Anda di halaman 1dari 14

AL BA’I (JUAL BELI)

Dosen Pengampu :

Jureid, M.E.I

Oleh Kelompok I

1. Mirna khairani
2. Neta alisah

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
MANDAILING NATAL
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh


Puji dan syukur marilah kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena
berkat hidayah dan taufiq-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah kami
dengan tepat waktu. Mudah-mudahan Allah senantiasa memberikan kesehatan dan
kesempatan kepada kita sehingga dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya
Sholawat dan salam ke Ruh junjungan nabi Besar muhammad SAW yang
telah membawa risalah islam ke tengah-tengah ummatnya, guna mengeluarkan
ummatnya dari alam kebodohan menuju alam yang berilmu pengetahuan yang
disertai iman dan islam sebagaiman yang kita rasakan saat sekarang ini.
Akhirnya hanya kepada Allahlah kami berserah diri dan memohon ampun
atas kesalahan yang diperbuat, mudah-mudahan makalah ini dapat berguna bagi
penulis khususnya, pembaca pada umumnya.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Panyabungan, Maret 2022

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................i

DAFTAR ISI ..................................................................................................ii

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................1


B. Rumusan Masalah ............................................................................1
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Jual Beli..........................................................................2


B. Dasar Hukum Jual Beli....................................................................2
C. Rukun dan Syarat Jual beli...............................................................3
D. Jual Beli Dunia Maya.......................................................................4
E. Jual Beli Sistem Kredit.....................................................................5
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. PENDAHULUAN
Jual beli menurut KUH Perdata pasal 1457 adalah suatu perjanjian dengan
mana pihak yang satu menikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu benda dan
pihak lain membayar harga yang telah di janjikan. Sedangkan dalam pasal 1313
KUH Perdata suatu persetujuan adalah perbuatan dimana satu orang atau lebih
mengikatkan diri terhadap satu orang atau lebih. Bila pembeli melakukan
kata/persetujuan sepakat dengan penjual maka terjadilah jual beli tersebut.
Adapun syarat persetujuan.
Terjadinya persetujuan jual beli tersebut juga dinyatakan di dalam pasal
1458 KUH Perdata yang berbunyi “jual beli dianggap telah terjadi segera setelah
orang-orang itu telah mencapai kesepakatan tentang barang tersebut beserta
harganya, meskipun barang itu belum diserahkan dan harganya belum dibayar.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian jual beli?
2. Apa syarat dan rukun jual beli?
3. bagaimana Jual beli dunia maya?
4. bagaimana Jual beli dengan system kredit?

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Jual-Beli
Jual beli Adalah proses pemindahan hak milik/barang atau harta kepada
pihak lain dengan menggunakan uang sebagai alat tukarnya.
Menurut etimologi, jual beli adalah pertukaran sesuatu dengan
sesuatu (yang lain). Kata lain dari jual beli adalah al-ba’i, asy-syira’, al-
mubadah, dan at-tijarah. Menurut terminologi, para ulama berbeda pendapat
dalam mendefinisikannya, antara lain :1
1 . Menurut ulama Hanafiyah : J u a l b e l i a d a l a h ” p e r t u k a r a n h a r t a
(benda) dengan h a r t a berdasarkan cara khusus (yang
dibolehkan).”
2 . Menurut Imam Nawawi dalam Al-Majmu’ : Jual beli adalah “ pertukaran
harta dengan harta untuk kepemilikan.”
3 . Menurut Ibnu Qudamah dalam kitab Al-mugni : Jual beli adalah “
pertukaran harta dengan harta, untuk saling menjadikan milik.”
Pengertian lainnya jual beli ialah persetujuan saling mengikat antara
penjual ( yakni pihak yang menyerahkan/menjual barang)
danpembeli (sebagai pihak yang membayar/membeli barang
yang dijual).Pada masa Rasullallah SAW harga barang itu dibayar
dengan mata uangyang terbuat dari emas (dinar) dan mata uang
yang terbuat dari perak(dirham).
B. Dasar Hukum Jual-Beli
Landasan atau dasar hukum mengenai jual beli ini disyariatkan
berdasarkan Al-Qur’an, Hadist Nabi, dan Ijma’ Yakni :
1. Al Qur’an
Yang mana Allah SWT berfirman dalam surat An-Nisa : 29
“Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu makan harta
sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan
1
Imam Mustofa, “Transaksi Elektronik (E-Commerce) dalam Perspektif Fikih”, Jurnal
Hukum Islam (JHI), (STAIN Metro Lampung, Lampung Indonesia, Volume 10, Nomor 2, Juni
2012), h. 171.

2
yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu” (QS. An-Nisa :
29). “Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”
(QS. Al-Baqarah : 275).
2. Sunnah
Nabi, yang mengatakan:” Suatu ketika Nabi SAW, ditanya
tentang mata pencarian yang paling baik. Beliau menjawab,
’Seseorang bekerja dengan tangannya dan setiap jual beli yang
mabrur.” (HR. Bajjar, Hakim yang menyahihkannya dari
Rifa’ah Ibn Rafi’). Maksud mabrur dalam hadist adalah jual beli
yang terhindar dari usaha tipu-menipu dan merugikan orang lain.
3. Ijma’
Ulama telah sepakat bahwa jual beli diperbolehkan
dengan alasan bahwa manusia tidak akan mampu mencukupi
kebutuhan dirinya, tanpa bantuan orang lain. Namun
demikian, bantuan atau barang milik orang lain yang dibutuhkannya
itu, harus diganti dengan barang lainnya yang sesuai. Mengacu kepada
ayat-ayat Al Qur’an dan hadist, hukum jual beli adalah mubah (boleh).
Namun pada situasi tertentu, hukum jual beli itubisa berubah menjadi
sunnah, wajib, haram, dan makruh.
C. Rukun dan Syarat Jual-Beli
a. Shighat yaitu ucapan ijab(penyerahan) dan qabul (penerimaan).
 Orang yang mengucapkannya telah akil balig dan berakal
 Kabul sesuai dengan ijab
 Ijab dan kabul sebaiknya dilakukan dalam satu majelis
b. Dua orang yang bertransaksi, yaitu penjual dan pembeli.
 Penjual dan pembeli adalah orang yang merdeka, dewasa dan
mengerti.
 Yang melakukan aakad itu adalah orang yang berbeda.
c. Obyek akad, yaitu harga dan barang.
 Barang yang diperjualbelikan termasuk barang yang diperbolehkan
dan bermanfaat. Tidak boleh jual-beli barang yang tidak ada

3
manfaatnya atau barang yang manfaatnya haram seperti khamr, babi,
dan yang lainnya.
 Barang yang jual adalah milik penjual sendiri
 Barang yang diperjualbelikan bisa diketahui lewat sifatnya atau
menyasikannya.
 Barang yang diperjualbelikan bisa diserahterimakan. Tidak boleh
menjual burung di udara dan semisalnya.
 Harganya harus jelas.
D. Jual Beli Dunia Maya
Pada umumnya transaksi secara online merupakan transaksi pesanan
dalam model bisnis era global yang non face, dengan hanya melakukan transfer
data lewat dunia maya (data interchange) via internet, yang mana kedua belah
pihak, antara originator dan adresse (penjual dan pembeli), atau menembus batas
system pemasaran dan bisnis online dengan menggunakan sentral shop, sentral
shop merupakan sebuah rancangan web e-commerce smart dan sekaligus sebagai
Business Intelligent yang sangat stabil untuk digunakan dalam memulai,
menjalankan, mengembangkan, dan mengontrol bisnis. Perkembangan teknologi
inilah yang bisa memudahkan transaksi jarak jauh, dimana manusia bisa dapat
berinteraksi secara singkat walaupun tanpa face to face, akan tetapi di dalam
bisnis adalah yang terpenting memberikan informasi dan mencari keuntungan.
E-commerce seringkali diartikan sebagai jual beli barang dan jasa melalui
media elektronik, khususnya melalui internet. Dalam bisnis ini, dukungan dan
pelayanan terhadap konsumen menggunakan e-mail sebagai alat bantu,
mengirimkan kontrak melalui mail dan sebagainya. Sebenarnya ada banyak
definisi mengenai e-commerce. Tetapi yang pasti, setiap kali masyarakat berbicara
tentang e-commerce, mereka biasanya memahaminya sebagai bisnis yang
berhubungan dengan internet.
Dalam islam dituntut untuk lebih jelas dalam memberikan suatu landasan
hukum, maka dari itu Islam melampirkan sebuah dasar hukum yang terlampir
dalam Al-Qur’an, Hadis ataupun ijma’. Perlu diketahui sebelumnya mengenai jual
beli online ini secara khusus dalam Al-Qur’an tidak ada ayat yang menjelaskan,

4
yang selama ini dijadikan landasan hukum adalah transaksi jual beli secara global.
Pelaksanaan transaksi bisnis e-commerce, secara sekilas hampir serupa dengan
transaksi as-salam dalam hal pembayaran dan penyerahan komoditi yang
dijadikan sebagai obyek transaksi. Oleh karena itu, untuk menganalisis dengan
jelas apakah transaksi dalam e-commerce melalui internet tersebut dapat
disejajarkan dengan prinsip-prinsip transaksi yang ada dalam transaksi as-salam
maka masingmasing dapat dicermati melalui pihak-pihak yang terlibat dalam
transaksi, proses pernyataan kesepakatan transaksi dan melalui obyek transaksi.
Dalam permasalahan e-commerce, fiqih memandang bahwa transaksi bisnis di
dunia maya diperbolehkan karena mashlahah. Mashlahah adalah mengambil
manfaat dan menolak kemudharatan dalam rangka memelihara tujuan syara’.
Bila ecommerce dipandang seperti layaknya perdagangan dalam islam,
maka dapat dianalogikan bahwa pertama penjualannya adalah merchant (Internet
Service Provider atau ISP), sedangkan pembelinya akrab dipanggil customers.
Kedua, obyek adalah barang dan jasa yang ditawarkan (adanya pemesanan seperti
assalam) dengan berbagai informasi, profile, mencantumkan harga, terlihat
gambar barang, serta resminya perusahaan. Dan ketiga, sighat (ijab-qabul)
dilakukan dengan payment gateway yaitu system/software pendukung (otoritas
dan monitor) bagi acquirer, serta berguna untuk service online.2
E. Jual Beli Sistem Kredit
Kredit adalah sesuatu yang dibayar secara berangsur-angsur, baik itu jual
beli maupun dalam pinjam-meminjam.

Istilah kredit berasal dari bahasa yunani (credere) yang berarti


kepercayaan atau dalam bahsa latin “creditum” yang berarti kepercayaan atau
kebenaran, atau credo, yang berarti saya percaya atau saya meneruh kepercayaan.
Maksud dari percaya yang bagi si pemberi kredit adalah ia percaya pada si
penerima kredit bahwa kredit yang disalurkan pasti akan dikembalikan sesuai

2
Munir Fuadi sebagaimana dikutip oleh Daniel Alfredo Sitorus, “Perjanjian Jual Beli
Melalui Internet (E-Commerce) Ditinjau Dari Aspek Hukum Perdata”, Skripsi di Universitas
Atmajaya Yogyakarta Fakultas Hukum (2015), h. 8.

5
perjanjian. Sedang bagi si penerima kredit merupakan penerimaan kepercayaan
sehingga mempunyai kewajiban untuk membayar sesuai dengan jangka waktu.3

Kredit menurut istilah adalah hak untuk menerima pembayaran atau


kewajiban untuk melakukan pembayaran pada waktu yang diminta, atau pada
waktu yang akan datang karena penyerahan barang-barang sekarang. Sedangkan
dalam syraiah kredit dikenal dengan pembiayaan yaitu menyediakan uang atau
tagihan berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara perusahaan dengan pihak
lain, yang mewajibkan pihak lain mengembalikan pembiayaan tersebut setelah
jangka waktu tertentu dengan imbalan bagi hasil.4

Jadi dapat disimpulkan bahwa Jual beli kredit merupakan suatau


mekanisme jual beli, yaitu jual beli dengan cara harga barang dibayarkan secara
berkala dalam jangka waktu yang disepakati.

1. Syarat-Syarat Jual Beli Kredit


a. Harga barang ditentukan jelas dan pasti diketahui pihak penjual
dan pembeli.
b. Pembayaran cicilan disepakati kedua belah pihak dan tempo
pembayaran dibatasi sehingga terhindar dari praktek bai’ gharar
atau bisnis penipuan.
c. Harga semula yang sudah disepakati bersama tidak boleh
dinaikkan lantaran pelunasannya melebihi waktu yang ditentukan.
d. Hindari penundaan serah terima barang.
e. Penjual memiliki barang yang hendak dia jual dengan sistem
kredit, penjual tidak boleh menjual barang manakala dia sendiri
belum memiliki barang yang hendak dia jual.
f. Penjual harus menjadikan barang yang akan dijual sudah masuk
dibawah pertanggung jawabannya. Artinya jika terjadi sesuatu atas

3
Sartika Purba, “Tinjauan Hukum Jual Beli Dalam Proses Kredit”,Skripsi pada Program
Studi Hukum Perdata, Fakultas Hukum, Universitas Sumatera Utara, Medan, 2012, h.6.
4
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), h. 299.

6
barang tersebut maka penjual maka penjuallah yang bertanggung
jawab mengganti atau memperbaikinya.
g. Jika barang sudah berada di tangan pembeli dan dan kesepakatan
harga sudah disetujui, maka barang dengan resmi menjadi milik
pembeli. Dengan demikian, penjual tidak berhak menyita atau
menarik kembali barang dagangannya meskipun uang cicilan
kredit belum selesai.5
Hukum Jual Beli Kredit
1. Hukum jual beli kredit dengan tambahan harga karena tambahnya
waktu:
Pendapat Yang Menganggapnya Riba
a. Hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Abu Dawud.

) ‫ َأ ْو اَل ِّربَا‬,‫س ُه َما‬


ُ ‫ ( َمنْ بَا َع بَ ْي َعتَ ْي ِن فِي بَ ْي َع ٍة فَلَهُ َأ َو َك‬:َ‫َ َوَأِلبِي دَا ُود‬

Menurut riwayat Abu Dawud: Barangsiapa melakukan dua jual-


beli dalam satu transaksi, maka baginya harga yang murah atau ia
termasuk riba'.

b. Di dalam Silsilatul Ahaditsish shahihah, dengan sangat jelas Al-


Albanie menyatakan:

‫ورهم‬ZZ‫ بل جمه‬،‫فإنك قليل ما يتيسر لك تاجر يبيعك الحاجة بثمن واحد نقدا أو نسيئة‬
‫ع‬ZZ‫ م‬، ‫يط‬ZZ‫بيع التقس‬ZZ‫وم ب‬ZZ‫روف الي‬ZZ‫و المع‬ZZ‫ و ه‬، ‫يئة‬ZZ‫ع النس‬ZZ‫يطلبون منك زيادة في بي‬
‫ه‬ZZ‫ة فل‬ZZ‫تين في بيع‬ZZ‫اع بيع‬ZZ‫ من ب‬: ‫لم‬ZZ‫ه وس‬ZZ‫لى هللا علي‬ZZ‫ه ص‬ZZ‫كونها ربا في صريح قول‬
‫أوكسهما أو الربا‬

Sungguh sedikit sekali penjual yang mau menjual kepadamu


dagangannya dengan satu harga saja baik dibayar kontan maupun
ditangguhkan. Bahkan mayoritas mereka menuntut darimu
tambahan pada jual beli yang pembayarannya ditangguhkan. Dan
ini yang dikenal sekarang dengan jual beli kredit. Padahal itu
adalah riba yang dimaksudkan dalam sabda nabi shallallahu ‘alaihi

5
Yonas Perwiratama, “Sistem Jual Beli Kredit”, Skripsi pada Program Studi Hukum
Islam, Fakultas Hukum, Universitas Muhammadiyah, Surakarta, 2010, h.14.

7
wa sallam; “barang siapa yang melakukan dua jual beli dalam satu
jual beli maka baginya harga yang paling rendah atau riba.”

c. Nabi melarang praktek riba, yaitu adanya penambahan harga.


Berdasarkan Firman Allah dalam QS An-Nisa 161

      


      
 

Artinya: Dan disebabkan mereka memakan riba, Padahal


Sesungguhnya mereka telah dilarang daripadanya, dan
karena mereka memakan harta benda orang dengan
jalan yang batil. Kami telah menyediakan untuk orang-
orang yang kafir di antara mereka itu siksa yang pedih.6

Berdasarkan ayat diatas bahwa Allah SWT telah


mengharamkan bagi hambanya yang melakukan riba. Maka dalil
ini menjelaskan tentang pengharaman hukum jual beli secara
kredit karena jual beli secara kredit dalam pelaksanaannya terdapat
penambahan harga dari harga semula maka penambahan harga
tersebut dihukumi riba, dan sebagaimana yang kita ketahui
bahwasannya riba itu hukumnya haram.

2. Hukum jual beli kredit

Jual beli sistem kredit, yaitu jual beli dengan penundaan


pembayarannya. Hal ini dibolehkan sebagaimana diberitakan
Aisyah r.a. bahwa nabi pernah membeli bahan makanan kepada
seorang yahudi yang bernama Abu Syaham dengan kredit dan
beliau menggadaikan perisai besi kepadanya.7

Hukum jual beli yang diperbolehkan berdasarkan firman


Allah dalam Q.S Al-Baqarah 282

       


  

6
Q.S. An-Nisa(4):161
7
Siah Khosyi’ah, Fiqh Muamalah Perbandingan, (Bandung: Pustaka Setia, 2014), h.61.

8
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah
tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah
kamu menuliskannya.

Berdasarkan ayat diatas adalah dalil bolehnya akad hutang piutang,


sedangkan akad kredit merupakan salah satu bentuk hutang, sehingga keumuman
ayat diatas bisa menjadi dasar bolehnya akad kredit. Asalkan syarat-syaratnya
terpenuhi. Syarat-syaratnya adalah: Harga barang ditentukan jelas dan pasti
diketahui pihak penjual dan pembeli, pembayaran cicilan disepakati kedua belah
pihak dan tempo pembayaran dibatasi sehingga terhindar dari praktek bai’ gharar
atau bisnis penipuan, harga semula yang sudah disepakati bersama tidak boleh
dinaikkan lantaran pelunasannya melebihi waktu yang ditentukan, hindari
penundaan serah terima barang, penjual memiliki barang yang hendak dia jual
dengan sistem kredit, penjual tidak boleh menjual barang manakala dia sendiri
belum memiliki barang yang hendak dia jual, penjual harus menjadikan barang
yang akan dijual sudah masuk dibawah pertanggung jawabannya artinya jika
terjadi sesuatu atas barang tersebut maka penjual maka penjuallah yang
bertanggung jawab mengganti atau memperbaikinya, jika barang sudah berada di
tangan pembeli dan dan kesepakatan harga sudah disetujui, maka barang dengan
resmi menjadi milik pembeli, dengan demikian penjual tidak berhak menyita atau
menarik kembali barang dagangannya meskipun uang cicilan kredit belum selesai.

BAB III
PENUTUP

9
A. Kesimpulan
Hukum jual beli pada dasarnya diperbolehkan oleh ajaran islam.
Kebolehan ini didasarkan kepada kepada firman Allah yang terjemahannya
sebagai berikut :‘’ janganlah kamu memakan harta diantara kamu dengan jalan
batal melainkan dengan jalan jual beli, suka sama suka...”(Q.S An-Nisa’ : 29) Dan
Hadist Nabi SAW, yang artinya sebagai berikut : “ Bahwa nabi SAW ditanya
tentang, mata pencaharian apakah yang paling baik ? jawabnya : seseorang yang
bekerja dengan tangannya sendiri dan setiap jual beli yang bersih”.(H.R. Al-
Bazzar) Dalam pada itu ulama sepakat mengenai kebolehan berjual beli ini
sebagai salah satu usaha yang telah dipraktekkan semenjak masa Nabi SAW
hingga saat sekarang ini.
Rukun dan Syarat
Untuk syah nya jual beli yang dilakukan diperlukan beberapa rukun dan
syarat yang harus dipenuhi, yaitu : penjual dan pembeli dengan syarat (Berakal,
bagi yang gila, bodoh dan lainnya tidak syah melakukan jual beli, Kehendak
sendiri, bukan karena dipaksa, Keadaannya tidak mubazir (pemboros), orang
pemberos hartanya dibawah wali, Barang-barang yang terlarang diperjualbelikan,
Keharaman memperjualbelikan barang-barang tersebut didasarkan kepada hadist
nabi SAW, yang artinya sebagai berikut: “dan sesungguhnya allah, apabila
mengharamkan makan sesuatu kapada suatu kaum, maka mengharamkan pula
harganya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Imam Mustofa, “Transaksi Elektronik (E-Commerce) dalam Perspektif Fikih”,


Jurnal Hukum Islam (JHI), (STAIN Metro Lampung, Lampung Indonesia,
Volume 10, Nomor 2, Juni 2012)
Munir Fuadi sebagaimana dikutip oleh Daniel Alfredo Sitorus, “Perjanjian Jual
Beli Melalui Internet (E-Commerce) Ditinjau Dari Aspek Hukum
Perdata”, Skripsi di Universitas Atmajaya Yogyakarta Fakultas Hukum
(2015)
Sartika Purba, “Tinjauan Hukum Jual Beli Dalam Proses Kredit”,Skripsi pada
Program Studi Hukum Perdata, Fakultas Hukum, Universitas Sumatera
Utara, Medan, 2012
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010)
Yonas Perwiratama, “Sistem Jual Beli Kredit”, Skripsi pada Program Studi
Hukum Islam, Fakultas Hukum, Universitas Muhammadiyah, Surakarta,
2010
Q.S. An-Nisa(4):161
Siah Khosyi’ah, Fiqh Muamalah Perbandingan, (Bandung: Pustaka Setia, 2014)

11

Anda mungkin juga menyukai