Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pekerja Seks Komersial (PSK) adalah orang yang mencari nafkah dengan
cara menjual diri (KBBI daring, 2018). Keberadaan PSK tidak hanya
menimbulkan dampak negatif terhadap keamanan ketertiban lingkungan
masyarakat, pendidikan, jugaberdampak kepada kesehatan. PSK beresiko
tertular dan juga menularkan berbagai Penyakit Menular Seksual (PMS) atau
juga Infeksi Menular Seksual (IMS). Sesorang yang terkena IMS dapat
meningkatkan risiko terinfeki HIV, sehingga seseorang yang sudah terkena
IMS akan lebih mudah tertular HIV (Kementrian kesehatan, 2015).
Menurut WHO (2009),terdapat lebih kurang 30 jenis mikroba (bakteri,
virus, dan parasit) yang dapat ditularkan melalui aktifitas hubungan seksual.
Secara epidemiologi penyakit ini tersebar di seluruh dunia, angka kejadian
paling tinggi tercatat di Asia Selatan dan Asia Tenggara, diikuti Afrika bagian
Sahara, Amerika Latin, dan Karibean.
Di Amerika, jumlah wanita yang menderita infeksi klamidial 3 kali lebih
tinggi dari laki-laki. Dari seluruh wanita yang menderita infeksi klamidial,
golongan umur yang memberikan konribusi yang besar yaitu umur 15-24
tahun. Dewasa dan remaja (15-24 tahun) merupakan 25% dari semua populasi
yang aktif secara seksual, tetapi memberikan kontribusi yang besar yaitu 50%
dari semua kasus IMS baru yang didapat. Kasus-kasus IMS yang terdeteksi
hanya menggambarkan 50%-80% dari semua kasus IMS yang ada di Amerika
(Dokter Indonesia Online, 2016). Berdasarkan WHO yang melakukan
penelitian dibeberapa Negara berkembang menunjukan sekitar 12% telah
positif terkena IMS dan 27% positif HIV (Mangando, 2014).
Berdasarkan laporan kasus HIV/AIDS dan IMS di Indonesia pada
Triwulan IV tahun 2017 (Kemenkes RI, 2017), dari bulan Oktober sampai
dengan Desember 2017 jumlah infeksi HIV yang dilaporkan sebanyak 14.640
orang. Persentase infeksi HIV dilaporkan pada kelompok umur 25-49 tahun
(69,2%), diikuti kelompok umur 20-24 (16,7%), dan kelompok umur ≥ 50
tahun (7,6%). Rasio perempuan dengan laki-laki yaitu 2:1. Dari bulan oktober
sampai desember 2017 jumlah orang dengan AIDS sebanyak 4.725 orang.
Persentase AIDS tertinggi pada kelomok umur 30-39 tahun (35,2%), di ikuti
kelompok umur 20-29 (29,5%) dan kelompok umur 40-49 tahun (17,7%).
Rasio permpuan denganlaki-laki yaitu 2:1. Kasus Duh Uretra (DTU) di
laporkan sebanyak 2.520 kasus, dan kasus luka pada kelamin/ Ulkus Genital
sebanyak 489 kasus. Jumlah kasus IMS dengan penegakan diagnose
berdasarkan pendekatan sindrom dan pemeriksaan laboratorium menurut
kelompok risiko tertinggi dalah wanita pekerja seks (8.918), pasangan resiko
tinggi (6.579), LSL (4.237), Pelanggan pekerja seks (1,275), waria (759),
pengguna napza suntik (124), dan Pria Pekerja Seks (46).
Penderita HIV/ AIDS di kota Tasikmalaya dalam tiga tahun terakhir
mengalami fluktuatif. Tahun 2016 sebanyak 88 orang, kemudian turun
menjadi 68 pada 2017 tercatat 68 orang, dan tahun 2018 penderita HIV/AIDS
kembali naik hingga 99 orang. Saat ini jumlah penderita AID/HIV yang
berada di kota Tasikmalaya keseluruhan diperkirakan mencapai 500
orang(www.liputan6.com, diakses 16 April 2019). Jumlah PSK di Kota
Tasikmalaya pada tahun 2016 yang terdata di Badan Pusat Statistik adalah 67
orang, dan merupakan yang tertinggi di Priangan Timur. Komisi
Penanggulangan Aids (KPA) Jawa Barat menyatakan kasus Infeksi Menular
Seksual (IMS)di Kota Tasikmalaya sangat tinggi. Sehingga di tahun 2014
kasus IMS menjadi tertinggi se-Priangan Timur. Menurut Pengelola Program
KPA Jawa Barat Landry Kusmono, penderita IMS di Kota Tasikmalaya
cukup bervariasi. Namun, penyumbang terbanyak berasal dari kalangan
Lelaki Suka Lelaki (LSL) termasuk di dalamnya waria dan gay. Selain itu,
Ibu Rumah Tangga juga penderita terbanyak IMS, yang bisa jadi ditularkan
dari suami yang melakukan aktifitas hubungan seks dengan PSK
(www.republika.co.id, diakses 16 April 2019).
PSK merupakan kelompok yang berisiko menularkan IMS dan
HIV/AIDS melalui aktifitas berganti-ganti pasangan. Sehingga jika para PSK
ini tidak memiliki pengetahuan, sikap dan tindakan yang memadai untuk
mengurangi risiko atas aktifitas yang dilakukannya maka semakin banyak
kasus PMS dan HIV AIDS yang ditularkan.
Aktifitas yang dilakukan penjaja seks komersil merupakan aktifitas
terlarang dan dianggap sebagaiperbuatan hina oleh segenap anggota
masyarakat dan diharamkan oleh norma sosial, undang-undang maupun
agama. Meskipun demikian aktifitas ini masih tetap ada dan bisa jadi
diorganisir secara professional. Ketika aktifitas para Pekerja Seks Komersil
ini belum bisa dihilangkan maka salah satu upaya yang dilakukan adalah
memperkecil dampak negatif yang ditimbulkan.
PSK harus memiliki pengetahuan yang cukup terkait risiko kesehatan
yang bisa timbul serta upaya pencegahan yang dapat dilakukan.
Peneliti tertarik untuk melihat pengetahuan, sikap, dan tindakan Pekerja
Seks Komersial (PSK) dalam mencegah Penyakit Menular Seksual di Kota
Tasikmalayatahun 2019.
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah pengetahuan, sikap, dan tindakan Pekerja Seks
Komersial (PSK) dalam mencegah Penyakit Menular Seksual di Kota
Tasikmalayatahun 2019.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengenalisis pengetahuan, sikap, dan tindakan Pekerja Seks
Komersial (PSK) dalam mencegah Penyakit Menular Seksual di Kota
Tasikmalayatahun 2019.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui Karakteristik PSK di Kota Tasikmalaya yang meliputi
umur dan lama bekerja sebagai PSK
b. Mengetahuigambaran pengetahuan dan sumber informasi yang
diperoleh PSK di Kota Tasikmalaya dalam Penyakit Menular
Seksual
a. Mengetahui sikap PSK di Kota Tasikmalaya terhadap Penyakit
Menular Seksual
Mengetahui tindakan PSKdi Kota Tasikmalaya dalam mencegah
Penyakit Menular Seksual
3. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Peneliti dapat memberikan kontribusi dalam pemahaman
kesehatan masyarakat khususnya kesehatan reproduksi.
2. Manfaat Peraktis
a. Bagi Dinas Sosial Kota Tasikmalaya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dalam
upaya pembinaan kepada para PSK di Kota Tasikmalaya
b. Bagi Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dalam
mengembangkan program pencegahan penyakit IMS dan
HIV/AIDS khususnya pada PSK di Kota Tasikmalaya
c. Bagi STIKes Respati Tasikmalaya
Diharapkan dapat menjadi sumber informasi untuk merancang
kegiatan pengabdian masyarakat ataupun penelitian terkait
kesehatan reproduksi khusunya pada pekerja seks komersial di
Tasikmalaya.
d. Bagi peneliti
Diharap dapat mengetahui pengetahuan pekerja seks komersial
aktif dalam upaya pencegahan penularan penyakit menular seksual
serta menambah wawasan dan pengetahuan dalam melakukan
penelitian selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Infeksi Menular Seksual
Penyakit menular seksual (PMS) atau dikenal dengan Infeksi menular
seksual (IMS) adalah infeksi yang ditulakan melalui hubungan seksual.
Hubngan seksual yang menularkan IMS tidak hanya melaui vaginal (penis
masuk kedalam vagina) saja, tapi juga bisa oral (penis masuk kedalam mulut
atau lidah menjilat vulva) dan anal (penis masuk kedalam anus) (Hanifah dan
Utami, 2012). IMS juga dapat menular kepada bayi dalam kandungan
(Fahmi, 2010).
IMS memiliki beberapa ciri-ciri yaitu:
a. Penularan infeksi tidak selalu melalui hubungn kelamin
b. Infeksi dapat terjadi pada orang-orang yang belum pernah melakukan
hubungan kelamin
c. Sebagian dari pendeita adalah korban diluar kemampuan individu.
Maksudnya individu sudah berusaha sepenuhnya untuk tudak tertular
tetapi kenyataan masih tertular.
Adapun beberapa IMS yang paling umum terdapat di Indonesia
adalah Gonore, Sifilis, Klamidia, Herpes genital, Trikomoniasis dan
Human papiloma virus (Hanifa dan Utami 2012), Berikut penjelasnnya:
1. Gonore
Gonore disebabkan oleh Neiserria gonorrhoeae,Kokus gram
negatif kecil berbentuk ginjal yang tersusun berpasangan (Glasier dan
Gebbi, 2006). Gonore merupakan infeksi bakteri yang sering
ditemukan baik pada orang dewasa maupun remaja. Gonore biasanya
berada di tempat yang lembab dan hangat seperti leher rahim, rahim,
saluran telur, anus, saluran kencing, mulut, tenggorokan, atau testis.
Gonore bisa ditularkan melalui kontak oral, vaginal ataupun anal dan
bisa dari ibu kebayi pada saat melahirkan (Hanifah dan Utami, 2012).
Pada orang dewasa bakteri ini hampir selalu diperoleh melalui
hubungan seksual (Glasier dan Gebbie, 2006).
Gejala yang timbul pada penderita gonore biasanya pda pria yaitu:
a. Sebagian besar pasien memperoleh gejala 2-10 hari setelah
terinfeksi
b. Rasa tidak enak pada uretra, diikuti nyeri ketika berkemih dan
keluar nanah dari penis.
c. Lubang penis tampak merah dan bengkak.
Sedangkan gejala yang timbul pada wanita yaitu:
a. Timbul dalam waktu 7-21 hari setelah terinfeksi.
b. Biasanya diketahui menderita penyekit ini hanya setelah pasangan
seksualnya tertular.
c. Desakan untuk berkemih, nyeri ketika berkemih, keluarnya cairan
dari vagina dan demam.
d. Infeksi bisa menyerang leher rahim,saluran rahim, saluan telur,
idung telur, uretradan rektum: menyebabkan nyeri panggul yang
mendalam atau nyeri keika melakukan hubungan seksual.
e. Nanah yang keluar bisa berasal dari leher rahim, uretra atau
kelenjar di sekitar lubang vagina.
f. Melakukan hubungan seksual melalui mulut dengan seorang
penderita gonore bia menyebabkan gonore pada tenggorokan.
g. Jika cairan yang terinfeksi menegnai mata maka akan bisa jadi
infeksi mata luar.
h. Bayi baru lahir bisa terinfeksi oleh gonore dari dari ibunya selama
prosses persalinan. Sehingga terjadi pembengkakan pada kedua
kelopak mata dan dari mata keluar nanah. Jika hal ini tidak diobati
bisa terjadi kebutaan (Purwoastusi dan Siswi, 2014)
2. Sifilis
Sifilis disebabkan oleh Treponema palidum sp. Palidum. Penyakit
ini paling sering diperoleh melalui hubungan seksual dengan pasangan
yang terinfeksi (Duffin dan Nash dalam Andrews, 2009). Sifilis
merupakan infeksi bakteri yang bisa berkembang menjadi neurosifilis
yang menyerang sistem saraf jika tidak diobati. Bayi yang dilahirkan
dari ibu yang menderita sifilis bisa mengalami masalah mental dan
fisik. Sifilis dapat ditularkan dari melalui kontak kulit. Jika seseorang
menyentuh luka yang terinfeksi sifilis maka ia bisa tertular. Luka
biasanya terdapat pada anus, vagina, penis, dan mulut (Hanifah dan
Utami, 2012).
Sifilis biasanya seikit sulit dideteksi karena genjalanya mirip dengan
penyakit lainya, sifilis hanya bisa didiagnosis dari hasil pemerikasaan.
Secara umum ada empat perkebangan sifilis, yaitu:
a. Primer, munculnya bisul pada minggu pertama – ke enam bagian
tubuh yang tersentuh luka sifilis orang lain.
b. Sekunder, munculnya ruam dan gatal pada kulit yang mengandung
bakteri, muncul gejala demam, sakit kepala, radang tenggorokan
dan rambut rontok.
c. Laten, tidak ada gejala yang muncul.
d. Tersier atau lanjut, orang yang terinfeksi akan mengalami genjala
yang cukup prah. Orang yang terinfeksi akan mengalami
kebutaan, sakit jantung atau kematian (Hanifah dan Utami, 2012).
3. Herves simlex
Herves simplex virus (HSV) merupakan nama virus yang terdiri
dari dua tipe yaitu tipe 1 (HSV-1) yang bisanya menginfeksi mulut
dan tipe 2 (HSV-2) yang bisanya menginfeksi organ seksual dan
reproduksi. Tipe 1 tidak hanya menyebabkan infeksi mulut saja
karena seseorang yang melakukan hubungan seksual secara oral, maka
orang yang dioral bisa terinfeksi simlex virus (Hanifah dan Utami,
2012). Kanker HSV adalah kemempuanya untuk tetap laten dalam
tubuh inang yang berarti secara klinis virus ini tidak tampak dan
pasien mengidapnya asimptomatik (Duffin dan Nash dalam Andrews,
2009).
Saat pertama kali seseorang terinfeksi HSV gejala yang muncul
antra lain tidak nafsu makan, nyeri saat kencing, demam, pusing dan
lemas. Mengalami bentol-bentol yang terasa panas dan nyeri di mulut,
Vulva, vagina, leher rahim, penis, pantat, anus atau bagian
tubuhlainya yang muncul berkali-kali. Namun bentol-bentol akan baru
muncul lima tahun kemudian (Hanifa dan Utami, 2012)
4. Klamidia
Klamidia menyebabkan infeksi pada kandungn kemih dan juga
penyekit radang panggul, kehamilan ektopik dan kemandulan. Pada
wanita, klamidia dapat menyerang leher rahim, kemudian bisa meluas
ke tuba fallopi dapat menyerang leher rahim, kemudian bisa meluas
ketuba fallopi, ovarium dan uretra. Sedangkan pada laki-laki klamidia
juga menyebabkan infeksi saluran kencing, kemudian bisa meluas ke
testis dan mengakibatkan kemndulan. Klamidia ditularkan melalui
hubungan seksual vaginal, anal, oral, penggunaan alat bantu seksual
secara bergantian dan penularan dari ibu ke bayi pada saat peroses
persalinan (Hanifah dan Utami , 2012).
Gejala klamidia sebagain besar tidak mengalami gejala.
Kalaupun dari biasany berupa rasa sakit dan panas saat kencing,
bercak darah dari vagina yang tidak biasanya, sakit saat melakukan
hubungan seksual, nyeri perut atau mual, demam atau pmbengkakan
pada anus, leher rahim atau testis (Hanifah dan Utami, 2012).
5. Trikomniasis
Trikomoniasis merupakan infeksi yang disebabkan oleh parasit
trichomonas vaginalis yang bisa hidup di daerah hagat dan lembab
seperti di vagina saluran kencing dan kandungan kemih.
Trikomoniasis biasanya ditularkan melalui sentuhan langsung dengan
organ seksual dan reproduksi dan kadang melaui penggunaan handuk
atau lap tangan secara bergantian (Hnifa dan Utami, 2012).
Gejala yang akan uncul selama satu hingga lima bulan setelah
tertular. Hanya sekitar 50% wanita terinfeksi yang mengalami gejala
seperti cairan vagina berwarna kuning kehijauan dan berbau tidak
sedap, gatal kemerahan pada vulva, sakit saat kencing dan hubungan
seksual. Pada pria juga jarang mengalami gejala sakit pada kencing
dan ejakulasi, keluar cairan dari saluran kencing dan rasa ingin
kencing yang sering (Hanifah dan Utami, 2012).
6. Kandidiasis
Kandidiasis disebabkan oleh ragi dari genus Candidia. Terutama
Candidia albicans (Glasier dan Gebbie, 2005). Gejala yang
ditimbulkan pada pria yaitu: 1) nyeri atau gatal di penis dan pada
wanita yaitu: 1) Rasa terbakar dan 2 ) Sering terjadi edema labia
minora (glasier dan Gebbie, 2005 ).
7. Human papiloma virus (HPV)
HPV bisa menyebabkan timbulnya kulit di organ seksual dan
reproduksi dan HPV merupakan faktor risiko terkenanya kanker
serviks. HPV ditularkan melalui sentuhn langsung dengan organ
seksual dan reproduksi (Glasier dan Gebbie, 2005). Secara umum ada
tive HPV yang dapat menyebabkn timbulnya kulit kelamin dan ada
tive HPV yang dapat menyebabkn kanker. Kulit dapat timbul pada
beberapa minggu atau bulan setelah terinfeksi atau bahkan tidak
timbul sma sekali (Hanifah dan Utami, 2012).
2. HIV dan AIDS
Human Immunodefficiency virus (HIV) adalah virus yang mnyebabkan
AIDS (kemenkes, 2015). HIV berada terutama dalam cairan tubuh manusia.
Cairan yang berpotensial mengndung HIV adalah darah, cairan seperma
cairan, cairan vagina dan ASI. Penularan HIV dapat terjadi melalui
trnsfusindarah atau produk darah yang sudah tercemar dengan HIV, melalui
silet atau pisau, pencukur jemggot secara bergantian, melalui transplantasi
organ pengidap HIV, penularan dari ibu ke anak dan melaui hubungan
seksual. Penularan melalui hubungan seksual dapat terjadi selama senggama
laki-laki dengan perempun atau laki-laki dengan laki-laki. Resiko tertinggi
adalah penetrasi vaginal atau anal yang tidak terlindung dari individu yang
terinteraksi HIV (Purwoastusi dan Siwi, 2014).
Acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala
yang muncul akibat menurunya kekebalan tubuh manusia yang di sebabkan
oleh HIV. Jika HIV sudah masuk kedlam tubuh manusia, HIV akan
menyerang sel-sel darah putih yang mengatur sistem kekebalan tubuh yaitu
sel T helper atau sel T4 (Siregar, 2005).
AIDS dikelompokan ke dalam IMS karena paling banyak ditularkan
melalui hubungan seksual yaitu sebesar 95% (Siregar, 2005). Induvidu
dicurigai menderita AIDS jika memiliki paling sediki 2 gejala mayor dan 1
gejala minor dan tidak terdapat penyebab penekanan imun ini seperti kanker,
malnutrisi berat dan pnyebab lainya. Genajala tersebut yaitu:
Gejala mayor:
1. Penurunn berat badan atau pertumbuhan lambat yang tidak normal
2. Diare kronik lebih dari 1 bulan
3. Demam lebih dari 1 bulan
Gejala minor:
1. Bentuk-bentuk yang persisten
2. Dermatis umum
3. Infeksi HIV yang maternal
3. Pencegahan Infeksi Menular Seksual (IMS) dan HIV/AIDS
IMS dalah berbagai infeksi yang dapat menular dari satu orang ke orang
lain melalui kontak seksual. IMS juga dapat ditularkan melalui jarum suntik
dan juga kelahiran dan menyusui. Hampir seluruh IMS dapat diobati. Bila
tidak diobati secara tepat, infeksi dapat menjalar dan menyebabkan
penderitaan, sakit berkepanjangan, kemandulan dan kematian, maka
pendidikan mengenai penyekit dan upaya-upaya pencegahan penting untuk
dilakukan (Irianto, 2015). Beberapa cara yang bisa dilakukan untuk
pencegahan IMS adalah sebagai berikut:
1. Setia dengan pasangan. Salah satu pencegahan IMS adalah dengan
menghindari pergaulan bebas dan bersikap setia dengan pasangan
(pasangan halal).
2. Memastikan jarum suntik yang steril (jika butuh untuk disuntik).
Pastikan bahwa jarum suntik yang steril dan tidak pernah dipakai
oleh orang yang mengidap IMS. Sebagai pasien , berhak bertanya
kepada dokter atau petugas kesehatan apakah jarum suntik yang
steril.
3. Menjaga kesehaan organ intim. Membersihkan organ intim dan
kesehatanya merupakan hal yang penting.
4. Vasksin HPV (Human Papiloma virus)
5. Penderita HIV/AIDS selain menggunakan jarum suntik yang steril,
juga menjauhi segala bentuk penggunaan narkoba, tidak menerima
transfusi darah dari pengidap HIV, menganjurkan wanita pengidap
HIV untuk tidak hamil, membekali dengan pendidikan reproduksi
6. Pertebal keimanan dan ketakwaan.
4. Pekerja Seks Komersial (PSK)
PSK atau bisa di sebut pelacur an merupakan bentuk penyimpangan
seksual berupa penukran seksual dengan materi dan uang, dengan pola
dorongan seks yang tidak wajar dan tidak terintgrasi dalam bentuk
kepribadian, sehingga relasi seks itu sifatnya impersonal, tanpa efeksi dan
emosi (kasih sayang), berlangsung cepat tanpa mendapatkan orgasme dari
satu pihak atau pihak lainya (Purwostusi dan Siwi, 2014).
PSK merupakan kelompok-kelompok beresiko tinggi yang dapat
menularkan IMS dan HIV/AIDS. IMS mencerminkan masalah terbesar dalam
kesehtan masyarakat di negara berkembang (Irianto, 2015). Permaslahan
yang berkenaan dengan PSK di Indonesia adalah tingkat perekonomian yang
semakin menuntut kehidupan masyarakat Indonesia. Hal tersebut sangat
dirasakan oleh masyarakat miskin yang memeaksa untuk menghalalkan
segala cara untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Faktor seseorang untuk
menjadi PSK beberapa di antaranya adalah kemiskinan, kekerasan seksual
seperti pemerkosaan, penipuan pemaksaan dengan berkedok egen penyalur
kerja, pornografi, faktor kehidupan mewah, faktor broken home, tekanan
ekonomi, kebodohan dan karena sakit hati (Irianto, 2015).
Dampak yang ditimbulkan bila berprofesi sebagai PSK yaitu dapat
terganggunya kesehatan reproduksi seperti tertular IMS. IMS akan semakain
meningkat jika pemakaian kondom sewaktu berhubungan seksual dengan
PSK tidak dilakukan (Irianto, 2015). Dalam agama islam, segala aktivitas
yang berhubungan senggama antara laki-laki dan wanita yang bukan suami
atau istri sahnya, termasuk kedalam perzinahan (Albantany, 2014). Dalam Al-
Quran berzina adalah dosa yang besar dan dilarang oleh Allah SWT. Sepeti di
dalam surat Al Isra’ayat 32 yang artinya: “Dan janganlah kamu mendekati
zina. Sesungguhny zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu yang
buruk”. (17:32)
Stiap perbuatan akan adabalasanya. Perbuatan baik maupun perbuatan yang
buruk. Perzinahan merupakan prilaku yang menularkan penyekit-penyakit
menular seperti infeksi seksual atau HIV/AIDS.
5. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tau yang terjdi melalui peroses sensoris
khususnya mata dan telinga terhadap objek tertentu (suanryo, 2004).
Pengetahuan adalah peristiwa yang menyebabkan kesadaran manusia
memasuki hal yang terang (hardono, 1994).
Pengetahuan adalah hasil pengindraaan manusia, atau hasil tau seseorang
terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (Notoatmodjo,2010).
Pengetahuan seseorang mempunyai intensitas yang berbeda-beda. Dalam
buku Notoatmodjo dsn Wahit Iqbal Mubarak, secara garis besar dibagi dalam
enam tingkatan pengetahuan yaitu:
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan hanya sebagai recell (memanggil) memori yang telah
ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.
2. Memahami (comprehention)
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut,
tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus
menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.
3. Aplikasi (application)
Aplikasi di artikan apabila orang yang telah memahami objek yang
dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang
diketahui tersebut pada situasi yang lain.
4. Analisis (analysa)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau
memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen
yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi
bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis
adalah apabila seseorang tersebut telah dapat membedakan atau
memisahkan, mengelompokan, membuat diagram (bagan) terhadap
pengetahuan atas objek tersebut.
5. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukan kemampuan seseorang untu merangkum atau
meletakan dalam suatu hubungan yang logis dari komponen-komponen
pengetahuan yang dimiliki. Contoh: dapat membuat atau meringkas
dengan kata-kata atau kalimat sendiri.
6. Evaluasi (evaluation)
Evalusi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap satu objek tertentu.
6. Perilaku
Dari aspek biologis perilaku adalah kegiatan atuau aktivitas
organisme atau makhluk hidup yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2007).
Skinner (1938) seseorang ahli psikologi merumuskan bahwa perilaku
merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus, dengan
demikian perilaku manusia terjadi melalui proses stimulus > orgnisme >
respons, sehingga teori teori sekiner disebut teori SOR.
Berdasarkan teori SOR, perilaku manusia dikelompokan menjadi dua,
yaitu:
1. Perilaku tertutup (covert behaviour)
Perilaku tertutup terjadi biiilaaa rspon terhadap stimulus
tersebut masih belum dapat diamati oranglain (dari luar) secara jelas.
Respon seseorang masih terbatas dalam bentukperhatian, perasaan,
persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap stimulus yang
bersangkutan, yang dapat diukur adalah penegetahuan dan sikap.
2. Perilaku terbuka (overt behaviour)
Perilaku terbuka terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut
sudah berupa tindakan atau peraktik. Perilaku terbuka ini dapat di
amati oleh orang lain dari luar.
Peroses terjadinya perilaku menurut Notoatmodjo (2007), terjadi
proses yang berurutan untuk perilaku, yaitu:
1. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari
dalam arti mengetahui stimulus objek terlebih dahulu
2. Interest, yakni orang mulai tertarik pada stimulus
3. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus
bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik
lagi.
4. Trial, orang telah mencoba perilaku baru
5. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
B. Kerangka Teori
Berdasarkan teori yang telah di paparkan maka dapat dibuat kerangka
teori dengan 8 variabel bebas (independent) dan 1 variabel terikat (dependen),
yaitu sebagai berikut :

Faktor Peredisposisi
1. Pengetahuan
2. Sikap
3. Perilaku
4. Ekonomi
5. Pekerjaan
6. pendidikan

Fakor enebling
Perilaku Pencegahan PMS
1. Akases
pada PSK
pelayanan
kesehatan

Faktor reinforcing
1. Peran keluaraga
2. Peran petugas
kesehatan

Sumber: Martha Kristiyana (2013)


BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPRESIONAL

A. Kerangaka Konsep

1. Prilaku
2. Pengetahuan Perilaku Pencegahan
3. Ekonomi IMS pada PSK
4. Umur

B. Definisi operasional

variabel Devinisi Alat Ukur Cara Ukur Kategori Skala


Operasional
Pencegahan Apakah Lembar Wawancara 1. Iya Nominal
PMS pada repoden kuisioner 2. Tidak
PSK melakukan
usaha
pencegahan
Perilaku Tindakan Lembar Wawancara 1. Beresiko Nominal
responden kuisioner 2. Tidak
dalam Beresiko
menjaga
organ
reproduksiny
a
Pengetahuan Pemahaman Lembar Wawancara 1. Baik Nominal
yang dimiliki Kuisioner (>70%)
responden 2. Kurang
mengenai (<70%)
kesehatan
reproduksi
Ekonomi Pendapatan Lembar Wawancara 1. > UMR Rasio
perbulan Kuisioner 2. <UMR
Umur Umur Lembar Wawancara - Rasio
responden Kuisioner
pada tahun
ini
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif
dengan metode deskriptif
B. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
1. Waktu
Penelitian di lakukan pada bulan Mei sampai bulan Juli tahun 2019
2. Tempat
Di Kota Tasikmalaya, Jawa Barat
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi:
Seluruh Pekerja Seks Komersil yang terdapat di Wilayah Kota
Tasikmalaya
2. Sampel:
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik accidental
sampling, yaitu PSK yang ditemui peneliti pada saat pengambilan
data pada tanggal 16 Mei sampai 25 Juli di daerah kota
Tasikmalaya dari pukul 20.00-23.00 WIB.
D. Prosedur Pengambilan Data
1. Data primer dalam peneltiian ini berupa umur, lama bekerja,
pengetahuan, sikap, dan tindakan PSK. Data tersebut dikumpulkan
dengan menggunakan kuisioner yang diwawancarakan.
2. Data sekunder yang di ambil adalah data berupa jumlah tersedia di
Dinas Sosial Kota Tasikmalaya.
E. Instrumen Penelitian
1. Kuisioner
2. Alat tulis
3. Kamera
4. Perekam suara
F. Analisis data

Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi dari


masing-masing variable yang diteliti. Data ditampilkan dalam bentuk
tabel.

Anda mungkin juga menyukai