Benua
Layer Cake Convection

Tabrakan Kerak Benua Kerak Samudra


dan Samudra

Tempat Terbentuknya
Kerak Samudra Baru Low T

High T
STRUKTUR INTERNAL BUMI C. INTI BUMI (CORE)
Bagian terdalam dari struktur internal Bumi. Inti Bumi
memiliki komposisi nikel (Ni) dan besi (Fe) sebagai
unsur terberat yang ada di Bumi. Inti Bumi menyusun
15% dari total volume di Bumi.
Inti Bumi berdasarkan sifat fisik dan lapisannya dapat
dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Inti Luar (2.900-5.150 km)
Bagian terluar dari Inti Bumi yang memiliki komposisi Nikel
dan Besi dengan fasa cair (liquid) karena tekanan yang lebih
rendah dar Inti dalam. Inti luar memiliki densitas 9,9-12,2
gram/cm3.
Inti Luar yang memiliki fasa cair memungkinkan terjadinya
sirkulasi arus konveksi besi-nikel di dalamnya, sirkulasi ini
kemudian menghasilkan medan magnet Bumi.
2. Inti Dalam (5.150-6.371 km)
Bagian terdalam Bumi yang memiliki komposisi Nikel dan
Besi yang sangat padat. Inti Dalam merupakan bagian paling
padat di Bumi dengan densitas antara 12,8-13,2 gram/cm3.
Inti Dalam memiliki fasa padat karena mengalami tekanan
yang sangat tinggi.
MAGMATISME
APA ITU MAGMA?
MAGMA: material cair atau semi cair di bawah permukaan bumi yang terbentuk
melalui pelelehan batuan akibat suhu yang sangat tinggi di dalam kerak
maupun mantel Bumi.
Magma merupakan bahan utama dalam pembentukan mineral. Ketika membeku, magma
akan mengalami kristalisasi menjadi mineral. Mineral kemudian akan saling berasosiasi
(menempel satu sama lain) dan membentuk sebuah batuan.
Magma berdasarkan komposisinya dapat dibagi menjadi 2, yaitu: Piroksen Kuarsa
(Ca,Na)(Mg,Fe,Al,Ti)(Si SiO2
• Felsic (feldspar & silica). Mineral yang terbentuk dari magma felsic memiliki ,Al)2O6
komposisi utama Si, O, K, dan Al. Mineral felsic memiliki warna yang terang.
• Mafic (magnesium & ferrum). Mineral yang terbentuk dari magma mafic memiliki
komposisi utama Mg, Fe, Na, dan Ca. Mineral mafic memiliki warna yang gelap. Granit
Kuarsa >20%
Piroksen <20%

Gabbro
Piroksen >40%
Kuarsa <20%
APA SIH BEDANYA
MAGMA DAN LAVA,MAGMA DAN LAVA?
APA BEDANYA?
MAGMA LAVA
Di Bawah Permukaan Di Atas Permukaan
BAGAIMANA MAGMA NAIK KE PERMUKAAN?
1. Batuan dari mantel Bumi terangkat ke atas oleh arus
konveksi
2. Ketika terangkat ke kerak Bumi, batuan dari mantel
mengalami penurunan tekanan yang drastis, sehingga
meleleh menjadi magma.
3. Magma terangkat ke permukaan di zona pemekaran
Arah pergerakan
lempeng samudra, kemudian membeku dan membentuk batuan.

4. Batuan di kerak samudra kemudian bergeser seiring dengan 3


arus konveksi, mendekati kerak benua. 4
5. Kerak samudra yang lebih ringan dibanding kerak benua 5 7
kemudian tersubduksi ke bawah. 2
6. Ketika berada di kedalaman tertentu, batuan di kerak samudra 6
akan mengalami pelelehan menjadi magma.
7. Batuan yang telah meleleh tersebut kemudian kembali 1
terangkat ke permukaan dan membentuk pegunungan berapi
yang akan memuntahkan magma ke permukaan.
DIFERENSIASI MAGMA
PERUBAHAN SIFAT MAGMA DARI MAFIC KE FELSIC
Magma yang terbentuk di zona Ketika tersimpan di dapur Semakin banyak magnesium dan
pemekaran samudra ataupun di magma dalam waktu yang lama, kalsium yang membeku dan menjadi
zona subduksi pada awalnya magma akan mengalami proses mineral pada akhirnya membuat
sama-sama memiliki komposisi pembekuan yang diawali dengan silica dan feldspar menjadi unsur
mafic atau basa. Ketika meletus, pembekuan mineral2 mafic yang yang mendominasi di dalam magma,
maka lava yang keluar akan kaya akan unsur magnesium sehingga menghasilkan magma
bersifat mafic atau basaltic. dan kalsium. yang bersifat felsic.
TIPE LETUSAN MAGMA FELSIC DAN MAFIC
DAN HASIL PEMBEKUANNYA

Tipe Letusan: Aliran Piroklastik

Jenis Magma: Felsic

Mendingin
Material Vulkanik Batuan Beku
Mengkristal

Tipe Letusan: Aliran Lava

Jenis Magma: Mafic


BATUAN BEKU
BAGAIMANA BATUAN BEKU TERBENTUK?
Batuan Beku dapat terbentuk melalui dua
proses pembekuan, yaitu:
1. Pembekuan Secara Intrusif (Plutonisme)
Yaitu proses pembekuan magma di bawah permukaan
Bumi. Pembekuan magma secara intrusif berlangsung
dalam waktu yang lambat sehingga menghasilkan
batuan dengan butiran Kristal yang besar dan kasar
(coarse grained).
Contoh Batuan Intrusif: Granit, Granodiorit, Diorit,
Gabbro, Peridotit.
2. Pembekuan Secara Ekstrusif (Vulkanisme)
Yaitu proses pembekuan magma (yang menjadi lava) di
atas permukaan Bumi. Pembekuan lava secara
ekstrusif berlangsung dalam waktu yang cepat
sehingga batuan dengan butiran Kristal yang kecil dan
halus (fine grained).
Contoh Batuan Ekstrusif: Riolit, Andesit, Basalt, Komatit
PEMBEKUAN MINERAL PENYUSUN BATUAN
TIPE-TIPE BATUAN BEKU (ULTRAMAFIC, MAFIC, INTERMEDIET, FELSIC)
1. Batuan Ultramafic 3. Batuan Intermediet
Batuan yang memiliki komposisi mineral mafic Batuan yang memiliki komposisi mineral mafic di
(olivin dan piroksen) di atas 90%, kemungkinan bawah 45%, namun mengandung mineral felsic
sangat kecil mengandung mineral felsic (kuarsa dan k-feldspar) setidaknya 10-20%.
Contoh: Peridotite (I), Komatite (E) Contoh: Diorite (I), Andesit (E)

2. Batuan Mafic 3. Batuan Felsic


Batuan yang memiliki komposisi mineral mafic Batuan yang memiliki komposisi mineral mafic di
(olivin dan piroksen) antara 45-90%, bisa saja bawah 25% dan mengandung mineral felsic
terdapat kuarsa dalam jumlah sangat kecil. (kuarsa dan k-feldspar) di atas 20%.
Contoh: Gabbro (I), Basalt (E) Contoh: Granite (I), Rhyolite (E)
BATUAN SEDIMEN
Batuan Sedimen dapat terbagi menjadi dua jenis,
yaitu:
1. Batuan Sedimen Detrital (Silisiklastik)
Batuan sedimen yang berasal dari partikel-partikel
pengikisan batuan induk. Partikel-partikel tersebut
kemudian tertransportasi oleh air ataupun angin dan
kemudian mengalami deposisi lalu mengendap kembali
menjadi batuan yang baru.
Batuan sedimen detrital dibagi berdasarkan ukuran
butirannya, yang dikenal dengan skala wentworth
2. Batuan Sedimen Biokimia (Non-Silisiklastik)
Batuan sedimen yang berasal dari pengendapan sisa-
sisa partikel kimia ataupun biologis tanpa melalui
proses pengikisan batuan induknya.
Batuan ini dapat terbentuk melalui beberapa cara,
yaitu:
- Litifikasi Fossil Hewan dan Fragmen Tumbuhan
- Hasil Sekresi Makhluk Hidup Batubara (Kiri) dan Fossil Koral (Kanan)
- Evaporasi (Penguapan) Air Asin Batuan Sedimen hasil litifikasi makhluk hidup

Garam (Kiri) dan Gypsum (Kanan) Kapur (Kiri) dan Batugamping (Kanan)
Batuan Sedimen hasil evaporasi air asin Batuan Sedimen hasil sekresi mahkul hidup
BATUAN METAMORF
BAGAIMANA BATUAN DAPAT TERMETAMORFISME?
Ketika suatu batuan (baik batuan beku ataupun sedimen)
terkubur di bawah permukaan, maka batuan tersebut akan
mengalami tekanan yang dikenal dengan confining
pressure atau overburden pressure.

Tekanan tersebut ditambah dengan suhu yang tinggi


menyebabkan sebuah batuan kehilangan kekuatannya,
sehingga batuan akan mengalami perubahan bentuk atau
deformasi. Proses metamorfisme akibat tekanan dan suhu
yang tinggi disebut dengan metamorfisme regional.

Tekanan akibat adanya tabrakan antar


lempeng juga dapat menyebabkan terjadinya
sebuah metamorfisme batuan (Seperti gambar
di samping). Hal ini yang disebut dengan
metamorfisme dinamik.
DERAJAT METAMORFISME
Semakin tinggi tekanan dan suhu yang dialami oleh
suatu batuan, maka derajat metamorfismenya
akan semakin tinggi.

Anda mungkin juga menyukai