Anda di halaman 1dari 106

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN


KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT)
DAN TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DITINJAU DARI
MOTIVASI BERPRESTASI SISWA

TESIS
Untuk Memenuhi Sebagaian Persyaratan Mencapai Derajat Magister

Oleh

APRIYANTO HADI NUGROHO

S850809301

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

HALAMAN PERSETUJUAN

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS


GAMES TOURNAMENT (TGT) DAN TIPE THINK PAIR SHARE (TPS)
DITINJAU DARI MOTIVASI BERPRESTASI SISWA

Disusun oleh :
Apriyanto Hadi Nugroho
S850809301
Tesis ini telah disetujui oleh pembimbing tesis untuk dipertahankan di hadapan
tim penguji tesis Program Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas
Sebelas Maret Surakarta, pada tanggal 18 Januari 2011

Surakarta,

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Budiyono, M.Sc Drs. Sutrima, M.Si


NIP. 19530915 197903 1 003 NIP.19661007 199302 1 001

Mengetahui

Ketua Program Pendidikan Matematika

Dr. Mardiyana, M.Si


NIP. 19660225 199302 1 002
commit to user

ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

HALAMAN PENGESAHAN

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS


GAMES TOURNAMENT (TGT) DAN TIPE THINK PAIR SHARE (TPS)
DITINJAU DARI MOTIVASI BERPRESTASI SISWA

Tesis ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji tesis Program


Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta dan
diterima untuk memenuhi persyaratan dalam mendapatkan gelar Magister
Pendidikan

Pada Tanggal : 9 Pebruari 2011

Tim Penguji Tesis


Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Dr. Mardiyana, M.Si 1. …….……….

Sekretaris : Dr. Riyadi, M.Si 2. …….………

Anggota I : Prof. Dr. Budiyono, M.Sc 3. ……………..

Anggota II : Drs. Sutrima, M.Si 4. ……………

Mengetahui Ketua Program Studi


Direktur PPs UNS Pendidikan Matematika

Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D Dr. Mardiyana, M.Si


NIP. 19570820 198503 1 004commit to user
NIP. 19660225 199302 1 002

iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRAK

Apriyanto Hadi Nugroho, S850809301, Eksperimentasi Model Pembelajaran


Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) dan Think Pair Share (TPS)
Ditinjau dari Motivasi Berprestasi Siswa. Komisi I Prof. Dr. Budiyono, M.Sc dan
Komisi II Drs. Sutrima, M.Si. Tesis. Surakarta: Program Studi Pendidikan
Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2011.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Apakah model


pembelajaran TGT dapat memberikan prestasi belajar matematika lebih baik
daripada model pembelajaran TPS (2) Apakah siswa dengan motivasi berprestasi
tinggi mempunyai prestasi belajar matematika lebih baik dibandingkan siswa
dengan motivasi berprestasi sedang dan rendah, dan apakah siswa dengan
motivasi berprestasi sedang mempunyai prestasi belajar matematika lebih baik
dibanding siswa dengan motivasi berprestasi rendah (3) Pada masing-masing
tingkat motivasi berprestasi (tinggi, sedang, rendah), manakah yang memberikan
prestasi belajar matematika lebih baik TGT atau TPS (4) Pada masing-masing
model pembelajaran (TGT dan TPS) manakah yang memberikan prestasi belajar
lebih baik siswa dengan motivasi berprestasi tinggi, sedang atau rendah.
Penelitian ini termasuk eksperimental semu. Teknik pengambilan sampel
dilakukan dengan cara stratified cluster random sampling. Populasinya siswa
kelas VIII SMP tahun pelajaran 2010/2011. Instrumen yang digunakan untuk
pengumpulan data adalah tes dan angket, untuk tes terdiri dari tes kemampuan
awal dan tes prestasi belajar, untuk angket adalah angket motivasi berprestasi.
Hasil dari uji pendahuluan diketahui bahwa sampel dari kedua kelompok
penelitian berasal dari populasi yang berdistibusi normal, variansinya homogen
dan dalam keadaan seimbang sebelum diberi perlakuan. Pengujian hipotesis
menggunakan anava dua jalan dengan sel tak sama, dengan taraf signifikansi 5%.
Sebelumnya dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.
Hasil uji prasyarat adalah sampel-sampel berasal dari populasi yang berdistribusi
normal dan variansinya homogen.
Dari hasil analisis disimpulkan bahwa: (1) Model pembelajaran TGT
dapat menghasilkan prestasi belajar matematika lebih baik dibanding model
pembelajaran TPS (2) Siswa dengan motivasi berprestasi tinggi memiliki prestasi
belajar matematika lebih baik dibanding dengan siswa dengan motivasi
berprestasi sedang dan rendah, siswa dengan motivasi berprestasi sedang dan
rendah memiliki prestasi belajar matematika yang sama. (3) Model pembelajaran
TGT memberikan prestasi belajar matematika lebih baik dari pada model
pembelajaran TPS pada masing-masing tingkat motivasi berprestasi (tinggi,
sedang, rendah). (4) Pada masing-masing model pembelajaran (TGT dan TPS)
siswa dengan motivasi berprestasi tinggi memiliki prestasi belajar matematika
lebih baik dibanding siswa dengan motivasi berprestasi sedang dan rendah, siswa
dengan motivasi berprestasi sedang dan rendah memiliki prestasi belajar
matematika yang sama.
commit to user
Kata Kunci: TGT, TPS, Motivasi berprestasi

iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRACT

Apriyanto Hadi Nugroho, S850809301. Experimentation of Cooperative Learning


Model using Teams Games Tournament (TGT) and Think Pair Share (TPS)
Viewed from Students Achievement Motivation. 1st advisor: Prof. Dr. Budiyono,
M.Sc, 2nd advisor: Drs. Sutrima, M.Si. Thesis. Mathematics Education
Department, Postgraduate Program of Sebelas Maret University Surakarta. 2011

The aim of this study is to determine: (1) Whether TGT learning model
provides better mathematics learning achievement than TPS learning model (2)
Whether students’ mathematics achievement with high achievement motivation is
better than achievement motivation and students’ mathematics achievement with
middle achievement motivation is better than low achievement motivation ones
(3) In each achievement motivation level (low, middle and high) which gives
better mathematics achievement, the learning model of TGT or TPS (4) In each
model (TGT and TPS), which gives better mathematics achievement, students
with high, middle, or low achievement motivation.

This research is quasi experimental. Samples were taken through a


stratified cluster random sampling technique. The population was all of the
students of second Junior High School in the academic year of 2010/2011. The
instruments which used for data collection were test and questionnaire, for test
consisted of initial ability test and learning achievement test and for questionnaire
consisted of achievement motivation questionnaire. The result of the pre-test
showed that the samples come from population with normally distributed, these
variances homogenous and have the same initial ability. The hypotheses proposed
were tested using a two-way Analysis of Variance with an unequal cell frequency
at the significance level of 5%. Prior to that, pre-requisite test including normality
test and homogeneity test were conducted. The results of pre-requisite test showed
that the samples come from population with normally distributed, and these
variances homogenous.

The conclusion of this research are: (1) TGT learning model provides
better mathematics achievement than TPS learning model. (2) The students with
high achievement motivation have a better mathematics achievement than middle
and low achievement motivation, the students with middle achievement
motivation have a same mathematics achievement with low achievement
motivation. (3) The TGT method give a better mathematics achievement than TPS
method on students with high, middle and low achievement motivation. (4)On
each model (TGT and TPS), the students with high achievement motivation have
a better mathematics achievement than middle and low achievement motivation,
the students with middle achievement motivation have a same mathematics
achievement with low achievement motivation

Keywords: TGT, TPS, Achievement motivation


commit to user

v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini ,

Nama : Apriyanto Hadi Nugroho

NIM : S850809301

Prodi : Pendidikan Matematika, Program Pasca Sarjana UNS

Judul Tesis : Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams

Games Tournament (TGT) dan Think Pair Share (TPS)

Ditinjau dari Motivasi Berprestasi Siswa

Menyatakan bahwa tesis yang saya buat merupakan hasil karya saya

sendiri. Apabila ternyata dikemudian hari tesis ini merupakan hasil plagiat atau

penjiplakan, maka saya bersedia mempertanggungjawabkan dan sekaligus

menerima sanksi berdasarkan aturan yang berlaku

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Surakarta, 9 Pebruari 2011


Yang menyatakan

Apriyanto Hadi Nugroho

commit to user

vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya yang tersusun dengan penuh kesungguhan dan ketulusan hati ini
kupersembahkan kepada :

Buah hatiku “Ardhani Wicaksana Nugraha”


Istriku “Winarni Ardaningrum”
Terimakasih atas dorongannya,
Orang tuaku “Sumarmi dan Soeparno”,
Kakak-kakakku……
terimakasih atas do’a tulusnya

commit to user

vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

KATA PENGANTAR

Rasa syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu


memberikan petunjukNya sehingga penyusunan tesis berjudul
EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS
GAMES TOURNAMENT (TGT) DAN TIPE THINK PAIR SHARE (TPS)
DITINJAU DARI MOTIVASI BERPRESTASI SISWA dapat diselesaikan.
Penulis menyadari bahwa terselesaikanya tesis ini tidak terlepas dari bimbingan,
saran, dukungan, dan dorongan dari berbagai pihak yang sangat membantu dalam
menyelesaikan tesis ini. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada segenap
pihak antara lain:
1. Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D, Direktur PPs UNS yang telah memberikan
ijin penyusunan tesis ini.
2. Dr. Mardiyana, M.Si, Ketua Program Pendidikan Matematika Pascasarjana
UNS yang telah memberikan ijin penyusunan tesis ini.
3. Prof. Dr. Budiyono, M.Sc, Sebagai pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan, kepercayaan, dukungan, saran, dan kemudahan yang sangat
membantu dalam penyusunan tesis ini.
4. Drs. Sutrima, M.Si, Sebagai pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan, kepercayaan, dukungan, saran, dan kemudahan yang sangat
membantu dalam penyusunan tesis ini.
5. Supriyono, M.Pd, Kepala SMPN 1 Pacitan yang telah memberikan ijin
melakukan penelitian.
6. Drs. Bambang Purwanto, MM, Kepala SMPN 2 Pacitan, yang telah
memberikan ijin melakukan penelitian.
7. Dra. Eko Warsi Trikorani R. M.Pd, Kepala SMPN 1 Pringkuku yang telah
memberikan ijin melakukan penelitian.
8. Sarino, S.Pd, Kepala SMPN 1 Donorojo yang telah memberikan ijin
melakukan penelitian.

commit to user

viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

9. Wardono, S.Pd, Guru Bidang Studi Matematika SMPN 1 Pacitan, yang telah
memberikan kesempatan, kepercayaan, bimbingan, dan tularan ilmu selama
melakukan penelitian.
10. Tri Yanto, S.Pd, Guru Bidang Studi Matematika SMPN 2 Pacitan, yang telah
memberikan kesempatan, kepercayaan, bimbingan, dan tularan ilmu selama
melakukan penelitian.
11. Yunianto, Guru Bidang Studi Matematika SMPN 1 Pringkuku, yang telah
memberikan kesempatan, kepercayaan, bimbingan, dan tularan ilmu selama
melakukan penelitian.
12. Hartatik, S.Pd, Guru Bidang Studi Matematika SMPN 1 Donorojo, yang telah
memberikan kesempatan, kepercayaan, bimbingan, dan tularan ilmu selama
melakukan penelitian.
13. Bariyah, S.Pd, Juliatin, S.Pd, Tutik Wartiningsih, S.Pd, Yang telah bersedia
menjadi validator instrumen untuk penelitian.
14. Anak dan istriku yang telah memberikan inspirasi dan motivasi
15. Kedua orang tuaku yang selalu memberikan dukungan material dan spiritual.
16. Kakak-kakakku, terimakasih untuk pengertian, dorongan, semangat dan
kekompakanya.
17. Mahasiswa PPs UNS, terimakasih atas semua kerjasamanya.

Demikian tesis ini disusun, semoga dapat memberikan manfaat bagi


penulis dan memberikan sedikit kontribusi serta masukan bagi dunia pendidikan
guna mencapai pendidikan yang optimal

Surakarta, 18 Januari 2011


Penulis

commit to user

ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………………….. i


HALAMAN PERSETUJUAN ………………………………………… ii
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………… iii
ABSTRAK ……………………………………………………………… iv
ABSTRACT …………………………………………………………….. v
PERNYATAAN…………………………………………………………. vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ………………………………………… vii
KATA PENGANTAR …………………………………………………. viii
DAFTAR ISI …………………………………………………………… x
DAFTAR TABEL ………………………………………………………. xiii
DAFTAR GAMBAR… ….……………………………………………… xiv
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………… xv

BAB I. PENDAHULUAN……………………………………………….. 1
A. Latar Belakang Masalah……………………………………….. 1
B. Identifikasi Masalah……………………………………………. 5
C. Pemilihan Masalah........................................................................ 7
D. Pembatasan Masalah.................................................................... 7
E. Perumusan Masalah...................................................................... 8
F. Tujuan Penelitian.......................................................................... 9
G. Manfaat Penelitian...................................................................... 10
BAB II. LANDASAN TEORI…………………………………………….. 11
A. Tinjauan Pustaka……………………………………………… 11
1. Prestasi Belajar Matematika……………………………….. 11
2. Pembelajaran Kooperatif..................................................... 15
3. Pembelajaran Kooperatif TGT …………………………. 19
4. Pembelajaran Kooperatif TPS ………………………….. 25
commit to user
5. Motivasi Berprestasi……………………………………… 29

x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

B. Penelitian Yang Relevan……………………………………….. 35


C. Kerangka Berfikir………………………………………………. 37
D. Hipotesis Penelitian...................................................................... 39
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN………………………………… 41
A. Tempat dan Waktu Penelitian……………………………….. 41
1. Tempat Penelitian………………………………………. 41
2. Waktu Penelitian……………………………………….. 41
B. Jenis Penelitian…………………………………………………. 41
1. Rancangan Penelitian……………………………………… 42
2. Prosedur Penelitian………………………………………… 42
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel…………….. 43
1. Populasi…………………………………………………… 43
2. Sampel ………………………………………………… 43
3. Teknik Pengambilan Sampel……………………………… 44
D. Teknik Pengumpulan Data……………………………………… 45
1. Identifikasi Variabel………………………………………. 45
2. Metode Pengumpulan Data………………………………. 47
3. Instrumen …………………………………………………. 48
E. Teknik Analisis Data……………………………………………. 54
1. Uji Prasyarat……….…………………………………….. 54
2. Uji Keseimbangan………………………………………… 57
3. Uji Hipotesis Penelitian…………………………………… 59
4. Uji Lanjut Anava................................................................. 64
BAB IV. HASIL PENELITIAN...................................................................... 67
A. Uji Keseimbangan Antara Kelompok TPS dan TGT ................... 67
B. Hasil Uji Coba Instrumen............................................................ 69
1. Angket Motivasi Berprestasi……………………………… 69
2. Tes Prestasi Belajar Matematika…………………………. 71
C. Deskripsi Data Penelitian ............................................................. 73
commit
1. Data prestasi belajar siswato user
……………………………….. 73

xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2. Data motivasi berprestasi..................................................... 73


D. Teknik Analisis Data................................................................... 75
1. Uji Prasyarat ANAVA ……………………………………. 75
2. Uji ANAVA………………………………………………. 76
3. Uji Lanjut Pasca Anava........................................................ 78
4. Pembahasan Hasil Penelitian............................................... 79
BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI dan SARAN ……………………….. 88
A. Kesimpulan…..………………………………………………… 88
B. Implikasi………………………………………………………. 89
C. Saran ……………………………………………………………. 90
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 92
LAMPIRAN ............................................................................................. 102

commit to user

xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Dimensi dan Indikator Motivasi Berprestasi …………. 35


Tabel 3.1 Desain Data Penelitian ………………………………… 42
Tabel 3.2 Rangkuman Analisis Variasi Dua Jalan ……………… 63
Tabel 4.1 Nilai Statistik Uji dan Nilai Tabel Uji Normalitas Awal 67

Tabel 4.2 Nilai Statistik Uji dan Nilai Tabel Uji Homogenitas
Awal ............................................................................... 68

Tabel 4.3 Indikator Angket Motivasi Berprestasi dan Nomor Item


Angket ………………………………………………… 70

Tabel 4.4 Indikator Soal Prestasi Belajar dan Nomor Soal Tes …. 72

Tabel 4.5 Deskripsi Skor Motivasi Berprestasi ............................... 74

Tabel 4.6 Banyak Siswa Pada Masing-Masing Kategori motivasi


berprestasi ........................................................................ 75

Tabel 4.7 Rangkuman Hasil Uji Normalitas ................................... 75

Tabel 4.8 Rangkuman Hasil Uji Homogenitas …………………… 76

Tabel 4.9 Rangkuman Hasil Uji Hipotesis ………………………. 77

Tabel 4.10 Rerata dan Rerata Marginal ……………………………. 78

Tabel 4.11 Uji Komparasi Ganda Antar Kolom …………………… 78

commit to user

xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Alur Penempatan Peserta Turnamen ………………….. 23

Gambar 2 Paradigma Penelitian ...................................................... 38

commit to user

xiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Perizinan ……………………………………………….. 94


Lampiran 2. Daftar SMPN Berdasarkan Nilai UN………….………... 98
Lampiran 3. Soal Tes Kemampuan Awal …………………………… 100
Lampiran 4 Prasyarat Uji Keseimbangan (Uji Normalitas dan Uji
homogenitas)…………………………………………… 103
Lampiran 5 Uji keseimbangan ……………………………………… 112
Lampiran 6 Kisi-kisi instrumen tes prestasi belajar kelas uji coba … 115
Lampiran 7 Instrumen tes prestasi belajar untuk kelas uji coba ……. 116
Lampiran 8 Kisi-kisi angket motivasi berprestasi kelas uji coba …… 123
Lampiran 9 Instrumen angket motivasi berprestasi kelas uji coba …. 124
Lampiran 10 Kisi-kisi instrumen tes prestasi belajar ………………… 127
Lampiran 11 Instrumen tes prestasi belajar ………………………….. 129
Lampiran 12 Kisi-kisi angket motivasi berprestasi ………………….. 134
Lampiran 13 Instrumen angket motivasi berprestasi ………………… 135
Lampiran 14 Lembar validitas instrument tes prestasi belajar ………. 138
Lampiran 15 Daya beda, tingkat kesukaran, dan reliabilitas
instrument tes prestasi belajar…………..……………… 144
Lampiran 16 Lembar validitas instrument angket motivasi
berprestasi ……………………………………………… 150
Lampiran 17 Konsistensi internal dan reliabilitas angket motivasi
berprestasi ……………………………………………… 157
Lampiran 18 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran …………………… 162
Lampiran 19 Lembar Kerja Siswa …………………………………… 192
Lampiran 20 Data Skor jawaban tes prestasi belajar kelas TGT …….. 234
Lampiran 21 Data skor jawaban tes prestasi belajar kelas TPS ……… 238
Lampiran 22 Data skor angket motivasi berprestasi kelas TGT……… 242
Lampiran 23 Data skor angket motivasi berprestasi kelas TPS ……… 246
Lampiran 24 Data induk penelitian ………………………………….. 250
Lampiran 25 commit
Uji normalitas data to belajar
prestasi user dengan model TGT.. 253

xv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Lampiran 26 Uji normalitas data prestasi belajar dengan model TPS... 256
Lampiran 27 Uji normalitas data prestasi belajar untuk motivasi
.berprestasi tinggi ……………………………………… 259
Lampiran 28 Uji normalitas data prestasi belajar untuk motivasi
berprestasi sedang ……………………………………. 261
Lampiran 29 Uji normalitas data prestasi belajar untuk motivasi
berprestasi rendah …………………………………….. 263
Lampiran 30 Uji homogenitas prestasi belajar berdasarkan model …... 265
Lampiran 31 Uji homogenitas prestasi belajar berdasarkan motivasi
berprestasi ……………………………………………… 268
Lampiran 32 Analisis variasi ………………………………………… 271
Lampiran 33 Uji lanjut pasca ANAVA …………………………….. 276
Lampiran 34 Surat Keterangan Penelitian……………………………. 278

commit to user

xvi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Matematika sebagai ilmu dasar, memegang peranan penting dalam

mengembangkan sumber daya manusia. Oleh karena itu, jika suatu bangsa

ingin menguasai IPTEK dengan baik maka perlu mempersiapkan sumber daya

manusia yang memiliki pengetahuan matematika yang cukup. Menyadari

pentingnya peranan matematika dalam kehidupan sehari-hari, maka

peningkatan prestasi belajar matematika di setiap jenjang pendidikan perlu

mendapat perhatian yang sungguh-sungguh.

Harus disadari bahwa kualitas pendidikan matematika di Indonesia

masih rendah jika dibandingkan negara lain, karena berdasarkan peringkat dari

Trend in Mathematics and Science Study (TIMSS) tahun 2007, lembaga yang

mengukur pendidikan dunia melaporkan bahwa kemampuan siswa kita berada

diurutan ke-36 dari 48 negara (http://nces.ed.gov/timss/results07math07.asp)

dan menurut Programme for International Student Assessment (PISA) tahun

2009 kemampuan matematika murid Indonesia berada pada urutan ke-61 dari

65 negara (http://www.oecd.org/dataoecd/54/12/46643496.pdf)

Pemerintah telah melakukan berbagai upaya perubahan untuk

meningkat kualitas pendidikan matematika di Indonesia. Perubahan tersebut

terlihat dengan adanya kebijakan pemerintah dalam setiap periode merevisi

muatan kurikulum dan mereformasi tujuan pendidikan matematika. Perubahan

dilakukan guna memenuhi commit


tuntutanto kemajuan
user disegala aspek kehidupan

1
perpustakaan.uns.ac.id 2
digilib.uns.ac.id

manusia. Seperti pada bidang ekonomi, teknologi, industri, kesehatan, sosial

dan lain sebagainya.

Sejalan dengan kualitas pendidikan matematika, prestasi belajar

matematika di Indonesia masih rendah, hal ini sesuai dengan kenyataan

misalnya, pada nilai Ujian Akhir nasional (UAN). Berdasarkan data Hasil

Ujian Nasional SMP/SMA/SMK tahun pelajaran 2009/2010 (Dinas

Pendidikan Kabupaten Pacitan, 2010), diperoleh data bahwa nilai rerata nilai

UAN siswa SMP Negeri untuk bidang studi matematika adalah 5,33 (lebih

rendah dibanding nilai rerata Bahasa Indonesia yaitu 7,44 dan rerata IPA

6,14). Padalah menurut pedoman penilaian KTSP, analisis hasil belajar siswa

dan perbaikan pengayaan daya serap siswa disebut telah tuntas belajar jika

telah Mencapai SKBM, yang pada umumnya guru matematika SMP di

Kabupaten Pacitan menetapkanya lebih dari 6,0.

Kualitas pendidikan tidak hanya dapat dicapai dengan mereformasi

tujuan dan muatan kurikurikulum saja, akan tetapi perlu memperbaiki strategi

pembelajaran dan yang berhubungan dengan tugas-tugas guru di sekolah.

Fokus utama pembelajaran adalah bagaimana teknik dan strategi pendekatan

pembelajaran yang dilakukan oleh guru, agar para siswa dapat dengan mudah

memahami materi pembelajaran yang disampaikan. Mungkin saja guru hanya

melakukan dengan menerangkan, menceramahi, atau menjelaskan secara

monoton.

Muhammad Nur (2001), menyatakan bahwa “Pendidikan matematika

di Indonesia pada umumnya masih berada pada pendidikan matematika


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 3
digilib.uns.ac.id

konvensional yang banyak ditandai oleh strukturalistik dan mekanistik.

Disamping itu, muatan kurikulumnya terlalu padat dan pembelajaran dikelas

didominasi oleh guru atau berpusat pada guru”. Vui (2001), melaporkan

bahwa “Para guru di Indonesia dan di Asia Tenggara cenderung untuk

menggunakan strategi atau metode pembelajaran tradisional yang dikenal

dengan beberapa istilah seperti; pembelajaran yang terpusat pada guru

(teacher centered approaches), pembelajaran langsung (direct instruction),

pembelajaran deduktif (deductive teaching), metode ceramah (expository

teaching), maupun pembelajaran untuk keseluruhan (whole class instruction)

tanpa membuat klasifikasi siswa dan sebagainya”. Dengan strategi

pembelajaran seperti yang disebutkan di atas, dapat mengakibatkan kadar

keaktifan siswa menjadi sangat rendah. Para siswa hanya menggunakan

kemampuan berpikir tingkat rendah (low order thinking skills). Akibatnya

selama proses pembelajaran berlangsung dikelas siswa kurang kreatif untuk

berpikir dan kurang berpartisipasi mengikuti pembelajaran.

Pada dasarnya tugas utama seorang guru matematika adalah

membantu siswanya mendapatkan informasi, ide-ide, keterampilan-

keterampilan, nilai-nilai, dan cara-cara berpikir serta cara-cara mengemukakan

pendapat. Namun, tugas yang paling utama para guru matematika adalah

membimbing para siswa tentang bagaimana belajar yang sesungguhnya serta

bagaimana belajar memecahkan masalah matematika sehingga hal-hal tersebut

dapat digunakan dimasa depan mereka, disaat mereka sudah lulus sekolah lalu

terjun ke lapangan-lapangan kerja yang sesuai, atau mereka memasuki


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 4
digilib.uns.ac.id

pendidikan yang lebih tinggi. Pembekalan kecakapan hidup (life skill) yang

dimaksud bertujuan agar para tamatan sekolah dapat menyelesaikan masalah

matematika secara fleksibel dan kreatif dan mampu menggunakan alat-alat

teknologi dalam bekerja secara kolaboratif. Juga dapat menggunakannya baik

untuk pendidikan yang lebih tinggi maupun untuk bidang pekerjaan.

Rendahnya prestasi belajar matematika mungkin disebabkan kurang

tepatnya guru dalam memilih model pembelajaran. Selama ini model

pembelajaran yang digunakan disekolah masih menggunakan model

konvensional. Guru secara aktif menjelaskan materi pelajaran, kemudian

memberi contoh dan soal-soal latihan, siswa dianggap seperti mesin, mereka

mendengarkan penjelasan guru, mencatat dan mengerjakan soal. Akibatnya

interaksi dalam pembelajaran yang muncul hanya interaksi satu arah. Hal ini

menunjukan bahwa selama ini guru dalam pembelajaran masih belum banyak

menggunakan model-model pembelajaran yang baru.

Dewasa ini banyak penelitian dibidang pendidikan yang menyatkan

bahwa model-model pembelajaran yang baru (model pembelajaran inovatif)

secara signifikan dapat memberikan prestasi belajar matematika yang lebih

baik dari model pembelajaran yang lama (model konvensional). Namun

hingga saat ini model-model yang baru tersebut tetap juga belum banyak

digunakan oleh para guru. Hal ini mungkin masih minimnya publikasi dari

hasil penelitian-penelitian tersebut. Yang perlu mendapatkan pemikiran lagi

adalah bahwa penelitian-penelitian pendidikan tersebut jarang sekali yang

membandingkan antara model-model pembelajaran yang baru itu sendiri,


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 5
digilib.uns.ac.id

sehingga para guru juga tidak tahu mana model pembelajaran yang baru

tersebut yang sangat baik dan sesuai dengan materi pembelajaran tertentu.

Selain model pembelajaran, rendahnya prestasi belajar matematika

sangat mungkin disebabkan kurangnya sarana dan prasarana pembelajaran

termasuk media pembelajaran, dilain pihak keberhasilan belajar matematika

tidak terlepas dari kemampuan individu yang dimiliki oleh siswa yang

merupakan faktor internal, yaitu: motivasi berprestasi, minat, dan gaya

belajar. Motivasi berprestasi siswa bisa berbeda-beda, ada sebagian siswa

yang tidak tertarik pada mata pelajaran matematika, sehingga motivasi

berprestasi rendah, sebaliknya siswa yang tertarik dengan pelajaran

matematika akan memiliki motivasi berprestasi yang tinggi, hal ini tentu

berpengaruh pada prestasi belajar siswa. Demikian juga dengan minat, siswa

yang memiliki minat terhadap mata pelajaran matematika akan lebih banyak

meluangkan waktunya untuk belajar matematika yang pada akhirnya akan

berdampak pada prestasi belajarnya. Gaya belajar merupakan faktor internal

siswa yang juga dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dapat diidentifikasi masalah sebagai

berikut :

1. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar matematika disebabkan oleh

model pembelajaran yang digunakan guru. Terkait dengan itu muncul

pertanyaan apakah kalau model pembelajaran diubah, prestasi belajar

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 6
digilib.uns.ac.id

siswa menjadi lebih baik? Untuk menjawab pertanyaan itu dapat dilakukan

penelitian yang membandingkan berbagai model pembelajaran.

2. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar matematika disebabkan

karena media pembelajaran yang digunakan oleh guru kurang menarik.

Terkait dengan itu muncul pertanyaan apakah jika guru menggunakan

media pembelajaran yang menarik dapat meningkatkan prestasi belajar?

Untuk menjawab pertanyaan itu dapat dilakukan penelitian yang

membandingkan pembelajaran dengan menggunakan berbagai media.

3. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar matematika disebabkan

karena motivasi berprestasi siswa rendah. Terkait dengan itu muncul

pertanyaan, apakah motivasi berprestasi siswa yang tinggi dapat

meningkatkan prestasi belajar? Untuk menjawab pertanyaan itu dapat

dilakukan penelitian yang membandingkan motivasi berprestasi siswa

yang tinggi dibanding dengan motivasi berprestasi yang lebih rendah.

4. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar matematika disebabkan

karena minat terhadap matematika siswa rendah. Terkait dengan itu

muncul pertanyaan, apakah minat terhadap matematika siswa yang tinggi

dapat meningkatkan prestasi belajar? Untuk menjawab pertanyaan itu

dapat dilakukan penelitian yang membandingkan minat terhadap

matematika siswa yang tinggi dibanding dengan minat terhadap

matematika yang lebih rendah.

5. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar matematika disebabkan

karena kurang perhatianya guru terhadap gaya belajar yang dimiliki oleh
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 7
digilib.uns.ac.id

setiap siswa. Terkait dengan itu, apakah tipe gaya belajar siswa

berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika siswa?

C. Pemilihan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang ada maka penulis memilih dua

fokus masalah, yaitu poin 1 dan poin 3, bahwa masih belum optimalnya

prestasi belajar matematika mungkin disebabkan model pembelajaran yang

kurang tepat, prestasi belajar matematika mungkin juga dipengaruhi oleh

motivasi berprestasi yang rendah. Dengan demikian pada penelitian ini

dipilih model yang pembelajaran dan motivasi berprestasi sebagai fokus

penelitian.

D. Pembatasan Masalah

Dari pemilihan masalah diatas, ada satu hal yang menjadi fokus dari

penelitian ini, yaitu pemilihan model pembelajaran yang tepat sesuai dengan

materi pelajaran. Pemilihan model pembelajaran tersebut akan ditinjau dari

motivasi berprestasi. Agar lebih terarah dan mendalam, pada penelitian ini

akan diberikan batasan-batasan masalah sebagai berikut:

1. Kebanyakan siswa hanya mengorganisasikan sendiri apa yang diperoleh

tanpa mengkomunikasikan dengan siswa lain atau guru yang mengajar.

Untuk menghindari rasa bosan siswa ketika diajar dengan model

konvensional, maka model yang dapat diterapkan dalam mengatasi

masalah tersebut diantaranya model pembelajaran kooperatif. Sehingga

pada penelitian ini, model mengajar yang dilakukan adalah model

kooperatif Teams Games Tournament (TGT) dan model kooperatif Think


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 8
digilib.uns.ac.id

Pair Share (TPS). Alasan dipilihnya kedua model tersebut juga didasarkan

pada penelitian oleh Mirawati (2010) yang membandingkan model Teams

Games Tournament (TGT) dengan model konvensional dengan hasil

penelitian model Teams Games Tournament (TGT) memberikan prestasi

belajar lebih baik dari pada model konvensional, dan penelitian oleh Henry

Suryo Bintoro (2009) yang membandingankan model Think Pair Share

(TPS) dengan model konvensional dengan hasil model Think Pair Share

(TPS) memberikan prestasi belajar lebih baik dibanding dengan model

konvensional.

2. Motivasi berprestasi siswa dibatasi pada motivasi berprestasi dengan

kategori : tinggi, sedang, dan rendah.

3. Prestasi belajar matematika dibatasi pada hasil tes setelah pembelajaran

dengan pokok bahasan persamaan garis lurus dan SPLDV.

4. Penelitian ini hanya dilakukan pada siswa kelas VIII SMP Negeri di

Kabupaten Pacitan pada semester ganjil tahun pelajaran 2010/2011 dengan

model pembelajaran Kooperatif Teams Games Tournament (TGT)

dibanding dengan Model Kooperatif Think Pair Share (TPS).

E. Perumusan Masalah

Perumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah model pembelajaran Kooperatif Teams Games Tournament

(TGT)dapat memberikan prestasi belajar yang lebih baik daripada model

pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) pada bab persamaan

garis lurus dan sistem persamaan linier dua variabel?


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 9
digilib.uns.ac.id

2. Apakah siswa dengan motivasi berprestasi tinggi mempunyai prestasi

belajar matematika lebih baik dibandingkan siswa dengan motivasi

berprestasi sedang dan rendah, serta apakah siswa dengan motivasi

berprestasi sedang mempunyai prestasi belajar matematika lebih baik

dibanding siswa dengan motivasi berprestasi rendah?

3. Pada masing-masing tingkat motivasi berprestasi (tinggi, sedang, rendah),

manakah yang memberikan prestasi belajar matematika lebih baik antara

penggunaan model kooperatif Teams Games Tournament (TGT) atau

model kooperatif Think Pair Share (TPS)?

4. Pada masing-masing model pembelajaran (Teams Games Tournament

(TGT)) dan Think Pair Share (TPS)), manakah yang mempunyai prestasi

belajar matematika lebih baik, siswa yang memiliki motivasi berprestasi

tinggi, sedang atau rendah?

F. Tujuan Penelitian

Dari penelitian ini dapat ditentukan tujuan penelitian sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui apakah model pembelajaran Kooperatif Teams Games

Tournament (TGT) dapat memberikan prestasi belajar matematika lebih

baik daripada model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS)

pada bab persamaan garis lurus dan sistem persamaan linier dua variabel.

2. Untuk mengetahui apakah siswa dengan motivasi berprestasi tinggi

mempunyai prestasi belajar matematika lebih baik dibandingkan siswa

dengan motivasi berprestasi sedang dan rendah, serta apakah siswa dengan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id

motivasi berprestasi sedang mempunyai prestasi belajar matematika lebih

baik dibanding siswa dengan motivasi berprestasi rendah.

3. Untuk mengetahui pada masing-masing tingkat motivasi berprestasi

(tinggi, sedang, rendah), manakah yang memberikan prestasi belajar

matematika lebih baik antara penggunaan model kooperatif Teams Games

Tournament (TGT) atau model kooperatif Think Pair Share (TPS).

4. Untuk mengetahui pada masing-masing model pembelajaran (Teams

Games Tournament (TGT) dan Think Pair Share (TPS)), manakah yang

mempunyai prestasi belajar matematika lebih baik, siswa yang memiliki

motivasi berprestasi tinggi, sedang atau rendah.

G. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut :

1. Memberikan masukan bagi guru dalam dalam menentukan alternatif

model pembelajaran matematika untuk meningkatkan pemahaman dan

prestasi belajar siswa.

2. Melengkapi referensi/khasanah pendidikan khususnya penerapan model

pembelajaran matematika terutama yang berkaitan dengan model

pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dengan kooperatif Think

Pair Share (TPS).

3. Sebagai masukan bagi tenaga pendidik, tenaga kependidikan, dan

pemerhati pendidikan dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan

pada tiap satuan pendidikan pada khususnya dan institusi pendidikan pada

umumnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Prestasi Belajar Matematika

a. Pengertian Prestasi

Pengertian prestasi yang dikemukakan oleh para ahli sangat

bervariasi. Hal tersebut antara lain dikarenakan latar belakang dan sudut

pandang yang berbeda-beda dari para ahli itu sendiri. Pada kamus besar

Bahasa Indonesia (2005: 895) dinyatakan prestasi adalah hasil yang

telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan dan sebagainya).

Dalam pengertian ini prestasi merupakan usaha yang telah dilakukan

menurut batas kemampuan dari pelaksanaan usaha tersebut. Prestasi

merupakan akhir dari usaha yang melalui proses pendidikan dan

pelatihan tertentu yang telah dicapai. Prestasi yang telah dicapai

seringkali mendatangkan konsekuensi-konsekuensi berupa imbalan

yang bersifat material, psikologis dan sosial. Sedangkan Sutratinah

Tirtonegoro (2001: 43) menyatakan bahwa, “Prestasi belajar adalah

penilaian hasil usaha kegiatan belajar mengajar yang dalam bentuk

simbul, angka, huruf, atau kalimat yang dapat mencerminkan hasil

usaha yang sudah dicapai oleh anak dalam periode tertentu”.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulan mengenai

prestasi yaitu bukti atau hasil yang telah dicapai setelah diadakan usaha

sebaik-baiknya sesuai batas kemampuan dari batas usaha tersebut.


commit to user

11
perpustakaan.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id

b. Pengertian Belajar

Teori belajar konstruktivisme menjelaskan bahwa pengetahuan

seseorang adalah bentukan (konstruksi) orang itu sendiri. Pengetahuan orang

akan suatu benda bukanlah tiruan benda itu, melainkan konstruksi pemikiran

seseorang akan benda tersebut. Tanpa keaktifan seseorang mencerna dan

membentuknya, seseorang tidak mempunyai pengetahuan. Oleh karena itu

Piaget menyatakan secara ekstrim bahwa pengetahuan tidak dapat ditrasfer

dari otak guru yang dianggap tahu bila murid tidak mengolah dan

membentuknya sendiri (Paul Suparno, 1997: 122-123)

Menurut Paul Suparno (1997: 49), prinsip-prinsip konstruktivisme

adalah sebagai berikut :

1) Pengetahuan dibangun oleh siswa itu sendiri, baik secara individu maupun

kelompok

2) Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke siswa, kecuali dengan

keaktivan siswa itu sendiri untuk menalar dan mengkonstruksi terus

menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep menuju konsep yang

lebih rinci, lengkap dan sesuai dengan konsep ilmiah. Guru sekedar

membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses konstruksi siswa

berjalan dengan mulus, sehingga siswa bukan menerima informasi yang

pasif.

Teori konstruktivisme memandang siswa secara terus-menerus

memeriksa informasi-informasi baru yang berlawanan dengan aturan-aturan

lama dan merevisi aturan-aturan tersebut jika tidak sesuai lagi. Pandangan ini
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id

mempunyai implikasi yang mendalam dalam pengajaran. Karena

penekananya pada siswa sebagai siswa yang aktif, strategi kontruktivisme

sering disebut sebagai pengajaran yang terpusat pada siswa. Didalam kelas

yang terpusat pada siswa, peran guru adalah membantu siswa menemukan

fakta, konsep, atau prisib bagi diri mereka sendiri, bukan menjadikan ceramah

atau mengendalikan seluruh kegiatan kelas.

Dari uraian di atas dapat dikemukakan bahwa belajar adalah proses

dalam membangun pengetahuan melalui proses mengkonstruksi dari

pengalaman-pengalaman yang telah dimiliki.

c. Prestasi Belajar

Dalam setiap perbutan manusia untuk mencapai tujuannya selalu

diikuti oleh pengukuran dan penilaian demikian pula halnya didalam proses

belajar. Menurut Sutratinah Tirtonegoro (2001: 43) prestasi belajar adalah

hasil dari pengukuran dan penilaian usaha belajar, prestasi belajar ini dapat

dinyatakan dalam bentuk angka, huruf maupun simbol pada peride tertentu,

misalnya tiap catur wulan atau semester, prestasi belajar siswa dinyatakan

dalam bentuk raport.

Dari pengertian yang telah dikemukakan diatas, dapat disimpulkan

bahwa prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang

dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat yang dapat

mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak didik dalam periode

tertentu.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id

Dengan mengetahui prestasi belajar anak, kita dapat mengetahui

kedudukan anak dalam kelas apakah anak termasuk kelompok anak pandai,

sedang atau kurang. Dengan prestasi belajar ini pula kita dapat mengambil

tindak lanjut terhadap siswa yang mempunyai prestasi belajar rendah.

d. Pengertian Prestasi Belajar Matematika

Pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 732), disebutkan bahwa

”Matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antara

bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian

masalah mengenai bilangan”.

Berdasarkan pengertian prestasi belajar dan matamatika yang telah

diuraikan diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar matematika adalah

hasil yang telah dicapai siswa dalam proses belajar matematika yang

menghasilkan perubahan pada diri sesorang berupa penguasaan keterampilan,

dan kecakapan baru yang dinyatakan dengan simbol, angka, atau huruf.

2. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif pada dasarnya mengandung pengertian

sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu

diantara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang

terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi

oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Menurut Isjoni

(2007: 15) pembelajaran kooperatif atau cooperative learning berasal dari kata

cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan

saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id

Menurut Zakaria dan Iksan (2007: 37), pembelajaran kooperatif

adalah pembelajaran dimana siswa dibagi menjadi beberapa kelompok kecil

untuk berbagi ide dan bekerja secara kolaboratif dalam menyelesaikan tugas

yang diberikan.

Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan pengertian dari

pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang berpusat pada kerjasama

kelompok, setiap kelompok bertanggung jawab untuk terlibat dalam kelompok

dan membantu satu sama lain demi kesuksesan kelompok belajar tersebut.

Menurut Ibrahim Muslimin dkk (2000: 6) unsur-unsur dasar

pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:

1) Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka

“sehidup sepenanggungan bersama”.

2) Siswa bertanggungjawab atas segala sesuatu didalam kelompoknya.

3) Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota didalam kelompoknya

memiliki tujuan yang sama.

4) Siswa haruslah membagi tugas dan tanggungjawab yang sama diantara

anggota kelompoknya.

5) Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah/penghargaan yang

juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok.

6) Siswa berbagai kepemimpinan dan mereka membutuhkan ketrampilan

untuk belajar bersama selama proses belajarnya.

7) Siswa akan diminta pertanggungjawabannya secara individual materi

yang ditangani dalam kelompok kooperatif.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id

Ciri-ciri pembelajaran kooperatif:

1) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan

materi belajarnya.

2) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang

dan rendah

3) Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku,

jenis kelamin berbeda-beda.

4) Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu.

(Ibrahim Muslimin dkk, 2000: 6-7)

Menurut Ibrahim Muslimin (2000: 27), pada dasarnya cooperative learning

dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran

penting :

1) Prestasi belajar akademik

Dalam cooperative learning meskipun mencakup beragam tujuan sosial

juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting

lainnya. Cooperative learning dapat memberikan keuntungan baik pada

siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama

menyelesaikan tugas-tugas akademik.

2) Penerimaan terhadap perbedaan individu

Tujuan kedua model cooperative learning adalah menerima secara luas

dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras budaya, ras sosial,

kemampuan dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi

peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id

bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui

struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu

sama lain.

3) Pengembangan ketrampilan sosial

Tujuan penting ketiga cooperative learning adalah mengajarkan kepada

siswa ketrampilan bekerjasama dan kolaborasi.

Attle dan Baker (2007:82) mengatakan :

”There are many benefits to engaging students in a cooperative


learning group activty organized within a competitive setting. The most
significanct benefits are to the student whose outcomes often exceed
content-driven and aplication based objectives”.

Yang dapat disimpulkan bahwa terdapat banyak keuntungan yang diperoleh

dari pemanfaatan pembelajaran kooperatif khususnya dengan suasana

kompetisi, diantara keuntungan tersebut adalah hasil belajar yang diperoleh

dan pembelajaran kooperatif sangat relevan dalam kehidupan sehari-hari.

Tujuan terpenting dalam pembelajaran kooperatif adalah mengajar

kepada siswa keterampilan-keterampilan untuk bekerja sama dan

berkolaborasi. Hal ini sangat penting mengingat siswa dengan berbagai latar

belakang dan kondisi yang berbeda harus dapat bekerja sama dan saling

bergantung satu sama lain dalam mengerjakan tugas akademik.

Ada beberapa keunggulan pembelajaran kooperatif dibanding dengan

pembelajaran yang lain. Salah satunya adalah berdasarkan penelitian dasar

yang mendukung penggunaan pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan

pencapaian prestasi para siswa , dan juga akibat-akibat positif lain yang dapat

mengembangkan hubungan commit to user


antar kelompok, penerimaan terhadap teman
perpustakaan.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id

sekelas yang lemah dalam bidang akademik, dan meningkatkan rasa harga

diri. Keunggulan lain adalah tumbuhnya kesadaran bahwa para siswa perlu

belajar untuk berpikir, menyelesaikan masalah dan mengintegrasikan serta

mengaplikasikan kemampuan dan pengetahuan mereka (Slavin 2008: 4-5).

Beberapa metode-metode pembelajaran kooperatif :

1) Teams Games Tournament (TGT)

2) Team Accelerated Intruction (TAI)

3) Cooperatif Integrated Reading and Composition (CIRC)

4) Think Pair Share (TPS)

Model pembelajaran yang berkaitan dengan penelitian ini adalah

Pembelajaran Kooperatif Teams Games Tournament (TGT) dan Tipe Think

Pair Share (TPS).

3. Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT)

Ciri khas dari Teams Games Tournament (TGT) adalah menggunakan

turnamen akademik dan menggunakan kuis-kuis dan sistem skor kemajuan

individu, dimana para siswa berlomba sebagai wakil tim mereka dengan

anggota tim lain yang kemampuan akademiknya setara. Hasilnya, siswa-siswa

yang berprestasi paling rendah pada setiap kelompok memiliki peluang yang

sama untuk memperoleh poin bagi kelompoknya sebagai siswa yang

berprestasi tinggi.

Dalam pembelajaran TGT siswa akan berusaha bertanding dalam

sebuah turnamen dengan lawan yang memiliki kemampuan sama, hasil nilai

mereka akan menjadi nilai kelompok masing-masing. Kumar dan Lightner


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 19
digilib.uns.ac.id

(2007:58), dalam penelitianya mengenai pemanfaatan permaian dalam

pembelajaran, mengemukakan :

Students responded positively to the new active learning axcercises that


replaced traditional lecture in five classes, indicating that they learned
a lot, it was not a waste of their time, that the activity was enjoyable,
accomplished its goal, and they wished more faculty members used
such activity

Yang dapat disimpulkan bahwa dengan memberikan unsur permainan pada

pembelajaran akan meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar sehingga tidak

banyak waktu yang terbuang.

Menurut Johnson & Johnson yang dikutip oleh Rouviere

(www.maa.org/saum/maanotes49/140.html), metode TGT ini meliputi tiga

tahap, yaitu:

1. Tahap mengajar (teaching)

Dalam tahap ini, guru mengajarkan materi pelajaran yang akan digunakan

dalam kompetisi. Materi pelajaran yang diajarkan hanya secara garis

besarnya saja dari suatu materi. Tahap ini meliputi pembukaan yang dapat

memotivasi siswa dalam belajar, membangun suatu pengetahuan awal

mengenai materi tersebut, dan memberikan petunjuk pelaksanaan metode

TGT termasuk pembentukan kelompok. Tahap ini dapat dilaksanakan

dalam satu kali pertemuan.

2. Tahap belajar dalam kelompok (team study)

Dalam tahap ini anggota kelompok mempunyai tugas untuk mempelajari

materi pelajaran secara tuntas dan saling membantu dalam mempelajari

materi tersebut. Jika ada kesulitan harus diselesaikan terlebih dahulu


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id

sebelum bertanya pada guru. Setiap anggota kelompok dalam berdiskusi

hendaknya dengan suara perlahan, sehingga kelompok yang lain tidak

terganggu.

3. Tahap Kompetisi (tournament)

Dalam tahap ini setiap kelompok mewakilkan anggotanya untuk maju ke

meja kompetisi, di atas meja tersebut telah tersedia kartu. Kemudian siswa

mengambil sebuah kartu dan membacanya keras-keras. Kelompok yang

mengambil pertanyaan tersebut harus menjawab, jika jawaban salah maka

kelompok lawan dapat mengajukan jawabannya. Setiap jawaban kelompok

yang benar diberikan poin atau skor, dan skor-skor tersebut dijumlah

sebagai skor kelompok.

Menurut Slavin (2008: 84-86), komponen-komponen dalam TGT yang perlu

diperhatikan adalah sebagai berikut:

1. Presentasi Kelas

Dalam presentasi kelas guru memperkenalkan materi pembelajaran yang

diberikan secara langsung atau mendiskusikan dalam kelas. Guru dalam

hal ini berperan sebagai fasilitator. Pembelajaran mengacu pada apa yang

disampaikan oleh guru agar nantinya dapat membantu siswa dalam

mengikuti game dan turnamen.

2. Kelompok (Tim)

Kelompok terdiri empat sampai lima orang yang heterogen misalnya

berdasar kemampuan akademik dan jenis kelamin, jika memungkinkan

suku, ras atau kelas sosial. Tujuan utama pembentukan kelompok adalah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 21
digilib.uns.ac.id

untuk menyakinkan siswa bahwa semua anggota kelompok belajar dan

semua anggota mempersiapkan diri untuk mengikuti game dan turnamen

dengan sebaik-baiknya. Diharapkan tiap anggota kelompok melakukan hal

yang terbaik bagi kelompoknya dan adanya usaha kelompok melakukan

untuk membantu anggota kelompoknya sehingga dapat meningkatkan

kemampuan akademik dan menumbuhkan pentingnya kerjasama diantara

siswa serta meningkatkan rasa percaya diri.

3. Game (permainan)

Permainan (game) dibuat dengan isi pertanyaan-pertanyaan untuk

mengetes pengetahuan siswa yang didapat dari presentasi kelas dan latihan

kelompok. Game dimainkan dengan meja yang berisi tiga murid yang

diwakili tiga kelompok yang berbeda. Siswa mengambil kartu bernomor

dan berusaha untuk menjawab pertanyaan sesuai dengan nomor.

Aturannya membolehkan pemain untuk menantang jawaban yang lain.

4. Tournament (kompetisi)

Biasanya turnamen diselenggarakan akhir minggu, setelah guru membuat

presentasi kelas dan kelompok-kelompok mempraktikan tugas-tugasnya.

Untuk turnamen pertama guru mengelompokkan siswa dengan

kemampuan serupa yang mewakili tiap timnya. Kompetisi ini merupakan

sistem penilaian kemampuan perorangan dalam TPS. Kompetisi ini juga

memungkinkan bagi siswa dari semua level di penampilan sebelumnya

untuk memaksimalkan nilai kelompok mereka menjadi terbaik. Alur

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 22
digilib.uns.ac.id

penempatan peserta turnamen menurut Slavin (2008: 86) dapat dilihat

pada Gambar 1

Gambar 1: Alur Penempatan Peserta Turnamen

A1 A-2 A3 A-4
TINGGI SEDANG SEDANG RENDAH

GRUP 1 GRUP 2 GRUP 3 GRUP 4

B-1 B-2 B-3 B-4 C-1 C-2 C-3 C-4


TINGGI SEDANG SEDANG RENDAH TINGGI SEDANG SEDANG RENDAH

5. Penghargaan Kelompok (Rekognisi Tim)

Setelah mengikuti game dan turnamen, setiap kelompok akan memperoleh

poin. Rerata poin kelompok yang diperoleh dari game dan turnamen akan

digunakan sebagai penentu penghargaan kelompok. Jenis penghargaan

sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Penghargaan kelompok dapat

berupa hadiah, sertifikat, dan sebagainya.

Berdasarkan teori-teori mengenai pembelajaran kooperatif tipe TGT

diatas, penulis menggunakan teori pembelajaran kooperatif tipe TGT yang

dikemukakan oleh Slavin sebagai acuan dalam menerapkan pembelajaran


commit to user
kooperatif tipe TGT. Adapun langkah-langkah pembelajaran pada model
perpustakaan.uns.ac.id 23
digilib.uns.ac.id

pembelajaran TGT pada penelitian ini meliputi: pemberian materi pelajaran,

belajar kelompok, turnamen akademik, penghargaan tim.

1. Pemberian materi pelajaran

Pada langkah ini diperlukan beberapa perangkat pembelajaran yaitu :

a. Lembar media yang memuat tujuan dan materi pelajaran

b. Buku RPP

c. Buku siswa

Kegiatan pokok pada langkah ini adalah mempresentasikan pelajaran

dalam kelas dengan memberikan pelajaran langsung atau diskusi materi

pelajaran yang dilakukan guru dengan menggunakan audio visual atau

media lain. Presentasi pelajaran dibuka dengan menampilkan media,

menumbuhkan rasa ingin tahu siswa tentang materi yang akan dipelajari

dan secara singat menguangi keterampilan atau materi pelajaran yang

merupakan prasarat. Selanjutnya guru menyajikan materi pokok dengan

mendemonstrasikan/menanyakan secara aktif konsep-konsep atau

ketrampilan secara visual atau dengan memanupulasi contoh. Mengevalusi

pemahaman siswa dengan memberikan pertanyaan kepada siswa secara

acak dan melanjutkan pada konsep berikutnya dengan segera setelah siswa

menangkap ide utamanya.

2. Belajar Kelompok

Pada langkah belajar kelompok diperlukan beberapa perangkat

pembelajaran yaitu : buku dan lembar kerja siswa

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 24
digilib.uns.ac.id

Setelah membuka buku siswa sesuai dengan materi yang akan dilanjutkan,

kegiatan pokok pada langkah ini adalah siswa mempelajari LKS secara

kelompok. Selama belajar kelompok siswa berada didalam timnya, tugas

anggota tim adalah menguasai materi yang akan diberikan guru dan

membantu teman satu tim untuk menguasai materi tersebut. Pertamaa-

tama yang harus dijelaskan apa yang dimaksud dengan kerjasama dalam

tim. Kepada siswa aturan dasar yang berkaitan dengan bagian bekerja

sama dalam tim adalah sebagai berikut :

§ Tetap berada dalam kelompok/tim

§ Mengajukan pertanyaan kepada kelompok sebelum mengajukan

pertanyaan kepada guru.

§ Memberikan umpan balik terhadap ide yang dikemukakan teman satu

tim

3. Turmanen Akademik

Pada langkah turnamen akademik diperlukan kelengkapan turnamen yang

berisi :

a. Satu lembar pertanyaan bernomor

b. Satu lembar kunci jawaban bernomor

c. Satu set kartu bernomor

d. Satu lembar pencatat skor

Adapun kegiatan pokok pada langkah turnamen adalah kompetisi pada

meja turnamen dari 3 atau 4 anggota tim yang kemampuanya seimbang.

Pada permainan turnamen diumumkan penetapan meja bagi setiap siswa.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 25
digilib.uns.ac.id

Nomor meja turnamen diganti dengan nama/huruf sehingga siswa tidak

tahu mana meja yang tinggi dan yang rendah tingkatanya. Siswa diminta

mengatur meja

4. Penghargaan tim

Tim akan memperoleh penghargaan apabila mencapai skor rerata

turnamen tertinggi

4. Pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS)

Think Pair Share (TPS) termasuk metode struktural dalam

pembelajaran kooperatif. Meskipun memiliki banyak kesamaan dengan

metode lainnya, metode struktural menekankan pada struktur-struktur khusus

yang dirancang untuk mempengaruhi pola-pola interaksi siswa. Berbagai

struktur tersebut dikembangkan oleh Kagan dengan maksud menjadi alternatif

dari berbagai struktur kelas yang lebih tradisional, seperti metode resitasi yang

ditandai dengan pengajuan pertanyaan oleh guru kepada seluruh siswa dalam

kelas dan para siswa memberikan jawaban setelah lebih dahulu mengangkat

tangan dan ditunjuk oleh guru (Nurhadi, 2004). Think Pair Share (TPS) yang

diuraikan disini mula-mula dikembangkan oleh Frank Lyman dari Universitas

Maryland pada tahun 1985. Think Pair Share (TPS) memiliki prosedur yang

ditetapkan secara eksplisit untuk memberi siswa waktu lebih banyak untuk

berpikir, menjawab dan saling membantu satu sama lain. Andaikan guru baru

saja menyelesaikan suatu penyajian singkat atau siswa telah membaca suatu

tugas atau situasi penuh teka-teki telah dikemukakan sekarang guru

menginginkan siswa memikirkan secara lebih mendalam tentang apa yang


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 26
digilib.uns.ac.id

telah dijelaskan atau dialami. Guru memilih untuk menggunakan strategi

Think Pair Share (TPS) sebagai gantinya tanya jawab seluruh kelas (Ibrahim

Muslimin dkk, 2000). Think Pair Share (TPS) adalah struktur yang memiliki

tujuan umum untuk meningkatkan penguasaan isi akademik atau untuk

mengecek pemahaman siswa, selain itu juga mengolah informasi, komunikasi,

dan mengembangkan berpikir dengan relevant skill: memberikan informasi,

mendengarkan, bertanya, meringkas gagasan orang lain, menguraikan dengan

kata-kata sendiri. Strategi pembelajaran kooperatif ini secara ideal cocok

untuk guru dan siswa yang baru melakukan pembelajaran kooperatif.

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS)

menurut Ibrahim Muslimin dkk (2000:53) ada tiga tahap, yaitu :

Tahap 1: Thinking (berpikir)

Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang berhubungan dengan pelajaran

kemudian siswa diminta untuk memikirkan pertanyaan atau isu tersebut

secara mandiri untuk beberapa saat.

Tahap 2: Pairing (berpasangan)

Guru meminta siswa berpasangan dengan siswa yang lain untuk

mendiskusikan apa yang telah dipikirkannya pada tahap pertama. Interaksi

pada tahap ini diharapkan dapat berbagi jawaban jika telah diajukan suatu

pertanyaan atau berbagi ide jika suatu persoalan khusus telah diidentifikasi.

Tahap 3: Sharing (berbagi)

Guru meminta kepada pasangan untuk berbagi dengan seluruh kelas tentang

apa yang telah mereka bicarakan. Ini efektif dilakukan dengan cara bergiliran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 27
digilib.uns.ac.id

pasangan demi pasangan dan dilanjutkan sampai sekitar seperempat pasangan

telah mendapat kesempatan untuk melaporkan.

Dari uraian diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa langkah-langkah

pembelajaran kooperatif tipe TPS pada penelitian ini adalah :

Pendahuluan :

a) Guru menjelaskan tentang pembelajaran Think Pair Share (TPS)

b) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

Kegiatan inti :

Langkah pertama

c) Guru menyampaikan pertanyaan yang berhubungan dengan materi

yang akan disampaikan

d) Siswa memperhatikan dengan aktif penjelasan dan pertanyaan dari

guru

Langkah kedua

e) Berpikir : siswa berfikir secara individu

f) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memikirkan

jawaban dari permasalahan yang disampaikan oleh guru.

Langkah ke tiga :

g) Berpasangan : setiap siswa mendiskusikan hasil pemikiranya dengan

masing-masing pasangan

h) Guru mengorganisasikan siswa untuk berpasangan dan memberi

kesempatan kepada siswa untuk mendiskusikan jawaban yang

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 28
digilib.uns.ac.id

menurut mereka paling benar atau meyakinkan . Guru memotivasi

siswa untuk aktif dalam kerja kelompok.

Langkah keempat

i) Berbagi : siswa berbagi jawaban dengan seluruh kelas

j) Siswa mempresentasikan jawaban di depan kelas. Individu atau

kelompok lain diberi kesempatan untuk bertanya atau memberikan

pendapat hasil diskusi kelompok tersebut.

k) Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi terhadap hasil

pemecahan masalah yang mereka diskusikan, dan memberi pujian

bagi kelompok yang berhasil baik dan memberi semangat bagi

kelompok yang belum berhasil

Penutup

l) Dengan bimbingan guru, siswa membut simpulan dari materi yang

telah didiskusikan

m) Guru memberi evaluasi/PR

5. Motivasi Berprestasi

a. Pengertian Motivasi

Winkel (1996:2), mengatakan bahwa “motif” adalah daya

penggerak di dalam diri orang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu

demi mencapai suatu tujuan tertentu. Berawal dari kata “motif”, motivasi

diartikan sebagai motif yang sudah menjadi aktif pada saat-saat melakukan

suatu perbuatan. Sedangkan motif sudah ada dalam diri seseorang, jauh

sebelum orang itu melakukan suatu perbuatan.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 29
digilib.uns.ac.id

b. Pengertian Motivasi Berprestasi

Motivasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah motivasi

berprestasi. Secara umum telah diketahui bahwa perilaku manusia senantiasa

dilatarbelakangi oleh motif-motif tertentu. Diantara sekian motif yang

mewarnai kehidupan manusia, salah satunya yang berperan besar adalah

motivasi berprestasi.

Menurut McClelland dalam Toeti Soekamto dan Udin Saripudin

Winataputra (1997:41) manyatakan bahwa: “Seseorang mempunyai motivasi

untuk bekerja karena adanya kebutuhan untuk berprestasi.” Di samping itu

McClelland juga berpendapat bahwa: Setiap orang memiliki tiga jenis

kebutuhan yaitu kebutuhan akan kekuasaan, kebutuhan akan berafiliasi

(bersahabat), dan kebutuhan berprestasi. Kebutuhan berprestasi mencakup

kebutuhan untuk mengejar keberhasilan, kebutuhan untuk mencapai cita-cita

dan kebutuhan untuk keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas yang

sukar.

Rabideau (2005), menyatakan bahwa motivasi berprestasi dapat

diartikan sebagai kebutuhan akan sukses atau pencapaian dari keunggulan.

Sedangkan menurut Lingren (Hariyadi, 1998:87), menyatakan bahwa motivasi

berprestasi adalah dorongan yang berhubungan dengan prestasi, yaitu

menguasai, memanipulasi, mengatur lingkungan maupun fisik untuk

mengatasi rintangan-rintangan dan memelihara kualitas belajar yang tinggi,

bersaing melalui usaha-usaha untuk melebihi perbuatan-perbuatan yang

lampau dan mengungguli perbuatan yang lain


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 30
digilib.uns.ac.id

Dari berbagai pendapat diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa yang

dikatakan motivasi berprestasi adalah satu bentuk dorongan yang ada dalam

diri siswa untuk meraih prestasi dalam hal-hal tertentu, disertai dengan usaha

yang keras agar memperoleh hasil yang baik dari kondisi yang ada sekarang

dengan cara mengatur lingkungan sosial dan fisiknya.

c. Hubungan dengan motivasi belajar

Motivasi dianggap prasyarat mutlak dalam belajar, namun dapat juga

dipandang sebagai kemauan biasa untuk memasuki situasi belajar karena

tidak perlu menunda belajar sampai ada motivasi yang tepat untuk

melakukanya. Winkel (1991: 150) mengemukakan bahwa motivasi belajar

adalah keseluruhan daya penggerak psikis dalam diri siswa yang

menimbulkan menjamin dalam kelangsungan dalam mengarahkan kegiatan

belajar demi mencapai suatu tujuan.

Motivasi disekolah dibedakan menjadi dua bentuk yaitu :

1. Motivasi Intrinsik

Siswa yang mempunyai motivasi intrinsik memulai dan melanjutkan

kegiatan belajar berdasarkan penghayatan suatu kebutuhan dan dorongan

yang mutlak berkaitan dengan kegiatan belajar itu. Siswa tersebut

meyakini bahwa keberhasilan belajar dan sukses dimasa depan dapat

dicapai hanya dengan sutu cara yaitu belajar yang giat. Kegiatan belajar

disertai minat dan perasaan senang, karena siswa menyadari bahwa belajar

bukan lagi kewajiban melainkan sudah menjadi kebutuhan pokok yang

harus terpenuhi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 31
digilib.uns.ac.id

2. Motivasi ekstrinsik

Siswa memiliki motivasi intrinsik memulai dan melanjutkan kegiatan

belajar berdasarkan penghayatan suatu kebutuhan dan dorongan yang tidak

secara mutlak berkaitan dengan kegiatan belajar sendiri. Yang termasuk

motivasi ekstrinsik antara lain : belajar demi memenuhi kewajiban, belajar

demi menghindari hukuman yang akan diberikan, belajar demi hadiah

yang dijanjikan, belajar demi meningkatkan gengsi social dan belajar demi

mendapatkan pujian orang lain.

Pada pinsipnya, motivasi intrinsik lebih baik karena terdapat

hubungan yang esensial antara kegiatan belajar dan kebutuhan yang akan

dipenuhi. Motivasi intrinsik juga akan bertahan lebih lama daripada motivasi

ektrinsik karena didasari oleh perasaan senang dan minat yang besar.

Motivasi berprestasi dapat dimasukan kedalam motivasi intrinsik.

Winkel (1996: 96) menyatakan bahwa motivasi berprestasi dalam rangka

belajar disekolah merupakan bentuk peningkatan dari motivasi intrinsik.

Dengan demikian, motivasi berprestasi merupakan motivasi tertinggi dalam

belajar dan bentuk peningkatan (intensifikasi) dari motivasi intrinsik

d. Komponen motivasi berprestasi

Menurut Winardi (2002: 91), didalam pengertian motivasi berprestasi

terkandung beberapa komponen antara lain :

1. Kebutuhan.

Kebutuhan dapat muncul bila terdapat ketidak seimbangan antara apa yang

dimiliki dan apa yang diharapkan. Mc. Clelland membagi kebutuhan


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 32
digilib.uns.ac.id

menjadi tiga kebutuhan mendasar, yaitu: kebutuhan akan kekuasaan,

kebutuhan untuk berafiliasi, kebutuhan untuk berprestasi,

a. Kebutuhan akan kekuasaan, yang tanpak pada perilaku untuk

mempengaruhi orang lain dan menyebabkan seseorang tidak atau

kurang memperhatikan perasaan orang lain.

b. Kebutuhan untuk berafiliasi, yang tercermin dalam situasi persahabatan

dengan orang lain dan mengarahkan tingkah laku untuk mengadakan

hubungan dengan orang lain.

c. Kebutuhan untuk berprestasi, dapat dilihat dari keberhasilan

menyelesaikan tugas-tugas yang dibebankan dan merupakan kebutuhan

untuk mencapai sukses yang diukur berdasarkan standar kesempurnaan

dalam diri seseorang.

2. Dorongan nafsu

Dorongan nafsu dibedakan menjadi empat macam, yaitu:

a. Vital, dorongan nafsu yang mengarah pada tercapainya nilai-nilai atau

tujuan yang penting dan berguna bagi seseorang.

b. Egois, adalah dorongan nafsu yang berdasarkan penghayatan akan

kepercayaan pada diri sendiri, menghargai diri, kemerdekaan batin dan

perasaan tanggung jawab dan berhasrat mempertinggi keakuan

sehingga tertuju pada perkembangan dan kesempurnaan diri.

c. Sosial, adalah dorongan nafsu yang menyatakan kebutuhan social,

perkumpulan, persahabantan, perkawinan, dan sebagainya yang

memungkinkan seseorang hidup bermasyarakat.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 33
digilib.uns.ac.id

d. Supra sosial adalah dorongan nafsu yang berdsarkan penghayatan

kepada Tuhan YME

3. Tujuan

Tujuan adalah sasaran akhir yang ingin dicapai oleh seseorang melalui

serangkaian proses yang telah dilaluinya. Tujuan yang hendak diwujudkan

dalam motivasi berprestasi adalah untuk mengejar kesuksesan dan

menghindari kegagalan.

e. Ciri-ciri motivasi berprestasi

Motivasi dalam diri siswa dapat diamati dari kecenderungan perilaku

yang tampak dalam aktivitas belajar. Winkel (1996: 85) menyebutkan

beberapa ciri siswa yang memiliki motivasi berprestasi antara lain :

1. Kecenderungan untuk menyelesaikan masalah yang menantang namun

tidak berada di atas taraf kemampuanya.

2. Keinginan untuk berusaha sendiri menemukan penyelesaian masalah tanpa

mengharapkan bantuan orang lain.

3. Tekat kuat untuk maju dan mencapai taraf keberhasilan yang lebih baik

dari yang telah dicapai sebelumnya.

4. Berorientasi ke masa depan, belajar di pandang sebagai jembatan untuk

menuju realisasi cita-cita.

5. Pemilihan teman kerja atas dasar kemampuanya untuk memecahkan

masalah, bukan berdasarkan atas simpati atau perasaan senang.

6. Keuletan dalam belajar meskipun menghadapi rintangan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 34
digilib.uns.ac.id

Dari berbagai pendapat para ahli diatas tentang pengertian dan

karakteristik siswa yang mempunyai motivasi berprestasi, maka yang menjadi

indikator dari motivasi berprestasi dalam penelitian ini adalah:

Tabel 2.1: Dimensi dan Indikator Motivasi Berprestasi


No Dimensi Indikator
1 Kebutuhan :
a. Akan kekuasaan 1) sikap egosentris
2) Keinginan bekerjasama dalam
b. Untuk berafiliasi
kelompok
3) Orientasi ke masa depan
c. Untuk berprestasi 4) Menyukai tantangan
5) Menginginkan umpan balik
6) Menyukai tugas yang sesuai dengan
tingkat kemampuan
2. Dorongan nafsu :
a. Nafsu vital 1) Kemauan
2) Kejujuran
3) Ketekunan
4) Keuletan
5) Rasa percaya diri
b. Nafsu egois 6) Kepuasan atau kebanggan diri
7) Kedisiplinan
8) Tanggung jawab
9) Keberanian
c. Nafsu Sosial 10) Kepedulian terhadap teman
d. Nafsu Supra Sosial 11) Kepercayaan Terhadap Tuhan YME
3. Tujuan 1) Mengejar kesuksesan
2) Menghindari kegagalan

B. Penelitian Yang Relevan

Penelitian-penelitian relavan yang terkait dengan penggunaan

model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT), Think Pair Share

(TPS) dan motivasi berprestasi adalah :

1. Penelitian Mirawati (2010) yang berjudul Eksperimentasi Model


commit to user
Pembelajaran Matematika dengan Model Pembelajaran Kooperatif Teams
perpustakaan.uns.ac.id 35
digilib.uns.ac.id

Games Tournament (TGT) pada materi pokok persamaan dan

pertidaksamaan kuadrat ditinjau dari kreativitas belajar peserta didik,

dengan hasil penelitian model pembelajaran TGT lebih baik dibanding

model konvensional. Perbedaan dengan penelitian ini adalah model yang

dibandingkan TGT dengan TPS.

2. Penelitian Henry Suryo Bintoro (2009), dengan judul Eksperimentasi

Pembelajaran Matematika Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Think Pair Share (TPS) Pada Pokok Bahasan Faktorisasi Suku Aljabar

Ditinju Dari Kreativitas Belajar Matematika, dengan hasil penelitian

model pembelajaran TPS lebih baik dibanding model konvensional.

Perbedaan dengan penelitian ini adalah model yang dibandingkan TGT

dengan TPS.

3. Penelitian Margono (2010), pengaruh komunikasi matematika dan

motivasi berprestasi terhadap hasil belajar matematika pada siswa SMA

Negeri wilayah tengah kabupaten Grobogan. Dengan hasil penelitian

terdapat pengaruh yang signifikan mengenai hasil belajar matematika yang

disebabkan oleh tingkat motivasi berprestasi siswa.

4. Penelitian oleh Fengfeng dan Grabowski (2007), dengan judul “Game

Playing For Math Learning”. Penelitian tersebut membandingkan tiga

model pembelajaran yaitu model kooperatif dengan disertai permainan

(dalam hal ini TGT), metode pembelajaran dengan disertai kompetisi

individu (interpersonal competitive), dan metode konvensional. Salah satu

hasil penelitian tersebut adalah metode kooperatif model TGT lebih baik
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 36
digilib.uns.ac.id

dibanding dengan metode konvensional. Perbedaan dengan penelitian ini

adalah model yang dibandingkan TGT dengan TPS.

5. Penelitian oleh Byers (2007), dengan judul “Playing to Learn”. Isi dari

penelitian tersebut adalah untuk mengetahui efek pemanfaatan permainan

(game) pada pembelajaran, dengan hasil penelitian bahwa siswa yang

diajar dengan pemanfaatan permainan (game) akan lebih mudah mengerti

dan memahami konsep matematika. Perbedaan dengan penelitian ini

adalah model yang dibandingkan TGT dengan TPS.

C. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir adalah arah untuk sampai pada pemberian jawaban

sementara atas masalah yang dirumuskan. Berdasarkan kajian teori yang

dikemukakan di atas maka dapat dikemukakan kerangka pemikiran dalam

penelitian ini bahwa keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar dapat

tercapai dilihat dari prestasi belajar siswa.

1. Pengaruh model pembelajaran TGT dengan model pembelajaran

TPS terhadap prestasi belajar

Model pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk

pembelajaran yang menganut pada filsafat konstruktivisme, yaitu siswa

secara aktif mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Siswa akan lebih

mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit dalam

pelajaran, jika mereka dapat saling mendiskusikan masalah tersebut

dengan temanya. TGT dan TPS keduanya merupakan tipe pembelajaran

kooperatif, tetapi pada TGT jumlah anggota kelompok diskusi yang terdiri
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 37
digilib.uns.ac.id

dari empat sampai lima siswa akan lebih efektif dibanding diskusi

kelompok dengan cara berpasangan pada model TPS.

Dengan demikian diharapkan bahwa penggunaan model

pembelajaran TGT dapat menghasilkan prestasi belajar matematika yang

lebih baik dari pada model pembelajaran TPS

2. Pengaruh motivasi berprestasi

Motivasi berfungsi sebagai pendorong usaha dalam pencapaian

prestasi. Seseorang melakukan suatu usaha karena adanya motivasi.

Adanya motivasi berprestasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan

hasil yang baik. Dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari

adanya motivasi berprestasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat

melahirkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi berprestasi seseorang

siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya.

Sehingga dapat dikatakan bahwa siswa yang memiliki motivasi berprestasi

yang tinggi akan menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik.

3. Pengaruh model pembelajaran (TGT dan TPS), terhadap prestasi

belajar dilihat dari masing-masing tingkatan motivasi berprestasi

Agar penanaman konsep matematika dapat dipahami dengan baik

oleh siswa, maka siswa harus dapat terlibat aktif dalam proses

pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan

keaktifan siswa adalah model TGT, karena berbeda dengan model TPS,

pada model TGT ditambahkan dimensi kegembiraan yang diperoleh dari

penggunaan permainan, sehingga baik siswa dengan motivasi berprestasi


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 38
digilib.uns.ac.id

tinggi, sedang maupun rendah akan terlibat lebih aktif dalam

pembelajaran. Oleh karena itu dapat diharapkan pada masing-masing

tingkat motivasi berprestasi, prestasi belajar siswa yang diajar dengan

model pembelajaran TGT akan lebih baik dari pada siswa yang diajar

dengan model pembelajaran TPS.

4. Pengaruh motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar dilihat dari

masing-masing model pembelajaran (TGT dan TPS).

Motivasi berprestasi merupakan bentuk peningkatan dari motivasi

intrinsik dan merupakan motivasi tertinggi dalam belajar, sehingga

diharapkan pada masing-masing model pembelajaran baik TGT maupun

TPS, siswa dengan motivasi berprestasi tinggi mempunyai prestasi belajar

matematika lebih baik dibandingkan siswa dengan motivasi berprestasi

sedang dan rendah, serta siswa dengan motivasi berprestasi sedang

mempunyai prestasi belajar matematika lebih baik dibanding siswa dengan

motivasi berprestasi rendah

Berdasarkan pemikiran diatas dapat digambarkan kerangka

pemikiran dalam penelitian ini sebagai berikut :

Model Pembelajaran Motivasi Berprestasi

Pretasi Belajar

Gambar 2: Paradigma Penelitian


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 39
digilib.uns.ac.id

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir diatas, dapat diajukan hipotesis

sebagai berikut :

1. Model pembelajaran kooperatif Teams Games Tournament (TGT) dapat

memberikan prestasi belajar yang lebih baik daripada model pembelajaran

kooperatif Think Pair Share (TPS) pada bab persamaan garis lurus dan

sistem persamaan linier dua variabel.

2. Siswa dengan motivasi berprestasi tinggi mempunyai prestasi belajar

matematika lebih baik dibandingkan siswa dengan motivasi berprestasi

sedang dan rendah, serta siswa dengan motivasi berprestasi sedang

mempunyai prestasi belajar matematika lebih baik dibanding siswa dengan

motivasi berprestasi rendah.

3. Pada masing-masing tingkat motivasi berprestasi (tinggi, sedang, rendah),

penggunaan model pembelajaran Kooperatif Teams Games Tournament

(TGT) memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik

dibandingkan dengan model kooperatif Think Pair Share (TPS).

4. Pada masing-masing model pembelajaran (Teams Games Tournament

(TGT) dan Think Pair Share (TPS)), siswa dengan motivasi berprestasi

tinggi mempunyai prestasi belajar matematika lebih baik dibandingkan

siswa dengan motivasi berprestasi sedang dan rendah, siswa dengan

motivasi berprestasi sedang mempunyai prestasi belajar matematika lebih

baik dibanding siswa dengan motivasi berprestasi rendah.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 40
digilib.uns.ac.id

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Pertama (SMP)

Negeri di Kabupaten Pacitan, pada siswa kelas VIII, semester ganjil tahun

pelajaran 2010/2011.

2. Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian selama 5 bulan, yaitu pada bulan Juli

sampai dengan Desember 2010.

B. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental semu. Alasan

digunakan penelitian eksperimental semu adalah peneliti tidak mungkin

mengontrol semua variabel yang relevan. Seperti dinyatakan oleh Budiyono

(2003: 82), “Tujuan eksperimental semu adalah untuk memperoleh informasi

yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan

eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk

mengontrol dan atau memanipulasi semua variabel yang relevan”.

Langkah dalam penelitian ini dengan cara mengusahakan timbulnya

variabel-variabel dan selanjutnya dikontrol untuk dilihat pengaruhnya

terhadap prestasi belajar matematika. Pada akhir eksperimen, kelompok

tersebut diukur dengan menggunakan alat ukur yang sama, yaitu soal-soal tes
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 41
digilib.uns.ac.id

hasil belajar bab persamaan garis lurus dan sistem persamaan linier dua

variabel. Hasil pengukuran tersebut dianalisis dan dibandingkan dengan tabel

uji stastistik yang digunakan.

1. Rancangan Penelitian

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancanga

faktorial 2x3 yang dapat digambarkan sebagai berikut :

Tabel 3.1 Desain Data Penelitian


B b1 b2 b3
A
a1 ab11 ab12 ab13

a2 ab21 ab22 ab23

Dengan :

A : Model Pembelajaran

a1 : Model pembelajaran Kooperatif Teams Games Tournament (TGT)

a2 : Model pembelajaran Kooperatif Think Pair Share (TPS)

B : Kategori motivasi berprestasi siswa

b1 : Kategori tinggi

b2 : Kategori sedang

b3 : Kategori rendah

2. Prosedur Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilakukan secara bertahap dengan urutan kegiatan yang

dilakukan adalah :

a. Melakukan perencanaan penelitian, yaitu menyiapkan draft proposal


commit to user
penelitian sebagai kerangka umum dari penelitian yang akan dilakukan.

41
perpustakaan.uns.ac.id 42
digilib.uns.ac.id

Hal lain yang dipersiapkan adalah bahan dan alat pembelajaran, meliputi:

soal tes kemampuan awal, silabus, RPP, Lembar Kerja Siswa, soal tes uji

coba instrumen, soal tes hasil belajar, lembar angket siswa, dan perangkat

penelitian lain yang dibutuhkan guna kelancaran pelaksanaan penelitian.

b. Menentukan sampel penelitian dengan cara stratified cluster random

sampling.

c. Melakukan uji keseimbangan terhadap kondisi/kemampuan awal pada

kelas eksperimen 1 dan eksperimen 2. Dengan memberikan sepuluh soal

pilihan ganda pada pokok bahasan sebelumnya (fungsi).

d. Memberikan perlakuan berupa pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran Kooperatif Teams Games Tournament (TGT) pada kelas

eksperimen 1, dan Model pembelajaran Kooperatif Think Pair Share

(TPS) pada kelas eksperimen 2.

C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Populasi

Encyclopedia of Educational Evaluation dalam Suharsimi

Arikunto (2007: 130) tertulis :“A population is a set (or Collection) of all

elements prossessing one or more attributes of interest” yang dapat

diartikan sebagai berikut : “Populasi adalah keseluruhan subyek yang akan

diteliti“. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas VIII SMP

Negeri di Kabupaten Pacitan pada semester ganjil tahun pelajaran

2010/2011.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 43
digilib.uns.ac.id

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak

mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena

keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan

sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari populasi

itu, kesimpulanya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu

sampel yang harus diambil harus representatif. (Sugiyono, 2008:81).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sampel merupakan

kelompok individu yang diamati dan digeneralisasikan terhadap populasi

penelitian sekaligus dapat meramalkan keadaan populasi.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara stratified

cluster random sampling, yaitu dengan cara pengelompokan sekolah

berdasarkan rangking dari nilai Ujian Akhir Nasional matematika tingkat

Kabupaten Pacitan menjadi 3 kelompok, kelompok bawah, tengah dan

atas. Kemudian diambil secara acak tiga sekolah yang akan dijadikan

sampel dengan masing-masing sekolah mewakili satu kelompok. (Data

selengkapnya di Lampiran 1).

Kemudian untuk menentukan kelas yang menjadi kelas

eksperimen, diambil dua kelas dengan cara mengundi dari kelas VIII pada

masing-masing sekolah tersebut. Undian tersebut dilaksanakan dalam satu

tahap dengan dua kali pengambilan. Nomor kelas yang keluar pertama
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 44
digilib.uns.ac.id

ditetapkan sebagai kelas untuk model pembelajaran TGT dan nomor kelas

yang keluar berikutnya ditetapkan sebagai kelas model pembelajaran TPS.

Sampel pada penelitian ini adalah siswa sebanyak 6 kelas,

diambil dari 3 sekolah yang mempunyai kategori berbeda, yaitu :

a. Kelas yang pembelajaranya menggunakan model Teams Games

Tournament (TGT) adalah kelas VIII D dari SMP Negeri 2 Pacitan,

kelas VIII A dari SMP Negeri 1 Pringkuku dan kelas VIII A dari SMP

Negeri 1 Donorojo.

b. Kelas yang pembelajaranya menggunakan model Think Pair Share

(TPS) adalah kelas VIII E dari SMP Negeri 2 Pacitan, kelas VIII B

dari SMP Negeri 1 Pringkuku dan kelas VIII B dari SMP Negeri 1

Donorojo.

Setelah terpilih dua kelompok eksperimen yaitu eksperimen satu

untuk kelas TGT dan eksperimen dua untuk kelas TPS, langkah

selanjutnya adalah melakukan uji keseimbangan terhadap sampel terpilih.

Hal ini dilakukan untuk mengetahui bahwa sampel memiliki kemampuan

awal yang sama. Adapun uji hipotesis untuk uji keseimbangan dan

prasyaratnya (normal dan homogen) dibahas pada Teknik Analisis Data.

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Identifikasi Variabel

Untuk keperluan pengumpulan data, dalam penelitian ini terdapat tiga

buah variabel. Variabel-variabel tersebut adalah:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 45
digilib.uns.ac.id

a. Variabel Bebas

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel bebas, yaitu:

1) Model Pembelajaran

a) Definisi operasional: Model dalam pembelajaran adalah suatu jalan,

cara atau kebijaksanaan yag ditempuh oleh guru dalam mengajar.

Model yang digunakan adalah model pembelajaran Kooperatif

Teams Games Tournament (TGT) dan model pembelajaran Kooperatif

Think Pair Share (TPS).

b) Indikator: Penggunaan model pembelajaran kooperatif Teams Games

Tournament (TGT) pada kelas eksperimen I dan model pembelajaran

kooperatif Think Pair Share (TPS) pada kelas eksperimen II.

c) Skala pengukuran : Skala nominal dengan dua nilai, yaitu model

pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) (a1) dan model

pembelajaran Kooperatif Think Pair Share (TPS) (a2).

d) Simbul (ai) dengan i = 1, 2.

2) Motivasi Berprestasi siswa

a) Definisi operasional :

Satu bentuk dorongan yang ada dalam diri siswa untuk meraih prestasi

dalam hal-hal tertentu, disertai dengan usaha yang keras agar

memperoleh hasil yang baik dari kondisi yang ada sekarang dengan

cara mengatur lingkungan sosial dan fisiknya.

b) Indikator: jumlah skor dari angket motivasi berprestasi siswa .

c) Skala pengukuran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 46
digilib.uns.ac.id

Skala interval yang ditransformasikan menjadi skala ordinal, dengan

tiga nilai, yaitu kategori tinggi, sedang, dan rendah.

d) Simbol : bj dengan j = 1, 2, 3.

b. Variabel terikat

Variabel terikat pada penelitian ini adalah nilai prestasi belajar matematika.

a) Definisi Operasional : Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh siswa

sebagai akibat dari aktivitas selama mengikuti kegiatan belajar mengajar.

b) Indikator : Nilai tes hasil belajar matematika bab persamaan garis lurus

dan sistem persamaan linier dua variabel diakhir pembelajaran.

c) Skala Pengukuran : Interval

d) Simbol : Y.

2. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, metode yang digunakan dalam pengambilan data adalah

sebagai berikut :

a. Metode Dokumentasi

Menurut Budiyono (2003: 47) bahwa “Metode dokumentasi adalah cara

pengumpulan data dengan melihatnya dalam dokumen-dokumen yang

ada”. Dalam penelitian ini, metode dokumentasi digunakan untuk

mengetahui rerata nilai ujian nasional dan identitas siswa.

b. Metode Tes

Metode tes dalam penelitian ini ada dua, yaitu :

1) Yang pertama digunakan untuk menegetahui kemampuan awal

siswa dari kelas eksperimen 1 dan 2 apakah seimbang. Tes yang


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 47
digilib.uns.ac.id

digunakan berupa tes obyektif berbentuk pilihan ganda. Tes

diberikan sebelum dilakukan penelitian.

2) Yang kedua digunakan untuk mengumpulkan data mengenai

prestasi belajar siswa. Tes yang digunakan berupa tes obyektif

berbentuk pilihan ganda. Tes diberikan di akhir pembelajaran.

Sebelum digunakan untuk mengambil data hasil belajar,

instrumen tersebut diuji terlebih dahulu dengan uji validitas,

reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran untuk

mengetahui kualitas item soal.

c. Metode Angket

Menurut Budiyono (2003: 47), metode angket adalah cara

mengumpulkan data melalui pengajuan pertanyaan-pertanyaan tertulis kepada

subjek penelitian, responden, atau sumber data dan jawabanya diberikan pula

secara tertulis. Dalam penelitian ini angket yang dimaksud adalah angket

tentang motivasi berprestasi siswa. Angket berupa soal pilihan ganda

sebanyak 30 item, dengan alternative lima pilihan jawaban. Pemberian skor

menggunakan skala Likkert, untuk item positif jika menjawab A diberi skor

5, B diberi skor 4, C diberi skor 3, D diberi skor 2 dan E diberi skor 1.

Adapun untuk item negatif jika menjawab A diberi skor 1, B diberi skor 2, C

diberi skor 3, D diberi skor 4 dan E diberi skor 5.

3. Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes dan

angket. Sebelum tes dan angket dibuat, terlebih dahulu dibuat kisi-kisi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 48
digilib.uns.ac.id

Setelah soal dan angket disusun dalam format yang rapi beserta petunjuk

pengisian, langkah selanjutnya diujicobakan kepada responden. Menurut

Budiyono (2003: 55), tujuan uji coba adalah untuk melihat apakah instrumen

yang telah disusun benar-benar valid dan benar-benar realibel atau tidak.

Setelah ujicoba selesai kemudian dilakukan analisis terhadap instrumen tes

dan angket. Adapun analisisnya sebagai berikut:

a. Analisis Instrumen Tes

Untuk instrumen tes prestasi belajar matematika, metode tes yang

digunakan adalah tes pilihan ganda, sebelum tes digunakan terlebih dahulu

diadakan uji coba untuk mengetahui validitas, reliabilitas, daya beda dan

tingkat kesukaran instrumen tersebut. Pada penelitian ini jumlah soal yang

diuji cobakan sebanyak 40 butir soal. Adapun langkah-langkahnya adalah

sebagai berikut:

1) Uji Validitas

Tes hasil belajar diberikan untuk mengetahui apakah hasil belajar yang

ditunjukkan secara individual juga menyatakan keseluruhan (universe)

situasi, maka uji validitas yang dilakukan pada metode tes ini adalah uji

validitas isi dengan langkah-langkah seperti yang dikemukakan Croker

dan Algina dalam Budiyono (2003: 60) sebagai berikut :

a) Mendefinisikan domain kerja yang akan diukur (pada tes hasil belajar

dapat berupa serangkaian tujuan pembelajaran atau pokok-pokok

bahasan yang diwujudkan dalam kisi-kisi)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 49
digilib.uns.ac.id

b) Membentuk sebuah panel yang ahli (qualified) dalam domain-domain

tersebut.

c) Menyediakan kerangka terstruktur untuk proses pencocokan butir-butir

soal dengan domain performans yang terkait.

d) Mengumpulkan data dan menyimpulkan berdasar data yang diperoleh

dari proses pencocokan pada langkah diatas.

Berdasarkan pendapat tersebut, dalam penelitian ini dilakukan prosedur

penyusunan tes sebagai berikut:

a) Menentukan kompetensi dasar dan indikator yang akan diukur sesuai

dengan materi yang diajarkan berdasarkan kurikulum yang berlaku.

b) Menyusun kisi-kisi soal berdasarkan kompetensi dasar dan indikator

yang dipilih.

c) Menyusun butir-butir soal tes berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat.

d) Melakukan penilaian terhadap butir-butir soal tes oleh tim dari

MGMP Matematika Kabupaten Pacitan. Tes dikatakan valid jika Tim

MGMP menyatakan bahwa soal memenuhi kompetensi dasar dan

indikator yang akan diukur.

2) Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjukan kepada keajegan hasil pengukuran tes, yang

digunakan dalam penelitian ini adalah tes pilihan ganda dengan jawaban

benar diberi skor 1 dan setiap jawaban salah diberi skor 0. Untuk

menghitung reliabilitas instrumen tes digunakan rumus yang dikemukakan

oleh Kuder dan Richardson K-R 20, sebagai berikut :


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 50
digilib.uns.ac.id

켸 Ǵƅ ∑ ㊨ Ῐ㊨
翐úú
켸 1 Ǵƅ

(Budiyono, 2003: 69)

dengan :

翐úú : indeks reliabilitas instrumen

켸 : cacah butir instrumen

㊨ : proporsi cacah subyek yang menjawab benar pada butir ke-i

Ῐ㊨ : 1- pi, i = 1,2,…,n

Ǵƅ : variansi total

Dalam penelitian ini tes disebut reliabel apabila indeks reliabilitas yang

diperoleh telah melebihi 0,70 (r11> 0,70).

3) Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan butir soal untuk

membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang kurang. Untuk

mengetahui daya beda suatu butir soal digunakan rumus korelasi momen

produk Karl Pearson yaitu :

∑ ∑ ∑
翐䊀)
∑ ∑ ∑ ∑

Dengan:

翐䊀) : indeks daya beda untuk butir soal ke-i.

: Skor untuk butir ke-i

: Skor total (dari subyek uji coba)

: Cacah subyek
commit to user
Pada penelitian ini butir soal dianggap baik jika daya beda rxy > 0,3.
perpustakaan.uns.ac.id 51
digilib.uns.ac.id

4) Tingkat Kesukaran

Butir soal yang baik jika mempunyai tingkat kesukaran memadai,

yaitu tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Untuk menentukan tingkat

kesukaran tiap-tiap butir soal digunakan rumus :

B
P=
Js

dengan :

P : indeks kesukaran

B : banyak peserta tes yang menjawab benar

Js : jumlah seluruh peserta tes

(Suharsimi Arikunto, 2005: 203)

Pada penelitian ini butir soal dianggap baik jika nilai indeks P adalah 0,30

≤ P < 0,70.

b. Analisis Instrumen Angket

Selanjutnya instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa

angket motivasi berprestasi siswa, untuk memperoleh data tentang motivasi

berprestasi siswa tinggi, sedang atau rendah. Sebelum angket digunakan

terlebih dahulu diadakan uji coba untuk mengetahui validitas isi, konsistensi

internal, dan reliabilitas instrumen angket tersebut.

1) Validitas isi

Budiyono (2003;59) mengatakan bahwa “Untuk menilai apakah

suatu instrumen angket mempunyai validitas yang tinggi, biasanya

dilakukan melalui “expert judgment”. Jadi untuk menilai apakah angket


commit to user
valid atau tidak penilaian dilakukan oleh pakar. Dalam penelitian ini pakar
perpustakaan.uns.ac.id 52
digilib.uns.ac.id

yang menilai validitas angket adalah instruktur MGMP Bimbingan

Konseling Kabupaten Pacitan.

2) Konsistensi Internal

Menurut Budiyono (2003: 64) konsistensi internal pada angket

menunjuknan adanya korelasi positif antara skor masing-masing butir

angket, butir-butir tersebut mengukur hal yang sama dan menunjukkan

kecenderungan yang sama pula. Untuk menghitung konsistensi internal

yang digunakan rumus korelasi momen produk dari Karl Pearson sebagai

berikut :

켸∑ ∑ ∑
o
켸∑ ∑ 켸∑ ∑

Dengan:

o : indeks konsistensi internal untuk butir soal ke-i.

: Skor untuk butir ke-i (dari subjek uji coba)

: Skor total (dari subyek uji coba)

켸 : Cacah subyek yang dikenai tes instrumen

3) Reliabilitas Instrumen

Digunakan untuk mengetahui bahwa pengukuran angket dapat

memberikan hasil relatif tidak berbeda bila dilakukan kembali kepada

subyek yang sama. Untuk uji reliabilitas angket yang menggunakan

skor 1-5, digunakan rumus Cronbach Alpha, sebagai berikut :

켸 ∑ Ǵ㊨
翐úú 1
켸 1 Ǵƅ
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 53
digilib.uns.ac.id

dengan :

翐úú : indeks reliabilitas instrumen

켸 : banyaknya butir pertanyaan

Ǵ㊨ : variansi butir ke-i

Ǵƅ : variansi total yang diperoleh subjek uji coba

Dalam penelitian ini angket disebut reliabel apabila indeks reliabilitas yang

diperoleh telah melebihi 0,70 (r11≥0,70).

E. Teknik Analisis Data

Analisis data penelitian ini menggunakan anava dua jalan 2 x 3

dengan sel tak sama. Kedua faktor yang digunakan untuk menguji signifikasi

perbedaan efek baris, efek kolom dan kombinasi efek baris dan kolom

terhadap prestasi belajar adalah faktor A (model pembelajaran) dan faktor B

(motivasi berprestasi). Teknik analisis data ini digunakan untuk menguji

keempat hipotesis yang telah diajukan di muka

1. Uji Prasyarat

Sebelum melakukan uji keseimbangan dengan menggunakan uji-t dan

sebelum melakukan uji hipotesis penelitian, data yang digunakan harus

normal dan homogen, adapun hipotesis untuk uji normalitas dan

homogenitas tersebut sebagai berikut :

a. Uji Normalitas

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah sampel penelitian ini

dari populasi distribusi normal atau tidak. Untuk menguji normalitas ini

digunakan Uji Lilliefors dengan


commitprosedur
to user :
perpustakaan.uns.ac.id 54
digilib.uns.ac.id

1) Hipotesis

Ho : sampel berasal dari populasi yang berditribusi normal

H1 : sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi

normal.

2) Statistik Uji

瀈ĖƼǴ | ㊨ ㊨ |

Dengan :

F(zi) = P(Z ≤ zi) ; Z ~ N(0,1)

㊨ = skor standar

㊨ , Ǵ = standar deviasi
s

㊨ = proporsi cacah ≤ zi terhadap seluruh cacah z

㊨ = skor item

3) Taraf Signifikansi α = 0,05

4) Daerah Kritik (DK)

DK = { L │ L > n} L
α:

5) Keputusan Uji

Ho ditolak jika L terletak didaerah kritik

6) Kesimpulan

a) Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal jika Ho

diterima

b) Sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal jika

Ho ditolak

commit to user (Budiyono, 2009: 170-17)


perpustakaan.uns.ac.id 55
digilib.uns.ac.id

b. Uji Homogenitas Penelitian

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah populasi penelitian

mempunyai variansi yang homogen atau tidak. Untuk menguji

homogenitas ini digunakan metode Bartlett dengan statistik uji Chi

Kuadrat dengan prosedur sebagai berikut :

1) Hipotesis

Ho : σ12 = σ22 = …= σk2 (variansi populasi homogen)

k = 2 untuk model pembelajaran

k = 3 untuk motivasi berprestasi

H1 : tidak semua variansi sama (variansi populasi tidak

homogen)

2) Statistik Uji yang digunakan :

2,
log 斨og log Ǵ
ú

dengan :

~ Ƽ 1

1 1 1
1
Ƽ 1

∑ ∑
斨og ;

dengan :

k : banyaknya populasi

k = 2 untuk model pembelajaran


commit to user
k = 3 untuk motivasi berprestasi
perpustakaan.uns.ac.id 56
digilib.uns.ac.id

: derajad kebebasan RKG = N – K

N : cacah semua pengukuran

: derajad kebebasan untuk sj : nj – 1

j : 1,2,…,k

nj : cacah pengukuran pada sampel ke


ke-j

3) Taraf Signifikansi : α = 0,05


2 2 2
4) Daerah Kritik (DK)
(DK), DK = { │ > α:k-1 }

5) Keputusan Uji
2
HO ditolak jika hitung terletak di daerah kritik

6) Kesimpulan

Populasi-populasi
populasi homogen jika Ho diterima,

Populasi-populasi
populasi tidak homogen jika Ho ditolak

(Budiyono, 2009: 175-177)


175

2. Uji Keseimbangan

Uji keseimbangan dilakukan untuk menguji kesamaan dua rerata

data kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2. Statistik uji yang digunakan

adalah uji-tt dengan langkah


langkah-langkah sebagai berikut :

a. Hipotesis

Ho: µ1 = µ2 (kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 mempunyai

rerata yang sama atau seimbang)

H1: µ1 ≠ µ2 (kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 mempunyai

rerata yang berbeda)

b. Tingkat signifikansi : αcommit


= 0,05 to user
perpustakaan.uns.ac.id 57
digilib.uns.ac.id

c. Statistik uji yang digunakan

ú
䵀 ~ 䵀 켸ú 켸 2
1 1
Ǵ 켸ú 켸

dengan :

ú : rerata dari sampel keleompok eksperimen 1

: rerata dari sampel kelompok eksperimen 2

켸ú : jumlah sampel kelas eksperimen 1

켸 : jumlah sampel kelas eksperimen 2

d0 : selisih rerata

ú s ú s
Ǵ : variansi gabungan, dengan Ǵ

Ǵú :variansi kelas eksperimen 1

Ǵ :variansi kelas eksperimen 2

d. Daerah kritik

DK = {t │t < - 䵀 ; atau 䵀 䵀 ; }

e. Keputusan uji

§ H0 diterima jika - 䵀 ; ≤ t≤
obs 䵀 ;

§ H0 ditolak jika tobs < - 䵀 ; atau 䵀ࣀbs 䵀 ;

f. Kesimpulan

Kelas eksperimen 1 dan 2 mempunyai rerata yang sama atau seimbang

jika H0 diterima dan kelas eksperimen 1 dan 2 mempunyai rerata yang

berbeda jika H0 ditolak.


commit to user
(Budiyono, 2009:15)
perpustakaan.uns.ac.id 58
digilib.uns.ac.id

3. Uji Hipotesis Penelitian

Untuk pengujian hipotesis menggunakan analisis variansi dengan

dua jalan dengan sel tak sama. Asumsi bagi analisis variansi dua jalan adalah

sebagai berikut:

1) Model

㊨ ㊨ ㊨ ㊨

dengan :

㊨ = data amatan ke-k pada baris ke-i kolom ke-j.

= rerata dari seluruh data amatan (rerata besar).

ai = efek baris ke-i pada variabel terikatnya.

bj = efek kolom ke-j pada variabel terikat.

(ab )ij = kombinasi efek baris ke-i dan kolom ke-j pada variabel terikat.

eijk = galat yang berdistribusi normal dengan rerata 0

i = 1, 2 dengan :

1 = model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)

2 = model pembelajaran Think Pair Share (TPS).

j = 1, 2, 3,dengan:

1 = kategori tinggi

2 = kategori sedang

3 = kategori rendah

k = 1, 2, …, nij ; nij = cacah data amatan pada sel ij

(Budiyono, 2009: 207-208)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 59
digilib.uns.ac.id

2) Prosedur

a) Hipotesis

H0A : ai = 0, untuk setiap i = 1, 2 (tidak ada perbedaan efek antar

baris terhadap variabel terikat).

H1A : paling sedikit ada satu ai yang tidak nol (ada perbedaan

efek antar baris terhadap variabel terikat).

H0B : bj = 0, untuk setiap j = 1, 2, 3, (tidak ada perbedaan efek

antar kolom terhadap variabel terikat).

H1B : untuk paling sedikit ada satu bj yang tidak nol (ada

perbedaan efek antar kolom terhadap variabel terikat).

H0AB : (ab)ij = 0 untuk semua uji (tidak ada interaksi antara baris

dan kolom terhadap variabel terikat).

H1AB : untuk paling sedikit ada satu (ab)ij yang tidak nol. Ada

interaksi antara baris dan kolom terhadap variabel terikat).

b) Taraf signifikansi α = 0,05

c) Komputasi

(1) Pada analisis dua jalan dengan sel tak sama, didefinisikan

notasi-notasi sebagai berikut :

nij = ukuran sel ij (sel pada baris ke-i kolom ke-j)

= banyaknya data amatan pada sel ij

= frekuensi sel ij

nh = rerata harmonik frekuensi seluruh sel


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 60
digilib.uns.ac.id

pq
nh =
1
åij n
ij

N = ån
i, j
ij = banyaknya seluruh data amatan

2
æ ö
ç å X ijk ÷
SSij = åX 2
ijk -è k ø
k n ijk

= jumlah kuadrat deviasi data amatan pada sel ij

p = banyaknya baris

q = banyaknya kolom

AB ij = rerata pada sel ij

Ai = å AB
j
ij
= jumlah rerata pada baris ke-i

Bj = å AB
i
ij = jumlah rerata pada kolom ke-j

G = å AB
ij
ij
= jumlah rerata pada semua sel.

Ada lima komponen yang berturut-turut dikembangkan dengan

(1), (2), (3), (4), (5) yang dirumuskan sebagai berikut :

2
G2 A
(1) = (3) = å SS ij (4) = å i
pq i, j i q

B2 j
(2) = å
j P
(5) = å AB
ij
2
ij

(2) Jumlah kuadrat

JKA = n h {(3) – (1)}


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 61
digilib.uns.ac.id

JKB = n h {(4) – (1)}

JKAB = n h {(1) + (5) – (3) – (4)}

JKG = (2)

JKT = JKA+ JKB + JKAB + JKG

Dengan :

JKA : jumlah kuadrat baris

JKB : jumlah kuadrat kolom

JKAB : jumlah kuadrat interaksi antara baris dan kolom

JKG : jumlah kuadrat galat

JKT : jumlah kuadrat total

(3) Derajat kebebasan

dkA = p–1

dkB = q–1

dkAB = (p – 1) (q – 1) = pq – p – q + 1

dkG = N – pq

dkT = N–1

(4) Rerata kuadrat

JKA JKAB
RKA = RKAB =
dkA dkAB

JKB JKG
RKB = RKG =
dkB dkG

d) Relasi dan fungsi uji

RKA RKB RKAB


Fa = ; Fb = ; Fab =
RKG RKG RKG
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 62
digilib.uns.ac.id

e) Daerah kritik

§ Daerah kritik untuk Fa adalah DK = {F|F > Fa ; p – 1 , N – pq}

§ Daerah kritik untuk Fb adalah DK = {F|F > Fa ; q – 1 , N – pq}

§ Daerah kritik untuk Fab adalah DK = {F|F > Fa ; (p – 1) (q – 1) , N – pq}

f) Keputusan uji

H0 ditolak apabila F hitung terletak didaerah kritik

(Budiyono, 2009 : 229 – 231)

g) Rangkuman Analisis

Tabel 3.2 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan


Sumber JK dk RK Fobs Fa P

Baris (A) JKA p-1 RKA Fa F* <a atau >a

Kolom (B) JKB q-1 RKB Fb F* <a atau >a

Interaksi (AB) JKAB (p-1) (q-1) RKAB Fab F* <a atau >a

Galat (G) JKG N-pq RKG - - -

Total JKT N-1 - - - -

Dengan :

P = probabilitas amatan

F* = nilai F yang diperoleh dari tabel

(Budiyono, 2009: 239)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 63
digilib.uns.ac.id

4. Uji Lanjut Anava

Apabila H0 ditolak maka perlu dilakukan uji lanjut anava. Untuk uji

digunakan metode Scheffe.

Langkah-langkah dalam menggunakan metode Scheffe sebagai berikut:

1) Mengidentifikasi semua pasangan komparasi rerata

2) Merumuskan hipotesis yang bersesuaian dengan komparasi tersebut.

3) Menentukan taraf signifikansi α= 0,05

4) Mencari harga statistik uji F dengan rumus sebagai berikut :

a) Komparasi rerata antar baris tidak perlu karena hanya terdapat dua

metode pembelajaran.

b) Komparasi rerata antara kolom

.㊨ .
.㊨ .
1 1
斨og 켸
.㊨ 켸.

dengan :

.㊨ . = nilai Fobs pada perbandingan kolom ke-i dan kolom

ke-j

.㊨ = rerata pada baris ke-i

. = rerata padar baris ke-j

RKG = rerata kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan

analisis variansi

n.i = ukuran sampel kolom ke-i

n.j = ukuran sampel kolom ke-j


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 64
digilib.uns.ac.id

Sedangkan daerah kritik untuk uji ini adalah :

DK = { F|F > (q-1) Fa ; q-1, N-pq}

c) Komparasi Rerata Antar Sel pada Kolom yang Sama

Uji Scheffe untuk komparasi rerata antar sel pada kolom yang sama

adalah :

Fij - kj =
(X ij - X kj )
2

é1 1 ù
RKG ê + ú
ëê nij nkj úû

Dengan :

Fij-kj = nilai Fobs pada perbandingan rerata pada sel ij dan rerata

pada sel kj

X ij = rerata pada sel ke-ij

X kj = rerata pada sel ke-kj

RKG = rerata kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan

analisis variansi

nij = ukuran sel ke-ij

nkj = ukuran sel ke-kj

DK = {F|F > (pq-1) Fa ;(pq -1 , N-pq)}

d) Komparasi Rerata Antar Sel pada Baris yang sama.

Uji Scheffe untuk komparasi rerata antar sel pada baris yang sama

adalah:

㊨ ㊨
㊨ ㊨
1 1
斨og 켸
commit to user ㊨ 켸㊨
perpustakaan.uns.ac.id 65
digilib.uns.ac.id

Sedangkan daerah kritik untuk uji ini adalah:

DK = {F|F > (pq-1) Fa ;(pq -1 , N-pq)}

5) Menentukan keputusan uji untuk masing-masing komparasi ganda.

6) Menetukan kesimpulan dari keputusan uji yang sudah ada.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 66
digilib.uns.ac.id

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Pada bab ini dilaporkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada Bulan

September sampai Desember 2010 di SMP Negeri Kabupaten Pacitan. Hasil

penelitian mencakup uji keseimbangan, hasil uji coba instrumen, deskripsi data

penelitian, prasyarat analisis, teknik analisis data, dan pembahasan hasil

penelitian.

A. Uji keseimbangan antara kelompok TGT dan TPS

Sebelum melakukan tindakan untuk penelitian perlu dilakukan uji

keseimbangan rata-rata terhadap sampel-sampel yang terpilih. Data

kemampuan awal yang digunakan untuk uji keseimbangan pada penelitian ini

didapat dengan memberikan sepuluh soal pilihan ganda pada sampel yang

terpilih. Soal tersebut diambil dari buku matematika kelas delapan karangan

Dewi Nuharini dan Tri Wahyuni (2008:54-56) yang diterbitkan BSE (Buku

Sekolah Elektronik) sehingga validitas, tinggkat kesukaran, daya beda dan

reabilitasnya sudah teruji sebelumnya. Selanjutnya data tersebut diuji

normalitas dan homogenitas sebagai prasyarat uji keseimbangan dengan uji-t.

Harga statistik uji untuk uji normalitas disajikan dalam Tabel 4.1 berikut :

Tabel 4.1: Nilai Statistik Uji dan Nilai Tabel Uji Normalitas Awal
Sumber Lobs Ltabel Kep. Uji Kesimpulan
Kelompok TGT 0,0844 0,0895 H0 Normal
Kelompok TPS 0,0832 0,0895 diterima
H0 Normal
diterima

commit to user

66
perpustakaan.uns.ac.id 67
digilib.uns.ac.id

Pada Tabel 4.1 di atas terlihat bahwa pada kelompok TGT dan TPS

mempunyai harga Lobs yang tidak melebihi Ltabel ,sehingga diperoleh

keputusan uji yang menyatakan H0 diterima yang berarti bahwa sampel

berasal dari populasi yang berdistribusi normal (Perhitungan selengkapnya

terdapat pada Lampiran 2 dan 3). Adapun harga statistik uji homogenitas

disajikan dalam Tabel 4.2 berikut :

Tabel 4.2 : Nilai Statistik Uji dan Nilai Tabel Uji Homogenitas Awal
Sumber ࣀbs ƅabel Keputusan Kesimpulan
Model pembelajaran 0,079 3,841 H0 diterima Homogen

Pada Tabel 4.2 di atas tampak bahwa uji homogentias pada model

pembelajaran mempunyai harga ࣀbs yang tidak melebihi ƅabel sehingga H0

diterima yang berarti sampel berasal dari populasi yang homogen (Perhitungan

selengkapnya terdapat pada Lampiran 4).

Setelah prasyarat uji-t terpenuhi, selanjutnya dilakukan uji

keseimbangan. Tujuan dilakukan uji keseimbangan adalah agar hasil

eksperimen benar-benar akibat dari perlakuan yang dibuat dan bukan karena

hal yang lain. Uji keseimbangan dilakukan dengan menggunakan uji-t dan

diperoleh hasil, tobs = -0,337 dan t0,025;194 = 1,960, Karena

o 䵀|䵀 1,96 Ė䵀Ėu 䵀 1,96 , maka H0 diterima. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa populasi untuk kelompok kelas TGT dan TPS

mempunyai kemampuan yang sama (Perhitungan selengkapnya uji

keseimbangan rata-rata disajikan pada Lampiran 5).


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 68
digilib.uns.ac.id

B. Hasil Uji Coba Instrumen

1. Angket Motivasi Berprestasi

a. Uji Validitas Angket

Untuk melihat apakah instrumen angket yang digunakan

mempunyai validitas isi yang tinggi, penulis mengkonsultasikan pada

validator (expert judgement). Uji validitas angket ini dilakukan oleh 3

(tiga) orang guru yaitu: Bariyah, S.Pd, Juliati, S.Pd, Tutik Wartiningsih,

S.Pd. Berdasarkan penilaian yang dilakukan oleh tiga validator tersebut,

diperoleh hasil bahwa semua butir angket layak sehingga semua butir

angket dapat digunakan pada sampel penelitian (Data selengkapnya

dapat dilihat pada Lampiran 16).

b. Uji Konsistensi Internal

Hasil uji coba angket motivasi berprestasi menunjukkan

bahwa dari 40 butir angket uji coba terdapat 5 butir soal yang harus

dibuang karena tidak memenuhi indeks konsistensi internal (minimal

0,30) yaitu butir nomor 2, 7, 11, 34 dan 40 (Lampiran 17), sehingga

selain butir angket tersebut dapat digunakan pada sampel penelitian.

Karena dalam penelitian ini hanya akan diambil tiga puluh butir soal

angket saja maka dengan mempertimbangkan pemerataan indikator

soal angket nomor 14, 18, 21, 25 dan 33 juga diputuskan tidak dipakai.

Berikut ini Tabel 4.3 yang menunjukan indikator angket motivasi

berprestasi dan nomor soalnya.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 69
digilib.uns.ac.id

Tabel 4.3: Indikator Angket Motivasi Berprestasi dan Nomor Item Angket
Nomor Nomor
Indikator Item Indikator Item
+ - + -
Sikap egosentris 4 30 Rasa percaya diri 6 23
Keinginan bekerjasama Kepuasan atau 15 38
7 28
dalam kelompok kebanggan diri
Orientasi ke masa Kedisiplinan 8 39
10 32
depan
Menyukai tantangan 1 25 Tanggung jawab 9 35
Menginginkan umpan Kepedulian terhadap 11 31
20 33
balik teman 40
Menyukai tugas yang Keberanian 14 27
sesuai dengan tingkat 13 24
kemampuan
Keimanan dan 17 34
Kemauan 3 22 ketakwaan tehadap
Tuhan YME
Kejujuran 2 37 Mengejar kesuksesan 16 36
12, Menghindari kegagalan 18 29
Ketekunan 21
19
Keuletan 5 26
Keterangan : Nomor soal dengan huruf tebal adalah soal yang tidak dipakai

Pada Tabel 4.3 di atas terlihat bahwa butir angket dapat mewakili semua

indikator (Data selengkapnya terdapat pada Lampiran 12)

c. Uji Reliabilitas

Hasil uji coba 40 butir instrumen angket motivasi berprestasi

terhadap 196 responden menunjukkan bahwa besar koefisien reliabilitasnya

adalah 0,83. Dengan batas minimal reliabilitas adalah 0,70 maka angket

dapat digunakan pada sampel penelitian (Data selengkapnya dapat dilihat

pada Lampiran 17).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 70
digilib.uns.ac.id

2. Tes Prestasi Belajar Matematika

a. Uji Validitas Tes

Untuk melihat apakah instrumen tes yang digunakan mempunyai

validitas isi yang tinggi, penulis mengkonsultasikan pada validator (expert

judgement). Uji validitas angket ini dilakukan oleh 3 (tiga) orang guru

yaitu: Wardono, S.Pd, Prabowo, S.Pd dan Siti Muawwanah, S. Pd.

Berdasarkan penilaian yang dilakukan oleh tiga validator tersebut,

diperoleh hasil bahwa semua butir tes layak sehingga dapat disimpulkan

bahwa semua butir tes dapat digunakan pada sampel penelitian (Data

selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 14).

b. Uji Daya Beda

Berdasarkan hasil perhitungan daya pembeda diperoleh bahwa 6

butir soal mempunyai indeks daya pembeda kurang dari 0,30 yaitu butir

soal nomor 1, 17, 20, 21, 24, dan 34, (Perhitungan daya pembeda

selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 15.)

c. Uji Tingkat Kesukaran

Berdasarkan hasil perhitungan tingkat kesukaran diperoleh bahwa

terdapat 4 butir soal mempunyai indeks tingkat kesukaran yang tidak

memenuhi syarat, yaitu butir soal nomor 1, 21, 24 dan 34, karena indek

kesukaranya kurang dari 0,30 dan lebih dari 0,70. (Perhitungan tingkat

kesukaran selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 15).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 71
digilib.uns.ac.id

Berdasarkan daya pembeda dan indek kesukaran diputuskan 6

butir soal tidak dipakai, yaitu butir soal nomor : 1, 17, 20 21, 24, dan 34.

Karena dalam penelitian ini hanya akan diambil tiga puluh butir soal tes

saja maka dengan mempertimbangkan pemerataan indikator soal nomor 5,

15, 25 dan 26 juga diputuskan tidak dipakai. Berikut ini Tabel 4.4 yang

menunjukan indikator butir soal tes prestasi belajar dan nomor soalnya.

Tabel 4.4 : Indikator Soal Prestasi Belajar dan Nomor Soal Tes
Indikator Nomor Indikator Nomor
Soal Soal
Mengenal persamaan garis 2,6, 13, Menentukan 17,19
lurus dalam berbagai bentuk 15 persamaan garis jika
dan variabel diketahui koordinat
dua titik pada garis
Menentukan gradien suatu 3,5,7,8, Menyebutkan 22, 23,
garis 9 perbedaan PLDV dan 25,
SPLDV 33, 38
Menentukanpersamaan garis 1,10, Menentukan akar 21, 24,
jika diketahui gradien dan 12,18 SPLDV dengan 30,32,3
koordinat suatu titik pada metode grafik, 5
garis tersebut subtitusi, dan 36, 37
eliminasi
Menentukan persamaan garis 14, 20, Membuat model 28, 29,
yang sejajar dengan garis l 11 matematika dari 31
dan melalui titik P(x,y) masalah yang
berkaitan dengan
system persamaan
linear dua variabel
(SPLDV)
Menentukan persamaan garis 4,16 Menyelesaikan 26, 27,
yang tegak lurus dengan l model matematika 34,
dan melalui titik P(x,y) dari masalah yang 38, 39,
berkaitan dengan 40
sistem persamaan
linear dua variabel,
dan penafsirannya.
Keterangan : nomor soal dengan huruf tebal adalah nomor soal yang tidak
dipakai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 72
digilib.uns.ac.id

Pada Tabel 4.4 di atas terlihat bahwa butir soal dapat mewakili semua

indikator (Data selengkapnya terdapat pada Lampiran 10).

d. Uji Reabilitas

Hasil uji reliabilitas 40 butir tes prestasi belajar matematika

menunjukkan bahwa besar koefisien reliabilitasnya adalah 0,88. Dengan

batas minimal reliabilitas adalah 0,70 maka tes dapat digunakan pada

sampel penelitian (Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 15).

C. Deskripsi Data Penelitian

1. Data prestasi belajar siswa

Data prestasi belajar untuk kelompok kelas TGT dapat dilihat pada

Lampiran 20 Berdasarkan data penelitian yang dikumpulkan diketahui bahwa

prestasi belajar tertinggi pada kelas TGT adalah 90 dan terendah adalah 30

sehingga rentang nilainya 60. Rerata 61,94, median 63,33, modus 50 dan

simpangan bakunya 14,26

Sedangkan data prestasi belajar untuk kelompok kelas TPS dapat

diihat pada Lampiran 21 Berdasarkan data penelitian yang dikumpulkan

diketahui bahwa prestasi belajar tertinggi pada kelas TPS adalah 86,67 dan

terendah adalah 33,33 sehingga rentang nilainya 53,34. Rerata 55,88 median

56,67 modus 63,33 dan simpangan bakunya 13,79

2. Data motivasi berprestasi

Data motivasi berprestasi siswa diperoleh dari angket motivasi

berprestasi terhadap responden yang terpilih secara acak sebagai sampel.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 73
digilib.uns.ac.id

Jumlah soal angket sebanyak 30 soal dengan 15 nomor item positif dan 15

nomor item negatif dan rentang nilai untuk masing-masing pilihan jawaban 1

sampai dengan 5. Hasil angket tersebut secara keseluruhan ditampilkan pada

Lampiran 25 dan 26. Namun ringkasanya tanpak pada Tabel 4.5 berikut:

Tabel 4.5: Deskripsi Skor Motivasi Berprestasi


MODEL TGT MODEL TPS

SKOR TERENDAH 54 63

MEDIAN 94 91

MODUS 88 60

SKOR TERTINGGI 120 126

N 98 98

93,77 90,72

Ǵ 150,47 178

s 12,27 13, 34

緐Ėdu켸緐Ė켸 92,24

Ǵ 緐Ėdu켸緐Ė켸 165,82

Ǵ 緐Ėdu켸緐Ė켸 12,87

Setelah angket motivasi berprestasi diberi skor selanjutnya data skor

tersebut dikelompokan kedalam tiga kategori, yaitu rendah, sedang, dan

tinggi. Cara pengelompokan siswa menjadi 3 kategori tersebut adalah sebagai

berikut: kelompok rendah adalah siswa dengan skor kurang dari atau sama

dengan rerata gabungan dikurangi setengah simpangan baku gabungan,

kelompok sedang adalah siswa dengan skor diatas rerata gabungan dikurangi

commit to
setengah simpangan baku gabungan user
dan dibawah rerata gabungan ditambah
perpustakaan.uns.ac.id 74
digilib.uns.ac.id

setengah simpangan baku gabungan, dan kelompok tinggi adalah siswa

dengan skor lebih dari atau sama dengan rerata gabungan ditambah setengah

simpangan baku gabungan.

Berikut ini adalah Tabel 4.6 yang menggambarkan banyaknya siswa masing-

masing kategori motivasi berprestasi dalam setiap model pembelajaran.

Tabel 4.6: Banyak Siswa Pada Masing-Masing Kategori motivasi berprestasi


Tinggi Sedang Rendah Total
TGT 31 40 27 98
TPS 26 40 32 98
Total 57 80 59 196

D. Teknik Analisis Data

1. Uji Prasyarat Anava

a. Uji Normalitas

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah data sampel

random berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Dalam

penelitian ini uji normalitas menggunakan uji Lilliefors dengan tingkat

signifikansi , 5.

Rangkuman hasil uji normalitas sebagai berikut:

Tabel 4.7 : Rangkuman Hasil Uji Normalitas


Kelompok Lhitung Ltabel Keputusan Kesimpulan
TGT 0,072 0,089 Diterima Normal
TPS 0,074 0,089 Diterima Normal
Motivasi Tinggi 0,100 0,117 Diterima Normal
Motivasi Sedang 0,092 0,099 Diterima Normal
commit to user
Motivasi Rendah 0,081 0,115 Diterima Normal
perpustakaan.uns.ac.id 75
digilib.uns.ac.id

Pada rangkuman hasil analisis uji normalitas menunjukkan bahwa

semua data dari masing-masing kelompok berasal dari populasi yang

berdistribusi normal (Perhitungan selengkapnya terdapat pada Lampiran: 25,

26, 27, 28, 29).

b. Uji Homogenitas

Dalam penelitian ini uji homogenitas yang digunakan adalah uji

Bartlet dengan tingkat signifikansi , 5. Rangkuman hasil penelitian

untuk uji homogenitas sebagai berikut:

Tabel 4.8 : Rangkuman Hasil Uji Homogenitas


Variabel ㊨ƅ ƅabel Keputusan Kesimpulan
Model
0,105 3,841 Diterima homogen
pembelajaran
Motivasi
0,657 5,991 Diterima homogen
berprestasi

Berdasarkan hasil rangkuman tersebut menunjukkan bahwa prestasi

belajar matematika antara kelas TGT dan TPS berasal dari populasi yang

homogen, demikian pula antara kelompok siswa dengan motivasi berprestasi

rendah, sedang, dan tinggi berasal dari populasi yang homogen. (Perhitungan

selengkapnya untuk uji homogenitas terdapat pada Lampiran 30 dan 31).

2. Uji Anava

Prosedur uji hipotesis ini menggunakan anava 2 x 3. Berdasarkan

analisis uji persyaratan menunjukkan bahwa sampel random data amatan

commit to user
berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan mempunyai variansi yang
perpustakaan.uns.ac.id 76
digilib.uns.ac.id

sama. Dengan demikian analisis uji hipotesis dengan teknik analisis variansi

dapat dilanjutkan. Rangkuman hasil uji hipotesis dengan tingkat signifikansi

, 5tampak pada Tabel 4.9 berikut:

Tabel 4.9 : Rangkuman Hasil Uji Hipotesis


Sumber JK dk RK Fobs Fα Keputusan

Model (A) H0 ditolak


1047,181 1 1047,181 6,554 3,91
Motivasi (B) H0 ditolak
7686,142 2 3843,071 24,051 3,06
Interaksi AB) H0 diterima
818,262 2 409,131 2,560 3,06
Galat -
30359,913 190 159,789
Total -
39911,498 195

Dari hasil rangkuman analisis variansi menunjukkan bahwa:

a. Pada efek utama A (model pembelajaran) mempunyai harga statistik uji

dimana Fa > Ftabel maka H0A ditolak. Hal ini berarti terdapat perbedaan

prestasi belajar siswa pada materi persamaan garis dan sistem persamaan

linier dua variabel ditinjau dari model pembelajaran.

b. Pada efek utama B (motivasi berprestasi) mempunyai harga statistik uji

dimana Fb > Ftabel maka H0B ditolak. Hal ini berarti terdapat perbedaan

prestasi belajar siswa pada materi persamaan garis lurus dan sistem

persamaan linier dua variabel ditinjau dari motivasi berprestasi siswa.

c. Pada efek intraksi AB (antara baris dan kolom) mempunyai harga statistik

uji Fab< Ftabel maka H0AB diterima. Hal ini berarti tidak terdapat interaksi

commit to user
signifikan antara model pembelajaran terhadap prestasi belajar matematika
perpustakaan.uns.ac.id 77
digilib.uns.ac.id

dan juga antara motivasi berprestasi siswa terhadap prestasi belajar

matematika pada materi persamaan garis lurus dan sistem persamaan linier

dua variabel.

3. Uji Lanjut Pasca Anava

Berdasar hasil uji anava di atas diketahui bahwa pada efek utama A

(antar baris), H0A ditolak, namun karena hanya terdapat dua baris saja,

sehingga tidak diperlukan uji komparasi ganda antar baris. Untuk efek utama

B (motivasi berprestasi siswa), H0B ditolak. Sedangkan terdapat 3 nilai

motivasi berprestasi, maka perlu dilakukan uji lanjut pasca anava untuk

mengetahui manakah tingkatan motivasi berprestasi yang memberikan efek

yang berbeda (yang berarti komparasi ganda antar kolom).

Untuk melakukan komparasi ganda, dicari dulu rerata marginal dan rerata

masing-masing sel yang hasilnya tampak pada Tabel 4.10 berikut:

Tabel 4.10 : Rerata dan Rerata Marginal

Model Motivasi Berprestasi Rerata


Pembelajaran Tinggi Sedang Rendah Marginal
TGT 69,79 61,33 53,83 61,94
TPS 66,54 51,00 53,33 55,88
Rerata Marginal 68,30 56,17 53,56

Uji lanjut untuk komparasi antar kolom hasilnya pada tabel 4.11 berikut :

Tabel 4.11 : Rangkuman Uji Komparasi Ganda Antar Kolom


H0 Fhitung 2 F0,05;2;195 Kesimpulan
.ú . 13,16 6,00 H0 ditolak
. . 0,85 6,00 H0 diterima
commit to user
.ú . 19,92 6,00 H0 ditolak
perpustakaan.uns.ac.id 78
digilib.uns.ac.id

Keterangan:

µ. 1 = rerata peserta didik dengan motivasi berprestasi tinggi.

µ. 2 = rerata peserta didik dengan motivasi berprestasi sedang.

µ. 3 = rerata peserta didik dengan motivasi berprestasi rendah.

Kesimpulan :

a) Pada .ú Ǵ . karena H0 ditolak, maka pada kolom 1 dan 2 mempunyai

beda rata-rata.

b) Pada . Ǵ . karena H0 diterima, maka pada kolom 2 dan 3 tidak

mempunyai beda rata-rata.

c) Pada .ú Ǵ . karena H0 ditolak, maka pada kolom 1 dan 2 mempunyai

beda rata-rata.

4. Pembahasan Hasil Penelitian

a. Hipotesis Pertama.

Berdasarkan uji anava dua jalan sel tak sama yang telah dilakukan,

diperoleh a 6,55 dengan ƅabel , . Dengan demikian a ƅabel ,

sehingga dapat disimpulkan bahwa H0A ditolak. Hal ini berarti bahwa

terdapat perbedaan prestasi belajar antara peserta didik yang diajar dengan

model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan TPS.

Dengan membandingkan rerata marginal model TGT yaitu 61,939

dan rerata marginal model TPS yaitu 55,884 Diperoleh kesimpulan yang
commit to user
sesuai dengan kerangka berpikir dan hipotesis sebelumnya yang menyatakan
perpustakaan.uns.ac.id 79
digilib.uns.ac.id

bahwa prestasi belajar siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran

TGT lebih baik dibanding dengan prestasi belajar siswa yang diajar dengan

menggunkan model pembelajaran TPS pada materi persamaan garis lurus

dan sistem persamaan linier dua variabel.

Hasil tersebut juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Fengfeng dan Grabowski (2007:255) dan penelitian oleh Byers (2007:33)

yang keduanya menyimpulkan bahwa pembelajaran yang disertai game

tournament berdampak positif terhadap prestasi belajar.

Berdasarkan hasil penelitian, bab persamaan garis lurus dan sistem

persamaan linier dua variabel merupakan materi yang cukup sulit, sehingga

kerjasama kelompok sangat menentukan hasil belajar siswa. Pelaksanaan

diskusi kelompok (kerjasama kelompok) pada model TGT yang terdiri dari

empat sampai lima siswa ternyata lebih efektif dibandingkan dengan

pelaksanaan diskusi kelompok pada model TPS, hal ini sesuai dengan

pendapat Slavin (2008), bahwa tujuan utama pembentukan kelompok (pada

pembelajaran TGT) adalah untuk meyakinkan siswa bahwa semua anggota

kelompok belajar dan semua anggota mempersiapkan diri untuk mengikuti

game dan turnamen dengan sebaik-baiknya. Diharapkan tiap anggota

commit
kelompok melakukan hal yang to user
terbaik bagi kelompoknya dan adanya usaha
perpustakaan.uns.ac.id 80
digilib.uns.ac.id

kelompok melakukan untuk membantu anggota kelompoknya sehingga dapat

meningkatkan kemampuan akademik dan menumbuhkan pentingnya

kerjasama diantara siswa serta meningkatkan rasa percaya diri.

Sedangkan diskusi kelompok TPS yang terdiri dari dua siswa

menjadi kurang efektif ketika kedua siswa kurang memahami materi yang

diberikan, selain itu kelemahan yang diperoleh adalah jika pasangan siswa

tidak memahami informasi sama sekali, siswa dapat diperlambat, hanya

karena dia harus menjelaskan semua materi sebelum dia benar-benar dapat

memulai menyelesaikan masalah atau melakukan instruksi yang diberikan.

Selain kerjasama kelompok, adanya dimensi game dan turnament ternyata

dapat menarik minat siswa untuk mengikuti pelajaran, yang akhirnya

berpengaruh positif pada prestasi belajar siswa.

b. Hipotesis kedua

Berdasarkan uji anava dua jalan sel tak sama yang telah dilakukan,

diperoleh b 2 , 51dengan ƅabel , 6. Dengan demikian b ƅabel ,

sehingga dapat disimpulkan bahwa H0B ditolak.

Dengan H0B ditolak maka dapat dikatakan bahwa prestasi belajar

siswa dipengaruhi juga oleh motivasi berprestasi, untuk mengetahui motivasi

berprestasi yang mana yang memberikan hasil lebih baik, maka dilakukan uji

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 81
digilib.uns.ac.id

lanjut (komparasi ganda) dengan metode Scheffe. Berdasarkan uji tersebut

diperoleh:

1) F.1-.2 = 13,16 lebih besar dari 2 * F 0,05;2;195 = 6,00. sehingga H0 ditolak yang

berarti secara signifikan terdapat perbedaan prestasi belajar siswa dengan

motivasi berprestasi tinggi dengan siswa dengan motivasi berprestasi

sedang. Karena rerata marginal pada kolom satu 68,16 sedangkan pada

kolom dua 56,16 maka dapat disimpulkan bahwa siswa-siswa dengan

motivasi berprestasi tinggi memiliki prestasi belajar yang lebih baik

dibanding dengan siswa yang memiliki motivasi berprestasi sedang.

2) F.1-.3 = 19,92 lebih besar dari 2 * F 0,05;2;195 = 6,00. sehingga H0 ditolak yang

berarti secara signifikan terdapat perbedaan prestasi belajar siswa dengan

motivasi berprestasi tinggi dengan siswa dengan motivasi berprestasi

rendah. Karena rerata marginal pada kolom satu 68,16 sedangkan pada

kolom tiga 53, 33 maka dapat disimpulkan bahwa siswa-siswa dengan

motivasi berprestasi tinggi memiliki prestasi belajar yang lebih baik

dibanding dengan siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah.

Pada kedua uji komparasi diatas terlihat bahwa siswa dengan

motivasi berprestasi tinggi memiliki prestasi belajar lebih baik dibanding

dengan siswa dengan motivasi berprestasi sedang maupun rendah. Hal ini

sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Margono (2010), yang

menyatakan bahwa prestasi belajar siswa dengan motivasi berprestasi

tinggi lebih baik dibanding dengan siswa dengan motivasi berprestasi

sedang dan rendah. Sesuai dengan pendapat Wingkel (1996:96), yang


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 82
digilib.uns.ac.id

menyatakan bahwa motivasi berprestasi (achievement motivation) adalah

salah satu motivasi intrinsik, yaitu daya penggerak dalam diri seseorang

untuk mencapai prestasi belajar setinggi mungkin demi penghargaan

terhadap dirinya. Sehingga motivasi berprestasi yang tinggi menjadi

kekuatan bagi siswa mendorongnya untuk berprestasi dalam pelajaran

matematika, terutama pokok bahasan persamaan garis lurus dan sistem

persamaan linier dua variabel.

3) F.2-.3 = 0,85 kurang dari 2 * F 0,05;2;195 = 6,00. sehingga H0 diterima yang

berarti secara signifikan tidak terdapat perbedaan prestasi belajar siswa

dengan motivasi berprestasi sedang dengan siswa dengan motivasi

berprestasi rendah.

Terjadi perbedaan antara hasil penelitian dan hipotesis. Pada

hipotesis manyatakan bahwa prestasi belajar matematika dari siswa dengan

motivasi berprestasi sedang lebih baik dibanding dengan prestasi belajar

siswa dengan motivasi berprestasi rendah hal ini dapat dijelaskan sebagai

berikut.

Pada siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah mempunyai

kecenderungan untuk bekerja sama yang lebih tinggi daripada siswa yang

mempunyai motivasi berprestasi sedang dan tinggi. Dengan demikian

prestasi belajar matematika siswa yang memiliki motivasi berprestasi

rendah dapat lebih baik dari semestinya dan akhirnya berimplikasi pada

perbedaan antara prestasi belajar matematika dari siswa dengan motivasi

commit
berprestasi rendah dan sedang tosignifikan.
tidak user
perpustakaan.uns.ac.id 83
digilib.uns.ac.id

Jika dicermati dari setiap kategori motivasi berprestasi, maka pada

siswa dengan motivasi berprestasi tinggi, ternyata prestasi belajarnya ada

yang tinggi, ada yang sedang dan ada yang rendah. Hal tersebut juga

terjadi pada siswa dengan motivasi berprestasi sedang dan rendah. Ini

disebabkan bahwa prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh banyak faktor.

Siswa meskipun mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi, tetapi kalau

faktor yang lain tidak mendukung tentu saja bisa mendapat pretasi belajar

yang rendah. Sebaliknya siswa dengan motivasi berprestasi yang lebih

rendah tapi jika didukung oleh faktor yang lain bisa saja mendapat nilai

yang lebih baik.

c. Hipotesis ke tiga dan keempat

Berdasarkan uji anava dua jalan sel tak sama yang telah dilakukan,

diperoleh ab 2,56 dengan ƅabel , 6. Dengan demikian ab ƅabel ,

sehingga dapat disimpulkan bahwa H0AB diterima. Dengan demikian tidak

ada interaksi antara penggunaan model pembelajaran dan motivasi berprestasi

terhadap prestasi belajar matematika. Karakteristik pembeda antara baris dan

kolom konsisten.

1) Hipotesis ketiga

Karena tidak ada interaksi maka karakterisitik pembeda prestasi belajar

antar sel dalam kolom yang sama, akan sama dengan karakteristik

pembeda rerata marginal barisnya. Secara marginal rerata prestasi belajar

pada baris pertama adalah 61,649 dan baris ke dua 56,957 dengan
commit to
demikian pada masing-masing user motivasi berprestasi (tinggi,
kategori
perpustakaan.uns.ac.id 84
digilib.uns.ac.id

sedang, rendah) penggunaan model pembelajaran TGT menghasilkan

prestasi belajar yang lebih baik dibanding dengan penggunaan model TPS.

Hal ini sesuai dengan hipotesis yang ketiga yang menyatakan bahwa pada

masing-masing kategori motivasi berprestasi, model pembelajaran TGT

lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran TPS.

Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut, ditinjau dari teori pembelajaran

model pembelajaran TGT dan TPS termasuk dalam tipe pembelajaran

kooperatif, namun ada beberapa tahapan yang berbeda juga membawa efek

yang berbeda pula.

Pada model pembelajaran dengan TGT yang menggunakan permainan

game turnamen untuk dapat menarik siswa, ternyata sangat efektif. Hal ini

dapat diamati dari sikap siswa yang antusias dan aktif dalam mengikuti

pelajaran.

Pada siswa yang pembelajaran dangan model kooperatif TGT, saat guru

menyampaikan ringkasan materi semua siswa memperhatikan dengan

sungguh-sungguh. Pada saat diskusi kelompok sebagian besar siswa

mengikuti dengan aktif, siswa yang kurang memahami materi bertanya

kepada teman sekelompoknya dan siswa yang merasa bisa kemudian

menerangkan.

Pada saat diadakan game turnamen antar kelompok semua siswa

mengikuti dengan sungguh-sungguh, hal ini nampak dari keseriusan

mereka dalam mengerjakan soal turmamen, setiap siswa berlomba untuk


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 85
digilib.uns.ac.id

mendapatkan poin sebanyak-banyaknya untuk mereka sendiri yang

akhirnya berdampak pada poin kelompok.

Setelah permaian selesai pada pertemuan berikutnya guru membacakan

perolehan skor dari masing-masing kelompok, kelompok yang

memperoleh poin tertinggi sangat merasa senang karena mendapat hadiah,

siswa dari kelompok lain yang belum menang termotivasi untuk

memenangkan turnamen berikutnya.

Namun sebaliknya pada pembelajaran dengan model TPS, diskusi

kelompok kurang berjalan dengan baik hal ini dikarenakan dengan jumlah

anggota kelompok yang hanya dua siswa menyebabkan ketika kedua

anggota kelompok kurang paham diskusi menjadi jalan ditempat atau

kurang efektif.

Hal inilah yang menyebabkan prestasi belajar siswa dengan model

pembelajaran TGT lebih baik dibanding dengan prestasi belajar siswa

dengan model pembelajaran TPS.

2) Hipotesis ke empat

Karena tidak terjadi interaksi maka karakteristik perbedaan antar kolom

juga konsisten yang berarti karakteristik perbedaan prestasi belajar antar

sel dalam baris yang sama, akan sama juga dengan karakteristik perbedaan

marginal kolomnya. Berdasarkan pembahasan pada hipotesis ke dua maka

dapat disimpulkan bahwa pada model pembelajaran TGT maupun TPS,

siswa dengan motivasi berprestasi tinggi mempunyai prestasi belajar yang


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 86
digilib.uns.ac.id

lebih baik dibanding dengan prestasi belajar siswa dengan motivasi

berprestasi sedang dan rendah. Sedangkan prestasi belajar siswa dengan

motivasi berprestasi sedang sama baiknya dengan prestasi belajar siswa

dengan motivasi berprestasi rendah.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 87
digilib.uns.ac.id

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan kajian teori dan hasil analisis serta mengacu pada

perumusan masalah yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, dapat

ditarik kesimpulan bahwa:

1. Penggunaan model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)

menghasilkan prestasi belajar lebih baik dibanding dengan model

pembelajaran Think Pair Share (TPS) pada materi persamaan garis lurus

dan sistem persamaan linier dua variabel pada peserta didik kelas VII SMP

Negeri di Kabupaten Pacitan tahun ajaran 2010/2011

2. Peserta didik dengan motivasi berprestasi tinggi mempunyai prestasi

belajar yang lebih baik dibanding siswa dengan motivasi berprestasi

sedang dan rendah, sedangkan siswa dengan motivasi berprestasi sedang

mempunyai prestasi belajar yang sama baiknya dengan siswa yang

memiliki motivasi berprestasi rendah.

3. Pada masing-masing kategori motivasi berprestasi (tinggi, sedang, rendah)

model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) memberikan

prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran

Think Pair Share (TPS).


commit to user

87
perpustakaan.uns.ac.id 88
digilib.uns.ac.id

4. Pada masing-masing model pembelajaran (TGT dan TPS) siswa dengan

motivasi berprestasi tinggi memiliki prestasi belajar yang lebih baik

dibanding dengan siswa yang memiliki motivasi berprestasi belajar sedang

dan rendah. Siswa dengan motivasi berprestasi sedang memiliki prestasi

belajar yang sama baiknya dengan siswa memiliki motivasi berprestasi

rendah.

B. Implikasi

Berdasarkan hasil penelitian, penulis akan menyampaikan implikasi

yang bermanfaat secara teoritis maupun praktis dalam upaya meningkatkan

prestasi belajar matematika

1. Implikasi Teoritis

Dari kesimpulan telah dinyatakan bahwa terdapat perbedaan pengaruh

yang signifikan antara model pembelajaran TGT dengan TPS terhadap

prestasi belajar siswa pada pokok bahasan persamaan garis lurus dan

sistem persamaan linier dua variabel, yaitu prestasi belajar siswa yang

diajar dengan model pembelajaran TGT lebih baik dibanding dengan siswa

yang diajar dengan model pembelajaran TPS. Hal ini menunjukkan secara

teoritis hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu acuan untuk

menggunakan model pembelajaran TGT pada pembelajaran materi

persamaan garis lurus dan sistem persamaan linier dua variabel serta pada

materi-materi yang lain.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 89
digilib.uns.ac.id

Di samping itu motivasi berprestasi juga berpengaruh terhadap

prestasi belajar sehingga perlu ditumbuhkan, dan dijaga agar peserta didik

mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi dengan harapan supaya

prestasi belajarnya bisa lebih baik.

2. Implikasi Praktis

Karena telah terbukti bahwa model pembelajaran TGT

memberikan prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan dengan model

TPS pada materi persamaan garis lurus dan sistem persamaan linier dua

variabel, maka diharapkan pihak sekolah bisa menerapkan model

pembelajaran TGT sebagai salah satu model yang dipakai dalam

pembelajaran.

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka saran yang dapat peneliti

sampaikan diantaranya:

1. Kepada peserta didik, hendaknya selalu menjaga motivasi berprestasinya

agar dapat memahami materi pelajaran dan memperoleh prestasi yang

baik.

2. Kepada Guru

a. Pada materi persamaan garis lurus dan sistem persamaan lnier dua

variabel, pembelajaran dengan menggunakan model TGT dapat

dijadikan sebagai alternatif dalam meningkatkan prestasi belajar

peserta didik. commit to user


perpustakaan.uns.ac.id 90
digilib.uns.ac.id

b. Hendaknya dalam pembelajaran memperhatikan tingkat motivasi

berprestasi peserta didik

3. Kepada peneliti selanjutnya,

a. Penelitian ini hanya meneliti pada aspek model TGT yang ditinjau dari

motivasi berprestasi peserta didik. Bagi para calon peneliti lainnya

mungkin dapat melakukan tinjauan yang lain.

b. Hasil penelitian ini hanya terbatas pada materi persamaan garis lurus

dan sistem persamaan linier dua variabel, sehingga masih

memungkinkan untuk diujicobakan pada materi lainnya dengan

mempertimbangkan kesesuaiannya.

commit to user

Anda mungkin juga menyukai