NPM: 1102020085
KELOMPOK : A10
Sasaran Belajar
Bagian yang tidak diliputi oleh peritoneum disebut bare area. Terdapat refleksi
peritoneum dari dinding abdomen anterior, diafragma dan organ-organ abdomen ke
hepar berupa ligamen. Hepar dikelilingi oleh cavum toraks dan bahkan pada orang
normal tidak dapat dipalpasi (bila teraba berarti ada pembesaran hepar). Permukaan
lobus kanan dapat mencapai intercosta IV/V tepat di bawah aerola mammae.
Hepar terdiri atas beberapa lobus, yaitu:
1) lobus dexter
2) lobus sinister
3) lobus caudatus
4) lobus quadratus
Secara anatomis, pada sisi antero-superior oleh lig. Falsiformis dibagi menjadi lobus
dekstra dan sinistra. Pada sisi posterior, lobus kaudatus terletak diantara v . cava
inferior dan fissura lig.Venosum . Lobus ini memiliki prosessus kaudatus ( berupa
ismus jaringan hepar ) yang menghubungkannya dengan lobus dekstra. Lobus
kuadratus terletak antara fossa vesika fellea dan fissura lig. Teres
Batas hepar:
1) Batas atas sejajar dengan ruangan interkostal V kanan
2) Batas bawah menyerong ke atas dari iga IX kanan ke iga VIII kiri
Facies (permukaan) hepar:
1) Facies diaphragmatika
a) berbentuk konveks.
b) menempel dipermukaan bawah diaphragma dan dibagi lagi menjadi
facies anterior, superior, posterior dan dekstra
2) Facies viseralis (inferior)
a) agak datar dan melandai kebawah, kedepan dan ke sebelah kanan dari
facies posterior.
b) Umumnya pembuluh darah besar dan duktus masuk keluar porta
hepatis yang terletak di facies visceralis, kecuali v. hepatika yang
muncul dari facies posterior.
c) gambaran utamanya adalah struktur-struktur yang tersusun membentuk
huruf H
Porta hepatis adalah hilus hepar dan dilengkapi oleh kedua lapisan omentum minus
yang pada sebelah kirinya terikat dengan ligamentum venosum. Porta ini ditempati
oleh ductus hepatika dekstra dan sinistra, a. hepatika dekstra dan sinistra serta v.
porta. Susunannya dari belakang ke depan adalah vena-arteri-duktus.
Duktus cistikus terletak pada sebelah kanan porta hepatis dan pada tempat ini
terdapat beberapa nodus limftikus. Nodus limfatikus ini bersama saraf menempel
diantara tepi bebas omentum minus. Di sebelah kanan porta terdapat vesika fellea
yang terletak dalam fossa.
Hepar dihubungkan dengan dinding abdomen dan diaphragma oleh 5 ligamen yaitu :
1) Ligamentum falciformis : Menghubungkan hepar ke dinding ant. abd dan terletak
diantara umbilicus dan diafragma. Membagi hepar lobus dekstra dan sinistra.
2) Ligamentum teres hepatis : round ligament : Merupakan bagian bawah
lig.falciformis ; merupakan sisa-sisa peninggalan v.umbilicalis yg telah menetap.
3) Ligamentum gastrohepatica dan ligamentum hepatoduodenalis : Merupakan
bagian dari omentum minus yg terbentang dari curvatura minor lambung dan
duodenum sebelah proksimal ke hepar. Di dalam ligamentum ini terdapat
Aa.hepatica, v.porta dan duktus. choledocus communis. Ligamen
hepatoduodenale turut membentuk tepi anterior dari Foramen Wislow.
4) Ligamentum Coronaria Anterior ki – ka dan Lig coronaria posterior ki-
ka :Merupakan refleksi peritoneum terbentang dari diafragma ke hepar.
5) Ligamentum triangularis ki-ka : Merupakan fusi dari ligamentum coronaria
anterior dan posterior dan tepi lateral kiri kanan dari hepar.
Hepar menrima darah dari dua sumber : arterial dan vena. Perdarahan arterial
dilakukan oleh a. hepatika yang bercabang menjadi kiri dan kanan dalam porta
hepatis (berbentuk Y).
Darah vena dibawa ke hepar oleh v. porta yang didalam porta hepatis terbagi menjadi
cabang kanan dan kiri. Vena ini mengandung darah yang berisi produk-produk
digestif dan dimetabolisme oleh sel hepar. Dari v. porta darah memasuki sinusoid-
sinusoid hepar lalu menuju ke lobulus-lobulus hepar untuk mencapai sentralnya.
Darah arteri dan vena bergabung dalam sinusoid dan masuk ke dalam vena sentral
dan berakhir pada v. hepatika. Terdapat tiga venau tama yaitu: medial (terbesar),
dekstra dan sinistra.
Aliran limfatik hepar menuju nodus yang terletak pada porta hepatis (nodus
hepatika). Jumlahnya sebanyak 3-4 buah. Nodi ini juga menerima aliran limfe dari
vesika fellea. Dari nodus hepatika, limpe dialirkan (sesuai perjalanan arteri) ke nodus
retropylorika dan nodus seliakus.
Persarafannya dilakukan oleh:
1) N. simpatikus : dari ganglion seliakus, berjalan bersama pembuluh darah pada
lig.hepatogastrika dan masuk porta hepatis.
2) N. Vagus : dari trunkus sinistra yang mencapai porta hepatis mneyusuri kurvatura
minor gaster dalam omentum.
Apabila duktus koledokus dan duktus sistikus dijepit, tekanan intrabiliaris meningkat
sampai sekitar 320 mm empedu dalam 30 menit, dan sekresi empedu terhenti.
Namun, apabila duktus koledokus dijepit dan duktus sistikus dibiarkan terbuka, air
akan diserap dalam kandung empedu dan tekanan intrabiliaris meningkat hanya
sampai sekitar 100 mm empedu dalam beberapa jam.
Mukosa usus relatif tidak permeabel terhadap bilirubin terkonjugasi tetapi permeabel
terhadap bilirubin tak- terkonjugasi dan terhadap urobilinogen, yaitu serangkaian
turunan bilirubin yang tidak berwarna yang terbentuk oleh kerja bakteri usus.
Akibatnya, sebagian pigmen empedu dan urobilinogen diserap kembali ke dalam
sirkulasi porta. Sebagian bahan yang diserap ulang ini kemudian diekskresikan
kembali oleh hati (sirkulasi enterohepatik), tetapi sejumlah kecil urobilinogen masuk
ke dalam sirkulasi umum dan diekskresikan di urine.
Virus hepatitis A adalah suatu penyakit dengan distribusi global. Prevalensi infeksi
yang ditandai dengan tingkat antibody anti HAV telah diketahui secara universal dan
erat hubungannya dengan standar sanitasi atau kesehatan daerah yang bersangkutan.
Hepatitis A adalah penyakit hati yang disebabkan oleh virus hepatitis A. Virus ini
menyebar terutama melalui ingests makanan atau air yang terkontaminasi dengan
tinja orang yang terinfeksi. Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kurangnya
penggunaan air bersih, sanitasi yang tidak memadai dan kebersihan pribadi yang
buruk.Tidak seperti hepatitis B dan C, infeksi hepatitis A tidak menyebabkan
penyakit hati kronis dan jarang berakibat fatal, tetapi dapat menyebabkan gejala yang
melemahkan tubuh dan dapat menjadi hepatitis fulminan (gagal hati akut), yang
berhubungan dengan kematian yang tinggi (WHO 2012).
3.2 Etiologi
Etiologi dari hepatitis A adalah virus hepatitis A, dengan ukuran 27 manometer
dimana virus ini tergolong virus hepatitis terkecil dan masuk kedalam golongan
pikornavirus. Dengan mikroskop electron,terlihat virus tidak memiliki mantel, hanya
memiliki suatu nukleokapsid yang merupakan cirri khas dari antigen virus hepatitis
A.
Seuntai molekul RNA terdapat dalam kapsid, satu ujung RNA ini disebut viral
protein genomic (VPg) yang berfungsi menyerang ribosom sitoplasma sel hati. Virus
hepatitis A bisa dibiak dalam kultur jaringan. Replikasi dalam tubuh dapat terjadi
dalam sel epitelusus dan epitel hati. Virus hepatitis A yang ditemukan di tinja berasal
dari empedu yang diekskresikandari sel-sel hati setelah replikasinya, melalui sel
saluran empedu dan dari sel epitel usus. Virus hepatitis A sangat stabil dan tidak
rusak dengan perebusan singkat.stabil pada suhu udara dan pH yang rendah. Tahan
terhadap pH asam dan asam empedu memungkinkanVHA melalui lambung dan
dikeluarkan dari tubuh melalui saluran empedu.
3.3 Patofisiologi
HAV masuk kehati dari saluran pencernaan melalui aliran darah, menuju hepatosit,
dan melakukan replikasi di heptosit yang melibatkan RNA-dependent polymerase.
Proses replikasi ini tidak terjadi di organ lain.pada beberapa penelitian didapatkan
bahwa HAV diikat oleh imunoglobulin A (IgA) spesifik pada mukosa saluran
pencernaan yang bertindak sebagai mediator antara HAV dengan hepatosit melalui
reseptor asialoglikoprotein pada hepatosit. Selain IgaA, fibrinectin, dan alfa-2-
makroglobulin juga dapat mengikat HAV. Dari hepar HAV dieliminasi melalui
sinusoid, kanalikuli, masuk kedalam usus sebelum timbulnya gejala klinis maupun
laboratoris. Mekanisme kerusakan sel hatu oleh HAV belum sepenuhnya dapat
dijelaskan, namun bukti imunopatologik. Tubuh mengeliminasi HAV dengan
melibatkan proses netralisasi oleh IgM dan IgG, hambatan replikasi dan interferon,
dan apoptosis oleh sel T sitotoksik.
3.6 Tatalaksana
Pada dasarnya penatalaksanaan infeksi virus hepatitis A dan hepatitis yang lainnya
adalah terapi yang diberikan bersifat suportif, tidak ada yang spesifik, yaitu :
1. Tirah baring, terutama pada fase awal penyakitnya dan dlama keadaan penderita
merasa lemah.
2. Diet
Makanan tinggi protein, tinggi karbohidrat dan rendah lemakuntuk pasien dengan
anoreksia dan nausea.
3. Pemberian obat-obatan simtomatik seperti : tablet antipiretik paracetamol untuk
demam, sekit kepala, nyeri otot, nyeri sendi, pemberian anti mual muntah dapat
membantu menhilangkan keluhan mual.
4. Hindari alcohol dan pemakaian obat dibatasi
5. Obat-obatan yang dimetabolisir di hepar harus dihindari tetapi jika sangat
diperlukan dapat diberikan dengan penyesuaian dosis.
3.7 Pencegahan
Pencegahan dengan imunoprofilaksis
1. Imunoprofilaksis sebelum paparan
a. Vaksin HAV yang dilemahkan
Efektifitas tinggi (angka proteksi 94-100%)
Sangat imunogenik (hampir 100% pada subjek sehat)
Anbodi protektif terbentuk dalam 15 hari pada 85-90% subjek
Aman, toleransi baik
Efektifitas proteksi selama 20-50 tahun
Efek samping : nyeri di tempat penyuntikan
b. Jadwal dan dosis vaksin HAV
>19 tahun. 2 dosis of HAVRIX (1440 unit Elisa) dengan interval 6-12
bulan
Anak >2 tahun. 3 dosis HARVIX (360 unit Elisa),0, 1 dan 6-12 bulan atau
2 dosis (720 unit Elisa),0, 6-12 bulan
c. Indikasi vaksinasi
Pengunjung ke daerah resiko tinggi
Homoseksual dan biseksual
IVDU
Anak dan dewasa muda pada daerah yang pernah mengalami kejadian luar
biasa
Anak di daerah dimana angka kejadian HAV lebih tinggi dari angka
nasional
Pasien yang rentan dengan penyakit hati kronis
Pekerja laboratorium yang menangani HAV
Pramusaji
Pekerja pada bagian pembuangan air
2. Imunoprofilaksis pasca paparan
a. Keberhasilan vaksin HAV pada pasca paparan belum jelas
b. Keberhasilan immunoglobulin sudah nyata tapi tidak sempurna
c. Dosis dan jadwal pemberian immunoglobulin
Dosis 0,02 ml/kg, suntikan pada daerah deltoid sesegera mungkin setelah
terpapar
Toleransi baik, nyeri pada daerah suntikan
Indikasi : kontak erat dan kontak dalam rumah tangga dengan infeksi
HAV akut
3.8 Komplikasi
Sirosis dan kanker hati
3.9 Prognosis
Prognosis penyakit ini baik dan sembuh sempurna. Angka kematian akibat hepatitis
fulminan berkisar antara 0,1%-0,2%. Laporan lainnya menunjukan bahwa gagal hati
fulminan, hanya terjadi pada 0,13%-0,35% kasus-kasus hospitalisasi.kematian
dikaitkan dengan umur penderita atau bila ada penyakit hepatitis kronik lainny,
terutama hepatitis kronik C.
a) Albumin
Nilai Normal : 3,5 – 5,0 g% SI: 35-50g/L
Deskripsi: Albumin di sintesa oleh hati dan mempertahankan keseimbangan
distribusi air dalam tubuh (tekanan onkotik koloid). Albumin membantu transport
beberapa komponen darah, seperti: ion, bilirubin, hormon, enzim, obat.
Implikasi Klinis:
Nilai meningkat pada keadaan dehidrasi
Nilai menurun pada keadaan: malnutrisi, sindroma absorpsi, hipertiroid,
kehamilan, gangguan fungsi hati, infeksi kronik, luka bakar, edema, asites,
sirosis, nefrotik sindrom, SIADH, dan perdarahan.
b) Prothrombin
Deskripsi :
untuk mengetahui kemampuan hati dalam mensintesa faktor-faktor koagulasi
(faktor I, II, V, VII, IX, X) kecuali faktor VIII.
Enzim ini merupakan marker (penanda) spesifik untuk fungsi hati dan kerusakan
kolestatis dibandingkan ALP. GGT adalah enzim yang diproduksi di saluran
empedu sehingga meningkat nilainya pada gangguan empedu
Enzim ini berfungsi dalam transfer asam amino dan peptida. Laki-laki memiliki
kadar yang lebih tinggi daripada perempuan karena juga ditemukan pada prostat.
Monitoring GGT berguna untuk mendeteksi pecandu alkohol akut atau kronik,
obstruksi jaundice, kolangitis dan kolesistitis.
Implikasi klinik:
Peningkatan kadar GGT dapat terjadi pada kolesistitis, koletiasis, sirosis,
pankreatitis, atresia billier, obstruksi bilier, penyakit ginjal kronis, diabetes
mellitus, pengggunaan barbiturat, obat-obat hepatotoksik (khususnya yang
menginduksi sistem P450). GGT sangat sensitif tetapi tidak spesifik. Jika
terjadi peningkatan hanya kadar GGT (bukan AST, ALT) bukan menjadi
indikasi kerusakan hati.
Obat-obat yang menyebabkan peningkatan GGT antara lain karbamazepin,
barbiturat, fenitoin, serta obat yang menginduksi sistem sitokrom P450
g) Bilirubin
Nilai normal : Total ≤ 1,4 mg/dL SI = <24 μmmol/L
Langsung ≤ 0,40 mg/dL SI = <7 μmmol/L
Deskripsi:
Bilirubin terjadi dari hasil peruraian hemoglobin dan merupakan produk
antara dalam proses hemolisis. Bilirubin dimetabolisme oleh hati dan
diekskresi ke dalam empedu sedangkan sejumlah kecil ditemukan dalam
serum. Peningkatan bilirubin terjadi jika terdapat pemecahan sel darah merah
berlebihan atau jika hati tidak dapat mensekresikan bilirubin yang dihasilkan.
Terdapat dua bentuk bilirubin:
a) tidak langsung atau tidak terkonjugasi (terikat dengan protein).
b) langsung atau terkonjugasi yang terdapat dalam serum.
Implikasi klinik:
Peningkatan bilirubin yang disertai penyakit hati dapat terjadi pada
gangguan hepatoseluler, penyakit sel parenkim, obstruksi saluran
empedu atau hemolisis sel darah merah.
Peningkatan kadar bilirubin tidak terkonjugasi dapat terjadi pada anemia
hemolitik, trauma disertai dengan pembesaran hematoma dan infark
pulmonal.
Bilirubin terkonjugasi tidak akan meningkat sampai dengan penurunan
fungsi hati hingga 50%
Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi dapat terjadi pada kanker
pankreas dan kolelitiasis
Peningkatan kadar keduanya dapat terjadi pada metastase hepatik,
hepatitis, sirosis dan kolestasis akibat obat – obatan.
Pemecahan bilirubin dapat menyamarkan peningkatan bilirubin.
Obat-obat yang dapat meningkatkan bilirubin: obat yang bersifat
hepatotoksik dan efek kolestatik, antimalaria (primakuin, sulfa,
streptomisin, rifampisin, teofilin, asam askorbat, epinefrin, dekstran,
metildopa)
Obat-obat yang meningkatkan serum bilirubin dan ALP :
Allopurinol, karbamazepin, kaptopril, klorpropamid, siproheptadin,
diltiazem, eritromisin, co-amoxiclav, estrogen, nevirapin, quinidin,
TMP- SMZ
Enzim ALT/SGPT terdapat pada sel hati, jantung, otot dan ginjal. Porsi terbesar
ditemukan pada sel hati yang terletak di sitoplasma sel hati. AST/SGOT terdapat
di dalam sel jantung, hati, otot rangka, ginjal, otak, pankreas, limpa dan paru.
Kadar tertinggi terdapat did alam sel
jantung. AST 30% terdapat di dalam sitoplasma sel hati dan 70% terdapat di
dalam mitokondria sel hati. Tingginya kadar AST/SGOT berhubungan langsung
dengan jumlah kerusakan sel. Kerusakan sel akan diikuti peningkatan kadar
AST/SGOT dalam waktu 12 jam dan
tetap bertahan dalam darah selama 5 hari.
Ezim gamma GT terdapat di sel hati, ginjal, dan pankreas. Padasel hati gamma
GT terdapat di retikulum endoplasmik sedangkan di empedu terdapat di sel
epitel. Peningkatan aktivitas GGT dapat dijumpai pada icterus obstruktif,
kolangitis, dan kolestasis. Kolestasis adalah kegagalan aliran empedu mencapai
duodenum.