Anda di halaman 1dari 8

USULAN TOPIK PENELITIAN

Nama : Moh. Kala Cipta Pertala


NPM : 0101150017
Program Studi : S1 Kesehatan Masyarakat
Pembimbing : Hariyani Sulistyoningsih, S.K.M.,M.K.M

Judul Penelitian : Hubungan pengetahuan pekerja seks komersial (PSK)


dengan upaya pencegahan IMS dan HIV/AIDS
Kerangka Teori :
Faktor Peredisposisi

1. Pengetahuan
2. Sikap
3. Perilaku
4. Ekonomi
5. pekerjaan

Fakor enebling Perilaku


Pencegahan
1. Akases PMS pada PSK
pelayanan
kesehatan

Faktor reinforcing

1. Peran
keluaraga
2. Peran petugas
kesehatan

Latar Belakang : Pekerja Seks Komersial (PSK) adalah orang yang


mencari nafkah dengan cara menjual diri (KBBI daring,
2018). Keberadaan PSK tidak hanya menimbulkan
dampak negatif terhadap keamanan ketertiban
lingkungan masyarakat, pendidikan, juga berdampak
kepada kesehatan. PSK beresiko tertular dan juga
menularkan berbagai Penyakit Menular Seksual (PMS)
atau juga Infeksi Menular Seksual (IMS). Sesorang
yang terkena IMS dapat meningkatkan risiko terinfeki
HIV, sehingga seseorang yang sudah terkena IMS akan
lebih mudah tertular HIV (Kementrian kesehatan,
2015).

Menurut WHO (2009), terdapat lebih kurang 30 jenis


mikroba (bakteri, virus, dan parasit) yang dapat
ditularkan melalui aktifitas hubungan seksual. Secara
epidemiologi penyakit ini tersebar di seluruh dunia,
angka kejadian paling tinggi tercatat di Asia Selatan
dan Asia Tenggara, diikuti Afrika bagian Sahara,
Amerika Latin, dan Karibean.
Di Amerika, jumlah wanita yang menderita infeksi
klamidial 3 kali lebih tinggi dari laki-laki. Dari seluruh
wanita yang menderita infeksi klamidial, golongan
umur yang memberikan konribusi yang besar yaitu
umur 15-24 tahun. Dewasa dan remaja (15-24 tahun)
merupakan 25% dari semua populasi yang aktif secara
seksual, tetapi memberikan kontribusi yang besar yaitu
50% dari semua kasus IMS baru yang didapat. Kasus-
kasus IMS yang terdeteksi hanya menggambarkan
50%-80% dari semua kasus IMS yang ada di Amerika
(Dokter Indonesia Online, 2016). Berdasarkan WHO
yang melakukan penelitian dibeberapa Negara
berkembang menunjukan sekitar 12% telah positif
terkena IMS dan 27% positif HIV (Mangando, 2014).
Berdasarkan laporan kasus HIV/AIDS dan IMS di
Indonesia pada Triwulan IV tahun 2017 (Kemenkes RI,
2017), dari bulan Oktober sampai dengan Desember
2017 jumlah infeksi HIV yang dilaporkan sebanyak
14.640 orang. Persentase infeksi HIV dilaporkan pada
kelompok umur 25-49 tahun (69,2%), diikuti kelompok
umur 20-24 (16,7%), dan kelompok umur ≥ 50 tahun
(7,6%). Rasio perempuan dengan laki-laki yaitu 2:1.
Dari bulan oktober sampai desember 2017 jumlah
orang dengan AIDS sebanyak 4.725 orang. Persentase
AIDS tertinggi pada kelomok umur 30-39 tahun
(35,2%), di ikuti kelompok umur 20-29 (29,5%) dan
kelompok umur 40-49 tahun (17,7%). Rasio permpuan
dengan laki-laki yaitu 2:1. Kasus Duh Uretra (DTU) di
laporkan sebanyak 2.520 kasus, dan kasus luka pada
kelamin/ Ulkus Genital sebanyak 489 kasus. Jumlah
kasus IMS dengan penegakan diagnose berdasarkan
pendekatan sindrom dan pemeriksaan laboratorium
menurut kelompok risiko tertinggi dalah wanita
pekerja seks (8.918), pasangan resiko tinggi (6.579),
LSL (4.237), Pelanggan pekerja seks (1,275), waria
(759), pengguna napza suntik (124), dan Pria Pekerja
Seks (46).

Penderita HIV/ AIDS di kota Tasikmalaya dalam tiga


tahun terakhir mengalami fluktuatif. Tahun 2016
sebanyak 88 orang, kemudian turun menjadi 68 pada
2017 tercatat 68 orang, dan tahun 2018 penderita
HIV/AIDS kembali naik hingga 99 orang. Saat ini
jumlah penderita AID/HIV yang berada di kota
Tasikmalaya keseluruhan diperkirakan mencapai 500
orang (www.liputan6.com, diakses 16 April 2019).
Jumlah PSK di Kota Tasikmalaya pada tahun 2016
yang terdata di Badan Pusat Statistik adalah 67 orang,
dan merupakan yang tertinggi di Priangan Timur.
Komisi Penanggulangan Aids (KPA) Jawa Barat
menyatakan kasus Infeksi Menular Seksual (IMS) di
Kota Tasikmalaya sangat tinggi. Sehingga di tahun
2014 kasus IMS menjadi tertinggi se-Priangan Timur.
Menurut Pengelola Program KPA Jawa Barat Landry
Kusmono, penderita IMS di Kota Tasikmalaya cukup
bervariasi. Namun, penyumbang terbanyak berasal dari
kalangan Lelaki Suka Lelaki (LSL) termasuk di
dalamnya waria dan gay. Selain itu, Ibu Rumah Tangga
juga penderita terbanyak IMS, yang bisa jadi ditularkan
dari suami yang melakukan aktifitas hubungan seks
dengan PSK (www.republika.co.id, diakses 16 April
2019).
PSK merupakan kelompok yang berisiko
menularkan IMS dan HIV/AIDS melalui aktifitas
berganti-ganti pasangan. Sehingga jika para PSK ini
tidak memiliki pengetahuan, sikap dan tindakan yang
memadai untuk mengurangi risiko atas aktifitas yang
dilakukannya maka semakin banyak kasus PMS dan
HIV AIDS yang ditularkan.

Aktifitas yang dilakukan penjaja seks komersil


merupakan aktifitas terlarang dan dianggap sebagai
perbuatan hina oleh segenap anggota masyarakat dan
diharamkan oleh norma sosial, undang-undang maupun
agama. Meskipun demikian aktifitas ini masih tetap ada
dan bisa jadi diorganisir secara professional. Ketika
aktifitas para Pekerja Seks Komersil ini belum bisa
dihilangkan maka salah satu upaya yang dilakukan
adalah memperkecil dampak negatif yang ditimbulkan.
PSK harus memiliki pengetahuan yang cukup terkait
risiko kesehatan yang bisa timbul serta upaya
pencegahan yang dapat dilakukan.

Peneliti tertarik untuk melihat pengetahuan, sikap, dan


tindakan Pekerja Seks Komersial (PSK) dalam
mencegah Penyakit Menular Seksual di Kota
Tasikmalaya tahun 2019
Rumusan Masalah : Bagaimanakah pengetahuan, sikap, dan tindakan
Penelitian
Pekerja Seks Komersial (PSK) dalam mencegah
Penyakit Menular Seksual di Kota Tasikmalaya tahun
2019
Tujuan Penelitian : 1. Tujuan Umum
Mengenalisis pengetahuan, sikap, dan tindakan
Pekerja Seks Komersial (PSK) dalam mencegah
Penyakit Menular Seksual di Kota Tasikmalaya
tahun 2019.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui Karakteristik PSK di Kota
Tasikmalaya yang meliputi umur dan lama
bekerja sebagai PSK
b. Mengetahui gambaran pengetahuan dan
sumber informasi yang diperoleh PSK di
Kota Tasikmalaya dalam Penyakit Menular
Seksual
c. Mengetahui sikap PSK di Kota Tasikmalaya
terhadap Penyakit Menular Seksual
d. Mengetahui tindakan PSK di Kota
Tasikmalaya dalam mencegah Penyakit
Menular Seksual
Manfaat Penelitian : 1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi
informasi dalam upaya pengembangan program
pemerintah untuk mencegah penyakit IMS dan
HIV/AIDS khususnya bagi para PSK di
tasikmalaya
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Dinas Sosial Kota Tasikmalaya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
menjadi informasi dalam upaya pembinaan
kepada para PSK di Kota Tasikmalaya
b. Bagi Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
menjadi informasi dalam mengembangkan
program pencegahan penyakit IMS dan
HIV/AIDS khususnya pada PSK di Kota
Tasikmalaya
c. Bagi STIKes Respati Tasikmalaya
Diharapkan dapat menjadi sumber informasi
untuk merancang kegiatan pengabdian
masyarakat ataupun penelitian terkait
kesehatan reproduksi khusunya pada pekerja
seks komersial di Tasikmalaya.
d. Bagi peneliti
Diharap dapat mengetahui pengetahuan
pekerja seks komersial aktif dalam upaya
pencegahan penularan penyakit menular
seksual serta menambah wawasan dan
pengetahuan dalam melakukan penelitian
selanjutnya.

Metede Penelitian : 1. Desain penelitian


Jenis penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kuantitatif dengan metode
deskriptif
2. Waktu dan tempat pelaksanaan
a. Waktu
Penelitian di lakukan pada bulan Mei sampai
bulan Juli tahun 2019
b. Tempat
Di Kota Tasikmalaya, Jawa Barat
3. Populasi dan sampel
Populasi:
Seluruh Pekerja Seks Komersil yang terdapat di
Wilayah Kota Tasikmalaya
Sampel:
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik
accidental sampling, yaitu PSK yang ditemui
peneliti pada saat pengambilan data pada
tanggal...... sampai ...... di daerah.... dari
pukul....
4. Prosedur pengambilan data
a. Data primer dalam peneltiian ini berupa
umur, lama bekerja, pengetahuan, sikap, dan
tindakan PSK. Data tersebut dikumpulkan
dengan menggunakan kuisioner yang
diwawancarakan.
b. Data sekunder yang di ambil adalah data
berupa jumlah tersedia di Dinas Sosial Kota
Tasikmalaya.
5. Instrument penelitian
a. Kuisioner
b. Alat tulis
c. Kamera
d. Perekam suara
6. Analisis data
a. Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk melihat
distribusi frekuensi dari masing-masing
variable yang diteliti. Data ditampilkan
dalam bentuk tabel
b. Bivariat
untuk melihat melihat hubungan sebab
akibat antara variable independen dan
variable dependen.

Daftar Pustaka : Kemenkes (2018) Laporan Perkembangan HIV-AIDS


dan Infeksi Menular Seksual (IMS). Jakarta Selatan
Aisyah Fatimah (2017) jurnal Persepsi dan perilaku
pekerja seks komersial dalam upaya pencegahan IMS

Pembingbing Tasikmalaya,15 April 2019

Hariyani Sulistyoningsih, S.K.M.,M.K.M Moh. Kala Cipta Pertala

Anda mungkin juga menyukai